• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARTIKEL ILMIAH KAJIAN ETNOBOTANI TUMBUHAN YANG DIGUNAKAN DALAM RITUAL ADAT DAN TUMBUHAN OBAT DI KECAMATAN TABIR TIMUR KABUPATEN MERANGIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ARTIKEL ILMIAH KAJIAN ETNOBOTANI TUMBUHAN YANG DIGUNAKAN DALAM RITUAL ADAT DAN TUMBUHAN OBAT DI KECAMATAN TABIR TIMUR KABUPATEN MERANGIN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

RINA ANGGRAINI (A1C412028)| Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 1 ARTIKEL ILMIAH

KAJIAN ETNOBOTANI TUMBUHAN YANG DIGUNAKAN DALAM RITUAL ADAT DAN TUMBUHAN OBAT

DI KECAMATAN TABIR TIMUR KABUPATEN MERANGIN

OLEH

RINA ANGGRAINI NIM A1C412028

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI

(2)
(3)

RINA ANGGRAINI (A1C412028)| Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 3 The Study of Ethnobotany of Traditional Rituals Plants and Medicinal Plants at Tabir

Timur District Merangin Regency

Rina Anggraini1), Bambang Hariyadi2), Muswita3)

1)

Students of the Department of Biology Education PMIPA FKIP Jambi University

2)

Department of Biology Education Lecturers PMIPA FKIP Jambi University Email: 1) rina_anggraini945@gmail.com

By: Rina Anggraini

Abstract. The majority of society at Tabir Timur is a Javanese who are immigrants who bring the customs of his home region. Utilization of plants not only as a medicinal plants, but also as a supporting material in traditional rituals become interesting to do a deeper study. The purpose of this study are to know the various traditional rituals, plants used to traditional rituals, the meaning of the use of the plants in traditional rituals, the various of medicinals plants, parts of the plants used, treatment of medicinal plants of Javanese at Tabir Timur district Merangin regency. The method used in this research is descriptive explorative. Research results indicate that the type of traditional rituals of Javanese at Tabir Timur district can be divided into wedding rituals, pregnancy rituals, birth rituals, and kenduri/kenduren. Plants used in traditional rituals are 33 species with 22 family, and plants used in medicinal plants are 51 species with 31 family. The type of diseases that are cured are grouped into 49 categories of diseases. Part of the plants is the most widely used as a medicine is a leaf (52,94%). The processing methods of medicinal plants is boiled, brewed, kneaded, and stuck to the effected part of the body. The use of plants is used singly or mixed with other plant species. Based on the result of these studies can be concluded that there are four types of traditional rituals of Javanese at Tabir Timur district. Plants used in traditional rituals are 33 species, and plants used in medicinal plants are 51 species. The plants used in traditional rituals are very diverse and have their own meaning. Leaves is the most used part of the medicinal plants (52,94%). The processing methods that usually used was boiling. Suggestion from the research that has been done is necessary to do further research on medicinal plants and conservation efforts should be made to protect local knowledge of the community.

(4)

RINA ANGGRAINI (A1C412028)| Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 4 PENDAHULUAN

Etnobotani adalah salah satu cabang

dari ilmu biologi yang mempelajari

hubungan antara manusia dan tumbuhan (Hakim, 2014:2). Pemanfaatan tumbuhan tidak hanya sebagai obat, tetapi juga dimanfaatkan dalam ritual adat. Salah satu suku yang memanfaatkan tumbuhan dalam ritual adat adalah suku Jawa yang berada di

Kecamatan Tabir Timur Kabupaten

Merangin.

Suku Jawa di Kecamatan Tabir Timur merupakan masyarakat pendatang yang membawa adat istiadat dari daerah asalnya. Kehidupan bermasyarakat suku Jawa di Tabir Timur tidak terlepas dari ritual-ritual adat yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari pada saat masih di kampung halaman. Pemanfaatan tumbuhan sebagai penunjang ritual adat dapat dilihat pada ritual pernikahan, kehamilan, kelahiran serta acara kenduri/kenduren.

Pengetahuan etnobotani pada suatu suku biasanya diwariskan kepada generasi selanjutnya secara turun-temurun melalui tradisi lisan. Tradisi lisan tersebut sangat terbatas di lingkungan suku dan keluarga

tertentu saja. Selain itu, kemampuan

memahami dalam pemanfaatan tumbuhan setiap individu juga berbeda, sehingga

pengetahuan yang diturunkan tersebut

bervariasi antara individu satu dengan yang lainnya. Disamping itu, adanya sosialisasi antara masyarakat pribumi dengan pendatang

secara tidak langsung juga akan

mempengaruhi kebiasaan atau adat yang dibawa oleh masyarakat pendatang dari daerah asalnya. Oleh karena itu, perlu dilakukannya kajian mengenai etnobotani bagi masyarakat pendatang (transmigran) untuk mengetahui adanya perubahan adat istiadat masyarakat pendatang di daerah yang baru tersebut.

METODE PENELITIAN

Penelitian mengenai kajian

etnobotani tumbuhan yang digunakan dalam ritual adat dan tumbuhan obat di Kecamatan

Tabir Timur Kabupaten Merangin

merupakan penelitian deskriptif eksploratif dengan pendekatan kualitatif. Informasi

untuk penelitian diperoleh dengan

melakukan wawancara terhadap narasumber yang dipiih. Selanjutnya, sampel tumbuhan yang diambil dari lapangan dibuat menjadi spesimen herbarium yang digunakan dalam proses identifikasi jenis-jenis tumbuhan. Identifikasi tumbuhan dilakukan dengan menggunakan literatur dari Corner dan Watanabe (1996), Steenis (2006), dan Aspan (2008), dan tumbuhan diidentifikasi sampai pada tingkat spesies.

Pemilihan narasumber dilakukan

menggunakan metode snowball sampling,

yaitu narasumber dipilih berdasarkan

rekomendasi narasumber sebelumnya sampai tidak ada lagi nama narasumber baru yang disebutkan. Narasumber yang dipilih adalah masyarakat suku Jawa yang tinggal di Desa Sungai Bulian Kecamatan Tabir Timur

Kabupaten Merangin. Selain itu,

pengumpulan informasi juga dilakukan dengan menggunakan kuesioner.

Data yang diperoleh selama

penelitian ini yang meliputi data tentang jenis tumbuhan yang digunakan dalam proses ritual adat dan tumbuhan obat oleh suku Jawa di Kecamatan Tabir Timur

Kabupaten Merangin dianalisis secara

deskriptif. Setiap spesies tumbuhan dianalisis berdasarkan kegunaan, bagian tumbuhan yang digunakan, dan cara pengolahan tumbuhan tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian mengenai kajian

etnobotani tumbuhan yang digunakan dalam ritual adat dan tumbuhan obat di Kecamatan Tabir Timur Kabupaten Merangin dilakukan pada bulan Januari hingga Maret 2017.

(5)

RINA ANGGRAINI (A1C412028)| Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 5

Lokasi penelitian adalah di Desa Sungai Bulian Kecamatan Tabir Timur Kabupaten Merangin.

Berdasarkan hasil yang diperoleh melalui wawancara, dapat diketahui bahwa ritual adat yang biasa dilakukan oleh masyarakat suku Jawa di Kecamatan Tabir Timur Kabupaten Merangin adalah upacara pernikahan, upacara kehamilan (tingkeban atau hamil tujuh bulanan), upacara kelahiran,

dan upacara kenduri/kenduren. Berdasarkan

hasil yang diperoleh melalui wawancara dan angket, terdapat beberapa perubahan dalam penggunaan jenis-jenis tumbuhan yang digunakan dalam ritual adat oleh masyarakat suku Jawa di Kecamatan Tabir Timur Kabupaten Merangin. Perubahan-perubahan tersebut dapat disajikan pada Tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1. Perubahan yang terjadi dalam ritual adat di Kecamatan Tabir Timur Kabupaten Merangin

N o. Jenis Ritual Tahapan Perubahan Dahulu Seka: rang 1. Perni-kahan Pasang tarup   Pasang tuwuhan   Bucalan -Siraman   Rias manten   Langkahan   Midodareni   Pasrah tampi   Ijab   Liru kembar mayang   Panggih Balang suruh Mecah wiji dadi Pupuk Sindur pinayung Timbang (pangkon) Tanem Tukar kalpika Kacar kucur (tampa                 kaya) Dahar kembul Rujak degan, bubak kawah dan tumplak punjen Mertui Sungkeman  Resepsi       -   2. Keha-milan (tingke-ban atau hamil tujuh bulanan) Siraman   Brojolan   Upacara ganti pakaian   Upacara angem   Upacara mecah cengkir gading   Dodol rujak   3. Kelahi-ran Brokohan   Sepasaran   Selapanan   Mudhun siti atau tedak siten (turun tanah)  - 4. Kenduri/ kenduren Wetonan   Sabanan (munggahan)   Likuran   Ba’dan  - Ujar (nazar)   Muludan  

Berdasarkan hasil yang diperoleh melalui wawancara dan angket, terdapat beberapa perubahan dalam penggunaan jenis-jenis tumbuhan yang digunakan dalam ritual adat oleh masyarakat suku Jawa di

Kecamatan Tabir Timur Kabupaten

Merangin. Perubahan tersebut disebabkan adanya sosialisasi dengan masyarakat lokal serta kemajuan zaman sehingga ada beberapa

jenis tumbuhan yang sekarang tidak

digunakan lagi dalam pelengkap ritual adat. Hariyadi (2013:124) menyatakan bahwa

bagaimanapun kuatnya suatu sistem

tradisional (adat), tekanan yang sistematis dan terjadi terus-menerus dalam rentang

(6)

RINA ANGGRAINI (A1C412028)| Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 6

waktu yang lama pada akhirnya akan melemahkan dan melumpuhkan peranan dan fungsi adat serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Tumbuhan yang digunakan dalam ritual adat oleh masyarakat suku Jawa di

Kecamatan Tabir Timur Kabupaten

Merangin adalah 33 spesies dengan 22 famili. Tumbuhan yang paling sering digunakan adalah kelapa (Cocos nucifera L.) dari famili Arecaceae. Sementara tumbuhan yang hanya digunakan untuk satu jenis ritual adalah inai (Lawsonia inermis L.) dari famili Lythraceae yang digunakan untuk rias manten (mewarnai kuku) dalam tahapan

pernikahan dan nangka (Artocarpus

heterophyllus Lamk.) dari famili Moraceae yang digunakan dalam ritual kelahiran

tahapan mudhun siti atau tedak siten (turun

tanah).

Kelapa (Cocos nucifera L.) menjadi spesies tumbuhan terbanyak yang digunakan karena kelapa digunakan dalam semua jenis ritual adat, yaitu mulai dari pernikahan,

kehamilan, kelahiran dan kenduri/kenduren.

Hal ini sejalan dengan pernyataan Basyari (2014:54) yang menyatakan bahwa kelapa memiliki peranan penting dalam rangkaian adat suku Jawa.

Tumbuhan yang dimanfaatkan

sebagai obat oleh masyarakat suku Jawa di

Kecamatan Tabir Timur Kabupaten

Merangin adalah 51 spesies dengan 31 famili. Terdapat 11 famili tumbuhan yang

dominan atau yang paling banyak

dimanfaatkan sebagai obat, diantaranya adalah Zingiberaceae 8 spesies (15,7%),

Euphorbiaceae 4 spesies (7,8%),

Acanthaceae 3 spesies (5,9%), Annonaceae,

Arecaceae, Asteraceae, Cucurbitaceae,

Lamiaceae, Malvaceae, Myrtaceae dan Piperaceae masing-masing 2 spesies (3,9%).

Beberapa jenis tumbuhan yang

termasuk famili Zingiberaceae adalah laos (Alpina galanga SW.), kunir (Curcuma longa L.), temu ireng (Curcuma aeruginosa

Roxb.), temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.), kencur (Kaempferia galanga L.), lempuyang (Zingiber aromaticum Roxb.), bengle (Zingiber montanum Koenig.) dan jahe (Zingiber officinale Roscoe.). Selain

dimanfaatkan sebagai obat, spesies

tumbuhan yang termasuk dalam famili Zingiberaceae juga dimanfaatkan untuk keperluan lain seperti untuk bumbu masakan. Jika dibandingkan dengan penelitian

sebelumnya, terdapat kesamaan famili

tumbuhan yang dominan dimanfaatkan sebagai obat. Zaman (2009) melakukan

penelitian tentang tumbuhan obat di

Kabupaten Pamekasan-Madura Provinsi

Jawa Timur. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui 116 spesies tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat. Tumbuhan yang paling banyak dimanfaatkan adalah obat tradisional oleh masyarakat Pamekasan didominasi oleh spesies tumbuhan rimpang-rimpangan dari famili Zingiberaceae, seperti jahe (Zingiber officinale Roscoe.), kencur (Kaempferia galanga L.), dan lainnya.

Penyakit yang dapat disembuhkan dengan menggunakan tumbuhan obat oleh masyarakat suku Jawa di Kecamatan Tabir

Timur Kabupaten Merangin dapat

dikelompokkan menjadi 49 kategori

penyakit. Tumbuhan yang bermanfaat untuk mengobati darah tinggi memiliki jumlah spesies terbanyak, yaitu 8 spesies (15,68%). Adapun spesies tumbuhan yang bermanfaat untuk mengobati darah tinggi diantaranya adalah sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. F) Wallich ex Ness), sambung nyowo (Gynura procumbens (Lour.) Merr), kates (Carica papaya L.), timun (Cucumis sativus L.), rosella (Hibiscus sabdariffa L.), mengkudu (Morinda citrifolia L.), ciplukan (Physalis minima L.) dan mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl).

Spesies tumbuhan terbanyak kedua yang ditemukan adalah spesies tumbuhan yang bermanfaat untuk mengobati bisul, yaitu sebanyak 7 spesies (13,72%). Adapun

(7)

RINA ANGGRAINI (A1C412028)| Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 7

spesies tumbuhan tersebut adalah sirsak (Annona muricata L.), kamboja (Plumeria acuminate L.), cocor bebek (Bryophyllum pinnatum Lam), katu (Sauropus androgynous L.), senggani (Melastoma malabathricum), sirih (Piper betle L.) dan sirih merah (Piper crocatum Ruiz. & Pav).

Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat berupa daun yaitu sebesar 52,94%, bagian rimpang sebesar 21,56%, bagian buah sebesar 17,64%, bagian bunga sebesar 7,84%, bagian batang dan getah sebesar 3,92%, bagian akar dan biji sebesar 1,96%. Persentase bagian tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat disajikan pada Gambar 4.2.

Gambar.4.2. Persentase bagian tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat

Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa bagian tumbuhan yang paling banyak dimanfaatkan sebagai obat oleh suku Jawa di Kecamatan Tabir Timur Kabupaten Merangin adalah daun yaitu sebesar 52,94%. Hal ini didukung oleh Pisa (2016) dan Wartini (2014) yang memperoleh hasil bahwa bagian tumbuhan yang paling banyak dimanfaatkan sebagai obat adalah daun. Daun menjadi bagian tumbuhan yang paling banyak dimanfaatkan karena daun memiliki jumlah terbanyak diantara bagian tumbuhan yang lain dan daun paling mudah untuk diambil.

Berdasarkan hasil yang diperoleh melalui wawancara dan angket, terdapat beberapa jenis tumbuhan yang selain digunakan sebagai pelengkap dalam acara adat juga digunakan sebagai obat oleh

masyarakat Jawa di Kecamatan Tabir Timur Kabupaten Merangin. Jenis-jenis tumbuhan tersebut antara lain kelapa (Cocos nucifera L.), kenanga (Cananga odorata L.), kunyit (Curcuma longa L.), sirih (Piper betle L.),

salam (Syzygium polyanthum Wight.),

pandan (Pandanus amaryllifoluis Roxb.), timun (Cucumis sativus L.), dan pepaya (Carica papaya L.).

Cara pengolahan tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa di

Kecamatan Tabir Timur Kabupaten

Merangin cukup sederhana dan mudah. Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan cukup direbus, diseduh, dibalur, diremas, dan ditempelkan ke bagian tubuh yang sakit. Cara pengolahan tumbuhan obat yang paling banyak dilakukan adalah dengan cara direbus atau diseduh. Selain itu cara penggunaan tumbuhan tersebut juga ada yang digunakan secara tunggal maupun dicampur dengan spesies tumbuhan lainnya. Penggunaan tumbuhan dengan lebih dari satu spesies

tumbuhan biasanya digunakan untuk

membuat ramuan atau jamu.

KESIMPULAN

Jenis ritual adat suku Jawa di

kecamatan Tabir Timur dapat

dikelompokkan dalam empat kategori, yaitu ritual pernikahan, kehamilan, kelahiran dan kenduri/kenduren. Tumbuhan yang dimanfaatkan dalam ritual adat adalah sebanyak 33 spesies dengan 22 famili, sedangkan tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat adalah sebanyak 51 spesies

dengan 31 famili. Tumbuhan yang

digunakan dalam ritual adat sangat beragam dan memiiki makna tersendiri disetiap tahapannya. Bagian tumbuhan yang paling banyak dimanfaatkan sebagai obat adalah daun yaitu sebesar 52,94%. Cara pengolahan

tumbuhan obat yang paling banyak

dilakukan adalah dengan direbus/diseduh. Selain itu cara penggunaan tumbuhan ada

(8)

RINA ANGGRAINI (A1C412028)| Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 8

yang digunakan secara tunggal maupun dicampur dengan spesies tumbuhan lainnya.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih banyak kepada semua pihak yang terlibat dan telah membantu dalam penyelesaian penelitian ini baik secara moril maupun materil. Seluruh civitas

akademika FKIP Universitas Jambi

khususnya dosen-dosen Pogram Studi

Pendidikan Biologi yang telah banyak

memberi masukan dan saran yang

membangun dalam pelaksanaan penelitian.

Seluruh sahabat dan rekan, penulis

mengucapkan terima kasih atas izin dan bantuan yang diberikan selama pelaksanaan penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Aspan, R. 2008. Taksonomi Koleksi

Tanaman Obat Kebun Tanaman Obat Citeureup. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.

Basyari, W. 2014. Nilai-Nilai Kearifan Lokal

Tradisi Memitu. Jurnal Edunomic.

Vol.2:54.

Corner, E.J.H and Watanabe, K. 1996. Illustrated Guide to Tropical Plants. Tokyo: Hirokawa Publishing Company, INC.

Hakim, L. 2014. Etnobotani dan Manajemen Kebun-Pekarangan Rumah: Ketahanan Pangan, Kesehatan dan Agrowisata. Malang: Selaras.

Hariyadi, B. 2013. Orang Serampas: Tradisi dan Pengetahuan Lokal ditengah Perubahan. Bogor: PT Penerbit IPB Press.

Pisa, Y. 2016. Kajian Etnobotani Tumbuhan

Obat Yang Dimanfaatkan Oleh

Masyarakat di Kawasan Situs Candi Muaro Jambi Kabupaten Muaro

Jambi. Skripsi. Universitas Jambi,

Jambi.

Steenis, C. G. G. J. 2006. Flora. Jakarta: PT. PERCA.

Wartini. 2014. Studi Etnobotani Tumbuhan

Obat Tradisional Desa Lubuk

Beringin Kecamatan Bathin III Ulu

Kabupaten Bungo. Skripsi.

Universitas Jambi. Jambi.

Zaman, M.Q. 2009. Etnobotani Tumbuhan Obat di Kabupaten Pamekasan-Madura Provinsi Jawa Timur. Skripsi. Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, Malang.

Gambar

Tabel 4.1. Perubahan yang terjadi dalam ritual adat di  Kecamatan Tabir Timur Kabupaten Merangin

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian diatas penulis berpendapat bahwa pelaku kejahatan pemerkosaan yang terjadi di Kabupaten Majene disebabkan oleh adanya kesempatan dari pelaku

Beberapa tanaman galur 4D dan 5D padi transgenik Nipponbare-OsDREB1A generasi T1 pada pengujian salinitas 25 mM NaCl menunjukkan respon pertumbuhan yang lebih baik

Kaum Epicurus dan Stoa mengatakan bahwa memperoleh kebenaran yang sungguh dengan membentuk pikiran hasil pandangan menurut mereka semua itu

Hal ini berarti faktor brand image yang diukur melalui UMKM sektor makanan di Kabupaten Jember mampu melakukan inovasi produk, UMKM sektor makanan di Kabupaten

Penelitian ini bertujuan menentukan pengaruh pemberian pupuk organik cair dari urin sapi yang difermentasi dan dikombinasikan dengan berbagai dosis pupuk anorganik

Tabel 4. Menurut Gaspersz bahwa Uji Friedman adalah.. pengujian non parametrik pada rancangan acak kelompok, dimana panelis dikelompokan sebagai ulangan, sedangkan uji

Penelitian ini bertujuan untuk menelaah perbedaan peningkatan kemampuan analisis matematis antara mahasiswa yang memperoleh pembelajaran kolaboratif MURDER dengan mahasiswa

e. Tidak bertentangan dengan akal sehat. Jadi, jika seseorang saksi baik laki-laki maupun perempuan selama memenuhi syarat formil dan materil di atas, maka kesaksian