• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN IFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA DALAM MENCAPAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN IFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA DALAM MENCAPAI"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

V - 1 V.1 POTENSI PENDANAAN APBD

Pada sub bab ini akan dibahas tentang penerimaan daerah, pengeluaran daerah dan pembiayaan daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan

A. Penerimaan Daerah

Pendapatan Daerah adalah factor yang menentukan keberhasilan penyelenggaraan otonomi Daerah di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, artinya semakin besar pendapatan yang diterima Daerah semakian leluasa pemerintah Kota melakukan kegiatan pembangunan guna menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat.

Pendapatan Daerah berada pada pos pendapatan pada APBD, dalam konteks desentralisasi, ada tiga komponen besar pembentuk Pendapatan Daerah Kota Banjarbaru yakni :

(i) Pendapatan Asli Daerah, (ii) Dana Perimbangan dan

(iii) Penerimaan Lain-lain Pendapatan yang sah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri dari : a. Hasil Pajak Daerah

b. Hasil Retribusi Daerah

c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan B. Pengeluaran Daerah

Komponen pengeluaran belanja terdiri dari: 1. Belanja Operasi

2. Belanja Modal

3. Tranfer ke Desa/kelurahan 4. Belanja tak Terduga.

Sub-komponen Pengeluaran Belanja Daerah meliputi: 1. Belanja Operasi

BAB. V

KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN

IFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA DALAM

MENCAPAI 100-0-100

(2)

V - 2

Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Bunga

Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial 2. Belanja Modal

Belanja Tanah

Belanja Peralatan dan mesin Belanja Gedung dan bangunan Belanja jaIan, irigasi dan Jaringan Belanja Aset Tetatp Lainnya Belanja Aset Lainnya

3. Transfer ke Desa/Kelurahan Bagi hasil Pajak

Bagi Hasil Retribusi

Bagi Hasil Pendapatan Lainnya 4. Belanja tak Terduga

Perencanaan belanja daerah mengikuti pedoman sebagai berikut.

1. Belanja daerah diprioritaskan untuk meningkatkan kewajiban daerah dalam meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan:

- pelayanan dasar berupa pendidikan dan kesehatan - fasilitas social

- fasilitas umum

2. Belanja daerah disusun berdasarkan - standar pelayanan minimal - standar analisis belanja - standar harga

- tolok ukur kinerja 3. Belanja DPRD meliputi:

(3)

V - 3

- tunjangan kesehatan - uang jasa pengabdian

- belanja penunjang kegiatan DPRD

Anggaran tersebut harus mencerminkan efisiensi, efektifitas dengan memperhatikan aspek keadilan dan kepatutan.

4. Belanja Kepala daerah dan wakil Kepala Daerah

Anggaran Belanja Kepala daerah dan wakil Kepala daerah harus mencerminkan efisiensi, efektifitas dengan memperhatikan aspek keadilan dan kepatutan.

Belanja adalah kewajiban pemerintah Daerah yang diakui sebagai pengurangnilai kekayaan bersih.Nomenklatur Belanja Daerah terus mengalami perubahan.Sebelumnya dikenal Belanja Rutin dan Belanja Pembangunan, selanjutnya Belanja Aparatur dan Belanja Publik.Seiring dengan terbitnya Permendagri Nomor 13 Tabun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah maka Belanja Daerah dibagi menjadi Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.

Belanja Daerah Kab.Hulu Sungai Selatan disusun berdasarkan pendekatan anggaran kinerja (berorientasi pada hasil) hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran serta memperjelas efektifitas dan efisiensi anggaran dimaksud.

Oleh karena itu orientasi Belanj Daerah diprioritaskan untuk efektifitas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi masing-masing satuan kerja perangkat Daerah.Peningkatan alokasi belanja yang direncanakan oleh setiap pengguna anggaran diikuti dengan peningkatan kinerja, pelayanan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Alokasi belanja Daerah diprioritaskan untuk meningkatkan kewajiban Daerah dalam meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar (pendidikan dan kesehatan), fasilitas sosial dan fasilita umum yang layak.

C. Pembiayaan Daerah

Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman, dan hasil dinvestasi. Sementara, pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh pemerintah.

Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah antara lain berasal dari penerimaan pinjaman, penjualan obligasi pemerintah, hasil privatisasi perusahaan

(4)

V - 4

negara/daerah, penerimaan kembali pinjaman yang diberikan kepada fihak ketiga, penjualan investasi permanen lainnya, dan pencairan dana cadangan.

Komponen Pembiayaan daerah adalah sebagai berikut. 1. Penerimaan Pembiayaan

a. Penggunaan SILPA b. Pencairan dana Cadangan

c. Pinjaman dalam Negeri-Pemerintah Pusat d. Pinjaman dalam Negeri - Pemda lain e. Pinjaman dalam Negeri – bank f. Pinjaman dalam Negeri - Non ban g. Pinjaman dalam Negeri - Obligas h. Pinjaman dalam Negeri – lainnya

i. Penerimaan kembali pinjaman kpd Pers. Negara j. Penerimaan kembali pinjaman kpd Pers, daerah k. Penerimaan kembali pinjaman kpd Pemda Lainnya 2. Pengeluaran pembiayaan

a. Pembentukan dana cadangan

b. Pembayaran Pokok Pinjaman DN- Pem Pusat c. Pembayaran Pokok Pinjaman DN-Pemda Lainnya d. Pembayaran Pokok Pinjaman DN- Bank

e. Pembayaran Pokok Pinjaman DN-Non Bank f. Pembayaran Pokok Pinjaman DN- Obligasi g. Pembayaran Pokok Pinjaman Lainnya h. Pemberian Pinjaman kepada Pers. Negara i. Pemberian Pinjaman kepada Pers. Daerah j. Pemberian Pinjaman kepada Pemda Lainnya

(5)

V - 5

Pendapatan Daerah Realisasi APBD

2009 2010 2011 2012 2013 Pendapatan Asli 11.734.210.712,52 10.719.544.959,00 17.453.411.475,87 22.429.258.388,00 16.933.618.387,56 Daerah Pajak Daerah 1.620.995.168,00 1.487.886.036,00 1.936.454.810,00 2.225.667.051,00 1.944.952.976,60 Retribusi Daerah 3.006.645.755,00 3.856.982.613,00 4.444.963.476,00 4.960.184.590,00 4.608.060.338,80 Hasil Pengelolaan 641.815.413,00 1.331.711.400,00 2.312.283.453,00 1.698.635.025,60 Kekayaan Daerah yang dipisahkan Lain-Lain PAD 6.464.754.376,52 Dana Perimbangan 163.105.727.000,00 202.582.998.783,00 315.859.219.986,00 352.366.553.591,00 8.681.970.046,56 Dana Bagi Hasil Dana 13.750.910.000,00 34.296.696.907,00 45.775.219.986,00 42.794.409.266,00 38.927.351.001,40 Alokasi Umum Dana 139.608.000.000,00 153.812.000.000,00 246.014.000.000,00 269.401.909.000,00 220.548.954.200,00 Alokasi Khusus 9.746.817.000,00 14.474.301.876,00 24.070.000.000,00 40.170.235.325,00 27.521.870.840,20 Lain-Lain

PendapatanDaerah yang Sah Pendapatan Hibah Dana Darurat DBH Pajak dari Pemda Lainnya Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus Bantuan Keuangan 5.897.688.361,00 12.336.543.779,00 14.824.200.471,00 Provinsi/Pemda Lain Pendapatan Lainnya 2009 2010 2011 2012 2013 Belanja Pegawai 29.090.142.520,00 32.463.996.878,00 40.680.011.599,00 160.697.326.950,00 209.307.255.491,00 Belanja Bunga Belanja Subsidi Belanja Hibah 4.790.207.732,00

Belanja bantuan sosial 10.722.677.800,00 11.763.655.050,00

Belanja bagi hasil Kepada 436.492.759,00 8.277.654.639,00

Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah

Belanja tak terduga 1.766.721.110,00 149.930.461,00 155.422.250,00 9.490.000,00 Jumlah

2

Belanja Pegawai 83.252.929.422,00 81.750.716.155,00 98.044.506.196,00 16.808.331.705,00 11.643.891.022,00 Belanja Barang dan Jasa 24.180.388.010,00 26.373.067.884,00 41.849.546.264,00 52.796.773.904,00 63.563.782.668,00 Belanja Modal 20.321.870.615,00 27.393.607.987,00 55.220.704.783,00 142.346.670.928,00 157.663.515.373,00

No Realisasi APBD

1 Belanja Tidak Langsung

Belanja Langsung

BELANJA DAERAH

Tabel V. 1 PerkembanganPendapatanDaerahdalam 5 TahunTerakhir

(6)

V - 6 V.2 POTENSI PENDANAAN APBN

Meskipun pembangunan infratruktur permukiman merupakan tanggung jawab Pemda, Ditjen Cipta Karya juga turut melakukan pembangunan infrastruktur sebagai stimulan kepada daerah agar dapat memenuhi SPM.Setiapsektor yang ada dilingkungan Ditjen CiptaKarya menyalurkan dana ke daera h melalui Satuan Kerja Non Vertikal(SNVT)

Sesuai dengan peraturan yang berlaku (PermenPUNomor 14Tahun2011). Data dana yang dialokasikan pada suatu kabupaten/kota perlu dianalisis untuk melihat trend alokasi anggaran Ditjen Cipta Kary adan realisasinya didaerah tersebut.

Disamping APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di daerah,untuk mendukung pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga dilakukan melalui penganggaran Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan dana APBN yang dialokasikan ke daerah tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai prioritas nasional.

Prioritas nasional yang terkait dengan bidang Cipta Karya adalah pembangunan air minum dan sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah dikawasan kumuh perkotaan dan diperdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Sedangkan DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (airlimbah,persampahan,dandrainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpeng hasilan rendah diperkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. Besar DAK ditentukan oleh Kementerian Keuangan berdasarkan Kriteria Umum, Kriteria Khusus dan Kriteria Teknis.Dana DAK iniperlu dilihat alokasi dalam 5 tahun terakhir sehingga bisa dianalisis perkembangannya.

(7)

V - 7 REKAPITULASI ALOKASI ANGGARAN APBN KAB.HULU SUNGAI SELATAN 2012-2016

TA.2012 TA.2013 TA.2014 TA.2015 TA.2016

1 Pengembangan Kawasan Permukiman (PKP) 9.050.000 12.826.780 13.000.000 8.411.587 3.600.000 2 Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL) 1.282.500 1.577.500 1.972.960 - 436.947 3 Pengembangan Penyehatan Lingkungan

Permukiman (PSPLP) - 1.140.638 2.885.358 3.523.500 560.000 4 Pengembangan Penyedian Air Minum (PSPAM) - - 1.030.000 660.000 -5 DAK Air Minum 719.490 1.117.100 1.086.110 1.607.470 41.259.530 6 DAK Sanitasi 705.480 2.024.420 2.161.450 2.776.050 10.599.270

TOTAL 11.757.470 18.686.438 22.135.878 16.978.607 56.455.747

Sumber : Olahan data e-Monitoring Kab.HSS 2012-2016 PROGRAM KEGIATAN No ALOKASI ANGGARAN (x Rp.1000) 10.000.000 20.000.000 30.000.000 40.000.000 50.000.000 60.000.000

TA.2012 TA.2013 TA.2014 TA.2015 TA.2016

Be sa ran an gg ara n Tahun Anggaran

SANDINGAN ALOKASI PENDANAAN APBN KAB.HSS 2012-2016

DAK Sanitasi DAK Air Minum

Pengembangan Penyedian Air Minum (PSPAM)

Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman (PSPLP) Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL)

Pengembangan Kawasan Permukiman (PKP)

Tabel V. 3 REKAPIUTLASI REALISASI ALOKASI APBN 2012-2016 Kab.Hulu Sungai Selatan

(8)

V - 8

Dari grafik kolom (V.1) diatas terlihat trend peningkatan alokasi penganggaran APBN 2012-2016 untuk Kabupaten Hulu Sungai Selatan rata-rata setiap tahun terus meningkat alokasi anggaran stimulan APBN khususnya program kegiatan pengembangan akses penyedian air Minum.

V.3 ALTERNATIF SUMBER PENDANAAN

Dalam Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri.

Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN, Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana program dan usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada RPIJM bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati. Gubernur sebagai wakil Pemerintah mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah dalam rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor.

Alternatif Pembiayaan pembangunan Infrastruktur perlu memperhatikan arahan dalam peraturan dan perundangan terkait, antara lain :

1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama. 2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.

3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan: Dana Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus. Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian Keuangan.Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional.Penentuan lokasi dan besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.

4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang menjadikewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi urusan, termasuk bidang pekerjaan umum.

(9)

V - 9

Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah.Urusan wajib pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan. 5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumber pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi persyaratan:

a. total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan APBD tahun sebelumnya;

b. memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5;

c. persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;

d. tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari pemerintah; e. pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan DPRD.

6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 & Perpres 56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana persampahan.

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011): Struktur APBD terdiri dari:

a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.

b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.

c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.

8. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut :

(10)

V - 10

b. DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan system penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah dikawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan

c. permukiman nelayan. Adapun kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk program percepatan pengentasan kemiskinan dan memenuhi sasaran/target Millenium Development Goals (MDGs) yang mempertimbangkan:

- Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah; - Tingkat kerawanan air minum.

d. Bidang Infrastruktur Sanitasi

e. DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk program peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs yang dengan kriteria teknis:

o kerawanan sanitasi;

o cakupan pelayanan sanitasi.

Berdasarkan peraturan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber dana kegiatan pembangunan infrastruktur yang dibahas dalam RPIJM meliputi :

1. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Kementerian kepada Satuan Kerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang Air Minum dan Sanitasi.

2. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala provinsi/regional.

3. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota.

4. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan swasta (KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR).

5. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.

6. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.

Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada. Oleh karena

(11)

V - 11

itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang infrastruktur

Dari uraian diatas, maka dalam rencana pembiayaan investasi di bidang Infrastruktur, terdapat beberapa sumber dana untuk pembiayaan investasi tersebut, antara lain melalui :

1. APBN

2. APBD Provinsi

3. APBD Kabupaten/Kota 4. Pinjaman Perbankan

5. Pinjaman melalui Pusat Investasi Pemerintah (PIP).

Pusat Investasi Pemerintah (PIP) merupakan satuan kerja yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK BLU) sejak 2007 sebagai operator investasi pemerintah yang berkedudukan di bawah Menteri Keuangan. Ruang Lingkup investasi Pemerintah melalui PIP, meliputi Investasi Jangka Panjang berupa Pembelian Surat Berharga serta Investasi Langsung meliputi penyertaan modal dan pemberian pinjaman. Pemerintah Daerah yang akan melakukan pinjaman ke PIP harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

a. Jumlah sisa pinjaman daerah dan jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak melebihi 75% dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya;

b. Debt Service Coverage Ratio (DSCR) minimal 25 kali dari jumlah proyeksi pinjaman yang akan ditarik;

c. Tidak memiliki tunggakan atas pengembalian pinjaman yang berasal dari Pemerintah Pusat; d. Menyampaikan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) minimal 3 (tiga) tahun terakhir.

Defisit Anggaran tidak melebihi 45% dan APBD kecuali ada izin pelampauan defisit dari Menteri Keuangan.

6. Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)

Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) merupakan salah satu bentuk alternatif sumber pembiayaan untuk mendukung pengembangan pelayanan air minum. Di dalam PP Nomor 16 Tahun 2005 pasal 64 menyatakan bahwa koperasi dan/atau Badan Usaha Swasta dapat berperan serta dalam pengembangan SPAM pada daerah, wilayah, kawasan yang belum terjangkau pelayanan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)/Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) pelibatan koperasi dan/atau badan usaha swasta dilakukan berdasarkan prinsip persaingan yang sehat melalui proses pelelangan sesuai peraturan perundang-undangan.

Peran dunia usaha dalam memberikan kontribusi porsinya masih relatif kecil dan potensial untuk dikembangkan lebih lanjut. Beberapa hal pokok yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan peran dunia usaha pengembangan air minum antara lain :

(12)

V - 12

a. Komitmen pemerintah daerah dalam bentuk kesiapan kelembagaan (Unit KPS); b. Proses pengadaan KPS yang dilaksanakan secara adil, kompetitif dan transparan.

7. Coorporate Social Responsibility (CSR) dari perusahaan atau Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL)

CSR/ PKBL merupakan suatu komitmen berkelanjutan oleh dunia usaha untuk memberikan kontribusi kepada pengembangan ekonomi dan komunitas setempat ataupun masyarakat luas bersamaan dengan peningkatan taraf hidup pekerja beserta seluruh keluarganya. Pada prinsipnya kegiatan CSR/ PKBL merupakan kegiatan yang bersifat sukarela yang maknanya adalah perusahaan memiliki kebebasan mutlak untuk menentukan bentuk kegiatan CRS/PKBL, besaran dana CSR/ PKBL, lokasi kegiatan CSR /PKBL dan pola pelaksanaan kegiatan beberapa hal pokok yang harus dimiliki pemda agar mendapatkan CSR/ PKBL adalah :

a. Pemda mempunyai rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM);

b. Pemda menjalin komunikasi dengan perusahaan penyelenggara CSR/ PKBL dan mengenai program dan rencana kegiatan SPAM yang akan ditawarkan kepada perusahaan.

Tabel V. 4 Rekapitulasi Potensi Usulan Program Kegi. Cipta Karya Sumber Pendanaan Lain dengan CSR

8. Dana Desa

Dana Desa yang bersumber dari pengelolaan kekayaan desa, bantuan pemerintah daerah kepada desa, dan transfer pemerintah kepada desa merupakan suatu potensi besar berkelanjutan yang dapat dimanfaatkan dalam program investasi bidang Cipta Karya. Pada dasarnya, kegiatan keciptakaryaan dilakukan dengan lokasi di desa. Sehingga, dengan besarnya dana yang sekarang dikelola oleh desa, akan menjadi potensi yang dapat digunakan untuk mempercepat pembangunan cipta karya di desa. 7. Dana Hibah

(13)

V - 13 V.5 STRATEGI PENINGKATAN INVESTASI BIDANG CIPTA KARYA

V.5.1 Strategi peningkatan DDUB oleh Kabupaten/Kota dan Provinsi

Selain dana APBD untuk pembangunan bidang Cipta Karya, Pemerintah Kabupaten Bogor juga mengalokasikan Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) sebagai bentuk komitmen penyelenggaran pembangunan yang bersifat konkuren.

Strategi peningkatan DDUB, meliputi:

 Meningkatkan PAD terutama pajak daerah potensial dan retribusi daertah potensial;

 Meningkatkan efisiensi penggunaan anggaran sehingga persentase SilPA kecil;

 Mengusulkan DDUB kepada Pemerintah Provinsi.

V.5.2. Peningkatan Penerimaan Daerah Dan Efisiensi Pengunaan Anggaran Strategi peningkatan penerimaan daerah dan efisiensi penggunaan anggaran, meliputi:

 Meningkatkan penerimaan Pajak daerah potensial dan retribusi derah potensial

 Meningkatkan efisiensi penggunaan dana anggaran berbasis kinerja

 Mengurangi kebocoran yang ada sehingga mendorong peningkatan penerimaan daerah. V.5.3. Peningkatan Kinerja keuangan perusahaan daerah

Perusahaan daerah yang dibentuk pemerintah daerah memiliki dua fungsi, yaitu untuk menyediakan pelayanan umum bagi kesejahteraan sosial (social oriented) sekaligus untuk menghasilkan laba bagi perusahaan maupun sebagai sumber pendapatan pemerintah daerah (profit oriented).

Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Selatan mempunyai Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Perusahaan daerah tersebut telah berjalan dan memberikan kontribusi terhadap pemerintah Daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan dalam pelayanan penyedian air Minum aman. Strategi peningkatan kinerja keuangan perusahaan daerah, meliputi:

a. Penambahan sambungan pelanggan. b. Penyesuaian tarif berkala.

c. Meningkatkan efisiensi penagihan. d. Pengendalian biaya/efisiensi biaya.

e. Penetapan investasi dari pertimbangan biaya, pendapatan dan sumber dana. f. Strukturisasi hutang pinjaman.

g. Pengelolaan pinjaman perbankan.

(14)

V - 14 V.5.4. Peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pembiayaan pembangunan bidang

Cipta Karya

Strategi peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya meliputi :

 Melakukan kerjasama dengan masyarakat di dalam pemeliharaan prasarana dan sarana pembangunan infrastruktur yang dibangun;

 Melakukan kerjasama dengan pihak swasta dalam pengelolaan prasarana dan sarana infrastruktur bidang Cipka Karya.

V.5.5. Strategi Pendanaan untuk operasi, pemeliharaan dan rehabiltasi infrastruktur permukiman yang sudah ada

Strategi pendanaan untuk operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi infrastruktur permukiman yang sudah ada meliputi :

 Biaya operasi dan pemeliharaan infrastruktur permukiman yuang terbangun didanai dari masyarakat pengguna/sewa yang dipungut kepada penghuni

 Untuk biaya perbaikan / renovasi didanai dari APBD. V.5.6. Strategi Pengembangan infrastruktur skala regional.

a. Peningkatan infrastruktur transportasi modern, yaitu infrastruktur transportasi yang berbasis moda transportasi masal. Dimana, transportasi tersebut memiliki daya angkut besar, nyaman dalam penggunaan, dan terpadu secara sistem lalu lintas dengan moda transportasi lainnya. b. Peningkatan infrastruktur pengendali genangan air limpasan dengan melakukan normalisasi

sungai¬sungai yang melintasi Kota dan Rehabilitasi sistem drainase kota mutlak diperlukan, khususnya di pusat kota dan pusat perdagangan dan jasa.

c. Peningkatan distribusi jaringan perpipaan penyedian akses air minum yang aman dalam rangka mengejar idle kapasiti sambungan rumah (SR) terutama kawasan MBR dan kawasan potensi bagi pendapatan PDAM

d. Penataan bangunan dan lingkungan sesuai tematik pengembangan kota : Kota Hijau dan pengembangan kota wisata.

e. Peningkatan kualitas permukiman dengan tersedianya sarana dan prasarana permukiman yang layak huni sehat menuju kota tampa kumuh perkotaan dengan desain nilai seni arsitektur sehingga citra kawasan kumuh hilang dan menjadi objek wisata baru untuk peningkatan ekonomi masyarakat pada kawasan tersebut.

(15)

V - 15

f. Peningkatan sarana dan prasarana akses mendukung desa-desa potensial pengembangan agropolitan / Minapolitan untuk meningkatkan perekonomian desa dan kab.Hulu Sungai Selatan.

(16)

V - 16

ontents

V.1 POTENSI PENDANAAN APBD ... 1

V.2 POTENSI PENDANAAN APBN ... 6

V.3 ALTERNATIF SUMBER PENDANAAN ... 8

V.5 STRATEGI PENINGKATAN INVESTASI BIDANG CIPTA KARYA ... 13

V.5.1 Strategi peningkatan DDUB oleh Kabupaten/Kota dan Provinsi ... 13

V.5.2. Peningkatan Penerimaan Daerah Dan Efisiensi Pengunaan Anggaran ... 13

V.5.3. Peningkatan Kinerja keuangan perusahaan daerah ... 13

V.5.4. Peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya 14 V.5.5. Strategi Pendanaan untuk operasi, pemeliharaan dan rehabiltasi infrastruktur permukiman yang sudah ada ... 14

V.5.6. Strategi Pengembangan infrastruktur skala regional. ... 14

TABEL V.1PERKEMBANGANPENDAPATANDAERAHDALAM 5TAHUNTERAKHIR ...5

TABEL V.2PERKEMBANGAN BELANJA DAERAH DALAM 5TAHUN TERAKHIR ...5

TABEL V.3REKAPIUTLASIREALISASIALOKASIAPBN2012-2016KAB.HULU SUNGAI SELATAN ...7

TABEL V.4REKAPITULASI POTENSI USULAN PROGRAM KEGI.CIPTA KARYA SUMBER PENDANAAN LAIN DENGAN CSR ...12

(17)

Gambar

Tabel V. 1 PerkembanganPendapatanDaerahdalam 5 TahunTerakhir
Grafik V. 1 Sandingan Realisasi Alokasi APBN Kab.HSS 2012-2016

Referensi

Dokumen terkait

Jika Anda merasa bahwa jawaban yang Anda berikan salah dan ingin mengganti dengan jawaban lain, Anda dapat langsung mencoret jawaban yang salah dan menggantinya dengan jawaban

Karena nggak tau sih mas kayak sugesti sendiri, kan ada orang bilang air putih kalo kamu omongin masuk dalam tubuhmu juga bisa jadi obat gitu kan?. Kalo aku alkohol

Berdasarkan judul penelitian “Progam Majelis Mu’allimil Qur’an (MMQ) dalam pengembangan kemampuan pedagogis guru Qiraati (studi kasus di. kecamatan Batealit Jepara)”, maka

Informan yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah sembilan mahasiswa Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya yang menjalin hubungan pertemanan dengan mahasiswa

Adapun perancangan antarmuka yang dibuat dalam aplikasi ini meliputi form monitoring utama, menu aktivasi suara peringatan, menu keluar dari sistem, menu manajemen

Pembangunan waduk, saluran industri, pembuatan plengsengan batu kali Rungkut.

Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan infeksi nosokomial pada keluaga pasien di RSU Hidayah Purwokerto. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan:

Puji Syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir dengan