Vol. 13 No. 2: 139-146
Oktober 2020 Peer-Reviewed
URL: https:https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/AGRIKAN/
DOI: 10.29239/j.agrikan.13.2.139-146
Komposisi Nutrisi Pada Rumput Laut
Kappaphycus Alvarezii
(
Nutritional Composition of Seaweed Kappaphycus alvarezii
)
Siti Khotijah1, Muhammad Irfan1 Dan Fatma Muchdar1
1Program Studi Budidaya Perairan, FPK. Universitas Khairun, Ternate, Indonesia, Email: sitikth 18@gmail.com, ifan_fanox@yahoo.co.id, fatma.muchdar75@gmail.com Info Artikel: Diterima: 13 Agust. 2020 Disetujui: 01 Okt. 2020 Dipublikasi: 03 Okt. 2020
Review Articles Keyword: Composition, nutritional, seaweed. Korespondensi: Muhammad Irfan Universitas Khairun Ternate, Indonesia Email: ifan_fanox@yahoo.co.id Copyright© Oktober 2020 AGRIKANAbstrak. Rumput laut merupakan salah satu komoditas laut yang penting dan merupakan komoditas unggulan. Rumput Laut K. alvarezii merupakan jenis rumput laut penghasil karagenan, sebagai sumber pangan bagi manusia, bahan farmasi, sebagai pengental, penstabil dan emulsi. Karagenan digunakan pada produk pangan, farmasi, kosmetik tekstil, pasta gigi dan industri lainnya. Rumput laut memiliki kandungan nutrisi yang cukup lengkap, yaitu rumput laut yang terdiri dari air (27,8%), protein (5,4%), karbohidrat (33,3%), lemak (8,6%), serat kasar (3%), dan abu (22,5%). Artikel review ini bertujuan untuk mengungkap komposisi nutrisi rumput laut K. alvarezii, terutama protein, asam amino, lemak, kadar abu, mineral dan vitamin. Rumput laut K. alvarezii memiliki nilai komposisi gizi seperti protein, asam amino, lemak, kadar abu, mineral dan vitamin yang nilai gizinya bervariasi.
Abctract. Seaweed is one of the important marine commodities and is a leading commodity. K. alvarezii seaweed is a type of seaweed that produces carrageenan, as a food source for humans, pharmaceuticals, as a thickener, stabilizer and emulsion. Carrageenan is used in food products, pharmaceuticals, textile cosmetics, toothpaste and other industries. Seaweed has a fairly complete nutritional content, namely seaweed consisting of water (27.8%), protein (5.4%), carbohydrates (33.3%), fat (8.6%), and crude fiber ( 3%), and ash (22.5%). This review article aims to reveal the nutritional composition of K.alvarezii seaweed, especially protein, amino acids, fats, ash content, minerals and vitamins. K. alvarezii seaweed has a nutritional value such as protein, amino acids, fat, ash content, minerals and vitamins whose nutritional value varies.
I. PENDAHULUAN
Perkembangan rumput laut di Indonesia dewasa ini terus mengalami peningkatan seiring banyaknya permintaan akan rumput laut dunia. Hal ini disebabkan, rumput laut merupakan salah satu komoditas hasil laut yang penting dan menjadi komoditas unggulan. Fakta ini didukung oleh cara pemeliharaannya yang praktis, juga harganya cukup menjanjikan, bahkan menjadi penghasil devisa negara dengan nilai ekspor yang terus meningkat (Selistiawati dan Idris, 2011).
Guna meningkatkan produksi usaha
budidaya rumput laut K. alvrezii, saat ini terus digalakkan pengembangan budidayanya secara intensif di berbagai daerah di Indonesia. Data Kementerian Kelautan dan Perikanan mencatat bahwa produksi budidaya rumput laut secara nasional pada tahun 2017 sebesar 22,17 juta ton, tahun 2018 sebesar 26,23 juta ton, dan tahun 2019 di perkirakan sebesar 29,32 juta ton.Hal ini menunjukan bahwa rumput laut K.alvarezii merupakan komoditas unggulan budidaya secara nasional (KKP, 2017).
Rumput laut K.alvarezii merupakan jenis rumput laut penghasil karaginan, sebagai sumber makanan bagi manusia, bahan farmasi, sebagai pengental, penstabil dan emulsi (Abreu et al; 2014; Rebours et al; 2014, Kim et al; 2017). Karaginan digunakan dalam produk makanan, obat-obatan, kosmetik tekstil, pasta gigi dan industri lainnya (Irfan et al; 2020). Keragaman multi fungsi yang dimiliki jenis rumput laut ini, menyebabkan komoditas ini sangat populer dalam industri perdagangan rumput laut.
Rumput laut mempunyai kandungan nutrisi cukup lengkap. Secara kimia rumput laut terdiri atas air (27,8 %), protein (5,4 %), karbohidrat (33,3 %), lemak (8,6%), serat kasar (3%), dan Abu (22,5%). Selain itu, rumput laut juga mengandung enzim, asam nukleat, asam amino, vitamin A, B, C, D, E den K dan makro mineral seperti nitrogen, oksigen, kalsium dan selenium, serta mikro mineral seperti zat besi, magnesium dan natrium. Kandungan asam amino, vitamin dan mineral rumput laut mencapai 10-20 kali lipat dibanding dengan tanaman darat (Daud, 2013). Rumput laut mengandung sumber nutrisi yang lengkap dengan
140
berbagai variasi jumlahnya.Perbedaan kandungan nutrisi disebabkan oleh perbedaan spesies, lokasi dan temperatur musiman, kondisi panen, dan umur panen (Hardjani et al; 2017). Selanjutnya Adharina et al (2020) mengemukakan bahwa laju pertumbuhan dan komposisi kimia rumput laut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, ruang dan variasi musiman, status reproduksi, distribusi geografis, parameter abiotik, dan spesies. Laju pertumbuhan dan komposisi kimia rumput laut
K.alvarezii juga dipengaruhi oleh teknik
budidaya, kondisi geografis dan musim serta kondisi lingkungan perairan.
Rumput laut K.alvarezii, merupakan jenis rumput laut yang sudah banyak dibudidayakan oleh masyarakat yang bermukim di wilayah perairan pantai di Indonesia. Namun informasi mengenai komposisi gizi belum banyak diketahui oleh masyrakat yang bermukim di wilayah tersebut, maupun masyarakat secara umum. Oleh karena itu, informasi mengenai komposisi gizi dari jenis rumput laut ini perlu disebarluaskan, sehingga pemanfaatan rumput laut ini dapat dikenal dan dimanfatkan dan dinikmati secara meluas oleh berbagai kalangan masyarakat di Indonesia.Review artikel ini bertujuan untuk mengungkapkan komposisi gizi yang terkandung dalam rumput laut K.alvarezii khususnya protein, asam amino, lemak, kadar abu, mineral dan vitamin.
II.PEMBAHASAN
2.1. Rumput Laut K. alvarezii
2.1.1. Klasifikasi
Kalasifikasi dari rumput laut K. alvarezii yaitu: Divisio Rhodophyta, Kelas Rhodophyceae, Ordo Gigartinales, Famili Soliariaceae, Genus Kappahycus, dan Spesies Kappahycus alvarezii. Di Indonesia, dikenal dua jenis rumput laut yang dibudidayakan yaitu: Gracillaria di tambak dan
Kappahycus di perairan pantai. Disebut
Kappahycus, karena didasarkan atas kandungan kappa-karaginan yang dominan pada jenis rumput laut ini (Parenrengi dan Sulaeman, 2007; Irfan, 2013).
2.1.2. Morfologi
Identitas morfologi dari rumput laut K.alvarezii adalah thallus silindris, permukaan licin, cartilogenous, warna hijau, hijau kekuninga, abu-abu, coklat kemerahan. Penampakkan thallus bervariasi, mulai dari bentuk sederhana sampai kompleks, Percabangan ke berbgai arah dengan batang-batang utama keluar saling berdekatan di daerah basal. Tumbuh melekat pada substrat dengan alat pelekat berupa cakram. Cabang-cabang pertama dan kedua tumbuh membentuk rumpun yang rimbun dengan ciri khusus mengarah kea rah datangnya sinar matahari (Parenrengi dan Sulaeman, 2007; Irfan, 2013). Pada umumnya pembudidaya mengenal dua jenis warna rumput laut K.alvarezii,sehingga sering dikelompokkan atas jenis varietas coklat dan varietas hijau (Gambar 1).
Gambar 1. Rumput Laut K. alvarezii Varietas Hijau dan Cokelat (Irfan, 2013)
2.1.3. Reproduksi
Reproduksi pada rumput laut K.alvarezii terdiri atas 2 (dua) bagian yaitu Generatif dan Vegetatif (Gambar 2) (Parenrengi dan Suleman, 2007; Irfan, 2013).
Generatif : Reproduksi rumput laut secara
generatif atau dikenal juga sebagai
perkembangbiakan secara kawin. Rumput laut diploid (2n) menghasilkan spora yang haploid (n). Spora ini kemudian menjadi 2 (dua) jenis yaitu jantan dan betina yang masing-masing bersifat haploid (n). Selanjutnya rumput laut jantan akan menghasilkan sperma dan rumput laut betina akan
141
lingkungan memenuhi syarat akan menghasilkan suatu perkawinan dengan terbentuknya zigot yang akan tumbuh menjadi tanaman baru.
Vegetatif: Proses perbanyakan secara
vegetatif berlangsung tanpa melalui
perkawinan.Setiap bagian rumput laut yang dipotong akan tumbuh menjadi rumput laut muda
yang mempunyai sifat seperti induknya.
Perkembangbiakan dengan vegetatif lebih umum dilakukan dengan cara stek dari cabang-cabang thalus yang muda, masih segar, warna cerah, dan memiliki percabangan yang rimbun, serta bebas dari penyakit.
Gambar 2. Siklus Reproduksi Alga Laut Secara Umum (Radmer, 1996)
2.1.4. Habitat dan Distribusi
Rumput laut K.alvarezii tumbuh melekat
pada substrat batu karang, cangkang keras dan benda keras lainnya dengan menggunakan alat
penempel yang disebut holdfast. Kemampuan
menempel pada substrat keras tersebut
menyebabkan K. alvarezii mampu
mempertahankan diri terhadap aksi hempasan gelombang. Komunitas ini berperan sebagai tempat pembesaran dan perlindungan bagi jenis-jenis ikan tertentu dan merupakan makanan alami ikan-ikan dan hewan herbivora lainnya. Rumput
laut K.alvarezii tumbuh dan tersebar hampir
diseluruh perairan Indonesia (Irfan, 2013).
Rumput laut K.alvarezii asal mulanya
didapatkan di perairan Kalimantan kemudian dikembangkan ke berbagai negara sebagai
tanaman budidaya. Budidaya rumput laut
K.alvarezii pertama kali menggunakan bibit yang berasal dari Tambalang-Philipina sebagai negara yang pertama kali mengekspor jenis rumput laut ini, kemudian bibit tersebut dikembangkan ke daerah-daerah lain di Indonesia. Budidaya rumput laut tersebut secara komersial baru dilakukan di Indonesia sejak tahun 1985 jauh setelah teknologi
rumput laut diperkenalkan di Philipina sejak tahun 1971 (Parenrengi dan Suleman, 2007).
2.1.5. Parameter Lingkungan
2.1.5.1. Arus
Salah satu faktor lingkungan yang
mempengaruhi pertumbuhan rumput laut adalah
kecepatan arus. Rumput laut memperoleh
makanan (Nutrien) melalui aliran air yang melewatinya. Gerakan air yang cukup akan membawa nutrien yang cukup pula dan sekaligus mencuci kotoran yang menempel pada thallus, membantu pengudaraan dan mencegah adanya fluktuasi suhu air yang besar (Mudeng, dkk., 2014).
Indriani dan Sumiarsih (1991) menyatakan bahwa arus yang baik untuk budidaya rumput laut berkisar antara 0,2 – 0,4 m/detik, bila arus yang tinggi dapat dimungkinkan terjadi kerusakan tanaman budidaya, seperti dapat patah, robek, ataupun terlepas dari subtratnya. Selain itu penyerapan zat hara akan terhambat karena belum sempat terserap. Arus yang sesuai dengan kehidupan rumput laut, akan menyebabkan penyerapan zat hara secara baik yang dapat
meningkatkan pertumbuhan rumput laut,
142
kuallitas dan komposisi biokimia rumput laut itu sendiri (Kumar et al; 2014).
2.1.5.2. Suhu
Suhu peraiaran memiliki peran yang vital terhadap kualitas air dan kesehatan organisme akuatik. Karakteristik fisika, kimia biologi
peraiaran di pengaruhi oleh perubahan –
perubahan yang terjadi oleh suhu. Suhu juga berpengaruh terhadap daya kelarutan oksigen, proses fotosintesis, metabolism dan sensivitas organisme terhadap zat–zat racun (toksin) (Irfan,2013. Selanjutnya dikatakan bahwa suhu sangat penting peranannya bagi metabolisme rumput laut, karena kecepatan metabolisme meningkatnya suhu air. Selain itu, suhu juga berpengaruh terhadap beberapa fungsi fisiologis
rumput laut seperti fotosintesis, respirasi,
pertumbuhan dan reproduksi.
Suhu air rumput laut Kappaphycus
alvarezii untuk budidaya berkisar antara 20-33o C.
Kenaiakan suhu yang tinggi akan mengakibatkan
thallus rumput laut menjadi pucat kekuningan
kuningan dan tidak sehat. Untuk budidaya K.
alvarezii suhu air laut yang baik berkisar antara
27-30oC (Irfan, 2013). Kumar et al; (2014)
mendapatkan kisaran suhu berkisar 22,5-33,1oC
dengan kedalaman air sekitar 30 cm di perairan pantai Okha India, masih sesuai dan dapat mempengaruhi kompoisis kimia dan gizi rumput laut K. alvarezii.
2.1.5.3. Salinitas
Salinitas adalah jumlah garam garam terlarut dalam satu kilogram air laut dan dinyatakan dalam satu per seribu. Sebaran salinitas di laut di penagaruhi oleh sirkulasi air laut, penguapan dan curah hujan.Salinitas dapat mempengaruhi proses fisiologi pada alga laut melalui perubahan pergerakan molekul air dan ion-ion pada membrane sel. Dalam budidaya rumput laut salinitas memegang peranan penting dalam proses pertumbuhan. Rumput laut
Kappaphycus alvarezii tumbuh pada salinitas yang tinggi. Penurunan salinitas akibat air tawar yang masuk akan menyebabkan pertumbuhan rumput laut tidak normal oleh karena itu, dalam budidaya rumput laut sebaiknya jauh dari muara sungai. Salinitas peraiaran yang mendukung kehidupan rumput laut secara baik di peraiaran Indonesia adalah 18-35%. Salinitas 28-32% sangat sesuai untuk pertumbuhan rumput laut. Untuk
pertumbuhan optimal Kappaphycus sp, salinitas
yang di butuhkan berkisar 28-34% dengan nilai
optimum salinitas 33% (Irfan,2013). Fluktuasi salinitas sekitar 31.20 sampai 36.64‰, masih memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
komposisi biokimia rumput laut K. alvarezii
(Kumar et al; 2014).
2.1.5.4. Nitrat dan Fosfat
Nitrat merupakan salah satu unsur kimia yang berperan dalam pertumbuhan rumput laut. Nitrat (NO3) merupakan bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan nutrien bagi pertumbuhan rumput laut. Nitrat sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan (Kramer et al., 1994). Nitrifikasi yang merupakan proses oksidasi ammonia menjadi nitrit dan nitrat adalah proses
yang penting dalam siklus nitrogen dan
berlangsung pada kondisi aerob. Nitrat dapat
digunakan untuk mengelompokan tingkat
kesuburan perairan. Perairan oligotrofik memiliki kadar nitrat antara 0–5 mg/l, perairan mesotrofik memiliki kadar nitrat antara 1–5 mg/l, dan perairan eutrofik memiliki kadar nitrat yang berkisar
antara 5 – 50 mg/l (Effendi, 2003). Kandungan
nitrat yang sesuai memberikan pengaruh yang signifikan terhadap komposisi gizi rumput laut
K.alvarezii (Kumar et al; 2014).
Fosfat dalam perairan adalah dalam bentuk bentuk orthofosfat (PO4), Kandungan orthofosfat dalam air merupakan karakteristik kesuburan perairan tersebut. Perairan yang mengandung orthofosfat antara 0,003-0,010 mg/l merupakan
perairan yang oligotrofik, 0,01-0,03 adalah
mesotrofik dan 0,03-0,1 mg/l adalah eutrofik. Sedangkan perairan yang mengandung nitrat dengan kisaran 0-1 mg/l termasuk perairan oligotropik, 1-5 mg/l adalah mesotrofik dan 5-50 mg/l adalah eutrofik (Mustofa, 2015).
Tumbuhan yang berada di perairan
memerlukan fosfor (P) sebagai ion fosfat (PO4-) untuk pertumbuhan yang disebut dengan nutrien atau unsur hara makro. Sumber alami fosfat di perairan adalah pelapukan batuan mineral dan 31
dekomposisi bahan-bahan organik. Sumber
antropogenik fosfor berasal dari limbah industri, domestik, dan limbah pertanian (Hutagalung dan Rozak, 1997).
Fosfat dapat menjadi faktor pembatas baik secara temporal maupun spasial karena sumber fosfat yang sedikit di perairan. Kisaran fosfat yang optimal untuk pertumbuhan rumput laut adalah
0.051 ppm – 1.00 ppm (Indriani dan Sumiarsih,
143
kehidupan rumput laut K. alvarezii dapat
berkorelasi positif terhadap komposisi gizi
rumput laut K. alvarezii (Kumar et al; 2014).
2.2. Komposisi Nutrisi Rumput Laut K. alvarezii
2.2.1. Protein
Protein merupakan makromolekul yang terbentuk dari asam amino yang tersusun dari
atom nitrogen, karbon dan oksigen. Beberapa jenis asam amino yang mengandung sulfur (metionin, sistin, dan sistein) yang dihubungkan oleh ikatan peptide. Dalam makhluk hidup, protein berperan sebagai pembentuk struktur sel dan beberapa jenis protein memiliki peran fisiologis (Bintang, 2010). Kandungan protein rumput laut yang ditemukan di beberapa lokasi disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan Protein Rumput Laut K. alvarezii dari Beberapa Lokasi
No Kandungan Protein
(%)
Lokasi Sumber
1 1,94% Popayato Kabupaten
Pohuwato Provinsi Gorontalo
Adharina et al; 2020
2 12,69-23,61 Perairan Pantai Okha India Kumar et al; 2014
3 5,6-24 ITB Bandung Hardjani et al; 2017
4 1,34 % Suva Fiji, Pulau Yasawa
Jepang
Wanyonyi et al; 2017
5 6,2-6,8% Malaysia Keyimu dan Abdullah,
2014
6 0,938-1,637% Laboratorium FPIK
Universitas Brawijaya
Dewi et al; 2018
7 5-47% Republik Czech Cerna, 2011
8 17,2% Brazil Carneiro et al; 2014
9 0,108%-0,133% Kendari Syafar et al; 2019
10 1,60-10,00% Pulau Pari Kepulauan Seribu Amiluddin, 2007
2.2.2. Asam Amino
Asam amino merupakan bagian protein dari gugus amina yang memiliki peran penting dalam pertumbuhan tubuh dan perkembangan otak manusia. Asam amino juga merupakan monomer (satuan pembentuk) protein yaitu suatu senyawa yang mempunyai dua gugus fungsi yaitu gugus amino dan gugus karboksil. Dalam biokimia seringkali pengertiannya dipersempit: keduanya terikat pada satu atom karbon (C) yang sama Gugus karboksil memberikan sifat asam dan gugus amina memberikan sifat basa. Dalam bentuk larutan, asam amino bersifat amfoterik yaitu cenderung menjadi asam pada larutan basa dan menjadi basa pada larutan asam.Perilaku ini terjadi karena asam amino mampu menjadi
zwitter-ion.Asam amino termasuk golongan
senyawa yang paling banyak dipelajari karena salah satu fungsinya sangat penting dalam organisme, yaitu sebagai penyusun protein (Girindra, 1988).
Asam amino terdiri dari 13 (tiga belas) jenis yaitu: asam aspartat, asam glutamat, serin, glisin, arginin, alanin, tirosin, metionin,valin, fenalanin, isoleusin, leusin dan lisin, di mana asam aspartat dan glutamat membentuk sebagian besar fraksi
asam amino (29,05-34,24%) yang ditemukan pada rumput laut K. alvarezii (Dewi et al; 2018). Secara umum kandungan asam amino esensial pada rumput laut berkisar 45-49%. Pada rumput laut
K.alvarezii, yang tidak mengalami fermentasi, asam amino yang paling banyak ditemukan adalah aspartat dan glutamat masing-masing 0,29% dan
0,35% (Hardjani et al; 2017). Sedangkan asam
amino jeis thiamin dan riboflavin yang ditemukan Amiluddin (2007) sebesar 0,14 mg dan 2,70 mg dalam setiap 100 gram berat kering rumput laut.
2.2.3. Lemak
Lemak adalah senyawa kimia tidak larut dalam air yang disusun oleh unsur Karbon (C), Hidrogen (H), dan Oksigen (O). Pengertian lemak bersifat hidrofobik (tidak larut dalam air), untuk melarutkan lemak dibutuhkan pelarut khusus seperti eter, klorofom dan benzena. Tujuan analisa
kadar lemak adalah untuk mengetahui
kemungkinan daya simpan produk, karena lemak berpengaruh pada perubahan mutu selama penyimpanan bahan pangan (Tamaheang et al;
2017). Kandungan lemak pada rumput K. alvarezii
144
Tabel 2. Kandungan Lemak Pada Rumput Laut K. alvarezii
No Kandungan Lemak (%) Lokasi Sumber 1 0,733-2,081 Laboratorium FPIK Universitas Dewi et al; 2018 2 0,05% Popayato Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo Adharini et al; 2020
3 0,13% Brazil Carneiro et al; 2014
4 0,22% Lab.TPPH FPIK Unsrat Tamaheang dkk; 2017
5 4,50-11,00% Lab.TPPH FPIK Unsrat Amilluddin, 2007
2.2.4. Kadar Abu
Abu merupakan zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. Kandungan abu dan komposisinya pada bahan pangan tergantung pada jenis bahan dan cara pengabuannya (Girnda, 1988). Analisis kadar abu dilakukan untuk menentukan baik atau tidaknya suatu pengolahan, mengetahui jenis bahan yang digunakan, dan sebagai penentu parameter nilai gizi suatu bahan makanan.
Rumput laut memiliki kadar abu yang tinggi dan dapat dijadikan pakan sumber mineral. Kandungan abu pada beberapa rumput laut gologan alga merah lebih dari 50%. Kandungan kadar abu yang ditemukan pada rumput laut
K.alvarezii sekitar 4,62% (Adharini et al; 2020). Syafar et al; (2019) mendapatkan kadar abu pada
rumput laut K.alvarezii sebesar 3,44%-3,30%; serta
yang ditemukan Amiluddin (2007) sebesar 11,50-23%.
2.2.5. Mineral
Rumput laut K.alvarezii mengandung
unsur-unsur mineral seperti Calsium (Ca), Kalium (K), Magnesium (Mg), Natrium (Na), Tembaga (Cu),
Besi (Fe), dan Mangan (Mn) (Irfan, 2013). K.
alvarezii juga mengandung makro mineral seperti nitrogen, oksigen, kalsium, dan selenium, serta mikro mineral seperti zat besi, magnesium dan natrium (Daud, 2013). Kandungan mineral Natrium (Na) dan Besi (Fe) yang ditemukan pada
rumput laut K.alvarezii, untuk Na (467,65 mg.100 g
-1), dan Fe (30,10 mg.100 g-1) (Adharini et al; 2020).
Kandungan mineral dalam satuan berat kering untuk Ca 29,92%, Fe 0,12 %, Pb 0,04 % (Amiluddin, 2007).
2.2.6. Vitamin
Rumput laut mengandung vitamin A, B, C, D, E, dan K, yang memiliki fungsi dan peran penting bagi manusia.Vitamin A, memiliki fungsi penting untuk indra penglihatan, menjaga
kesehatan kulit dan imunitas tubuh, vitamin B
memegang peranan penting bagi tubuh. Zat ini bisa membantu pertumbuhan, perkembangan serta
fungsi tubuh lainnya.Vitamin C penting untuk
kesehatan gigi dan gusi serta tulang, membentuk sel-sel tubuh dan pembuluh darah, mencegah penyakit kudis, meningkatkan daya tahan tubuh, dan sebagai antioksidan (Daud, 2013). Vitamin C dalam rumput laut mengandung antioksidan seperti vitamin A, juga menjaga kekuatan tulang, gigi, gusi, kesehatan kulit dan juga membantu untuk penyembuhan luka, dan memperkuat pembuluh darah (Irfan et al; 2017).
Vitamain C yang dihasilkan oleh rumput laut (alga) memiliki pengaruh bagi perawatan kulit manusia. Vitamin C topikal di kulit untuk
pembentukan kolagen ialah dengan cara
menghidroksilasi prolin dan lisin menjadi
hidroksiprolin dan hidroksilisin kemudian
membentuk prokolagen yang akan dikonversi
menjadi kolagen.Penggunaan secara topikal
vitamin C baik untuk sintesa kolagen, terutama dalam mempercepat proses penyembuhan luka (Fareza, 2015). Kandungan vitamin C yang
ditemukan pada rumput laut K.alvarezii yang di
sekitar 3,42 mg.100 g-1 (Adharini et al, 2020).
Sedangkan kandungan vitamin C yang ditemukan Amiluddin (2007) sebesar 12,00%.
III. PENUTUP
Rumput laut K.alvarezii memiliki nilai
komposisi gizi seperti protein, asam amino, lemak, kadar abu, mineral dan vitamin yang bervariasi nilai gizinya.Kandungan protein berkisar 0,938-23,61%, kandungan asam amino esensial berkisar 45-49%, lemak berkisar 0,05%-11,00%, kadar abu sebesar sebesar 3,44-3,30%, kandungan mineral Na (467,65 mg.100 g-1), Fe (30,10 mg.100 g-1), Ca 29,92%,
Fe 0,12 %, dan Pb 0,04 %, dan kandungan vitamin C sekitar 3,42 mg.100 g-1.
145
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih disampaikan kepada dosen
pembimbing yang telah membantu dan
mengarhakan penulis dalam penulisan review artikel ini.
REFERENSI
Abreu, M, R. Pereira, J.F. Sassi. Marine algae and the global food industry. 2014. Boca Raton, FL, USA. CRC Press.
Adharini, I.R, Setyawan, R.A, Suadi, Jayanti, D.A. 2020.Comparison of Nutritional Composition in Red and Green Strains of Kappaphycus alvarezii Cultivated in Gorontalo Province, Indonesia. E3S Web of Conferences 147, 03029 (2020).
Amiluddin, N.M. 2007.Kajian Pertumbuhan dan Karaginan Rumput Laut Kappahycus alvarezii Yang Terkena Penyakit Ice-Ice di Perairan Pulau Pari Kepulauan Seribu. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
Anonimous, 2012. Siklus Reproduksi Alga Laut. www.com. Bintang, M. 2010. Biokimia Teknik Penelitian. Erlangga. Jakarta.
Carneiro, D, Rodrigues, A.G.J,Teles, B.F,Cavalcante, D.Benevides, A.M.N. 2014.Analysis of some chemical nutrients in four Brazilian tropical seaweeds. Marina, 36 (2): 137-145.
Cerna, M. 2011. Seaweeds Protein and Amino Acids Nutraceutical. Advanced in Food and Nutrition Research, 64 (2011): 297-312.
Dewi, W, Kilawati, Y, Fadjar, M. 2018. Activity of Compounds on Seaweed Eucheuma cottonii Extract as Antioxidant Candidate to Prevent Effects of Free Radical in Water Pollution.Research Journal of Life Science, 5 (3):112-134.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya Hayati Lingkungan Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan.Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB Bogor.
Fareza, J. 2015. Manfaat Vitamin C Topikal yang Berasal Dari Rumput Laut (Algae) Bagi Kulit. Girinda, A, 1988. Biokimia Jilid 1. PT. Graedia. Jakarta.
Hardjani, K.D, Suantika, G, Aditiawati, P. 2017. Nutritional Profile of Red Seaweed Kappaphycus alvarezii after Fermentation using Saccharomyces Cerevisiaeas a Feed Supplement for White Shrimp Litopenaeus vannamei Nutritional Profile of Fermented Red Seaweed. Journal of Pure and Applied Microbiology, 11 (4) : 1637-1645.
Hutagalung H. P. dan A. Rozak. 1997. Penentuan Kadar Nitrat. Metode Analisis Air Laut, Sedimen, dan Biota. H. P Hutagalung, D. Setiapermana dan S. H Riyono (Editor). Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanografi. LIPI. Jakarta.
Indriani, H. dan E. Sumiarsih. 1991. Budidaya Pengelolaan dan Pemasaran Rumput Laut. Penebar Swadaya Jakarta.
146
Irfan, M, 2013.Rumput Laut Kappahycus alvarezii Komoditi Perikanan Potensial. Lepkhair Press. Ternate. 101 hal.
Irfan, M, Abdulkadir, I, Susanto, A,N, Abdullah, N, Wibowo, E.S. 2017. Kearifan Lokal dalam sistem Budaya Tangkap Ikan dan Budidaya Biota Perairan Bagi Masyarakat di Provinsi Maluku Utara. Lepkhair Press. Ternate. 104 hal.
Irfan, M, Abdullah, N, Yuliana, Samadan, G.M, Subur, R. 2020. Sustainability Status of Seaweed Kappaphycus alvarezii Cultivation in Posi-Posi Waters, South Kayoa Subdistrict, Regency of South Halmahera, Province of North Mollucas,Indonesia. International Journal of Advanced Science and Technology, 29 (8):806-817.
Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. 2017. Data Produksi Rumput Laut Secara Nasional. www.com.
Keyimu, X, Abdullah, A. 2014. Elimination of seaweed odour and its effect on antioxidant activity.Conference paper, September, 2014.
Kim, K.J, C. Yarish, K.E. Hwang, M. Park, Y. Kim. 2017. Seaweed aquaculture: cultivation technologies, challenges and its ecosystem services. Rev Algae, 32 (1): 1-13.
Kumar, S.K, Ganesan, K, Suba Rao,P.V. 2014. Seasonal variation in nutritional composition of Kappaphycus alvarezii (Doty)-an edible seaweed. Journal of Food Science and Technology-Mysore-April 2014. Mudeng J. D. Ngangi ELA. 2014. Pola Tanam Rumput Laut Kappaphycus alvarezii di Pulau Nain.
Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado, (2): 27-37. Mustofa, A. 2015. Kandungan Nitrat dan Fosfat Sebagai Faktor Tingkat Kesuburan Pantai.Jurnal Disprotek,
6 (1): 13-19.
Parenrengi, A, dan Sulaeman. 2007.Mengenal Rumput Laut, Kappaphycus alvarezii. Media Akuakultur, 2 (7): 142-146.
Radmer,R.J. (1996). Algal Diversity and Commercial Algal Product. Bioscience, 46 (4): 263-270.
Rebours, C, Marinho, E. Soriano, Zertuche, J.A. Gonzalez, L. Hayashi, J.A. Vasquez, P. Kradolfer, G. Soriano, R. Ugarte, M.H. Abreu, B. Larsen. 2014. Seaweeds: an opportunity for wealth and sustainable livelihood for coastal communities. Applied Phycology, 26: 1939–1951.
Syafar, A, Aslianti, dan Nur Asyik. 2019. Pengaruh Penambahan Rumput Laut Eucheuma cottoni Terhadap Kualitas Sensorik dan Proksimat Puding. J. Fish Protech, 2 (2): 244-250.
Selistiawati, dan Idris, S.P.A. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Rumput Laut Kappahycus alvarezii (Kasus di Desa Punaga Binaan Balai Budidaya Air Payau Takalar). Jurnal Vokasi, 7 (2): 187-191.
Tamaheng, T, Makapedua,M.D, Berhimpon, S. 2017. Kualitas Rumput Laut Merah (Kappahycus alvarezii) Dengan Metode Pengeringan Sinar Matahari dan Cabinet Dryer , Serta Rendemen Semi-Refined Carragenan (SRC). Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan, 5 (2): 152-157.
Wanyonyi, S, Preez, D.R, Brown, L, Paul, A.N, Panchal, K.S. 2017. Kappaphycus alvarezii as a Food Supplement Prevents Diet-Induced Metabolic Syndrome in Rats. Nutrients, 9 (2017): 1261.