• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENILAIAN KINERJA PEGAWAI DI KANTOR KECAMATAN TENGGILIS MEJOYO KOTA SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENILAIAN KINERJA PEGAWAI DI KANTOR KECAMATAN TENGGILIS MEJOYO KOTA SURABAYA."

Copied!
152
0
0

Teks penuh

(1)

PENILAIAN KINERJA PEGAWAI

DI KANTOR KECAMATAN TENGGILIS MEJOYO

KOTA SURABAYA

SKRIPSI

Oleh :

Zulian Kukuh Prasetya NPM : 0641010022

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR SURABAYA

(2)

PENILAIAN KINERJA PEGAWAI

DI KANTOR KECAMATAN TENGGILIS MEJOYO

KOTA SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur

Oleh :

Zulian Kukuh Prasetya NPM : 0641010022

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR SURABAYA

(3)

PENILAIAN KINERJA PEGAWAI DI KANTOR KECAMATAN TENGGILIS MEJOYO KOTA SURABAYA

Disusun oleh :

Zulian Kukuh Prasetya NPM. 0641010022

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal :

Menyetujui,

Pembimbing Utama Tim Penguji

Dr. Lukman Arif, M. Si

1.

Drs. Pudjo Adi, M. Si

NIP. 196411021994031001 NIP. 19515101973031001

2.

Drs. Ananta Prathama, M. Si NIP. 196004131990031001 3.

Dr. Lukman Arif, M. Si NIP. 196411021994031001

Mengetahui Dekan

(4)

PENILAIAN KINERJA PEGAWAI DI KANTOR KECAMATAN TENGGILIS MEJOYO KOTA SURABAYA

Disusun Oleh:

Zulian Kukuh Prasetya NPM : 0641010022

Telah Disetujui Untuk Mengetahui Ujian Skripsi

Menyetujui, Pembimbing

Dr. Lukman Arif, M.Si NIP. 196411021994031001

Mengetahui, Dekan

(5)

JUDUL PENELITIAN : PENILAIAN KINERJA PEGAWAI DI KANTOR KECAMATAN TENGGILIS MEJOYO KOTA SURABAYA

NAMA MAHASISWA : ZULIAN KUKUH PRASETYA

NPM : 0641010022

PROGRAM STUDI : ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS : ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Menyatakan bahwa Skripsi ini telah direvisi dan disahkan. Pada tanggal : 19 Juni 2012

Dosen Penguji I Dosen Penguji II Dosen Penguji III

(6)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah S.W.T atas limpahan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi

dengan judul “Penilaian Kinerja Pegawai Negeri Sipil di Kantor Kecamatan

Tenggilis Mejoyo Surabaya”.

Skripsi ini dibuat dalam rangka memenuhi persyaratan kurikulum pada

Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Dalam tersusunnya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih

sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Lukman Arif, MSi, sebagai dosen pembimbing yang

telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan kepada penulis.

Disamping itu juga ucapakan terima kasih disampaikan kepada :

1. Ibu Dra. Hj. Ec. Suparwati, MSi, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik.

2. Bapak Dr. Lukman Arif, MSi, selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi

Negara.

3. Ibu Dra. Susi Hardjati, M.AP, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu

Administrasi Negara.

4. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang memberikan

bekal dalam proses perkulian Program Studi Ilmu Administrasi Negara Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

5. Bapak Drs. Chairul Anwar, Msi, selaku Camat Tenggilis Mejoyo

(7)

7. Bapak dan Ibu Staff Kepegawaian Kecamatan Tenggilis Mejoyo Kota

Surabaya

8. Kedua orang tuaku terima kasih doanya.

9. Semua teman-temanku Program Studi IlmuAdministrasi Negara telah

memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi atau lulus kuliah.

Dalam penyusunan skripsi ini peneliti sangat menyadari masih ada kekurangan

dari segi teknis maupun material penyusunannya.Oleh karena itu, peneliti

senantiasa bersedia dan terbuka dalam menerima saran dan kritik dari semua pihak

yang dapat menambah kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata peneliti mengucapkan terima kasih serta besar harapan penulis,

semoga skripsi ini dalam diterima dan bermanfaat bagi semua pihak.

Surabaya, Juni2012

(8)

DAFTAR ISI

2.2.1 Konsepsi Manajemen Kinerja Sektor Publik. …..……….. 11

2.2.1.1 Pengertian Manajemen. …………..……… 11

2.2.1.2 Pengertian Kinerja. ……….. 11

2.2.1.3 Pengertian pengukuran Kinerja……… 12

2.2.1.4 Pengertian Manajemen Kinerja ……….. 16

2.2.2 Penilaian Kinerja ……… 19

2.2.2.1 Pengertian Penilaian KInerja ………... 19

2.2.2.2 Tujuan Penilaian Kinerja ………. 20

(9)

2.2.2.4 Fungsi Penilaian Kinerja……….. 23

2.2.2.5 Kesalahan Dalam Penilaian Kinerja……… 24

2.2.2.6 Unsur-Unsur, Kriteria, dan Sifat Penilaian Kinerja . ………... 24

2.2.3 Penilaian Kinerja PNS………. 26

2.2.3.1 Pengertian Penilaian Kinerja PNS ………... 26

2.2.3.2 Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan PNS ………… 27

2.2.3.3 Tata Cara Penilaian ………. 32

2.2.3.4 Bias Penilaian ………. 33

2.2.3.5 Penyempurnaan Sistem Penilaian Kinerja PNS 36 2.3 Kerangka Berpikir ………. 39

BAB III METODE PENELITIAN……….. 41

3.1 Jenis Penelitian ……… 41

4.1. Gambaran Umum Kantor Kecamatan Tenggilis Mejoyo ………… 53

4.1.1 Sejarah Kecamatan Tenggilis Mejoyo ……… 53

4.1.2 Lokasi dan Wilayah Kerja Kecamatan Tenggilis Mejoyo 55 4.1.3 Visi dan Misi Kecamatan Tenggilis Mejoyo ……… 55

4.1.4 Struktur Organisasi Kecamatan Tenggilis Mejoyo …….. 56

(10)

4.1.7 Pelaksanaan Kegiatan di Kantor Kecamatan Tenggilis

Mejoyo ... 66

4.1.8 Komposisi Pegawai kantor Kecamatan Tenggilis Mejoyo 67 4.1.9 Sarana dan Prasarana Kantor Kecamatan Tenggilis Mejoyo ………. 70

4.2. Hasil Penelitian……… 73

4.2.1 Pejabat Penilai ………. 74

4.3. Pembahasan ……… 105

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……… 117

5.1 Kesimpulan ………. 117

5.2 Saran ……… 119 DAFTAR PUSTAKA

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Pengaruh Individu dan Kelompok Terhadap Kinerja Organisasi 12

Gambar 2. Manajemen Kinerja Sebagai Pendorong Integrasi ……….. 17

Gambar 3. Kerangka Berpikir ………. 39

Gambar 4. Analisis Data Kualitatif ………. 49

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Komposisi Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin ……… 67 Tabel 2. Komposisi Pegawai Berdasarkan Agama ……...……… 67 Tabel 3. Komposisi Pegawai Berdasarkan Pangkat/ Golongan ...………… 68 Tabel 4 Komposisi Pegawai Berdasarkan Bagian/Bidang Tugasnya …….. 69 Tabel 5 Komposisi Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan ………….. 70 Tabel 6 Komposisi Sarana dan Prasarana di Kantor Kecamatan Tenggilis

Mejoyo. 71

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara Lampiran 2 Dokumentasi Suasana Kerja Lampiran 3 Matriks Sumber Data Lampiran 4 Surat Keterangan Penelitian Lampiran 5 Surat Kenaikan Gaji Berkala Lampiran 6 Surat Kenaikan Pangkat

(14)

ABSTRAKSI

Zulian Kukuh Prasetya, Penilaian Kinerja Pegawai Negeri Sipil di Kantor Kecamatan Tenggilis Mejoyo Kota Surabaya

Penelitian ini merupakan penelitian diskriptif kualitatif, penelitian ini berdasarkan adanya fenomena Pegawai di Kantor Kecamatan Tenggilis Mejoyo pada tahun 2008-2011 telah banyak yang mengikuti workshop tentang Teknologi Informasi Dan Kepegawaian dimaksudkan untuk menguasai teknis penyelesaian pekerjaan dengan alat yang sudah ada.Kinerja pegawai menjadi kajian penting dalam penelitian ini karena dengan pengukuran pegawai dapat diketahui melalui berbagai indicator yang mendukung peningkatan kinerja, maka akan dapat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan kinerja pegawai.

Setiap PNS pada dasarnya menginginkan DP3 hasil kerja yang baik agar naik pangkat cepat pada waktunya. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka perumusan masalah yaitu “Bagaimana Kinerja Pegawai di Kecamatan Tenggilis Mejoyo Kota Surabaya?”.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendiskripsikan penilaian Kinerja Pegawai Negeri Sipil.Pada penentuan ini menjadi situs atau lokasi penelitian adalah Kantor Kecamatan Tenggilis Mejoyo sebagai uji sampling.

Fokus penelitian ini yaitu Unsur Penilai (Kesetiaan, Prestasi Kerja, Tanggung Jawab, Ketaatan, Kejujuran, Kerjasama, Prakarsa, dan Kepemimpinan).Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder.Dimana sumber data berasal dari informasi dengan teknik Snowball Sampling.Adapun teknik pengumpulan data dengan wawancara observasi dan dokumentasi.Analisis data menggunakan analisis kualitatif yakni meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan.Dengan teknik keabsahan datanya meliputi derajat kepercayaan, keteralihan, ketergantungan dan kepastian.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam era globalisasi dan seiring dengan kemajuan zaman, sebagai

organisasi yang maju dituntut mampu untuk menyesuaikan diri serta terus

melakukan perubahanperubahan yang terjadi. Kemajuan suatu organisasi seperti

Kecamatan Tenggilis Mejoyo sangat ditentukan dari kinerja dan keefektifan para

pegawai dalam menjalankan tugas. Setiap organisasi pada umumnya

mengharapkan para pegawainya mampu melaksanakan tugasnya dengan efektif,

efisien, produktif dan professional. Semua ini bertujuan agar organisasi memiliki

sumber daya manusia yang berkualitas dan sekaligus memiliki daya saing yang

tinggi.

Kecamatan dilihat dari sistem pemerintahan Indonesia merupakan ujung

tombak dari pemerintahan daerah yang langsung berhadapan dengan masyarakat

luas. Citra birokrasi pemerintahan secara keseluruhan akan banyak ditentukan oleh

kinerja organisasi tersebut.

Kecamatan sebagai instansi pelayanan publik dituntut untuk memperbaiki

dan senantiasa melakukan reformasi serta mengantisipasi perkembangan

masyarakat yang terjadi. Dalam rangka meningkatkan citra, kerja dan kinerja

instansi pemerintah menuju kearah professionalisme dan menunjang terciptanya

pemerintahan yang baik (good governance), perlu adanya penyatuan arah dan

(16)

sebagai pedoman atau acuan dalam melaksanakan tugas baik manajerial maupun

operasional diseluruh bidang tugas dan unit organisasi Instansi Pemerintah secara

terpadu.

Penilaian kinerja Pegawai Negeri Sipil adalah penilaian secara periodik

pelaksanaan pekerjaan seorang Pegawai Negeri Sipil. Tujuan penilaian kinerja

adalah untuk mengetahui keberhasilan atau ketidak berhasilan seorang Pegawai

Negeri Sipil, dan untuk mengetahui kekurangankekurangan dan

kelebihankelebihan yang dimiliki oleh Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan

dalam melaksanakan tugasnya. Hasil penilaian kinerja digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam pembinaan Pegawai Negeri Sipil, antara lain pengangkatan,

kenaikan pangkat, pengangkatan dalam jabatan, pendidikan dan pelatihan, serta

pemberian penghargaan. Penilaian kinerja Pegawai Negeri Sipil dilaksanakan

berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1979 tentang Penilaian

Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil.

Sedangkan pokok permasalahan yang teramati dilapangan bahwa

karakteristik pegawai cenderung bervariasi, baik ditinjau dari kemampuan, tingkat

pendidikan, masa kerja maupun motivasi masingmasing individu sangat beda dan

beragam. Disisi lain teramati bahwa masih terdapat beberapa pegawai yang

cenderung bersikap pasif terhadap perubahan, sehingga usaha untuk

mengembangkan diri masih kurang. Kondisi ini menarik bagi peneliti untuk

melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi

kinerja pegawai dan sekaligus memberikan kontribusi positif terhadap kemajuan

organisasi di Kecamatan Tenggilis Mejoyo. Secara umum kinerja pegawai dapat

(17)

Berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan, maka diperoleh fenomena di

Kantor Kecamatan Tenggilis Mejoyo, sebagai berikut :

Pegawai di Kantor Kecamatan Tenggilis Mejoyo pada tahun 20082011 telah

banyak yang mengikuti workshop tentang Teknologi Informasi Dan Kepegawaian

dimaksudkan untuk menguasai teknis penyelesaian pekerjaan dengan alat yang

sudah ada. Atas dasar fenomena tersebut peneliti tertarik untuk mengkaji berbagai

masalah yang berkaitan dengan kinerja, maka kajian penelitian ini peneliti

menetapkan kinerja pegawai sebagai pokok kajian. Kinerja pegawai menjadi kajian

penting dalam penelitian ini karena dengan pengukuran pegawai dapat diketahui

melalui berbagai indicator yang mendukung peningkatan kinerja, maka akan dapat

digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan kinerja pegawai. Dengan upaya

peningkatan kinerja pegawai akan memberikan dorongan dalam mencapai visi,

misi dan tujuan organisasi.

Kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya

tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Para atasan atau manajer sering tidak

memperhatikan kecuali sudah amat buruk atau segala sesuatu jadi serba salah.

Terlalu sering manajer tidak mengetahui betapa buruknya kinerja telah merosot

sehingga perusahaan / instansi menghadapi krisis yang serius. Kesan–kesan buruk

organisasi yang mendalam berakibat dan mengabaikan tanda–tanda peringatan

adanya kinerja yang merosot. Menurut S.P. Hasibuan, Malayu (2001:34) mengemukakan “kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai

seseorang dalam melaksanakan tugas tugas yang dibebankan kepadanya yang

(18)

menurut Rivai, Veithzal (2004:309) mengemukakan kinerja adalah “merupakan

perilaku yang nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang

dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan”.

Penilaian kinerja (performance appraisal) pada dasarnya merupakan faktor

kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien, karena

adanya kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya manusia yang ada

dalam organisasi. Penilaian kinerja individu sangat bermanfaat bagi dinamika

pertumbuhan organisasi secara keseluruhan, melalui penilaian tersebut maka dapat

diketahui kondisi sebenarnya tentang bagaimana kinerja karyawan. Menurut

Wahyudi, Bambang (2002:101) “penilaian kinerja adalah suatu evaluasi yang

dilakukan secara periodik dan sistematis tentang prestasi kerja/jabatan seorang tenaga kerja, termasuk potensi pengembangannya”. Sedangkan menurut Simamora,

Henry (2004:338) “penilaian kinerja adalah proses yang dipakai oleh organisasi untuk mengevaluasi pelaksanaan kerja individu karyawan”. Dengan demikian,

penilaian kinerja pegawai dapat menjadi pedoman yang baik dalam peningkatan

(19)

1.2 Perumusan Masalah

Kinerja pegawai merupakan suatu hal yang sangat penting dalam usaha

organisasi untuk mencapai tujuannya, sehingga berbagai kegiatan harus

dilakukan organisasi untuk meningkatkannya, salah satu diantaranya adalah

penilaian kinerja.

Sebagai instansi pemerintah daerah yang bergerak dibidang pengelolaan dan

penggunaan jasa di Kecamatan Tenggilis Mejoyo Kota Surabaya memerlukan

pegawai yang kompeten yang dapat memberikan kontribusi kepada masyarakat.

Untuk mengetahui pegawai yang kompeten tersebut maka perlu dilakukan suatu

Penilaian Karyawan Pegawai.

Seperti yang sudah dijelaskan diatas. diperoleh informasi bahwa penilaian

kinerja pegawai dilakukan dengan menggunakan standar kinerja yang berbeda

antara pegawai dalam jabatan yang sama hal ini menyebabkan kinerja pegawai

tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh perusahaan, dengan kata lain

pegawai tersebut belum dapat mencapai target yang telah ditentukan oleh

perusahaan. Sehingga diperlukan adanya suatu standar kinerja yang seragam dalam

melakukan penilaian kinerja pegawai.

Dari hasil uraian latar belakang yang sudah dijelaska diatas maka diperoleh

suatu perumusan masalah penelitian yaitu:

“Bagaimana Kinerja Pegawai Kantor Kecamatan di Kecamatan Tenggilis Mejoyo

(20)

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah yang telah di uraikan

di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Kinerja Pegawai di

Kecamatan Tenggilis Mejoyo Kota Surabaya.

1.4 Kegunaan Penelitian 1. Bagi Penulis

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan baik secara praktis maupun

teoritis dari ilmu yang didapatkan dan menjelaskan pentingnya tentang

kinerja.

2. Bagi Kantor Kecamatan Tenggilis Mejoyo Surabaya

Memberikan sumbangan pemikiran sesuai teori yang didapat, yang

mungkin dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan untuk

pemecahan masalah, khususnya masalah kinerja.

3. Bagi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Untuk menambah referensi kepustakaan dan dapat berguna sebagai dasar

pemikiran bagi kemungkinan adanya penelitian sejenis di masa mendatang

(21)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang di lakukan oleh pihak lain dapat digunakan dalam

pengkajian yang berkaitan dengan Kinerja Pegawai di Kecamatan Tenggilis

Mejoyo Kota Surabaya antara lain:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Noberty, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur (2006) yang berjudul “Kinerja Yayasan

Penolong Pembina Anak Yatim dan Fakir Miskin Al Amal di Surabaya”.

Penelitian ini bertujuan berusaha menggambarkan dan ingin mengetahui

Kinerja Yayasan Penolong Pembina Anak Yatim dan Fakir Miskin AlAmal di

Surabaya yang dipengaruhi oleh : (1) faktor personal, (2) faktor kepemimpinan,

(3) faktor tim, (4) faktor sistem dan (5) faktor kontekstual.

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan metode analisis data, penelitian

kualitatif adalah dengan menggunakan teknik deskriptif kualitatif di mana

penelitian ini di gambarkan suatu fenomena dengan jalan mendekriptifkan

fenomena dalam penelitian ini adalah Kinerja Yayasan Penolong Pembina

Anak Yatim dan Fakir Miskin AlAmal di Surabaya.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dilihat dari faktor personal telah

berjalan dengan baik, dari kepemimpinan sudah baik, dari faktor tim sudah

berjalan dengan baik, dari faktor sistem cukup memadai dan sudah sangat baik

(22)

Penelitian yang dilakukan sekarang mempunyai persamaan dengan penelitian

diatas yakni sama-sama membahas tentang kinerja. Selain persamaan,

penelitian yang dilakukan sekarang juga mempunyai perbedaan dengan

penelitian terdahulu. Adapun perbedaan sekarang dengan peneliti terdahulu

antara lain: penelitian terdahulu terdapat 5 faktor yang mempengaruhi kinerja

yaitu : (1) faktor personal, (2) faktor kepemimpinan, (3) faktor tim, (4) faktor

sistem dan (5) faktor kontekstual.

Peneliti Sekarang juga terdapat 5 faktor yang mempengaruhi kinerja, yaitu : (1)

faktor kemampuan mereka, (2) faktor Motivasi, (3) faktor dukungan yang

diterima, (4) faktor keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan, (5) faktor

hubungan mereka dengan organisasi.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Lustyowati Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur (2006) yang berjudul “Kinerja Dinas

Kesehatan Kota Surabaya dalam Melaksanakan Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah di Kecamatan Wiyung”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Kinerja Dinas Kesehatan Kota

Surabaya dalam melaksanakan Program Pencegahan dan Pemberantasan

Penyakit Demam Berdarah di Kecamatan Wiyung yang diukur dari 3 Hal : (1)

Masukan, (2) hasil antara dan (3) hasil akhir. Penelitian ini adalah penelitian

kualitatif dan metode analisis data, penelitian kualitatif adalah dengan

menggunakan teknik deskriptif kualitatif di mana penelitian ini di gambarkan

suatu fenomena dengan jalan mendekriptifkan fenomena dalam penelitian ini

(23)

Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah di Kecamatan

Wiyung

Hasil dari penelitian diatas dalam tahap masukan menunjukkan bahwa

pelayanan kesehatan yang diberikan Dinas Kesehatan Kota Surabaya salah

satunya adalah pelayanan dalam pelaksanaan program pencegahan dan

pemberantasan

Penelitian yang dilakukan sekarang mempunyai persamaan dengan penelitian

diatas yakni samasama membahas tentang kinerja.

Selain persamaan, penelitian yang dilakukan sekarang juga mempunyai

perbedaan dengan penelitian terdahulu. Adapun perbedaan sekarang dengan

peneliti terdahulu antara lain: penelitian terdahulu terdapat 3 hal yang

mempengaruhi kinerja yaitu : (1) masukan, (2) hasil antara, (3) hasil akhir.

Peneliti Sekarang juga terdapat 5 faktor yang mempengaruhi kinerja, yaitu : (1)

faktor kemampuan mereka, (2) faktor Motivasi, (3) faktor dukungan yang

diterima, (4) factor keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan, (5) faktor

hubungan mereka dengan organisasi.

3. Penelitian yang di lakukan oleh Happy Fitri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur (2006) yang berjudul “Akuntabilitas

Kinerja di Kantor Pelayanan dan Bea Cukai Juanda”.

Penelitian ini untuk mengetahui Akuntabilitas Kinerja di Kantor Pelayanan dan

Bea Cukai Juanda. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan metode

analisis data, penelitian kualitatif adalah dengan menggunakan teknik deskriptif

(24)

mendeskriptifkan fenomena dalam penelitian ini adalah Akuntabilitas Kinerja

di Kantor Pelayanan dan Bea Cukai Juanda.

Hasil dari penelitian di KPBC (Kantor Pelayanan dan Bea Cukai) Juanda dalam

tahap finansial perspective, lomerja juga dinilai sudah bagus hal ini dibuktikan

dengan tercapainya target penerimaan yang meningkat disbanding tahun

sebelumnya, sisi lain pada tahap ini adalah laporan keuangan yang jelas dan

terperinci yang menunjukkan adanya upaya penghematan dan pemanfaatan

aktiva.

Penelitian yang dilakukan sekarang mempunyai persamaan dengan

penelitian diatas yakni samasama membahas tentang kinerja. Selain persamaan,

penelitian yang dilakukan sekarang juga mempunyai perbedaan dengan

penelitian terdahulu. Adapun perbedaan peneltian sekarang dengan penelitian

terdahulu antara lain: penelitian terdahulu menggunakan balanced scorecard

yaitu system pengukuran kinerja melalui 4 perspektif yang mempengaruhi

kinerja yaitu : (1) faktor financial perspektif, (2) faktor customer perspektif, (3)

faktor internal business, (4) faktor learning and growth.

Penelitian sekarang juga mempunyai 6 faktor yang mempengaruhi kinerja,

yaitu : (1) faktor kualitas kerja, (2) faktor kuantitas kerja, (3) faktor spesifikasi

pekerjaan, (4) faktor sarana pekerjaan, (5) factor impak pekerjaan, (6) faktor

(25)

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Konsepsi Manajemen Kinerja Sektor Publik 2.2.1.1 Pengertian Manajemen

Menurut A.F. Stoner, James (1996:207) menyatakan bahwa manajemen

adalah proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan

berbagai upaya dari anggota organisasi dan proses penggunaan semua sumber daya

organisasi demi tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Selanjutnya

Kathryn M. Bartol dan David C. Marten menyatakan bahwa manajemen adalah

proses untuk mencapai tujuan - tujuan organisasi dengan melakukan

kegiatan-kegiatan dari empat fungsi utama, yaitu merencanakan (planning),

mengorganisasikan (organizing), memimpin (leading) dan mengendalikan

(controlling). Dari definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa manajemen

adalah sebuah proses untuk mencapai tujuantujuan organisasi yang dilakukan oleh

seseorang atau sekelompok orang dengan menggunakan fungsifungsi

merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan (pendekatan

fungsi).

2.2.1.2 Pengertian Kinerja

Menurut Otley (1999) menyatakan bahwa kinerja mengacu pada sesuatu

yang terkait dengan kegiatan melakukan pekerjaan, dalam hal ini meliputi hasil

yang dicapai kerja tersebut. Selanjutnya Rogers (1994) berpendapat bahwa kinerja

didefinisikan sebagai hasil kerja (outcomes of work), karena hasil kerja

memberikan keterkaitan yang kuat terhadap tujuantujuan strategik organisasi,

kepuasan pelanggan, dan kontribusi ekonomi. Lebih lanjut pengertian kinerja

(26)

sasaran ataupun tujuan instansi pemerintah sebagai penjabaran dari visi, misi dan

strategi instansi pemerintah yang mengindikasikan tingkat keberhasilan dan

kegagalan pelaksanaan kegiatankegiatan sesuai dengan program dan kebijakan

yang ditetapkan (LAN: 2003). Oleh karena itu, kinerja merupakan kondisi yang

harus diketahui dan diinformasikan kepada pihakpihak tertentu untuk mengetahui

tingkat pencapaian hasil suatu organisasi dihubungkan dengan misi yang diemban.

Kinerja juga merupakan tingkat efisiensi dan efektivitas serta inovasi dalam

pencapaian tujuan oleh pihak manajemen dan divisidivisi yang ada dalam

organisasi.

Gambar 1

Pengaruh Individu dan Kelompok Terhadap Kinerja Organisasi

Sumber : Moeheriono, 2010

2.2.1.3 Pengertian Pengukuran Kinerja

Untuk menentukan kinerja perlu dilakukan pengukuran kinerja. Pengukuran

kinerja merupakan sub sistem dari manajemen kinerja (Cokins 2004; Halachmi

(27)

sebagai proses untuk mengkuantifikasi efisiensi dan efektivitas dari suatu tindakan

(Tangen 2004; Olsen et al. 2007; Cocca dan Alberti 2010). Tindakan yang

dimaksud adalah tindakan masa lalu (Cocca dan Alberti 2010). Pengukuran kinerja

adalah bagian dari analisa atau diagnosa terhadap proses untuk mengidentifikasi

aktivitas mana yang diprioritaskan untuk diperbaiki.

Menurut pandangan tradisional, pengukuran kinerja adalah untuk

memonitor kinerja bisnis dan mendiagnosa penyebab dari masalah. Amaratunga

dan David (2002) menyatakan bahwa fungsi utama dari sistem pengukuran kinerja

adalah untuk mengontrol operasi dalam organisasi. Dalam model umpan balik

tradisional, para manajer mengatur kinerja dengan monitoring output dan kemudian

menyesuaikan input untuk mencapai suatu target dibanding mengendalikan suatu

tugas dengan mempertimbangkan semua elemen data yang diperlukan untuk

menguraikan status dari sistem (Bond 1999).

Dikaitkan dengan manajemen operasional, Radnor dan Barnes (2007)

mendefinisikan pengukuran kinerja sebagai proses mengkuantifikasi input, output,

dan tingkat aktivitas dari suatu proses. Wibisono (1999) menyebutkan bahwa

pengukuran kinerja di perusahaan manufaktur pada level manajemen operasi dapat

dibagi menjadi tiga jenis yaitu 1) pengukuran kinerja taktis (competitive priorities),

2) pengukuran kinerja operasional (manufacturing task), dan 3) pengukuran kinerja

strategis (resource availability). Hal yang sama juga dikemukakan oleh Craig dan

Grant (2002) bahwa keunggulan bersaing suatu organisasi didukung oleh

kemampuan sumber daya dan rutinitas organisasi.

Karim (2008) dalam Karim (2009) menyebutkan bahwa penentuan prioritas

(28)

menunjukkan keunggulan kompetitif dan mewakili tujuan yang seharusnya dicapai

(Rusjan 2005). Untuk menentukan prioritas kompetisi perusahaan manufaktur

Leachman et al. (2006) mengusulkan ukuran kinerja berdasarkan pada kualitas dan

volume output.

Berdasarkan pengalaman implementasi pada beberapa perusahaan di

Indonesia ditinjau dari aspek kepraktisan dan nilai tambah yang diberikan,

Wibisono (2006) menyatakan bahwa pendekatan yang sesuai untuk diterapkan di

Indonesia dalam menentukan variabel kinerja yang akan diukur adalah dengan

melakukan identifikasi variabel kinerja dari 3 perspektif yaitu 1) keluaran

organisasi (business results), 2) proses internal (internal business processes), dan

3) kemampuan atau ketersediaan sumber daya (resources availability).

Terdapat tiga aspek formal dari pengukuran kinerja (Spitzer 2007) yaitu 1)

ukuranukuran (variabel yang diukur), 2) proses pengukuran (tahapan yang

menunjukkan bagaimana cara melakukan pengukuran), dan 3) infrastruktur teknis

(berupa hardware dan software komputer yang digunakan untuk mendukung

proses pengukuran). Tiga kriteria yang dapat digunakan untuk menilai keefektifan

dari sistem pengukuran kinerja (Olsen et al. 2007) yaitu 1) keterkaitan, 2)

perbaikan terusmenerus, dan 3) pengawasan proses.

Terkait dengan ukuranukuran (variabel) yang diukur, Medori dan Steeple

(2000) menyatakan bahwa pada semua framework pengukuran kinerja yang telah

dihasilkan, pada umumnya memiliki kelemahan dalam hal memberikan panduan

terhadap pemilihan variabel kinerja yang akan diukur. Denton (2005) menyatakan

bahwa meskipun banyak hal yang dapat diukur tetapi lebih penting untuk

(29)

Parmenter (2010) mengkategorikan ukuran kinerja dalam tiga kategori yaitu

: 1) KRI (Key Result Indikator), 2) KPI (Key Performance Indicator), dan 3) PI

(Performance Indicator). Shahin dan Mahbod (2007) menyebutkan bahwa KPI

dapat dirumuskan berdasarkan tujuan dari organisasi. Saunders et al. (2007)

menegaskan pentingnya penguraian strategi organisasi ke dalam tindakan. Kaplan

dan Norton dalam Parmenter (2010) merekomendasikan agar dalam

pengukuran kinerja tidak menggunakan lebih dari 20 ukuran kinerja. Selain itu,

Hope dan Fraser dalam Parmenter (2010) menyarankan penggunaan ukuran kinerja

kurang dari 10.

Radnor dan Barnes (2007) menyebutkan bahwa terdapat tiga

kecenderungan umum dalam pengukuran kinerja yaitu 1) keluasan dari unit analisis

(level individu, stasiun kerja, lini produksi, unit bisnis, perusahaan), 2) kedalaman

ukuran kinerja (keterkaitan variabel kinerja), 3) peningkatan range ukuran kinerja

(misalnya dari efisiensi menjadi efisiensi dan efektivitas).

Berbagai ukuran kinerja dapat diidentifikasi sesuai dengan kebutuhan.

Heizer dan Render (2008) menyebutkan bahwa faktorfaktor penentu

produktivitas yaitu : 1) tenaga kerja, 2) modal, dan 3) manajemen. Namun, dalam

pengukuran produktivitas dapat digunakan satu (single) atau lebih dari satu (multi)

faktor. Gleich et al. (2008) menyebutkan bahwa untuk meningkatkan kinerja dapat

digunakan indikator non finansial berupa volume, waktu siklus, dan kapasitas yang

dimiliki. Martin (2008) mengidentifikasi ukuranukuran kinerja untuk menentukan

efisiensi proses yaitu kualitas produk atau jasa, kapasitas atau kuantitas output,

kuantitas dari produk cacat, kuantitas dari waste, waktu siklus, waktu produksi,

(30)

Kerangka kerja proses pengukuran kinerja perlu diperbaiki secara kontinu

dengan mempertimbangkan berbagai model pengukuran kinerja yang sesuai

dengan permasalahan yang dihadapi (Nenadal 2008). Beheshti dan Lollar (2008)

menyebutkan bahwa pengukuran kinerja merupakan keputusan penting yang sering

menggunakan informasi subyektif.

Terkait dengan infrastruktur yang digunakan dalam pengukuran kinerja,

Santos et al. (2007) menunjukkan adanya variasi infrastruktur yaitu secara manual

dan pemanfaatan sistem informasi. Raymond dan Marchand (2008) menunjukkan

pergeseran dalam pemanfaatan sistem informasi untuk pengukuran kinerja, yaitu

dari sistem informasi eksekutif (1980–1999) ke Sistem Intelijen (2000 sampai saat

ini). Selain itu, Denton (2010) menyebutkan bahwa intranet dan internet dapat

digunakan untuk meningkatkan pengelolaan dan pengukuran kinerja.

2.2.1.4 Pengertian Manajemen Kinerja

Manajemen kinerja menurut Surya Dharma (2005) adalah suatu cara untuk

mendapatkan hasil yang lebih baik bagi organisasi, kelompok dan individu dengan

memahami dan mengelola kinerja sesuai dengan target yang telah direncanakan,

standar dan persyaratan kompetensi yang telah ditentukan. Dengan demikian

manajemen kinerja adalah sebuah proses untuk menetapkan apa yang harus

dicapai, dan pendekatannya untuk mengelola dan pengembangan manusia melalui

suatu cara yang dapat meningkatkan kemungkinan bahwa sasaran akan dapat

dicapai dalam suatu jangka waktu tertentu baik jangka pendek maupun jangka

(31)

Selanjutnya Amstrong (1994) menyatakan bahwa manajemen kinerja

berkenaan dengan proses kerja, manajemen, pengembangan dan imbalan yang

saling berhubungan. Lebih lanjut dikatakan bahwa manajemen kinerja dapat

menjadi suatu kekuatan penggabung yang amat kuat, memastikan bahwa proses

tersebut dihubungkan secara tepat sebagai bagian fundamental dari pendekatan

manajemen sumber daya manusia yang harus dilaksanakan dalam organisasi.

Sedangkan fungsi manajemen kinerja sebagai proses yang terintegrasi disajikan

pada gambar berikut:

Gambar 2

Manajemen Kinerja Sebagai Pendorong Integrasi

Sumber : Moeheriono, 2010

Manajemen kinerja yang efektif memberikan dasar bagi usaha

mengkomunikasikan misi, nilainilai dan sasaran organisasi kepada seluruh anggota

organisasi. Peranan manajemen kinerja dalam mendukung pencapaian strategi

organisasi adalah dengan suatu cara mengintegrasikan sasaran ke bawah, ke atas Manajemen

Kinerja

Meningkatkan

Kinerja Individu Manajemen Kinerja

Mengembangkan

Kemampuan dan Meningkatkan

(32)

dan ke samping di seluruh tubuh organisasi. Pada hakekatnya manajemen kinerja

lebih merupakan suatu manajemen berdasarkan kesepakatan ataupun kontrak

kinerja daripada merupakan suatu manajemen berdasarkan komando.

Faktor penting dalam manajemen kinerja menurut Williams dalam Amstrong

(2004) adalah penetapan sasaran. Dimana disebutkan bahwa penetapan sasaran

adalah proses manajemen yang memastikan setiap anggota organisasi memahami

aturan dan hasil yang perlu dicapai untuk memaksimalkan kontribusi mereka bagi

organisasi secara keseluruhan. Selanjutnya disebutkan bahwa sasaran hendaknya :

(1) disepakati bersama antara pimpinan dan seluruh anggota organisasi secara

realistis dan menantang sehingga ada rasa memiliki; (2) mengukur tingkat

sesungguhnya dari pencapaian, sehingga dasar penilaian kinerja dapat dimengerti

sebelumnya dan jelas; (3) bersifat mendukung strategi organisasi secara

keseluruhan, sehingga sasaran yang telah ditetapkan bersama dapat terintegrasi dan

konsisten di dalam organisasi. Lebih lanjut disebutkan bahwa terdapat tiga bentuk

penggunaan sasaran, yaitu: (a) sasaran yang memberikan kontribusi terhadap

pencapaian sasaran organisasi yang disebut dengan “key result areas”; (b) sasaran yang memberikan kontribusi terhadap peningkatan kinerja individu, yang disebut “standar kinerja”; dan (c) sasaran yang memberikan kontribusi terhadap pengembangan diri individu yang disebut “pengembangan kinerja”.

Manajemen kinerja sektor publik. Dari konsepsi manajemen maupun

kinerja sebagaimana tersebut di atas, maka manajemen kinerja sektor publik

didefinisikan sebagai suatu metode untuk mengukur kemajuan program atau

kegiatan yang dilakukan oleh organisasi sektor publik dalam mencapai hasil atau

(33)

Management Handbook Departemen Energi USA, adalah suatu pendekatan

sistematik untuk memperbaiki kinerja melalui proses berkelanjutan dalam

penetapan sasaransasaran kinerja strategik, mengukur kinerja, mengumpulkan,

menganalisis, menelaah, dan melaporkan data kinerja, serta menggunakan data

tersebut untuk memacu perbaikan kinerja.

2.2.2 Penilaian Kinerja

2.2.2.1 Pengertian Penilaian Kinerja

Menurut Soeprihanto (1988:7) Penilaian Kinerja adalah sistem yang

digunakan untuk menilai dan mengetahui apakah seorang karyawan telah

melaksanakan pekerjaannya masingmasing secara keseluruhan. Pelaksanaan

pekerjaan secara keseluruhan bukan hanya dilihat atau dinilai hasil fisiknya tetapi

meliputi berbagai hal, seperti kemampuan kerja, disiplin, hubungan kerja, prakarsa,

kepemimpinan dan halhal khusus sesuai dengan bidang level pekerjaan yang

dijabatinya.

Sedang menurut Hariandja (2002:195) penilaian kinerja merupakan suatu

proses organisasi dalam menilai kinerja pegawainya. Tujuan dilakukannya

penilaian kinerja secara umum adalah untuk memberikan feedback kepada pegawai

dalam upaya memperbaiki tampilan kerjanya dan upaya meningkatkan

produktivitas organisasi dan secara khusus dilakukan dalam kaitannya dengan

berbagai kebijaksanaan terhadap pegawai seperti untuk tujuan promosi, kenaikan

gaji, pendidikan dan latihan dan lainlain. Jadi secara umum dapat didefinisikan

bahwa penilaian kinerja tersebut adalah sebagai penilaian hasil kerja nyata dengan

(34)

kinerja pegawai mutlak harus dilakukan untuk mengetahui prestasi yang dapat

dicapai setiap karyawan. Apakah prestasi yang dicapai setiap pegawai baik, sedang,

kurang. Penilaian prestasi penting bagi setiap karyawan dan berguna bagi

organisasi untuk mengambil keputusan dan menetapkan tindakan kebijaksanaan

selanjutnya. Dengan demikian, Penilaian Kinerja (performance appraisal), pada

dasarnya merupakan proses yang digunakan organisasi untuk mengevaluasi job

performance. Jika dikerjakan dengan benar, hal ini akan memberikan manfaat yang

penting bagi pegawai yang dinilai, penilai, dan departemen kepegawaian, serta

organisasi. Setiap atasan dalam suatu departemen harus menilai kinerja pegawai

yang berada dibawahnya untuk mendapatkan suatu gambaran hasil kerja nyata

pegawai sehingga dari hasil penilaian kinerja, dapat ditentukan pembinaan,

tindakan administratif dan keputusankeputusan yang akan diambil berikutnya.

Dengan demikian jelaslah bahwa penilaian kinerja merupkan kajian tentang

penilaian yang sistematis atas kondisi kerja pegawai yang dilaksanakan secara

formal yang dikaitkan dengan standar kerja yang ditentukan organisasi.

2.2.2.2 Tujuan Penilaian Kinerja

Menurut Soeprihanto (2001:8) Tujuan penilaian kinerja adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui keadaan keterampilan dan kemampuan setiap karyawan secara

rutin.

2. Untuk digunakan sebagai dasar perencanaan bidang personalia, khususnya

(35)

3. Dapat digunakan sebagai dasar pengembangan dan pendayagunaan karyawan

seoptimal mungkin sehingga antara lain dapat diarahkan jenjang kariernya

atau perencanaan karier, kenaikan pangkat dan kenaikan jabatan.

4. Mendorong terciptanya hubungan timbal balik yang sehat antara atasan dan

bawahan.

5. Mengetahui kondisi perusahaan secara keseluruhan dari bidang personalia,

khususnya prestasi karyawan dalam bekerja.

6. Secara pribadi, bagi karyawan dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan

masingmasing sehingga dapat memacu perkembangannya. Sebaliknya bagi

atasan yang menilai akan lebih memperhatikan dan mengenal bawahan/

karyawan, sehingga dapat membantu dalam memotivasi karyawan dalam

bekerja.

7. Hasil penilaian pelaksanaan pekerjaan (kinerja) dapat bermanfaat bagi

penelitian dan pengembangan di bidang personalia secara keseluruhan.

2.2.2.3 Manfaat Penilaian Kinerja

Menurut Simanjuntak (2005:109) manfaat penilaian kinerja yaitu :

1. Peningkatan kinerja. Terutama bila hasil penilaian kinerja seseorang rendah

atau di bawah standar yang telah ditetapkan, maka orang yang bersangkutan

dan atasan akan segera membuat segala upaya untuk meningkatkan kinerja

tersebut, misalnya dengan bekerja lebih keras dan tekun lagi.

2. Pengembangan SDM. Penilain kinerja sekaligus mengidentifikasi dan

kelemahan setiap individu, serta potensi yang dimilikinya. Dengan demikian

(36)

keunggulan dan potensi individu yang bersangkutan, serta mengatasi dan

mengkompensasi kelemahankelemahannya melalui program pelatihan.

Manajemen dan individu yang bersangkutan dapat mengembangkan potensi

yang dimiliki oleh setiap individu, baik untuk memenuhi kebutuhan

perusahaan atau organisasi, maupun dalam rangka mengembangkan karier

mereka masingmasing.

3. Pemberian kompensasi. Melalui penilaian kinerja individu, dapat diketahui

siapa yang memberikan kontribusi besar dan siapa yang memberikan

kontribusi kecil dalam pencapaian hasil akhir organisasi atau perusahaan.

Pemberian imbalan atau kompensasi yang adil haruslah didasarkan kepada

kinerja atau kontribusi setiap orang kepada perusahaan. Pekerja yang

menampilkan penilaian kinerja yang tinggi patut diberi kompensasi, antara lain

berupa: pemberian penghargaan, pemberian bonus, dan atau percepatan

kenaikan pangkat dan atau gaji.

4. Program peningkatan produktivitas. Dengan mengetahui kinerja

masingmasing individu, kekuatan dan kelemahan masingmasing serta potensi

yang mereka miliki manajemen dapat menyusun program peningkatan

produktivitas perusahaan.

5. Program kepegawaian. Hasil penilaian kinerja sangat bermanfaat untuk

menyusun programprogram kepegawaian, termasuk promosi, rotasi dan

mutasi, serta perencanaan karier pegawai.

6. Menghindari perlakukan diskriminasi. Penilaian kinerja dapat menghindari

perlakuan diskriminasi dan kolusi, karena setiap tindakan kepegawaian akan

(37)

2.2.2.4 Fungsi Penilaian Kinerja

Penilaian kerja adalah suatu proses dimana organisasi mengadakan evaluasi

atau menilai prestasi kerja karyawannya (Handoko:1994:20). Sebenarnya tidak ada

suatu hal yang mewajibkan tiaptiap organisasi untuk memiliki penilaian tetapi

dengan melihat fungsi penilaian yang begitu besar, maka hampir semua organisasi

dimanapun mempuanyai sistem penilaian kinerja. Fungsi diadakannya penilaian

kinerja disetiap kinerja organisasi antara lain adalah sebagai berikut:

1. Sebagai dasar untuk menentukan keputusan penggajian.

2. Sebagai dasar umpan balik atas kinerja yang dilakukan seseorang atau

kelompok.

3. Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan karyawan yang dinilai.

4. Sebagai dasar pertimbangan untuk keputusan promosi.

5. Sebagai dasar pertimbangan untuk keputusan dan pemberhentian.

6. Sebagai dasar pertimbangan untuk keputusan training dan pengembangan.

7. Sebagai dasar pertimbangan untuk keputusan penghargaan (reward)

8. Sebagai alat untuk memotivasi dan meningkatkan kinerja.

Dengan mengetahui banyak kegunaan atau fungsi dari adanya penilaian

kinerja, maka bisa diketahui bahwa hasil penilaian kinerja bukanlah merupakan

tahap akhir, namun sebaliknya hasil penilaian hendaknya dapat digunakan sebagai

(38)

2.2.2.5 Kesalahan Dalam Penilaian Kinerja

Menurut (Handoko 1994:26) Evaluasi kinerja dapat menjadi bias apabila

dalam peroses penilaian kinerja terdapat kesalahankesalahan persepsi yang bersifat

subjektif yang dimiliki oleh penilaian. Biasbias penilaian tersebut antara lain:

1. Bias karena atribut yang dimiliki oleh bawahan (atribution bias)

2. Cenderung menilai dengan skor yang sedang atau ditengahtengah (central

tendency)

3. Menilai dengan nilai yang sangat (terlalu) tinggi atau yang disebut dengan

leniency, atau justru menilai dengan nilai yang sangat (terlalu) rendah atau

strictness.

4. Penilaian yang sangat dipengaruhi oleh ciri sifat pribadi dari orang yang

dinilai (haloeffect).

5. Menilai orang hanya karena stereotype, misal orang yang usianya sudah tua,

pastilah kinerjanya buruk Menilai bawahan hanya berdasar perilaku atau

prestasi kerja akhir, atau waktu yang mendekati waktu penilaian tanpa

memperhatikan prestasi kerja waktuwaktu sebelumnya (recency effect).

2.2.2.6 UnsurUnsur, Kriteria dan Sifat Penilaian Kinerja

Menurut Soeprihanto (2001:23) dalam melakukan penilaian terhadap

pelaksanaan pekerjaan atau prestasi kerja seorang karyawan harus memiliki

pedoman dan dasardasar penilaian. Pedoman dan dasardasar penilaian tersebut

dapat dibedakan dalam aspekaspek penilaian. Yang dimaksud dengan aspek

penilaian disini adalah halhal yang pada dasarnya merupakan sifatsifat atau ciriciri

(39)

dengan lancar dan berhasil dengan baik atau dengan kata lain ciriciri dari

pelaksanaan pekerjaan (kinerja) yang berhasil digunakan kembali untuk menilai

setiap pelaksanaan pekerjaan yang bersangkutan secara rutin.

Yang perlu dipertimbangkan oleh bagian personalia bersama para manajer

adalah aspekaspek atau unsurunsur penilaian. Aspekaspek atau unsurunsur

penilaian umumnya berbeda dengan sebagian sesuai dengan level karyawan yang

dinilai. Menurut Soeprihanto (2001:23) pada umumnya ada beberapa aspekaspek

penilaian yang dapat diterapkan seperti Prestasi Kerja, Rasa Tanggungjawab,

Kesetiaan dan Pengabdian, Prakarsa, Kejujuran, Disiplin, Kerjasama,

Kepemimpinan. Sedangkan menurut James E.Neal Jr. (2003) dalam Mangkunegara

(2009:29) ada beberapa aspek yang menjadi panduan dalam evaluasi kinerja

karyawan yaitu Akurasi, Prestasi, Administrasi, Analitis, Komunikasi, Kompetensi,

Kerjasama, Kreativitas, Pengambilan Keputusan, Pendelegasian, Dapat

Diandalkan, Improvisasi, Inisiatif, Inovasi, Keahlian Interpersonal, Keputusan,

Pengetahuan, Kepemimpinan, Pembelajaran, Manajemen, Motivasi, dan Negoisasi.

Selanjutnya Soeprihanto (2001:25) menjelaskan dengan kriteria penilaian tertentu

masing masing aspek dapat dinilai. Dari jumlah penilaian tersebut akan diketahui

bahwa seorang karyawan tingkat prestasinya sangat baik, normal, kurang

memuaskan, tidak memuaskan atau dengan ungkapan lain tingkat prestasinya

sangat baik, baik, cukup, sedang dan kurang. Dalam melakukan penilaian

sebaiknya dilakukan seobyektif mungkin. Memang akan lebih baik apabila sudah

dimiliki dan disepakati suatu standard. Akan tetapi kenyataanya adalah

kesepakatan yang ditentukan oleh pihak manajer dengan memberikan bobot (nilai)

(40)

Menurut Soeprihanto (2001:26) sesuai dengan tujuan penilaian pelaksanaan

pekerjaan (kinerja), maka sifat penilaian yang baik adalah terbuka dan rahasia.

Penilaian kinerja sebaiknya terbuka bagi karyawan bersangkutan. Maksud sifat

terbuka yaitu bahwa setiap karyawan yang dinilai berhak mengetahui penilaian

yang dilakukan, oleh atasannya terhadap dirinya. Di samping dia berhak

mengetahui, karyawan dapat mengajukan keberatankeberatan atas nilainya, apabila

menurut anggapannya penilaian tersebut kurang sesuai. Dalam mengajukan

keberatan tersebut sebaiknya menyatakan faktafakta dan alasan yang logis. Agar

seorang karyawan mampu memahami penilaian, perlu adanya penjelasan dari

bagian personalia atau bagian yang ditunjuk, tentang berbagai bidang yang dinilai

dalam organisasi perusahaan tersebut.

Sifat yang kedua yaitu rahasia maksudnya, bahwa penilaian itu hanya

diketahui oleh pejabat yang berkepentingan yaitu penilainya dan karyawan yang

dinilai. Walau demikian untuk menjamin objektifitasnya diperlukan/dibutuhkan

pihak ketiga yang tidak turut menilai tetapi mempunyai kekuatan dan hubungan

dengan penilaian tersebut. Sehingga pada daftar penilaian kinerja tersebut terdapat

tiga pihak yang menyetujui, yaitu pejabat yang menilai, pejabat yang menilai, dan

pejabat satu tingkat di atas penilai.

2.2.3 Penilaian Kinerja PNS

2.2.3.1 Pengertian Penilaian Kinerja PNS

Penilaian kinerja Pegawai Negeri Sipil, adalah penilaian secara periodik

pelaksanaan pekerjaan seorang Pegawai Negeri Sipil. Tujuan penilaian kinerja

(41)

Negeri Sipil, dan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh

Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan dalam melaksanakan tugasnya. Hasil

penilaian kinerja digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pembinaan

Pegawai Negeri Sipil, antara lain pengangkatan, kenaikan pangkat, pengangkatan

dalam jabatan, pendidikan dan pelatihan, serta pemberian penghargaan. Penilaian

kinerja Pegawai Negeri Sipil dilaksanakan berdasarkan Peraturan Pemerintah

Nomor 10 Tahun 1979 tentang Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri

Sipil.

2.2.3.2 Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan PNS

Unsurunsur yang dinilai dalam melaksanakan penilaian pelaksanaan

pekerjaan adalah :

1. Kesetiaan

Yang dimaksud dengan kesetiaan, adalah kesetiaan, ketaatan, dan

pengabdian kepada Pancasila, UndangUndang Dasar 1945, Negara, dan

Pemerintah. Unsur kesetiaan terdiri atas subsub unsur penilaian sebagai berikut:

a. Tidak pernah menyangsikan kebenaran Pancasila baik dalam ucapan, sikap,

tingkah laku, dan perbuatan;

b. Menjunjung tinggi kehormatan Negara dan atau Pemerintah, serta

senantiasa mengutamakan kepentingan Negara daripada kepentingan diri

sendiri, seseorang, atau golongan;

c. Berusaha memperdalam pengetahuan tentang Pancasila dan UndangUndang

(42)

Pemerintah, dan rencanarencana Pemerintah dengan tujuan untuk

melaksanakan tugasnya secara berdayaguna dan berhasilguna;

d. Tidak menjadi simpatisan/anggota perkumpulan atau tidak pernah terlibat

dalam gerakan yang bertujuan mengubah atau menentang Pancasila

UndangUndang Dasar 1945, bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia,

atau Pemerintah;

e. Tidak mengeluarkan ucapan, membuat tulisan, atau melakukan tindakan

yang dapat dinilai bertujuan mengubah atau menentang Pancasila,

UndangUndang Dasar 1945, Negara, dan Pemerintah.

2. Prestasi Kerja

Prestasi kerja adalah hasil kerja yang dicapai seorang Pegawai Negeri Sipil

dalam melaksana tugas yang dibebankan kepadanya. Pada umumnya prestasi

kerja seorang Pegawai Negeri Sipil dipengaruhi oleh kecakapan, keterampilan,

pengalaman dan kesungguhan PNS yang bersangkutan. Unsur prestasi kerja

terdiri atas subsub unsur sebagai berikut:

a. Mempunyai kecakapan dan menguasai segala seluk beluk bidang tugasnya

dan bidang lain yang berhubungan dengan tugasnya;

b. Mempunyai keterampilan dalam melaksanakan tugasnya;

c. Mempunyai pengalaman di bidang tugasnya dan bidang lain yang

berhubungan dengan tugasnya;

d. Bersungguhsungguh dan tidak mengenal waktu dalam melaksanakan

tugasnya;

e. Mempunyai kesegaran dan kesehatan jasmani dan rohani yang baik;

(43)

g. Hasil kerjanya melebihi hasil kerja ratarata yang ditentukan, baik dalam arti

mutu maupun dalam arti jumlah.

3. Tanggung jawab

Tanggung jawab adalah kesanggupan seorang Pegawai Negeri Sipil

menyelesaikan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaikbaiknya

dan tepat pada waktunya serta berani memikul risiko atas keputusan yang

diambilnya atau tindakan yang dilakukannya. Unsur tanggung jawab terdiri atas

subsub unsur sebagai berikut:

a. Selalu menyelesaikan tugas dengan sebaikbaiknya dan tepat pada

waktunya;

b. Selalu berada di tempat tugasnya dalam segala keadaan;

c. Selalu mengutamakan kepentingan dinas daripada kepentingan diri sendiri,

orang lain, atau golongan;

d. Tidak pernah berusaha melemparkan kesalahan yang dibuatnya kepada

orang lain;

e. Berani memikul risiko dari keputusan yang diambil atau tindakan yang

dilakukannya;

f. Selalu menyimpan dan atau memelihara dengan sebaikbaiknya

barangbarang milik Negara yang dipercayakan kepadanya.

4. Ketaatan

Ketaatan adalah kesanggupan seorang Pegawai Negeri Sipil untuk menaati

segala peraturan perundangundangan dan peraturan kedinasan yang berlaku,

(44)

kesanggupan untuk tidak melanggar larangan yang ditentukan. Unsur ketaatan

terdiri atas subsub unsur sebagai berikut:

a. Menaati peraturan perundangundangan dan atau peraturan kedinasan yang

berlaku

b. Menaati perintah kedinasan yang diberikan oleh atasan yang berwenang

dengan sebaikbaiknya;

c. Memberikan pelayanan terhadap masyarakat dengan sebaikbaiknya sesuai

dengan bidang tugasnya;

d. Bersikap sopan santun

5. Kejujuran

Pada umumnya yang dimaksud dengan kejujuran, adalah ketulusan hati

seorang Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas dan kemampuan

untuk tidak menyalah gunakan wewenang yang diberikan kepadanya. Unsur

kejujuran terdiri atas subsub unsur sebagai berikut:

a. Melaksanakan tugas dengan ikhlas;

b. Tidak menyalahgunakan wewenangnya;

c. Melaporkan hasil kerjanya kepada atasannya menurut keadaan yang

sebenarnya

6. Kerjasama

Kerjasama adalah kemampuan seseorang Pegawai Negeri Sipil untuk

bekerja bersamasama dengan orang lain dalam menyelesaikan sesuatu tugas

yang ditentukan, sehingga tercapai daya guna dan hasil guna yang

(45)

a. Mengetahui bidang tugas orang lain yang ada hubungannya dengan bidang

tugasnya;

b. Menghargai pendapat orang lain;

c. Dapat menyesuaikan pendapatnya dengan pendapat orang lain, apabila

yakin bahwa pendapat orang lain itu benar;

d. Bersedia mempertimbangkan dan menerima usul yang baik dari orang lain;

e. Selalu mampu bekerja bersamasama dengan orang lain menurut waktu dan

bidang tugas yang ditentukan;

f. Selalu bersedia menerima keputusan yang diambil secara sah walaupun

tidak sependapat.

7. Prakarsa

Prakarsa adalah kemampuan seorang Pegawai Negeri Sipil untuk

mengambil keputusan, langkahlangkah atau melaksanakan sesuatu tindakan

yang diperlukan dalam melaksanakan tugas pokok tanpa menunggu perintah

dari atasan. Unsur prakarsa terdiri atas subsub unsur sebagai berikut:

a. Tanpa menunggu petunjuk atau perintah dari atasan, mengambil keputusan

atau melakukan tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan tugasnya,

tetapi tidak bertentangan dengan kebijaksanaan umum pimpinan

b. Berusaha mencari tatacara yang baru dalam mencapai dayaguna dan

hasilguna yang sebesar besarnya;

c. Berusaha memberikan saran yang dipandangnya baik dan berguna kepada

atasan, baik diminta atau tidak diminta mengenai sesuatu yang ada

(46)

8. Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah kemampuan seorang Pegawai Negeri Sipil untuk

meyakinkan orang lain sehingga dapat dikerahkan secara maksimal untuk

melaksanakan tugas pokok. Unsur kepemimpinan terdiri atas subsub unsur

sebagai berikut:

a. Menguasai bidang tugasnya;

b. Mampu mengambil keputusan dengan cepat dan tepat;

c. Mampu mengemukakan pendapat dengan jelas kepada orang lain;

d. Mampu menentukan prioritas dengan tepat

e. Bertindak tegas dan tidak memihak;

f. Memberikan teladan baik;

g. Berusaha memupuk dan mengembangkan kerjasama;

h. Mengetahui kemampuan dan batas kemampuan bawahan;

i. Berusaha menggugah semangat dan menggerakkan bawahan dalam

melaksanakan tugas;

j. Memperhatikan dan mendorong kemajuan bawahan:

k. Bersedia mempertimbangkan saransaran bawahan.

2.2.3.3 Tata Cara Penilaian

Hasil penilaian pelaksanaan pekerjaan PNS Daftar Penilaian Pekerjaan Pegawai

Negeri Sipil.

a. amat baik = 91 100

b. baik = 76 90

(47)

d. sedang = 51 60

e. kurang = 50 ke bawah

Nilai untuk masingmasing unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan, adalah

ratarata dari nilai subsub unsur penilaian. Setiap unsur penilaian ditentukan dulu

nilainya dengan angka, kemudian ditentukan nilai sebutannya. Hasil penilaian

pelaksanaan pekerjaan dituangkan dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan.

Pejabat Penilai baru dapat melakukan penilaian pelaksanaan pekerjaan, apabila ia

telah membawahkan Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan sekurangkurangnya

6 (enam) bulan. Apabila Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan diperlukan untuk

suatu mutasi kepegawaian, sedangkan Pejabat Penilai belum 6 (enam) bulan

membawahi Pegawai Negeri Sipil yang dinilai, maka Pejabat Penilai tersebut dapat

melakukan penilaian pelaksanaan pekerjaan dengan mengunakan bahanbahan yang

ditinggalkan oleh Pejabat Penilai yang lama.

2.2.3.4 Bias Penilaian

Dalam praktek dilapangan, penilaian atas prestasi kerja seorang PNS, walaupun

menurut PP No.10/1979 tersebut dalam penilaian harus diusahakan seobyektif dan

seteliti mungkin, namun pada kenyataannya sering kali adanya unsur subyektivitas

yang relatif kuat dari pejabat yang menilainya, sehingga hasil dari penilaian

tersebut bisa menyimpang dari tujuan yang ingin dicapai, dan hasil

penilaiannyapun dengan sendirinya akan mengalami bias penilaian.

Hal ini akan semakin nampak bila dibandingkan metode yang digunakan dalam

(48)

Rao (1992:73) mengemukakan adanya bias yang umum terjadi dalam penilaian

prestasi kerja ialah sebagai berikut:

1. Hallo Effect, terjadi karena penilai menyukai atau tidak menyukai sifat pegawai

yang dinilainya. Oleh karena itu cenderung akan memperoleh nilai positip pada

semua aspek penilaian bagi pegawai yang disukainya, dan begitu pula

sebaliknya, seorang pegawai yang tidak disukainya akan mendapatkan nilai

negatif pada semua aspek penilaian;

2. Liniency and Severity Effect. Liniency effect ialah penilai cenderung

beranggapan bahwa mereka harus berlaku baik terhadap karyawan, sehingga

mereka cenderung memberi harkat (nilai) yang baik terhadap semua aspek

penilaian. Sedangkan severity effect ialah penilai cenderung mempunyai

falsafah dan pandangan yang sebaliknya terhadap karyawan sehingga

cenderung akan memberikan nilai yang buruk (keras);

3. Central tendency, yaitu penilai tidak ingin menilai terlalu tinggi dan juga tidak

terlalu rendah kepada bawahannya (selalu berada ditengahtengah). Karena

toleransi penilai yang terlalu berlebihan tersebut sehingga cenderung menilai

sebagian besar dengan nilai yang ratarata.

4. Assimilation and differential effect. Assimilation effect, yaitu penilai cenderung

menyukai karyawan yang mempunyai ciriciri atau sifat seperti mereka,

sehingga akan memberikan nilai yang lebih baik dibandingkan dengan

karyawan yang tidak memiliki kesamaan sifat dan ciriciri dengannya.

Sedangkan differential effect, yaitu penilai cenderung menyukai menyukai

(49)

sifatsifat itulah yang mereka inginkan, sehingga penilai akan memberinya nilai

yang lebih baik dibanding yang lainnya ;

5. First impression error, yaitu penilai yang mengambil kesimpulan tentang

karyawan berdasarkan kontak pertama mereka dan cenderung akan membawa

kesankesan ini dalam penilaiannya hingga jangka waktu yang lama ;

6. Recency effect, penilai cenderung memberikan nilai atas dasar perilaku yang

baru saja mereka saksikan, dan melupakan perilaku yang lalu selama suatu

jangka waktu tertentu.

7. Sedangkan menurut Breunan (1989:9597) ada bias lain dalam penilaian prestasi

kerja yaitu :

a. Stereotypes, adalah berdasarkan harapan penilai sendiri, bukan atas dasar

kenyataan yang benarbenar terjadi atau mencari kenyataan sesuai dengan

teori penilai dari pada membuat suatu teori yang sesuai dengan kenyataan.

b. Subjective standards, adalah diartikan berbeda antara pengguna individu,

seperti kriteria sangat baik sampai tidak baik.

c. Opportunity Bias, adalah seorang pegawai dapat memperoleh nilai baik

karena keadaan pegawai tersebut bukan karena prestasi kerjanya.

Selain adanya berbagai bias yang sering terjadi pada penilaian tersebut,

pemanfaatan DP3 sebagai bahan dalam melaksanakan pembinaan PNS antara lain

dalam mempertimbangkan kenaikan pangkat, penempatan dalam jabatan,

pemindahan, dan kenaikan gaji berkala, juga pada kenyataannya belum optimal.

Sebagai contoh bisa terlihat dengan adanya salah satu syarat untuk kenaikan

pangkat sebagaimana yang disebutkan dalam PP No.3/1980, dan SE BAKN No.

(50)

yang setingkat lebih tinggi dapat diberikan kepada PNS apabila telah empat tahun

dalam pangkat yang dimilikinya dan setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan

sekurangkurangnya bernilai baik dalam tahun terakhir.

Persyaratan nilai DP3 tahun terakhir ini, berarti bahwa DP3 yang akan dipakai

(dilampirkan) dalam pengajuan usulan kenaikan pangkat tersebut ialah penilaian

untuk tahun terakhir (tahun ketiga) sejak kenaikan pangkat terakhir diterima oleh

PNS bersangkutan, hal ini berarti pula bahwa baik buruknya penilaian dalam DP3

tahun pertama dan kedua, sama sekali tidak diperhatikan. Jelasnya walaupun nilai

DP3 PNS bersangkutan pada tahun pertama dan kedua bernilai kurang, ia tetap

akan naik pangkat, kalau nilai DP3–nya untuk tahun ketiga, minimal bernilai baik.

Karena adanya halhal seperti inilah kiranya dirasa perlu untuk melakukan evaluasi

kembali atas pelaksanaan sistem penilaian prestasi kerja pegawai yang sekarang

sedang berlaku diseluruh organisasi pemerintah untuk kesempurnaan dan kebaikan

sistem tersebut, sehingga apa yang diharapkan dari hasil penilaian tersebut bisa

memberikan keuntungan yang bisa dirasakan oleh pegawai yang dinilai baik

berupa penghargaan, pengakuan maupun untuk pengembangan kariernya.

Sedangkan bagi organisasi itu sendiri, hasil penilaian ini bisa memberikan

keuntungan yang berbentuk bahanbahan yang bisa dijadikan sebagai bahan

pertimbangan dan acuan untuk pengambilan keputusan yang berhubungan dengan

administrasi kepegawaian.

2.2.3.5 Penyempurnaan Sistem Penilaian Kinerja PNS

Dalam era global dan era keterbukaan seperti sekarang, setiap organisasi

akan menghadapi persaingan hebat dalam upaya mencapai tujuannya. Porter,

(51)

analisis faktor internal dan eksternal dalam menentukan posisi organisasi dalam

persaingan dengan tekanan perubahan lingkungan strategis. Hendry, Petti Grew

dan Sparrow (1988) menemukan bukti bahwa banyak organisasi menyadari bahwa

Human Resource Management (HRM) memberikan support lebih besar dalam

menghadapi tekanan persaingan. Dapat diartikan bahwa dalam rangka menghadapi

tekanan peraingan dan perubahan lingkungan strategis, penilaian kinerja

(performance appraisal) adalah elemen yang sangat penting sebagai kunci

keberhasilan serta efektif digunakan HRM dalam organisasi, karena pada dasarnya

kekuatan dan kualitas sumber daya manusianya.

Dalam konteks Mc.Gregor, HRM (1960) mengelompokkan tiga tujuan

performance appraisal :

1. Administrative, untuk memberikan dasar dalam menetapkan promosi, mutasi

dan kenaikan gaji.

2. Informative, untuk memberikan data kepada manajemen tentang kelebihan dan

kekurangan kinerja staf.

3. Motivational, untuk menciptakan pengalaman belajar (learning experience)

yang memotivasi staf untuk mengembangkan diri dan meningkatkan

kinerjanya.

Jika ke tiga tujuan performance diatas diproyeksikan ke dalam lingkungan

organisasi publik (lingkungan organisasi PNS), tantangan utama adalah bagaimana

dapat menjelaskan dan meyakinkan kepada semua pihak yang terkait, apa

sebenarnya tujuan utama perubahan dan penyempurnaan penilaian kinerja PNS.

Tanpa klarifikasi hal tersebut, dengan pengalaman penilaian PNS selama ini

(52)

kehilangan arti, makna, hanya sebagai pekerjaan failling kertas yang tidak pernah

ada tindak lanjutnya.

Di dalam konteks perubahan dan penyempurnaan kebijakan sistem penilaian

kinerja PNS, harus dilaksanakan dengan prinsip transparansi yang berorientasi

pada hasil akhir (end result). Beberapa issue sentral yang perlu dikembangkan oleh

para pengambil kebijakan bidang pembinaan dan pengembangan PNS adalah :

1. Penilaian kinerja PNS, yang mengarah pada keterbukaan dengan memberikan

kesempatan kepada setiap PNS untuk terlibat dalam penilaian kinerjanya, dan

memasukkan dua orang pejabat penilai (appraiser) yang selevel dengan atasan

langsungnya sebagai pejabat penilai (untuk mendapatkan unsur penilaian yang

obyektif).

2. Sistem organisasi yang berorientasi pada kinerja, dengan melibatkan setiap

PNS dalam menetapkan sasaran kinerja unit (SKU) dan sasaran kinerja

individu (SKI).

3. Mengevaluasi kemampuan dan potensi PNS sebagai suatu tujuan dari sistem

penilaian kinerja PNS (assesment center). Hal ini dimaksudkan untuk

menghindari ketidakpuasan hasil penilaian termasuk juga sebagai salah satu

upaya melengkapi keterbatasan prespektif atasan langsung karena

kedekatannya dalam hubungan kerja.

4. Penggunaan assesment center, diharapkan dapat memberikan masukan tentang

kompetensi serta kebutuhan pengembangan yang dapat meningkatkan

pemahaman dan wawasan baik bagi pejabat penilai maupun PNS yang dinilai.

5. Pentingnya pemahaman tentang pilosofi organisasi terhadap pengembangan

(53)

2.3 Kerangka Berpikir

Alur berpikir dalam efektifitas penilaian terhadap pelaksanaan pekerjaan

Pegawai Negeri Sipil dalam penilaian kinerja pegawai bagi PNS di Kantor

Kecamatan Tenggilis Mejoyo,Surabaya dapat dibagankan sebagai berikut :

Gambar 3 Kerangka Berpikir

Gambar

Gambar 1 Pengaruh Individu dan Kelompok Terhadap Kinerja Organisasi
Gambar 2 Manajemen Kinerja Sebagai Pendorong Integrasi
Gambar 3 Kerangka Berpikir
Gambar 4 Analisis Data Kualitatif
+7

Referensi

Dokumen terkait

Karakteristik dan kinerja pelayanan informasi obat di Apotek di Kecamatan Tenggilis Mejoyo Surabaya Timur dalam hal informasi-informasi yang disampaikan terkait obat lebih

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: I Untuk mengetahui berapa besar pengaruh tunjangan kinerja daerah terbadap kinerja pegawai pada Kantor Kecamatan Lubuklinggau Barat I

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Efektivitas Kinerja Pegawai Pada Kantor Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa. Untuk mencapai tujuan tersebut maka peneliti menggunakan

Hasil penelitian ini adalah (1) variabel kepemimpinan tidak memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai kantor kecamatan Gatak.. (2)

Hasil penelitian menunjukan bahwa kecerdasan emosional pegawai di Kantor Kecamatan Sape Kabupaten Bima dikategorikan sangat tinggi hal ini dibuktikan dengan nilai

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kompetensi manajerial mempunyai pengaruh terhadap kinerja pegawai di Kantor Kecamatan Liukanng Tupabbiring Kabupaten sebesar 51,2%

Faktor yang menghambat Kinerja pegawai dalam pelaksanaan pelayanan adalah Di Kantor Kecamatan Balikapapan Kota masih ada beberapa hambatan yang perlu di benahi

Pada Gambar 4.18 merupakan halaman form penilaian kinerja pegawai dan juga proses untuk melakukan penginputan penilaian kinerja pegawai yang akan dinilai oleh atasan