• Tidak ada hasil yang ditemukan

J. K. B Jurnal Kependidikan Betara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "J. K. B Jurnal Kependidikan Betara"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

https://e-journal.sdn195pinangmerah.com/index.php/jkb

e-ISSN : 2722-0052

p-ISSN : 2722-029X

J . K . B

Jurnal Kependidikan Betara

Sitasi: Pertama, Fauzi, M. A., & Febriyanto, M. A. (2021). Studi Literatur Terkait Pengaruh Problem Based Learning (PBL) dengan Keterampilan Berpikir Kritis. Jurnal Kependidikan Betara, 2(1), 51-57.

Studi Literatur Terkait Pengaruh

Problem Based Learning

(PBL)

dengan Keterampilan Berpikir Kritis

Muhammad Andi Fauzi*, & Muhammad Adhe Febriyanto

Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5, Malang, 64165, Indonesia

*E-mail: muhamad.andi.1803216@students.um.ac.id

1. Pendahuluan

Banyak penelitian telah mengungkapkan bahwa banyak terjadi kesalahpahaman mengenai konsep fisika, baik dari siswa maupun guru. Secara umum miskonsepsi dapat terdi karena pengetahuan yang diperoleh mahasiswa saat belajar di sekolah. Kesalahpahaman atau miskonsepsi yang dialami cenderung bertahan sampai lulus, jika tidak dilakukan pembenahan konsep (Mufit dkk., 2019). Setiap siswa memulai belajar fisika dengan percaya dengan aka sehat mereka atau logis tentang bagaimana kejadian dunia bekerja yang diperoleh dari pengalaman mereka secara pribadi bertahun tahun (Fratiwi dkk., 2020). Miskonsepsi siswa pada tahun pertama saat belajar dapat mempengaruhi pembelajaran fisika pada tahun berikutnya. Kesalahpahaman mahasiswa dalam mata kuliah fisika dasar dapat menyebabkan kesulitan bagi mahasiswa dalam memahami mata kuliah fisika lanjutan. Hasil penelitian Mufit terhadap mahasiswa

Received

November 2020

Revised

Desember 2020

Accepted for Publication

Januari 2021

Published

Januari 2021 Abstract

This article was created with the aim of identifying the effect of the Problem Based Learning model in improving students' critical thinking. The data collection method is in the form of literature study. This article explains that Problem Based Learning is a learning model that focuses on solving problems in physics concepts by students. Critical thinking is the student's ability to analyze and evaluate the information received to draw conclusions appropriately. The results of the literature study conducted showed that there was an increase in students' critical thinking skills in the learning process with the Problem Based Learning (PBL) learning model. The application of Prbolem Based Learning has an average increase of about 50% after the learning pattern is applied. So that the existence of the PBL learning model is effectively used to improve students' critical thinking which incidentally in solving physics concepts requires the ability to analyze and evaluate to draw a conclusion.

Keywords: Problem Based Learning, Critical Thinking Ability, Physics Concepts

Abstrak

Artikel ini dibuat dengan tujuan untuk mengidentifikasi pengaruh model pembelajaran

Problem Based Learning dalam meningkatkan berpikir kritis siswa. Metode pengambilan data

berupa studi literatur. Pada artikek ini menjelaskan bahwa Problem Based Learning

merupakan model pembelajaran yang menitikberatkan pemecahan masalah konsep fisika oleh siswa. Berpikir kritis merupakan kemampuan siswa dalam menganalisis dan mengevaluasi informasi yang diterima untuk menarik kesimpulan dengan tepat. Hasil studi literatur yang dilakukan menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Penerapan

Prbolem Based Learning terjadi peningkatan rata rata sekitar 50% setelah diterapkan pola

pembelajaran tersebut. Sehingga dengan adanya model pembelajaran PBL efektif digunakan untuk meningkatkan berpikir kritis siswa yang notabene dalam memecahkan konsep fisika memerlukan kemampuan menganalisis dan mengevaluasi untuk menarik sebuah kesimpulan.

(2)

52 tahun pertama yang telah mengambil mata kuliah Fisika Umum, ditemukan bahwa pemahaman konsep

fisika mahasiswa masih rendah (≤ 50%) (Mufit dkk., 2019). Selain itu, miskonsepsi yang dilakukan oleh

mahasiswa sebagai calon guru dapat meneruskan miskonsepsi kepada siswanya di kemudian hari saat menjadi guru. Sebelum mengambil mata kuliah pengantar fisika, siswa memiliki banyak kesalahpahaman terkait dengan pengalaman atau pengetahuan mereka sebelumnya (Demi̇Rci̇, 2003).

Miskonsepsi adalah sesuatu yang wajar dalam fase pembentukan pengetahuan seseorang yang belajar. Namun jika tidak segera diselesaikan akan mengganggu proses pembelajaran (Artiawati dkk., 2016). Sebab proses pembelajaran yang diciptakan oleh guru memengaruhi hasil pembelajaran siswa (Kristanto, 2017). Sebelum mengatasi miskonsepsi siswa, perlu mengidentifikasi tingkat miskonsepsi siswa. Setelah proses identifikasi selesai maka harus dibedakan siswa yang memahami konsep, tidak tahu kosep, dan siswa yang hanya menggunakan keyakinannya dalam menentukan jawaban (Yolanda, 2017).

Dalam menghadapi miskonsepsi yang dialami oleh siswa diperlukan sebuah solusi untuk mengatasinya. Miskonsepsi yang dialami siswa biasanya dikarenakan oleh ketidaktahuan siswa mengenai konsep yang dipelajari ataupun ketidakyakinan siswa dalam menjawab persoalan yang dihadapi siswa. Ketidaktahuan siswa disebabkan karena kurangnya keterampilan berpikir kritis siswa. 2. Pembahasan

2.1 Problem Based Learning

Pembelajaran Problem Based Learning adalah model pembelajaran yang berbasis pada masalah. Pembelajaran ini sangat melibatkan keaktifan peseta didik dalam usaha memecahkan masalah yang dihadapkan secara ilmiah (Fatma & Budhi, 2018). Model pembelajaran Problem Based Learning adalah salah satu model pembelajaran yang dapat divariasikan oleh guru yang mengajar dan diperdalam dengan alur belajar yang nantinya diharapkan dapat menjadikan peserta didik menjadi lebih paham dengan materi yang diberikan.

Model pembelajaran problem based learning merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa dalam berperan aktig sehingga sangat baik untuk diterapkan, ini bertujuan untuk memberikan pengalaman kepada peserta didik terhadapa suatu permasalahan yang nyata dengan materi yang sesuai dengan pelajaran yang sedang dipelajari (Sepriyani dkk., 2018). Model ini akan memberikan pengalaman kepada siswa untuk belajar secara terus menerus dalam menghadapi suatu permasalahan yang diberikan dan menyelesaikan masalah yang baru dengan pengalamannya sendiri.

Problem Based Learning (PBL) atau pembelajaran berbasis masalah adalah model pengajaran yang memiliki, ciri yaitu mempunyai permasalahan nyata sebagai kontes untuk peserta didik belajar kritis dan keterampilan memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan.

Karakteristik Problem Based Learning (PBL) adalah sebgai berikut :

1. Proses pembelajaran menitikberatkan kepada siswa. Ini bertujuan agar siswa dapat mengkontruksikan pengetahuannya sendiri dengan pengalamannya sendiri.

2. Masalah yang diberikan kepada siswa adalah masalah yang berhubungan dengan sehari hari agar masih relevan dengan kehidupan siswa.

3. Siswa dituntut agar dapat memecahkan permasalahan sendiri supaya siswa mendapatkan informasi baru secara sendiri yang diharapkan dengan cara seperti itu siswa akan selalu ingat dengan solusi yang dikerjakannya sendiri.

4. Menggunakan pembelajaran secara kelompok kecil, agar siswa dapat mengembangkan pengetahuan secara kaloboratif.

5. Guru hanya sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran.

Kelebihan dalam pembelajaran Problem Based Learning adalah sebagai berikut :

1. Siswa menjadi terbuasa menghadapi permasalahan dan akan menjadi tertantang untuk menyelesaikan masalah yang baru. Permasalahan yang dihadapi bukan hanya di kelas tetapi memungkinkan masalah pada kehidupan sehari hari yang memiliki keterikatan atau sama dengan permasalahan yang diberikan ketika belajar di kelas.

2. Melatih rasa kebersamaan, keakraban, dan kerja sama antar teman sehingga terbiasa untuk melakukan diskusi bersama dalam menghadapi sebuah masalah.

3. Berani melakukan percobaan untuk menghadapi persamalahan yang ada sesuai dengan permasalahan yang sudah pernah dikerjakan atau sesuai dengan pengalaman.

(3)

53 Pembelajaran Problem Based Learning ditekankan untuk melatih siswa dalam kemampuan menganalisa sebuah persamalahan yang diberikan, sehingga peserta didik dapat melatih kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis inilah yang dibutuhkan dalam menghadapi perkembangan zaman yang semakin bervariasi masalah yang harus dihadapi.

2.2. Keterampilan Berpikir Kritis

Kemampuan berpikir kritis meurpakan kemampuan peserta didik dalam menganalisis serta mengevaluasi sejumlah informasi untuk mengambil keputusan apakah informasi yang didapatan dapat dipercaya sehingga bisa digunakan untuk manarik sebuah ksimpulan yang tepat (Fithriyah dkk., 2016). Berpikir kritis meliputi 6 kategori yaitu: interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, eksplanasi, dan regulasi diri (Facione, 2011).

1. Interpretasi adalah sebuah kemampuan dalam melihat sebuah fenomena atau permasalahan

sehingga dapat memberikan kesan, pendapat, atau pandangan teoritis.

2. Analisis yaitu kemampuan dalam menyelidiki suatu peristiwa atau menguraikan suatu atas

bagian permasalahan.

3. Evaluasi adalah sebuah kemampuan pemaknaan dari repesentasi hasil yang didapatkan.

4. Inferensi adalah sebuah kemampuan dalam mengidentifikasi informasi yang dirasa butuh untuk

mengambil keputusan.

5. Eksplanasi merupakan kemampuan dalam menjabarkan atau menjelaskan sebuah fenomena

yang terjadi secara logis

6. Regulasi yaitu kemampuan dalam menyesuaikan diri terhadapa permasalahan yang ada atau

sedang dihadapi.

Berpikir kritis adalah berpikir secara reflektif dan produktif yang melibatkan proses disiplin pemikiran yang aktif dan melibatkan keterampilan konseptualisasi, menerapkan, menganalisis, mensistesis, dan mengevaluasi informasi yang dikumpulakan melalui proses observasi, pengalaman, refleksi, dan penalaran sebagai hasil keyakinan dan perbuatan. Berpikir kritis juga merupakan mengemukakan proses untuk mendorong siswa berpikir kritis tidaklah mudah karena siswa suda hterbiasa melakukan pembelajaran yang berpusat pada guru. Guna mengatasinya, guru dapat memberikan siswa tugas menuntut siswa berfokus pada isu, pertanyaan, dan persoalan, serta tidak hanya meminta siswa mengulang fakta.

Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang merujuk pada pemikiran seseorang dalam menilai suatu ide, gagasan, pandangan, dan bisa memberikan komentar karena hubungan sebab. Keterampilan Berpikir Kritis adalah salah satu kemampuan yang dibutuhkan dalam menghadapi berkembangan zaman modern. Mampu menganalisa secara baik masalah yang dihapi dan dapat menentukan solusi yang terbaik dalam menghadapi masalah tersebut. Observasi masalah dan mengaitkan dengan pengalaman yang pernah dilakukan serta merefleksikan sesuai dengan nalar, berpikir kritis akan dapat menghasilkan sebuah solusi yang tepat untuk sebuah masalah yang dihadapi. Fisika merupakan ilmu yang mempelajari mekanisme suatu fenomena yang terjadi di alam dan membutuhkan kemampuan berpikir kritis. Salah satu materi fisika yaitu materi fluida statis yang mempelajari tentang fenomena yang terjadi pada sebuah fluida atau aliran.

Hasil dari review jurnal pertama didapatkan hasil bahwa kemampuan berpikir kritis meningkat sebesar 2,87% dengan rincian pada siklus I kemampuan berpikir kritis meningkat sebesar 79,42% dan pada siklus II kemampuan berpikir kritis mengalami kenaikan sebesar 82.29% (Rosy & Pahlevi, 2015).

Hasil dari review jurnal kedua didapatkan hasil bahwa kemampuan berpikir mahasiswa meningkat setelah diberikan tindakan yang dilakukan pada siklus I dan dilanjutkan pada siklus II. Peningkatan yang terjadi adalah mahasiswa yang dikategorikan “sangat kritis” ada 29% mahasiswa yang semula tidak ditemukan mahasiswa yang masuk dalam kategori “sangat kritis”. Peningkatan juga terjadi pada mahasiswa yang dikategorikan “kritis” ada 58% mahasiswa yang semula tidak ditemukan adanya mahasiswa yang dapat dikategorikan pada kategori “kritis”. Sebelum diberikan tindakan, hanya ada 66,6% mahasiswa yang dapat dikategorikan “cukup kritis” dan 33,30% mahasiswa masuk pada katergori “tidak kritis”. (Satwika dkk., 2018).

Hasil dari review jurnal ketiga didapatkan hasil bahwa pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran atau strategi pembelajaran PBL, kemampuan berpikir kritis mahasiswa dapat dikembangkan dengan diterapkan model pembelajaran PBL tersebut. Permasalahan dan tantangan pada

(4)

54

kehidupan nyata saat ini perlu diselesaikan dengan tepat. Salah satu kemampuan yang sangat perlu dimiliki oleh mahasiswa dalam menghadapi masalah dan tantangan adalah kemampuan berpikir kritis, maka dari itu saat ini mahasiswa harus memiliki kemampuan berpikir kritis serta meningkatkannyya guna keperluan di masa depan (Fakhriyah, 2014).

Hasil dari review jurnal keempat didapatkan hasil pada siklus I mengalami kenaikan kemampuan berpikir kritis sebesar 63,49%. Dilanjutkan dengan pemberian tindakan pada siklus II, pada siklus II didapatkan kemampuan berpikir kritis terjadi peningkatan menjadi 76,98% dan pada silus III diberikan tindakan lagi, pada siklus III setelah diberikan tindakan dengan memberikan pembelajaran secara PBL kemampuan berpikir kritis meningkat lagi menjadi 84,12% (Ningsih dkk., t.t.).

Hasil dari review jurnal kelima didapatkan hasil bahwa solusi untuk menaikan keterampilan berpikir kritis pada siswa untuk menghadapi masalah pada kehidupan nyata adalah penerapan model

pembelajaran Problem Based Learning. Siswa harus dibekali keterampilan berpikir kritis yang tinggi,

ini upaya malatih siswa dalam menghadapi masalah dan tantangan yang akan dihadapi pada kehidupan nyata kelak (Rizkianto, 2018).

Hasil dari review jurnal keenam didapatkan hasil bahwa penerapan model pembelajaran PBL adalah solusi untuk membantu menaikan kemampuan berpikir kritis siswa dalam materi GLBB. Setelah diterapkan PBL dalam materi GLBB terjadi peningkatan dalam kemampuan berpikir kritis sebesar 75% siswa yang dapat dikategorikan dalam memiliki keterampilan berpikir kritis dan siswa yang dapat dikategorikan memiliki kemampuan berpikir sangat kritis sebesar 7,5% siswa. (Setyorini dkk., 2011).

Hasil dari review jurnal ketujuh didapatkan hasil bahwa sebelum dilakukan tindakan, keterampilan dalam berpikir kritis siswa adalah 27,1%. Setelah melakukan sebuah tindakan pada siklus I terjadi peningkatan sebesar 70,1%. Dilanjutkan dengan pemberian tindakan kepada siswa pada siklus II, pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 82,52%. Dalam uraian tersebut dapat disimpulkan kemampuan berpikir kritis siswa dapat ditingkatkan dengan menerapkan model pembelajaran PBL pada pemebelajaran. (Sari, 2015).

Hasil dari review jurnal kedepalan didapatkan hasil pada siklus I, setelah diberikan tindakan kemampuan siswa dalam berpikir kritis dapat dikategorikan tinggi sebesar 31,21%, siswa yang bisa dikategorikan sedang sebesar 31,25%, dan siswa yang dikategorikan memiliki kemampuan berpikir kritis rendah sebesar 37,5%. Pada siklus II indikator 1, indikator 2 dan indikator 3 dalam keterampilan berpikir kritis siswa terjadi peningkatan. Indaktor dari cukup kritis meningkat menjadi kritis dan kritis meningkat menjadi sangat kritis, serta kritis meningkat menjadi sangat kritis. Sehingga pada siklus II, setelah diberikan tindakan siswa yang mempunyai keterampilan berpikir kritis dengan kategori tinggi sebesar 68,75%, siswa yang memiliki kempuan berpikir kritis dengan kategori sedang sebesar 25% dan untuk siswa dengan kategori kemampuan berpikir kritis rendah sebesar 6,25% (Nurochim, 2018).

Hasil dari review jurnal kesembilan didapatkan hasil bahwa terjadi kenaikan keterampilan berpikir kritis setelah dilakukan tindakan pada siklus I, peningkatan yang terjadi adalah adanya 5 (13,89%) siswa mengalami peningkatan kemampuan berpikir kritis. Sedangkan pada siklus II, setelah diberikan tindakan ada 8 (22,22%). Dari hasil tersebut siswa yang mengalami penigkatan keterampilan berpikir kritis setelah diterapkan model pembelajaran PBL, selain itu hasil belajar juga mengingkat setelah diterapkan model pembelajaran PBL (Saputro dkk., 2019).

Hasil dari review jurnal kesepuluh didapatkan hasil bahwa setelah penerapan PBL, pada siklus I rata rata kemampuan berpikir kritis sebesar 58,57% dan setelah sebuah tindakan telah dilakukan pada siklus II kemampuan berpikir kritits terjadi peningkatan sehingga menjadi 76,19% (Purnaningsih dkk., 2019).

Hasil dari reveiw jurnal kesebelas didapatkan hasil bahwa terjadi peningkatan pada kemampuan berpikir kritis siswa dengan diterapkan model pembelajaran PBL. Pada siklus I tingkat kemampuan berpikir kritis yang dimiliki oleh siswa rata rata sebesar 2,71 pada kategori cukup.Pada siklus II terjadi peningkatan menjadi 2,98 (Ardyanto dkk., 2018).

Hasil dari review jurnal kedua belas didapatkan hasil bahwa pada siklus I kemampunan berpikir kritis dengan kriteria cukup baik yang dimiliki siswa diperoleh skor rata rata sebesar 3,0 dan sedangkan pada siklus II terjadi peningkatan kemampuan berpikir kritis dengan kategori baik yang dmiliki siswa mencapai rata rata sebesar 3,6 (Maulida dkk., 2020).

Hasil dari review jurnal ketiga belas didapatkan hasil bahwa permasalahan secara nyata atau realistik diperlukan kemampuan berpikir kritis untuk menyelesaikannya, dalam melatih kemampuan berpikir kritis dapat dilatih dengan penerapan model pemebelajaran PBL. Kemampuan berpikir kritis,

(5)

55

interaksi maupun proses kogintif lainnya merupakan peningkatan kualitas dalam proses pembelajaran melalui model pembelajaran PBL (Zuriati & Astimar, 2020).

Hasil dari review jurnal keempat belas didapatkan hasil bahwa pada siklus I didapatkan kemampuan berpikir kritis dikategorikan kurang dengan nilai sebesar 1,96. Selanjutnya dengan diberikan tindakan pada siklus II, didapatkan kemampuan berpikir kritis siswa mengalami peningkatan yang dapat dikategorikan cukup dengan nilai 2,61. Sedangkan pada siklus III, setelah diberikan tindakan terjadi peningkatan kembali yang cukup drastis sehingga dapat dikategorikan baik kemampuan berpikir kritis yang dimiliki siswa dengan nilai menjadi sebesar 3,36 (Rahayu & Sapri, 2017).

Hasil dari review jurnal kelima belas didapatkan hasil bahwa guna meningkatkan kemampuan berkipiki kritis yang dimiliki peserta didik dapat menggunakan model pembelajaran PBL untuk

meningkatkannya. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan diperoleh hasil pre-test sebesar (44,32%),

setelah diberikan tindakan yaitu diterapkannya model pembelajaran PBL didapatkan hasil post-test

sebesar (92,32%) dengan N-Gain sebesar (86,59%) dapat dilihat sangat terjadi peningkatan secara

drastis (Al-Fikry, Yusrizal, & Muhammad, 2018).

Hasil dari review jurnal keenam belas didapatkan hasil bahwa setelah diterapkan model pembelajaran PBL terjadi peningkatan kemampuan berpikir kritis yang dimiliki siswa pada kelas eksperimen sebesar (71%) dengan nilai itu dapat dimasukkan dalam kategori tinggi sedangkan pada kelas kontrol nilai kemampuan berpikir kritis hanya didapatkan sebesar (32%) (Halim, Suriana, & Mursal, 2017).

Pembentukan keterampilan berpikir kritis siswa dapat ditingkatkan dengan penerapan Problem

Based Learning (PBL), dengan adanya PBL sangat membantu siswa dalam peningkatan kemampuan

berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis dalam belajar ilmu fisika sangat dibutuhkan dalam memecahkan permasalaahan yang ada. Banyak hasil penelitian mengungkapkan, PBL sangat pengaruh dalam peningkatan keterampilan berpikir kritis. Peningkatan yang terjadi rata rata meningkat sebesar

50% sebelum diterapkan Problem Based Learning yang dilakukan oleh guru ataupun peneliti. Penerapan

Problem Based Learning (PBL) menunjukkan hasil keterampilan berpikir kritis yang dimiliki oleh siswa

mengalami kenaikan secara sangat signifikan, sehingga penerapan Problem Based Learning (PBL)

menjadi jawaban atau solusi yang paling efektif guna meningkatkan keterampilan berpikir kritis.

3. Kesimpulan dan Saran

Problem Based Learning (PBL) adalah salah satu strategi pembelajaran yang diguanakan dengan menitikberatkan kepada siswa yang harus berperan aktif dalam memecahakan permasalahan yang dihadapi secara ilmiah. Model pembelajaran PBL diterapkan dengan tujuan untuk memberikan pengalaman bagi siswa untuk memecahkan suatu permasalahan yang nyata pada materi yang sedang dipelajari. Banyak ditemukan miskonsepsi pada siswa tentang konsep materi fisika. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan yang diterima oleh siswa dan pola pikir siswa tentang konsep fisika yang benar. Oleh karena itu, untuk meningkatan berpikir kritis siswa diterapkan model pembelajaran Problem Based Learning. Hasil review beberapa jurnal menunjukkan model pembelajaran Problem Based Learning efektif untuk diterapkan pada pembelajaran fisika statis untuk meningkatkan berpikir kritis peserta didik. Sehingga dengan adanya model pembelajaran Problem Based Learning diharapkan dapat menjadi solusi paling efektif untuk menyelesaikan masalah miskonsepsi siswa yang berkelanjutan.

Saran untuk penilitan selanjutnya yang sekiranya akan mengangkat topik yang sama adalah mencari referensi jurnal yang banyak. Supaya hasil dari penelitian studi litelatur yang dilakukan dengan topik yang sama akan semakin valid. Teliti dalam membaca jurnal yang dibaca supaya hasil review sesuai dengan yang diharapkan.

Daftar Rujukan

Al-Fikry, I., Yusrizal, & M. S. (2018). Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Pada Materi Kalor. Jurnal Pendidikan Sains Indonesia (Indonesian Journal of Science Education), 6(1), 17-23. doi:10.24815/jpsi.v6i1.10776

Ardyanto, Y., Dewi Koeswati, H., & Giarti, S. (2018). Model problem based learning (pbl) berbasis media interaktif untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar pada sub tema lingkungan tempat tinggalku kelas 4 sd. Pendekar : Jurnal Pendidikan Berkarakter, 1(1), 189. https://doi.org/10.31764/pendekar.v1i1.358

(6)

56 Artiawati, P. R., Mulyani, R., & Kurniawan, Y. (2016). Identifikasi Kuantitas Siswa Yang Miskonsepsi Menggunakan Three Tier-Test Pada Materi Gerak Lurus Beraturan (GLB). JIPF (Jurnal Ilmu Pendidikan Fisika), 1(1), 13. https://doi.org/10.26737/jipf.v1i1.54

Demi̇Rci̇, N. (2003). Dealing with misconceptions about force and motion concepts in physics: a study of using web-based physics program. Hacettepe Üniversitesi Eğitim Fakültesi Dergisi, 8, 40-47.

Facione, P. A. (2011). Critical Thinking: What It Is and Why It Counts. Insight Assessment, 1-28. Fakhriyah, F. (2014). Penerapan problem based learning dalam upaya mengembangkan kemampuan

berpikir kritis mahasiswa. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 3(1), 95-101.

Fatma, A. N., & Budhi, W. (2018). Pengaruh model pembelajaran problem based learning terhadap prestasi belajar fisika. Compton: Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika, 5(1), 23-29.

Fithriyah, I., Sa’dijah, C., & Sisworo. (2016). Analisis kemampuan berpikir kritis siswa kelas ix-d smpn 17 malang. Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I), 580-590.

Fratiwi, N. J., Samsudin, A., Saregar, A., Ramalis, T. R., Diani, R., Irwandani, Rasmitadila, & Konstantinos, R. (2020). Developing MeMoRI on Newton’s Laws: For Identifying Students’ Mental Models. European Journal of Educational Research, 9(2). https://doi.org/10.12973/eu-jer.9.2.699

Kristanto, V. H. (2017). Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Melalui Penerapan Lesson Plan Berbasis Multiple Intelligence. Al-Jabar : Jurnal Pendidikan Matematika, 8(1), 25. https://doi.org/10.24042/ajpm.v8i1.598

Maulida, Y. N., Eka, K. I., & Wiarsih, C. (2020). Penerapan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Kerjasama di Sekolah Dasar. MUKADIMAH: Jurnal Pendidikan, Sejarah, dan Ilmu-ilmu Sosial, 4(1), 16–21. https://doi.org/10.30743/mkd.v4i1.1521

Mufit, F., Festiyed, Fauzan, A., & Lufri. (2019). The application of real experiments video analysis in

the CCBL model to remediate the misconceptions about motion’s concept. Journal of Physics:

Conference Series, 1317, 012156. https://doi.org/10.1088/1742-6596/1317/1/012156

Ningsih, P. R., Hidayat, A., & Kusairi, S. (t.t.). Penerapan Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa Kelas III. 7.

Purnaningsih, W., Relmasira, S. C., & Asri Hardini, A. T. (2019). Upaya peningkatan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar tematik melalui model problem based learning (pbl) kelas v sd. Naturalistic : Jurnal Kajian Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran, 3(2), 367–375. https://doi.org/10.35568/naturalistic.v3i2.406

Rahayu, S., Sapri, J. & Alexon. (2017). Penerapan model problem based learning (pbl) untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan prestasi belajar siswa. DIADIK : Jurnal Ilmiah Teknologi Pendidikan, 7(2), 98-110.

Rizkianto, F. (2018). Penerapan Problem Based Learning Untuk Meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif Siswa. Prosiding Seminar Nasional Administrasi Perkantoran, Universitas Sebelas Maret.

Rosy, B., & Pahlevi, T. (2015). Penerapan problem based learning untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah. Prosiding Seminar Nasional, 160-175. Saputro, B., Sulasmono, B. S., & Widyanti, E. (2019). Peningkatan kemampuan berpikir kritis dan hasil

belajar matematika menggunakan model pbl pada siswa kelas V. Jurnal Pendidikan Tambusai, 3(1), 621-631.

Sari, D. T. (2015). Penerapan model problem based learning (pbl) untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa kelas x iis 1 pada materi ekonomi di sma negeri 3 surakarta tahun pelajaran 2014/2015. Prosiding Semiar Nasional Pendidikan Ekonomi & Bisnis.

Satwika, Y. W., Laksmiwati, H., & Khoirunnisa, R. N. (2018). Penerapan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis Mahasiswa. Jurnal Pendidikan (Teori dan Praktik), 3(1), https://doi.org/10.26740/jp.v3n1.p7-12

Sepriyani, S., Asyhar, R., & Asrial, A. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning dan Gaya Kognitif Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa di Kelas VII MTSN 2 Tanjung Jabung Timur. Edu-Sains: Jurnal Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 7(1), 1–7. https://doi.org/10.22437/jmpmipa.v7i1.7276

(7)

57 Setyorini, U., Sukiswo, S. E., & Subali, B. (2011). Penerapan model problem based learning untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa smp. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 7(1), 52-56.

Nurochim, S. R. (2018). Perbedaan penerapan problem based learning dan discovery learning ditinjau dari hasil belajar matematika siswa kelas viii smp n 8 salatiga. Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online). 2(3), 143-147.

Yolanda, Y. (2017). Remediasi Miskonsepsi Kinematika Gerak Lurus dengan Pendekatan STAD. Science and Physics Education Journal (SPEJ), 1(1), 39–48. https://doi.org/10.31539/spej.v1i1.76

Zuriati, E., & Astimar, N. (2020). Peningkatan Hasil Belajar pada Pembelajaran Tematik Terpadu Menggunakan Model Problem Based Learning Di Kelas IV SD (Studi Literatur). Jurnal Pendidikan Tambusai, 4(3), 2071-2082.

Referensi

Dokumen terkait

Likopen pada tomat merupakan antioksidan yang memiliki kemampuan untuk mencegah radikal bebas perusak sel yang disebabkan oleh ROS (reactive oxygen species) yang dapat

Hasil perhitungan tiap sinyal warna pokok yang telah dinormalisasi akan menghilangkan pengaruh penerangan, sehingga nilai setiap sinyal warna dapat dibandingkan satu sama

Penelitian ini merupakan suatu studi deskriptif cross-sectional dengan jumlah sampel sebanyak 47 responden yang terdiri wanita usia subur yang sudah menikah di Desa

Dari uraian-uraian diatas, dapat di ketahui bahwasanya sebelum mengajar harus membuat perencanaan terlebih dahulu. Dari perencanaan-perencanaan yang sudah dibuat bisa

Hasil penelitian tersebut adalah mengembangkanxmedia pembelajaran buku Pop-Up wayang tokoh pandhawa pada mataxpelajaran bahasa jawa dan mengetahui tingkat validitas media

Aset keuangan diukur pada nilai wajar melalui laba rugi kecuali aset keuangan tersebut diukur pada biaya perolehan diamortisasi atau pada nilai wajar melalui

Meskipun demikian, ketika matahari dan bulan berada pada sisi berlawanan dari bumi, kita masih memiliki arus pasang ekstra tinggi sebab kedua matahari dan

Kearifan­kearifan  lokal  Bali  yang  menyangkut  hak­hak  atas  bangunan,  tanaman,  ternak  ataupun  barang  yang  ada  di  atas  tanah  merupakan