• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kecukupan Asupan Fe dan Vitamin C pada Kejadian Kurang Gizi Anak Balita di Desa Johokecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kecukupan Asupan Fe dan Vitamin C pada Kejadian Kurang Gizi Anak Balita di Desa Johokecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

i

KECUKUPAN ASUPAN Fe DAN VITAMIN C PADA KEJADIANKURANG GIZI ANAK BALITA DI DESA JOHO

KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO

Disusun sebagaisalah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh :

AMAR MAKRUFAH NUR LINTANG J310140143

PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

(2)

ii i

(3)

iii ii

(4)

iv iii

(5)

v

KECUKUPAN ASUPAN Fe DAN VITAMIN C PADA KEJADIAN KURANG GIZI BALITA DI DESA JOHO KECAMATAN MOJOLABAN

KABUPATEN SUKOHARJO Abstrak

Kondisi kurang gizi yang disebabkan oleh defisiensi salah satu zat gizi atau lebih dapat mengganggu perkembangan otak. Anak balita dengan anemia defisiensi besi memiliki skor kognitif yang lebih rendah. Proporsi terbesar penderita anemia terdapat pada anak yang terlambat dikenalkan makanan yang kaya zat besi dan makanan yang mendukung penyerapannya. Vitamin C merupakan kofaktor yang mengatur metabolisme Zat Besi dengan menstimulasi sintesis ferritin dan mencegah degradasi lisosom ferritin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecukupan asupan Fe dan Vitamin C pada kejadian kurang gizi anak balita di Desa Joho, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan jenis penelitian observasional dan

rancangan penelitian cross sectional. Responden dipilih dengan menggunakan

teknik Simple Random Sampling sebanyak 30 anak balita dengan status gizi kurang dan 30 anak balita dengan status gizi baik. Data asupan makan diambil dengan kuisioner SQ-FFQ, sedangkan data berat badan didapatkan dari pengukuran antropometri secara langsung menggunakan timbangan injak atau dacin. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan uji statistik Mann Withney. Diketahui responden dengan status gizi kurang banyak terdapat pada rentang usia 25-36 bulan yakni sebesar 43.3%. Tingkat asupan Fe baik pada balita dengan status gizi kurang sebesar 53.3%, dan tingkat asupan Fe kurang sebesar 46.7%. Sedangkan tingkat asupan Vitamin C baik pada balita dengan status gizi kurang sebesar 66.7%, dan tingkat asupan Vitamin C kurang sebesar 33.3%.Hasil analisis statistik menunjukkan nilai p=0.436 (p>0.05) yang berarti bahwa tidak terdapat perbedaan asupan Fe antara balita dengan status gizi baik dan balita dengan status gizi kurang. Hasil analisis statistik menunjukkan nilai p=0.783 (p>0.05) yang berarti bahwa tidak terdapat perbedaan asupan Vitamin C antara balita dengan status gizi baik dan balita dengan status gizi kurang. Tidak ada perbedaan asupan Fe dan vitamin C pada anak balita status gizi baik dan status gizi kurang.

Kata kunci: Asupan Fe, Asupan Vitamin C, Kurang Gizi, Anak Balita Abstract

Malnutrition that caused by one or more nutrients deficiency can disturb brain development. Children under five with iron deficiency anemia have lower cognitive score. Biggest proportion of anemia sufferers are in children that late introduced to food that rich of iron and food that help the absorption. Vitamin C is cofactors that maintain iron metabolism by stimulating ferritin synthesis and avoid lysosome ferritin degradation. The purpose of this research is to know the adequacy Fe and Vitamin C intake to malnutrition occurrence in children under five at Joho Village, Mojolaban Sub district, Sukoharjo District. This research is an analytical research by observational research type and cross sectional research design. Respondents were chosen by simple random sampling as much as 30

(6)

vi

children under five with poor nutritional status and 30 children under five with good nutritional status. Food intake data obtained by questionnaire SQ-FFQ, while weight data obtained from anthropometric measurement directly using stepping scales or dacin scales. The research’s result analyzed by statistic test Mann Whitney. The result shows that respondents with poor nutritional status are many between ages 25-36 months is 43.3%. Good level of Fe intake in toddler with poor nutritional status is 53.3%, and poor level of Fe intake is 46.7%. While good level of Vitamin C intake in toddlers with poor nutritional status is 66.7 %, and poor level of Vitamin C intake is 33.3%. Analytical statistics result shows p value= 0.436 (p>0.05) that means there is no Fe intake difference between toddlers with good nutritional status and poor nutritional status. Analytical statistics result shows p value= 0.783 (p>0.05) that means there is no Vitamin C intake difference between toddlers with good nutritional status and poor nutritional status. There is no difference Fe intake and Vitamin C intake in children under five good nutritional status and poor nutritional status.

Keywords: Fe Intake, Vitamin C Intake, Malnutrition, Children Under Five

1. PENDAHULUAN

Kondisi kurang gizi dapat berlanjut sebagai masalah utama pada kesehatan masyarakat yang dapat mempengaruhi perkembangan dunia. Sekitar 6% anak-anak dibawah usia lima tahun mengalami kekurangan gizi pada usia mereka. Defisiensi salah satu atau lebih dari salah satu zat gizi karena kekurangan gizi, pada otak yang sedang berkembang dapat menyebabkan gangguan mielinasi, sambungan sinaptik yang lemah dan arborisasi saraf terbatas (Kamel, 2016; Prado, 2014).

Status asupan gizi mikro dapat mempengaruhi status kesehatan pada kelangsungan hidup anak, pertumbuhan dan perkembangan secara langsung atau secara tidak langsung karena adanya interaksi zat gizi satu sama lain (misal, interaksi dengan vitamin A, zink atau zat besi). Asupan zat besi berhubungan dengan kejadian anemia pada anak Sekolah Dasar di Kabupaten Bolaan Mongondow Utara, yaitu terdapat hubungan positif bahwa semakin baik konsumsi zat besi maka kadar Hb cenderung normal.Pada penelitian terakhir, menyimpulkan bahwa dampak dari defisiensi zat besi, khususnya berpengaruh pada system saraf pusat yang menyebabkan kecacatan dalam proses kognitif dan pembelajaran pada manusia (Oliveira, 2016; Arifin, 2013; Iqbal, 2015).

(7)

vii

Vitamin C merupakan kofaktor dalam berbagai reaksi metabolisme. Manusia tidak dapat memproduksi sendiri vitamin C dari dalam tubuh, sehingga membutuhkan asupan dari luar untuk memenuhi kebutuhan vitamin C Interaksi zat besi dengan vitamin C terjadi dalam meningkatkan penyerapan di saluran gastrointestinal dan penggunaan besi nonheme (Darius, 2014; Gröber, 2013).

Menurut hasil riset kesehatan dasar tahun 2013, prevalensi berat-kurang (underwheight) pada tahun 2013 adalah 19,6 % yang terdiri dari 5,7% gizi buruk dan 13,9% gizi kurang. Berdasarkan data pemantauan status gizi balita di Puskesmas Mojolaban, data status gizi balita di Desa Joho menunjukkan sejumlah 598 balita yang datang dan 479 ditimbang, terdapat sebanyak 41 anak balita mengalami gizi kurang (6,86%), dan 422 balita dengan gizi baik (70,57%). (Laporan Pemantauan PSG Puskesmas Mojolaban, Juli 2017).

Berdasarkan penjelasan yang terurai di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “kecukupan asupan Fe dan Vitamin C pada kejadian kurang gizi balita di Desa Joho, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo”.

2. METODE

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan jenis penelitian observasional dan rancangan penelitian cross sectional. Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis kuantitatif untuk menganalisis kecukupan asupan Fe dan Vitamin C pada kejadian kurang gizi balita. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah balita dengan status gizi baik dan gizi kurang. Populasi dari penelitian ini meliputi seluruh balita di Desa Joho, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo yaitu 598 balita yang terdiri dari 41 anak balita dengan status gizi kurang dan 422 anak belita dengan status gizi baik yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi

Berdasarkan perhitungan didapatkan jumlah sampel sebanyak 25.99 atau setara dengan 26. Untuk mengantisipasi terjadinya drop out maka ditentukan estimasi lost of follow sebesar 10%, sehingga didapatkan jumlah sampel sebanyak 29 dan dibulatkan menjadi 30 sampel untuk setiap

(8)

viii

kelompok subjek penelitian. Pengambilan sampel yang dilakukan dalam

penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling. Teknik ini

dilakukan dengan melakukan undian pada balita di empat posyandu di wilayah Desa Joho, yaitu posyandu Harapan Makmur, Madusari 3, Lestari 1 dan Lestari 2.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah asupan Fe dan asupan vitamin C sedangkan variabel terikat pada penelitian ini adalah balita gizi baik dan balita gizi kurang. Pengumpulan data tentang asupan dilakukan

dengan wawancara asupan makan dan mencatatnya di form Semi-FFQ. Data

tinggi badan dan berat badan didapatkan dengan cara pengukuran langsung ketika pengambilan data.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini mengambil lokasi di wilayah Desa Joho, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo dengan luas daerah seluruhnya 343.3800 Hektar, dengan gambaran pelayanan kesehatan yang tersedia seperti Posyandu Balita, Posyandu Lansia serta PKD serta mengadakan penyuluhan kepada masyarakat berkerjasama dengan Dinas terkait (Puskesmas). Penduduk di Desa Joho sebagian besar memiliki mata pencaharian sebagai karyawan swasta, petani, buruh bangunan, PNS, pengrajin, penjahit, sopir dan guru.

(9)

ix 3.1Analisis Univariat

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden Variabel:

Kelompok Anak Balita

Status Gizi Baik Status Gizi Kurang Frekuensi % Frekuensi %

30 50 30 50

Usia Balita dalam Bulan:

12-24 7 23.3 3 10 25-36 11 36.7 13 43.3 37-48 6 20 10 33.3 49-60 6 20 4 13.3 Total 30 100 30 100 Jenis Kelamin: Laki-laki 15 50 15 50 Perempuan 15 50 15 50 Total 30 100 30 100

Tingkat Asupan Fe:

Adekuat 19 63.3 16 53.3

Inadekuat 11 36.7 14 46.7

Total 30 100 30 100

Tingkat Asupan Vit C:

Adekuat 20 66.7 20 66.7

Inadekuat 10 33.3 10 33.3

Total 30 100 30 100

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui responden dengan status gizi kurang terdapat sebanyak 50% dan responden dengan status gizi baik terdapat sebanyak 50%. Balita dengan status gizi kurang banyak terdapat pada rentang usia 25-36 bulan yakni sebesar 43.3%. Tingkat asupan Fe adekuat pada balita dengan status gizi kurang sebesar 66.7%, dan tingkat asupan Fe inadekuat sebesar 33.3%. Sedangkan tingkat asupan Vitamin Cadekuat pada balita dengan status gizi kurang sebesar 53.3%, dan tingkat asupan Vitamin Cinadekuat sebesar 46.7%.Kondisi status gizi pada balita dapat dipengaruhi oleh berbagai hal. Faktor yang mempengaruhi secara langsung antara lain asupan, dan penyakit infeksi.Faktor yang mempengaruhi secara tidak langsung seperti tingkat pendidikan ibu, tingkat pendapatan keluarga, kondisi demografi, sosioekonomi, kesehatan anak, kondisi sanitasi dan cara pemberian makan (Brhane, 2014).

3.2Analisis Bivariat

(10)

x

3.2.1 Perbedaan Tingkat Asupan Fe pada Balita Gizi Baik dan Gizi Kurang

Tabel 2. Perbedaan Tingkat Asupan Fe pada Balita Gizi Baik dan Gizi Kurang

Tingkat Konsumsi Fe

Kelompok Anak Balita

p-value Status Gizi Baik Status Gizi Kurang SD Minimal 3.1 mg/hr 2.8 mg/hr 0.436 SD Maksimal 20.6 mg/hr 19.1 mg/hr Mean 10.36 mg/hr 9.95 mg/hr

Hasil analisis statistik menunjukkan nilai p=0.436 (p>0.05) yang berarti bahwa tidak terdapat perbedaan asupan Fe antara balita dengan status gizi baik dan balita dengan status gizi kurang dimana rata-rata tingkat asupan Fe pada balita dengan status gizi kurang yaitu 9.95 mg/hr yang masih tergolong adekuat dan rata-rata tingkat asupan Fe pada balita dengan status gizi baik yaitu 10.36 mg/hr yang juga tergolong adekuat. Hal ini juga berarti bahwa asupan Fe tidak mempengaruhi status gizi balita. Balita dengan asupan Fe yang rendah belum tentu status gizinya kurang dan balita dengan asupan Fe yang baik juga belum tentu memiliki status gizi yang baik.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara asupan Fe dengan status gizi balita. Selain asupan Fe, asupan zat gizi lain juga diperlukan agar proses tumbuh kembang dapat dilakukan secara maksimal. Lain halnya dengan penelitian yang dilakukan di wilayah Timur Tengah, defisiensi zat gizi mikro merupakan suatu hal yang mendasari terjadinya keadaan kurang gizi. Asupan makan yang kurang dapat menyebabkan kurang optimalnya asupan zat gizi mikro seperti Fe, Kalsium, Zink, Asam Folat, Vitamin A serta Vitamin D (Handayani, 2018; Nasreddine, 2018).

(11)

xi

3.2.2 Perbedaan Tingkat Asupan Vitamin C pada Balita Gizi Baik dan Gizi Kurang

Tabel 3. Perbedaan Tingkat Asupan Fe pada Balita Gizi Baik dan Gizi Kurang

Tingkat Konsumsi Vitamin C

Status Gizi p-value Baik Kurang

SD Minimal 11.5 mg/hr 9.2 mg/hr

0.783

SD Maksimal 134.5 mg/hr 108.4 mg/hr

Mean 74.93 mg/hr 60.64 mg/hr

Hasil analisis statistik menunjukkan nilai p=0.783 (p>0.05) yang berarti bahwa tidak terdapat perbedaan asupan Vitamin C antara balita dengan status gizi baik dan balita dengan status gizi kurang. Balita dengan status gizi kurang, memiliki rata-rata tingkat asupan Vitamin C pada balita dengan status gizi kurang yaitu 60.64 mg/hr yang masih tergolong adekuat dan rata-rata tingkat asupan Vitamin C pada balita dengan status gizi baik yaitu 74.93 mg/hr yang tergolong adekuat. Hal ini juga berarti bahwa asupan Vitamin C tidak mempengaruhi status gizi balita.

Kondisi kekurangan Vitamin C baik dalam asupan maupun didalam darah tidak berpengaruh terhadap fungsi kognitif. Namun dalam penelitian lain menunjukkan bahwa kondisi kekurangan Vitamin C dapat menurunkan fungsi imunitas sehingga dapat menyebabkan tubuh mudah terserang infeksi (Travica et al, 2017; Maggini et al, 2017).

4. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan: (1)Tingkat asupan Fe yang termasuk kategori adekuat sebagian besar terdapat pada pada balita gizi baik sebanyak 63.3%. Sedangkan tingkat asupan Fe yang termasuk kategori inadekuat sebagian besar terdapat pada balita dengan status gizi kurang yakni sebesar 46.7%.(2)Tingkat asupan Vitamin C yang termasuk kategori adekuat pada balita dengan status gizi baik maupun gizi kurang sebanyak 66.7%. Sedangkan tingkat asupan Vitamin C yang termasuk kategori inadekuat pada balita dengan status gizi baik maupun gizi kurang

(12)

xii

sebanyak 33.3%.(3) Tidak ada perbedaan asupan Fe pada balita status gizi baik dan status gizi kurang p=0.436 (p>0.05). (4) Tidak ada perbedaan asupan Vitamin C pada balita status gizi baik dan status gizi kurang p=0.783 (p>0.05).

Bagi orang tua balita diharapkan agar lebih memperhatikan pemilihan makanan yang diberikan sehingga asupan dari zat gizi makro maupun zat gizi mikro dapat terpenuhi secara maksimal dan dapat menghindari keadaan kekurangan terhadap zat gizi tertentu. Selain itu orang tua perlu memberikan edukasi kepada pengasuh yang juga berperan dalam memberikan makanan kepada anak.

Bagi tenaga kesehatan dapat memberikan sosialisasi dan pendampingan lebih lanjut mengenai cara pemilihan makanan untuk menghindari resiko kekurangan zat gizi tertentu. Hal ini bertujuan untuk mencegah masalah kekurangan zat gizi spesifik yang dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan anak.

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan lagi penelitian ini seperti membandingkan antara tingkat asupan Fe dan Vitamin C dengan tingkat pertumbuhan serta perkembangan pada balita.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, S. Utami, Nelly Mayulu dan Julia Rottie. 2013. Hubungan Asupan Zat gizi dengan Kejadian Anemia pada Anak Sekolah Dasar Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. ejournal keperawatan. Vol 1:(1).

Brhane, G and Nigatu Regassa. 2014. Nutritional status of children under five years of age in Shire Indaselassie, North Ethiopia: Examinin the prevalence and risk factors. Vol 16 : 161-170.

Darius J.R. Lane and Des R. Richardson. 2014. The Active Role of Vitamin C in Mammalian Iron Metabolism: Much More Than Just Enhanced Iron Absorbtion!. Free Radical Biology and Medicine. Vol 75 : 69-83.

Gröber, Uwe. 2013. Mikronutrien: Penyelarasan Metabolik, Pencegahan dan Terapi. EGC: Jakarta.

Handayani, Fitri. 2018. Hubungan Asupan Zat Besi dan Zinc dengan Status Gizi pada Baduta usia 6-24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Penumping

(13)

xiii

Kota Surakarta. Naskah Publikasi. Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Iqbal, Kashif, et al. 2015. effect of Iron Deficiency Anemia on Intellectual Performance of Primary School Children in Islamabad, Pakistan. Tropical Journal of Pharmaceutical Research. Vol 14 (2) : 287-291.

Kamel, T. Boshra, et al. 2016. Protein energy malnutrition associates with different types of hearing impairments in toddlers: Anemia increases

cochlear dysfunction. International Journal of Pediatric

Otorhinolaryngology. Vol 85 : 27-31.

Maggini, S et al. 2017.Vitamins C, D and Zinc: Synergistic Roles in Immune Function and Infections. Vitamins & Minerals. Vol 6:(3) 167.

Nasreddine, L.M. et al. 2018. Nutritional Status and Dietary Intakes of Children Amid the Nutrition Transition: The Case of Eastern Mediterranean Region.Elsevier. Nutrition Research 57 12-27.

Oliveira, C.S. de Menezes, et al. 2016. Anemia and Micronutrient Deficiencies in Infants Attending at Primary Heallth Care in Rio, Acre, Brazil. Ciência & Saúde Coletiva. Vol 21 (2) : 517-529.

Prado, E. L. 2014. Nutrition and Brain Development in Early Life. Nutrition Reviews. Vol. 72 (4) : 267-284.

Travica, N et al. 2017. Vitamin C Status and Cognitive Function: A Systematic Review. Nutrients, 9, 960.

Gambar

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden  Variabel:

Referensi

Dokumen terkait

Pada pembahasan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah proses perhitungan dan pelaporan yang berkaitan dengan sewa alat dimana menyebabkan perusahaan harus memotong pajak

  Understanding  research  in  second 

Model Spot Capturing akan memberikan kebebasan dalam mengaktualisasi gelombang otak global mulai dari imajinasi, kreasi dan logika. Semua siswa dapat menjalani proses

Warna daun yang lebih hijau pada perlakuan matriconditioning plus pupuk hayati dibandingkan pada perlakuan yang lain (Gambar 1), diduga dipengaruhi pula oleh tingginya

Berdasarkan analisa kemampuan dan kemauan pelanggan terhadap tarif resmi air bersih yang berlaku, kemampuan masyarakat dalam membayar tarif dengan pendekatan pendapatan rumah

Pada Pukul 10.00 Wib, sesuai dengan Jadwal Tahapan Panitia Pengadaan Barang/Jasa Sekretariat Daerah Kabupaten Bengkulu Utara Tahun Anggaran 2013,

Asumsi-asumsi yang digunakan untuk analisis finansial penyelenggaraan perkeretaapian baru ini adalah jumlah penumpang pada awal beroperasinya kereta api sebesar

Hasil penelitian yang diperoleh, konsep diri digambarkan dari: (1) identitas diri yang meliputi status kesehatan dan peran dalam rumah tangga; (2) citra tubuh yang