• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan pemangkasan tanaman teh (Camellia sinensis (l.) O. Kuntze) di perkebunan medini, PT Rumpun sari medini, Kendal, Jawa Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengelolaan pemangkasan tanaman teh (Camellia sinensis (l.) O. Kuntze) di perkebunan medini, PT Rumpun sari medini, Kendal, Jawa Tengah"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN TEH

(

Camellia sinensis

(L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN MEDINI,

PT RUMPUN SARI MEDINI, KENDAL, JAWA TENGAH

DIAN AYU RACHMAWATI

A24070055

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

DIAN AYU RACHMAWATI. Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Perkebunan Medini, PT Rumpun Sari Medini, Kendal, Jawa Tengah. (Dibimbing oleh SUPIJATNO).

Kegiatan magang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan di lapangan kerja, baik yang menyangkut aspek teknis maupun manajerial, sehingga mengetahui, memahami dan memecahkan permasalahan yang dihadapi perkebunan.

Kegiatan magang dilaksanakan di Perkebunan Medini, PT Rumpun Sari Medini, Kendal, Jawa Tengah selama empat bulan, mulai 14 Februari sampai 14 Juni 2011. Metode yang dilaksanakan adalah bekerja aktif dengan melakukan seluruh kegiatan yang ada di kebun. Penulis bekerja secara langsung sebagai karyawan pada berbagai tingkatan, mulai dari karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor, dan pendamping asisten tanaman, pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan. Selama melakukan kegiatan di kebun penulis juga mengumpulkan data primer dan data sekunder yang dibutuhkan.

Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan dalam pemeliharaan tanaman menghasilkan. Tujuan pemangkasan adalah untuk memelihara bidang petik tetap rendah supaya memudahkan pemetikan, mendorong pertumbuhan tanaman teh agar tatap pada fase vegetatif, membentuk bidang petik seluas mungkin, merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru, dan membuang cabang-cabang yang tidak produktif.

(3)

Gilir pangkas di Perkebunan Medini berkisar empat tahun sekali , ini sesuai dengan ketinggian Perkebunan Medini yang berada pada 950-1775 m dpl. Jenis pangkasan yang ditetapkan di perkebunan adalah jenis pangkasan bersih, dengan standar tinggi pangkasan 55-65 cm dari permukaan tanah, dan dilakukan dengan sistem naik secara kontinyu 5 cm di atas pangkasan sebelumnya. Pada pelaksanaan pemangkasan tinggi pangkasan bisa naik ataupun turun dari standar tergantung dari kondisi kebun.

(4)

O. Kuntze) in Medini Plantation, PT Rumpun Sari Medini, Kendal, Central Java. Guided by Supijatno.

Abstract

Internship activities carried out in Medini plantation PT Rumpun Sari Medini, Kendal, Central Java for four months from February until June 2011. Internship method is conducting garden has been established by both technical and managerial aspects. Levels of work place as field worker for one month, as assistant foreman for one month, and as assistant field lead for two month. Data collection activities are used direct and indirect methods. Indirect method used to obtain secondary data. Medini plantation is located at an altitude of 950-1 775 m asl with an area of 309.28 ha. Pruning is an essential maintenance activities carried out in tea plantations. Clean pruning is being done on plantation medini with rotation 4 years. Mowed area that is 25 % of tea total crop yield by 55-65 cm clipping height.

(5)

(

Camellia sinensis

(L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN MEDINI,

PT RUMPUN SARI MEDINI, KENDAL, JAWA TENGAH

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

DIAN AYU RACHMAWATI

A24070055

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(6)

Judul

:

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN

TEH (

Camellia sinensis

(L.) O. Kuntze)

DI PERKEBUNAN MEDINI, PT RUMPUN SARI

MEDINI, KENDAL, JAWA TENGAH.

Nama

:

DIAN AYU RACHMAWATI

NRP

: A24070055

Menyetujui, Dosen pembimbing

Ir. Supijatno, MSi. NIP 19610621 198601 1 001

Mengetahui

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr. NIP 19611101 198703 1 003

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Nganjuk, Provinsi Jawa Timur pada tanggal 11 Desember 1988. Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan bapak Abdul Rochman dan ibu Tutik Darwati.

Pada tahun 1994 penulis mulai masuk jenjang pendidikan pertama di Taman Kanak-kanak (TK) Pertiwi Jogomerto, Nganjuk. Selesai pendidikan TK pada tahun 1995 penulis melanjutkan jenjang pendidikan dasar di SDN Jogomerto I Nganjuk dan lulus pada tahun 2001. Pada tahun 2001 penulis melanjutkan jenjang pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Tanjunganom, Nganjuk dan lulus pada tahun 2004.

Pada tahun 2004 penulis melanjutkan jenjang pendidikan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Nganjuk, dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007 penulis diterima menjadi mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengelolaan pemangkasan tanaman teh (Camellia sinensis

(L.) O. Kuntze) di Perkebunan Medini, PT Rumpun Sari Medini, Kendal, Jawa Tengah. Penulisan skripsi merupakan salah satu syarat tugas akhir untuk meraih gelar sarjana.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua beserta keluarga yang telah memberikan dorongan, dukungan serta doa yang tulus kepada penulis.

2. Ir Supijatno, MSi sebagai dosen pembimbing skripsi atas bimbingan, arahan, dan saran dalam penyusunan skripsi.

3. Bapak Dr. Ir. Anas D Susila MSc. Agr sebagai dosen pembimbing akademik atas bimbingan yang bermanfaat bagi penulis.

4. Direksi PT Sumber Abadi Tirtasentosa atas kesempatan yang diberikan pada penulis untuk melaksanakan kegiatan magang.

5. Bapak Purwadi dan Bapak Sumarno selaku Manager Perkebunan Medini, PT Rumpun Sari Medini atas bimbingan dan memberikan kesempatan melaksanakan magang di kebun.

6. Bapak Teguh W selaku KTU Perkebunan Medini atas saran-saran yang diberikan kepada penulis

7. Bapak Sugeng P selaku Asisten Tanaman dan pembimbing lapang selama magang atas bimbingan dan ilmu yang diberikan.

8. Keluarga besar PT Rumpun Sari Medini atas bimbingan dan kerjasamanya selama magang.

9. Sahabat dan rekan-rekan AGH 44 atas kebersamaannya selama ini.

10.Semua pihak yang telah membantu baik dalam pelaksaaan magang maupun penyusunan skripsi.

Bogor, September 2011

(9)

DAFTAR ISI

Letak Geografis dan Administrasi ... 14

Keadaan Iklim dan Tanah ... 15

Luas Areal dan Tata Guna Lahan ... 15

Keadaan Tanaman dan Produksi ... 16

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ... 17

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG ... 20

Aspek Teknis ... 20

Pertumbuhan Tunas Setelah Pemangkasan ... 64

Pengelolaan Sisa Pangkas ... 64

Tinggi Pangkasan ... 65

KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

Kesimpulan ... 67

(10)
(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Tata Guna Lahan PT Rumpun Sari Medini ... 16 2. Produksi serta Produktivitas Teh Basah dan Kering di PT

Rumpun Sari Medini ... 17 3. Jumlah dan Komposisi Tenaga Kerja PT Rumpun Sari

Medini pada Tahun 2011 ... 19 4. Gilir Pangkas di Perkebunan Medini pada Tahun 2010-2011 ... 30 5. Realisasi Waktu dan Luas Pangkasan di Perkebunan Medini

Tahun 2010 ... 30 6. Realisasi Luas Areal Pemangkasan di Perkebunan Medini

Tahun 2006-2010 ... 31 7. Kapasitas Tenaga Pangkas di Dua Blok Perkebunan Medini

Tahun 2011 ... 32 8. Persentase Kerusakan Cabang Pangkasan Berdasarkan Usia

Tenaga Pangkas ... 33 9. Komposisi Pucuk Hasil Analisa Petik di Perkebunan Medini ... 40 10. Rata-rata Analisa Pucuk di Perkebunan Medini Bulan

Januari-Mei 2011 ... 40 11. Produksi Teh Perkebunan Medini Berdasarkan Analisa

Kering dan Basah Tahun 2006-2010 ... 41 12. Bobot Pengepakan Teh di Perkebunan Medini Berdasarkan

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Pelaksanaan Pengendalian Gulma Secara Kimia (A),

Pengendalian Gulma Secara Manual (B) ... 22

2. Proses Pengendalian Hama dan Penyakit di Perkebunan Medini ... 25

3. Produktivitas Basah Berdasarkan Umur Pemangkasan ... 28

4. Pangkasan Bersih ... 28

5. Pangkasan Setengah Bersih (Pangkasan di Kebun) ... 29

6. Pertumbuhan Tunas Setelah Pemangkasan di Blok 4 ... 33

7. Pelaksanaan Pemetikan Jendangan (A), Jidar Salib Jendangan (B)... 35

8. Pelaksanaan Pemetikan Produksi ... 36

9. Proses Penimbangan Pucuk di Kebun ... 39

10. Kegiatan Rawat Pucuk ... 42

11. Alat Pelayuan Rotary Panner Tampak Depan (A), Tampak Belakang (B) ... 43

12. Proses Penggulungan dengan Mesin Jackson Roller ... 45

13. Mesin Pengeringan Awal yaitu Belong Tampak Samping (A), Tampak Depan (B) ... 45

14. Mesin Pengeringan Akhir Rotary Dryer (A), Ball Tea (B).. 47

15. Mesin Sortasi Awal Leaf Sifter (Layer 4) ... 48

16. Mesin Sortasi Stalk Extractor (Layer 3) ... 49

17. Mesin Sortasi Stalk Separator ... 49

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian

Lepas ... 72

2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor ... 73

3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten ... 75

4. Peta Lokasi Perkebunan Medini ... 77

5. Peta Lokasi Kebun Kaligintung ... 78

6. Data Curah Hujan Perkebunan Medini Tahun 2001-2010 ... 79

(14)

Latar Belakang

Tanaman teh masuk pertama kali di Indonesia pada tahun 1684, berupa biji teh dari Jepang yang dibawa oleh orang Jerman bernama Andreas Cleyer, dan ditanam sebagai tanaman hias di Jakarta (Setyamidjaja, 2000). Tanaman teh berasal dari wilayah perbatasan negara-negara Cina Selatan, Laos Barat Laut, Muangthai Utara, Burm Timur dan India Timur Laut yang merupakan vegetasi hutan peralihan tropis dan subtropis (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).

Teh di Indonesia dihasilkan oleh tiga jenis perkebunan yaitu perkebunan besar negara, perkebunan besar swasta, dan perkebunan rakyat. Berdasarkan data sementara Direktorat Jenderal Perkebunan pada tahun 2010 luas areal produktif perkebunan teh di Indonesia yakni sebesar 124 573 ha dengan produksi 150 342 ton. Produktivitas teh di Indonesia mencapai sekitar 1 206.85 kg/ha/tahun. Luas areal perkebunan teh diperkirakan menurun menjadi 123 554 ha dengan total produksi 153 175 ton, sedangkan produktivitasnya mencapai 1 239.7 kg/ha/tahun pada tahun 2011 (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2011).

Tanaman teh merupakan salah satu komoditi perkebunan yang memiliki arti penting dalam perekonomian Indonesia. Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) merupakan salah satu komoditas ekspor non migas yang telah dikenal sejak lama dan merupakan salah satu sumber devisa penting dari sub sektor perkebunan (Setyamidjaja, 2000). Indonesia merupakan pamungkas dari produsen terbesar secara berturut-turut, yaitu Cina, India, Kenya, Srilanka, Vietnam, dan Turki (FAO, 2008).

(15)

Penurunan ekspor teh disebabkan oleh menurunnya produktivitas teh di Indonesia dan daya saing di pasar teh dunia. Meningkatkan produktivitas dan daya saing perlu dilakukan perbaikan mutu teh, sektor yang mempengaruhi peningkatan produksi dan perbaikan mutu teh adalah budidaya dan pengolahan di kebun. Budidaya yang kurang baik dapat mengakibatkan produksi menurun, salah satu aspek budidaya yang mempengaruhi produksi teh adalah pemangkasan. Menurut Dalimoenthe dan Johan (2009) secara fisiologi cabang atau ranting akan makin tua sehinga perkembangan pertumbuhan akan beralih dari fase vegetatif ke fase generatif, pembentukan tunas atau pucuk baru akan berkurang karena sabagian energi yang ada dipakai untuk pembentukan buah dan bunga. Karena itu pemangkasan secara periodik selain diperlukan untuk mempertahankan tinggi bidang petik yang dapat dijangkau dengan mudah, diperlukan pula untuk mempermuda cabang-cabang sehingga bertahan pada fase vegetatif.

Pemangkasan adalah salah satu kegiatan dalam tindakan kultur teknis tanaman teh untuk mencapai produksi pucuk yang tinggi sehingga dalam memilih tipe pangkasan harus tepat, jika tidak maka tujuan dari pemangkasan yang diharapkan tidak akan tercapai (Johan, 2006). Menurut Setyamidjaja (2000) pemangkasan merupakan salah satu kegiatan budidaya dalam pemeliharaan teh menjadi perdu, agar teh dapat dipetik dengan mudah, cepat, dan efisian sehingga diperoleh jumlah pucuk yang banyak. Kegiatan ini bertujuan membentuk bidang petik seluas mungkin dan merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru sehingga mampu menghasilkan pucuk dalam jumlah besar.

Kegiatan pemangkasan merupakan salah sutu kegiatan yang penting bagi pengelolaan perkebunan teh. Pengelolaan pemangkasan yang tidak baik akan mengakibatkan kerusakan atau kematian pada tanaman teh. Keberhasilan pemangkasan teh ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya adalah : jenis pemangkasan, waktu pemangkasan, daur pangkas, dan tenaga pangkas.

Tujuan

(16)
(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Teh

Tanaman teh merupakan tanaman subtropis yang sejak lama telah dikenal dalam peradaban dunia. Tanaman teh dikenalkan oleh O. Kuntze. Tanaman teh spesies Camellia sinensis, dikenal beberapa varietas yang penting, seperti varietas Cina, Assam, Cambodia, dan hibrida-hibridanya (Setyamidjaja, 2000).

Secara umum tanaman teh berakar dangkal, terhadap keadaan fisik tanah, dan cukup sulit untuk menembus lapisan tanah. Perakaran utamanya berkembang pada lapisan tanah sedalam 0-20 cm, yang merupakan tempat utama berakumulasinya unsur-unsur hara tanaman. Daun tanaman teh berwarna hijau, bebentuk lonjong, ujungnya runcing, dan tepinya bergerigi. Daun-daun muda yang mulai tumbuh setelah pemangkasan lebih besar daripada daun-daun yang berbentuk sesudahnya. Daun tua bertekstur seperti kulit, permukaan atasnya berkilat dan berwarna hijau kelam (Setyamidjaja, 2000).

Menurut Setiawati dan Nasikun (1991) tanaman teh mempunyai batang, daun, akar, bunga, dan buah. Tanaman teh mempunyai batang yang tegak dan keras. Teh mempunyai daun yang bergerigi dengan tulang daun menyirip dari tepi dan berpangkal pada ujung daun yang runcing. Pohon teh mempunyai akar yang cukup panjang, masuk jauh ke dalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang. Bunga teh dapat tumbuh di ketiak daun, di cabang-cabang, atau di ujung batang. Pada umumnya buah teh mempunyai tiga butir biji meskipun tidak jarang dijumpai buah yang berbiji dua atau tunggal. Biji-biji yang masih muda berwarna putih dan berwarna cokelat tua bila sudah tua.

(18)

Buah yang masih muda berwarna hijau, bersel tiga, dan berdinding tebal. Mula-mula berkilap tetapi semakin tua bertambah suram dan kasar. Bijinya berwarna cokelat beruang tiga, berkulit tipis. Berbentuk bundar di satu sisi dan datar di sisi lain. Bijinya berbelah dua dengan kotiledon besar yang jika dibelah akan secara jelas memperlihatkan embrio tunas (Setyamidjaja, 2000).

Ekofisiologi Teh

Tanaman teh berasal dari daerah subtropis yang kemudian menyebar ke berbagai bagian dunia. Penanamnya di Indonesia yang beriklim tropis agar dapat tumbuh dan berproduksi optimal, tanaman teh menghendaki persyaratan iklim dan tanah yang sesuai dengan keperluan pertumbuhanya. Daerah pertanaman teh yang lebih cocok di Indonesia adalah daerah pegunungan. Faktor iklim yang berpengaruh terhadap pertumbuhan teh adalah curah hujan, suhu udara, tinggi tempat, sinar matahari, dan angin (Setyamidjaja, 2000).

Tanaman teh menghendaki daerah pertanaman yang sejuk dan lembab. Tanaman teh tidak tahan terhadap kekeringan, oleh karena itu memerlukan daerah yang mempunyai curah hujan yang cukup tinggi dan merata sepanjang tahun. Curah hujan yang diperlukan setiap tahunnya adalah 2 000 mm-2 500 mm, dengan jumlah hujan pada musim kemarau tidak kurang dari 100 mm. Curah hujan yang kurang dari batas minimum akan mengakibatkan penurunan produksi (Setyamidjaja, 2000).

Tanaman teh di Indonesia hanya ditanam di dataran tinggi. Daerah pertanaman ini umumnya terletak pada ketinggian lebih dari 400->1 200 m dpl. Di Indonesia daerah pertanaman teh dapat dibagi menjadi tiga daerah berdasarkan ketinggian tempatnya :

a. Daerah dataran rendah : 400-800 m dpl dengan suhu mencapai 230C-240C

b. Daerah dataran sedang : 800-1200 m dpl dengan suhu mencapai 210 C-220C

(19)

Perbedaan ketinggian tempat yang menyebabkan perbedaan suhu mempengaruhi sifat pertumbuhan perdu teh. Karena perbedaan sifat pertumbuahan tersebut, maka terdapat perbedaan mutu teh. Teh produksi dataran tinggi mempunyai aroma yang lebih baik daripada teh produksi dataran rendah (Setyamidjaja, 2000).

Sinar matahari sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman teh, makin banyak sinar matahari makin cepat pertumbuhan, sepanjang curah hujan mencukupi. Sinar matahari mempengaruhi pula suhu udara, makin banyak sinar matahari makin tinggi suhu udara, apabila suhu udara mencapai 300C maka pertumbuhan tanaman teh akan terhambat (Pusat Penelitian Kopi dan Kina, 2006). Tanah yang baik dan sesuai dengan kebutuhan tanaman teh adalah tanah yang cukup subur dengan kandungan bahan organik cukup, tidak bercadas serta mempunyai derajat keasaman antara 4.5-6.0, di Indonesia tanah untuk tanaman teh dapat dibedakan menjadi dua buah yaitu tanah Andosol (di pulau Jawa pada ketinggian di atas 800 m dpl) dan tanah Podsolik (di Sumatera) (Setyamidjaja, 2000).

Pemangkasan Pengertian Pemangkasan

(20)

Jenis-Jenis Pangkasan

Jenis pangkasan adalah bentuk-bentuk pangkasan yang dilakukan pada tanaman teh. Tipe pemangkasan memberikan ciri secara kualitatif kepada suatu jenis pemangkasan tentang daun-daun tua yang tersisa di perdu teh setelah pemangkasan selesai (Sukasman, 1988). Dilaksanakan pemangkasan tersebut akan terbentuk bidang petik sesuai yang diharapkan, yang akan menunjang terbentuknya kerangka dasar percabangan yang cukup rendah sehingga perdu teh memiliki bentuk yang baik sekali (Setyamidjaja, 2000).

Jenis pangkasan yang sering digunakan oleh perkebunan adalah pangkasan kepris dan pangkasan jambul. Pangkasan kepris adalah pangkasan dengan bidang pangkas rata seperti meja tanpa melakukan pembersihan atau pembuangan ranting. Pangkasan kepris dilakukan pada ketinggian 60 sampai 70 cm dari permukaan tanah. Pangkasan jambul adalah pangkasan bersih dengan meninggalkan satu sampai dengan dua cabang di bagian perdu (Asrimelwati, 2008).

Pangkasan leher akar dilakukan untuk meremajakan kebun sacara cepat. Pangkasan ini biasanya dilakukan pada perdu yang kerangka dasar percabangannya telah rusak karena adanya gangguan dari tanaman lain. Pada pangkasan leher akar batang pokok dipotong pada ketinggian 10 cm (pada leher akar atau di bawah bekas pangkasan indungnya) (Setyamidjaja, 2000). Pangkasan leher akar digunakan untuk memperbaiki kerangka tanaman yang rusak, dalam pelaksanaan replanting rejuvinasi kebun (Pusat Penelitian Kopi dan Kina, 2006).

Kriteria dan Waktu Pemangkasan

Kriteria penentuan saat pangkas berguna untuk mengetahui saat pangkas yang tepat. Faktor- faktor yang harus diperhatikan untuk menentukan kebun layak untuk dipangkas adalah gilir pangkas, ketinggian bidang petik tanaman, persentase pucuk burung, dan tingkat produksi tahun lalu (Setyamidjaja, 2000).

(21)

tanaman, karena kondisi atau kesehatan tanaman sangat dipengaruhi oleh kandungan pati dalam akar, bila kadar pati kurang dari 12 %, pemangkasan dapat mengakibatkan tanaman merana bahkan mati (Setyamidjaja, 2000). Pemangkasan dapat dilaksanakan pada waktu tanaman sehat, yang ditandai dengan produksi pucuk sedang banyak, cadangan pati pada akar cukup banyak, dan didukung oleh faktor lingkungan yang optimum. Secara umum waktu pemangkasan dapat dilaksanakan pada bulan Maret-Juni dan bulan Oktober-November (Suwardi, 1991).

Peralatan Pemangkasan

Alat pangkas yang digunakan untuk pemangkasan harus tajam supaya tidak merusak cabang yang di pangkas. Menurut Wachjar (2004) pemangkasan secara manual menggunakan alat pangkas berupa gergaji pangkas dan gaet. Gergaji pangkas digunakan apabila tinggi pangkasan 55 cm, sedangkan untuk tinggi pangkasan > 55 cm menggunakan gaet. Hartopo (2005) menyatakan bahwa Perkebunan Bedakah alat pangkas yang digunakan berupa sabit pangkas. Sabit yang digunakan harus tajam supaya tidak merusak batang/cabang/ranting yang dipangkas karena dapat menghambat pertumbuhan tunas baru.

Gilir Pangkas

(22)

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilaksanakan di Perkebunan Medini, PT Rumpun Sari Medini, Kendal Jawa Tengah selama empat bulan mulai 14 Februari sampai 14 Juni 2011.

Metode Pelaksanaan

Metode magang yang digunakan adalah melaksanakan kegiatan yang telah ditetapkan oleh kebun baik aspek teknis di lapangan maupun aspek manajerial. Pada berbagai tingkatan pekerjaan mulai dari karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor sampai pendamping asisten afdeling.

Pada bulan pertama dilaksankan kegiatan menjadi KHL. Kegiatan yang dilaksanakan saat menjadi KHL adalah kegiatan yang sudah ditetapkan oleh kebun, seperti pemupukan, pengendalian gulma, pemangkasan, pengendalian hama dan penyakit, dan pemetikan. Data-data yang didapat pada saat menjadi KHL adalah prestasi kerja, jumlah tenaga kerja, dosis lapang pemupukan, dan dosis rekomendasi pemupukan. Jurnal kegiatan selama menjadi karyawan harian lepas dapat dilihat pada Lampiran 1.

Pada bulan kedua dilaksanakan kegiatan sebagai pendamping mandor. Pekerjaan yang dilaksanakan adalah mengawasi dan mengkoordinir pekerjaan karyawan, menghitung biaya operasional yang dipakai dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan, dan membuat jurnal kegiatan. Jurnal kegiatan selama menjadi pendamping mandor dapat dilihat pada Lampiran 2.

(23)

Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan pada saat magang adalah metode langsung dan metode tidak langsung. Metode tidak langsung untuk mendapatkan data sekunder. Data sekunder diperoleh dari laporan manajemen kebun, arsip kebun dan studi pustaka. Data yang diperoleh mengenai keadaaan umum perusahaan, letak geografis, keadaan tanah dan produksi, luas areal, organisasi dan manajemen, peta lokasi, data produksi, dan data pemangkasan per tahun selama lima tahun terbaru.

Metode langsung untuk memperoleh data primer dilaksanakan dengan cara melakukan pengamatan dan bekerja langsung di lapangan serta dengan cara wawancara. Data yang diambil di lapang dilaksanakan pengamatan yang difokuskan pada kegiatan pemangkasan. Pengamatan dilakukan pada 10 tanaman contoh yang diambil secara acak pada blok yang dilakukan pemangkasan di perkebunan teh. Ulangan pengamatan dilakukan sebanyak lima kali. Ulangan yang digunakan adalah hari pelaksanaan pemangkasan untuk semua variabel pengamatan, sedangkan untuk pertumbuhan pucuk burung yang menjadi ulangan adalah jumlah perdu teh yang diamati.

Beberapa variabel yang diamati dalam kegiatan magang dengan aspek pemangkasan adalah sebagai berikut :

Pengamatan sebelum pemangkasan 1. Tinggi Bidang Petik

Pengamatan dilakukan dengan mengukur tinggi dari permukaan tanah sampai ke permukaan bidang petik

2. Diameter Bidang Petik (DBP)

Pengamatan dilakukan dengan mengukur diameter bidang petik ke dua arah, yaitu dari Timur-Barat dan Utara-Selatan pada masing-masing tanaman contoh kemudian diambil rata-rata keduanya dengan menggunakan rumus :

(24)

3. Persentase Pucuk Burung

Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah pucuk burung dan pucuk peko pada tanaman yang akan di pangkas. Pengamatan ini dengan menggunakan lingkaran dengan diameter 75 cm kemudian dihitung persentase pucuk dengan rumus :

Persen pucuk burung = jumlah pucuk burung

jumlah pucuk (burung+peko) x 100% Pengamatan saat pemangkasan

1. Tinggi Pangkasan

Pengamatan dilakukan dengan mengukur tinggi pangkasan mulai dari permukaan tanah sampai luka bekas pangkasan pada tanaman contoh yang telah dipangkas.

2. Diameter Bidang Pangkas (DBP)

Pengamatan dilakukan dengan mengukur diameter bidang pangkas kedua arah yaitu Timur-Barat dan Utara-Selatan dari masing-masing tanaman contoh dan diambil rata-rata keduanya dengan menggunakan rumus: DBP = diameter (Utara-Selatan ) + diameter (Timur – Barat)

2

3. Persentase Kerusakan Akibat Pangkasan

Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah cabang yang rusak atau pecah akibat penggunaan alat pangkas pada setiap tanaman contoh, persentase kerusakan dihitung dengan rumus :

% kerusakan = Jumlah bekas luka pangkasan yang rusak/pecah x 100% Jumlah bekas luka pangkasan seluruhnya

4. Bobot Brangkasan

Pengamatan dilakukan dengan menimbang brangkasan yang dihasilkan tanaman contoh.

5. Luas Areal Pangkasan

(25)

realisasi luas areal yang dipangkas dalam satu tahun. Secara umum luas areal pangkasan per tahun dapat dihitung dengan :

Luas areal pangkasan = luas areal TM gilir pangka s

6. Tenaga Kerja

Pengamatan dilaksanakan dengan cara menghitung berdasarkan jumlah tenaga pangkas sacara riil di kebun pada saat pemangkasan.

Jumlah tenaga pemangkas = Luas Area Pangkasan ha HKE 1 bulan ×Kapasitas Standar Keterangan : HKE = Hari Kerja Efektif (hari)

Kapasitas Standar = kemampuan yang harus dicapai oleh seorang pemangkas.

7. Jenis pangkasan

Pengamatan dilakukan pada waktu pemangkasan dengan cara melihat langsung maupun melalui wawancara dengan mandor.

8. Komposisi batang

Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung komposisi batang setelah dilakukan pemangkasan. Cara menghitung komposisi batang, yaitu dengan menghitung jumlah batang yang berdiameter <2 cm dan >2 cm pada tanaman contoh.

Pengamatan setelah pemangkasan

1. Pertumbuhan Tunas Baru setelah Pemangkasan

(26)

Analisis data

Data primer dan data sekunder yang dihasilkan dianalisa secara kuantitatif dengan mencari rata-rata dan persentase hasil pengamatan lalu diuraikan secara deskriptif dengan menbandingkan terhadap norma baku yang berlaku pada perkebunan. Menggunakan perhitungan matematis sederhana (rata-rata dan persentase) selain itu pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Uji T-

(27)

KEADAAN UMUM

Sejarah Kebun

Perkebunan Teh Rumpun Sari Medini dahulu merupakan perkebunan kina dan kopi milik NV Culture MY Medini. Pada masa pendudukan Jepang, Kebun Teh Medini menjadi tidak terawat dan rusak. Oleh karena itu, perkebunan tersebut diganti dengan tanaman pangan. Pada tahun 1958, tanaman pangan tersebut diganti dengan komoditi teh karena dianggap kurang menguntungkan. Pada tahun 1961 kebun ini dijual oleh pemiliknya kepada NV Kencana Wati Corporate.

Tahun 1980 PT Rumpun dipecah menjadi dua, yaitu PT Rumpun Teh dan PT Rumpun Antan (aneka tanaman) yang keduanya berpusat di Semarang. PT Rumpun Terdiri atas : Kebun Teh Medini, Boja, Kendal, Kebun Teh Kemuning, Surakarta dan Kebun Kopi Kaligintung, Temanggung. Berdasarkan surat direksi PT Rumpun Teh, SK nomor DIR/04/3/II/A/1984 tanggal 17 Maret 1984, Medini bergabung dengan Kaligintung. Kebun Teh Medini dan Kebun Teh Kaligintung menjadi bagian dari Kebun Medini mulai tanggal 1 Januari 1989 dengan SK nomor DIR/kep/29/teh/12/1989. Yayasan Rumpun Diponegoro, PT Astra Agro Lestari dan PT Rumpun mengadakan kerjasama dalam mengelola Kebun Medini, sehingga pada bulan Februari 1990 berdirilah PT Rumpun Sari Medini (RSM) yang merupakan anak perusahaan PT Astra Agro Lestari Tbk.

Pada tahun 2004, PT Astra Agro Lestari Tbk menjual seluruh kebun selain komoditi kelapa sawit. Pada tahun 2004 Kebun Teh Rumpun Sari Medini beralih menjadi anak perusahaan PT Sumber Abadi Tirta Sentosa (PT SATS).

Letak Geografis dan Administrasi

(28)

permukaan laut (dpl). Batas-batas Perkebunan Medini adalah sebagai berikut : sebelah Utara Kelurahan Ngesrep Balong, sebelah Selatan Lereng Gunung Ungaran, sebelah Barat Kecamatan Limbangan, dan sebelah Timur Lereng Gunung Glimut.

Lokasi Kebun Kaligintung (Afdeling OC) terletak di Desa Kalisari terpisah dari Kebun Medini. Kebun Kaligintung berada dalam ketinggian 1 200 m dpl. Batas–batas Kebun Kaligintung sebagai berikut : sebelah Utara Desa Duren, sebelah Selatan Desa Kaloran, sebelah Barat Desa Tlogo Pucang, dan sebelah Timur Desa Kemitir.

Di lingkungan Perkebunan Medini terdapat tiga dusun, yaitu dua dusun implasemen (Dusun Medini dan Dusun Candi Promasan) dan dusun asli penduduk kampung yaitu Dusun Gunungsari. Kantor pelaksanaan dan pabrik pengolahan teh Perkebunan Medini berada di dalam lokasi Kebun. Untuk mengetahui lebih jelas lokasi perkebunan dapat dilihat pada Lampiran 4 dan Lampiran 5.

Keadaan Iklim dan Tanah

Perkebunan Medini berdasarkan klasifikasi iklim Schmidth–Ferguson merupakan tipe iklim B (basah) dengan suhu rata–rata 260C dan kelembaban berkisar 92 %. Rata–rata curah hujan selama 10 tahun terakhir adalah 4 060 mm/tahum dengan 191 hari hujan/tahun, rata-rata bulan basah 8.8 dan bulan kering 2.8 bulan. Data curah hujan dan hari hujan di Perkebunan Medini dapat dilihat pada Lampiran 6.

Jenis tanah di Perkebunan Medini yaitu Andosol, sebagian Regosol, dan Latosol dengan pH tanah 6.7, topografi lahan perkebunan sangat bervariasi yaitu berkisar 15–70 % merupakan lahan perbukitan bergelombang yang curam.

Luas Arealdan Tata Guna Lahan

(29)

sedangkan seluas 54.93 ha merupakan lahan cadangan/konservasi. Di Kebun Kaligintung luas areal produktif yang menghasilkan tanaman teh seluas 23 ha sedangkan 102.42 ha merupakan lahan konservasi, TBM dan tanaman lainya (Albazia, Durian, Petai, Jati). Tata guna lahan di PT Rumpun Sari Medini dapat dilihat pada Tabel 1.

Sumber : Arsip Kantor Perkebunan Medini, 2011

Kedaan Tanaman dan Produksi

Tanaman teh yang dibudidayakan di Perkebunan Medini tanaman asal stek (klonal). Klon yang dibudidayakan adalah TRI 2024, TRI 2025, CIN 143 dan Gambung. Klon yang paling banyak ditanam adalah Klon TRI 2025. Jarak tanam yang digunakan adalah 120 x 60 cm dengan populasi 13 888 tanaman/ha, tetapi populasi rata–rata Perkebunan Medini 9 162 tanaman/ha. Hal ini disebabkan karena banyak lahan yang tidak bisa ditanami dikarenakan lahan berbatu dan kondisi lahan curam,

(30)

kering/tahun dan 2 133 kg teh kering/ha/tahun, produktivitas teh Perkebunan Medini masih lebih besar daripada produktivitas Perkebunan Swasta Nasional pada tahun 2010 sebesar 1 297.07 kg teh/ha/tahun. Perkembangan produksi dan produktivitas teh basah maupun teh kering di Perkebunan Medini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Produksi serta Produksitivitas Teh Basah dan Kering di Perkebunan Medini Tahun 2006-2010

Sumber : Arsip Kantor Perkebunan Medini, 2011.

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Perkebunan Medini, PT Rumpun Sari Medini dipimpin langsung oleh seorang Administratur yang diangkat melalui dewan direksi dan bertanggung jawab langsung kepada Dewan Direksi PT Sumber Abadi Tirtasentosa. Seorang Administratur dibantu olah bagian tanaman, bagian administrasi, bagian pabrik dan teknik. Administratur merupakan jabatan tertinggi dalam perkebunan Medini yang bertugas mengkoordinir semua lini (kepala tata usaha, kepala tanaman, kepala pabrik, dan kepala teknik) sebagai mediator Head Office (HO), mengelola kebun dan membuat kebijakan–kebijakan yang berhubungan dengan kebun, serta melakukan pengawasan dan pembinaan untuk menjamin berlangsunganya proses produksi.

(31)

rencana kerja dan anggaran yang dimasukkan dalam anggaran tahunan dan bulanan, mengkoordinir dan mengevaluasi pekerjaan mandor.

Bagian administrasi dipimpin oleh kepala tata usaha (KTU) yang bertanggung jawab terhadap semua kegiatan administrasi di kantor yang berhubungan dengan koordinasi kerja dengan administratur, koordinasi dengan asisten tanaman, dan kepala pabrik tentang Standart Operasional Procedur (SOP) yang berlaku di perkebunan. KTU membawahi langsung bagian personalia, bagian keuangan, bagian gudang, dan bagian keamanan.

Bagian pabrik dipimpin oleh kepala pabrik yang bertanggung jawab langsung kepada administratur. Kepala pabrik bertugas melakukan koordinasi seluruh kegiatan produksi di pabrik, yaitu menjamin kelangsungan proses produksi dan kualitas teh kering yang dihasilkan, serta berkewajiban atas pemeliharaan infrastruktur pabrik dan bangunan pabrik. Kepala pabrik dibantu oleh mandor 1 teknik untuk mengkoordinir segala aspek teknis sehingga dapat membantu kelancaran proses produksi. Untuk melaksanakan tugas kepala pabrik dibantu oleh mandor teknik, mandor pengolahan, dan krani pabrik. Struktur organisasi Perkebunan Medini dapat dilihat pada Lampiran 7.

Tenaga kerja di PT Rumpun Sari Medini terdiri atas karyawan staf (bulanan HO), karyawan non staf (bulanan lokal), karyawan harian tetap (KHT/PHT) dan karyawan harian lepas (KHL). Karyawan staf meliputi meliputi manager (Administratur), asisten tanaman, kepala tata usaha (KTU) dan kepala pabrik. Karwayan staf mendapatkan kenaikan gaji maupun kenaikan jabatan berdasarkan keputusan dari Head Office (HO).

(32)

Sistem bulanan HO digaji langsung oleh direksi PT Sumber Abadi Tirtasentosa, sedangkan untuk sistem pengajian selain bulanan HO digaji oleh kebun. Besarnya gaji untuk karyawan harian lepas berdasarkan prestasi kerja yang diperoleh dan telah disesuaikan dengan Upah Minimum Kabupaten (UMK), sedangkan untuk karyawan KHT pengajianya didasarkan pada UMK dan ditentukan sesuai hari kerja efektif dalam satu bulan ditambah hak sosial.

Karyawan harian tetap, bulanan, karyawan staf mendapatkan jaminan sosial yang meliputi pengobatan, cuti tahunan 12 hari kerja/tahun, cuti panjang 5 tahunan, jamsostek, perumahan, tunjangan hari raya dan perkawinan, sedangkan karyawan harian lepas tidak mendapatkan jaminan sosial. Pembagian gaji untuk karyawan dilakukan setiap bulan yaitu maksimal tanggal 5, kecuali untuk karyawan harian lepas pemetikan pembayaran gaji dilakukan dua kali dalam satu bulan yaitu tanggal 5 dan 20. Jumlah karyawan di PT Rumpun Sari Medini adalah 506 dengan luas areal sebesar 466.67, indeks tenga kerja yang dapat dicapai sebesar 1.08 orang/ha. Jumlah dan komposisi tenaga kerja di PT Rumpun Sari Medini pada tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah dan Komposisi Tenaga Kerja di PT Rumpun Sari Medini pada Tahun 2011

(33)

Aspek Teknis Pengendalian Gulma

Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang tidak diinginkan karena kemampuannya dapat bersaing dengan tanaman pokok. Pengendalian gulma bertujuan menekan pertumbuhan gulma serendah mungkin melalui pemilihan pengendalian gulma yang tepat.

Gulma yang dominan di Perkebunan Medini adalah Impatiens plalypetata

(pacar banyu), Boreria alata (ketoprakan), Clibadium surinamense (krinyu),

Clydemia hirta (cata’an), Melastoma malabraticum (senganen), Ageratum conyzoides (babadotan), Commelina difusa (tali said), Gleicenia linearis (pakis andan), Setaria plicata (coe’an), dan Emilia sonchifolia (jawaroro).

Sistem pengendalian gulma yang dilakukan di Perkebunan Medini adalah secara kimiawi dan manual. Baik pengendalian gulma secara kimiawi maupun manual dilakukan dua kali setahun. Pelaksanaan pengendalian disesuaikan dengan kondisi lapangan yaitu berdasarkan kerapatan gulma ketinggian gulma dan jenis gulma.

Pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan cara dibabat dan didongkel. Pembabatan dilakukan dengan membabat semua gulma yang berada di bawah perdu teh. Dongkel Anak Kayu (DAK) dilakukan dengan mendongkel gulma berkayu sampai ke akar-akarnya sehingga memperkecil kemungkinan untuk tumbuh kembali. Alat yang digunakan untuk pengendalian gulma secara manual adalah sabit atau dicabut langsung dengan kedua tangan. Gulma setelah dibabat atau didongkel diletakkan di atas bidang petik supaya kering dan tidak tumbuh lagi, selain itu untuk mempermudah pengecekan oleh mandor.

(34)

melaksankan pengendalian manual selama dua hari dengan prestasi kerja 0.04 ha/HK (2 patok /HK).

Pengendalian gulma secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan bahan kimia (herbisida). Herbisida yang digunakan di Perkebunan Medini adalah herbisida sistemik berbahan aktif Glifosat. Dosis yang digunakan di lapangan 1.5 l/ha dengan konsentrasi 5-7 ml/l air. Alat yang digunakan untuk pengendalian adalah knapsack sprayer dengan kapasitas 15 l air, nozzle yang digunakan berwarna merah, kuning, biru dan hitam. Alat bantu yang digunakan adalah dirigen plastik 20 l, gelas ukur, dan perlengkapan keselamatan kerja.

Herbisida dan air dicampur dipinggir areal kebun lalu dimasukkan ke dalam knapsack sprayer, alat digendong dan memompa sebanyak 10 kali untuk mencapai tekanan konstan. Aplikasi herbisida dilakukan dari lokasi yang jauh dari sumber air menuju lokasi yang dekat dengan sumber air. Pada saat proses penyemprotan pekerja jalan dua langkah sambil menyemprotkan bahan ke gulma. Untuk mempertahankan tekanan konstan dilakukan pemompaan setiap dua langkah sekali. Aplikasi herbisida dilakukan pada saat cuaca cerah, apabila turun hujan aplikasi dihentikan.

Aplikasi herbisida dilakukan dibawah pengawasan mandor rawat. Luasan yang dapat dikendalikan dengan satu kali angkatan knapsack sprayer adalah 600 m2 (1.5 patok) dalam waktu 20 menit. Standar pengendalian kimia yang ditentukan oleh kebun adalah 0.6 ha/HK (15 patok/HK), dengan prestasi kerja sebesar 0.4 ha/HK. Pengendalian secara kimiawi dilakukan oleh KHL, upah KHL untuk pengendalian secara kimia sebesar Rp. 15 750/HK. Penulis melaksanakan

pengendalian gulma secara kimia selama dua hari dengan prestasi kerja 0.14 ha/HK. Pengendalian gulma secara kimia maupun manual dapat dilihat pada

Gambar 1.

Pengendalian Hama dan Penyakit

(35)

tidak langsung berupa kerusakan tanaman. Tujuan pengendalian hama dan penyakit adalah menekan populasi serangga yang merugikan tanaman.

(A) (B)

Gambar 1. Pelaksanaan Pengendalian Gulma Secara Kimia (A), Pengendalian Gulma Secara Manual (B)

Sasarannya dari kegiatan ini yaitu dengan tercapainya produktivitas tanaman dapat tetap optimal sesuai dengan potensinya, menekan kerugian akibat organisme pengganggu tanaman hingga sekecil mungkin dan meminimalkan penggunaan pestisida. Kegiatan pengendalian hama dan penyakit dilaksanakan bersamaan dengan pemupukan daun yaitu setelah dilakukan pemetikan. Hama dan penyakit menyerang Perkebunan Medini selama sepanjang musim. Hama yang menyerang di Perkebunan Medini adalah ulat penggulung daun, Empoasca sp., ulat penggulung pucuk, tungau jingga (Myte), kutu hitam, dan ulat pengerek batang sedangkan penyakit yang menyerang di Perkebunan Medini adalah jamur akar dan cacar daun teh (blister blight).

(36)

Intensitas serangan = pokok seranagan

total tanaman sampel dalam blok x 100 %

Luas serangan = intensitas serangan x luas blok Luas pengendalian = luas serangan x 1.38 1.38 = konstanta pengendalian ( luas isolasi )

EWS dilakukan oleh mandor HPT dengan rotasi dua kali dalam satu bulan. Kriteria tingkat serangan hama di Perkebunan Medini digolongkan menjadi tiga, yaitu : 0-5 % serangan ringan, 5-10 % serangan sedang, dan > 10 % serangan berat, sedangkan untuk penyakit: 0-3 % serangan ringan, 3-5 % serangan sedang dan >5 % serangan berat. Pengendalian hama dan penyakit didahulukan pada populasi hama ataupun penyakit yang lebih tinggi terutama pada kantong-kantong serangan.

Hama yang menyerang di Perkebunan Medini pada saat pelaksanaan magang adalah Empoasca sp dan ulat penggulung. Empoasca sp merupakan hama utama yang sering menyerang tanaman teh dibandingkan hama yang lain. Hama ini menyerang pada musim kemarau. Hama Empoasca sp menimbulkan kerugian baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerugian langsung berupa rusaknya daun muda/pucuk, yang mengakibatkan produksi menurun. Gejala awal serangan

Empoasca sp adalah tulang daun berwarna merah sedangkan gejala lebih parah daun akan kerdil dan keriting. Kerugian tidak langsung akibat serangan hama pada tanaman menyebabkan kanker cabang. Pengendalian hama Empoasca sp dilaksanakan secara kimiawi dengan menggunakan insektisida sistemik berbahan aktif Imidokloprid 50 g/l dan Imidokloprid 200 g/l. Dosis yang digunakan untuk pengendalian hama ini adalah 0.6 l/ha untuk Imidokloprid 50 g/l dan 0.15 l/ha untuk berbahan aktif Imidokloprid 200 g/l.

(37)

Pengendalian manual dilakukan dengan memetik langsung daun yang terserang. Pengendalian secara kimiawi menggunakan insektisida kimiawi berbahan aktif

Sipermetrin 100 g/l, dosis yang digunakan di lapang 0.25–0.5 l/ha.

Penyakit yang menyerang tanaman teh di Perkebunan Medini adalah cacar daun (Blister blight) yang disebabkan oleh jamur Exobasidium vexans. Serangan terbesar cacar daun teh terjadi pada musim penghujan, dikarenakan kelembaban udara tinggi dan intensitas cahaya rendah maka jamur dapat berkembang biak secara sempurna. Bagian yang diserang adalah daun dan ranting yang masih muda. Gejala serangan adalah timbul bintik kecil tembus cahaya dengan diameter ± 0.25 mm, kemudian membesar dan menonjol ke bawah permukaan daun dengan permukaan atas utuh dan membentuk spora pada tonjolan. Lama-kelamaan pusat bercak berwarna cokelat lalu mengering, setelah mengering bercak dapat terlepas sehingga daun berlubang. Penyebaran penyakit Blister blight akibat spora yang diterbangkan oleh angin dan terbawa serangga dan manusia. Pengendalian penyakit cacar daun dilakukan secara kimiawi menggunakan fungisida berbahan aktif tembaga oksida 86 % dengan dosis 75–100 g/ha.

Alat yang digunakan untuk pengendalian hama dan penyakit adalah motor pompa (mist blower) dengan kapasitas 12-15 l untuk luasan 1.5 patok/kap (600 m2). Kegiatan pengendalian dilakukan pada keadaan cuaca cerah dan setelah pemetikan, supaya bahan aktif bekerja secara optimal dan tidak mempengaruhi mutu pucuk yang diolah.

(38)

Gambar 2. Proses Pengendalian Hama dan Penyakit di Perkebunan Medini Pemupukan

Pemupukan adalah memberikan unsur-unsur hara ke dalam tanah dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pemupukan yang dilakukan supaya efektif dan efisien maka harus dilakukan tepat jenis, tepat dosis, tepat cara, tepat waktu dan tepat sasaran. Pemupukan di Perkebunan Medini dilakukan melalui dua cara yaitu melalui daun dan akar. Dosis dan jenis pupuk yang digunakan mengacu kepada surat rekomendasi dari kantor pusat PT Sumber Abadi Tirtasentosa.

(39)

Pelaksanaan pemupukan sangat disesuaikan dengan kondisi lapang dan cuaca, jika turun hujan pemupukan dihentikan.

Kegiatan pemupukan dimulai pukul 07.00 WIB dan selesai pukul 11.00 WIB. Tenaga kerja pemupukan terdiri atas tenaga langsir (penyampur pupuk dan pengangkut) dan penyebar pupuk. Pupuk diambil dari gudang dibawa ke lapangan menggunakan mobil Hi line dan diletakkan di tempat yang akan dipupuk. Pupuk yang akan dipupuk dicampur sesuai dosis yang ditetapkan lalu disebar ke tanaman dengan menggunakan ember. Pemupukan dilakukan oleh 16-25 orang, tergantung berapa banyak pupuk yang diaplikasikan.

Pemupukan dilakukan oleh KHL dengan sistem harian, upah per HK adalah Rp.14 500 /orang/hari. Kapasitas perorang adalah 110 kg pupuk/HK. Kegiatan pemupukan diawasi oleh 3-4 orang mandor rawat dan 1 orang asisten tanaman. Pemupukan dilakukan secara sisir dimana pemupuk berjajar seperti sisir bergerak ke depan secara bersamaan. Pupuk ditebar/ditaburkan dipinggir tanaman setiap 2 baris tanaman, apabila pupuk penebar habis lansir menggantarkan pupuk. Standar pemupukan yang ditetapkan oleh kebun adalah 110 kg/HK sedangkan prestasi kerja karyawan rata-rata 106 kg/HK. Penulis melakukan kegiatan pemupukan selama empat hari tetapi tidak mempunyai prestasi kerja, dikarenakan tidak diijinkan oleh pihak kebun.

Pemangkasan

Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan kultur teknis untuk menurunkan tinggi tanaman sampai ketinggian tertentu, sehingga pemetikan dapat dilakukan dengan mudah, cepat dan efisien serta pucuk yang dihasilkan banyak. Pemangkasan bertujuan mempermudahkan agar tanaman selalu berada pada fase vegetatif, memelihara bidang petik agar tetap rendah untuk memudahkan pemetikan, membentuk bidang petik selebar mungkin, membuang cabang tidak produktif serta merangsang pembentukan tunas baru.

(40)

kegiatan pemangkasan selama 3 hari di Blok 4 tetapi tidak mempunyai prestasi kerja.

Kriteria pangkas. Faktor-faktor yang menentukan saat pemangkasan adalah tinggi bidang petik, persentase pucuk burung, tingkat produksi, kadar pati pada akar, alasan ekonomi, dan kebijakan kebun. Perkebunan Medini kriteria yang digunakan untuk menentukan saat pemangkasan adalah kebijakan kebun dan tingkat produksi.

Pemangkasan akan segera dilakukan apabila bidang petik sudah sulit dijangkau oleh pemetik, tinggi maksimal bidang petik rata-rata 120 cm. Blok 4 dilaksanakan pemangkasan pada Bulan April. Hasil pengamatan yang dilakukan secara langsung didapatkan rata-rata tinggi bidang petik dan diameter bidang petik yang akan dipangkas sebesar 109 cm dan 123 cm. Pucuk burung merupakan pucuk dengan tunas dalam keadaan dorman. Tanaman teh yang akan dipangkas pada umumnya lebih banyak menghasilkan pucuk burung dari pada pucuk peko. Berdasarkan hasil pengamatan di Blok 4 didapatkan rata-rata persentase pucuk burung sebesar 91 %.

Tingkat produksi merupakan salah satu kriteria yang sering dijadikan indikator untuk dilakukan pemangkasan. Tingkat produksi adalah untuk menentukan nilai ekonomis tanaman. Tingkat produksi suatu blok kebun dalam satu tahun umumnya dijadikan acuan dalam melakukan pemangkasan, pada saat tingkat produksi lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu maka tanaman sudah saatnya untuk dipangkas. Produksi basah tanaman teh berdasarkan umur setelah pemangkasan dapat dilihat pada Gambar 3.

(41)

Gambar 3. Produktivitas Basah Berdasarkan Umur Pemangkasan

Jenis pangkasan. Jenis pangkasan yang ditetapkan di Perkebunan Medini adalah jenis pangkasan bersih. Pangkasan yang membentuk bidang pangkas yang menyerupai mangkok, dimana bagian tengah pangkasan lebih rendah dibandingkan bagian luar. Proses pemangkasan di Blok 4 rata-rata pemangkas melakukan pemangkasan setengan bersih. Pangkasan rata dimana bagian tengahnya lebih rendah dibandingkan bagian luar yang masih menyisakan daun-daun pinggir dan ranting–ranting yang berdiameter kurang dari 2 cm. Pemangkasan yang diharapkan oleh Perkebunan Medini adalah pangkasan bersih dengan spesifikasi, yaitu tinggi pangkasan 55 cm, luka pangkasan membentuk oval menghadap ke dalam, rawisan (cabang kecil) dibersihkan, sedangkan cabang yang menyamping dibiarkan, serasah diatur di gawangan dengan rapi.

(42)

Gambar 5. Pangkasan Setengah Bersih (Pangkasan di Kebun)

Sistem upah borongan yang ditetapkan seringkali membuat pemangkas lebih mengutamakan kuantitas daripada kualitas, maka rata-rata pemangkasan di Blok 4 menggunakan pangkasan setengah bersih. Jenis pangkasan bersih dan setengah bersih dapat dilihat pada Gambar 4 dan Gambar 5.

Tinggi pangkasan. Tinggi pangkasan tanaman teh biasa bervariasi tergantung pada jenis pangkasannya. Perkebunan Medini menetapkan standar tinggi pangkasan 55-65 cm. Tinggi pangkasan di Perkebunan Medini senantiasa dinaikkan dari luka pangkas sebelumnya sampai pada ketinggian tertentu, maka tinggi pangkasan akan dikembalikan lagi ke tinggi pangkasan semula. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di Blok 4 rata-rata tinggi dan diameter pangkasan sebesar 62 cm dan 74 cm, sedangkan standar tinggi pangkasan 55 cm.

Gilir pangkas. Gilir pangkas adalah jangka waktu antara pemangkasan yang terdahulu dengan pemangkasan yang berikutnya pada blok yang sama. Perkebunan Medini termasuk daerah dataran tinggi, sehingga menggunakan gilir pangkas 4 tahun. Pelaksanaan pemangkasan tidak selalu sesuai dengan gilir pangkas yang direncanakan. Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4, pemangkasan pada tahun 2010-2011, gilir pangkas tidak ada yang sesuai dengan gilir pangkas yang ditetapkan perkebunan. Gilir pangkas pada tahun 2010 antara kurang dari tiga tahun sampai enam tahun.

(43)

Tabel 4. Gilir Pangkas di Perkebunan Medini pada Tahun 2010-2011

Sumber : Arsip Kantor Perkebunan Medini, 2011

Waktu pemangkasan. Waktu pemangkasan adalah waktu yang tepat untuk melaksanakan pemangkasan sehingga diperoleh hasil pangkasan yang optimal. Menentukan waktu yang tepat untuk melaksanakan pemangkasan harus memperhatikan kondisi/kesehatan tanaman, iklim dan ketinggian tempat.

Tabel 5. Realisasi Waktu dan Luas Pangkasan di Perkebunan Medini pada

Sumber : Arsip Kantor Perkebunan Medini, 2011.

(44)

(September-Oktober). Waktu pemangkasan pada tahun 2010 di Perkebunan Medini pada semester satu sebesar 66.93 % dan semester dua 13.19% dari luas total yang di pangkas pada tahun 2010. Realisasi dan luas pangkasan dapat dilihat pada Tabel 5.

Luas areal pemangkasan. Luas areal pangkasan yang ditetapkan Perkebunan Medini adalah 25 % dari luas total areal tanaman menghasilkan. Pelaksanaan luas areal pemangkasan berdasarkan gilir pangkas yang ditetapkan empat tahun sekali. Pekerjaan pemangkasan dilakukan pada dua semester dengan 60 % dari target setahun disemester I, sisanya pada semester II. Realisasi pemangkasan pada tahun 2010 semester satu luas areal yang dipangkas 66.93 % dari luas total areal yang dipangkas dalam satu tahun. Kebijakan dimaksudkan untuk mengantisipasi terganggunya stabilitas produksi karena areal produktif berkurang akibat pemangkasan. Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa realisasi pangkas dalam per tahun tidak sama, dan tidak sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan yaitu sebesar 25 %. Realisasi luas areal yang di pangkas di kebun dapat berubah karena kondisi kebun, ketersediaan dana, dan faktor iklim. Realisasi luas areal pangkasan Perkebunan Medini dari tahun 2006-2010 dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Realisasi Luas Areal Pemangkasan di Perkebunan Medini Tahun 2006- 2010

Tahun Luas Areal TM

Luas Areal Pangkasan Persentasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi ……….….(ha)……...………….. …………(%)...

Sumber : Arsip Kantor Perkebunan Medini , 2011.

(45)

kebun. Blak pangkas terbuat dari bambu yang ukurannya sesuai dengan ketinggian pangkas yang diharapkan. Batu gosok digunakan untuk mengasah sabit. Ketajaman alat pangkas sangat mempengaruhi luka pangkas yang dihasilkan, semakin tajam sabit maka persentase kerusakan batang akan lebih kecil. Pelaksanaan pemangkasan di kebun para pekerja banyak yang tidak menggunakan blak pangkas untuk mengukur tinggi pangkasan, pemangkas biasanya menggunakan tinggi lutut pemangkas.

Tenaga pemangkas. Tenaga pemangkas Perkebunan Medini merupakan KHL dengan sistem borongan. Besarnya upah yang dibayarkan untuk tenaga pemangkas adalah Rp. 19 300/patok (400 m2). Tenaga pemangkas yang tersedia pada pemangkasan di Blok4 ada 15 orang, jumlah ini masih kurang apabila dibandingkan dengan standar jumlah tenaga yang dibutuhkan. Pada Tabel 7 menunjukkan bahwa kapasitas rata-rata kapasitas pemangkas 0.05 ha/HK, lebih tinggi dibandingkan kapasitas standar yang telah ditetapkan oleh kebun. Hal ini disebabkan karena upah borong yang ditetapkan, dimana pemangkas ingin mendapatkan luasan yang lebih luas untuk mendapatkan upah yang lebih besar. Kapasitas tenaga pangkas di Perkebunan Medini dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Kapasitas Tenaga Pangkas di Dua Blok Perkebunan Medini Tahun 2011

Blok Luas Areal

Sumber : Arsip Kantor Perkebunan Medini, 2011

(46)

pemangkasan penulis mengamati persentase kerusakan cabang akibat pangkasan

Sumber : Hasil Pengamatan di Perkebunan Medini pada Blok 4, 2011

Keterangan : Angka-angka di atas merupakan hasil uji t-student pada taraf 5 %.

Pada Tabel 8 tampak bahwa persentase kerusakan cabang pangkasan yang berusia < 60 tahun lebih tinggi dibandingkan dengan presentasi kerusakan cabang bidang pangkasan ≥ 60 tahun. Meskipun terdapat perbedaan persentasi kerusakan pangkas dari dua kelompok umur di atas persentase kerusakan pangkas tidak berbeda pangkas.

Pertumbuhan tunas setelah pemangkasan. Pengamatan pertumbuhan tunas dilakukan 2-8 minggu setelah pangkas. Pertumbuhan tunas tanaman teh sangat dipengaruhi oleh ketinggian tempat dari permukaan laut karena perbedaan ketinggian tempat akan mempengaruhi tingkat suhu dan penyinaran matahari. Pertumbuhan tunas pada Blok 4 pada 8 MSP sudah mencapai 13.05 cm. tujuan dilakukan pengamtan pertumbuhan tunas untuk mengetahui pertumbuhan tubus setiap minggunya. Pertumbuhan tunas setiap minggu dapat digunakan untuk memperkirakan dilakukan pemetikan jendangan. Pertumbuhan tunas di Blok 4 setelah pemangkasan dapat dilihat pada Gambar 6.

(47)

Pemetikan

Pemetikan merupakan kegiatan memungut sebagian dari tunas-tunas tanaman. Daunnya yang masih muda pada tanaman yang memenuhi syarat-syarat pengolahan. Pemetikan juga berfungsi untuk membentuk kondisi tanaman agar mampu menghasilkan produksi yang tinggi dan berkesinambungan. Kualitas pucuk yang baik juga menentukan kualitas teh yang dihasilkan, oleh karena itu pemetikan harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang ada.

Jenis pemetikan Pemetikan di Perkebunan Medini dalam satu daur pangkas ada tiga jenis pemetikan yaitu pemetikan jendangan, pemetikan produksi, dan pemetikan rampasan.

Pemetikan jendangan adalah awal pemetikan setelah pemangkasan, dilaksanakan 2-3 bulan setelah pangkas. Pemetikan jendangan dilaksanakan apbila kebun sudah memenuhi syarat. Syarat pemetikan jendangan adalah 60 % dari luas total areal yang dipangkas telah memenuhi syarat untuk dijendang, tinggi pucuk yang siap dijendang 15-20 cm atau 3-4 helai daun dari luka pangkasan. Pucuk yang berada dibawah ketinggian tersebut tidak boleh dipetik karena berfungsi untuk membentuk bidang petik. Pemetikan jendangan dilakukan sebanyak 5-6 kali rotasi sampai terbentuk bidang petik sempurna dan pertumbuhan pucuk optimal. Rotasi pemetikan jendangan 13-15 hari, pemetikan jendangan dilakukan oleh pemetik terampil yang terpilih, supaya mendapatkan bidang petik yang optimal. Bidang petik sangat mempengaruhi pertumbuhan pucuk tanaman teh.

(48)

(A) (B)

Gambar 7. Pelaksanaan Pemetikan Jendangan (A), Jidar Salib Jendangan (B) Pemetikan produksi dilakukan setelah pemetikan jendangan selesai dan bidang petik sudah terbentuk sempurna. Pemetikan produksi dilakukan secara terus menerus sesuai dengan gilir petik sampai tanaman teh kembali dipangkas. Pemetikan produksi yang dilaksanakan Perkebunan Medini adalah pemetikan medium yaitu peko dengan dua atau tiga daun (p+2 dan p+3) serta pucuk burung dengan satu atau dua daun muda (b+2m dan b+3m). Pemetikan produksi Perkebunan Medini dilakukan dengan sistem manual dan menggunakan pisau petik (etem). Pemetikan manual dilakukan dengan cara menggunakan ibu jari dan telunjuk dan tidak dibenarkan memetik dengan lima jari atau dirampas. Pemetikan dengan pisau adalah dengan mengarahkan pisau berlawanan arah dengan badan dan pemetikan tidak boleh ngerit. Proses pemetikan produksi Perkebunan Medini dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Pelaksanaan Pemetikan Produksi

(49)

yang masih memenuhi syarat untuk diolah, oleh karena itu hasil pemetikan rampasan tidak sesuai dengan ketentuan rumus petik yang dianjurkan kebun. Pemetikan rampasan bertujuan untuk menambah produksi pucuk basah dan mencegah pucuk yang masih bisa diolah terbuang akibat pemangkasan. Perkebunan Medini tidak ada ketentuan pasti dilakukan pemetikan rampasan, apabila belum dipangkas masih terdapat pucuk muda maka dilakukan pemetikan rampasan.

Hanca petik dan gilir petik. Hanca petik adalah luas areal yang harus selesai dipetik dalam satu hari. Hanca petik tiap blok berbeda karena dipengaruhi oleh kapasitas rata-rata pemetik, daur petik, musim dan kondisi pucuk. Makin pendek daur petik maka makin luas hanca petik, sebagai contoh untuk salah satu kemandoran di Perkebunan Medini dengan luas 59.66 ha dan gilir petik 10 hari, hanca petiknya dapat dihitung sebagai berikut :

Hanca petik = luas areal yang di petik gilir petik

=59.66

10 = 5.96 ha/hari

Pengaturan dan penyelesaian hanca petik tiap tiap blok tidak selalu sama bergantung pada kondisi kebun yang diatur oleh mandor panen.

Gilir petik adalah jangka waktu antara satu pemetikan dengan pemetikan berikutnya, dalam satu hanca petik. Lama gilir petik dipengaruhi oleh kecepatan pertumbuhan pucuk. Gilir petik yang ditetapkan oleh Kebun Medini adalah 10 hari, tapi kondisi di lapangan para mandor menetapkan gilir petik 10–15 hari.

(50)

Pelaksanaan pemetikan. Pelaksanaan pemetikan di Perkebunan Medini dimulai sekitar pukul 06.00–14.00 WIB, waktu pelaksanaan biasanya lebih lama ataupun lebih cepat disesuaikan dengan kondisi pucuk yang tersedia di lapang. Semakin banyak pucuk yang tersedia di lapang maka pemetikan lebih lama untuk mencegah pucuk kaboler (pucuk melewati masa petik). Pemetikan dilaksanakan mulai dari tempat terjauh menuju tempat terdekat dengan jalan, hal ini dilaksanakan untuk mencegah adanya areal yang tidak terpanen terutama di areal jauh dari jangkauan.

Pelaksanaan pemetikan, pemetik dilengkapi dengan peralatan berupa jidar, waring yang terbuat dari jala dengan kapasitas 20-35 kg, etem, mantel plastik, dan caping. Mandor menentukan prinsip 3 M yaitu mana yang diambil (pucuk peko dan burung), mana yang ditinggal (pucuk yang di pinggir dan pucuk yang di bawah bidang petik ), mana yang dibuang (cakar ayam, jambulan, dan tunas yang tumbuh lebih dari satu). Pucuk-pucuk hasil petikan dimasukkan dalam gembolan (waring yang digendong), setelah gembolan penuh pucuk dimasukkan kedalam waring yang diletakkan pada los pucuk supaya mudah untuk penimbangan dan pengangkutan.

Beberapa peraturan harus diperhatikan oleh pemetik adalah kelengkapan alat-alat pemetikan dan tatacara pemetikan. Perkebunan Medini menetapkan cara pemetikan di atas bidang petik, memetik dengan menggunakan dua tangan dan pucuk yang dipetik sudah memenuhi syarat pemetikan. Selain itu, pucuk yang berada dibawah bidang petik dan aer (pucuk yang masih muda) tidak boleh dipetik, pemetikan pucuk burung harus bersih, pucuk dalam genggaman tidak boleh terlalu banyak, serta menaruh pucuk dalam waring tidak boleh melebihi kapasitas waring.

(51)

Kapasitas pemetikan. Kapasitas pemetik adalah kemampuan seorang pemetik untuk memetik pucuk dalam satu hari kerja. Kapasitas petik antara pemetik sangat bervariasi dan bahkan berubah-ubah dari hari ke hari. Kapasitas pemetik dipengaruhi oleh kondisi iklim, populasi tanaman, keterampilan pemetik, perbedaan cara pemetikan, dan banyaknya pucuk yang dipetik. Standar kapasitas pemetikan di Perkebunan Medini adalah 40 kg/hari.

Penulis melakukan kegiatan pemetikan selama lima hari di blok 2 dan blok 14. Kapasitas petik rata-rata yang diperoleh pemetik selama kegiatan pemetikan adalah 6-7 kg/HK ini sangat kecil dibandingkan dengan standar kapasitas petik yang berlaku. Kecilnya kapasitas petik penulis disebabkan oleh kurangnya pengalaman kerja dan keterampilan.

Penimbangan dan pengangkutan. Penimbangan pucuk di Perkebunan Medini dilakukan dua kali yaitu penimbangan di kebun dan penimbangan di pabrik. Penimbangan di kebun dilakukan satu sampai dua kali tergantung pada jumlah pucuk di lapang. Penimbangan pucuk sekali maka penimbangan dilakukan pada pukul 12.00–13.00, sedangkan penimbangan pucuk 2 kali maka penimbangan pertama dilakukan pada pukul 11.00-12.00 dan penimbangan kedua pada pukul 14.00-15.00.

Penimbangan dilakukan oleh krani timbang dengan menggunakan timbangan gantung dan masing-masing mandor mencatat hasil pucuk yang diperoleh pemetik. Perkebunan Medini mempunyai dua krani timbang. Data penimbangan dicatat dalam buku harian mandor untuk dilaporkan kepada asisten tanaman. Pucuk-pucuk yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam truk pengangkut dan siap diantar ke pabrik.

(52)

yang diperkenankan, pucuk diangkut dengan waring ukurannya harus relatif sama disusun dalam posisi rapi.

Pengangkutan pucuk di Perkebunan Medini dari kebun sampai pabrik menggunakan truk dan mobil Hi line. Pucuk-pucuk ditumpuk dalam truk sampai penuh tanpa ada rak, hal ini disebabkan oleh terbatasnya alat transportasi untuk mengangkut pucuk. Truk yang digunakan juga tidak dilengkapi dengan penutup bak yang berfungsi melindungi pucuk dari sengatan panas matahari menyebabkan pucuk longsong(busuk atau kepanasan). Penggangkutan pucuk melebihi kapasitas truk pada saat produksi melimpah. Proses penimbangan teh dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Proses Penimbangan Pucuk di Kebun

Analisa petik dan analisa pucuk. Perkebunan Medini untuk mengetahui hasil pelaksanaan pemetikan di lapang dilakukan pemeriksaan pucuk melalui analisa petik dan analisa pucuk.

(53)

Tabel 9. Komposisi Pucuk Hasil Analisa Petik di Perkebunan Medini

Blok Analisa Petik

Petik Halus Petik Medium Petik Kasar ………(%)...

Analisa pucuk merupakan pemisahan pucuk berdasarkan bagian tua dan muda yang dinyatakan dalam persen yang bertujuan untuk menilai pucuk yang akan diolah, menentukan harga pucuk, dan memperkirakan presentasi mutu teh yang akan diolah. Analisa pucuk dilaksanakan berdasarkan hasil panen dari blok yang dipanen. Rumus pucuk yang digunakan adalah petikan mediun yaitu memisahkan menurut rumus petik peko muda (p+1, p+2, p+3, p+4), burung muda (b+1m, b+2m, b+3m, b+4m, b+5m), burung tua (b+1t, b+2t, b+3t, b+4t, b+5t), rusak (terlipat dan robek), lembaran tua, lembaran muda. Cara mencari pucuk halus adalah mematahkan batang pucuk sampai terlepas. Pucuk yang patah ditimbang dan didapat analisa pucuk dari tiap kemandoran. Analisa pucuk yang diharapkan untuk bahan baku yang baik adalah analisa di atas 35 % dan rusak di bawah 5 %. Pada Tabel 9 didapat bahwa analisa pucuk Perkebunan Medini di bawah analisa standar. Data analisa pucuk di Perkebunan Medini dari Bulan Januari sampai Mei dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Rata-rata Analisa Pucuk di Perkebunan Medini Bulan Januari-Mei 2011

Bulan Produksi Analisa pucuk

Halus Rusak Kasar

(54)

Tabel 11. Produksi Teh Perkebunan Medini Berdasarkan Analisa Kering dan

Sumber : Arsip Kantor Perkebunan Medini, 2011

Produksi teh pada Perkebunan Medini pada lima tahun terakhir mengalami penurunan pada grade I ini disebabkan kualitas bahan baku yang didapat dari kebun juga menurun, ini ditunjukkan dari analisa pucuk halus yang semakin menurun dari tahun 2006. Produksi teh Perkebunan Medini berdasarkan analisa kering dan basah selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 11.

Proses Pengolahan Teh Hijau

Proses pengolahan teh yang dilakukan di Pabrik Medini adalah pengolahan teh hijau. Pengolahan teh hijau yaitu pengolahan teh melalui proses fisik dan mekanis tanpa melalui proses Oksidase enzimatis (fermentasi). Pengolahan teh hijau merupakan pengolahan teh yang sederhana karena hasilnya merupakan bahan baku teh olahan. Pengolahan dilakukan setiap hari setiap pucuk basah sampai di pabrik. Pengolahan teh hijau dimulai dari timbang ke 2, rawat pucuk, pelayuan, pengulungan, pengeringan awal, pengeringan akhir, sortasi dan pengepakan. Produk yang dihasilkan dari pabrik Medini adalah teh hijau kering dengan berbagai grade.

(55)

serasah yang ikut terpotong pada saat panen sehingga rendemen kering dapat dipertahankan 22-23 %. Rendemen ini digunakan untuk menentukan bahan bakar yang akan digunakan untuk proses pengolahan.

Rawat pucuk. Pucuk yang telah ditimbang kemudian dihamparkan ke lantai pabrik. Jika jumlah pucuk teh yang diterima banyak maka pengolahan tidak bisa dilakukan secara serentak karena pucuk tidak tertampung dalam mesin pengolahan. Pucuk yang tidak tertampung tersebut dihamparkan di lantai pabrik yang terlindung dari sinar matahari. Pucuk dihampar dengan tujuan agar pucuk tidak panas dan longsong (busuk atau kepanasan) yang dapat menyebabkan fermentasi awal. Ketebalan hamparan pucuk maksimal 40 cm, kondisi pucuk harus dipelihara dengan baik agar tetap terjaga kesegaranya. Setiap 2 jam sekali hamparan pucuk dibalik agar pucuk memiliki sirkulasi udara yang baik dan tidak longsong. Pucuk yang longsong sudah tidak bisa diproses karena akan menghasilkan teh dengan kualitas jelek. Petugas rawat pucuk ada 2 orang dengan jam kerja 8 jam, dengan 2 shift kerja yaitu pukul 11.00–19.00 dan 19.00–03.00. Kegiatan rawat pucuk dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Kegiatan Rawat Pucuk

Pelayuan. Pelayuan berfungsi untuk menurunkan kadar air dalam pucuk dari 100 % menjadi 60–70 % agar pucuk menjadi lentur dan mudah tergulung, melemaskan pucuk teh yang akan diproses selanjutnya sehingga pucuk teh tidak mudah patah. Proses pelayuan pucuk dengan menggunakan mesin Rotary Panner

(56)

menit. Bahan bakar yang digunakan untuk proses pelayuan adalah kayu bakar, ada enan tungku pada proses pelayuan. Kayu bakar diisi 5–10 menit sekali sampai tungku penuh. Pucuk yang keluar dari mesin pelayuan harus dalam keadaan layu sempurna. Ciri pucuk yang layu sempurna adalah, diremas tidak patah, warna pucuk pucat (tidak segar atau kering), aroma sedap, digenggam masih ada bekas air ditangan, kadar air 65–70 %. Pucuk yang dihasilkan dalam proses pelayuan tidak boleh terlalu kering atau basah.

Pucuk hasil pelayuan apabila kandungan air terlalu tinggi atau rendah akan mempengaruhi kualitas teh. Kandungan air yang tinggi dalam pucuk akan mengakibatkan banyaknya air yang keluar pada proses penggulungan sedangkan jika terlalu kering, pucuk akan patah sehingga menyulitkan proses penggulungan. Perkebunan Medini tedapat 2 Unit Rotary Panner dengan kapasitas rata-rata 350-400 kg. Tenaga kerja untuk proses pelayuan sebanyak 2 orang per shift

dengan 8 jam kerja. Jam kerja mulai pukul 12.00–20.00 WIB dan pukul 20.00– 04.00 WIB. Pergantian shift dilakukan seminggu sekali. Mesin pelayuan dapat dilihat pada Gambar 11.

(A) (B) Gambar 11. Alat Pelayuan Rotary Panner Tampak Depan (A),

Tampak Belakang (B)

Penggulungan. Proses penggulungan bertujuan untuk membentuk daun teh menjadi gulungan–gulungan kecil, dan mengeluarkan cairan sel agar menempel di permukaan daun. Alat yang digunakan di Perkebunan Medini adalah

Gambar

Gambar 3. Produktivitas Basah Berdasarkan Umur Pemangkasan
Gambar 5. Pangkasan Setengah Bersih (Pangkasan di Kebun)
Gambar 7. Pelaksanaan Pemetikan Jendangan (A), Jidar Salib Jendangan (B)
Gambar 9.
+4

Referensi

Dokumen terkait

Sistem pengupahan kepada tenaga pemetik di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning berdasarkan pada hasil pucuk basah yang dapat diperoleh tenaga petik dalam satu hari dan

Jenis pangkasan yang dilakukan di Kebun Tambaksari adalah pangkasan jambul dan pangkasan kepris, waktu pemangkasan dibagi menjai dua semester yaitu semester I (Januari-Juni)

[r]

Jenis pangkasan yang dilakukan di Kebun Tambaksari adalah pangkasan jambul dan pangkasan kepris, waktu pemangkasan dibagi menjai dua semester yaitu semester I (Januari-Juni)

Tinggi bidang petik tersebut lebih ideal dibandingkan dengan pengamatan Martini (2011) yaitu tinggi bidang petik di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dengan umur

Hasil uji t-student juga menunjukkan bahwa persentase kedua blok tidak berbeda nyata sehingga secara umum pemangkasan yang dilakukan di Kebun Rumpun Sari Kemuning

Pada tanaman umur tahun pangkas ke-I dan ke-II, potensi tumbuh pucuk peko menunjukkan persentase yang tinggi, hal ini disebabkan karena tanaman umur pangkas tahun ke-I

Tinggi bidang petik tersebut lebih ideal dibandingkan dengan pengamatan Martini (2011) yaitu tinggi bidang petik di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dengan umur