• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN MEDINI, PT RUMPUN SARI MEDINI, KENDAL, JAWA TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN MEDINI, PT RUMPUN SARI MEDINI, KENDAL, JAWA TENGAH"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN TEH

(Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN MEDINI,

PT RUMPUN SARI MEDINI, KENDAL, JAWA TENGAH

DIAN AYU RACHMAWATI

A24070055

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

(2)

DIAN AYU RACHMAWATI. Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Perkebunan Medini, PT Rumpun Sari Medini, Kendal, Jawa Tengah. (Dibimbing oleh SUPIJATNO).

Kegiatan magang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan di lapangan kerja, baik yang menyangkut aspek teknis maupun manajerial, sehingga mengetahui, memahami dan memecahkan permasalahan yang dihadapi perkebunan.

Kegiatan magang dilaksanakan di Perkebunan Medini, PT Rumpun Sari Medini, Kendal, Jawa Tengah selama empat bulan, mulai 14 Februari sampai 14 Juni 2011. Metode yang dilaksanakan adalah bekerja aktif dengan melakukan seluruh kegiatan yang ada di kebun. Penulis bekerja secara langsung sebagai karyawan pada berbagai tingkatan, mulai dari karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor, dan pendamping asisten tanaman, pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan. Selama melakukan kegiatan di kebun penulis juga mengumpulkan data primer dan data sekunder yang dibutuhkan.

Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan dalam pemeliharaan tanaman menghasilkan. Tujuan pemangkasan adalah untuk memelihara bidang petik tetap rendah supaya memudahkan pemetikan, mendorong pertumbuhan tanaman teh agar tatap pada fase vegetatif, membentuk bidang petik seluas mungkin, merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru, dan membuang cabang-cabang yang tidak produktif.

Perkebunan Medini menetapkan areal yang akan dipangkas 25 % per tahun dari luas total areal tanaman menghasilkan (TM) dan dilakukan dalam dua semester, karena menghindari fluktasi produksi. Realisasi pemangkasan pada tahun 2010, semester I dilakukan pada bulan Januari sampai Juni dan pemangkasan semester II dilakukan pada bulan September sampai Oktober. Realisasi jadwal pemangkasan disesuaikan dengan kondisi tanaman di lapang, antara lain ketinggian bidang petik dan tingkat produksi setiap tahun setelah pangkas.

(3)

Gilir pangkas di Perkebunan Medini berkisar empat tahun sekali , ini sesuai dengan ketinggian Perkebunan Medini yang berada pada 950-1775 m dpl. Jenis pangkasan yang ditetapkan di perkebunan adalah jenis pangkasan bersih, dengan standar tinggi pangkasan 55-65 cm dari permukaan tanah, dan dilakukan dengan sistem naik secara kontinyu 5 cm di atas pangkasan sebelumnya. Pada pelaksanaan pemangkasan tinggi pangkasan bisa naik ataupun turun dari standar tergantung dari kondisi kebun.

Pelaksanaan pemangkasan di Perkebunan Medini secara manual dengan menggunakan sabit pangkas dan jidar (alat ukur pangkas). Sisa pangkasan (brangkasan) di letakan di antara tanaman teh untuk menambah bahan organik dan tidak menghalangi pertumbuhan pucuk. Tenaga pangkas yang digunakan adalah tenaga pangkas yang memiliki keterampilan dalam bidang pemangkasan dan diawasi oleh mandor supaya hasil pangkasan yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan kebun. Tenaga pemangkas merupakan karyawan harian lepas dengan sistem borong, upah yang didapat pemangkas adalah Rp. 19 300/patok (400 m2).

(4)

O. Kuntze) in Medini Plantation, PT Rumpun Sari Medini, Kendal, Central Java. Guided by Supijatno.

Abstract

Internship activities carried out in Medini plantation PT Rumpun Sari Medini, Kendal, Central Java for four months from February until June 2011. Internship method is conducting garden has been established by both technical and managerial aspects. Levels of work place as field worker for one month, as assistant foreman for one month, and as assistant field lead for two month. Data collection activities are used direct and indirect methods. Indirect method used to obtain secondary data. Medini plantation is located at an altitude of 950-1 775 m asl with an area of 309.28 ha. Pruning is an essential maintenance activities carried out in tea plantations. Clean pruning is being done on plantation medini with rotation 4 years. Mowed area that is 25 % of tea total crop yield by 55-65 cm clipping height.

(5)

(Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN MEDINI,

PT RUMPUN SARI MEDINI, KENDAL, JAWA TENGAH

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

DIAN AYU RACHMAWATI

A24070055

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

(6)

Judul

: PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN

TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze)

DI PERKEBUNAN MEDINI, PT RUMPUN SARI

MEDINI, KENDAL, JAWA TENGAH.

Nama

: DIAN AYU RACHMAWATI

NRP

: A24070055

Menyetujui, Dosen pembimbing

Ir. Supijatno, MSi. NIP 19610621 198601 1 001

Mengetahui

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr. NIP 19611101 198703 1 003

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Nganjuk, Provinsi Jawa Timur pada tanggal 11 Desember 1988. Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan bapak Abdul Rochman dan ibu Tutik Darwati.

Pada tahun 1994 penulis mulai masuk jenjang pendidikan pertama di Taman Kanak-kanak (TK) Pertiwi Jogomerto, Nganjuk. Selesai pendidikan TK pada tahun 1995 penulis melanjutkan jenjang pendidikan dasar di SDN Jogomerto I Nganjuk dan lulus pada tahun 2001. Pada tahun 2001 penulis melanjutkan jenjang pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Tanjunganom, Nganjuk dan lulus pada tahun 2004.

Pada tahun 2004 penulis melanjutkan jenjang pendidikan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Nganjuk, dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007 penulis diterima menjadi mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di berbagai kegiatan diluar bidang akademis. Pada tahun 2008-2009 sebagai pengurus Ikatan Mahasiswa Jawa Timur (IMAJATIM), 2008-2009 sebagai staf Internal Himpunan Mahasiswa Agronomi (HIMAGRON), pada tahun 2009-2010 sebagai Kadiv Internal HIMAGRON, dan mengikuti berbagai kepanitiaan. Bulan Juni–Agustus 2010 penulis menyelesaikan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Tajurhalang, Kecamatan Tajurhalang, Kabupaten Bogor. Penulis melaksanakan magang skripsi di Perkebunan Medini, PT Rumpun Sari Medini, Kendal, Jawa Tengah, Selama empat bulan mulai 14 Februari sampai14 Juni 2011, untuk menyelesaikan tugas akhir.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengelolaan pemangkasan tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Perkebunan Medini, PT Rumpun Sari Medini, Kendal, Jawa Tengah. Penulisan skripsi merupakan salah satu syarat tugas akhir untuk meraih gelar sarjana.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua beserta keluarga yang telah memberikan dorongan, dukungan serta doa yang tulus kepada penulis.

2. Ir Supijatno, MSi sebagai dosen pembimbing skripsi atas bimbingan, arahan, dan saran dalam penyusunan skripsi.

3. Bapak Dr. Ir. Anas D Susila MSc. Agr sebagai dosen pembimbing akademik atas bimbingan yang bermanfaat bagi penulis.

4. Direksi PT Sumber Abadi Tirtasentosa atas kesempatan yang diberikan pada penulis untuk melaksanakan kegiatan magang.

5. Bapak Purwadi dan Bapak Sumarno selaku Manager Perkebunan Medini, PT Rumpun Sari Medini atas bimbingan dan memberikan kesempatan melaksanakan magang di kebun.

6. Bapak Teguh W selaku KTU Perkebunan Medini atas saran-saran yang diberikan kepada penulis

7. Bapak Sugeng P selaku Asisten Tanaman dan pembimbing lapang selama magang atas bimbingan dan ilmu yang diberikan.

8. Keluarga besar PT Rumpun Sari Medini atas bimbingan dan kerjasamanya selama magang.

9. Sahabat dan rekan-rekan AGH 44 atas kebersamaannya selama ini.

10. Semua pihak yang telah membantu baik dalam pelaksaaan magang maupun penyusunan skripsi.

Bogor, September 2011

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 2

TINJAUAN PUSTAKA... 4

Botani Tanaman Teh ... 4

Ekofisiologi Teh ... 5

Pemangkasan ... 6

METODOLOGI ... 9

Tempat dan Waktu ... 9

Metode Pelaksanaan ... 9

Pengumpulan Data... 10

Analisis Data ... 13

KEADAAN UMUM ... 14

Sejarah Kebun ... 14

Letak Geografis dan Administrasi ... 14

Keadaan Iklim dan Tanah ... 15

Luas Areal dan Tata Guna Lahan ... 15

Keadaan Tanaman dan Produksi ... 16

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ... 17

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG ... 20

Aspek Teknis ... 20 Aspek Manajerial ... 51 PEMBAHASAN ... 57 Jenis/Tipe Pangkasan ... 57 Kriteria Pangkas ... 58 Gilir Pangkas ... 60 Waktu Pemangkasan... 61

Luas Areal Pemangkasan ... 62

Tenaga Pemangkas ... 62

Keterampilan Pemangkas... 63

Alat Pangkas... 63

Pertumbuhan Tunas Setelah Pemangkasan ... 64

Pengelolaan Sisa Pangkas ... 64

Tinggi Pangkasan ... 65

KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

Kesimpulan ... 67

(10)

DAFTAR PUSTAKA ... 69 LAMPIRAN ... 71

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Tata Guna Lahan PT Rumpun Sari Medini ... 16 2. Produksi serta Produktivitas Teh Basah dan Kering di PT

Rumpun Sari Medini ... 17 3. Jumlah dan Komposisi Tenaga Kerja PT Rumpun Sari

Medini pada Tahun 2011 ... 19 4. Gilir Pangkas di Perkebunan Medini pada Tahun 2010-2011 ... 30 5. Realisasi Waktu dan Luas Pangkasan di Perkebunan Medini

Tahun 2010 ... 30 6. Realisasi Luas Areal Pemangkasan di Perkebunan Medini

Tahun 2006-2010 ... 31 7. Kapasitas Tenaga Pangkas di Dua Blok Perkebunan Medini

Tahun 2011 ... 32 8. Persentase Kerusakan Cabang Pangkasan Berdasarkan Usia

Tenaga Pangkas ... 33 9. Komposisi Pucuk Hasil Analisa Petik di Perkebunan Medini ... 40 10. Rata-rata Analisa Pucuk di Perkebunan Medini Bulan

Januari-Mei 2011 ... 40 11. Produksi Teh Perkebunan Medini Berdasarkan Analisa

Kering dan Basah Tahun 2006-2010 ... 41 12. Bobot Pengepakan Teh di Perkebunan Medini Berdasarkan

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Pelaksanaan Pengendalian Gulma Secara Kimia (A),

Pengendalian Gulma Secara Manual (B) ... 22

2. Proses Pengendalian Hama dan Penyakit di Perkebunan Medini ... 25

3. Produktivitas Basah Berdasarkan Umur Pemangkasan ... 28

4. Pangkasan Bersih ... 28

5. Pangkasan Setengah Bersih (Pangkasan di Kebun) ... 29

6. Pertumbuhan Tunas Setelah Pemangkasan di Blok 4 ... 33

7. Pelaksanaan Pemetikan Jendangan (A), Jidar Salib Jendangan (B)... 35

8. Pelaksanaan Pemetikan Produksi ... 36

9. Proses Penimbangan Pucuk di Kebun ... 39

10. Kegiatan Rawat Pucuk ... 42

11. Alat Pelayuan Rotary Panner Tampak Depan (A), Tampak Belakang (B) ... 43

12. Proses Penggulungan dengan Mesin Jackson Roller ... 45

13. Mesin Pengeringan Awal yaitu Belong Tampak Samping (A), Tampak Depan (B) ... 45

14. Mesin Pengeringan Akhir Rotary Dryer (A), Ball Tea (B).. 47

15. Mesin Sortasi Awal Leaf Sifter (Layer 4) ... 48

16. Mesin Sortasi Stalk Extractor (Layer 3) ... 49

17. Mesin Sortasi Stalk Separator ... 49

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian

Lepas ... 72

2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor ... 73

3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten ... 75

4. Peta Lokasi Perkebunan Medini ... 77

5. Peta Lokasi Kebun Kaligintung ... 78

6. Data Curah Hujan Perkebunan Medini Tahun 2001-2010 ... 79

(14)

Latar Belakang

Tanaman teh masuk pertama kali di Indonesia pada tahun 1684, berupa biji teh dari Jepang yang dibawa oleh orang Jerman bernama Andreas Cleyer, dan ditanam sebagai tanaman hias di Jakarta (Setyamidjaja, 2000). Tanaman teh berasal dari wilayah perbatasan negara-negara Cina Selatan, Laos Barat Laut, Muangthai Utara, Burm Timur dan India Timur Laut yang merupakan vegetasi hutan peralihan tropis dan subtropis (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).

Teh di Indonesia dihasilkan oleh tiga jenis perkebunan yaitu perkebunan besar negara, perkebunan besar swasta, dan perkebunan rakyat. Berdasarkan data sementara Direktorat Jenderal Perkebunan pada tahun 2010 luas areal produktif perkebunan teh di Indonesia yakni sebesar 124 573 ha dengan produksi 150 342 ton. Produktivitas teh di Indonesia mencapai sekitar 1 206.85 kg/ha/tahun. Luas areal perkebunan teh diperkirakan menurun menjadi 123 554 ha dengan total produksi 153 175 ton, sedangkan produktivitasnya mencapai 1 239.7 kg/ha/tahun pada tahun 2011 (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2011).

Tanaman teh merupakan salah satu komoditi perkebunan yang memiliki arti penting dalam perekonomian Indonesia. Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) merupakan salah satu komoditas ekspor non migas yang telah dikenal sejak lama dan merupakan salah satu sumber devisa penting dari sub sektor perkebunan (Setyamidjaja, 2000). Indonesia merupakan pamungkas dari produsen terbesar secara berturut-turut, yaitu Cina, India, Kenya, Srilanka, Vietnam, dan Turki (FAO, 2008).

Tahun 2008, volume ekspor teh Indonesia mencapai sekitar 96 209 ton. Volume ekspor pada tahun 2009 mencapai 92 305 ton, dan volume impornya sebanyak 7 168 ton (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2010). Merosotnya pertumbuhan ekspor teh Indonesia disebabkan beberapa faktor, yaitu komposisi produk teh yang diekspor Indonesia kurang mengikuti kebutuhan pasar, negara-negara tujuan ekspor teh Indonesia kurang ditujukan ke negara-negara-negara-negara pengimpor teh, yang memiliki pertumbuhan impor teh tinggi dan daya saing teh Indonesia di pasar teh dunia masih lemah (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2011).

(15)

Penurunan ekspor teh disebabkan oleh menurunnya produktivitas teh di Indonesia dan daya saing di pasar teh dunia. Meningkatkan produktivitas dan daya saing perlu dilakukan perbaikan mutu teh, sektor yang mempengaruhi peningkatan produksi dan perbaikan mutu teh adalah budidaya dan pengolahan di kebun. Budidaya yang kurang baik dapat mengakibatkan produksi menurun, salah satu aspek budidaya yang mempengaruhi produksi teh adalah pemangkasan. Menurut Dalimoenthe dan Johan (2009) secara fisiologi cabang atau ranting akan makin tua sehinga perkembangan pertumbuhan akan beralih dari fase vegetatif ke fase generatif, pembentukan tunas atau pucuk baru akan berkurang karena sabagian energi yang ada dipakai untuk pembentukan buah dan bunga. Karena itu pemangkasan secara periodik selain diperlukan untuk mempertahankan tinggi bidang petik yang dapat dijangkau dengan mudah, diperlukan pula untuk mempermuda cabang-cabang sehingga bertahan pada fase vegetatif.

Pemangkasan adalah salah satu kegiatan dalam tindakan kultur teknis tanaman teh untuk mencapai produksi pucuk yang tinggi sehingga dalam memilih tipe pangkasan harus tepat, jika tidak maka tujuan dari pemangkasan yang diharapkan tidak akan tercapai (Johan, 2006). Menurut Setyamidjaja (2000) pemangkasan merupakan salah satu kegiatan budidaya dalam pemeliharaan teh menjadi perdu, agar teh dapat dipetik dengan mudah, cepat, dan efisian sehingga diperoleh jumlah pucuk yang banyak. Kegiatan ini bertujuan membentuk bidang petik seluas mungkin dan merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru sehingga mampu menghasilkan pucuk dalam jumlah besar.

Kegiatan pemangkasan merupakan salah sutu kegiatan yang penting bagi pengelolaan perkebunan teh. Pengelolaan pemangkasan yang tidak baik akan mengakibatkan kerusakan atau kematian pada tanaman teh. Keberhasilan pemangkasan teh ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya adalah : jenis pemangkasan, waktu pemangkasan, daur pangkas, dan tenaga pangkas.

Tujuan

Kegiatan magang mempunyai tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum kegiatan magang adalah meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mahasiswa di lapangan kerja, baik yang menyangkut aspek teknis maupun

(16)

manajerial sehingga dapat mengetahui, memahami, dan memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi di lapangan, khususnya di perkebunan dalam rangka mempersiapkan diri untuk terjun ke dunia kerja. Tujuan khusus dari magang adalah mempelajari dan menganalisis pemangkasan tanaman teh.

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Teh

Tanaman teh merupakan tanaman subtropis yang sejak lama telah dikenal dalam peradaban dunia. Tanaman teh dikenalkan oleh O. Kuntze. Tanaman teh spesies Camellia sinensis, dikenal beberapa varietas yang penting, seperti varietas Cina, Assam, Cambodia, dan hibrida-hibridanya (Setyamidjaja, 2000).

Secara umum tanaman teh berakar dangkal, terhadap keadaan fisik tanah, dan cukup sulit untuk menembus lapisan tanah. Perakaran utamanya berkembang pada lapisan tanah sedalam 0-20 cm, yang merupakan tempat utama berakumulasinya unsur-unsur hara tanaman. Daun tanaman teh berwarna hijau, bebentuk lonjong, ujungnya runcing, dan tepinya bergerigi. Daun-daun muda yang mulai tumbuh setelah pemangkasan lebih besar daripada daun-daun yang berbentuk sesudahnya. Daun tua bertekstur seperti kulit, permukaan atasnya berkilat dan berwarna hijau kelam (Setyamidjaja, 2000).

Menurut Setiawati dan Nasikun (1991) tanaman teh mempunyai batang, daun, akar, bunga, dan buah. Tanaman teh mempunyai batang yang tegak dan keras. Teh mempunyai daun yang bergerigi dengan tulang daun menyirip dari tepi dan berpangkal pada ujung daun yang runcing. Pohon teh mempunyai akar yang cukup panjang, masuk jauh ke dalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang. Bunga teh dapat tumbuh di ketiak daun, di cabang-cabang, atau di ujung batang. Pada umumnya buah teh mempunyai tiga butir biji meskipun tidak jarang dijumpai buah yang berbiji dua atau tunggal. Biji-biji yang masih muda berwarna putih dan berwarna cokelat tua bila sudah tua.

Perkembangan bunga tanaman teh mengikuti tahap pertumbuhan daun. Bunga tanaman teh sebagian besar self steril, dan biji yang berasal dari bunga yang menyerbuk sendiri. Bunga teh merupakan bunga sempurna mempunyai putik dengan 5-7 mahkota. Daun bunga berjumlah sama dengan mahkotanya, berwarna putih, halus dan berlilin. Daun bunga berbentuk lonjong cekung. Tangkai sari panjang dan benang sari kuning bersel kembar, menonjol 2-3 mm ke atas (Setyamidjaja, 2000).

(18)

Buah yang masih muda berwarna hijau, bersel tiga, dan berdinding tebal. Mula-mula berkilap tetapi semakin tua bertambah suram dan kasar. Bijinya berwarna cokelat beruang tiga, berkulit tipis. Berbentuk bundar di satu sisi dan datar di sisi lain. Bijinya berbelah dua dengan kotiledon besar yang jika dibelah akan secara jelas memperlihatkan embrio tunas (Setyamidjaja, 2000).

Ekofisiologi Teh

Tanaman teh berasal dari daerah subtropis yang kemudian menyebar ke berbagai bagian dunia. Penanamnya di Indonesia yang beriklim tropis agar dapat tumbuh dan berproduksi optimal, tanaman teh menghendaki persyaratan iklim dan tanah yang sesuai dengan keperluan pertumbuhanya. Daerah pertanaman teh yang lebih cocok di Indonesia adalah daerah pegunungan. Faktor iklim yang berpengaruh terhadap pertumbuhan teh adalah curah hujan, suhu udara, tinggi tempat, sinar matahari, dan angin (Setyamidjaja, 2000).

Tanaman teh menghendaki daerah pertanaman yang sejuk dan lembab. Tanaman teh tidak tahan terhadap kekeringan, oleh karena itu memerlukan daerah yang mempunyai curah hujan yang cukup tinggi dan merata sepanjang tahun. Curah hujan yang diperlukan setiap tahunnya adalah 2 000 mm-2 500 mm, dengan jumlah hujan pada musim kemarau tidak kurang dari 100 mm. Curah hujan yang kurang dari batas minimum akan mengakibatkan penurunan produksi (Setyamidjaja, 2000).

Tanaman teh di Indonesia hanya ditanam di dataran tinggi. Daerah pertanaman ini umumnya terletak pada ketinggian lebih dari 400->1 200 m dpl. Di Indonesia daerah pertanaman teh dapat dibagi menjadi tiga daerah berdasarkan ketinggian tempatnya :

a. Daerah dataran rendah : 400-800 m dpl dengan suhu mencapai 230C-240C

b. Daerah dataran sedang : 800-1200 m dpl dengan suhu mencapai 210 C-220C

c. Daerah dataran tinggi : diatas 1200 m dpl dengan suhu mencapai 180C-190 C

(19)

Perbedaan ketinggian tempat yang menyebabkan perbedaan suhu mempengaruhi sifat pertumbuhan perdu teh. Karena perbedaan sifat pertumbuahan tersebut, maka terdapat perbedaan mutu teh. Teh produksi dataran tinggi mempunyai aroma yang lebih baik daripada teh produksi dataran rendah (Setyamidjaja, 2000).

Sinar matahari sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman teh, makin banyak sinar matahari makin cepat pertumbuhan, sepanjang curah hujan mencukupi. Sinar matahari mempengaruhi pula suhu udara, makin banyak sinar matahari makin tinggi suhu udara, apabila suhu udara mencapai 300C maka pertumbuhan tanaman teh akan terhambat (Pusat Penelitian Kopi dan Kina, 2006). Tanah yang baik dan sesuai dengan kebutuhan tanaman teh adalah tanah yang cukup subur dengan kandungan bahan organik cukup, tidak bercadas serta mempunyai derajat keasaman antara 4.5-6.0, di Indonesia tanah untuk tanaman teh dapat dibedakan menjadi dua buah yaitu tanah Andosol (di pulau Jawa pada ketinggian di atas 800 m dpl) dan tanah Podsolik (di Sumatera) (Setyamidjaja, 2000).

Pemangkasan Pengertian Pemangkasan

Pemangkasan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan ketinggian bidang petik yang memudahkan dalam pekerjaan pemetikan dan mendapatkan produktivitas tanaman yang tinggi (Asrimelwati, 2008). Selain itu, pemangkasan adalah salah satu kegiatan dalam tindakan kultur teknis tanamam teh untuk mencapai produksi pucuk yang tinggi sehingga dalam memilih pemangkasan harus tepat (Johan, 2006). Tujuan pemangkasan adalah untuk memelihara bidang petik tetap rendah untuk memudahkan pemetikan, mendorong pertumbuhan tanaman teh agar tetap pada fase vegetatif, membentuk bidang petik seluas mungkin, merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru, membuang cabang-cabang yang tidak produktif, dan mengukur fluktasi produksi harian pada masa flush dan masa minus (Asrimelwati, 2008).

(20)

Jenis-Jenis Pangkasan

Jenis pangkasan adalah bentuk-bentuk pangkasan yang dilakukan pada tanaman teh. Tipe pemangkasan memberikan ciri secara kualitatif kepada suatu jenis pemangkasan tentang daun-daun tua yang tersisa di perdu teh setelah pemangkasan selesai (Sukasman, 1988). Dilaksanakan pemangkasan tersebut akan terbentuk bidang petik sesuai yang diharapkan, yang akan menunjang terbentuknya kerangka dasar percabangan yang cukup rendah sehingga perdu teh memiliki bentuk yang baik sekali (Setyamidjaja, 2000).

Jenis pangkasan yang sering digunakan oleh perkebunan adalah pangkasan kepris dan pangkasan jambul. Pangkasan kepris adalah pangkasan dengan bidang pangkas rata seperti meja tanpa melakukan pembersihan atau pembuangan ranting. Pangkasan kepris dilakukan pada ketinggian 60 sampai 70 cm dari permukaan tanah. Pangkasan jambul adalah pangkasan bersih dengan meninggalkan satu sampai dengan dua cabang di bagian perdu (Asrimelwati, 2008).

Pangkasan leher akar dilakukan untuk meremajakan kebun sacara cepat. Pangkasan ini biasanya dilakukan pada perdu yang kerangka dasar percabangannya telah rusak karena adanya gangguan dari tanaman lain. Pada pangkasan leher akar batang pokok dipotong pada ketinggian 10 cm (pada leher akar atau di bawah bekas pangkasan indungnya) (Setyamidjaja, 2000). Pangkasan leher akar digunakan untuk memperbaiki kerangka tanaman yang rusak, dalam pelaksanaan replanting rejuvinasi kebun (Pusat Penelitian Kopi dan Kina, 2006).

Kriteria dan Waktu Pemangkasan

Kriteria penentuan saat pangkas berguna untuk mengetahui saat pangkas yang tepat. Faktor- faktor yang harus diperhatikan untuk menentukan kebun layak untuk dipangkas adalah gilir pangkas, ketinggian bidang petik tanaman, persentase pucuk burung, dan tingkat produksi tahun lalu (Setyamidjaja, 2000).

Waktu pemangkasan ialah waktu yang tepat untuk pelaksanaan pemangkasan sehingga diperoleh hasil pangkasan yang optimal. Menentukan waktu yang tepat untuk melaksanakan pemangkasan perlu diperhatikan kondisi

(21)

tanaman, karena kondisi atau kesehatan tanaman sangat dipengaruhi oleh kandungan pati dalam akar, bila kadar pati kurang dari 12 %, pemangkasan dapat mengakibatkan tanaman merana bahkan mati (Setyamidjaja, 2000). Pemangkasan dapat dilaksanakan pada waktu tanaman sehat, yang ditandai dengan produksi pucuk sedang banyak, cadangan pati pada akar cukup banyak, dan didukung oleh faktor lingkungan yang optimum. Secara umum waktu pemangkasan dapat dilaksanakan pada bulan Maret-Juni dan bulan Oktober-November (Suwardi, 1991).

Peralatan Pemangkasan

Alat pangkas yang digunakan untuk pemangkasan harus tajam supaya tidak merusak cabang yang di pangkas. Menurut Wachjar (2004) pemangkasan secara manual menggunakan alat pangkas berupa gergaji pangkas dan gaet. Gergaji pangkas digunakan apabila tinggi pangkasan 55 cm, sedangkan untuk tinggi pangkasan > 55 cm menggunakan gaet. Hartopo (2005) menyatakan bahwa Perkebunan Bedakah alat pangkas yang digunakan berupa sabit pangkas. Sabit yang digunakan harus tajam supaya tidak merusak batang/cabang/ranting yang dipangkas karena dapat menghambat pertumbuhan tunas baru.

Gilir Pangkas

Gilir pangkas adalah jangka waktu antara pemangkasan yang terdahulu dengan pangkasan berikutnya dan biasanya dinyatakan dalam tahun pada blok yang sama. Panjang pendek daur pangkasan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : tinggi rendahnya letak kebun dari permukaan laut, sistem petik, kesuburan tanah, tinggi pangkasan sebelumnya (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006). Menurut Suwardi (1991) pemangkasan merupakan salah satu faktor teknis yang berpengaruh terhadap produksi. Pengertian efesiensi teknis maka penentuan daur pangkas yang optimal ditentukan oleh produktivitas rata-rata yang paling tinggi.

(22)

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilaksanakan di Perkebunan Medini, PT Rumpun Sari Medini, Kendal Jawa Tengah selama empat bulan mulai 14 Februari sampai 14 Juni 2011.

Metode Pelaksanaan

Metode magang yang digunakan adalah melaksanakan kegiatan yang telah ditetapkan oleh kebun baik aspek teknis di lapangan maupun aspek manajerial. Pada berbagai tingkatan pekerjaan mulai dari karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor sampai pendamping asisten afdeling.

Pada bulan pertama dilaksankan kegiatan menjadi KHL. Kegiatan yang dilaksanakan saat menjadi KHL adalah kegiatan yang sudah ditetapkan oleh kebun, seperti pemupukan, pengendalian gulma, pemangkasan, pengendalian hama dan penyakit, dan pemetikan. Data-data yang didapat pada saat menjadi KHL adalah prestasi kerja, jumlah tenaga kerja, dosis lapang pemupukan, dan dosis rekomendasi pemupukan. Jurnal kegiatan selama menjadi karyawan harian lepas dapat dilihat pada Lampiran 1.

Pada bulan kedua dilaksanakan kegiatan sebagai pendamping mandor. Pekerjaan yang dilaksanakan adalah mengawasi dan mengkoordinir pekerjaan karyawan, menghitung biaya operasional yang dipakai dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan, dan membuat jurnal kegiatan. Jurnal kegiatan selama menjadi pendamping mandor dapat dilihat pada Lampiran 2.

Pada bulan ketiga dan keempat dilaksanakan kegiatan sebagai asisten tanaman. Pekerjaan yang dilakukan adalah membantu mengelola dan mengawasi tenaga kerja, menganalisa setiap kegiatan yang dilakukan di tingkat kebun. Jurnal kegiatan selama menjadi pendamping asisten tanaman dapat dilihat pada Lampiran 3. Selama empat bulan kegiatan magang, aspek khusus yang diamati adalah proses pemangkasan teh.

(23)

Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan pada saat magang adalah metode langsung dan metode tidak langsung. Metode tidak langsung untuk mendapatkan data sekunder. Data sekunder diperoleh dari laporan manajemen kebun, arsip kebun dan studi pustaka. Data yang diperoleh mengenai keadaaan umum perusahaan, letak geografis, keadaan tanah dan produksi, luas areal, organisasi dan manajemen, peta lokasi, data produksi, dan data pemangkasan per tahun selama lima tahun terbaru.

Metode langsung untuk memperoleh data primer dilaksanakan dengan cara melakukan pengamatan dan bekerja langsung di lapangan serta dengan cara wawancara. Data yang diambil di lapang dilaksanakan pengamatan yang difokuskan pada kegiatan pemangkasan. Pengamatan dilakukan pada 10 tanaman contoh yang diambil secara acak pada blok yang dilakukan pemangkasan di perkebunan teh. Ulangan pengamatan dilakukan sebanyak lima kali. Ulangan yang digunakan adalah hari pelaksanaan pemangkasan untuk semua variabel pengamatan, sedangkan untuk pertumbuhan pucuk burung yang menjadi ulangan adalah jumlah perdu teh yang diamati.

Beberapa variabel yang diamati dalam kegiatan magang dengan aspek pemangkasan adalah sebagai berikut :

Pengamatan sebelum pemangkasan 1. Tinggi Bidang Petik

Pengamatan dilakukan dengan mengukur tinggi dari permukaan tanah sampai ke permukaan bidang petik

2. Diameter Bidang Petik (DBP)

Pengamatan dilakukan dengan mengukur diameter bidang petik ke dua arah, yaitu dari Timur-Barat dan Utara-Selatan pada masing-masing tanaman contoh kemudian diambil rata-rata keduanya dengan menggunakan rumus :

DBP = diameter Utara −Selatan + diameter ( Timur −Barat ) 2

(24)

3. Persentase Pucuk Burung

Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah pucuk burung dan pucuk peko pada tanaman yang akan di pangkas. Pengamatan ini dengan menggunakan lingkaran dengan diameter 75 cm kemudian dihitung persentase pucuk dengan rumus :

Persen pucuk burung = jumlah pucuk (burung+peko)jumlah pucuk burung x 100% Pengamatan saat pemangkasan

1. Tinggi Pangkasan

Pengamatan dilakukan dengan mengukur tinggi pangkasan mulai dari permukaan tanah sampai luka bekas pangkasan pada tanaman contoh yang telah dipangkas.

2. Diameter Bidang Pangkas (DBP)

Pengamatan dilakukan dengan mengukur diameter bidang pangkas kedua arah yaitu Timur-Barat dan Utara-Selatan dari masing-masing tanaman contoh dan diambil rata-rata keduanya dengan menggunakan rumus: DBP = diameter (Utara-Selatan ) + diameter (Timur – Barat)

2

3. Persentase Kerusakan Akibat Pangkasan

Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah cabang yang rusak atau pecah akibat penggunaan alat pangkas pada setiap tanaman contoh, persentase kerusakan dihitung dengan rumus :

% kerusakan = Jumlah bekas luka pangkasan yang rusak/pecah x 100% Jumlah bekas luka pangkasan seluruhnya

4. Bobot Brangkasan

Pengamatan dilakukan dengan menimbang brangkasan yang dihasilkan tanaman contoh.

5. Luas Areal Pangkasan

Pengamatan dilakukan berdasarkan luas areal yang dipangkas secara riil. Pengamatan ini bertujuan untuk membandingkan antara rencana dan

(25)

realisasi luas areal yang dipangkas dalam satu tahun. Secara umum luas areal pangkasan per tahun dapat dihitung dengan :

Luas areal pangkasan = luas areal TM gilir pangka s 6. Tenaga Kerja

Pengamatan dilaksanakan dengan cara menghitung berdasarkan jumlah tenaga pangkas sacara riil di kebun pada saat pemangkasan.

Jumlah tenaga pemangkas = Luas Area Pangkasan ha HKE 1 bulan ×Kapasitas Standar Keterangan : HKE = Hari Kerja Efektif (hari)

Kapasitas Standar = kemampuan yang harus dicapai oleh seorang pemangkas.

7. Jenis pangkasan

Pengamatan dilakukan pada waktu pemangkasan dengan cara melihat langsung maupun melalui wawancara dengan mandor.

8. Komposisi batang

Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung komposisi batang setelah dilakukan pemangkasan. Cara menghitung komposisi batang, yaitu dengan menghitung jumlah batang yang berdiameter <2 cm dan >2 cm pada tanaman contoh.

Pengamatan setelah pemangkasan

1. Pertumbuhan Tunas Baru setelah Pemangkasan

Pengamatan dilakukan dengan melihat pertumbuhan tunas baru berumur dua minggu setelah pemangkasan dan pengamatan dilakukan selama enam minggu. Pertumbuhan tunas diamati dengan mengukur tinggi tunas dari pangkal tunas sampai titik tumbuh, pengamatan dilakukan dari dua minggu setelah pangkas sampai delapan minggu setelah pangkas. Tunas yang diamati sebanyak lima tunas per tanaman. Tanaman yang diambil contoh sebanyak 5 tanaman.

(26)

Analisis data

Data primer dan data sekunder yang dihasilkan dianalisa secara kuantitatif dengan mencari rata-rata dan persentase hasil pengamatan lalu diuraikan secara deskriptif dengan menbandingkan terhadap norma baku yang berlaku pada perkebunan. Menggunakan perhitungan matematis sederhana (rata-rata dan persentase) selain itu pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Uji T- student pada taraf 0.05 yaitu dengan membandingkan data yang diperoleh di lapang dengan. Uji T-student digunakan untuk membandingkan keterampilan pemangkas berdasarkan usia pemangkas.

(27)

KEADAAN UMUM

Sejarah Kebun

Perkebunan Teh Rumpun Sari Medini dahulu merupakan perkebunan kina dan kopi milik NV Culture MY Medini. Pada masa pendudukan Jepang, Kebun Teh Medini menjadi tidak terawat dan rusak. Oleh karena itu, perkebunan tersebut diganti dengan tanaman pangan. Pada tahun 1958, tanaman pangan tersebut diganti dengan komoditi teh karena dianggap kurang menguntungkan. Pada tahun 1961 kebun ini dijual oleh pemiliknya kepada NV Kencana Wati Corporate.

Tahun 1980 PT Rumpun dipecah menjadi dua, yaitu PT Rumpun Teh dan PT Rumpun Antan (aneka tanaman) yang keduanya berpusat di Semarang. PT Rumpun Terdiri atas : Kebun Teh Medini, Boja, Kendal, Kebun Teh Kemuning, Surakarta dan Kebun Kopi Kaligintung, Temanggung. Berdasarkan surat direksi PT Rumpun Teh, SK nomor DIR/04/3/II/A/1984 tanggal 17 Maret 1984, Medini bergabung dengan Kaligintung. Kebun Teh Medini dan Kebun Teh Kaligintung menjadi bagian dari Kebun Medini mulai tanggal 1 Januari 1989 dengan SK nomor DIR/kep/29/teh/12/1989. Yayasan Rumpun Diponegoro, PT Astra Agro Lestari dan PT Rumpun mengadakan kerjasama dalam mengelola Kebun Medini, sehingga pada bulan Februari 1990 berdirilah PT Rumpun Sari Medini (RSM) yang merupakan anak perusahaan PT Astra Agro Lestari Tbk.

Pada tahun 2004, PT Astra Agro Lestari Tbk menjual seluruh kebun selain komoditi kelapa sawit. Pada tahun 2004 Kebun Teh Rumpun Sari Medini beralih menjadi anak perusahaan PT Sumber Abadi Tirta Sentosa (PT SATS).

Letak Geografis dan Administrasi

PT Rumpun Sari Medini terbagi menjadi dua kebun yaitu Kebun Medini dan Kebun Kaligintung. Perkebunan Medini terletak di lereng Gunung Ungaran, yaitu di Desa Ngesrep Balong, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah. Perkebunan ini berjarak 11 km dari Boja ke arah Timur, 40 km dari Kota Semarang ke arah Selatan dan 60 km dari Kota Kendal ke arah Timur. Lahan Perkebunan Medini berada pada ketinggian 950-1 775 m di atas

(28)

permukaan laut (dpl). Batas-batas Perkebunan Medini adalah sebagai berikut : sebelah Utara Kelurahan Ngesrep Balong, sebelah Selatan Lereng Gunung Ungaran, sebelah Barat Kecamatan Limbangan, dan sebelah Timur Lereng Gunung Glimut.

Lokasi Kebun Kaligintung (Afdeling OC) terletak di Desa Kalisari terpisah dari Kebun Medini. Kebun Kaligintung berada dalam ketinggian 1 200 m dpl. Batas–batas Kebun Kaligintung sebagai berikut : sebelah Utara Desa Duren, sebelah Selatan Desa Kaloran, sebelah Barat Desa Tlogo Pucang, dan sebelah Timur Desa Kemitir.

Di lingkungan Perkebunan Medini terdapat tiga dusun, yaitu dua dusun implasemen (Dusun Medini dan Dusun Candi Promasan) dan dusun asli penduduk kampung yaitu Dusun Gunungsari. Kantor pelaksanaan dan pabrik pengolahan teh Perkebunan Medini berada di dalam lokasi Kebun. Untuk mengetahui lebih jelas lokasi perkebunan dapat dilihat pada Lampiran 4 dan Lampiran 5.

Keadaan Iklim dan Tanah

Perkebunan Medini berdasarkan klasifikasi iklim Schmidth–Ferguson merupakan tipe iklim B (basah) dengan suhu rata–rata 260C dan kelembaban berkisar 92 %. Rata–rata curah hujan selama 10 tahun terakhir adalah 4 060 mm/tahum dengan 191 hari hujan/tahun, rata-rata bulan basah 8.8 dan bulan kering 2.8 bulan. Data curah hujan dan hari hujan di Perkebunan Medini dapat dilihat pada Lampiran 6.

Jenis tanah di Perkebunan Medini yaitu Andosol, sebagian Regosol, dan Latosol dengan pH tanah 6.7, topografi lahan perkebunan sangat bervariasi yaitu berkisar 15–70 % merupakan lahan perbukitan bergelombang yang curam.

Luas Arealdan Tata Guna Lahan

Pada tahun 2010 PT Rumpun Sari Medini mempunyai luas keseluruhan 534.91 ha dengan lahan efektif 466.67 ha, sedangkan lahan non efektif seluas 68.24 ha terletak Kebun Medini dan kebun Kaligintung. Luas areal efektif pada Kebun Medini yang merupakan lahan produktif tanaman teh seluas 286.32 ha

(29)

sedangkan seluas 54.93 ha merupakan lahan cadangan/konservasi. Di Kebun Kaligintung luas areal produktif yang menghasilkan tanaman teh seluas 23 ha sedangkan 102.42 ha merupakan lahan konservasi, TBM dan tanaman lainya (Albazia, Durian, Petai, Jati). Tata guna lahan di PT Rumpun Sari Medini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Tata Guna Lahan PT Rumpun Sari Medini Tahun 2010

Uraian Afdeling A Afdeling B Afdeling C Total ………(ha)……… Teh (TM) 115.78 170.54 23.00 309.32 TBM I - - 7.00 7.00 TBM II - - 4.68 4.68 Budidaya tanaman lain - - 47.79 47.79 Areal Cadangan 36.82 18.11 42.95 97.88

Sub Total Lahan

Efektif 152.60 188.65 125.42 466.67

Jalan 12.71 7.52 3.52 23.75

Sungai 13.77 3.20 16.10 33.07

Emplasemenn 6.37 2.00 3.05 11.42

Sub Total Lahan

Non Efektif 32.85 12.72 22.67 68.24

Total 185.45 201.37 148.09 534.91

Sumber : Arsip Kantor Perkebunan Medini, 2011

Kedaan Tanaman dan Produksi

Tanaman teh yang dibudidayakan di Perkebunan Medini tanaman asal stek (klonal). Klon yang dibudidayakan adalah TRI 2024, TRI 2025, CIN 143 dan Gambung. Klon yang paling banyak ditanam adalah Klon TRI 2025. Jarak tanam yang digunakan adalah 120 x 60 cm dengan populasi 13 888 tanaman/ha, tetapi populasi rata–rata Perkebunan Medini 9 162 tanaman/ha. Hal ini disebabkan karena banyak lahan yang tidak bisa ditanami dikarenakan lahan berbatu dan kondisi lahan curam,

Perkebunan Medini rata-rata produksi basah selama lima tahun terakhir adalah 2 934 355 kg teh basah/tahun dengan produktivitas 9 487 kg teh basah/ha/tahun. Produksi dan produktivitas teh kering yang dihasilkan Perkebunan Medini selama lima tahun terakhir adalah 644 172 kg teh

(30)

kering/tahun dan 2 133 kg teh kering/ha/tahun, produktivitas teh Perkebunan Medini masih lebih besar daripada produktivitas Perkebunan Swasta Nasional pada tahun 2010 sebesar 1 297.07 kg teh/ha/tahun. Perkembangan produksi dan produktivitas teh basah maupun teh kering di Perkebunan Medini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Produksi serta Produksitivitas Teh Basah dan Kering di Perkebunan Medini Tahun 2006-2010

Tahun Luas areal TM

Produksi Produktivitas

Basah Kering Basah Kering

…..(ha)….. …………..(kg)…………. …………..(kg/ha)………. 2006 309.32 2 526 209 567 951 8 167 1 836 2007 309.32 3 223 316 725 453 10 421 2 345 2008 309.32 3 034 394 682 967 9 810 2 208 2009 309.32 2 865 524 644 172 9 264 2 082 2010 309.32 3 022 332 679 213 9 771 2 196 Rata-rata 2 934 355 659 971 9 487 2 133

Sumber : Arsip Kantor Perkebunan Medini, 2011.

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Perkebunan Medini, PT Rumpun Sari Medini dipimpin langsung oleh seorang Administratur yang diangkat melalui dewan direksi dan bertanggung jawab langsung kepada Dewan Direksi PT Sumber Abadi Tirtasentosa. Seorang Administratur dibantu olah bagian tanaman, bagian administrasi, bagian pabrik dan teknik. Administratur merupakan jabatan tertinggi dalam perkebunan Medini yang bertugas mengkoordinir semua lini (kepala tata usaha, kepala tanaman, kepala pabrik, dan kepala teknik) sebagai mediator Head Office (HO), mengelola kebun dan membuat kebijakan–kebijakan yang berhubungan dengan kebun, serta melakukan pengawasan dan pembinaan untuk menjamin berlangsunganya proses produksi.

Bagian tanaman dipimpin oleh Asisten tanaman yang bertugas mengatur dan mengkoordinasi segala kegiatan yang ada di kebun. Asisten tanaman dibantu langsung oleh mandor-mandor tanaman dan krani tanaman. Asisten tanaman bertanggung jawab atas semua kegiatan di kebun dan bertugas mengawasi operasional lapangan serta membuat kebijakan kebun. Asisten tanaman membuat

(31)

rencana kerja dan anggaran yang dimasukkan dalam anggaran tahunan dan bulanan, mengkoordinir dan mengevaluasi pekerjaan mandor.

Bagian administrasi dipimpin oleh kepala tata usaha (KTU) yang bertanggung jawab terhadap semua kegiatan administrasi di kantor yang berhubungan dengan koordinasi kerja dengan administratur, koordinasi dengan asisten tanaman, dan kepala pabrik tentang Standart Operasional Procedur (SOP) yang berlaku di perkebunan. KTU membawahi langsung bagian personalia, bagian keuangan, bagian gudang, dan bagian keamanan.

Bagian pabrik dipimpin oleh kepala pabrik yang bertanggung jawab langsung kepada administratur. Kepala pabrik bertugas melakukan koordinasi seluruh kegiatan produksi di pabrik, yaitu menjamin kelangsungan proses produksi dan kualitas teh kering yang dihasilkan, serta berkewajiban atas pemeliharaan infrastruktur pabrik dan bangunan pabrik. Kepala pabrik dibantu oleh mandor 1 teknik untuk mengkoordinir segala aspek teknis sehingga dapat membantu kelancaran proses produksi. Untuk melaksanakan tugas kepala pabrik dibantu oleh mandor teknik, mandor pengolahan, dan krani pabrik. Struktur organisasi Perkebunan Medini dapat dilihat pada Lampiran 7.

Tenaga kerja di PT Rumpun Sari Medini terdiri atas karyawan staf (bulanan HO), karyawan non staf (bulanan lokal), karyawan harian tetap (KHT/PHT) dan karyawan harian lepas (KHL). Karyawan staf meliputi meliputi manager (Administratur), asisten tanaman, kepala tata usaha (KTU) dan kepala pabrik. Karwayan staf mendapatkan kenaikan gaji maupun kenaikan jabatan berdasarkan keputusan dari Head Office (HO).

Karyawan non staf terdiri atas karyawan bulanan lokal, karyawan harian tetap, dan karyawan harian lepas. Karyawan bulanan terdiri dari krani pabrik dan tanaman, sebagian mandor rawat dan panen, mandor teknik, sebagian mandor pengolahan dan krani gudang. Karyawan harian tetap tediri dari sebagian mandor rawat dan panen, pekerja rawat dan HPT, karyawan dan operator pabrik, sedangkan karyawan harian lepas berupa karyawan petik, rawat dan sebagian operator pabrik.

(32)

Sistem bulanan HO digaji langsung oleh direksi PT Sumber Abadi Tirtasentosa, sedangkan untuk sistem pengajian selain bulanan HO digaji oleh kebun. Besarnya gaji untuk karyawan harian lepas berdasarkan prestasi kerja yang diperoleh dan telah disesuaikan dengan Upah Minimum Kabupaten (UMK), sedangkan untuk karyawan KHT pengajianya didasarkan pada UMK dan ditentukan sesuai hari kerja efektif dalam satu bulan ditambah hak sosial.

Karyawan harian tetap, bulanan, karyawan staf mendapatkan jaminan sosial yang meliputi pengobatan, cuti tahunan 12 hari kerja/tahun, cuti panjang 5 tahunan, jamsostek, perumahan, tunjangan hari raya dan perkawinan, sedangkan karyawan harian lepas tidak mendapatkan jaminan sosial. Pembagian gaji untuk karyawan dilakukan setiap bulan yaitu maksimal tanggal 5, kecuali untuk karyawan harian lepas pemetikan pembayaran gaji dilakukan dua kali dalam satu bulan yaitu tanggal 5 dan 20. Jumlah karyawan di PT Rumpun Sari Medini adalah 506 dengan luas areal sebesar 466.67, indeks tenga kerja yang dapat dicapai sebesar 1.08 orang/ha. Jumlah dan komposisi tenaga kerja di PT Rumpun Sari Medini pada tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah dan Komposisi Tenaga Kerja di PT Rumpun Sari Medini pada Tahun 2011

Bagian Staf Bulanan Lokal Pekerja Harian Tetap Buruh Harian Lepas Total ……….(orang)………. Adm. Umum 2 7 8 8 25 Kebun 2 8 10 388 408 Pabrik 1 8 31 25 65 Teknik - 2 2 4 8 Total 5 25 51 425 506

(33)

Aspek Teknis Pengendalian Gulma

Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang tidak diinginkan karena kemampuannya dapat bersaing dengan tanaman pokok. Pengendalian gulma bertujuan menekan pertumbuhan gulma serendah mungkin melalui pemilihan pengendalian gulma yang tepat.

Gulma yang dominan di Perkebunan Medini adalah Impatiens plalypetata (pacar banyu), Boreria alata (ketoprakan), Clibadium surinamense (krinyu), Clydemia hirta (cata’an), Melastoma malabraticum (senganen), Ageratum conyzoides (babadotan), Commelina difusa (tali said), Gleicenia linearis (pakis andan), Setaria plicata (coe’an), dan Emilia sonchifolia (jawaroro).

Sistem pengendalian gulma yang dilakukan di Perkebunan Medini adalah secara kimiawi dan manual. Baik pengendalian gulma secara kimiawi maupun manual dilakukan dua kali setahun. Pelaksanaan pengendalian disesuaikan dengan kondisi lapangan yaitu berdasarkan kerapatan gulma ketinggian gulma dan jenis gulma.

Pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan cara dibabat dan didongkel. Pembabatan dilakukan dengan membabat semua gulma yang berada di bawah perdu teh. Dongkel Anak Kayu (DAK) dilakukan dengan mendongkel gulma berkayu sampai ke akar-akarnya sehingga memperkecil kemungkinan untuk tumbuh kembali. Alat yang digunakan untuk pengendalian gulma secara manual adalah sabit atau dicabut langsung dengan kedua tangan. Gulma setelah dibabat atau didongkel diletakkan di atas bidang petik supaya kering dan tidak tumbuh lagi, selain itu untuk mempermudah pengecekan oleh mandor.

Pekerjaan pengendalian gulma dilakukan oleh KHL dengan sistem harian yang diawasi oleh mandor rawat. Upah KHL untuk pengendalian gulma manual adalah Rp. 14 500/HK. Standar yang ditetapkan kebun untuk pengendalian manual 0.2 ha/HK (5 patok/HK), akan tetapi prestasi pekerja di lapangan 0.076 ha/HK (2 patok/HK). Hal ini dikarenakan kerapatan gulma sangat tinggi. Penulis

(34)

melaksankan pengendalian manual selama dua hari dengan prestasi kerja 0.04 ha/HK (2 patok /HK).

Pengendalian gulma secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan bahan kimia (herbisida). Herbisida yang digunakan di Perkebunan Medini adalah herbisida sistemik berbahan aktif Glifosat. Dosis yang digunakan di lapangan 1.5 l/ha dengan konsentrasi 5-7 ml/l air. Alat yang digunakan untuk pengendalian adalah knapsack sprayer dengan kapasitas 15 l air, nozzle yang digunakan berwarna merah, kuning, biru dan hitam. Alat bantu yang digunakan adalah dirigen plastik 20 l, gelas ukur, dan perlengkapan keselamatan kerja.

Herbisida dan air dicampur dipinggir areal kebun lalu dimasukkan ke dalam knapsack sprayer, alat digendong dan memompa sebanyak 10 kali untuk mencapai tekanan konstan. Aplikasi herbisida dilakukan dari lokasi yang jauh dari sumber air menuju lokasi yang dekat dengan sumber air. Pada saat proses penyemprotan pekerja jalan dua langkah sambil menyemprotkan bahan ke gulma. Untuk mempertahankan tekanan konstan dilakukan pemompaan setiap dua langkah sekali. Aplikasi herbisida dilakukan pada saat cuaca cerah, apabila turun hujan aplikasi dihentikan.

Aplikasi herbisida dilakukan dibawah pengawasan mandor rawat. Luasan yang dapat dikendalikan dengan satu kali angkatan knapsack sprayer adalah 600 m2 (1.5 patok) dalam waktu 20 menit. Standar pengendalian kimia yang ditentukan oleh kebun adalah 0.6 ha/HK (15 patok/HK), dengan prestasi kerja sebesar 0.4 ha/HK. Pengendalian secara kimiawi dilakukan oleh KHL, upah KHL untuk pengendalian secara kimia sebesar Rp. 15 750/HK. Penulis melaksanakan

pengendalian gulma secara kimia selama dua hari dengan prestasi kerja 0.14 ha/HK. Pengendalian gulma secara kimia maupun manual dapat dilihat pada

Gambar 1.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama dan penyakit dapat merusak kualitas dan menurunkan nilai ekonomi hasil tanaman. Kerugian langsung dapat berupa berkurangnya produksi dan secara

(35)

tidak langsung berupa kerusakan tanaman. Tujuan pengendalian hama dan penyakit adalah menekan populasi serangga yang merugikan tanaman.

(A) (B)

Gambar 1. Pelaksanaan Pengendalian Gulma Secara Kimia (A), Pengendalian Gulma Secara Manual (B)

Sasarannya dari kegiatan ini yaitu dengan tercapainya produktivitas tanaman dapat tetap optimal sesuai dengan potensinya, menekan kerugian akibat organisme pengganggu tanaman hingga sekecil mungkin dan meminimalkan penggunaan pestisida. Kegiatan pengendalian hama dan penyakit dilaksanakan bersamaan dengan pemupukan daun yaitu setelah dilakukan pemetikan. Hama dan penyakit menyerang Perkebunan Medini selama sepanjang musim. Hama yang menyerang di Perkebunan Medini adalah ulat penggulung daun, Empoasca sp., ulat penggulung pucuk, tungau jingga (Myte), kutu hitam, dan ulat pengerek batang sedangkan penyakit yang menyerang di Perkebunan Medini adalah jamur akar dan cacar daun teh (blister blight).

Perkebunan Medini menggunakan metode EWS untuk mengetahui tingkat serangan dan tindakan pengendalian serta keefisienan biaya untuk pengendalian (penggunaan herbisida). Early Warning Sistem (EWS) dilakukan dari blok ke blok dan menghitung tingkat serangan hama dan penyakitnya. EWS dilakukan dengan mengambil tanaman contoh sebanyak 3 tanaman setiap patok sehingga dalam 1 ha (= 25 patok) terdapat 75 tanaman sampel. Sampel tanaman diambil secara acak untuk menentukan intensitas serangan, luas serangan dan luas pengendalian.

(36)

Intensitas serangan = pokok seranagan

total tanaman sampel dalam blok x 100 %

Luas serangan = intensitas serangan x luas blok Luas pengendalian = luas serangan x 1.38 1.38 = konstanta pengendalian ( luas isolasi )

EWS dilakukan oleh mandor HPT dengan rotasi dua kali dalam satu bulan. Kriteria tingkat serangan hama di Perkebunan Medini digolongkan menjadi tiga, yaitu : 0-5 % serangan ringan, 5-10 % serangan sedang, dan > 10 % serangan berat, sedangkan untuk penyakit: 0-3 % serangan ringan, 3-5 % serangan sedang dan >5 % serangan berat. Pengendalian hama dan penyakit didahulukan pada populasi hama ataupun penyakit yang lebih tinggi terutama pada kantong-kantong serangan.

Hama yang menyerang di Perkebunan Medini pada saat pelaksanaan magang adalah Empoasca sp dan ulat penggulung. Empoasca sp merupakan hama utama yang sering menyerang tanaman teh dibandingkan hama yang lain. Hama ini menyerang pada musim kemarau. Hama Empoasca sp menimbulkan kerugian baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerugian langsung berupa rusaknya daun muda/pucuk, yang mengakibatkan produksi menurun. Gejala awal serangan Empoasca sp adalah tulang daun berwarna merah sedangkan gejala lebih parah daun akan kerdil dan keriting. Kerugian tidak langsung akibat serangan hama pada tanaman menyebabkan kanker cabang. Pengendalian hama Empoasca sp dilaksanakan secara kimiawi dengan menggunakan insektisida sistemik berbahan aktif Imidokloprid 50 g/l dan Imidokloprid 200 g/l. Dosis yang digunakan untuk pengendalian hama ini adalah 0.6 l/ha untuk Imidokloprid 50 g/l dan 0.15 l/ha untuk berbahan aktif Imidokloprid 200 g/l.

Serangan hama ulat penggulung pucuk dan ulat penggulung daun terjadi sepanjang tahun, tetapi intensitas serangan tinggi terjadi pada peralihan musim kemarau dan hujan. Ulat penggulung pucuk menyerang daun pucuk teh yang mengakibatkan daun menggulung dan pertumbuhan tunas terhambat. Pengendalian hama ulat penggulung dilakukan secara manual dan kimiawi.

(37)

Pengendalian manual dilakukan dengan memetik langsung daun yang terserang. Pengendalian secara kimiawi menggunakan insektisida kimiawi berbahan aktif Sipermetrin 100 g/l, dosis yang digunakan di lapang 0.25–0.5 l/ha.

Penyakit yang menyerang tanaman teh di Perkebunan Medini adalah cacar daun (Blister blight) yang disebabkan oleh jamur Exobasidium vexans. Serangan terbesar cacar daun teh terjadi pada musim penghujan, dikarenakan kelembaban udara tinggi dan intensitas cahaya rendah maka jamur dapat berkembang biak secara sempurna. Bagian yang diserang adalah daun dan ranting yang masih muda. Gejala serangan adalah timbul bintik kecil tembus cahaya dengan diameter ± 0.25 mm, kemudian membesar dan menonjol ke bawah permukaan daun dengan permukaan atas utuh dan membentuk spora pada tonjolan. Lama-kelamaan pusat bercak berwarna cokelat lalu mengering, setelah mengering bercak dapat terlepas sehingga daun berlubang. Penyebaran penyakit Blister blight akibat spora yang diterbangkan oleh angin dan terbawa serangga dan manusia. Pengendalian penyakit cacar daun dilakukan secara kimiawi menggunakan fungisida berbahan aktif tembaga oksida 86 % dengan dosis 75–100 g/ha.

Alat yang digunakan untuk pengendalian hama dan penyakit adalah motor pompa (mist blower) dengan kapasitas 12-15 l untuk luasan 1.5 patok/kap (600 m2). Kegiatan pengendalian dilakukan pada keadaan cuaca cerah dan setelah pemetikan, supaya bahan aktif bekerja secara optimal dan tidak mempengaruhi mutu pucuk yang diolah.

Tenaga kerja pengendalian hama dan penyakit tanaman adalah penyemprot, pengangkut air sekaligus pencampur bahan kimia. Pekerja pengendalian hama terdiri dari karyawan harian lepas dan karyawan harian tetap yang diawasi oleh satu mandor HPT. Standar kerja pengendalian hama dan penyakit yang telah ditentukan oleh kebun sebesar 1.5 ha/HK. Penulis mengikuti kegiatan pengendalian HPT selama dua hari dengan prestasi kerja 0.36 ha/HK sedangkan prestasi kerja KHL 0.63 ha/HK. Proses pengendalian hama dan penyakit di Perkebunan Medini dapat dilihat pada Gambar 2.

(38)

Gambar 2. Proses Pengendalian Hama dan Penyakit di Perkebunan Medini Pemupukan

Pemupukan adalah memberikan unsur-unsur hara ke dalam tanah dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pemupukan yang dilakukan supaya efektif dan efisien maka harus dilakukan tepat jenis, tepat dosis, tepat cara, tepat waktu dan tepat sasaran. Pemupukan di Perkebunan Medini dilakukan melalui dua cara yaitu melalui daun dan akar. Dosis dan jenis pupuk yang digunakan mengacu kepada surat rekomendasi dari kantor pusat PT Sumber Abadi Tirtasentosa.

Pemupukan melalui daun dilakukan setelah pemetikan dan bersamaan dengan pengendalian hama dan penyakit. Pupuk daun yang digunakan adalah urea dengan konsentrasi 75 g/15 l air. Pemupukan melalui daun digunakan untuk mempercepat penyembuhan dari serangan hama/penyakit, dan merangsang pertumbuhan pucuk. Pekerjaan pemupukan melalui daun dimulai dari pukul 06.00 sampai pukul 13.30 WIB. Aplikasi pupuk daun tergantung cuaca, kalau turun hujan pemupukan tidak dilakukan dikarenakan pupuk akan tercuci oleh air hujan. Pemupukan melalui tanah menggunakan Urea, MOP dan Rock Phosphate. Pemupukan pada Bulan Februari menggunakan Urea dan MOP. Dosis yang digunakan 100 kg/ha untuk Urea dan 50 kg/ha untuk MOP. Pemupukan kedua dilaksanakan pada Bulan April, pupuk yang digunakan adalah Urea dan Rock Phosphate. Dosis yang digunakan 100 kg/ha untuk Urea dan 65 kg/ha untuk Rock Phosphate. Proses pemupukan diprioritaskan pada kebun yang bersih dari gulma.

(39)

Pelaksanaan pemupukan sangat disesuaikan dengan kondisi lapang dan cuaca, jika turun hujan pemupukan dihentikan.

Kegiatan pemupukan dimulai pukul 07.00 WIB dan selesai pukul 11.00 WIB. Tenaga kerja pemupukan terdiri atas tenaga langsir (penyampur pupuk dan pengangkut) dan penyebar pupuk. Pupuk diambil dari gudang dibawa ke lapangan menggunakan mobil Hi line dan diletakkan di tempat yang akan dipupuk. Pupuk yang akan dipupuk dicampur sesuai dosis yang ditetapkan lalu disebar ke tanaman dengan menggunakan ember. Pemupukan dilakukan oleh 16-25 orang, tergantung berapa banyak pupuk yang diaplikasikan.

Pemupukan dilakukan oleh KHL dengan sistem harian, upah per HK adalah Rp.14 500 /orang/hari. Kapasitas perorang adalah 110 kg pupuk/HK. Kegiatan pemupukan diawasi oleh 3-4 orang mandor rawat dan 1 orang asisten tanaman. Pemupukan dilakukan secara sisir dimana pemupuk berjajar seperti sisir bergerak ke depan secara bersamaan. Pupuk ditebar/ditaburkan dipinggir tanaman setiap 2 baris tanaman, apabila pupuk penebar habis lansir menggantarkan pupuk. Standar pemupukan yang ditetapkan oleh kebun adalah 110 kg/HK sedangkan prestasi kerja karyawan rata-rata 106 kg/HK. Penulis melakukan kegiatan pemupukan selama empat hari tetapi tidak mempunyai prestasi kerja, dikarenakan tidak diijinkan oleh pihak kebun.

Pemangkasan

Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan kultur teknis untuk menurunkan tinggi tanaman sampai ketinggian tertentu, sehingga pemetikan dapat dilakukan dengan mudah, cepat dan efisien serta pucuk yang dihasilkan banyak. Pemangkasan bertujuan mempermudahkan agar tanaman selalu berada pada fase vegetatif, memelihara bidang petik agar tetap rendah untuk memudahkan pemetikan, membentuk bidang petik selebar mungkin, membuang cabang tidak produktif serta merangsang pembentukan tunas baru.

Standar pemangkasan yang ditetapkan oleh kebun adalah 0.04 ha/HK sedangkan prestasi kerja karyawan rata-rata 0.05 ha/HK. Penulis melakukan

(40)

kegiatan pemangkasan selama 3 hari di Blok 4 tetapi tidak mempunyai prestasi kerja.

Kriteria pangkas. Faktor-faktor yang menentukan saat pemangkasan adalah tinggi bidang petik, persentase pucuk burung, tingkat produksi, kadar pati pada akar, alasan ekonomi, dan kebijakan kebun. Perkebunan Medini kriteria yang digunakan untuk menentukan saat pemangkasan adalah kebijakan kebun dan tingkat produksi.

Pemangkasan akan segera dilakukan apabila bidang petik sudah sulit dijangkau oleh pemetik, tinggi maksimal bidang petik rata-rata 120 cm. Blok 4 dilaksanakan pemangkasan pada Bulan April. Hasil pengamatan yang dilakukan secara langsung didapatkan rata-rata tinggi bidang petik dan diameter bidang petik yang akan dipangkas sebesar 109 cm dan 123 cm. Pucuk burung merupakan pucuk dengan tunas dalam keadaan dorman. Tanaman teh yang akan dipangkas pada umumnya lebih banyak menghasilkan pucuk burung dari pada pucuk peko. Berdasarkan hasil pengamatan di Blok 4 didapatkan rata-rata persentase pucuk burung sebesar 91 %.

Tingkat produksi merupakan salah satu kriteria yang sering dijadikan indikator untuk dilakukan pemangkasan. Tingkat produksi adalah untuk menentukan nilai ekonomis tanaman. Tingkat produksi suatu blok kebun dalam satu tahun umumnya dijadikan acuan dalam melakukan pemangkasan, pada saat tingkat produksi lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu maka tanaman sudah saatnya untuk dipangkas. Produksi basah tanaman teh berdasarkan umur setelah pemangkasan dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 didapat bahwa kenaikan produksi teh terjadi pada umur tanaman dua tahun setelah pangkas dan mengalami penurunan pada tahun ketiga setelah pangkas. Penurunan yang sangat besar terjadi pada empat tahun setelah pangkas, jadi semakin tua umur tanaman maka semakin sedikit produktivitasnya.

(41)

Gambar 3. Produktivitas Basah Berdasarkan Umur Pemangkasan Jenis pangkasan. Jenis pangkasan yang ditetapkan di Perkebunan Medini adalah jenis pangkasan bersih. Pangkasan yang membentuk bidang pangkas yang menyerupai mangkok, dimana bagian tengah pangkasan lebih rendah dibandingkan bagian luar. Proses pemangkasan di Blok 4 rata-rata pemangkas melakukan pemangkasan setengan bersih. Pangkasan rata dimana bagian tengahnya lebih rendah dibandingkan bagian luar yang masih menyisakan daun-daun pinggir dan ranting–ranting yang berdiameter kurang dari 2 cm. Pemangkasan yang diharapkan oleh Perkebunan Medini adalah pangkasan bersih dengan spesifikasi, yaitu tinggi pangkasan 55 cm, luka pangkasan membentuk oval menghadap ke dalam, rawisan (cabang kecil) dibersihkan, sedangkan cabang yang menyamping dibiarkan, serasah diatur di gawangan dengan rapi.

Gambar 4. Pangkasan Bersih 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 1 2 3 4 P ro dukt iv it as B as ah (kg/h a)

(42)

Gambar 5. Pangkasan Setengah Bersih (Pangkasan di Kebun)

Sistem upah borongan yang ditetapkan seringkali membuat pemangkas lebih mengutamakan kuantitas daripada kualitas, maka rata-rata pemangkasan di Blok 4 menggunakan pangkasan setengah bersih. Jenis pangkasan bersih dan setengah bersih dapat dilihat pada Gambar 4 dan Gambar 5.

Tinggi pangkasan. Tinggi pangkasan tanaman teh biasa bervariasi tergantung pada jenis pangkasannya. Perkebunan Medini menetapkan standar tinggi pangkasan 55-65 cm. Tinggi pangkasan di Perkebunan Medini senantiasa dinaikkan dari luka pangkas sebelumnya sampai pada ketinggian tertentu, maka tinggi pangkasan akan dikembalikan lagi ke tinggi pangkasan semula. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di Blok 4 rata-rata tinggi dan diameter pangkasan sebesar 62 cm dan 74 cm, sedangkan standar tinggi pangkasan 55 cm.

Gilir pangkas. Gilir pangkas adalah jangka waktu antara pemangkasan yang terdahulu dengan pemangkasan yang berikutnya pada blok yang sama. Perkebunan Medini termasuk daerah dataran tinggi, sehingga menggunakan gilir pangkas 4 tahun. Pelaksanaan pemangkasan tidak selalu sesuai dengan gilir pangkas yang direncanakan. Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4, pemangkasan pada tahun 2010-2011, gilir pangkas tidak ada yang sesuai dengan gilir pangkas yang ditetapkan perkebunan. Gilir pangkas pada tahun 2010 antara kurang dari tiga tahun sampai enam tahun.

(43)

Tabel 4. Gilir Pangkas di Perkebunan Medini pada Tahun 2010-2011 Blok Luas Areal Pemangkasan (ha) Waktu Pemangkasan Sebelumnya Waktu Pemangkasan Berikutnya Gilir Pangakas Bulan Tahun 2 12.79 Februari 2007 September 2010 43 <4 5 7.01 Februari 2006 April 2010 50 >4 7 17.07 Februari 2005 Januari 2010 58 >4 10 19.28 Mei 2007 November 2010 30 <3 15 7.48 Mei 2006 Mei 2010 36 3 17 18.40 Februari 2006 Maret 2010 49 >4 18 7.96 April 2006 Juni 2010 39 <4 1 5.84 Januari 2005 Januari 2011 72 6 4 18.20 Juni 2008 April 2011 34 <3

Sumber : Arsip Kantor Perkebunan Medini, 2011

Waktu pemangkasan. Waktu pemangkasan adalah waktu yang tepat untuk melaksanakan pemangkasan sehingga diperoleh hasil pangkasan yang optimal. Menentukan waktu yang tepat untuk melaksanakan pemangkasan harus memperhatikan kondisi/kesehatan tanaman, iklim dan ketinggian tempat.

Tabel 5. Realisasi Waktu dan Luas Pangkasan di Perkebunan Medini pada Tahun 2010

Blok Realisasi

Pemangkasan

Luas Areal yang di

Pangkas Keterangan ……..(ha)…….. …….(%)... 7 Januari 17.07 C8 Januari 6.00 5 April 8.01 17 Maret 18.40 15 Mei 7.48 18 Juni 7.96

Sub Total Semester I 64.93 66.93

2 September 12.79

Sub Total Semester II 12.79 13.19

10 November 19.28

Sub Total diluar semester 19.28 19.88

Total Pangkasan 96.99 100

Sumber : Arsip Kantor Perkebunan Medini, 2011.

Realisasi pemangkasan pada tahun 2010 di Perkebunan Medini dilaksanakan dalam dua semester yaitu semester I (Januari-Juni) dan semester II

(44)

(September-Oktober). Waktu pemangkasan pada tahun 2010 di Perkebunan Medini pada semester satu sebesar 66.93 % dan semester dua 13.19% dari luas total yang di pangkas pada tahun 2010. Realisasi dan luas pangkasan dapat dilihat pada Tabel 5.

Luas areal pemangkasan. Luas areal pangkasan yang ditetapkan Perkebunan Medini adalah 25 % dari luas total areal tanaman menghasilkan. Pelaksanaan luas areal pemangkasan berdasarkan gilir pangkas yang ditetapkan empat tahun sekali. Pekerjaan pemangkasan dilakukan pada dua semester dengan 60 % dari target setahun disemester I, sisanya pada semester II. Realisasi pemangkasan pada tahun 2010 semester satu luas areal yang dipangkas 66.93 % dari luas total areal yang dipangkas dalam satu tahun. Kebijakan dimaksudkan untuk mengantisipasi terganggunya stabilitas produksi karena areal produktif berkurang akibat pemangkasan. Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa realisasi pangkas dalam per tahun tidak sama, dan tidak sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan yaitu sebesar 25 %. Realisasi luas areal yang di pangkas di kebun dapat berubah karena kondisi kebun, ketersediaan dana, dan faktor iklim. Realisasi luas areal pangkasan Perkebunan Medini dari tahun 2006-2010 dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Realisasi Luas Areal Pemangkasan di Perkebunan Medini Tahun 2006- 2010

Tahun Luas Areal TM

Luas Areal Pangkasan Persentasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi ……….….(ha)……...………….. …………(%)... 2006 309.32 77.33 64.49 25 20.43 2007 309.32 77.33 54.25 25 17.63 2008 309.32 77.33 89.92 25 29.22 2009 309.32 77.33 95.37 25 30.99 2010 309.32 77.33 96.99 25 31.35 Rata-rata 77.33 80.20 25 26.03

Sumber : Arsip Kantor Perkebunan Medini , 2011.

Alat pemangkasan. Alat yang digunakan untuk pemangkasan Perkebunan Medini adalah, sabit pangkas, batu gosok, blak pangkas (tongkat ukur pangkas). Alat pemangkasan dibawa sendiri oleh pekerja karena tidak disediakan oleh

(45)

kebun. Blak pangkas terbuat dari bambu yang ukurannya sesuai dengan ketinggian pangkas yang diharapkan. Batu gosok digunakan untuk mengasah sabit. Ketajaman alat pangkas sangat mempengaruhi luka pangkas yang dihasilkan, semakin tajam sabit maka persentase kerusakan batang akan lebih kecil. Pelaksanaan pemangkasan di kebun para pekerja banyak yang tidak menggunakan blak pangkas untuk mengukur tinggi pangkasan, pemangkas biasanya menggunakan tinggi lutut pemangkas.

Tenaga pemangkas. Tenaga pemangkas Perkebunan Medini merupakan KHL dengan sistem borongan. Besarnya upah yang dibayarkan untuk tenaga pemangkas adalah Rp. 19 300/patok (400 m2). Tenaga pemangkas yang tersedia pada pemangkasan di Blok4 ada 15 orang, jumlah ini masih kurang apabila dibandingkan dengan standar jumlah tenaga yang dibutuhkan. Pada Tabel 7 menunjukkan bahwa kapasitas rata-rata kapasitas pemangkas 0.05 ha/HK, lebih tinggi dibandingkan kapasitas standar yang telah ditetapkan oleh kebun. Hal ini disebabkan karena upah borong yang ditetapkan, dimana pemangkas ingin mendapatkan luasan yang lebih luas untuk mendapatkan upah yang lebih besar. Kapasitas tenaga pangkas di Perkebunan Medini dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Kapasitas Tenaga Pangkas di Dua Blok Perkebunan Medini Tahun 2011

Blok Luas Areal Pemangkasan

Tenaga Pangkas Kapasitas Pemangkas

Teori Riil Standar Riil

……(ha)……. …………..(orang)………… ………(ha/HK)……

1 5.84 6 11 0.04 0.047

4 18.20 18 15 0.04 0.054

Jumlah 24 26 0.08 0.10

Rata-rata 12 13 0.04 0.05

Sumber : Arsip Kantor Perkebunan Medini, 2011

Persentase kerusakan akibat pemangkasan. Pemangkasan merupakan kegiatan pemeliharaan tanaman teh yang menuntut keterampilan dalam pelaksanaan. Kurangnya keterampilan diri tenaga pemangkas akan mengakibatkan tingginya kerusakan cabang setelah pemangkasan yang nantinya akan berdampak pada terganggunya pertumbuhan tunas setelah pemangkasan. Pada kegiatan

Gambar

Gambar  1.  Pelaksanaan  Pengendalian  Gulma  Secara  Kimia  (A),  Pengendalian     Gulma Secara Manual (B)
Gambar 3. Produktivitas Basah Berdasarkan Umur Pemangkasan  Jenis pangkasan. Jenis pangkasan yang ditetapkan di Perkebunan Medini  adalah jenis pangkasan bersih
Gambar 5. Pangkasan Setengah Bersih (Pangkasan di Kebun)
Gambar 6. Pertumbuhan Tunas Setelah Pemangkasan di Blok 4 0510152345678Tinggi Tunas (cm)Umur Pangkasan (MSP)
+6

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Sistem pengupahan kepada tenaga pemetik di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning berdasarkan pada hasil pucuk basah yang dapat diperoleh tenaga petik dalam satu hari dan

[r]

Jenis pangkasan yang dilakukan di Kebun Tambaksari adalah pangkasan jambul dan pangkasan kepris, waktu pemangkasan dibagi menjai dua semester yaitu semester I (Januari-Juni)

Tinggi bidang petik tersebut lebih ideal dibandingkan dengan pengamatan Martini (2011) yaitu tinggi bidang petik di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dengan umur

Hasil uji t-student juga menunjukkan bahwa persentase kedua blok tidak berbeda nyata sehingga secara umum pemangkasan yang dilakukan di Kebun Rumpun Sari Kemuning

Pada tanaman umur tahun pangkas ke-I dan ke-II, potensi tumbuh pucuk peko menunjukkan persentase yang tinggi, hal ini disebabkan karena tanaman umur pangkas tahun ke-I

Perkebunan Teh di Kendal, Jawa Tengah menetapkan luas areal pemangkasan sebesar 25 % per tahun dari luas total areal tanaman menghasilkan (TM) yang dibagi dalam dua

Tinggi bidang petik tersebut lebih ideal dibandingkan dengan pengamatan Martini (2011) yaitu tinggi bidang petik di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dengan umur