PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN TEH (
Camellia
sinensis
(L.) O. Kuntze) DI PT RUMPUN SARI KEMUNING
KARANGANYAR, JAWA TENGAH
ALYSA INDIRA YASMINE
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan PT Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Jawa Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2016
ABSTRAK
ALYSA INDIRA YASMINE. Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan PT Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Jawa Tengah. Dibimbing oleh ADOLF PIETER LONTOH
Kegiatan magang dilaksanakan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman teknis dan manajerial tanaman teh serta mempelajari aspek pemangkasan. Kegiatan magang dilaksanakan di PT Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Jawa Tengah pada 10 Februari - 10 Juni 2014. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode langsung dan tidak langsung. Gilir pangkas di Unit Perkebunan PT Rumpun Sari Kemuning yaitu 4 tahun sesuai dengan pedoman pemangkasan untuk daerah dataran tinggi (> 1 200 m dpl), namun karena beberapa permasalahan, gilir pangkas dapat mencapai empat hingga enam tahun. Hal ini disebabkan kondisi kebun, iklim, biaya, dan tenaga kerja. Luas areal yang dipangkas setiap tahun adalah 25 % dari total luas lahan produktif (437.82 ha). Pemangkasan dilakukan dengan menggunakan sabit pangkas dan mesin pemotong. Gilir pangkas berpengaruh terhadap pertumbuhan pangkas dan jenis pangkasan pada tanaman teh.
Kata kunci: tanaman teh, pemangkasan, gilir pangkas, jenis pangkas
ABSTRACT
ALYSA INDIRA YASMINE. Purning Management of Tea (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) at PT Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Jawa Tengah. Supervised by ADOLF PIETER LONTOH
The objective of internship activity is to improve knowledge, technical and managerial experiences and learn aspects of the tea pruning. Internship activity was held in PT Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Central Java on 10 February to June 10, 2014. Data were collected using direct and indirect methods. The round pruning in plantation unit of PT Rumpun Sari Kemuning . 4 years in accordance with the guidelines of the highlands pruning (> 1200 m above sea level), but due to some problems, shift pruning can reach four to six years. The several factors that affected are plantation areal, climate, cost, and manpower. The pruning area is 25% per year of the total productive area (437.82 ha). Pruning was done by using a sickle pruning and cutting machines. Round puring affect on bud growth and pruning type.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura
PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN TEH (
Camellia
sinensis
(L.) O. Kuntze) DI PT RUMPUN SARI KEMUNING
KARANGANYAR, JAWA TENGAH
ALYSA INDIRA YASMINE
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Judul Skripsi : Pengolahan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di PT Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Jawa Tengah Nama : Alysa Indira Yasmine
NIM : A24100111
Disetujui oleh
Ir Adolf Pieter Lontoh, MS Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Sugiyanta, MSi Ketua Departemen
PRAKATA
Alhamdulillah, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan PT Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Jawa Tengah.”.
Penulisan skripsi merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Skripsi merupakan hasil dari kerja dan analisis selama kegiatan magang yang dilaksanakan selama empat bulan di Unit Perkebunan PT Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Jawa Tengah.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Orang tua tercinta, dan adik-adik tersayang atas kesabaran dan cinta kasih yang tulus yang menjadi semangat utama Penulis.
2. Ir Adolf Pieter Lontoh, MS, selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan, arahan dan saran dalam penyusunan skripsi.
3. Dr Ir Heni Purnamawati, MScAgr selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan yang membangun bagi penulis.
4. Dr Ir Supijatna, MS dan Dr Edi Santosa, SP MSi selaku dosen penguji atas masukan-masukan perbaikan
5. Direksi PT Rumpun Sari Kemuning, Bapak Dwi Koranto selaku pimpinan perusahaan yang membimbing selama magang, staff kebun dan semua pihak yang terkait magang.
6. Teman- teman yang dengan sabar mendukung dan menyemangati saya Auliyaa, Anto, Devi, Kania, Nuki, Putri, Widya, Yuniar, Adhita, Monica, Ibal, Ipan, Cila dan Zikri.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
METODE 5
Tempat dan Waktu 5
Analisi Data dan Informasi 7
HASIL DAN PEMBAHASAN 8
Keadaan Umum 8
Pelaksanaan Kegitan Magang 12
Pembahasan 31
KESIMPULAN DAN SARAN 38
Kesimpulan 38
Saran 39
DAFTAR PUSTAKA 39
LAMPIRAN 41
DAFTAR TABEL
1 Produksi dan produktivitas teh PT Rumpun Sari Kemuning
tahun 2009-2013 10
2 Aplikasi fungisida dan insektisida berdasarkan jenis dan
tingkat serangan hama dan penyakit 16
3 Gilir petik di PT Rumpun Sari Kemuning tahun 2014 20 4 Hanca petik di PT Rumpun Sari Kemuning pada tahun 2014 20 5 Hasil analisis pucuk di PT Rumpun Sari Kemuning 24 6 Rencana dan realisasi pangkas di PT Rumpun Sari Kemuning
tahun 2010 - 2014 33
7 Rata-rata tinggi dan diameter bidang petik tanaman
sebelum pemangkasan 33
8 Presentase pucuk burung 34
9 Rata-rata tinggi pangkas 35
10 Kerusakan cabang setelah pangkas 36
11 Gilir pangkas 37
12 Kapasitas pemangkas 37
DAFTAR GAMBAR
1 Pengendlian gulma pada tanaman teh 13
2 Pemupukan pada tanaman teh 14
3 Daun the yang terserang hama dan penyakit 16
4 Pangkas bersih 17
5 Jenis pangkas 18
6 Alat petik daun 21
7 Pemetik daun teh 22
8 Proses penimbangan daun teh 23
9 Proses pengolahan daun teh 25
10 Mesin Press Roll 25
11 Mesin Endless Chain Presser (ECP) 27
12 Mesin Rotary Dryer (RD) 28
13 Mesin Ball Tea 28
14 Mesin sortasi kering 28
15 Mesin pangkas 36
16 Grafik pertumbuhan tunas 28
DAFTAR LAMPIRAN
1 Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas
PT Rumpun Sari Kemuning Karanganyar 43
2 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor
PT Rumpun Sari Kemuning 43 4 Jurnal harian magang sebagai pendamping asisten kebun
PT Rumpun Sari Kemuning (Lanjutan) 44
5 Peta lokasi PT Rumpun Sari Kemuning 45
6 Struktur organisasi PT Rumpun Sari Kemuning 46 7 Jumlah tenaga kerja di PT Rumpun Sari Kemuning 47 8 Relisasi dan rencana pangkas di PT Rumpun Sari Kemuning
tahun 2004 - 2014 48
9 Curah hujan dan hari hujan di PT Rumpun Sari Kemuning
tahun 2003 - 2013 50
DAFTAR TABEL
1 Tingkat kekerasan dan kandungan gula buah pisang ambon pada suhu simpan yang berbeda dan pemberian putresinaError! Bookmark not defined.
2 Tingkat kekerasan buah pisang raja pada suhu simpan yang berbeda dan pemberian putresina Error! Bookmark not defined.
3
DAFTAR GAMBAR
1 Diameter bunga krisan cv. Red Granada () dan Gold van Langen () pada beberapa tingkat naungan Error! Bookmark not defined.
2 Style yang tersedia pada templat Error! Bookmark not defined.
3 Opsi pembuatan bagian Daftar Isi Error! Bookmark not defined.
4 Membuat text box Error! Bookmark not defined.
5 Jendela Layout Error! Bookmark not defined.
6 Pilih Top and Bottom pada jendela Text WrappingError! Bookmark not defined.
7 Jendela untuk memasukkan judul ilustrasi Error! Bookmark not defined.
8 Jendela pembuatan Daftar Gambar, Tabel, dan LampiranError! Bookmark not defined.
9 Menu untuk memasukkan page break Error! Bookmark not defined.
10 Contoh gambar yang memiliki lebar kurang dari 10 cmError! Bookmark not defined.
DAFTAR LAMPIRAN
1 Rata-rata dan simpangan baku beberapa sifat físik dan kimia tanah dari 78 contoh tanah di Kebun Percobaan CiheuleutError! Bookmark not defined.
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman teh (Camellia sinenis (L) 0. Kuntze) merupakan tanaman tahunan yang termasuk dalam kelas Dicotyledoneae, family Theaceae (Eden 1965). Tanaman teh diperkirakan berasal dari daerah Pegunungan Himalaya dan daerah yang berbatasan dengan Cina, India, dan Burma. Teh merupakan bahan minuman yang dibuat dari pucuk muda yang telah mengalami proses pengolahan. Manfaat dari mengkonsumsi teh antara lain memberikan rasa segar dan dapat memulihkan kesegaran badan.
Komoditas teh merupakan salah satu komoditas ekspor non migas yang telah dikenal sejak lama dan merupakan salah satu sumber devisa penting di sub sektor pertanian (Setyamidjaja 2000). Indonesia hingga tahun 2012 menempati urutan ke delapan negara penghasil teh terbesar. Peringkat pertama ditempati oleh Cina, dibawahnya India, Kenya, Sri Lanka, Turki, dan Vietnam (Ditjenbun 2012).
Salah satu penyebab menurunnya ekspor teh nasional adalah karena produksi teh yang terus menurun akibat adanya konversi kebun teh. Luas areal perkebunan teh Indonesia tahun 2005 adalah 139 121 ha sedangkan pada tahun 2011 luas perkebunan teh Indonesia menurun menjadi 123 938 ha. Produksi pada tahun 2005 mencapai angka 166 091 ton daun kering sedangkan pada tahun 2011 produksi menurun sampai 150 776 ton daun kering. Produktivitas teh pada tahun 2005 mencapai 1.191 ton ha-1 sedangkan pada tahun 2011 produktivitas 1.221 ton ha-1. Penurunan luasan areal perkebunan teh akan menimbulkan penurunan produksi tanaman teh. Produksi teh dapat mempengaruhi volume ekspor teh. Pada data ekspor impor teh terdapat penurunan volume ekspor teh pada tahun 2005 dari 102 389 ton menjadi 75 450 ton pada tahun 2011. Data impor pada tahun 2005 memiliki volume impor 5 479 ton mengalami kenaikan pada tahun 2011 mencapai 19 812 ton. Data tersebut menunjukkan bahwa produksi dan luasan areal perkebunan teh akan mempengaruhi volume kebutuhan ekspor dan impor perkebunan teh Indonesia (Ditjenbun 2011). Kualitas pucuk teh yang memenuhi kriteria ekspor impor dapat ditentukan oleh budidaya tanaman teh yang baik dan aspek pemetikan pada setiap perkebunan.
Tingkat produktivitas teh dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah iklim, teknik budidaya (pengendalian gulma, pemupukan, pemangkasan, pengendalian hama penyakit), pemetikan, tenaga kerja dan kondisi internal dalam perkebunan seperti manajemen perkebunan tersebut (Setyamidjaja 2000). Produktivitas kebun sangat dipengaruhi oleh penerapan teknik budidaya yang tepat karena permintaan masyarakat terhadap teh tidak hanya terbatas pada kuantitas tetapi juga kualitas. Oleh sebab itu perlu dilakukan upaya yang tidak hanya meningkatkan produktivitas, tetapi juga mutu teh dan olahannya.
2
akan sedikit menghasilkan pucuk dan pemetikan akan sulit dilakukan. Untuk dapat melakukan pemetikan dengan mudah, maka perdu atau bidang petik teh harus rendah. Perdu atau bidang petik yang rendah dapat diperoleh dengan jalan pemangkasan (Pusat Penelitian Teh dan Kina 2006). Pemangkasan adalah salah satu kegiatan dalam tindakan kultur teknis tanman teh untuk mencapai produksi pucuk yang tinggi sehingga dalam memilih pangkasan harus tepat, agar tujuan pemangkasan yang diharapkan tercapai.
Pemangkasan dilakukan pada tanaman teh yang belum menghasilkan dan tanaman yang menghasilkan. Pemangkasan pada tanaman belum menghasilkan bertujuan untuk membentuk perdu dengan kerangka percabangan yang ideal dan bidang petik yang luas. Pemangkasan pada saat tanaman menghasilkan bertujuan untuk mengusahakan pertumbuhan tanaman agar tetap pada fase vegetatif, membuat bidang petik tetap rendah, membentuk bidang petik seluas mungkin, merangsang pertumbuhan tunas baru, dan mengatur fluktuasi produksi harian agar tetap stabil (Pusat Penelitian Teh dan Kina 2009).
Hasil pemangkasan yang baik ditunjukkan oleh cara pemangkasan. Cara pemangkasan yang harus dilakukan agar hasil pemangkasan baik yaitu bidang pagkas harus sejajar dengan permukaan tanah, pemangkasan dilakukan dari kedua sisi perdu untuk membentuk luka pangkas menghadap ke dalam perdu, dan untuk satu blok sebaiknya dipangkas pada bulan yang sama. Gaet atau gergaji yang digunakan dalam pemangasan harus tajam agar cabang atau ranting yang dipotong tidak pecah atau rusak (Setyamidjaja 2000).
Kegiatan pemangkasan juga harus dilakukan oleh tenaga kerja terampil untuk memperkecil terjadinya kesalahan dalam pelaksanaannya. Pemangkasan yang dilakukan dengan tidak baik dan hati-hati dapat menyebabkan kerusakan bahkan kematian pada tanaman teh. Oleh karena itu, keterampilan pemangkas diperlukan untuk memperkecil kerusakan pada tanaman.
Tujuan Magang
Tujuan umum kegiatan magang adalah memperoleh pengetahuan mengenai aspek teknis dan manajerial perkebunan teh, memahami proses kerja di lapang serta mendapat keterampilan dan pengalaman kerja dalam pengelolaan kebun teh.
Tujuan khusus dalam kegiatan magang ini adalah mempelajari pengelolaan pemangkasan tanaman teh di Unit Perkebunan PT Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar Jawa Tengah.
TINJAUAN PUSTAKA
Ekofisiologi dan Botani Teh
Tanaman teh berasal dari daerah subtropis pada 25o LU – 35o LS dan 95o BT – 105o BT yang terletak diantara pegunungan di Asia Barat sampai
pegunungan di Asia Tenggara (Setyamidjaja 2000). Tanaman ini akan tumbuh baik di daerah dataran tinggi meskipun tidak menutup kemungkinan tanaman teh juga dapat tumbuh di dataran rendah tetapi dengan mutu yang kurang baik.
3 agak bergerigi, ukuran panjangnya bisa mencapai tinggi hingga 10 - 15 cm. Bunganya berbentuk bulat, berwarna keputih-putihan menyerupai bunga yasmin dan dilapisi lilin. Buah teh termasuk buah kotak yang umumnya terdiri atas tiga butir biji. Biji tanaman teh mengandung minyak dengan kadar yang tinggi , yaitu 20 % berat biji (Spillane 1992).
Tanaman teh dapat tumbuh subur di daerah tropis dan subtropis dengan menuntut cukup sinar matahari dan hujan sepanjang tahun. Tinggi tanaman teh dapat tumbuh sampai sekitar 6-9 m. Di perkebunan-perkebunan tanaman teh dipertahankan hanya sampai sekitar 1 m tinggi dengan pemangkasan secara berkala. Ini dilakukan untuk memudahkan pemetikan daun dan agar diperoleh tunas-tunas daun teh yang cukup banyak.
Lingkungan fisik yang baik diperlukan untuk pertumbuhan tanaman teh. Kondisi iklim yang mendukung akan mempengaruhi mutu daun teh. Tanaman teh memerlukan curah hujan tahunan sekitar 2 000 mm – 2 500 mm dan suhu harian berkisar 13 oC – 15 oC. Kelembaban relatif yang dibutuhkan untuk siang dan tidak
kurang dari 70 % (Pusat Penelitian Teh dan Kina 2006 ).
Syarat Tumbuh
Ketinggian tempat yang baik bagi pertumbuhan tanaman teh yaitu 250 – 2 000 m di atas permukaan laut (m dpl). Tanaman teh yang ada di Indonesia umumnya ditanam pada ketinggian tempat lebih dari 400 m dpl (Setyamidjaja, 2000). Berdasarkan Pusat Penelitian Teh dan Kina (2006), daerah perkebunan teh di Indonesia menurut ketinggian tempat terbagi atas tiga daerah yaitu perkebunan daerah rendah (< 800 m dpl), perkebunan daerah sedang (800 – 1 200 m dpl) dan perkebunan daerah tinggi (> 1 200 m dpl).
Daerah pertanaman untuk tanaman teh harus memiliki curah hujan yang cukup tinggi dan merata sepanjang tahun sebesar 2 000 – 2 500 mm. Hal ini disebabkan tanaman teh tidak tahan terhadap kekeringan. Curah hujan mempengaruhi kelembaban di suatu tempat. Kelembaban yang dibutuhkan oleh tanaman teh berkisar 80 % dan suhu udara yang baik bagi tanaman teh berkisar 13 – 25 ºC (Setyamidjaja, 2000). Sinar matahari sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan tanaman akan semakin cepat bila sinar matahari intensif sepanjang curah hujan mencukupi.
Areal pertanaman teh harus memiliki sifat fisik dan kimia tanah yang baik. Tanah yang baik sesuai dengan kebutuhan tanaman adalah tanah yang gembur, subur, kandungan bahan organik cukup, tidak bercadas dan mempunyai derajat keasaman (pH) 4.5 – 6.0 (Setyamidjaja 2000).
Budidaya Tanaman Teh
4
cara untuk mempertahankan sifat-sifat baik tanaman induk (klon) karena tidak terjadi perubahan sifat genotip (Setyamidjaja 2000).
Tanaman teh dapat ditanam dengan berbagai jarak tanam sesuai dengan kemiringan lahan. Menurut Tobroni dan Adimulyo (1997), lahan datar hingga kemiringan 15 % berjarak tanam 120 cm x 90 cm, kemiringan lahan 15 – 30 % berjarak tanam 120 cm x 75 cm dan kemiringan lahan lebih dari 30 % berjarak tanam 120 cm x 60 cm.
Hama dan penyakit tanaman merupakan salah satu faktor penghambat dalam peningkatan produksi pucuk di kebun teh. Beberapa jenis hama penting yang menjadi masalah yaitu Helopeltis sp., ulat jengkal, ulat penggulung daun, ulat penggulung pucuk, ulat api dan tungau jingga. Adapun penyakit yang berbahaya yaitu cacar daun teh (blister blight). Cara pengendalian sangat beragam sesuai dengan situasi dan kondisi kebun teh masing-masing (Pusat Penelitian Teh dan Kina 2006).
Pemangkasan
Menurut Setyamidjaja (2000), pemangkasan merupakan salah satu kegiatan budidaya dalam pemeliharaan teh menjadi perdu, agar teh dapat dipetik dengan mudah, cepat, dan efisien sehingga diperoleh jumlah pucuk yang banyak. Kegiatan pemangkasan bertujuan untuk membentuk bidang petik seluas mungkin dan merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru sehingga mampu menghasilkan pucuk dalam jumlah yang besar. Tujuan pemangkasan lainya adalah membuang cabang-cabang yang tidak dikehendaki yang menghambat pertumbuhan tunas-tunas baru sehingga mampu menghasilkan pucuk yang banyak, menyehatkan tanaman dengan membuang bagian yang rusak baik akibat gangguan teknis maupun serangan hama dan penyakit sehingga mampu meringankan biaya pengendalian hama dan penyakit, serta mengusahakan pertumbuhan tanaman teh agar tetap pada fase vegetatif (Pusat Penelitian Teh dan Kina 2006).
Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan kultur teknis yang dapat berpengaruh terhadap produksi dan dianggap efisien apabila produksi dapat dicapai pada tingkat yang paling tinggi. Faktor yang berpengaruh terhadap program pemangkasan antara lain: tinggi tempat dari permukaan laut, tipe pemangkasan, kesehatan tanaman, dan waktu pemangkasan (Dalimoenthe dan Johan 2009). Tinggi pemangkasan pada daerah dataran rendah (< 800 m dpl) 60 - 70 cm, pada dataran sedang (800 - 1 200 m dpl) 50 - 60 cm, sedangkan pada daerah dataran tinggi (> 1.200 m dpl) 50 - 60 cm, pada umumnya tinggi pangkasan bagi kebun produktif berkisar antara 40 - 70 cm (Tobroni 1988). Pemangkasan sebaiknya dilakukan saat tanaman sedang sehat, karena mempunyai cadangan makanan yang cukup untuk pertumbuhan kembali dan didukung oleh faktor lingkungan yang baik terutama oleh suhu dan kelembaban (Sukasman 1998).
5 Pemangkasan dapat dilaksanakan pada saat cadangan pati pada akar cukup banyak, dan didukung oleh faktor pemangkasan yang optimum. Waktu pemangkasan dapat dilaksanakan pada bulan Mei - Juni (akhir musim hujan) dan bulan Oktober- November (awal musim hujan) (Sukasman 1998).
Gilir pangkas adalah jangka waktu antara pemangkasan yang terdahulu dengan pangkasan berikutnya. Panjang pendeknya daur pemangkasan dipengaruhi oleh beberapa faktor letak ketinggian kebun, sistem petik, pengelolaan tanaman, dan tinggi pangkas sebelumnya (Setyamidjaja 2000). Daur pangkas yang optimal ditentukan oleh produktivitas rata-rata persatuan umur pangkas tertentu, hal ini terjadi apabila produktivitas rata-rata persatuan umur pangkas tertentu sama dengan produktivitas tanaman pada umur pangkas tertentu (Suwardi 1991).
Pucuk burung adalah pucuk yang tunasnya dalam keadaan dorman sehingga beberapa waktu tidak menghasilkan daun baru. Tanaman yang sudah mendekati gilir pangkas jumlah pucuk burung akan meningkat. Pada saat kondisi pucuk burung tinggi maka kadar pati akar cukup banyak. Apabila presentase pucuk burung mencapai 70% maka peangkasan pada areal tersebut dapat dilakukan (Sukasman 1998).
Tipe-tipe pemangkasan yang ada antara lain kepris, jambul dan bersih. Pemangkasan kepris adalah pemangkasan dengan bidang pangkas rata seperti meja, tanpa melakukan pembersihan atau pembuangan ranting dan dilakukan pada ketinggian 60 - 70 cm dari permukaan tanah. Pangkasan bersih adalah pangkasan dengan bidang pangkas rata seperti meja tetapi pada bagian tengah agak rendah (ngamangkok) dengan membuang semua ranting-ranting kecil yang berukuran > 1 cm untuk memperbaiki percabangan, dan dilaksanakan pada ketinggian 45 - 60 cm. Pangkasan jambul merupakan pangkasan bersih dengan ketinggian 45 - 60 cm, dengan meninggalkan dua cabang yang berdaun di sisi perdu (ajir atau jambul) dengan jumlah daun 50 - 100 lembar, dan dilaksanakan menjelang pemetikan jendangan (Setyamidjaja 2000).
METODE
Tempat dan Waktu
Kegiatan magang dilakukan selama empat bulan dari 10 Februari 2014 hingga bulan 10 Juni 2014, di Unit Perkebunan PT Rumpun Sari Kemuning Karanganyar Jawa Tengah.
Pelaksanaan
6
Pelaksanaan magang dibagi dalam tiga tahapan kegiatan sesuai dengan status pekerja yang dijalankan. Kegiatan yang dilakukan selama magang adalah kegiatan sebagai karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor, dan pendamping asisten kebun. Aspek khusus magang yang diamati adalah mengenai pengelolaan pemangkasan tanaman teh, sehingga disela-sela waktu kerja harus mengkhususkan kegiatan tersebut untuk mendapatkan data primer maupun sekunder.
Kegiatan pada bulan pertama sebagai karyawan harian lepas (KHL) adalah melaksanakan semua kegiatan pemeliharaan tanaman di lapangan meliputi pengendalian gulma, pengendalian hama penyakit, pemupukan, pemangkasan dan pemetikan. Jurnal harian dibuat saat menjadi KHL (Lampiran 1).
Kegiatan pada bulan kedua adalah menjadi pendamping mandor. Pekerjaan yang dilakukan meliputi: menghitung jumlah tenaga kerja yang hadir, membantu mengawasi dan mengorganisir kerja karyawan harian di lapangan, membantu membuat laporan harian serta mengsi jurnal kegiatan harian (Lampiran 2).
Kegiatan pada bulan ketiga dan keempat adalah sebagai pendamping asisten kebun. Kegiatan yang dilaksanakan saat menjadi pendamping asisten kebun antara lain membantu asisten dalam mengawasi kerja mandor dan pekerja, membantu pembuatan laporan bulanan, mengawasi kinerja pembimbing dan membuat jurnal kegiatan harian (Lampiran 3).
Pengamatan dan Pengumpulan Data
Pengamatan Sebelum Pemangkasan 1. Tinggi bidang petik.
Pengukuran tinggi bidang petik dilakukan dari permukaan tanah sampai ke puncak bidang petik dengan menggunakan meteran pada tanaman contoh. 2. Diameter bidang petik (DBPt).
Pengukuran dilakukan dari kedua arah timur-barat dan utara-selatan dari bidang petik pada tanaman contoh kemudian diambil rata-rata dari kedua luas tersebut.
DBPt = i − + i −
3. Persentase pucuk burung.
Perhitungan pucuk burung dan pucuk peko dilakukan pada perdu tanaman yang akan dipangkas produksi. Perhitungan pucuk burung dan pucuk peko dilakukan dengan menggunakan lingkaran yang terbuat dari bambu dengan diameter 75 cm, kemudian pucuk burung dan pucuk peko yang
7
2. Luas areal pemangkasan.
Menganalisa target luas areal pangkasan yang telah ditetapkan kebun dan realisasi pangkasan yang dilakukan di kebun.
3. Diameter bidang pangkas (DBP).
Diameter bidang pangkas diukur berdasarkan diameter bidang pangkas dari kedua arah timur-barat dan utara-selatan dan diambil kedua rata-ratanya.
DBP =diameter utara − selatan + timur − barat
4. Jenis pangkasan.
Jenis pangkasan diamati baik secara langsung maupun wawancara dengan pembimbing asisten manajer tanaman.
5. Waktu pemangkasan.
Data waktu pemangkasan diperoleh dan wawancara dengan asisten manajer tanaman.
6. Gilir pangkas
Data gilir pangkas diperoleh melalui wawancara dengan asisten manajer tanaman dan mempelajari laporan tahunan.
7. Alat pangkas
Alat pangkas yang digunakan diamati pada saat pemangkasan atau wawancara langsung dengan mandor.
Pengamatan Setelah Pemangkasan
Pengamatan yang dilakukan setelah pemangkasan adalah pertumbuhan tunas. Pengamatan dilakukan dengan mengukur tinggi tunas mulai pangkal tunas sampai titik tumbuh. Pengukuran dilakukan dua minggu sekali mulai dua minggu setelah pemangkasan (MSP) hingga hingga delapan minggu berikutnya. Pengamatan dilakukan pada 20 tanaman contoh yang diambil secara acak pada setiap blok.
Analisis Data dan Informasi
Setelah data terkumpul, pengolahan data dilakukan dengan analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Analisis deskriptif dilakukan untuk melihat hasil pengamatan primer dengan standar yang telah ditetapkan perusahaan maupun standar baku yang berlaku pada pemetikan teh. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan uji t student pada taraf nyata 5 %, rata-rata dan persentase. Perhitungan menggunakan rumus sebagai berikut:
� = �̅ + �̅
��√� +�
8
Nilai berbeda nyata apabila t hitung > t tabel dan tidak berbeda nyata apabila t hitung < t tabel, t tabel diperoleh dari nilai sebaran t pada taraf 5 % dan derajat bebas (n1+n2-2) (Walpole, 1992).
KEADAAN UMUM
Sejarah Umum PT Perkebunan Rumpun Sari Kemuning I
Unit Perkebunan PT Rumpun Sari Kemuning dirintis oleh bangsa Belanda pada waktu itu sedang menjajah Indonesia dengan nama NV Culture Mascave dengan pusat pengolaan di Belanda. Pada tanggal 11 April 1852 pemerintahan Belanda memberikan Hak Guna Usaha (HGU) dalam jangka waktu 50 tahun kepada kakak beradik warga Belanda yang diberikan lahan di Kecamatan Ngargoyoso dengan luas 812.127 ha dan Kecamatan Jenawi dengan luas 238.828 ha sehingga luas totalnya 1 051 ha. Lahan tersebut ditanami kopi dan teh yang pengolahannya diserahkan ke pada Firma Watering dan Labor yang berkedudukan di Belanda yang bernama Culture Maatschapij Kemuning.
Pada saat Jepang masuk Indonesia pada tahun 1942 hingga 1945, perkebunan teh NV Culture Maatschapij Kemuning untuk pengelolaannya berpindah tangan ke pemerintah Jepang. Pada tahun 1945 setelah Jepang kalah pada perang dunia II, perkebunan teh tersebut dikelola oleh Mangkunegaran Surakarta yang dipimpin oleh Ir Sarsito hingga tahun 1948. Pada tahun 1948 - 1950 kebun Kemuning diambil alih oleh pemerintah Indonesia dan hasil produksi digunakan untuk membiayai perjuangan Indonesia. Pada tanggal 19 Mei 1950 dengan adanya Konferensi Meja Bundar perkebunan kemuning diserahkan kembali ke NV. Culture Maatschapij Kemuning hingga tanggal 19 Desember 1952. Pada tahun 1953 Culture Maatschapij Kemuning dicabut tanpa diserahkan ke pihak manapun dan diserahkan Perkebunan Kemuning (KPPK).
Pada tanggal 1 April 1990 PT Rumpun bekerja sama dengan PT Astra Agroniaga yang berada di Jakarta dan pengolahannya diserahkan kepada PT Astra Agroniaga, maka terbentukah nama baru untuk perkebunan Kemuning yaitu PT Rumpun Sari Kemuning. Pada tanggal 1 Mei 2004 PT Astra Agro Niaga melepas PT Rumpun Sari Kemuning karena ingin lebih berkonsentrasi menangani perkebunan kelapa sawit. PT Rumpun Sari Kemuning ini akhirnya dibeli oleh Bapak Ketut Gede Yudantara yang berasal dari Bali dan menjadi hak perorangan. Kemudian Bapak Ketut Gede Yudantara bekerja sama dengan PT Sumber Abadi Tirta Sentosa (SATS).
9 Letak Geografis dan Letak Wilayah Administratif
Unit Perkebunan PT Rumpun Sari Kemuning terletak di Desa Kemuning, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Karesidenan Surakarta, Provinsi Jawa Tengah. Lokasi perkebunan pabrik teh PT Rumpun Sari Kemuning terletak antara 11.1 - 11.25o BT dan 7.4 - 7.6o LS. PT Rumpun Sari Kemuning di
sebelah timur berbatasan dengan Perhutani Gunung Sewu, di sebelah barat dengan kebun karet PTPN XVIII, di sebelah utara dengan Kecamatan Jenawi, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Nggadungan dan Kecamatan Ngargoyoso (Lampiran 4).
Kondisi Tanah, Topografi dan Iklim
Curah hujan di Unit Perkebunan PT Rumpun Sari Kemuning antar 2 500 - 3 000 mm. Pada data curah hujan rata-rata selama sepuluh tahun terakhir (2003 - 2014) berkisar 2 678.1 - 5 157.5 mm tahun-1 dengan rata-rata 3 648.15 mm tahun-1 dan hari hujan berkisar 126 - 220 hari dengan rata-rata 152.72 hari hujan. Tipe iklim berdasarkan curah hujan menurut Schmidth Ferguson adalah tipe B dengan rata-rata 9.09 bulan basah (BB) dan 2 bulan kering (BK). Suhu harian pada tahun 2013 di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning berkisar antara 18.5 oC - 24 oC
dengan kelembaban udara (RH) berkisar antara 68 - 87% dan intensitas penyinaran 40 - 55% dengan suhu rata-rata 21.5 oC (Lampiran 5). Jenis tanah perkebunan PT Rumpun Sari Kemuning memiliki jenis tanah latosol dengan pH tanah 4.6 - 5.5 dengan topografi lahan yang landai bergelombang sampai berbukit dengan tingkat kemiringan 0 - 45%. Selain itu jenis tanah lain yang ada pada perkebunan PT Rumpun Sari Kemuning adalah :
a. Laterit, merupakan bahan andesit yang dihembuskan gunung berapi yang terletak antra 800 m dpl
b. Tuff Liparit, adalah tanah berpasir (pasir kasar dan halus) dari bahan yang dihembuskan gunung berapi, letaknya 100-900 m dpl
c. Andesit tua terdiri dari campuran tanah liat, abu, dan pasir. Letaknya antara 800 - 900 m dpl
Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan
Unit Perkebunan PT Rumpun Sari Kemuning memiliki luas areal konsesi seluas 437.82 ha, terdiri atas areal produktif 405.96 ha, areal cadangan 0.47 ha, areal non tanaman (jalan, jurang, sungai, emplasemen) 27.12 ha dan sisanya 4.74 ha berupa areal yang tidak dapat ditanami (Lampiran 6). Total areal produktif terbagi atas 2 afdeling,yaitu afdeling OA seluas 213.63 ha dan Afdeling OB seluas 192.33 ha (Lampiran 6).
Kondisi Tanaman dan Produksi
10
Perkebunan PT Rumpun Sari Kemuning adalah 120 cm x 60 cm dengan populasi rata-rata 1 143 pohon ha-1. Kemuning dapat dilihat pada Tabel 1.
Produksi tanaman teh di Indonesia pada tahun 2011 sebesar 150 776 ton. Dari data tersebut diketahui bahwa produksi perkebunan rakyat sebesar 51 507 ton, perkebunan pemerintah 65 144 ton, dan perkebunan swasta 34 125 ton. Perkebunan PT Rumpun Sari Kemuning merupakan perkebunan sawasta pada tahun 2011 menghasilkan 794.213 ton sehingga produksi teh diperkebunan tersebut hanya mencakup sebagian kecil dari produksi teh swasta di Indonesia. Tabel 1 Produksi dan produktivitas teh PT Rumpun Sari Kemuning tahun 2009 -
2013
Sumber : Kantor Kebun dan Pabrik PT Rumpun Sari Kemuning 2014 Struktur Organisasi dan Ruang Lingkup Tugas
Unit Perkebunan PT Rumpun Sari Kemuning dipimpin oleh Administratur yang diangkat oleh direksi PT Sumber Abadi Tirta Sentosa (SATS). Administratur membawahi kepala sub bagian kebun, kepala sub bagian pabrik dan kepala sub bagian kantor (kepala tata usaha).
Pimpinan unit perkebunan diangkat oleh Direksi Unit Perkebunan PT Rumpun Sari Kemuning. Pimpinan Unit Perkebunan bertugas memimpin, merencanakan, mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas sebagai pemimpin umum perkebunan. Beberapa tugas pemimpin umum perkebunan adalah mengelola kebun dan kegiatan kebun, mengelola kegiatan pabrik dan kantor serta kegiatan lain yang berkaitan dengan jabatannya sebagai pemimpin umum perkebunan. Pimpinan Unit Perkebunan membawahi secara langsung asisten kepala bagian kantor, kepala bagian pabrik dan asisten kepala bagian kebun.
Asisten kepala bagian kantor bertugas memimpin, merencanakan, mengatur, mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan kantor perkebunan. Kegiatan kantor meliputi seluruh kegiatan yang termasuk dalam kegiatan
11 pengelolaan perkebunan, pembukuan, pengarsipan, sumber daya manusia dan masalah umum perkebunan serta kegiatan kantor lainnya.
Kepala bagian pabrik bertugas memimpin, merencanakan, mengatur, mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas bagian pabrik. Kegiatan bagian pabrik meliputi kegiatan pengolahan hasil kebun dan kegiatan pabrik lainnya dalam rangka mendukung usaha perusahaan. Kepala bagian pabrik dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh kepala urusan pengolahan, pembimbing pelayuan, pembimbing penggilingan, pembimbing pengeringan, pembimbing sortasi dan kepala gudang.
Asisten kepala bagian kebun bertugas memimpin, merencanakan, mengatur, mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan bagian kebun. Kegiatan bagian kebun meliputi kegiatan pengelolaan kebun, lahan dan kegiatan kebun lainnya. Struktur organisasi di Unit Perkebunan PT Rumpun Sari Kemuning ditetapkan berdasarkan SK Direksi. Struktur organisasi Unit Perkebunan PT Rumpun Sari Kemuning dapat dilihat pada (Lampiran 7).
Ketenagakerjaan
Tenaga kerja di Unit Perkebunan PT Rumpun Sari Kemuning terdiri dari karyawan staf dan non staf. Karyawan staf terdiri dari karyawan staf tetap dan staf bulanan, sedangkan karyawan non staf terdiri atas pekerja borong harian tetap dan pekerja borong harian lepas. Karyawan borong tetap adalah karyawan yang bekerja tetap di perusahaan dan mendapatkan fasilitas jaminan sosial tenaga kerja (jamsostek) dan asuransi kesehatan BPJS serta hadiah hari raya (HHR), sedangkan karyawan borong lepas pekerjaannya tidak terikat dengan perusahaan sehingga tidak mendapatkan asuransi tenaga kerja dan kesehatan. Jumlah tenaga kerja di PT Rumpun Sari Kemuning Karanganyar tahun 2014 berjumlah 518 orang (Lampiran 8) dengan luas areal 405.96 ha. Indeks Tenaga Kerja (ITK) yang dapat dicapai adalah 1.35 orang ha-1.
Sistem Pengupahan
Sistem pengupahan untuk karyawan yang terdiri dari staff, bulok, dan pekerja harian tetap ditentukan oleh manajemen atas persetujuan direksi. Besarnya upah berdasarkan surat keputusan dari direksi yang disesuaikan dengan jabatan masing-masing dan besarnya disesuaikan dengan Upah Minimum Regional (UMR) Kabupaten Karanganyar sebesar Rp 1 060 000. Sistem pengupahan untuk karyawan harian lepas terdiri dari pekerja harian panen, pekerja harian rawat, pekerja harian Early Warning System (EWS), pekerja harian olah, pekerja harian bongkar muat dan helper teknik. Besarnya upah ditetapkan berdasarkan prestasi kerja. Upah pekerja lepas diberikan tiga kali dalam sebulan bagi karyawan borong tetap dan harian lepas yaitu pada tanggal 10, 20, dan 30 pada setiap bulan. Karyawan mendapatkan upah satu bulan sekali setiap tanggal 1 pada setiap bulan.
Kesejahteraan Karyawan
12
Administratur, Asisten, Kepala Tata Usaha dan Mandor. Karyawan yang mendapatkan asuransi kesehatan penuh adalah karyawan dan pekerja harian tetap meliputi pengobatan dan jasa rumah sakit. Tunjangan kerja diperuntukkan bagi karyawan beserta keluarganya dengan pengelompokkan besar tunjangan keluarga disesuaikan dengan status keluarga dan keturunan pada setiap bulan.
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Kegiatan teknis yang dilakukan di kebun selama magang, yaitu sebagai karyawan harian lepas (KHL). Pekerjaan di lapangan diawali dengan mengikuti apel pagi setiap hari kerja pukul 06.00 WIB. Pada setiap apel pagi tersebut dilakukan absensi kehadiran dan pembagian hanca panen untuk setiap pemanen. Semua kegiatan dimulai pada pukul 07.00 - 12.00 WIB dan dilanjutkan kembali pada pukul 14.00 - 16.00 WIB. Pada hari Jumat kegiatan dilakukan pada pukul 07.00 - 11.30 dan dilanjutkan kembali 13.30 - 16.00. Sistem pengaturan jam kerja untuk karyawan pabrik (pengolahan) dibagi dalam 3 shift, dengan masing-masing shift 7 jam kerja. Aspek Teknis Budidaya tanaman teh di Perkebunan PT Rumpun Sari Kemuning Karanganyar meliputi pemeliharaan tanaman, pemanenan tanaman dan pengolahan hasil.
Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman adalah kegiatan merawat pokok tanaman perkebunan teh. Pemeliharaan tanaman bertujuan menjaga tanaman tumbuh dengan baik, menjaga kesuburan tanah serta mengawetkan tanah sehingga produksi tetap stabil bahkan dapat ditingkatkan. Pemeliharaan tanaman di Unit Perkebunan PT Rumpun Sari Kemuning meliputi pemeliharaan TBM dan TM yaitu pembentukan bidang petik, pengendalian gulma, pemupukan, pemangkasan, pemeliharaan saluran air dan lubang tadah serta pengendalian hama dan penyakit tanaman. Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma bertujuan mengendalikan populasi gulma agar kerugian yang ditimbulkan dapat ditekan. Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak dikehendaki karena tumbuh pada waktu dan tempat yang tidak diinginkan atau mengganggu tanaman produksi. Populasi gulma yang tidak terkendali akan merugikan tanaman karena terjadi persaingan dalam memperoleh unsur hara, air, cahaya matahari dan ruang tumbuh. Dengan menekan pertumbuhan gulma akan memperoleh laju pertumbuhan vegetatif tanaman teh yang tinggi, produksi pucuk maksimal dan menekan kerugian serendah mungkin
(alang-13 alang). Tujuan pengendalian gulma adalah menekan pertumbuhan gulma sehingga memperoleh laju pertumbuhan vegetatif tanaman teh yang tinggi, produksi pucuk maksimal, dan kerugian yang serendah mungkin. Pengendalian gulma dilakukan dengan dua cara yaitu secara manual (manual weeding) dan kimiawi (chemical weeding) sesuai dengan keadaan gulma di kebun.
Pengendalian gulma secara manual menggunakan alat bantu seperti sabit. Pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan cara babad bokor dan dongkel anakan kayu (DAK). Babad bokor dilakukan dengan mencabut gulma hingga akarnya. Dongkel anakan kayu (DAK) juga biasanya dilakukan menjelang pemupukan tanah, dilaksanakan 2 kali pada setiap tanaman umur pangkas I - IV. Prestasi kerja penulis saat babad bokor (weeding manual) adalah 0.01 ha HK-1,
sedangkan prestasi kerja karyawan saat babad bokor adalah 0.125 ha HK-1. Standar prestasi kerja karyawan pada saat weeding manual adalah 0.125 ha HK-1. Kegiatan pengendalian gulma dapat dilihat pada Gambar 1.
(a) (b)
Gambar 1 Pengendalian gulma pada tanaman teh (a) pengendalian gulma secara manual (b) pengendalian gulma secara kimiawi
Pengendalian gulma secara kimia dilakukan dengan menggunakan herbisida sistemik dengan bahan aktif isopropilamina glifosat dengan dosis 1.5 l ha-1 dan konsentrasi 4 ml l-1 air. Alat yang digunakan adalah knapsack sprayer
dengan kapasitas 15 l. Penyemprotan dilakukan pada saat kondisi cuaca cerah agar penyerapan herbisida ke tanaman tidak terhambat. Hasil penyemprotan akan terlihat 3 - 5 hari kemudian. Pada pelaksanaan aplikasi juga harus menerapkan empat tepat, yakni tepat waktu, tepat dosis, tepat cara, dan tepat konsentrasi, untuk meminimalisir efek negatif bagi lingkungan. Aplikasi dalam satu tahun sebanyak 3 kali semprot dengan campuran hanya 1 jenis herbisida, sedangkan aplikasi secara kimia dilakukan 4 kali semprot apabila campuran lebih dari 1 jenis herbisida. Jenis herbisida yang digunakan antara lain Round up, Prosat dan Gramoxone. Dosis yang digunakan adalah dosis 2 l ha-1. Prestasi kerja penulis pada saat melakukan chemical weeding adalah 0.2 ha HK-1, sedangkan prestasi
kerja karyawan adalah 0.48 ha/HK dan standar kerja yang berlaku adalah 0.5 ha HK-1.
Pemupukan
14
kebutuhan tanaman. Pelaksanaan pemupukan harus memenuhi kaidah 4 T yaitu tepat jenis, tepat cara, tepat dosis dan tepat waktu. Pemupukan bertujuan untuk memperbaiki sifat tanah serta meningkatkan daya dukung tanah sehingga dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman agar tanaman dapat tumbuh secara optimal. Pemupukan yang dilakukan di Unit Perkebunan PT Rumpun Sari Kemuning menerapkan dua cara pemupukan yaitu melalui tanah dan daun (Gambar 2). Pemupukan dilakukan dengan sistem gang dan tuntas per blok. Pemupukan dilaksanakan tiga periode dalam setahun, yaitu pada bulan Februari, Juni, dan Oktober. Pemberian jumlah pupuk didasarkan hasil analisa daun dan tanah yang dilakukan di lapang. Dari hasil analisa tersebut dapat diketahui kadar unsur yang terkandung sehingga memudahkan mengetahui apabila terdapat kekurangan suatu unsur.
(a) (b)
Gambar 2 Pemupukan pada tanaman teh (a) pemupukan melalui tanah (b) pemupukan melalui daun
Pemupukan dapat dilakukan melalui dua cara yaitu pemupukan melalui tanah dan pemupukan melalui daun. Pemupukan melalui tanah dilakukan sesuai dengan analisis produksi kering teh dan kondisi tanaman teh di kebun teh. Pemupukan dilakukan berdasarkan kebutuhan unsur hara pada tanaman pada setiap bloknya. Pupuk yang diberikan melalui akar adalah pupuk Urea dan MOP dengan kandungan unsur N dan K. Unsur-unsur ini berperan dalam pertumbuhan vegetatif, dalam hal ini pertumbuhan pucuk. Unsur hara yang terkandung dalam pupuk dapat dimanfaatkan dalam waktu singkat karena pupuk tersebut bersifat fast release. Jumlah kebutuhan pupuk masing-masing blok tidak sama. Pada pelaksanaan pemupukan sangat disesuaikan dengan kondisi tanaman. Pupuk daun yang digunakan adalah ZnSO4 dengan dosis 3 kg ha-1. Pupuk daun ini diberikan
untuk menambah unsur hara mikro pada tanaman. Pupuk daun diaplikasikan bersamaan dengan penyemprotan hama dan penyakit. Penyemprotan dilakukan menggunakan alat mistblower dengan kapasitas 14 l tangki-1.
15 ember, terpal, sekop dan karung. Prestasi kerja yang diperoleh penulis pada saat pemupukan daun (bersamaan dengan pengendalian hama dan penyakit tanaman) adalah 0.05 ha HK-1, sedangkan prestasi kerja karyawan adalah 0.125 ha HK-1. Unit Perkebunan PT Rumpun Sari Kemuning menerapkan standar kerja untuk pemupukan melalui daun sebesar 0.125 ha HK-1.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Perlindungan tanaman dari gangguan hama dan penyakit perlu diperhatikan supaya hasil produksi perkebunan tidak terganggu. Dalam rangka proteksi tersebut maka dilakukan kegiatan pengendalian hama dan penyakit dengan tujuan menekan pertumbuhan hama dan penyakit tanaman teh, sehingga diperoleh pertumbuhan teh yang tinggi, produksi pucuk yang maksimal dan dapat menekan angka kerugian yang mungkin terjadi. Hama utama yang menyerang tanaman teh di PT Rumpun Sari Kemuning adalah Empoasca sp. ulat penggulung pucuk (Cydia leucastome), ulat penggulung daun (Homona cofferia), Thrips, Helopelthis sp., motek dan Mithe. Gejala serangan yang ditimbulkan Empoasca sp. atau sering disebut wereng hijau menyerang pada musim kemarau. Gejala hama ulat penggulung pucuk (Cydia leucastome) menyerang pada musim hujan. Gejala hama Thrips sp. menyerang daun tua dan daun muda. Hama Helopelthis sp. biasanya menyerang pada blok dataran tinggi diatas 1000 mdpl. Serangga motek menyerang tanaman teh pada dini hari pukul 04.00-05.00 dengan tanda lubang di permukaan daun sedangkan Mith merupakan kutu jingga pada musim kemarau. Pengendalian hama di Unit Perkebunan PT Rumpun Sari Kemuning dilakukan dengan cara memetik daun atau pucuk yang terserang hama.
Penyakit cacar daun teh (blister blight) yang disebabkan oleh jamur Exobasidium vexans Massee, juga merupakan penyakit tanaman teh yang sering menyerang di unit perkebunan ini. Bagian yang diserang yaitu daun atau ranting muda. Penyebaran penyakit ini dipengaruhi oleh kelembaban udara, sinar matahari, angin dan ketinggian permukaan tanah. Spora berkembang pesat bila kelembaban udara > 80 % dan intensitas sinar matahari kurang. Serangan cacar terhadap kebun teh tidak berlangsung terus menerus sepanjang tahun tapi pada umumnya terjadi saat musim hujan. Pengendalian penyakit ini dengan cara kultur teknis yaitu mengurangi ranting pohon pelindung agar intensitas sinar matahari lebih banyak, pemangkasan dilakukan sejajar dengan kemiringan tanah, pengaturan daur petik kurang dari sembilan hari dan penanaman jenis tanaman klon tahan penyakit cacar.
Pengendalian penyakit cacar dapat dilakukan juga secara sistemik berdasarkan pada tingkat serangan hama dan penyakit melalui sampling EWS. Pendeteksian dini (Early Warning System) terhadap serangan hama dan penyakit perlu dilakukan untuk mengetahui persentase serangan yang terjadi di kebun. Pelaksanaan deteksi dengan mengambil contoh tiga tanaman secara acak dalam tiap patok, sehingga dalam luasan 1 ha terdapat 75 tanaman yang diamati serangannya. Adanya deteksi tersebut akan diketahui Intensitas Serangan (IS) dan Luas Serangan (LS). Perhitungan menggunakan rumus sebagai berikut:
16
LS (ha) = IS (%) × Luas blok
Pengendalian penyakit secara kimia menggunakan fungisida kontak, dengan menggunakan alat yaitu mist blower dengan penyemprotan yang dilakukan 2 – 3 hari setelah pemetikan atau dua kali dalam sebulan. Penyakit lain yang sering menyerang adalah jamur akar dan jamur merah. Pada jamur akar mempunyai gejala daun rontok sehingga tanaman kering kemudian mati, sedangkan gejala pada jamur merah mempunyai gejala akar yang berwarna merah pada perkebunan ini jarang terserang penyakit jamur merah. Serangan hama dan penyakit dapat dilihat pada Gambar 3.
(a) (b) (c)
Gambar 3 Daun teh yang terserang hama dan penyakit (a) serangan ulat penggulung pucuk
(b) serangan penggulung daun (c) penyakit blister blight
Pendeteksian dilakukan untuk mengetahui intensitas serangan hama dan penyakit. Kategori serangan dibedakan menjadi ringan, sedang, dan berat. Pada hama Empoasca sp., Mithe, ulat penggulung pucuk, Thrips dan blister blight. Aplikasi fungisida dan insektisida dapat dilihat pada Tabel 2. Prestasi kerja penulis adalah 0.05 ha HK-1. Standar kerja yang berlaku adalah 0.125 ha HK-1, sedangkan prestasi kerja karyawan adalah 0.0125 ha HK-1.
Tabel 2 Aplikasi fungisida dan insektisida berdasarkan jenis dan tingkat serangan hama dan penyakit
Hama Penyakit
Tingkat Serangan
Fungisida Insektisida Dosis (ml l air ha-1)
Empoasca Ringan < 5% Imidor 188-375
Sedang 5-15% Confidor 94-188
Berat >15% Abuki 75-150
Mithe Ringan <10% Kelthane 281-421
Sedang10-20% Kelthane 455-750
Berat >20% Talstar 470-940
Ulat
penggulung dan thrips
Ringan < 5% Decis 188-375
Sedang 5-15% Marcis 188-375
Berat >15% Rizotin 375-750
Blister Blight
Ringan < 5% Nordox 75-100
Sedang 5-15% Cobox 75-100
Berat >15% Dithane 75-100
17 Pemangkasan
Pemangkasan bertujuan mengusahakan pertumbuhan tanaman teh agar tetap pada fase vegetatif, memelihara bidang petik tetap rendah sehingga memudahkan pemetikan, membentuk bidang petik seluas mungkin serta membuang beberapa cabang yang tidak produktif. Tata cara pemangkasan dilakukan dengan cara memotong cabang atau ranting pada ketinggian dan gilir pangkas tertentu. Jenis pangkasan produksi yang diterapkan oleh Unit Perkebunan Bedakah adalah pangkasan bersih (Gambar 4) dan pangkasan kepris. Jenis pemangkasan tersebut dilakukan secara berselang. Jika pada tahun sebelumnya dilakukan pangkasan bersih maka pada tahun berikutnya dilakukan pangkasan kepris.
Gilir pangkas di Unit Perkebunan PT Rumpun Sari Kemuning dilakukan setiap 4 - 6 tahun disesuaikan dengan kondisi tanaman, ketinggian tempat, persentase pucuk burung, dan produksi kering yang dapat dihasilkan tanaman tersebut. Standar tinggi pangkasan yang ditetapkan Unit Perkebunan PT Rumpun Sari Kemuning adalah 50 - 55 cm. Kegiatan pemangkasan dilakukan dalam jangka waktu maksimal dua bulan.
Gambar 4 Pangkasan bersih
Pemangkasan dilakukan dengan metode manual dan mesin. Pada pangkas manual menggunakan alat bantu seperti sabit yang tajam agar hasil potongan tidak rusak. Pada pangkas mesin digunakan mesin pemotong rumput dimodifikasi dengan gear bentuk lingkaran dengan pisau gergaji. Perawatan pisau ini harus diasah agar pisau mesin tetap tajam agar hasil potongan tidak rusak (Gambar 5).
(a) (b)
Gambar 5 Jenis pangkasan
18
Arah pemotongan tiap batang atau ranting dari luar ke dalam dengan kemiringan 450 dengan hasil ranting pangkasan seperti mangkok. Bidang pangkas harus sejajar dengan permukaan tanah (sesuai dengan kontur tanah). Batang atau ranting sisa pangkasan manual lebih sering diambil penduduk sekitar sebagai bahan kayu bakar, sedangkan pada pangkas mesin hasil pangkasannya dibiarkan di atas bidang pangkas untuk mengurangi penguapan pada luka pangkas karena ranting cenderung pendek. Pemangkasan dipengaruhi oleh keterampilan pemangkas, ketajaman alat yang digunakan, akses kontur tanah tanaman dan ketinggian permukaan tanah. Pemangkasan manual dan mesin memiliki standar kerja yang sama. Pada pemangkasan tidak dapat dilakukan percobaan dan hanya dilakukan pengamatan. Prestasi kerja yang dicapai oleh karyawan adalah 0.007 ha HK-1, sedangkan standar kerja perusahaan adalah 0.01 ha HK-1.
Pemetikan
Tanaman teh dibudidayakan untuk diambil daun mudanya atau pucuknya. Pemetikan adalah kegiatan pengambilan hasil pucuk peko maupun pucuk burung dan memenuhi syarat olah menjadi produk teh kering dan tetap memperhatikan kondisi tanaman agar dapat berproduksi secara berkelanjutan dengan menyisakan daun pemeliharaan. Kegiatan pemetikan selain berfungsi untuk tujuan produksi, juga berfungsi untuk membentuk tanaman agar mampu berproduksi sesuai potensinya secara berkelanjutan. Pemetikan harus dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar didapat hasil yang memiliki kualitas dan kuantitas tinggi. Pemetikan di Unit Perkebunan PT Rumpun Sari Kemuning dilaksanakan rutin setiap hari dan telah ditentukan jenis petikan, gilir petik serta hanca petik masing-masing blok.
Jenis Pemetikan
Jenis pemetikan ada tiga yaitu pemetikan jendangan, pemetikan produksi dan pemetikan gandesan. Pemetikan yang diterapkan di Unit Perkebunan PT Rumpun Sari Kemuning adalah pemetikan jendangan, dan pemetikan produksi. Pemetikan jendangan adalah pemetikan yang dilakukan pada tahap awal setelah pemangkasan sampai periode pangkas berikutnya. Tujuan dari pemetikan jendangan yaitu membentuk bidang petik yang lebar dan rata dengan ketebalan daun pemeliharaan yang cukup agar potensi produksi tanaman tinggi. Pemetikan jendangan dapat dilakukan apabila 60 % areal telah memenuhi syarat yaitu tinggi pucuk ± 10 – 25 cm dari luka pangkas. Tunas yang tumbuh ke atas dipetik, sedangkan tunas yang tumbuh ke samping dibiarkan agar bidang petik dapat melebar. Waktu pelaksanaan pemetikan jendangan pada umumnya 2 – 3 bulan setelah pemangkasan. Pemetikan jendangan dilakukan 5 – 6 kali gilir petik
19 memperhatikan daun yang ditinggalkan. Selama di kebun masih ada pucuk yang dapat dipetik maka pemetikan gendesan tetap dilakukan.
Jenis Petikan
Jenis petikan adalah jenis pucuk yang dihasilkan dari pelaksanaan pemetikan. Jenis petikan berdasarkan daun yang diambil terdiri atas petikan halus, petikan medium dan petikan kasar. Petikan halus apabila pucuk yang diperoleh terdiri atas pucuk peko dengan satu daun (p + 1) dan pucuk peko dengan dua daun muda (p + 2m). Petikan medium apabila pucuk yang diperoleh terdiri atas pucuk peko dengan dua atau tiga daun (p + 2, p + 3), pucuk peko dengan tiga daun muda (p + 3m) dan pucuk burung dengan satu, dua atau tiga daun muda (b + 1m, b +2 m, b + 3m). Petikan kasar apabila pucuk yang diperoleh terdiri atas pucuk peko dengan empat daun (p + 4), pucuk peko dengan empat daun muda (p + 4m) dan pucuk burung dengan beberapa daun tua [(b + (1 – 4t)]. Pucuk peko adalah pucuk yang memiliki tunas aktif berbentuk runcing terletak pada ujung pucuk. Jenis petikan yang dilakukan bergantung pada kebijakan perkebunan sesuai dengan jenis produk teh kering yang akan dihasilkan. Jenis petikan yang diterapkan oleh Unit Perkebunan PT Rumpun Sari Kemuning adalah petikan medium dengan bidang petik rata.
Gilir Petik dan Hanca Petik
20
Tabel 3 Gilir petik PT Rumpun Sari Kemuning tahun 2014
Blok dalam satu hari. Tujuan penetapan hanca petik adalah menentukan luas areal yang dapat dipetik dalam satu hari. Hanca petik ditentukan berdasarkan luas areal yang dipetik, gilir petik dan jumlah tenaga kerja. Hanca petik sangat dipengaruhi oleh jumlah tenaga pemetik yang tepat. Bila tenaga pemetik mencukupi kebutuhan maka hanca petik yang telah ditetapkan dapat terlaksana sehingga dapat menghindari terjadinya pucuk yang terlambat petik (kaboler) atau terlalu cepat (belum manjing). Penerapan hanca petik yang dilakukan di Kebun Rumpun Sari Kemuning adalah sistem hanca giring. Hanca petik di Unit Perkebunan PT Rumpun Sari Kemuning dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Hanca petik PT Rumpun Sari Kemuning bulan Januari-Mei 2014
Blok Luas areal
21 Perlengkapan Pemetikan
Perlengkapan yang harus dibawa oleh pemetik di Unit Perkebunan PT Rumpun Sari Kemuning meliputi celemek atau penutup tubuh dari plastik ataupun kain, penutup kepala (caping), sarung tangan, sepatu kebun. Alat-alat yang digunakan dalam pemetikan antara lain waring, keranjang petik, tas kain, ani-ani atau sabit (untuk batang yang keras) dan gunting petik (Gambar 6). Keranjang petik atau tas kain waring sekitar 5 - 10 kg digunakan untuk menampung pucuk teh hasil petikan. Keranjang petik tidak boleh diletakkan di atas tanaman karena dapat merusak bidang petik.
(a) (b) (c)
Gambar 6 Alat pemetik daun teh (a) ani-ani
(b) waring (c) keranjang
Jenis waring yang digunakan ada dua, waring lembaran dan waring karung. Waring merupakan tempat untuk menyimpan hasil petikan yang terbuat dari plastik jala. Waring lembaran milik pribadi yang memiliki kapasitas 30 kg sebagai tempat menyimpan hasil petikan seperti halnya keranjang namun kapasitasnya lebih besar, sedangkan waring karung milik perusahaan yang berguna sebagai wadah pucuk saat pengangkutan pucuk dari kebun ke pabrik. Waring karung memiliki kapasitas 25 - 30 kg.
Pengisian pucuk ke dalam waring persegi sering kali melebihi kapasitas maksimalnya, ini terjadi karena lokasi pemetikan jauh dari tempat penimbangan dan hasil petikan melimpah, sedangkan jumlah waring tidak mencukupi.
Pelaksanaan Pemetikan
22
Gambar 7 Pemetikan daun teh
Pemetikan menggunakan gunting dilakukan bila produksi pucuk melimpah agar pekerjaan pemetikan dapat selesai lebih cepat karena kondisi pucuk yang melimpah bila dipetik menggunakan tangan akan menyebabkan banyaknya pucuk yang tidak terpetik. Kelemahan menggunakan gunting petik ini adalah banyaknya pucuk yang belum manjing ikut terpetik, ini berarti termasuk dalam pemetikan berat. Pucuk yang memenuhi syarat dan semua pucuk burung yang berada di atas bidang petik harus dipetik. Pemetikan tidak boleh dilakukan dengan cara dirampas menggunakan lima jari (dijambret) karena dapat menimbulkan kerusakan pada bidang petik. Pemetikan yang dilakukan dengan memetik pucuk di bawah bidang petik (dirogoh) juga tidak dibenarkan karena akan menyebabkan bidang petik tidak rata. Apabila pemetikan dilakukan menggunakan tangan maka pucuk dalam genggaman tangan tidak boleh terlalu banyak karena akan mengakibatkan kerusakan pucuk.
Kapasitas Pemetik
Kapasitas pemetik adalah bobot pucuk yang mampu dipetik oleh seorang pemetik dalam satu hari kerja. Standar kapasitas pemetik (basid yield) berbeda-beda sesuai dengan cara pemetikan yang dilakukan. Standar kapasitas pemetik bila menggunakan tangan yaitu 45 – 50 kg, sedangkan bila menggunakan gunting petik yaitu 75 – 100 kg. Kapasitas pemetik antar blok berbeda dan berubah-ubah tiap harinya. Beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain kondisi cuaca, populasi tanaman, keterampilan pemetik, kondisi pucuk dan topografi kebun. Kapasitas pemetik dapat mencapai standar bahkan melebihi bila keberadaan faktor-faktor tersebut saling mendukung.
Penimbangan dan Pengangkutan
23 kemudian diangkut ke pabrik. Mutu pucuk teh sangat dipengaruhi oleh penanganan pucuk dari kebun hingga pabrik. Oleh karena itu, diperlukan penanganan yang baik selama pengangkutan. Penimbangan di pabrik dilakukan dengan timbangan dengan skala lebih besar untuk penghitungan pucuk setiap truk yang membawa pucuk dari kebun. Kegiatan penimbangan di Kebun dan Pabrik (Gambar 8b).
(a) (b)
Gambar 8 Proses penimbangan daun teh (a) timbang di kebun
(b) timbang di pabrik Penerimaan Pucuk Segar
Pucuk sebagai bahan baku pengolahan harus dijaga kualitasnya agar dapat diproses. Oleh karena itu, diperlukan koordinasi, komunikasi dan kerja sama antara bagian kebun dengan bagian pabrik. Pucuk teh yang berasal dari kebun diturunkan dari bak truk kemudian dilakukan penimbangan lagi sebelum memasuki ruang pelayuan dengan tujuan mengetahui selisih antara timbangan di kebun dengan timbangan pabrik, menentukan isi tiap Withering Through (WT) agar sesuai dengan kapasitas dan persen pucuk layu. Pucuk dari kebun diusahakan tidak mengalami kerusakan karena kerusakan pucuk mengakibatkan rendahnya mutu teh yang dihasilkan. Kerusakan pucuk di antaranya disebabkan oleh penanganan pucuk selama kegiatan pemetikan, pengaturan jam penimbangan dan penanganan transportasi dari kebun menuju pabrik.
Analisis Pucuk
Analisis pucuk adalah kegiatan pemisahan pucuk berdasarkan pada pucuk yang memenuhi syarat olah atau pucuk muda (MS) dan tidak memenuhi syarat atau pucuk tua (TMS) untuk diolah dan dinyatakan dalam persen. Tujuan analisis pucuk untuk mengetahui kualitas pucuk dan kesesuaian mutu pucuk yang dihasilkan dengan syarat yang dibutuhkan untuk diolah.
24
daun tua). Pucuk yang memenuhi syarat dan pucuk yang tidak memenuhi syarat ditimbang dan dihitung dalam persen. Hasil analisis pucuk bulan Januari-April 2014 dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Hasil analisis pucuk di PT Rumpun Sari Kemuning bulan Januari-April 2014
Mandor Analisis Pucuk
Januari Februari Maret April
MS TMS MS TMS MS TMS MS TMS
………..(%)……….. Teten 32.8 67.2 22.8 77.2 30.6 69.4 32.6 67.4 Sunarno 32.8 67.2 30.8 69.2 34.3 65.7 34.5 65.5 Gigih 33.2 66.8 26.3 73.7 28.6 71.4 32.4 67.6 Nyoman 34.3 65.7 26.8 73.2 39.4 60.6 33.2 66.8 Bambang 28.6 71.4 30.8 69.2 30.4 69.6 31.2 68.8 Rata-rata 32.3 67.6 27.5 72.5 32.6 67.3 32.8 67.2 Keterangan : MS : Memenuhi Syarat; TMS: Tidak Memenuhi Syarat Pelayuan, Penggulungan dan Penggilingan
Pelayuan merupakan proses pertama dalam pengolahan teh. Pada proses pelayuan, pucuk teh akan mengalami dua perubahan yaitu perubahan fisik dan kimia. Perubahan fisik ditandai dengan menurunnya kandungan air sel sehingga pucuk menjadi lemas dan lentur. Perubahan kimia terjadi dengan adanya perubahan senyawa-senyawa hasil metabolisme tanaman yang terkandung di dalam sel-sel daun. Tingkat kelayuan pucuk dikenal dalam dua istilah yaitu persentase layu dan derajat layu. Persentase layu merupakan angka perbandingan dalam persen antara berat pucuk layu dan berat pucuk basah. Persentase pucuk layu mencerminkan penurunan berat pucuk teh atau banyaknya kandungan air yang hilang setelah pucuk menjadi layu. Persentase pucuk layu sangat dipengaruhi oleh adanya air di atas permukaan daun teh segar. Dengan demikian, persentase layu tidak mencerminkan kandungan air yang terdapat di dalam pucuk teh layu. Derajat layu adalah angka perbandingan dalam persen antara berat teh kering dan berat pucuk layu. Tingkat kelayuan yang dinyatakan dalam derajat layu erat kaitannya dengan kandungan air dalam pucuk layu.
25
(a) (b) (c)
Gambar 9 Proses pengolahan daun teh di pabrik (a) proses penghamparan pucuk teh
(b) proses pelayuan pucuk teh ke dalam mesin (c) mesin pelayuan teh
Cara kerja mesin ini yaitu, pucuk dimasukkan ke mesin conveyor melalui tempat pengisian (feed hopper) diratakan dengan leaf spreader agar pucuk yang masuk mesin tidak menggumpal. Blower dipasang diatas conveyor untuk meniupkan udara ke dalam silinder. Pelayuan pucuk sekitar 10 - 15 menit. Pucuk yang dihasilkan adalah pucuk layu dengan warna hijau dan lentur atau lemas dengan kadar air ± 70 %. Aroma teh yang ditimbulkan harum dan tidak ada air yang keluar apabila diremas. Kerataan tingkat layu teh sangat menentukan kualitas teh. Penggilingan pucuk dari Rotary Panner masuk ke dalam Press Roll (PR) (Gambar 10). Press Roll adalah alat penggilingan yang berfungsi membentuk daun teh menjadi gulungan gulungan kecil. Proses penggilingan ini akan meyebabkan daun mengeluarkan cairan yang berfungsi sebagai perekat daun yang menggulung. Sebelum masuk ke dalam alat Jackson, pucuk didinginkan dan ditimbang sesuai dengan kapasitas alat.
Alat penggiling ini juga dilengkapi dengan alat pengepres. Pengepres biasanya digunakan bila kondisi pucuk kurang baik misalnya banyak pucuk tua. Fungsi dari Press Roll adalah untuk mememarkan, menggulung, mengecilkan, dan meratakan daun teh sehingga nantinya akan terbentuk senyawa atau aroma teh dengan mutu baik. Untuk menghindari fermentasi setelah penggilingan, pucuk harus segera dimasukkan ke alat pengeringan begitu proses penggilingan selesai dan tidak didiamkan. Bentuk gulungan dipengaruhi oleh kualitas bahan baku serta tingkat kelayuan pucuk. Hasil gilingan yang baik adalah daun tidak menjadi bubuk dan tidak ada air yang menetes dari alat.
26
Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk menurunkan kadar air menjadi 3-5% sehingga meningkatkan daya simpan teh dan membantu menyempurnakan bentuk gulungan teh. Pengeringan yang dilakukan di Unit Perkebunan PT Rumpun Sari Kemuning dilakukan melalui beberapa tahap.
Endless Chain Presser (ECP) atau Belong atau pengeringan awal merupakan alat untuk mengurangi kadar air pucuk hingga 40 - 45%. Hasil dari gilingan Press Roll dimasukkan ke dalam ECP dengan menaruh bahan di atas trys-trys yang berjalan. Bahan yang masuk diratakan dengan ketebalan ± 4 cm (Gambar 11). Alat pengering ini terdiri dari empat tingkatan bak pengering yang berbeda kadar panasnya, semakin ke bagian bawah, maka panasnya semakin menurun. Pengeringan awal menggunakan suhu 110oC - 135oC. Panas yang digunakan adalah uap panas murni. Alat tersebut memiliki kapasitas 300 - 350 kg per jam. Mesin ECP yang dimiliki Unit Perkebunan PT Rumpun Sari Kemuning berjumlah dua unit.
Gambar 11 Mesin Endless Chain Presser (ECP)
Rotary Dryer seperti pada Gambar 12 merupakan alat pengeringan yang gunanya sebagai pemanas lanjutan dari bahan yang keluar dari ECP. Bahan yang masuk ke Rotary Dryer sesuai dengan kapasitas alat yakni 100 kg per unit yang setara dengan satu troli. Alat ini menurunkan kadar air teh hingga 30%. Pengeringan dengan Rotary Dryer selama 30 - 40 menit. Suhu yang digunakan berkisar 85oC - 70oC dengan putaran 25 - 30 rpm.
27 Ball tea merupakan alat pengeringan akhir dari bahan atau pucuk teh sehingga didapatkan pucuk teh kering dengan kadar air ± 3% (Gambar 13). Bahan yang dihasilkan dari Rotary Dryer masuk ke Ball Tea sesuai dengan kapasitas alatnya. Ball Tea jumbo kapasitas per unitnya 500 - 700 kg bahan kering, sedangkan untuk Ball Tea ukuran kecil kapasitas 250 kg bahan per unitnya. Ball Tea dioperasikan dengan putaran 16 rpm dan suhu pengeringan 125oC – 175oC secara bertahap dan dilakukan selama 8 - 12 jam. Fungsi Ball Tea terutama untuk proses penggulungan bahan sehingga didapatkan mutu teh yang baik. Pemanasan menggunakan uap panas murni sehingga tidak ada bau asap karena dapat mempengaruhi aroma teh. Lama pengeringan juga tergantung dari kondisi bahan. Mesin Ball Tea ini juga digunakan untuk pemolesan teh kering yang sudah jadi agar lebih mengkilap dan memiliki gulungan yang sempurna.
Gambar 13 Mesin Ball Tea Sortasi Kering
Kegiatan sortasi ini meliputi : (1) memisahkan teh kering menjadi beberapa grade (mutu) sesuai dengan standar perdagangan teh; (2) menyeragamkan bentuk, ukuran dan warna setiap grade; (3) membersihkan teh dari serat, debu, dan benda asing lain. Sortasi teh kering dilakukan dengan mesin untuk mengelompokkan teh kering menjadi beberapa jenis mutu teh hijau sesuai dengan permintaan pasar.
28
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 14 Mesin sortasi teh kering (a), (b) Mesin Middle Ton
(c), (d) Mesin Winnower Analisis Teh Kering
Analisis teh kering umumnya dilakukan berdasarkan pengujian organoleptik, antara lain rasa, aroma, dan warna. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui mutu teh kering yang dihasilkan dari proses pengolahan serta memperkirakan perolehan grade hasil teh kering. Analisa yang dilakukan di Unit Perkebunan PT Rumpun Sari Kemuning selain organoleptik juga dilakukan pemisahan sampel teh kering untuk memperkirakan perolehan hasil berdasarkan grade yang ada.
Pengepakan dan Penggudangan