• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen pemetikan tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di PT Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Jawa Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Manajemen pemetikan tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di PT Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Jawa Tengah"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (

Camellia

sinensis

(L.) O. Kuntze) DI PT RUMPUN SARI KEMUNING,

KARANGANYAR, JAWA TENGAH

PRIHARDINI MUFTI

A24100190

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Manajemen Pemetikan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di PT Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Jawa Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya baik yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2014

Prihardini Mufti

(4)
(5)

ABSTRAK

PRIHARDINI MUFTI. Manajemen Pemetikan Tanaman Teh (Camellia sinensis

(L.) O Kuntze) di PT Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Jawa Tengah. Dibimbing oleh ADE WACHJAR.

Kegiatan magang bertujuan untuk menambah wawasan pengetahuan dan keterampilan mengenai aspek budidaya tanaman dan manajemen pemetikan tanaman teh, serta melatih kemampuan menganalisis permasalahan yang terjadi di lapangan. Kegiatan magang dilaksanakan di PT Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Jawa Tengah selama empat bulan mulai bulan Februari sampai bulan Juni 2014. Magang dilaksanakan dengan cara bekerja langsung di lapangan dan mengikuti semua kegiatan teknis yang dilakukan di kebun pada saat sebagai karyawan harian lepas (KHL), serta melaksanakan kegiatan manajerial pada saat sebagai mandor dan pendamping asisten. Pengamatan dilakukan terhadap peubah yang diamati yaitu tinggi bidang petik, diameter bidang petik, tebal daun pemeliharaan, produktivitas berdasarkan umur setelah pangkas, analisis petik, analisis pucuk, tenaga pemetik, gilir petik dan hanca petik. Hasil pengamatan menunjukkan ada beberapa aspek dalam pemetikan di PT Rumpun Sari Kemuning yaitu waktu pelaksanaan pemetikan jendangan dan gilir petik belum memenuhi standar yang ditetapkan, sehingga perlu mendapat perhatian, agar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Produksi teh yang dihasilkan PT Rumpun Sari Kemuning masih dapat memenuhi target dengan kualitas dan kuantitas yang dicapai sesuai dengan standar perusahaan.

Kata kunci: pemetikan, analisis petik, analisis pucuk, tanaman teh

ABSTRACT

PRIHARDINI MUFTI. Management of Tea Plucking (Camellia sinensis (L.) O Kuntze) at PT Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Solo, Central Java. Supervised by ADE WACHJAR.

This program was apprentice activity have intent to increase the knowledge and experience about pick aspect management and directly involve in the field and can solve the problem happens in the field. The internship program was conducted in PT Rumpun Sari Kemuning Karanganyar, Solo, Central Java almost for four months since February until July 2014. The implementation of apprentice is direct work activity and attend technical activities in the field. Observation is covering the that pluck section surface, diameter pluck section surface, the capacity of plucker thicknes of leaf, conservancy of tip leaf, productivity by age after cutting, pick analysis, bud analysis, services of picker. The result of observations were obtained there are some aspects in picking PT Rumpun Sari Kemuning during internship activities indicate that the execution time and shift plucking stringed jendangan not meet the standards set, still need improvement to meet the standards company, but the production can meet the needs of the target because at the top of the analysis result of the passage remains in compliance with the passage of medium quality standard.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

MANAJEMEN PEMETIKAN TANAMAN TEH (

Camellia sinensis

(L.) O.

Kuntze) DI PT RUMPUN SARI KEMUNING, KARANGANYAR, JAWA

TENGAH

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul skripsi ialah Manajemen Pemetikan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di PT Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Jawa Tengah.

Terima kasih dengan tulus penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Ade Wachjar, MS selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah memberikan saran dalam penulisan karya ilmiah ini. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Dr Ir Supijatno, MS dan Bapak Candra Budiman, SP MSi selaku dosen penguji. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada pimpinan perusahaan PT Rumpun Sari Kemuning Bapak Dwi Koranto yang membimbing selama magang, staf kebun, dan semua pihak yang terkait magang. Tidak lupa juga penulis ucapkan untuk kedua orangtua saya Ibu Hj.Ninuk Nurwati dan Bapak H. Abdillah Mufti (alm), serta seluruh keluarga tercinta atas segala doa, kasih sayang dan dukungannya.

Bogor, Desember 2014

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Pemetikan 2

Jenis Pemetikan 3

Gilir dan Hanca Petik 3

METODE MAGANG 4

Tempat dan Waktu Magang 4

Metode Pelaksanaan 4

Pengamatan dan Pengumpulan Data 4

Analisis Data dan Informasi 5

KEADAAN UMUM 6

Letak Geografis dan Letak Wilayah Administratif 6

Keadaan Tanah dan Iklim 6

Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan 6

Keadaan Tanaman dan Produksi 7

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 7

Sistem Pengupahan 8

Kesejahteraan Karyawan 8

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 9

Aspek Teknis 9

Aspek Manajerial 25

PEMBAHASAN 27

Tinggi Bidang Petik 27

Diameter Bidang Petik 27

Tebal Daun Pemeliharaan 27

Hanca dan Gilir Petik 28

Kapasitas Tenaga Pemetik 28

Produksi Berdasarkan Umur Pangkas 29

Analisis Petik dan Analisis Pucuk 29

KESIMPULAN DAN SARAN 30

Kesimpulan 30

Saran 30

DAFTAR PUSTAKA 31

(14)

DAFTAR TABEL

1. Produksi dan produktivitas teh di PT Rumpun Sari Kemuning tahun 2009 -2013

7 2. Aplikasi fungisida dan insektisida berdasarkan jenis dan tingkat

serangan hama dan penyakit

13 3. Gilir petik di PT Rumpun Sari Kemuning tahun 2014 14 4. Hanca petik di PT Rumpun Sari Kemuning bulan Januari – Mei 2014 14 5. Rata-rata kapasitas pemetik di empat kemandoran pada bulan Februari

hingga April 2014

19 6. Perbandingan jumlah pemetikan di lapangan dengan hasil perhitungan

berdasarkan rasio kebutuhan tenaga pemetik

20 7. Produksi berdasarkan umur tanaman setelah dipangkas dan jumlah

HOK pemetik

21 8. Hasil analisis petik pada bulan Februari sampai April 2014 22 9. Hasil analisis pucuk pada bulan Februari sampai April 2014 22

DAFTAR GAMBAR

1. Kegiatan pengendalian gulma: (a) pengendalian gulma secara manual (b) pengendalian gulma kimiawi (chemist)

9 2. Kegiatan pemupukan: (a) kegiatan penebaran pupuk (b) pemupukan

dengan alat mist blower

11 3. Pemangkasan tanaman teh: (a) secara manual (b) secara mekanis 11 4. Serangan hama tanaman teh: (a) serangan ulat penggulung daun, (b)

ulat penggulung pucuk 12

5. Serangan penyakit cacar daun (blister blight) 12 6. Rata – rata tinggi bidang petik berdasarkan tahun pangkas di PT

Rumpun Sari Kemuning pada tahun 2014 15

7. Kegiatan mengukur diameter bidang petik 16

8. Rata – rata diameter bidang petik berdasarkan umur tanaman setetelah

di pangkas di PT Rumpun Sari Kemuning 16

9. Grafik tebal daun pemeliharaan berdasarkan berdasarkan tahun

pangkas di PT Rumpun Sari Kemuning tahun 2014 17 10. Perlengkapan pemetikan teh : (a) ani-ani (b) keranjang (c) waring 17 11. Penimbangan pucuk : (a) kegiatan penimbangan di kebun (b) kegiatan

pembeberan pucuk di pabrik

18 12. Proses pelayuan dan penggilingan pucuk : (a) pembeberan di lantai

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas di PT Rumpun Sari Karanganyar

34 2. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor di PT

Rumpun Sari Karanganyar

35 3. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten kebun di

PT Rumpun Sari Karanganyar

36 4. Jurnal harian magang sebagai pendamping asisten afdeling di PT

Rumpun Sari Karanganyar

37

5. Peta lokasi PT Rumpun Sari Karanganyar 38

6. Curah hujan bulanan PT Rumpun Sari Karanganyar tahun 2003-2013 39 7. Luas areal dan tataguna lahan PT Rumpun Sari Karanganyar tahun

2014

40 8. Luas areal konsesi menurut blok di PT Rumpun Sari Karanganyar

tahun 2014

41 9. Struktur organisasi perusahaan PT Rumpun Sari Karanganyar 43 10. Jumlah tenaga kerja di PT Rumpun Sari Karanganyar bulan Mei 2014 44 11. Produksi teh di PT Rumpun Sari Karanganyar tahun 2010-2013 45 12. Rencana dan realisasi produksi di PT Rumpun Sari Karanganyar tahun

2011-2013

46

RIWAYAT HIDUP 47

(16)
(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Teh merupakan salah satu komoditas perkebunan yang cukup penting bagi perekonomian di Indonesia. Komoditas teh banyak dimanfaatkan sebagai minuman penyegar karena rasa dan aromanya yang khas. Selain itu, teh juga mempunyai banyak manfaat untuk tubuh manusia karena mengandung berbagai zat penting, antara lain vitamin (B1, B2, B6, C, K, asam folat dan karoten), mineral (Mn, K, Zn dan F) serta polifenol (zat antioksidan) yang mampu menangkal radikal bebas dari paparan polusi udara.

Indonesia merupakan produsen teh yang menempati posisi ke-5 sebagai negara pengekspor teh dunia, tetapi kini tergeser menjadi posisi ke-7 setelah China, India, Kenya, Sri Lanka, Turki dan Vietnam (Pusat Data dan Informasi Pertanian 2007). Meskipun Indonesia kurang mampu bersaing dengan negara-negara tersebut dalam hal produksi teh, akan tetapi keberadaan perkebunan teh di Indonesia memberikan banyak manfaat bagi masyarakat yang pendapatannya bersumber dari komoditas teh. Pengusahaan perkebunan teh menjadi salah satu sumber devisa negara dan juga penyedia lapangan pekerjaan bagi sejumlah besar tenaga kerja.

Pola hidup masyarakat yang mulai menyadari arti penting teh bagi kesehatan dan juga adanya berbagai produk olahan teh yang menawarkan cita rasa yang tinggi menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen. Hal ini kemudian berakibat pada meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap teh. Akan tetapi peningkatan konsumsi tersebut tidak diiringi dengan adanya peningkatan produksi karena luas areal perkebunan teh di Indonesia sejak tahun 2003 sampai 2012 mengalami penurunan yang berakibat pada penurunan produksi. Pada tahun 2003 luas areal perkebunan teh di Indonesia 143 604 ha dengan produksi sebesar 169 821 ton, sedangkan pada tahun 2012 luas areal perkebunan teh menjadi

124 294 ha dengan produksi 150 949 ton (Direktorat Jenderal Perkebunan 2012). Penurunan luas areal perkebunan teh di Indonesia disebabkan oleh terjadinya konversi lahan dari tanaman teh ke tanaman kelapa sawit dan karet secara besar-besaran serta adanya pembangunan villa pariwisata (Zuhri 2011).

Peningkatan permintaan masyarakat terhadap teh tidak hanya terbatas pada kuantitas tetapi juga kualitas. Oleh sebab itu perlu dilakukan upaya yang tidak hanya meningkatkan produksi, tetapi juga mutu teh dan olahannya sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Untuk mencapai hal tersebut, ada banyak upaya yang bisa dilakukan. Mengingat fenomena konversi lahan yang terjadi, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah meningkatkan produktivitas, baik dalam hal kuantitas maupun kualitas dengan menerapkan manajemen pemanenan atau pemetikan teh yang tepat.

(18)

sangat menentukan kualitas teh yang dihasilkannya. Pemetikan yang berlebihan akan menyebabkan tanaman merana karena bagian dari tanaman yang masih dibutuhkan dalam proses pertumbuhannya ikut terambil dalam proses pemetikan. Menurut Tobroni dan Hikmat (1987) kegiatan pemetikan selain memungut hasil produksi untuk pengolahan, juga merupakan usaha untuk membentuk kondisi tanaman agar mampu meningkatkan produksi yang dapat berkesinambungan.

Uraian di atas menunjukkan bahwa pemetikan merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan. Oleh sebab itu, perlu dilakukan manajemen pemetikan yang tepat guna mencapai hasil panen yang optimal dengan tetap memelihara kelestarian tanaman. Teori mengenai cara pemetikan yang baik dapat dipelajari dari berbagai literatur, tetapi untuk menambah wawasan dan pengalaman mahasiswa diperlukan kegiatan magang. Dengan demikian diharapkan mahasiswa mengetahui dengan detail kegiatan pemetikan tanaman teh di lokasi magang, sehingga mampu pula memberikan rekomendasi yang tepat guna meningkatkan hasil panen baik dalam hal kualitas maupun kuantitas.

Tujuan

Kegiatan magang secara umum bertujuan untuk menambah wawasan dan keterampilan teknis mengenai budidaya tanaman teh dan manajemen pemetikan teh. Serta melatih kemampuan menganalisis permasalahan yang terjadi di lapangan serta memberikan solusinya.

TINJAUAN PUSTAKA

Pemetikan

Pemetikan adalah pekerjaan memungut sebagian dari tunas-tunas teh beserta daunnya yang masih muda, untuk kemudian diolah menjadi produk teh kering yang merupakan komoditas perdagangan. Pemetikan harus dilaksanakan menurut syarat-syarat pengolahan dan ketentuan-ketentuan sistem petikan yang berlaku. Pemetikan juga berfungsi sebagai usaha membentuk kondisi tanaman agar tanaman mampu berproduksi tinggi secara berkesinambungan (Tobroni 1988).

Proses pemetikan berpengaruh pada kesehatan tanaman, kelestarian produksi, dan mutu teh jadi. Daun teh merupakan produk yang dihasilkan oleh pertumbuhan vegetatif sehingga peranan pemetik sangat menentukan produktivitas tanaman. Pemetikan berkaitan erat dengan pertumbuhan tunas. Kecepatan pertumbuhan tunas dipengaruhi oleh daun-daun yang tertinggal pada perdu yang biasa disebut daun pemeliharaan. Tebal daun pemeliharaan yang optimal berkisar 15 cm sampai dengan 25 cm. Bila tebal daun pemeliharaan lebih tebal atau lebih tipis akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan tunas (Setyamidjaja 2000).

(19)

tunas dan kecepatan pertumbuhan pucuk. Hanca petik adalah luas areal pemetikan yang harus diselesaikan oleh pemetik dalam satu hari (Qibtiyah 2009).

Jenis Pemetikan

Pemetikan jendangan. Pemetikan jedangan yaitu pemetikan yang dilakukan pada tahap awal setelah tanaman dipangkas. Tujuan pemetikan jedangan adalah untuk membentuk bidang petik yang lebar dan rata dengan ketebalan lapisan daun pemeliharaan 20-25 cm agar tanaman mempunyai potensi produksi yang tinggi. Pada umumnya, pemetikan jendangan dilakukan 6-10 kali pemetikan setelah pemangkasan, kemudian diteruskan dengan pemetikan produksi (Pusat Penelitian Teh dan Kina 2006).

Pemetikan produksi. Jenis petikan produksi merupakan jenis/macam pucuk yang dihasilkan dalam pelaksanaan pemetikan. Ada tiga jenis petikan yang umum dikenal, yaitu :

(1) Petikan halus

Petikan halus adalah petikan yang menghasilkan pucuk peko (p) dengan satu daun, rumus petikannya p+1 atau pucuk burung (b) dengan satu daun muda (m) dengan rumus petikannya b+1m.

(2) Petikan medium

Petikan medium adalah petikan yang menghasilkan pucuk peko dengan dua daun (p+2), tiga daun muda (p+3m), serta pucuk burung dengan satu, dua, atau tiga daun muda (b+1m, b+2m, b+3m).

(3) Petikan kasar

Petikan kasar adalah petikan yang menghasilkan pucuk peko dengan empat daun (p+4) atau lebih dan pucuk burung dengan beberapa daun tua (t) dengan rumuspetikanb+(1+4)t.

Pemetikan gendesan. Pemetikan gendesan tergolong pemetikan berat yaitu memetik semua pucuk yang berada di atas bidang petik atau dengan kata lain memetik pucuk tanpa memperhatikan rumus petik dilakukan menjelang tanaman dipangkas (Laila 2012).

Gilir dan Hanca Petik

Faktor-faktor yang mempengaruhi gilir petik di antaranya :

a. Umur pangkas, semakin tua umur pangkas maka makin panjang daur petiknya.

b. Iklim, gilir petik pada musim kemarau lebih panjang daripada musim hujan. c. Elevasi, makin tinggi suatu kebun dan permukaan laut, makin panjang gilir

petiknya.

(20)

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu Magang

Kegiatan magang dilaksanakan di PT Rumpun Sari Kemuning Karanganyar, Jawa Tengah, selama empat bulan mulai bulan Februari sampai dengan bulan Juni 2014.

Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan magang dilakukan dengan cara bekerja langsung di lapangan baik aspek teknis maupun aspek manajerial. Kegiatan teknis dilakukan pada saat sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama satu bulan. Kegiatan yang dilakukan terdiri atas: pembibitan, persiapan tanam dan penanaman, pemeliharaan tanaman (pemupukan, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, pemangkasan), pemanenan dan pascapanen. Kegiatan manajerial dilakukan pada saat sebagai pendamping mandor selama satu bulan dan sebagai asisten selama dua bulan. Kegiatan pada saat sebagai mandor meliputi perencanaan kebutuhan tenaga kerja, pengorganisasian pekerjaan dan pengawasan karyawan harian di lapangan, melakukan analisis pada setiap kegiatan di lapangan, membantu membuat laporan harian serta mengisi jurnal kegiatan harian. Kegiatan pada saat sebagai pendamping asisten afdeling yaitu membantu menyusun rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP), membantu mengelola dan mengawasi tenaga kerja dan melakukan analisis setiap kegiatan di tingkat afdeling. Setiap kegiatan yang telah dilakukan tersebut dilaporkan dalam bentuk jurnal harian (Lampiran 1, 2, 3 dan 4).

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Pengamatan dilakukan untuk memperoleh data, baik data primer maupun data sekunder. Pengumpulan data primer diperoleh melalui pengamatan di lapangan dan wawancara atau diskusi dengan staf dan karyawan perkebunan. Data sekunder diperoleh dari laporan manajemen, arsip di kantor induk dan kantor pabrik, serta melalui studi pustaka.

Pengamatan ditekankan untuk mendapat data primer meliputi; tinggi bidang tanaman, diameter bidang petik, tebal daun pemeliharaan, analisis petik dan analisis pucuk, kebutuhan tenaga pemetik, gilir petik dan hanca petik.

Tinggi Bidang Petik

Tinggi bidang petik diukur dari atas permukaan tanah hingga permukaan bidang petik.

Diameter Bidang Petik

(21)

Tebal Daun Pemeliharaan

Tebal daun pemeliharaan diukur dari mulai daun pertama hingga permukaan bidang petik. Ketebalan lapisan daun yang efektif untuk fotosintesis adalah setebal 4-5 lembar daun atau 15-20 cm.

Analisis Petik dan Analisis Pucuk

Analisis pucuk dihitung dengan menimbang pucuk yang memenuhi syarat (MS) yaitu pucuk yang memenuhi rumus petikan halus, petikan medium, dan bagian pucuk dari petikan kasar, sedangkan pucuk tidak memenuhi syarat (TMS) yaitu petikan kasar pucuk rusak (sobek dan terlipat). Analisis petik yaitu memisahkan petikan sesuai rumus petikan dilakukan dengan tiga kali ulangan dengan mengambil sampel sejumlah 200 g. Masing-masing pemetik diambil segenggam pucuknya untuk kemudian dicampur dan diambil sebanyak 200 g dan dipisahkan sesuai rumus petiknya, kemudian ditimbang dan dinyatakan dalam persen.

Analisis petik dilakukan di kebun setelah kegiatan pemetikan berdasarkan ketinggian tempat, gilir petik, tahun setelah pangkas dan macam klon. Jenis petikan terbagi menjadi : petikan halus ( p+1, p+2m), petikan medium (p+2, p+3, p+3m, b+1m, b+2m, b+3m). petikan kasar (p+4 atau lebih, b+(1-4t)), dan petikan rusak (daun lembaran dan tangkai)

Tenaga pemetik (TP)

Kebutuhan tenaga pemetik dihitung berdasarkan rumus kebutuhan jumlah tenaga pemetik kemudian dibandingkan dengan jumlah tenaga pemetik sebenarnya yang tersedia dilapangan. Kebutuhan tenaga pemetik dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Kebutuhan TP = [produktivitas kering x rendemen] x (100 + absensi)% Kapasitas pemetik x HKE/th

Gilir Petik dan Hanca Petik

Pengamatan gilir petik dilakukan langsung di lapangan dan dilakukan pada masing-masing blok dengan luas 20 hektar. Hanca petik dihitung berdasarkan rumus yang berlaku kemudian dibandingkan dengan pengamatan langsung di lapangan. Perhitungan hanca petik menggunakan rumus :

Luas areal petik/hari = Luas areal yang dipetik Gilir petik

Hanca seorang pemetik = Luas areal petik/hari x jumlah patok/ha

Jumlah pemetik

Analisis Data dan Informasi

(22)

yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif dengan membandingkan nilai rata-rata dengan standar perusahaan atau sumber pustaka.

KEADAAN UMUM

Letak Geografis dan Letak Wilayah Administratif

PT Rumpun Sari Kemuning terletak di Desa Kemuning, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Proinsi Jawa Tengah. Lokasi perkebunan teh PT Rumpun Sari Kemuning terletak antara 11.1 - 11.25 oBT dan 7.4 - 7.6 oLS. PT Rumpun Sari Kemuning di sebelah timur berbatasan dengan Perhutani Gunung Sewu, di sebelah barat dengan kebun karet PTPN IX, di sebelah utara dengan Kecamatan Jenawi, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Nggadungan dan Kecamatan Ngargoyoso. Peta lokasi kebun PT Rumpun Sari Kemuning dapat dilihat pada Lampiran 5.

Keadaan Tanah dan Iklim

PT Rumpun Sari Kemuning memiliki ketinggian tempat antara 800 - 1 540 meter di atas permukaan laut (dpl), jenis tanah Andosol dan Latosol dengan pH tanah 5 – 5.5. Topografi lahan bervariasi sekitar 24.1 % merupakan perbukitan curam dengan kemiringan berkisar 30 – 40 %. Selain jenis tanah tersebut terdapat juga jenis tanah lain, yaitu :

a. Laterit, merupakan bahan andesit yang dihembuskan gunung berapi yang letaknya 800 meter di atas permukaan laut.

b. Tuff Liparit, adalah tanah berpasir (pasir kasar dan halus) dari bahan yang dihembuskan gunung berapi, letaknya 100 - 900 meter di atas permukaan laut.

c. Andesit tua terdiri atas campuran tanah liat, abu, dan pasir, teretak antara 800 - 900 meter di atas permukaan laut.

PT Rumpun Sari Kemuning memiliki tipe iklim B menurut klasifikasi Schmidth-Ferguson. Curah hujan selama 10 tahun terakhir (2003 - 2014) berkisar 2 678 - 5 158 mm dengan rata-rata 3 648.1 mm per tahun dan hari hujan berkisar 126 - 220 hari dengan rata-rata 152.7 hari hujan per tahun dengan 8 bulan basah dan 2 bulan kering (Lampiran 6).

Keadaan angin di PT Rumpun Sari Kemuning normal, kelembaban udara berkisar antara 60 - 80 % dan intensitas penyinaran 40-55 % dengan suhu rata-rata 21.5o C.

Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan

(23)

Keadaan Tanaman dan Produksi

Sebagian besar tanaman teh menghasilkan di PT Rumpun Sari berasal dari stek (klonal). Macam-macam klon teh yang ditanam di PT Rumpun Sari Kemuning terdiri atas TRI 2025, CIN 143 dan Gambung. Klon teh yang paling banyak ditanam adalah TRI 2025. Tahun tanam tanaman teh di PT Rumpun Sari Kemuning bervariasi dari tahun 1991 - 1994. Jarak tanam yang digunakan adalah 120 cm x 60 cm, tetapi jarak tanam dapat berubah sesuai dengan kontur lahan. Populasi tanaman rata-rata adalah 10 940 pohon/ha, kondisi tersebut kurang optimal dibandingkan populasi tanaman secara umum yaitu 12 500 pohon/ha. Hal ini disebabkan masih adanya areal kosong, tanaman teh muda yang mati karena terserang penggerek batang pada awal penanaman, sehingga tanamannya berkurang pada awal-awal tersebut. Untuk memenuhi produksi tanaman yang standar perlu dilakukan penyulaman (sisip) untuk mengisi areal-areal yang kosong.

Produksi pucuk teh lima tahun terakhir (2009-2013) di PT Rumpun Sari Kemuning memiliki rata-rata 3 584 190 kg per tahun dengan produksi teh hijau kering sebesar 801 981 kg per tahun. Rata-rata produktivitas teh basah 10 403.72 kg per ha dan produktivitas teh kering 2 327.46 kg per ha. Produksi dan produktivitas selama lima tahun (2009-2013) di Perkebunan PT Rumpun Sari Kemuning dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Produksi dan produktivitas teh di PT Rumpun Sari Kemuning tahun 2009-2013

Sumber : Kantor Kebun dan Pabrik PT Rumpun Sari Kemuning 2014

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

(24)

Kepala kebun bertugas mengelola dan mengkoordinasikan pekerjaan yang ada di bawah pengawasannya, baik yang menyangkut teknik maupun administrasi sesuai dengan kebijaksanaan administratur. Dalam melaksanakan pekerjaannya kepala kebun dibantu oleh kepala afdeling.

Kepala afdeling bertanggung jawab langsung kepada kepala kebun dan administratur atas pelaksanaan kerja di wilayah yang dipimpinnya. Pelaksanaan tugas kepala afdeling dibantu oleh mandor panen dan mandor rawat. Tindakan administrasi di kantor dilakukan oleh kerani afdeling. Kepala teknik bertanggung jawab atas sarana dan prasarana kebun (mesin atau peralatan yang digunakan untuk pengolahan). Kepala teknik dibantu oleh tenaga mekanik dan driver. Kepala tata usaha bertugas mengelola administrasi pelaksanaan pengelolaan kebun dan pabrik. Pelaksanaan tugas kepala tata usaha dibantu oleh personalia umum, kepala keuangan dan kepala gudang. Kepala pabrik bertanggung jawab atas pengelolaan dan hasil produksi kepada administratur.

Tenaga kerja di PT Rumpun Sari Kemuning terdiri atas karyawan staf dan non staf. Karyawan staf terdiri atas karyawan staf tetap dan staf bulanan, sedangkan karyawan non staf terdiri atas pekerja borongan harian tetap dan pekerja borongan harian lepas. Karyawan borongan tetap adalah karyawan yang bekerja tetap di perusahaan dan mendapatkan fasilitas jaminan sosial tenaga kerja (jamsostek) dan asuransi kesehatan melalui badan penyelenggara jaminan sosial (BPJS) serta hadiah hari raya (HHR), sedangkan karyawan borongan lepas pekerjaannya tidak terikat dengan perusahaan sehingga tidak mendapatkan asuransi tenaga kerja dan kesehatan.

Jumlah tenaga kerja di PT Rumpun Sari Kemuning Karanganyar tahun 2014 berjumlah 609 orang (Lampiran 10) dengan luas areal 437.82 ha. Indeks Tenaga Kerja (ITK) yang dapat dicapai adalah 1.18 orang/ha.

Sistem Pengupahan

Sistem pengupahan untuk karyawan yang terdiri atas staf blok, dan pekerja harian tetap ditetapkan oleh manajemen atas persetujuan direksi. Besarnya upah berdasarkan surat keputusan dari direksi yang disesuaikan dengan jabatan masing-masing dan besarnya disesuaikan dengan Upah Minimum Regional (UMR) Kabupaten Karanganyar sebesar Rp 1 060 000. Sistem pengupahan untuk karyawan harian lepas terdiri atas pekerja harian panen, pekerja harian rawat, pekerja harian Early Warning System (EWS), pekerja harian olah, pekerja harian bongkar muat, dan helper teknik. Besarnya upah ditetapkan berdasarkan prestasi kerja. Upah pekerja lepas diberikan tiga kali dalam sebulan bagi karyawan borong tetap dan harian lepas yaitu pada tanggal 10, 20, dan 30 setiap bulannya. Karyawan mendapatkan upah satu bulan sekali yaitu setiap tanggal 1 setiap bulan.

Kesejahteraan Karyawan

(25)

asisten, kepala tata usaha dan mandor. Karyawan yang mendapatkan asuransi kesehatan penuh ada karyawan dan pekerja harian tetap meliputi pengobatan dan jasa rumah sakit. Tunjangan kerja diperuntukan bagi karyawan beserta keluarganya dengan pengelompokan besar tunjangan keluarga (catu) disesuaikan dengan status keluarga dan keturunan untuk setiap bulannya.

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Kegiatan teknis yang dilakukan selama magang, yaitu sebagai karyawan harian lepas (KHL). Pekerjaan di lapangan diawali dengan mengikuti apel pagi setiap hari kerja pukul 06.00 WIB. Pada setiap apel pagi tersebut dilakukan absensi kehadiran dan pembagian hanca panen untuk setiap pemanen. Semua kegiatan dimulai pada pukul 07.00-12.00 WIB dan dilanjutkan kembali pada pukul 14.00-16.00 WIB. Sedangkan untuk hari Jumat kegiatan dilakukan pada pukul 07.00-11.30 dan dilanjutkan kembali 13.30-16.00. Sistem pengaturan jam kerja untuk karyawan pabrik (pengolahan) dibagi dalam 3 shift, dengan masing-masing shift 7 jam kerja.

Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma di PT Rumpun Sari Kemuning dilakukan secara manual (dongkel/babat) dan secara kimia dengan menggunakan herbisida. Pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan mendongkel atau membabat gulma yang tumbuh di pertanaman teh dengan menggunakan sabit. Gulma dicabut sampai ke akar-akarnya agar tidak tumbuh kembali. Pengendalian gulma secara manual dilakukan secara hati-hati agar tidak melukai pertanaman teh, teknis pelaksanaan menurut barisan tanaman. Gulma yang telah dibabat dikumpulkan di pinggir jalan kemudian diletakkan di atas pertanaman teh dan dibiarkan membusuk. Pada tanaman teh dengan umur pangkas muda pengendalian gulma harus maksimal agar pada umur pangkas tua tidak terlalu berat karena bidang tanaman semakin lebar dan persaingan hara tidak besar. Kegiatan pengendalian gulma secara manual dan kimiawi tercantum pada Gambar 1.

Gambar 1. Kegiatan pengendalian gulma: (a) pengendalian gulma secara manual (b) pengendalian gulma secara kimiawi (chemist)

(26)

Pengendalian gulma secara kimia (chemist) dilakukan dengan menggunakan herbisida dengan bahan aktif Isopropilamina glifosat (Round Up) merupakan herbisida sistemik. Dosis Round Up 1.5 l/ha dengan konsentrasi 3.75 ml/l dan bidang petik teh atau setinggi gulma untuk menghindari keracunan pada pucuk tanaman teh.

Aplikasi pengendalian gulma secara kimia dalam satu tahun sebanyak 3 kali jika digunakan hanya 1 jenis herbisida, sedangkan aplikasi chemist dilakukan 4 kali semprot apabila herbisida yang dicampur lebih dari 1 jenis. Jenis herbisida yang digunakan antara lain Round Up, Prosat, dan Gramoxon. Dosis yang digunakan masing-masing yaitu 2 l/ha. Prestasi kerja penulis pada saat melakukan chemical weeding adalah 0.2 ha/HK, sedangkan prestasi kerja karyawan adalah 0.48 ha/HK dan standar kerja yang berlaku adalah 0.5 ha/HK.

Penyemprotan gulma dilakukan dengan sistem borongan dengan penggunaan para pekerja diatur mandor perawatan sesuai dengan luas blok yang akan disemprot. Dosis yang digunakan berbeda-beda bergantung pada kerapatan gulma dan jenis gulma pada blok yang akan disemprot. Jenis gulma yang ada di PT Rumpun Sari Kemuning antara lain Melastoma malabathricum (sengganen),

Melastoma affine (harendong), Eupatorium inulifolium (kirinyuh), Rubus rosaefolius (gucen), Aneilema malabatricum (tali sahit), Mikania micrantha

(sembung rambat), dan Imeperata cylindrica (alang-alang).

Pemupukan

Pemupukan di PT Rumpun Sari Kemuning dilaksanakan tiga priode dalam setahun, yaitu pada bulan Februari, Juni, dan Oktober. Pupuk yang digunakan pupuk anorganik melalui tanah dan daun. Pemupukan melalui daun dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan penyemprotan hama dan penyakit tanaman (HPT) guna efisiensi biaya. Pelaksanaan pemupukan dilakukan setelah pemetikan agar tidak mempengaruhi mutu pucuk.

Pelaksanaan pemupukan dimulai dengan pengangkutan pupuk dari gudang dengan truk pada pukul 06.00 WIB, supaya efek dari penguapan belum begitu besar. Pelaksanaan pemupukan di lapangan dilakukan dengan cara menyebarkan pupuk di antara 2 sampai dengan 3 baris tanaman dengan sistem giring. Tenaga pemupuk berjumlah 20 orang yang terdiri atas 2 orang pencampur pupuk, 3 orang langsir dan 15 orang penebar pupuk. Alat yang digunakan dalam kegiatan pemupukan adalah ember, alas tempat pencampur pupuk, karung, sekop, dan perlengkapan alat pelindung diri (APD).

(27)

alat mistblower dengan kapasitas 14 liter. Kegiatan pemupukan melalu tanah dan daun dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Kegiatan pemupukan: (a) kegiatan penebaran pupuk, (b) pemupukan dengan mistblower

Kebutuhan tenaga kerja pemupukan terbagi atas pelangsir dan penabur dengan standar kerja 1.3 ha/HK. Kegiatan pemupukan dilaksanakan dengan menggunakan tenaga kerja rawat dengan upah Rp 12 000,00/hari.

Pemangkasan

Pemangkasan di PT Rumpun Sari Kemuning dilakukan secara manual dan secara mekanis. Pemangkasan secara manual harus menggunakan sabit yang tajam agar hasil potongan tidak rusak, sedangkan pemangkasan secara mekanis menggunakan mesin pemotong rumput yang dimodifikasi dengan gear berbentuk lingkaran dengan pisau gergaji. Pisau harus dirawat dengan cara diasah agar pisau mesin tetap tajam sehingga hasil pangkasan tidak rusak. Gilir pangkas di PT Rumpun Sari Kemuning dilakukan setiap 4-6 tahun, disesuaikan dengan kondisi tanaman. Standar tinggi pangkasan yang ditetapkan PT Rumpun Sari Kemuning adalah 50-60 cm dari permukaan tanah. Kegiatan pemangkasan secara manual dan mekanis dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Pemangkasan tanaman teh: (a) secara manual, (b) secara mekanis Penulis melakukan pemangkasan hanya pada beberapa tanaman teh dengan menggunakan sabit, tetapi penulis tidak diperbolehkan melakukan pemangkasan dengan menggunakan mesin pemangkas hasil modifikasi hanya sebagai pengamat, karena mesin yang digunakan sangat berat dan berbahaya. Prestasi kerja yang dicapai oleh karyawan adalah 0.007 ha/HK, sedangkan standar kerja perusahaan adalah 0.01 ha/HK.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama penyakit dan tanaman di PT Rumpun Sari Kemuning dilakukan secara kimia. Pengendalian hama diawali dengan pengamatan hama untuk mengetahui intensitas serangan, luas serangan, kebutuhan pestisida,

a b

(28)

kebutuhan tenaga kerja, dan volume semprot. Pengamatan hama dilakukan dengan cara mengambil sampel sebanyak 3 tanaman dalam satu patok dalam satu hektar untuk setiap blok. Pengendalian hama dilaksanakan secara berkala bergantung pada tingkat serangan hama pada tanaman.

Hama yang paling banyak menyerang tanaman teh di PT Rumpun Sari Kemuning yaitu ulat penggulung daun (Homona cofferia), Thrips sp., ulat penggulung pucuk (Cydia leucastome), Helobelthis sp., motek, dan Myth sp.,

Empoasca flavescens. Gejala serangan ulat penggulung daun dan penggulung pucuk dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Serangan hama pada tanaman teh: (a) serangan ulat penggulung daun, (b) ulat penggulung pucuk

Penyakit yang banyak menyerang tanaman teh di PT Rumpun Sari adalah cacar daun teh (blister blight) (Gambar 5). Penyakit cacar daun teh disebabkan oleh cendawan Exobasidium vexans. Serangan terbesar biasanya terjadi pada musim hujan di blok-blok tanaman teh dengan kelembaban udara tinggi, dekat dengan aliran air, dan sinar matahari kurang. Gejala serangan dimulai dengan adanya bercak kecil tembus cahaya, berdiameter 0.25 mm, kemudian bercak membesar yang pada permukaan daun, terbentuk spora seperti tepung berwarna putih. Pada tahap akhir pusat bercak menjadi cokelat dan akhirnya mengering lalu mati. Pengendalian penyakit tersebut dilaksanakan secara kimia dengan menggunakan Nordox, berbahan aktif tembaga oksida 86 % dengan dosis 469 g/ha, dengan konsentrasi 1.25 g/l air.

Gambar 5. Serangan penyakit cacar daun (blister blight)

(29)

Untuk mengetahui tingkat serangan dan tindakan pengendalian serta koefisien biaya untuk pengendalian dilakukan sampling pada kegiatan dan pada saat pengamatan di lapangan (Early Warning System = EWS). Pengambilan sampel dilakukan secara acak sistematis (zig zag) dalam tiap blok. Berdasarkan hasil pengamatan Intensitas Serangan (IS) dan Luas Serangan (LS) penyakit akan diketahui. Perhitungan intensitas serangan menggunakan rumus sebagai berikut:

LS (ha) = IS (%) × luas blok.

Hasil perhitungan tersebut dapat menentukan kategori serangan. Serangan dapat dibedakan menjadi serangan ringan, sedang, dan berat. Aplikasi dosis berdasarkan tingkat terserang hama dan penyakit. Fungisida dan insektisida yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Aplikasi fungisida dan insektisida berdasarkan jenis dan tingkat serangan hama dan penyakit

Hama/ Penyakit

Tingkat Serangan Fungisida Insektisida Dosis (ml ha-1)

Scarletmite Ringan <10% Kelthane 281-421

Sedang 10-20% Kelthane 455-750

Sumber : Data early warning system (EWS) Rumpun Sari Kemuning 2014

Tenaga kerja pengendalian hama dan penyakit tanaman terdiri atas 14 orang yang dibagi menjadi tenaga penyemprot 8 sampai dengan 10 orang serta tenaga pelangsir 4 - 6 orang. Standar kerja pengendalian hama dan penyakit tanaman di PT Rumpun Sari Kemuning adalah 0.125 ha/HK, dan prestasi kerja penulis adalah 0.05 ha/HK.

Pemetikan

Pemetikan harus dilakukan berdasarkan ketentuan berlaku (sistem pemetikan) agar kualitas dan kuantitas pucuk teh dapat terjaga. Untuk itu beberapa hal yang harus diketahu berkaitan dengan pelaksanaan pemetikan ialah jenis pemetikan, gilir petik, pengaturan pemetik, analisis hasil petikan.

(30)

yang tepat akan menghasilkan pucuk yang bermutu tinggi. Panjang pendeknya gilir petik dipengaruhi oleh kecepatan tumbuh pucuk. Pertumbuhan pucuk dipengaruhi oleh umur pangkas, ketinggian tempat serta iklim. Gilir petik yang digunakan di PT Rumpun Sari Kemuning adalah ± 10 hari. Hasil pengamatan gilir petik di PT Rumpun Sari Kemuning dapat dilihat pada Tabel 3.

Hasil pengamatan menunjukkan areal petikpada contoh Blok OB 14 luas areal petik paling luas dibandingkan dengan contoh blok yang lain, yaitu seluas 3.35 ha. Ketinggian tempat Blok OB14 paling rendah dibandingkan dengan blok-blok lainnya yaitu 820 m dpl, sehingga gilir petik lebih cepat dibandingkan contoh blok dengan ketinggian tempat yang lebih tinggi.

Tabel 3. Gilir petik di PT Rumpun Sari Kemuning tahun 2014

Blok

Ketinggian tempat (m dpl)

Luas areal (ha) Gilir petik (hari) Luas areal petik (ha/hari) pemetik dalam satu hari. Hanca pemetik setiap blok berbeda karena dipengaruhi oleh kondisi pucuk, jumlah tenaga kerja dan topografi lahan Pengaturan hanca petik berdasarkan kapasitas rata-rata pemetik, blok kebun dan gilir petik. Semakin pendek gilir petik, semakin luas hanca petikan. Penerapan hanca petik yang dilakukan di PT Rumpun Sari Kemuning adalah sistem hanca petik yaitu para pemetik diarahkan atau digiring oleh mandor kebun. Luas hanca petik di PT Rumpun Sari Kemuning dapat dilihat pada Tabel 4.

(31)

dibandingkan dengan rata-rata keseluruhan hanca per pemetik sebesar 0.082 ha/HK.

Jenis petikan. Jenis petikan yang dilakukan di PT Rumpun Sari Kemuning adalah petikan jendangan dan petikan produksi. Petikan jendangan merupakan petikan awal yang dilakukan setelah pemangkasan. Petikan jendangan dilakukan sekitar tiga bulan setelah dilakukan pemangkasan. Petikan bertujuan untuk membentuk bidang petik yang lebar dan rata dengan ketebalan lapisan daun pemeliharaan yang cukup sehingga diharapkan akan menghasilkan potensi pucuk yang tinggi. Pemetikan dilaksanakan 3-5 kali hingga tanaman memasuki masa pemetikan produksi. Tenaga pemetik untuk pemetikan jendangan terdiri atas tenaga pemetik terpilih yang sudah ahli karena apabila terjadi kesalahan dalam pemetikan jendangan akan berdampak pada kerusakan tanaman yang dapat menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas produksi.

Pemetikan produksi dilaksanakan dua bulan setelah pemetikan jendangan yang terakhir setelah kuncup sekunder dipetik dan ditandai dengan tumbuhnya pucuk tersier serta bentuk perdu yang rata. Pemetikan produksi yang diterapkan di PT Rumpun Sari Kemuning adalah petikan medium. Rumus petikan medium terdiri atas peko dengan satu daun (p + 1), peko dengan dua daun (p+2), peko dengan tiga daun (p+3), pucuk burung dengan satu daun muda (b+1m) dan pucuk burung dengn dua daun muda (b+2m). Pemetikan produksi dilaksanakan terus menerus sesuai dengan gilir petik tertentu sampai tanaman dipangkas kembali.

Tinggi bidang petik. Bidang petik tanaman teh di PT Rumpun Sari Kemuning tumbuh semakin tinggi seiring dengan bertambahnya umur pangkas tanaman. Hasil pengamatan tinggi bidang petik tercantum pada Gambar 6.

Gambar 6. Rata-rata tinggi bidang petik berdasarkan tahun pangkas di PT Rumpun Sari Kemuning pada tahun 2014

Hasil pengamatan tinggi bidang petik yang dilakukan di lapangan menunjukkan pada umur empat tahun tanaman setelah dipangkas memiliki tinggi bidang petik yang paling tinggi sebesar 106.06 cm.

(32)

Diameter bidang petik. Diameter bidang petik bertujuan untuk membentuk bidang petik tanaman teh, agar memudahkan pemetik untuk melakukan pemetikan pucuk tanaman teh untuk mencapai produktivitas yang diharapkan, semakin lebar diameter bidang petik pucuk yang dihasilkan semakin banyak. Umur tanaman teh empat tahun setelah dipangkas semakin lebar diameter bidang petiknya dapat meningkatkan produksi namun pucuk yang dihasilkan banyak pucuk dorman (pucuk burung). Diameter bidang petik tanaman teh diukur dari dua arah yang berbeda, kemudian hasil bidang petik yang telah diukur dirata-ratakan. Kegiatan pengukuran diameter bidang petik tercantum pada Gambar 7, sedangkan hasil pengamatan diameter bidang petik di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning tercantum pada Gambar 8.

Gambar 7. Kegiatan mengukur diameter bidang petik

Sumber : Hasil Pengamatan

Gambar 8. Rata-rata diameter bidang petik berdasarkan umur tanaman setelah di pangkas di PT Rumpun Sari Kemuning

(33)

Tebal daun pemeliharaan. Kegiatan pemetikan lebih optimal dilakukan apabila tebal daun pemeliharaan telah sesuai dengan standar yang diterapkan, karena tebal daun pemeliharaan akan menunjang dalam penyediaan hara dan fotosintat untuk tanaman. Tebal daun pemeliharaan di PT Rumpun Sari Kemuning dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Grafik tebal daun pemeliharaan berdasarkan tahun pangkas di PT Rumpun Sari Kemuning pada tahun 2014.

Hasil pengamatan tebal daun pemeliharaan berdasarkan umur tanaman setelah dipangkas menunjukkan bahwa semakin lama umur tanaman setelah dipangkas maka pertumbuhan daun pemeliharaan semakin tebal. Semakin tebal daun pemeliharaan pada tanaman teh maka semakin banyak daun tua yang dapat menurunkan kualitas hasil.

Perlengkapan pemetikan. Alat yang digunakan yaitu ani-ani, pedang bambu yang berbentuk salib, keranjang dan waring (jaring ikat) (Gambar 10). Ani-ani digunakan untuk memetik pucuk yang telah siap untuk dipetik serta untuk membantu meratakan bidang petik sesuai dengan topografi tanah. Ani-ani digunakan agar bidang petik tidak rusak akibat pemetikan, sedangkan keranjang dan waring digunakan untuk menampung hasil pucuk (Gambar 10).

(34)

dengan dua kali penimbangan pucuk. Penimbangan pucuk pertama dilakukan pukul 09.30 dan penimbangan pucuk kedua dilakukan pukul 12.00. Waktu pemetikan disesuaikan dengan kondisi pucuk di lapangan. Pemetikan dimulai dari tempat yang jauh dari area penimbangan menuju ke tempat yang dekat dengan jalan. Pemetik dilengkapi perlengkapan yang terdiri atas jidar, waring yang terbuat dari jala berkapasitas 25 – 35 kg dan celemek plastik. Pemetik perlu memperhatikan beberapa hal dalam pelaksaan pemetikan, yaitu pucuk yang harus dipetik p+3 dan pucuk burung; pucuk yang harus ditinggal yaitu pucuk yang di pinggir dan pucuk yang masih terlalu muda, untuk dipetik pada rotasi berikutnya; dan pucuk yang harus dibuang yaitu cakar ayam, pucuk burung, dan jambulan.

Jumlah pucuk hasil pemetikan yang berada dalam genggaman dianjurkan jangan terlalu banyak untuk menghindari kerusakan pucuk. Pucuk yang telah dipetik bila sudah memenuhi keranjang selayaknya dipindahkan ke dalam waring dan diletakkan ke tempat pengumpulan hasil untuk dilakukan penimbangan dan pengangkutan. Pucuk yang datang dari kebun ditimbang oleh krani timbang pabrik, kemudian dilakukan pembeberan setelah pucuk ditimbang (Gambar 11). Di PT Rumpun Sari Kemuning tidak terdapat tempat penampungan khusus pucuk sehingga seringkali pucuk dibiarkan di jalan tanpa adanya pelindung baik dari terpaan hujan maupun cahaya matahari. Sistem pemetikan yang dipakai di PT Rumpun Sari Kemuning adalah sistem giring sisir, yaitu pemetik bersama-sama menyelesaikan areal siap petik dengan cara berjajar dari tempat yang terjauh hingga ke tempat yang dekat jalan.

Pemetik seringkali mengabaikan peraturan yang telah ditetapkan perusahaan, yaitu pucuk burung tidak dipetik; pucuk manjing ditinggal, sehingga pada rotasi berikutnya pucuk tersebut sudah terlalu tua; cara memetik yang dijambret; dan pucuk cakar ayam tidak dibuang. Hal tersebut disebabkan oleh pemetik yang hanya berorientasi pada bagaimana mendapatkan hasil sebanyak-banyaknya karena upah yang diperoleh berdasarkan sebanyak-banyaknya jumlah pucuk yang diperoleh (upah borongan). Oleh karena itu peran mandor pemetikan sangat penting untuk mengawasi dan mengatur tenaga kerja pemetik.

Gambar 11. Penimbangan pucuk: (a) kegiatan penimbangan di kebun, (b) kegiatan pembeberan pucuk di pabrik

Sistem pengupahan. Upah tenaga pemetik di PT Rumpun Sari Kemuning berdasarkan pada hasil pucuk basah yang dapat diperoleh tenaga petik dalam satu hari dan ditentukan oleh hasil analisis pucuk sebagai penentu premi. Upah diberikan tiga kali pada setiap bulan, yaitu setiap tanggal 10, 20, dan 30. PT

(35)

Rumpun Sari Kemuning menetapkan upah pemetik sekisar pucuk Rp 400,00 per kg pucuk. Upah dasar pemetik berdasarkan premi dari hasil analisis pucuk kemudian ditambah hasil petikan pucuk yang telah dilakukan. Penimbangan dilakukan oleh kerani timbang di dua tempat yang kemudian dicatat oleh kerani dan mandor blok terkait. Penimbangan pucuk di pabrik dengan timbangan skala lebih besar untuk penghitungan pucuk pada setiap truk yang membawa pucuk dari kebun.

Kapasitas pemetik. Kapasitas pemetik adalah kemampuan pemetik untuk mengambil pucuk dalam satu hari kerja. Kapasitas petik antar pemetik bervariasi setiap hari. Hal tersebut dipengaruhi oleh tingkat keahlian setiap pemetik, cuaca, topografi lahan, dan kondisi serta jumlah pucuk siap petik di lapangan. Basic yield yang ditetapkan oleh PT Rumpun Sari Kemuning adalah 60 kg per pemetik. Rata-rata kapasitas pemetik di beberapa blok dari bulan Febuari – April dapat dilihat di Tabel 5.

Tabel 5. Rata-rata kapasitas pemetik di empat kemandoran pada bulan Februari hingga April 2014

Kemandoran contoh

Kapasitas pemetik

Januari Februari Maret April Rata-rata ...(kg/pemetik/hari)...

A 68.83 66.80 71.61 54.90 65.535

B 60.71 55.65 59.08 70.09 61.382

C 67.06 64.25 66.69 69.27 66.817

D 63.89 67.96 73.51 70.42 68.945

Rata-rata 65.122 63.665 67.472 66.170 65.669

Sumber : Buku Harian Mandor PT Rumpun Sari Kemuning

Hasil rata-rata kapasitas pemetik di empat kemandoran menunjukkan bahwa kapasitas pemetik pada bulan Maret mencapai pendapatan terbesar sebesar 67.472 kg per pemetik per hari sedangkan kapasitas pemetik terendah terdapat pada bulan Februari sebesar 63.665 kg per pemetik per hari. Rendahnya hasil kapasitas pemetik tersebut disebabkan karena pada bulan Februari terjadi wabah abu gunung Kelud yang sangat mempengaruhi aktivitas di perkebunan.

Tenaga pemetik. Tenaga pemetik memegang peranan yang sangat penting dalam mencapai hasil petikan yang optimal. Tenaga kerja pemetik di PT Rumpun Sari kemuning berasal dari permukiman di desa sekitar kebun dan luar kebun.

(36)

Tabel 6. Perbandingan jumlah pemetik di lapangan dengan hasil

Rencana produksi pucuk basah tahun 2014 = 24 470 kg/ha/tahun Absensi/ketidak hadiran pemetik dalam satu tahun = 12 %

Kapasitas pemetik = 60 kg

Hari kerja efektif dalam satu tahun = 293 hari

Luas tanaman menghasilkan = 14.83 ha

Rasio = [produktivitas basah x rendemen] x (100 + absensi) % Kapasitas pemetik x HKE/th

Kebutuhan tenaga pemetik = Rasio x Luas lahan = 1.56 HK/ha x 14.83 ha = 23 HK

. Hasil perhitungan rasio tenaga pemetik dengan perbandingan hasil realisasi di lapangan menunjukkan adanya perbedaan. Tenaga kerja di lapangan sebanyak 91 orang, sedangkan dari hasil perhitungan rasio tenaga pemetik sebesar 99 orang, menunjukkan adanya kekurangan tenaga kerja pemetik realisasi di lapangan yang dapat mempengaruhi hasil produksi.

Tenaga pemetik di PT Rumpun Sari Kemuning merupakan tenaga borongan yang sistem pengupahannya sesuai dengan bobot pucuk yang diperolehnya. Pucuk hasil analisis di atas 40 % harga pucuknya Rp 400,-/kg, sedangkan untuk pucuk dengan analisis pucuk kurang dari 40 %, upah tenaga Rp. 275,-./kg. Norma hari kerja untuk pemetikan adalah 12 HK/ha, sehingga setiap pemetik mendapatkan hanca 0.08 ha/HK, tetapi di PT Rumpun Sari Kemuning untuk kegiatan pemetikan tidak diadakan sistem hanca petik, karena pelaksanaan pemetikan menggunakan sistem hanca giring.

Produksi pucuk berdasarkan umur tanaman setelah dipangkas.

(37)

pemetik. Produksi pucuk yang dihasilkan menurut umur pangkas dan jumlah HOK pemetik tercantum pada Tabel 7.

Tabel 7. Produksi berdasarkan umur tanaman setelah dipangkas dan jumlah HOK pemetik

Sumber : Laporan produksi tanaman PT Rumpun Sari Kemuning 2014

Produksi pucuk, jumlah HOK dan prestasi pekerja naik seiring dengan meningkatnya umur pangkas tanaman teh, kemudian turun pada saat umur tanaman empat tahun setelah dipangkas. Umur tanaman setelah satu tahun dipangkas menghasilkan prestasi 34.1 kg/HOK; setelah dua tahun dipangkas menghasilkan prestasi 30.3 kg/HOK; setelah tiga tahun dipangkas menghasilkan prestasi 33.9 kg/HOK; dan setelah empat tahun dipangkas menghasilkan prestasi 30.7 kg/HOK.

Pengolahan Hasil

Proses pengolahan hasil. Untuk mendapatkan teh hijau dengan kualitas yang baik sesuai dengan standar mutu permintaan pasar, diperlukan suatu program pengolahan yang benar. Tinggi rendahnya kualitas teh sangat dipengaruhi oleh kualitas pucuk dan penanganan setelah pemetikan sampai ke pabrik. Di samping itu diperlukan bahan baku (pucuk) yang bermutu tinggi. Ketentuan yang ditetapkan oleh PT Rumpun Sari Kemuning yaitu petikan medium lebih besar sama dengan 50%. Proses pengolahan teh hijau di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dilaksanakan setelah analisis petik dan analisis pucuk.

(38)

Tabel 8. Hasil analisis petik di PT Rumpun Sari Kemuning bulan April 2014

Petikan halus <5%, dan Petikan medium ≤ 50% (PT Rumpun Sari Kemuning 2014) Keterangan :

Petikan halus = p+1 dan p+2m

Petikan medium = p+2, p+3m, p+3, b+1m, b+2m, dan b+3m

Petikan kasar = p+4 atau lebih, b+1t, b+2t, b+3t, dan b+4t atau lebih Petikan rusak = daun lembaran dan tangkai

Sumber : Hasil Pengamatan

Analisis pucuk. Kegiatan analisis pucuk yaitu memisahkan pucuk yang memenuhi syarat olah (MS) dengan rumus petikan (p+1, p+2, p+3, b+1m, b+2m, b+3m) dan pucuk yang tidak memenuhi syarat olah (TMS) yaitu pucuk tua dan pucuk rusak. Hasil analisis pucuk yang sudah dikelompokkan berdasarkan kriterianya kemudian ditimbang dan dihitung presentasenya. Pucuk dianggap rusak apabila pucuk dan daun terlipat, sobek, atau terinjak. Cara pengambilan sampel pucuk sama seperti pada analisis petik. Hasil analisis pucuk dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Hasil analisis pucuk pada bulan Februari sampai April 2014

Kemandoran contoh

Februari Maret April Rata-rata

(39)

Pelayuan. Proses pelayuan merupakan tahap awal dari proses pengolahan teh hijau. Tujuan pelayuan : (1) untuk menurunkan kadar air menjadi 60 - 70 %; (2) inaktivasi enzim polifenol oksidase sehingga proses fermentasi tidak terjadi; (3) untuk melenturkan pucuk dan daun agar mudah tergulung sehingga mempermudah cairan sel keluar pada saat penggulungan. Ciri-ciri pelayuan yang baik adalah pucuk layu yang berwarna hijau cerah mengeluarkan aroma yang khas dan jika pucuk layu tersebut digenggam dan diperas dengan satu tangan tidak mengeluarkan air, tetapi terasa lengket. Proses pelayuan dilakukan dengan cara menggunakan pembeberan pucuk di lantai pabrik (Gambar 12). Setelah proses pelayuan pucuk selesai, pucuk teh kemudian digiling menggunakan Rotary Panner (RP) dengan kapasitas 350 kg per jam, melalui silinder berputar (25 - 28 rpm) atau 2 silinder yang di kanan dan kirinya dilengkapi dengan kompor untuk memanaskan silinder tersebut (Gambar 12). Suhu yang digunakan adalah 80 sampai 100 °C, selama 5 - 10 menit.

Gambar 12. Proses pelayuan dan penggilingan pucuk: (a) pembeberan di lantai pabrik, (b) mesin giling Rotary Panner

Penggulungan. Penggulungan bertujuan membentuk mutu teh secara fisik karena selama proses terebut pucuk akan dibentuk menjadi gulungan-gulungan kecil. Mesin yang digunakan adalah Orthodox Roller (OR) dengan kapasitas 40 kg dan 140 kg teh yang telah layu (Gambar 13). Pucuk layu yang keluar dari mesin tersebut sel-sel daunnya telah pecah dan bercampur dengan oksigen sehingga kemungkinan untuk terjadinya fermentasi semakin besar. Untuk mencegah terjadinya proses fermentasi tersebut maka segera setelah pucuk keluar dari mesin harus segera dilakukan proses pengeringan.

.

Gambar 13. Mesin Orthodox Roller (OR)

(40)

Pengeringan. Tujuan utama pengeringan yaitu untuk mengurangi kadar air pucuk hingga 40-45%. Selain itu pengeringan bertujuan untuk menghentikan oksidasi enzimatis senyawa polifenol dalam teh. Penurunan kadar air dalam teh bertujuan agar teh dapat tahan disimpan lama. Pengeringan pucuk menggunakan mesin Endless Chain Presser (ECP) (Gambar 14), dengan pengeringan awal menggunakan suhu 110-135 oC. Mesin pengering tersebut terdiri atas empat tingkat bak pengering yang berbeda derajat suhu. Sumber panas yang digunakan adalah uap panas murni yang berasal dari panas bahan bakar kayu yang dihisap oleh blower melalui tungku api besi.

Gambar 14 . Mesin Endless Chain Presser (ECP)

Pengeringan akhir sangat menentukan mutu teh yang dihasilkan. Mesin pengering akhir yang digunakan yaitu Rotary Drier (RD) (Gambar 15) dan mesin pengering Ball Tea. Kedua mesin tersebut berbentuk silinder berputar yang digerakkan oleh electrometer dengan kecepatan putaran 15 - 45 kali per menit. Mesin Rotary Drier (RD) digunakan untuk mengeringkan teh hingga kadar air menjadi 10 – 15 % serta kekeringan merata. Mesin Ball Tea digunakan untuk mengeringkan teh hingga kadar air mencapai 3-4 %, mesin ini juga digunakan membentuk gulungan akhir.

Gambar 15. Mesin Rotary Drier (RD)

Setelah pengeringan akhir selesai, dilakukan pemolesan terhadap teh kering. Pemolesan menggunakan mesin Ball Tea, tetapi tanpa menggunakan

blower dan tanpa panas, hanya menggosokkan teh kering dengan cara diputar. Setelah teh kering selesai dari stasiun pengeringan akhir, kemudian diambil teh kering sampel untuk menentukan aroma, rasa, warna dan presentase dari grade.

(41)

partikel dan membersihkan teh dari serat, tangkai dan debu. Setiap mutu teh mempunyai standar yang berbeda-beda.

Sortasi dilakukan dengan menggunakan mesin kemudian dilanjutkan secara manual apabila hasil sortasi belum baik, terutama untuk mutu grade I. Mesin sortasi yang digunakan di PT Rumpun Sari Kemuning adalah Meksy Layer yang berfungsi untuk memisahkan teh berdasarkan ukuran partikelnya. Untuk memisahkan tulang dan menyeragamkan partikel digunakan mesin

Middleton, sedangkan untuk memisahkan teh kering berdasarkan berat ringannya partikel teh kering digunakan mesin Winnower. Di PT Rumpun Sari Kemuning terdapat dua buah mesin Middleton.

PT Rumpun Sari Kemuning membagi mutu teh menjadi dua grade yaitu

grade I dan grade II. Grade I terdiri atas Cun Mee (CM), Peko Super Kecil (PSK), Peko Super Besar (PSB), sedangkan grade II terdiri atas Kempring, Dust, Tulang dan Lokal (Lampiran 11).

Pengepakan. Proses pengepakan dan pengemasan merupakan tahapan akhir. Pengepakan bertujuan melindungi teh dari kerusakan, memudahkan penyimpanan, dan sebagai alat promosi penjualan. Pengepakan yang dilakukan di PT Rumpun Sari Kemuning bervariasi untuk setiap grade. Pengepakan untuk

grade I (tujuan ekspor) disesuaikan dengan permintaan dari konsumen. Pengepakan untuk grade II bahan yang digunakan adalah karung plastik dan karung inner. Untuk peko super besar pengepakan menggunakan plastik inner, karung plastik, dan karung goni. Karung plastik terluar diberi tanda berwarna biru. Setiap karung beratnya sebesar 50 kg.

Aspek Manajerial

Kegiatan manajerial yang dilakukan penulis di PT Rumpun Sari Kemuning mulai dari kegiatan di kantor, di lapangan hingga di pabrik. PT Rumpun Sari Kemuning merupakan salah satu perusahaan swasta yang bergerak dalam bidang agribisnis dan ekportir teh hijau. PT Rumpun Sari Kemuning menerapkan sistem organisasi lini karena jumlah karyawannya sedikit dan produksinya hanya satu macam yaitu pengolahan teh hijau. Organisasi lini merupakan organisasi yang sederhana dengan struktur organisasi yang jelas sehingga tidak menjadi lempar kewajiban dan tanggungjawab masing-masing jelas. Struktur organisasi perusahaan dapat dilihat pada Lampiran 9. Jumlah karyawan di PT Rumpun Sari Kemuning dapat dilihat pada Lampiran 10.

Administratur/Manajer

(42)

Kepala Tata Usaha

Kepala Tata Usaha bertugas menyiapkan kebutuhan dana kepada masing-masing departemen dari direksi atau kantor head office dan mengatur pembayaran upah sesuai dengan daftar upah yang telah disetujui oleh administratur.

Asisten Afdeling

Asisten afdeling bertugas mengatur rencana kerja harian dan evaluasi pekerjaan sebelumnya, memberikan pengarahan tentang rencana pekerjaan kepada mandor atau supervisi sesuai SOP yang telah disepakati untuk mencapai target produksi. Asisten afdeling mengoreksi kerja harian yang disampaikan oleh para mandor untuk kemudian diserahkan kepada bagian administrasi untuk dijadikan data base dan rencana pembayaran.

Kegiatan selama mendampingi asisten, penulis mengawasi kegiatan pada setiap kemandoran, pengecekan di lapangan dengan asisten, mengawasi karyawan semprot, mengawasi karyawan babat manual, mengawasi pemupukan, melakukan

grading dan mengontrol hasil produksi.

Pendamping Mandor

Mandor adalah karyawan non-staf yang jabatannya berada langsung di bawah asisten. Mandor bertanggungjawab di lapangan terhadap kegiatan teknis. Selain mandor juga terdapat krani yang membantu administrasi di tingkat afdeling. Pekerjaan yang dilakukan penulis dalam tahap ini adalah mendampingi mandor pemupukan, mandor penyemprotan, mandor panen, krani timbang produksi.

Mandor pemupukan. Mandor pupuk wajib mengadakan apel pagi, memberikan pengarahan teknis pemupukan, mengawasi pengeceran pupuk, mengawasi pelaksanaan pemupukan, dan mengecek pekerjaan yang telah dilaksanakan. Apabila pengawasan tidak dilakukan dengan baik, peluang terjadinya penyimpangan cukup besar, misalnya pencurian pupuk atau penebaran pupuk yang tidak merata, sehingga dapat merugikan perusahaan. Realisasi pemupukan dilaporkan setelah kegiatan pemupukan dan dicatat dalam buku mandor serta dicatat dalam peta realisasi yang terdapat di kantor afdeling.

Mandor pemeliharaan. Mandor pemeliharaan bertugas sebagai pengontrol dan mengkoordinir kegiatan pemeliharaan tanaman teh antara lain pengendalian gulma, hama dan penyakit tanaman, serta pemangkasan. Pengawasan perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana perencanaan yang telah dibuat dengan penerapan di lapangan serta meminimalisir kesalahan pada saat pelaksanaan kegiatan.

Mandor panen. Mandor panen wajib memberikan arahan pada karyawan saat apel pagi dan bertanggungjawab membagi hanca, mengontrol hanca pemanen, mengisi buku mandor, koordinasi dengan krani produksi untuk efisiensi panen. Kegiatan saat mengikuti mandor panen adalah mengontrol hanca pemanen.

(43)

PEMBAHASAN

Tinggi Bidang Petik

Tinggi bidang petik pada tanaman teh sangat mempengaruhi produksi pucuk yang dihasilkan pemanen. Menurut Johan dan Dalimoenthe (2009) tinggi bidang petik yang ideal untuk tanaman teh adalah 80-110 cm. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di PT Rumpun Sari Kemuning, tinggi bidang petik tanaman teh umur empat tahun setelah dipangkas berkisar 106.06 cm, nilai tersebut sudah sesuai standar dan ketentuan yang berlaku.

PT Rumpun Sari Kemuning melakukan pemetikan jendangan 3 sampai 5 kali. Menurut Pusat Penelitian Teh dan Kina (2006), pemetikan jendangan umumnya dilakukan 6-10 kali setelah pemangkasan, kemudian diteruskan dengan pemetikan produksi. Hal tersebut tidak sesuai dengan standar di PT Rumpun Sari Kemuning karena pemetikan jendangan yang dilakukan tersebut sudah dianggap mampu mencapai petikan produksi yang dibutuhkan. Surastri (2006) menambahkan, petikan jendangan yang paling efektif terhadap produksi pada pangkasan bersih adalah 10 cm dari bidang pangkas. Semakin tinggi petikan jendangan dilakukan, intensitas serangan hama penyakit akan cenderung meningkat, karena semakin lama tanaman tersebut dijendang maka semakin lama pula kesempatan patogen menghasilkan spora.

Diameter Bidang Petik

Diameter bidang petik mempengaruhi pertumbuhan tanaman teh. Lebar diameter bidang petik tanaman dipengaruhi oleh umur pangkas, kesehatan tanaman, serta macam klon. Hasil pengamatan di PT Rumpun Sari Kemuning diameter bidang petik sudah sesuai dan memenuhi standar, ditunjukkan oleh nilai rata-rata diameter bidang petik berdasarkan umur tanaman setelah dipangkas satu sampai empat tahun berturut-turut adalah 83.5 cm; 97.2 cm; 105.2 cm; dan 133.8 cm. Diameter bidang petik semakin lama umur tanaman teh setelah dipangkas maka tanaman semakin lebar diameter bidang petiknya. Keadaan tersebut memudahkan pemetik saat melakukan pemetikan untuk mencapai produktivitas yang meksimal.

Tebal Daun Pemeliharaan

(44)

umur tanaman teh setelah dipangkas, nilai tersebut menujukkan ketidaksesuaian dengan literatur. Pada umur tanaman teh 4 tahun setelah dipangkas menghasilkan daun pemeliharaan yang lebih tebal. Hal ini disebabkan topografi lahan di Blok OA 3 yang curam, dan terkena angin sehingga banyak daun pemeliharaan yang rontok. Untuk menghindari kehilangan daun pemeliharaan diperlukan gilir petik yang lebih panjang untuk membentuk daun pemeliharaan baru.

Hanca dan Gilir Petik

Hanca petik yang dilaksanakan di lapangan sering berbeda dengan hanca yang telah diperhitungkan atau diprediksikan oleh perusahaan. Hanca petik pada tiap blok berbeda-beda bergantung pada luas lahan, siklus petik dan jumlah tenaga kerja yang diatur oleh setiap mandor blok tersebut. Hanca petik yang tidak dapat diselesaikan dalam sehari, maka harus dilanjutkan pada hari selanjutnya. Apabila hal tersebut berlangsung terus menerus maka pucuk di kebun akan terlambat dipetik sehingga pucuk akan kaboler (Laila 2012).

Ketinggian tempat dapat menentukan gilir petik tanaman teh. Menurut PPTK Gambung (2010) pertumbuhan tanaman teh yang terletak di dataran tinggi memiliki kecepatan pertumbuhan pucuk yang lebih lambat dibandingkan dengan tanaman teh yang terletak di dataran rendah, karena tanaman teh mendapatkan intensitas cahaya dan suhu yang rendah serta kelembaban yang tinggi. PT Rumpun Sari Kemuning berada pada ketinggian sedang yaitu berkisar 700 sampai dengan 1 200 meter di atas permukaan laut (m dpl), sehingga ditetapkan gilir petik berkisar 9 sampai dengan 12 hari. Berdasarkan hasil pengamatan gilir petik di blok-blok PT Rumpun Sari Kemuning sesuai dengan standar yang ditetapkan kebun (Tabel 3).

Kapasitas dan Tenaga Pemetik

Kapasitas pemetik adalah realisasi jumlah pucuk yang dapat dipetik oleh seorang pemetik dalam satu hari kerja. Standar Basic Yield per HK di PT Rumpun Sari Kemuning adalah 60 kg. Kapasitas pemetik bergantung pada kondisi pucuk di lapangan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: cuaca, populasi tanaman, keterampilan para pemetik dan topografi areal yang dipetik.

(45)

atau ada suatu acara yang tidak bisa ditinggalkan, maka secara otomatis pemasukan pucuk daun teh yang diperoleh akan berkurang, karena berkurangnya pegawai yang bertugas memetik teh. Penyebab lain yang mempengaruhi tenaga kerja yaitu minat penduduk setempat untuk menjadi pemetik karena upah yang diterima sangat minim. Kekurangan tenaga kerja petik dapat diatasi dengan menaikkan upah pemetik dan menggunakan alat bantu seperti mesin petik atau gunting petik agar lebih optimal dalam pemetikan.

Produksi Berdasarkan Umur Pangkas

Tingkat produksi merupakan salah satu kriteria untuk melakukan pemangkasan. PT Rumpun Sari Kemuning memiliki hasil produksi yang beragam menurut umur tanaman setelah dipangkas pada tahun 2013. Pada blok dengan umur tanaman dipangkas satu tahun sampai tiga tahun mengalami peningkatan produksi, umur tanaman dipangkas tiga tahun mencapai produksi maksimum dengan peningkatan produksi sebesar 33.9 kg/HOK, tetapi pada umur tanaman dipangkas empat tahun setelah pangkas produksi mengalami penurunan menjadi 30.7 kg/HOK. Kegiatan produksi sangat erat kaitannya dengan HOK yang dibutuhkan pada pemetikan pucuk teh. Jumlah HOK menunjukkan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam melakukan kegiatan pemanenan pucuk teh. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menaikkan hasil produksi yaitu dengan meningkatan jumlah pemetik.

Analisis Petik dan Analisis Pucuk

Analisis hasil petikan merupakan penilaian terhadap hasil petikan dari para pemetik di lapangan. Analisis petik bertujuan untuk menilai keterampilan pemetik, menilai kesehatan tanaman, dan menilai kondisi kebun (Dalimoenthe 1999). Presentase petikan halus di bawah 5% dan petikan medium 70% menunjukkan bahwa pemetikan dilakukan di atas bidang petik (PPTK Gambung 2010). Sedangkan ketentuan PT Rumpun Sari Kemuning untuk petikan medium sebesar 50%, nilai tersebut menunjukkan masih kurang memenuhi ketentuan literatur petikan medium 70% disebabkan adanya pengaruh cara pemetikan, kondisi tanaman, dan gilir petik.

Gambar

Grafik tebal daun pemeliharaan berdasarkan berdasarkan tahun
Tabel 1. Produksi dan produktivitas teh di PT Rumpun Sari Kemuning
Gambar 1. Kegiatan pengendalian gulma: (a) pengendalian gulma secara
Gambar 3. Pemangkasan tanaman teh: (a) secara manual, (b) secara mekanis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Secara umum dapat dijelaskan bahwa dana per- imbangan sangat berperan penting dalam merangsang pertumbuhan ekonomi, sehingga menjadi bagian dari perhatian khusus bagi

Secara umum tujuan penelitian adalah: untuk mengetahui berapa besarnya biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi dalam pengadaan bibit di persemaian serta

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, dipilih sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak menggambarkan dan menguraikan penerapan serta

Lights menthol versi lukisan Monalisa di media cetak, dengan teori yang digunakan antara lain : teori iklan dengan pendekatan semiotik Charles S.. Metode yang digunakan

Pengukuran tenaga kerja terampil menggunakan pendekatan penyesuaian westinghouse dengan mengadopsi faktor keterampilan, sedangkan untuk mengetahui keberlangsungan

Daya putus daging terendah didapat pada level penambahan ampas VCO 2,0% dalam pakan yaitu 3,38 kg/cm 2 , hal ini disebabkan karena daging pada perlakuan ampas VCO 2,0% memiliki

dapat disimpulkan bahwa adanya hamabatan yang besar bagi pendatang baru dan memiliki hubungan yang baik dengan pemasok dapat menjadi peluang bagi UD.Budi Veneer

rumusan masalah sesuai dengan permasaahan strategi bersaing, oleh karna itu, maka rumusan masalah yang di kemukan adalah apa sajakah faktor- faktor kunci keberhasilan