• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMAKNAAN IKLAN LA.LIGHTS MENTHOL VERSI “LUKISAN MONALISA DI MEDIA CETAK (Studi Semiotik Pemaknaan Iklan LA. Lights Menthol Versi “Lukisan Monalisa” di Media Cetak).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMAKNAAN IKLAN LA.LIGHTS MENTHOL VERSI “LUKISAN MONALISA DI MEDIA CETAK (Studi Semiotik Pemaknaan Iklan LA. Lights Menthol Versi “Lukisan Monalisa” di Media Cetak)."

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

MEDIA CETAK

(Studi Semiotik Tentang Pemaknaan Iklan L.A Lights Menthol versi “Lukisan Monalisa” di Media Cetak)

SKRIPSI

Oleh :

AYU SETYONINGRUM NPM : 0643010282

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

v ii

ABSTRAKSI

AYU SETYONINGRUM (0643010282) PEMAKNAAN IKLAN LA. LIGHTS MENTHOL VERSI “LUKISAN MONALISA DI MEDIA CETAK (Studi Semiotik Pemaknaan Iklan LA. Lights Menthol Versi “Lukisan Monalisa” di Media Cetak).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pemaknaan yang ada pada iklan rokok LA. Lights menthol versi lukisan Monalisa di media cetak, dengan teori yang digunakan antara lain : teori iklan dengan pendekatan semiotik Charles S. Pierce.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini, menggunakan metode Charles S. Pierce dikarenakan tanda dalam ilustrasi iklan LA. Lights menthol versi “Lukisan Monalisa” di media cetak terdapat berbagai makna yang sesuai dengan teori tanda milik Charles S. Pierce.

Dari hasil penelitian ini visualisasi iklan rokok LA. Lights menthol di media cetak secara keseluruhan adalah tentang produk LA Lights menthol memang menggunakan bahan alami langsung dari alam yang memberikan cita rasa dingin dan kesegaran 100% menthol alam, berbeda dengan produk-produk rokok menthol yang beredar dipasaran.

(3)

v iii

ABSTRACT

AYU SETYONINGRUM (0643010282) THE MAKING OF ADVERTISING LA. LIGHTS MENTHOL VERSION “PAINTINGS MONALISA” IN PRINT MEDIA (Semiotic Study Of The Making Of Advertaising LA. Lights Menthol Version “Painting Monalisa” In The Print Media).

The purpose of this study was to determine the meanings that exist in cigarette advertisements LA. Lights menthol version of the Monalisa painting that exist in newspaper, with the theories used include : the theory of the semiotic approach to advertaising with Charles S. Pierce.

The method used in study, using the method Charles S. Pierce because of the sign in advertising illustration LA. Menthol lights version of “Painting Monalisa” in the print media there are different meanings according to the theories of Charles S. Pierce signs.

From the results of this research visualization LA cigarette advertising. Menthol Lights in the print media as a whole is about LA cigarette products. Menthol Light is using natural ingredients straight from nature that provides cool and refreshing taste of 100% natural menthol, in contrast to menthol cigarette products in the market.

(4)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Iklan merupakan suatu proses komunikasi yang mempunyai kekuatan

sangat penting sebagai alat pemasaran yang membantu menjual barang,

memberikan pelayanan serta gagasan atau ide-ide melalui saluran tertentu dalam

bentuk informasi persuasif. Iklan adalah segala bentuk pesan tentang suatu produk

yang akan disampaikan melalui media, yang ditujukan kepada sebagian atau

keseluruh masyarakat. Pesan dalam iklan harus dibuat secara sesingkat mungkin,

karena para konsumen jarang sekali bersedia meluangkan waktu yang cukup lama

untuk melihat sebuah iklan. Pesan dibuat sederhana namun mampu memberikan

dampak yang seketika. Salah satu senjata utama dalam dunia periklanan adalah

bahasa, penggunaan bahasa yang tepat (belum tentu baik dan benar) akan sangat

menentukan apakah “dagangan” laku apakah tidak.

Iklan adalah proses penyampaian pesan atau informasi kepada sebagian /

seluruh khalayak dengan menggunakan media iklan. Periklanan didefinisikan

sebagai kegiatan berpromosi atau berkampanye melalui media massa (Wibowo,

2003 : 5). Awalnya iklan merupakan sebuah produk yang diciptakan untuk

memenuhi kebutuhan pemasang iklan. Untuk maksud tersebut pengiklan

memanfaatkan kekuatan pencitraan terhadap suatu produk atau gaya yang akan

dipasarkan dengan perantara media massa, sehingga iklan dapat menjadi realitas

(5)

merupakan instrumennya. Produk iklan dapat dilihat juga sebagai improvisasi

melalui trik-trik iklan. Iklan juga menunjukkan bagaimana keniscayaan pasar atau

kemajuan ekonomi beroperasi melalui dunia tanda-tanda, bahasa, atau kata-kata.

Periklanan adalah bisnis yang besar, investasi besar-besaran ini menunjukkan

bahwa banyak perusahaan yang memiliki keyakinan akan efektifitas periklanan.

Secara umum periklanan dihargai karena karena dikenal sebagai pelaksana

beragam fungsi penting komunikasi yang penting bagi perusahaan bisnis dan

organisasi lainnya (Shimp, 2003 : 357).

Iklan yang baik adalah iklan yang dapat dipahami dari tiga segi yaitu

kreatifitas, efektifitas dan normatif. Dari segi kreatif, iklan yang baik adalah

iklan yang memiliki konsep penyampaian pesan yang baik, menarik serta

penggambaran yang melibatkan estetika dan komunikatif. Dari segi efektifitas,

iklan yang baik adalah yang memiliki daya jual produk yang diinginkan selain

itu dapat membangun citra produk. Sedangkan segi normatif, iklan yang baik

adalah iklan yang dibuat memenuhi kaidah-kaidah, norma-norma maupun

aturan yang berlaku.

Sebuah iklan disebut efektif bila pesan yang terdapat dalam iklan

tersebut mampu menggambarkan apa yang dikehendaki oleh komunikator

secara tepat dan apa yang dituangkan dalam pesan iklan tersebut mampu

dipersepsi dan dimengerti secara sama oleh khalayak dengan apa yang

dikehendaki oleh komunikator. Melalui pesan yang efektif ini diharapkan

pesan akan mampu memberikan dampak tertentu pada khalayak yang sesuai

dengan yang dikehendaki oleh komunikator. Dengan tuntutan agar iklan dapat

dipersepsi dengan baik oleh khalayak dan mampu diingat dibenak mereka,

(6)

pembuatan iklan produk mereka sesuai dengan segmentasi dari produk.

Melalui biro-biro iklan suatu perusahaan berlomba-lomba menciptakan

karakter yang kuat akan produknya. Hal tersebut mendorong tim kreatif suatu

biro iklan untuk menciptakan ide-ide segar dan inofatif dalam pembuatan

sebuah iklan. Iklan yang efektif memiliki kemungkinan terbesar terjadi sebuah

pembelian, pesan verbal dan nonverbal, bahasa yang digunakan dalam iklan,

sound efek dan visual efek dan tehnik membangkitkan motifasi konsumen.

Sasaran akhir periklanan adalah terjadinya penjualan, karena itu periklanan

tidak boleh membohongi menyesatkan konsumen. Apabila terjadi pasti akan

menjerakan masyarakat sehingga akan menjadi bumerang bagi produsen dan

perusahaan periklanan itu sendiri.

Perkembangan industri periklanan nasional saat ini, tidak dapat

dilepaskan dari peran penting iklan dalam mata rantai strategi pemasaran

sebuah perusahaan. Dalam hal ini iklan berfungsi untuk mengubah atau

mempengaruhi sikap-sikap khalayak, khususnya yang menjadi konsumen dari

brand yang diiklankan tersebut, dimana tujuan periklanan komersial adalah

membujuk khalayak untuk membeli produk A bukannya produk B. Iklan pada

dasarnya adalah produk kebudayaan massa. Produk kebudayaan masyarakat

industry yang ditandai oleh produksi dan konsumsi massal. Kepraktisan dan

pemuasan jangka pendek antara lain merupakan nilai-nilai kebudayaan massa

(Jefkins, 1997 : 17-27). Periklanan di media massa menciptakan kesadaran

akan merk, menyalurkan informasi produk, dan membangun citra positif.

Tujuan periklanan adalah tujuan-tujuan yang diupayakan untuk

dicapai oleh periklanan. Membujuk konsumen untuk melakukan sesuatu

(7)

jasa yang diiklankan). Remainding, iklan menjaga agar merek perusahaan

tetap segar dalam ingatan para konsumen. Agar periklanan dapat menarik dan

berkomunikasi dengan khalayaknya dalam cara tertentu sehingga

membuahkan hasil yang diinginkan, pengiklan pertama-tama harus memahami

khalayak mereka. Mereka harus mengakrabkan diri dengan cara berfikir para

konsumen, dengan faktor-faktor yang memotivasi mereka, serta dengan

lingkungan dimana mereka hidup (Lee, Johnson, 2004 : 108). Manfaat iklan

yang terbesar adalah membawa pesan yang ingin disampaikan oleh produsen

kepada khalayak ramai. Iklan dapat menjangkau daerah yang luas secara fisik

tidak dapat/sulit dijangkau oleh produsen. Iklan juga bisa memberikan

informasi, berita-berita up to date kepada konsumen mengenai

komuditi-komuditi dan sekarang ini iklan tidak sekedar menyampaikan informasi

tentang suatu produk (ide jasa dan barang) tetapi iklan sekaligus memiliki sifat

”mendorong” dan membujuk agar orang menyukai, memilih kemudian

membeli produk tersebut. Bentuk primitif suatu iklan adalah teriakan para

pedagang keliling yang berkeliling menjajakan dagangannya dari rumah

kerumah. Dalam perkembangan terakhir iklan sudah mencapai pemanfaatan

kecanggihan tehnologi dan media interaktif seperti televisi, radio, surat kabar,

majalah, tabloid dan dunia cyber yaitu melalui internet dengan beragam

bentuknya.

Media iklan seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, tabloid,

internet dan lain sebagainya juga menyajikan berbagai macam bentuk iklan.

Masing-masing media mempunyai cara pengemasan beragam dalam membuat

iklan yang disesuaikan dengan segmentasi khalayaknya, orientasi internal dari

(8)

yang paling cocok bagi iklan konsumen biasanya adalah media yang diminati

secara luas, dibaca oleh banyak lapisan sosial atau kelompok ekonomi dalam

masyarakat.

Media cetak sebagai salah satu media massa yang merupakan suatu

media yang statis dan mengutamakan pesan visual. Menjadi media yang

paling dipilih oleh para pengiklan karena pengiklan dapat bebas memilih

pesan mana yang akan diprioritaskan dan cocok untuk pemasang iklan (Kasali,

1992 : 107). Seperti halnya dengan media komunikasi yang lain (media

audio/media audio visual), fungsi utama media cetak adalah sebagai wahana

penyampaian pesan dan sekaligus sebagai media penghibur yang dapat

memuaskan perasaan keindahan pemirsanya. Media cetak merupakan suatu

dokumen yang merekam berbagai peristiwa dalam kehidupan masyarakat,

yang ditangkap oleh jurnalis atau desainer yang kemudian diubah dan

selanjutnya dalam bentuk informasi berupa informasi yang berupa kata-kata,

gambar dan sebagainya.

Fleksibelitas merupakan kekuatan terbesar media cetak khususnya

surat kabar. Pengiklan dapat menyesuaikan materi iklannya agar sesuai dengan

prefensi pembelian, kemampuan untuk menyajikan materi pesan dengan rinci

merupakan kekuatan lain dari surat kabar. Informasi produk yang rinci dan

halaman editorial digunakan sebagai periklanan dalam surat kabar yang tidak

dapat disejajarkan dengan media massa lainnya. Waktu yang tidak terbatas

membuat pengiklan mengaitkan materi iklannya dengan perkembangan pasar

(9)

Sebuah iklan tidak akan ada tanpa adanya pesan. Tanpa pesan iklan

tidak akan berwujud. Iklan diciptakan komunikator karena ingin ditujukan

kepada khalayak tertentu. Dalam dunia periklanan, khalayak sasaran

cenderung bersifat khusus. Pesan yang disampaikan tidak dimaksudkan untuk

diberikan kepada semua orang, melainkan kelompok target audience tertentu.

Sasaran khalayak yang dipilih tersebut didasarkan pada keyakinan bahwa pada

dasarnya setiap kelompok khusus audience memiliki kesukaan, kebutuhan,

keinginan, karakteristik, dan keyakinan khusus. Dengan demikian pesan yang

diberikan harus dirancang khusus dan disesuaikan dengan target (Widyatama,

2007 : 22). Iklan media massa merupakan salah satu iklan yang dalam

penggambaran kelebihannya melalui berbagai penggambaran. Suatu iklan juga

mendasarkan konsep-konsep pada segmen yang dituju.

Dalam komunikasi periklanan, yang digunakan bukanlah hanya bahasa

sebagai alat untuk menyampaikan isi pesannya, tetapi juga alat komunikasi

lainnya seperti gambar, warna dan bunyi. Masih sering kita jumpai suatu

perusahaan dalam mengiklankan produknya, produk tersebut tidak

ditampilkan secara langsung. Daya tarik iklannya hanya menampilkan logo

dari produk tersebut, warna beserta kalimat pesan yang mengandung makna

konotatif. Melalui visualisasi iklan, seluruh pesan dalam iklan semestinya

merupakan pesan yang efektif. Yang berarti pesan yang mampu

menggerakkan khalayak agar mereka mengikuti apa isi pesan tersebut. Semua

iklan yang dibuat oleh perusahaan periklanan dapat dipastikan memiliki tujuan

tertentu, yaitu berupa dampak tertentu di tengah-tengah khalayak. Sia-sia

rasanya bila membuat pesan iklan namun tidak mempunyai maksud

(10)

Iklan yang baik adalah iklan yang dibuat memenuhi kaidah dan

norma-norma yang berlaku dan telah ditetapkan oleh pemerintah. Hal ini yang perlu

diketahui oleh para produsen dan biro periklanan dalam menciptakan sebuah

iklan. Dengan peraturan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah tersebut,

tidak semua produk bisa bebas mengekspresikan dalam pembuatan sebuah

iklan. Salah satu produk tersebut adalah produk rokok, dimana sebuah iklan

rokok hanya boleh menampilkan image atau citra produk tanpa adanya

perwujudan dari produk rokok tersebut. Dengan adanya peraturan yang

tersebut pembuatan idea atau konsep dalam iklan produk rokok cenderung

lebih sulit dibanding pembuatan produk iklan yang lainnya.

Para biro iklan harus mematuhi Tata Krama dan Tata Cara Periklanan

Indonesia (TKTCPI) sebagai berikut :

1. Iklan tidak boleh mempengaruhi atau merangsang orang untuk

merokok.

2. Iklan tidak boleh menyarankan bahwa tidak merokok adalah hal

yang tidak wajar.

3. Iklan tidak boleh menyarankan bahwa merokok adalah sehat dan

bebas dari gangguan kesehatan.

4. Iklan tidak boleh ditujukan terhadap anak dibawah 16 tahun dan

atau wanita hamil, atau menampilkan mereka dalam iklan (Kasali,

1992 : 213).

Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia (TKTCPI) di atas

semakin memberatkan dan mempersempit ruang gerak para produsen beserta

biro iklan rokok untuk menampilkan produk mereka menjadi sebuah iklan di

(11)

menciptakan karakter yang kuat atas produknya. Hal tersebut mendorong

produsen beserta biro iklannya menampilkan ide, konsep-konsep yang lebih

kreatif sehingga bisa memvisualisasikan sebuah iklan rokok tanpa harus

menampilkan perwujudan rokok akan tetapi konsumen tetap dapat mengerti jenis

produk yang diiklankan. Untuk memenuhi etika periklanan yang sudah ada para

produsen dan biro iklan rokok biasanya mengambil jalan manipulatif dengan

cara menampilkan image dari produk rokok tersebut. Untuk memudahkan para

konsumen mengerti isi pesan yang ingin disampaikan biro iklan dan produsen

lebih menonjolkan pemakaian slogan atau keyword (kata kunci) yang mudah

diingat oleh para konsumen.

Semakin banyak perusahaan rokok yang bermunculan tentu semakin

banyak juga iklan rokok yang beredar di media massa. Sejauh ini hampir

semua iklan rokok pada umumnya menunjukkan laki-laki macho, pembrani,

bertubuh kekar, dan pahlawan. Di dalam iklan mereka sangat jelas

menunjukkan sisi maskulinitasnya, misalnya dalam iklan tersebut sang pria

pemberani tersebut menampilkan adegan-adegan menantang dan berbahaya

yang menampilkan kekuatan otot, kejantanan, sikap kesatria, mampu

menaklukkan halangan dan rintangan seberat apapun itu. Tampilan iklan

belakangan ini, baik ditayangkan TV maupun media cetak selain dipenuhi

gaya cowok parlente juga banyak bertaburan aksi wania cantik dan seksi.

Memang sejauh ini bintang iklan rokok selalu identik dengan wanita yang

cantik dan seksi, pria tampan dan jantan dan hal lain yang berbau ketenaran.

Penampilan yang berbeda justru ditampilkan iklan rokok LA. Lights

Menthol versi “Lukisan Monalisa” yang menggigil kedinginan karena terkena

(12)

adalah sebuah produk rokok yang diproduksi oleh PT Djarum yang berasal

dari Kudus, Jawa tengah. Djarum merupakan salah satu perusahaan rokok

terkemuka tiga perusahaan rokok terbesar (selain Gudang Garam dan

Sampoerna) dan cukup dikenal khalayak Indonesia. Selain memproduksi LA.

Lights Menthol, PT Djarum juga memproduksi berbagai macam variant, jenis

produksi PT Djarum sendiri seperti Djarum 76, Djarum Cokelat, Djarum

Istimewa, Djarum Nuu Mild, LA Lights dan La Menthol, Djarum black slim,

Djarum Black tea, Djarum Original dan Djarum dengan beraneka variant rasa.

LA. Lights Menthol memiliki target sasaran, yaitu pria ban berumur 17-30

tahun dan dengan segmentasi menengah keatas. Segmen adalah kelompok

masyarakat tertentu yang menjadi sasaran penjualan suatu produk segmen

harus diketahui creator iklan, agar iklan yang dihasilkan dapat diterima oleh

sasaran produk tersebut.

Iklan yang dimuat di televisi maupun salah satu iklannya dimuat juga

di media massa khususnya surat kabar. Dengan versi “Lukisan Monalisa”

yang sedang menggigil kedinginan diharapkan mampu menarik dan

diharapkan mampu menyedot target sasarannya. Peneliti merasa tertarik

melakukan penelitian berkaitan dengan keunikan dan daya tarik iklannya yang

membuat penasaran, dengan menampilkan sebuah lukisan terkenal yang

dibuat pada abad ke 16 yang terkenal karya Leonardo da Vinci seorang

seniman Yunani dalam sebuah iklan produk rokok. Lukisan yang masih

menyimpan banyak misteri tentang siapa sebenarnya wanita yang ada di

Lukisan tersebut. Sebuah lukisan tua yang telah berumur lebih dari 500 tahun

yang digantung di salah satu sudut dinding Museum Louvre di kota Paris,

(13)

ragukan lagi kecantikannya. Dia kelihatan menghadap kearah sang pelukis

dengan kedua pergelangan tangannya dirapatkan antara satu sama lain.

Lukisan setengah badan ini menggambarkan senyuman seorang wanita yang

tatapannya menuju pengunjung dengan ekspresi yang sering dideskripsikan

senyuman yang misterius. Nama atau judul lukisan ini adalah Lukisan

Monalisa, seorang wanita bangsawan yang bernama Lisa Gerradini istri dari

seorang saudagar kaya raya berasal dari Florence, Italia. Lukisan yang

menyimpan banyak misteri tentang senyumannya juga terletak pada bola

matanya yang memandang jauh keluar, yang jika dilihat dari berbagai sudut

pandangan wanita dalam lukisan tersebut dapat berubah-ubah.

Dari sejarah lukisan Monalisa yang masih menyimpan banyak misteri,

membuat ide baru pembuatan iklan rokok LA Lights Menthol. Mengingat

lukisan tersebut cukup terkenal maka dijadikannya ikon lukisan Monalisa

tersebut dalam iklan rokok LA. Lights Menthol, karena iklan ini iklan rokok

menthol dimana perusahaan rokok ini mempunyai taqline “100% menthol

alam” Lukisan Monalisa yang semula hanya tersenyum dan merekatkan kedua

tangannya dengan pandangan menuju arah kedepan, divisualisasikan menjadi

Lukisan Monalisa yang merekatkan kedua tangannya sampai ke bagian

lengan, pigura yang jadi tempat lukisan tersebut diselimuti oleh kristalisasi es

yang sudah membeku dan ditaburi daun menthol. Karena kali ini konsep yang

di usung oleh LA. Lights Menthol kesegaran dan keaslian menthol alam yang

sampai membuat Lukisan Monnalisa yang awalnya senyumannya menyimpan

kemisteriusan menjadi menggigil dan merasakan kesegaran menthol alam dari

(14)

Iklan LA. Lights Menthol versi “Lukisan Monnalisa” memiliki pesan

nonverbal yang sebenarnya ditujukan untuk mengkomunikasikan kesegaran

dan keaslian menthol alam yang terkandung di dalam produk itu sendiri.

Namun keterbatasan visual dalam iklan media cetak untuk mengungkapkan

bagaimana sensasi rokok LA. Lights Menthol dengan mengandalkan perilaku

nonverbal pada gambar lukisan tersebut dengan maksud agar khalayak

mengerti bahwa rokok LA. Lights Menthol memang mengandung 100%

menthol alam yang memberikan sensasi dingin.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti merasa tertarik untuk

mengungkap makna dibalik iklan LA. Lights Menthol versi “Lukisan

Monnalisa” menggunakan model dasar pendekatan semiotik Charles S. Pierce.

Menurut Pierce sebuah tanda itu mengacu pada sebuah acuan dan representasi

adalah fungsi utamanya. Semiotik dipandang sebagai cara untuk membuat

struktur pesan, berbagai jenis tanda dan makna dari tanda tersebut kemudian

dipahami dan dimengerti oleh individu. Karena didalam iklan ini tersirat

berbagai makna maka digunakannya ikon, indeks, dan simbol untuk

mengklasifikasikan sebuah tanda secara tepat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

“Bagaimana Pemaknaan Iklan LA. Lights Menthol versi “Lukisan Monnalisa”

(15)

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pemaknaan

pada iklan rokok LA. Lights Menthol versi lukisan Monnalisa di media cetak.

1.4 Manfaat Penelitian

Terdapat 2 (dua) manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini, yaitu :

1. Manfaat Teoritis

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi atau

landasan pemikiran pada Ilmu Komunikasi mengenai analisis dan mengkaji

lebih dalam makna simbol-simbol yang terdapat dalam iklan.

2. Manfaat Praktis

Dari hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan para praktisi periklanan

dalam kaitannya dengan penciptaan konsep-konsep iklan yang akan

diluncurkan ketengah khalayak. Dan di sisi lain dapat memberikan suatu

wacana pada masyarakat agar bisa lebih mencermati iklan-iklan yang

(16)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Iklan Media Cetak

Iklan pada dasarnya adalah produk kebudayaan massa. Produk

kebudayaan masyarakat industri yang ditandai oleh produksi dan konsumsi

massal. Kepraktisan dan pemuasan jangka pendek antara lain merupakan

nilai-nilai kebudayaan massa (Jefkins, 1997 : 27). Artinya, massa dipandang tidak

lebih sebagai konsumen. Hubungan antara produsen dan konsumen adalah

hubungan komersial semata. Interaksinya tidak ada fungsi lain selain

memanipulasi kesadaran, selera, dan perilaku konsumen.

Iklan merupakan sebuah produk yang diciptakan untuk memenuhi

kebutuhan pemasang iklan. Untuk maksud itu pengiklan memanfaatkan

kekuatan pencitraan terhadap suatu produk atau gaya yang akan dipasarkan

dengan perantara media sehingga iklan akan menjadi realitas baru dari produk

komunitas yang disediakan. Iklan juga menunjukkan bagaimana keniscayaan

pasar atau kemajuan ekonomi beroperasi melalui tanda-tanda, bahasa atau

kata.

Menurut Wright dalam Liliweri (1992 : 20), iklan merupakan suatu

proses komunikasi yang mempunyai kekuatan sangat penting sebagai alat

(17)

gagasan atau ide-ide melalui saluran tertentu dalam bentuk yang persuasif.

Dengan demikian iklan tidak hanya menjalankan fungsi ekonomi saja, tetapi

iklan juga memainkan peran yang kompleks dalam masyarakat, maka dari itu

iklan menjadi suatu komunikasi sosial. Iklan sebagai bentuk komunikasi sosial

bertugas memberitahu pada setiap individu mengenai apa saja yang harus

dibeli agar mereka dikatakan mengikuti trend.

Dalam memasarkan produknya, suatu perusahaan membutuhkan

media untuk beriklan. Iklan akan mampu menjangkau khalayak sasaran

didaerah yang sulit dijangkau secara fisik, dengan melalui penggunaan media

massa, baik media cetak maupun media elektronika.

Definisi iklan media cetak menurut Nuryanto (1993 : 5), adalah segala

bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan melalui media cetak dan

dibiayai oleh pemrakarsa serta ditujukan kepada khalayak sasarannya.

Iklan-iklan yang di muat di media cetak adalah Iklan-iklan-Iklan-iklan yang muncul di kalangan

khalayak sasaran dalam bentuk publikasi berupa barang cetakan, misalnya :

poster, brosur, pamflet serta iklan-iklan pada surat kabar dan majalah.

Media cetak adalah suatu media yang statis dan mengutamakan

pesan-pesan visual. Media ini terdiri dari lembaran dengan sejumlah kata, gambar

atau foto, dalam tata warna dan halam putih. Fungsi utama media cetak adalah

memberi informasi dan menghibur. Media cetak adalah suatu dokumen atas

segala hal yang dikatakan orang lain dan rekaman peristiwa yang ditangkap

oleh seorang jurnalis dan diubah dalam bentuk kata-kata, gambar, foto dan

(18)

Media cetak menurut Eric Barnow disebut “printed page” adalah

meliputi segala barang yang dicetak, yang ditujukan untuk umum atau untuk

suatu publik tertentu. Dengan demikian yang dimaksud adalah meliputi surat

kabar, majalah serta segala macam barang cetakan yang ditujukan untuk

menyebarluaskan pesan-pesan komunikasi. Media cetak itu sendiri

pengertiannya adalah media statis yang mengutamakan pesan visual yang

terdiri dari lembaran, sejumlah kata, gambar atau foto. Umumnya media cetak

lini atas yang digunakan sebagai media periklanan adalah surat kabar dan

majalah, sedangkan media cetak lini bawah yang digunakan berupa pamfleat,

brosur, poster dan sebagainya

(http://www.google.com/search?hl=en&client=opera&hs=gcj&rls=q=definisi+

iklan+media+cetak=search) diakses 20 Agustus 2010.

Menurut Agustrijanto (2002 : 116), pemasangan iklan di media cetak

(koran, majalah, tabloid) termasuk sesuatu yang paling dicari para pemasang

iklan dan biro iklan karena tergolong praktis, cepat dan harga terjangkau.

Istilah iklan koran yang akrab di telinga masyarakat menunjukkan jika media

cetak menempati posisi penting. Daya jangkau dan edar koran bisa sampai ke

pelosok. Perkembangan jaman telah menciptakan segmentasi dan

mengidentifikasi koran menurut karakteristik sosial, ekonomi dan pendidikan

para pembacanya.

Seperti media periklanan lainnya, media cetak juga memiliki kelebihan

serta keterbatasan. Berikut ini beberapa kelebihan yang dimiliki oleh media

(19)

1. Jangkauan khalayak lebih luas

2. Kemampuan untuk menyajikan materi pesan dengan rinci

3. Waktu yang tidak terbatas

4. Fleksibel

Selain memiliki kelebihan tentunya media cetak juga memiliki

kelemahan-kelemahan dibandingkan media lainnya :

1. “Clutter” (ketidak beraturan)

2. Bukan media yang selektif

3. Komposisi pembaca bisa berubah (Shimp, 2003 : 515).

Jadi, iklan media cetak adalah pesan atau informasi tentang suatu

produk atau jasa yang disampaikan kepada khalayak dengan menggunakan

media-media cetak seperti koran, brosur, majalah, dan lain-lain sebagai

perantara.

Dalam pengertian ini, media cetak yang digunakan sebagai media

untuk periklanan dibatasi pada surat kabar dan majalah. Pengaruh iklan yang

ditampilkan media cetak terhadap pembacanya mampu memberikan

pengetahuan tambahan maupun pengetahuaan yang bersifat baru, dimana iklan

yang ditampilkan di media massa cetak dibuat sangat menarik untuk merebut

perhatian pembacanya. Dari ulasan pengertian di atas maka peneliti akan

mengkaji mengenai definisi atau pengertian iklan di media cetak khususnya

surat kabar. Karena obyek penelitian yang mengenai pemaknaan iklan di surat

(20)

2.1.2 Pesan Dalam Iklan

Peran iklan dalam masyarakat telah diperdebatkan sejak lama. Para

praktisi periklanan beranggapan bahwa iklan amat bertanggung jawab

terhadap segala kejadian baik di dalam kehidupan dan dikritik oleh lawan

mereka sebagai penyebab kejadian buruk. Oleh karena itu dalam penciptaan

sebuah iklan yang baik dan efektif perlu adanya pemikiran yang lebih dalam

pada pemilihan pesan yang nantinya akan digunakan dalam iklan tersebut.

Dalam tahap awal pembuatan iklan sebuah iklan biasanya pihak

produsen dan biro iklannya terlebih dahulu menganalisa. Dengan mengetahui

keadaan produk tersebut dipasaran tentunya akan lebih memudahkan biro

iklan dalam pemilihan pesan yang akan disampaikan nantinya. Selain itu

dalam pembuatan iklan komersial yang tidak boleh dilupakan adalah pesan

tersebut harus dapat mempengaruhi konsumen agar menggunakan dan

membeli produk yang diiklankan. Iklan disampaikan melalui dua saluran

media massa yaitu melalui media cetak dan media elektronik. Sebagaimana

kita ketahui manusia mempunyai daya ingat yang terbatas, oleh karena itu

pesan dalam iklan harus dibuat semenarik mungkin sehingga iklan tersebut

dapat diingat walaupun banyak produk ataupun merk lain yang bermunculan

dipasaran.

Pesan dalam iklan dibedakan menjadi :

1. Pesan Linguistik (semua kata dan kalimat dalam iklan)

2. Pesan Ikonik yang terkodekan (konotasi yang muncul dalam foto iklan

yang hanya dapat berfungsi jika dikaitkan dengan system tanda yang

(21)

3. Pesan Ikonik yang tak terkodekan (denotasi dalam foto iklan)

(Cobley dan Janz dalam Sobur, 2003 : 119).

Pesan dalam iklan juga dapat berupa pesan nonverbal yang dapat dilihat

dari bahasa tubuh, menurut perintis studi bahasa non verbal Whistell

berpendapat bahwa :

Sikap anggota tubuh seperti senyuman dan tatapan mata, tangan, kepala, kaki, dan tubuh secara keseluruhan dapat digunakan sebagai isyarat simbolik (Mulyana, 2001 : 317).

Dalam pelajaran bahasa nonverbal dikenal bebrapa jenis kinestik

(gerakan anggota tubuh), yaitu ekspresi wajah, kontak mata, isyarat tangan,

kepala, kaki,penampilan rupa dan berdiam diri (Liliweri, 2003 : 194).

Menurut Shimp (2002 : 164) pesan merupakan sesuatu ekspresi

simbolis dari pemikiran sang pengirim. Pesan dapat berbentuk sebuah iklan

yang penyampainnya melalui media untuk menyampaikannya isi kepada pihak

penerima.

Beberapa tipe pesan dalam iklan yang ditampilkan untuk menimbulkan

daya tarik rasional antara lain :

1. Aktual, berhubungan dengan pengambilan keputusan hight

involvement, yaitu penerimaan pesan dimotivasi untuk dapat memproses

informasi.

2. Potongan kehidupan (Slice of Life) pesan iklan yang disuguhkan dalam

bentuk kegiatan sehari-hari yang sering dialami oleh orang banyak.

3. Demonstrasi, pesan iklan menggambarkan kemampuan produk secara

(22)

4. Iklan perbandingan (Comperative Advertising) iklan berusaha

membandingkan produk iklan yang ditawarkan dengan produk lain yang

sejenis.

Iklan bukan hanya menampilkan pesan mengenai kehebatan produk

yang ditawarkan, tapi juga sekaligus menyampaikan pesan agar konsumen

sadar menegenai perusahaan yang memproduksi produk yang ditawarkan itu.

Sehingga kita sering mendengar atau melihat iklan yang selain menawarkan

produknya tetapi juga menyampaikan siapa produsennya (Sutisna, 2002 :

275).

Iklan ada karena iklan mempunyai fungsi. Dilihat sebagai alat, iklan

dapat digunakan untuk mencapai berbagai tujuan. Ia tergantung pada kemana

komunikator hendak mengarahkan pesannya. Bisa jadi iklan hanya diarahkan

hanya pada upaya memberitahukan kepada masyarakat atas sesuatu hal.

Artinya, iklan memang diharapkan hanya sekedar untuk mengetahui apa yang

disampaikan. Komunikator tidak bermaksud untuk lebih dari sekedar

memberitahukan sesuatu, misalnya mengharapkan agar konsumen atau

khalayak mengikuti apa yang telah disarankan dalam pesan iklan tersebut.

Berbagai fungsi tersebut dapat digunakan dalam jangka pendek

maupun jangka panjang. Jangka pendek adalah tujuan dimana iklan

diharapkan mampu memberikan dampak segera setelah iklan disampaikan

ditengah masyarakat. Sedangkan jangka panjang adalah dampak yang baru

dapat dipetik dalam kurung waktu yang cukup lama setelah iklan tersebut

(23)

Menurut Alo Liliweri (Widyatama 2007 : 144-146) iklan mempunyai

fungsi yang sangat luas diantaranya adalah :

1. Fungsi Pemasaran

Fungsi pemasaran adalah fungsi iklan yang diharapkan untuk membantu

pemasaran atau menjual produknya. Artinya iklan digunakan untuk

mempengruhi khalayak untuk membeli dan mengkonsumsi produk yang di

iklankan.

2. Fungsi Komunikasi

Fungsi komunikasi adalah sebentuk pesan dari komunikator kepada

khalayaknya. Sama halnya dengan berbicara, iklan juga merupakan pesan

yang menghubungkan antara komunikator dengan komunikan.

3. Fungsi Pendidikan

Fungsi ini mengandung makna bahwa iklan merupakan alat yang dapat

membantu khalayak mengenai sesuatu, agar mengetahui dan mampu

melakukan sesuatu. Artinya situasi ini khalayak yang sudah terdidik tersebut

dimaksudkan agar khalayak siap menerima produk yang dihasilkan produsen.

4. Fungsi Ekonomi

Fungsi ini mengandung makna bahwa iklan mampu menjadi penggerak

ekonomi agar kegiatan ekonomi tetap dapat berjalan. Fungsi ini terjadi karena

melalui iklan masyarakat terbujuk untuk membeli barang dan melakukan

tindakan konsumerisme.

5. Fungsi Sosial

Fungsi ini iklan telah mampu menghasilkan dampak sosial psikologis yang

(24)

munculnya budaya konsumerisme, menciptakan status sosial baru dan

sebagainya.

2.1.3 Pengertian Lukisan Monalisa

Secara historis, seni lukis sangat terkait dengan gambar.

Peninggalan-peninggalan prasejarah memperlihatkan bahwa sejak ribuan tahun yang lalu

nenek moyang manusia telah memulai membuat gambar untuk menceritakan

bagian-bagian dari perjalanan kehidupannya. Sebuah lukisan atau gambar bisa

dibuat hanya dengan menggunakan bidang datar seperti dinding, kertas atau

kanvas.

Sebuah lukisan terkenal yang dibuat pada abad ke 16 yang terkenal

karya Leonardo da Vinci seorang seniman Yunani dalam sebuah iklan produk

rokok. Lukisan yang masih menyimpan banyak misteri tentang siapa

sebenarnya wanita yang ada di Lukisan tersebut. Sebuah lukisan tua yang telah

berumur lebih dari 500 tahun yang digantung di salah satu sudut dinding

Museum Louvre di kota Paris, lukisan cat minyak tersebut menggambarkan

seorang gadis yang tidak di ragukan lagi kecantikannya. Dia kelihatan

menghadap kearah sang pelukis dengan kedua pergelangan tangannya

dirapatkan antara satu sama lain. Lukisan setengah badan ini menggambarkan

senyuman seorang wanita yang tatapannya menuju pengunjung dengan

ekspresi yang sering dideskripsikan senyuman yang misterius. Nama atau

judul lukisan ini adalah Lukisan Monalisa, seorang wanita bangsawan yang

bernama Lisa Gerradini istri dari seorang saudagar kaya raya berasal dari

Florence, Italia. Lukisan yang menyimpan banyak misteri tentang

(25)

yang jika dilihat dari berbagai sudut pandangan wanita dalam lukisan tersebut

dapat berubah-ubah.

(http//www.google.com/search?hl=en&client=opera&hs=gcj&rls=q=lukisan+

monalisa=search) diakses 06 September 2010.

2.1.4 Daun Menthol Asal tanaman :

Papermint merupakan hasil hibridasi (biasanya steril) dan water mint

(M.Aquatica) dan spearmint (M.Spicata). Papermint kadang ditemukan liar di

Eropa tengah da selatan, tetapi pertama kali digunakan di Inggris. Dimana

perkembangannya menyebar ke benua Eropa dan Afrika. Saat ini Afrika utara

adalah pengembang utama. Jenis yang tumbuh didaerah tropis Asia adalah

keturunan dari Field mint.

Bagian yang digunakan :

Daun → Karakter aromanya murni dan menyegarkan, terasa pedas dan

membakar. Minyak esensial sampai 2,5 di daun keringnya kebanyakan di

bentuk dari menthol. Menthol bertugas memberikan rasa dingin, dan

menyegarkan.

Penggunaan :

Papermint dan sejenisnya kebanyakan dikenal untuk obat dan herbal.

Papermint yang sesungguhnya dipakai untuk pembuatan permen dan minuman

keras yang manis, dimana rasa dingin menyegarkan, menyeimbangkan rasa

manisnya gula. Di asia papermint untuk memproduksi menthol.

(26)

farmasi, bumbu masakan, membuat minuman dan memberikan aroma dan rasa

dingin pada produk rokok tertentu.

(http//www.google.com/search?hl=en&client=opera&hs=gcj&rls=q=definisi+

daun+menthol=search) diakses 06 September 2010.

2.1.5 Penggunaan Warna Dalam Iklan

Setiap warna memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan

banyak hal kepada para pembeli prospektif termasuk kualitas rasa, serta

kemampuan produk untuk memuaskan beragam kebutuhan psikologis (Shimp,

2003 : 308). Warna juga memiliki karakteristik tertentu. Yang dimaksudkan

karakteristik dalam hal ini adalah ciri-ciri atau sifat-sifat khas yang dimiliki

oleh suatu warna.

Dalam kegiatan periklanan, tehnik pewarnaan memiliki peranan yang

sangat penting dalam menentukan respon konsumen terhadap sebuah iklan.

Warna merupakan salah satu aspek penting dari komunikasi visual. Konsumen

bisa sangat tertarik atau bahkan tidak menyukai sebuah iklan hanya karena

teknik pewarnaan yang digunakan dalam iklan tersebut. Hal ini dikarenakan

tehnik pewarnaan yang digunakan dalam iklan dapat menarik perhatian

konsumen dan meningkatkan daya jual sebuah produk.

Pemilihan warna adalah salah satu hal yang sangat penting dalam

menentukan respon dari konsumen. Warna adalah hal yang pertama kali

dilihat oleh seseorang atau konsumen, dan dalam pemilihan warna yang tepat

(27)

membuat kesan untuk pengamat ataupun pemerhati iklan agar menarik produk

yang disponsorkan.

Berikut ini adalah beberapa gambaran warna yang mempunyai nilai

perlambangan secara umum antara lain :

1. Kuning : Warna kuning dapat diartikan sebagai kemegahan dan

keceriaan, selain itu juga dapat menjadi simbol dari

kekuasaan. Warna kuning adalah kumpulan dua fenomena

penting dalam kehidupan manusia, yaitu kehidupan yang

diberikan matahari di angkasa dan emas sebagai kekayaan

bumi. Kuning adalah warna cerah, karena itu dilambangkan

kesenangan atau kelincahan. Kuning adalah warna yang

paling terang setelah putih dan memaknakan kemuliaan

cinta serta pengertian yang mendalam dalam hubungan

antar manusia.

2. Hijau : Warna hijau mempunyai karakter yang hampir sama dengan

biru, hijau relatif lebih netral. Pengaruh terhadap emosi

mendekati pasif lebih bersifat istirahat. Hijau

melambangkan perenungan, kepercayaan (agama), dan

keabdian. Berkonotasi dengan kekayaan kesehatan,

ketenangan dan ketentraman. Dalam penggunaan biasa

warna hijau mengungkapkan kesegaran, mentah, muda,

belum dewasa, pertumbuhan, kehidupan dan harapan dan

(28)

3. Putih : Warna putih memilki karakteristik positif, merangsang,

cemerlang, dan sederhana. Putih melambangkan kesucian,

polos, jujur, dan murni. Putih juga melambangkan

kekuatan Maha Tinggi, lambang cahaya, kemenangan yang

mengalahkan kegelapan, mengimajinasikan kebalikan dari

warna hitam.

4. Hitam : Warna hitam melambangkan kegelapan dan ketidakhadiran

cahaya. Hitam menandakan kekuatan yang gelap, lambang

misteri, warna malam dan selalu diindikasikan kebalikan

dari warna putih. Sering juga dilambangkan sebagai warna

kehancuran, diasosiasikan sebagai sifat negatif.

Dikonotasikan dengan berkuasa, kuat dan tegas namun

terkadang diartikan juga dengan kesedihan.

5. Cokelat : Warna yang diartikan sangat sedih, patah hati, tidak bahagia

dan murung (Mulayana, 2001 : 377 ).

2.1.6 Komunikasi Sebagai Suatu Proses Simbolik

Banyak kesalahan komunikasi (miscommunication) terjadi dalam masyarakat karena tidak memahami simbol-simbol yang ada. Salah satu

kebutuhan manusia adalah simbolisasi atau penggunaan lambang. Meski

demikian di dalam kehidupan sehari-hari kerap kita tidak dapat membedakan

pengertian antara simbol dan kode. Lambang atau simbol adalah sesuatu yang

digunakan untuk menunjukkan sesuatu lainnya berdasarkan kesepakatan

(29)

verbal dan objek yang maknanya disepakati bersama, misalnya memasang

bendera didepan halaman rumah untuk menyatakan penghormatan kepada

Negara. Kemampuan manusia menggunakan lambang-lambang verbal

memungkinkan perkembangan bahasa dan menangani hubungan antara

manusia dan objek (baik nyata maupun abstrak) tanpa kehadiran manusia dan

objek tersebut (Sobur, 2001 : 157).

Penggunaan lambang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan

manusia. Apa saja dapat dijadikan sebagai lambang tergantung pada

kesepakatan bersama. Lambang adalah suatu kategori tanda. Hubungan antara

tanda dengan objek dapat juga direpresentasikan oleh ikon dan indeks, namun

tidak memerlukan kesepakatan. Menurut Mulyana (2004 : 85), lambang

mempunyai beberapa sifat seperti :

1. Lambang bersifat sembarang

Apa saja bisa dijadikan lambang, tergantung kesepakatan bersama. Kata-kata

(lisan maupun tulisan), isyarat anggota tubuh, bunyi, hewan, dan sebagainya.

2. Lambang pada dasarnya tidak mempunyai makna

Makna sebenarnya sudah ada dalam kepala kita, bukan terletak pada lambing

itu sendiri. Bila ada anggapan bahwa kata-kata mempunyai makna yang

dimaksud sebenarnya bahwa kata-kata itu mendorong orang untuk

memberikan makna (yang telah disetujui bersama) terhadap kata-kata itu. Jadi

sebenarnya, lambang tidak mempunyai makna, tetapi kita yang memberikan

(30)

3. Lambang itu bervariasi

Lambang itu bervariasi dari budaya yang satu dengan budaya yang lain, dan

juga berubah dari suatu konteks waktu ke konteks waktu yang lainnya. Begitu

pula makna yang diberikan kepada lambang tersebut.

Seperti halnya kata-kata, kebanyakan tanda-tanda nonverbal tidak

berlaku universal, melainkan terikat oleh budaya, sehingga dapat dipelajari.

Dilihat dari fungsinya perilaku non verbal mempunyai beberapa fungsi. Paul

Ekman dalam Mulyana (2001 : 314) menyebutkan bahwa ada lima fungsi

pesan nonverbal seperti yang dapat dilukiskan dengan perilaku mata yaitu

sebagai :

1. Emblem

Gerakan mata tertentu merupakan simbol yang memiliki kesetaraan dengan

simbol verbal. Kedipan mata mengatakan berbagai hal.

2. Ilustrator

Pandangan kebawah dapat menunjukkan depresi atau kesedihan dan juga

ekspresi malu.

3. Regulator

Kontak mata berarti saluran percakan terbuka.

4. Penyesuai

Kedipan mata yang cepat meningkat ketika orang berada dalam tekanan.

5. Affect Display

Pembesaran manik mata (pupil) menunjukkan peningkatan emosi isyarat

(31)

2.1.7 Konsep Makna

Upaya memahami makna, sesungguhnya merupakan salah satu

masalah filsafat yang tertua dalam umur manusia, konsep makna telah

menarik perhatian disiplin komunukasi. Itu sebabnya, beberapa pakar

komunikasi sering menyebut kata makna ketika mereka merumuskan definisi

komunikasi. Istilah makna (meaning) memang merupakan kata dan istilah

yang membingungkan.

Bentuk makna diperhitungkan sebagai istilah, sebab bentuk ini

mempunyai konsep dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu, yakni dalam

bidang linguistik. Makna dari sebuah wahana tanda (sign-vechicle) adalah

satuan kulturan yang digunakan oleh wahana-wahana tanda yang lainnya serta

dengan begitu secara sematik mempertunjukkan pula ketidak tergantungannya

pada wahana tanda yang sebelumnya (Sobur, 2003 : 255).

Dari mana datangnya makna? Menurut De Vito, makan ada dalam diri

manusia. Manusia menggunakan kata-kata untuk mendekati makna yang ingin

dikomunikasikan. Tetapi kata-kata ini tidak secara sempurna dan lengkap

menggambarkan makna yang dimaksud. Demikian pula makan yang didapat

pendengar dari pesan-pesan yang dan akan sangat berbeda dengan yang ingin

dikomunikasikan. Komunikasi adalah proses yang digunakan untuk di

mereproduksi, dibenak pendengar apa yang ada dalam benak kita. Reproduksi

ini hanyalah sebuah proses parsial dan selalu bisa salah (De Vito dalam Sobur,

2001 : 20).

Pemaknaan lebih menuntut keampuhan integrative manusia, daya

pikirnya dan akal budinya. Materi yang disajikan seperti kemampuan daya

(32)

dari tanda-tanda atau indikator bagi sesuatu yang lebih jauh. Hanya saja

eksploitasi terbatas dalam arti empiric logic, sedangkan pada pemaknaan dapat

menjangkau yang etik ataupun transcendental (Sobur, 2003 : 256).

2.2 Pendekatan Semiotik

Semiotik adalah ilmu tanda, istilah tersebut secara etimologis semiotik

berasal dari kata Yunani “semion” yang berarti tanda atau seme penafsir tanda.

Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai suatu atas dasar konvensi sosial yang

terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Tanda

pada waktu itu masih bermakna sesuatu yang menunjukkan adanya hal lain.

Tanda terdapat dimana-mana, kata adalah tanda, demikian pula gerak isyarat

seperti anggukan kepala, lambaian tangan, kedipan mata dan sebagainya.

Bidang kajian semiotik adalah mempelajari fungsi tanda dalam teks, yaitu

bagaimana memahami sistem tanda yang ada dalam teks yang berperan

membimbing pembacanya agar bisa menangkap pesan yang terkandung

(Sobur, 2001 : 95).

Semiotika suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji data.

Tanda-tanda adalah seperangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan

di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Semiotika

atau dalam istilah Barthes semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari

bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai

berarti bahwa obyek-obyek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana

obyek-obyek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem

(33)

Definisi semiotika menurut beberapa ahli (Sobur, 2003 : 16) seperti :

Letche mendefinisikan semiotika sebagai suatu teori tentang tanda dan

penandaan. Lebih jelasnya semiotika adalah suatu displin ilmu yang

menyelidiki semua bentuk komunikasi yang terjadi dengan sarana tanda-tanda

(sign) dan berdasarkan kode (sign sytem) atau sistem tanda. Salah satu tokoh

dalam komunikasi yaitu Littlejohn yang mendefinisikan semiotika sebagai

ilmu yang mempelajari tanda atau bagaimana berbagai tanda digunakan dalam

proses interprestasi, semiotik dipandang sebagai suatu cara untuk membuat

struktur pesan, berbagai tanda yang dipergunakan dan makna dari tanda

tersebut yang dapat dipahami, dimengerti oleh individu. Dengan kata lain

semiotik merupakan studi tentang tanda dan segala yang berhubungan dengan

cara fungsinya, hubungan dengan tanda-tanda lain, pengirim, penerimanya

(Littlejohn, 1991 : 346).

Sementara ada pula tokoh semiotik lainnya, yaitu Charles S. Pierce,

sebagai salah satu tokoh semiotik (dalam Littlejhon, 1996 :64) mendefinisikan

semiotic sebagai “a relationship among a sign, an object, and a meaning

(suatu hubungan diantara tanda, objek dan makna). Dia berpendapat bahwa

antara signifier (penanda) signified (pertanda) dalam aliran strukturalismenya

terdapat hubungan yaitu Ikon, Indeks, dan Simbol. Ikon merupakan tanda

yang serupa dengan benda atau realita yang ditandai. Indeks adalah tanda

yang mempunyai hubungan langsung dengan yang ditandai, dan simbol

merupakan hubungan dengan yang ditandai terbentuk secara bersama-sama

(Sudjiman, 1992 : 57). Yang perlu digaris bawahi dari berbagai definisi diatas

adalah para ahli melihat semiotika atau semiosis itu sebagai ilmu atau proses

(34)

Pendekatan semiotik diaplikasikan untuk menjelaskan penggunaan

tanda-tanda dalam pesan yang dikomunikasikan, sehingga penelitian dengan

menggunakan pendekatan semiotik dikategorikan sebagai penelitian isi media.

Penelitian isi media dibagi menjadi dua jenis, yaitu analisis tradisional dan

strukturalisme. Kedua jenis metode tersebut berakar dari paham yang berbeda.

Analisis isi tradisional berasal dari paham empiris, sedangkan semiotik berasal

dari paham struktural.

Perbedaan antara analisis isi tradisional dan paham struktural (semiotik)

dijelaskan sebagai berikut :

1. Paham struktur tidak bersifat kuantitatif, karena makna suatu pesan berasal

dari hubungan, oposisi dan konteks dan kualitas acuan.

2. Arah perhatian semiotik lebih pada hal-hal yang tersembunyi dari isi pesan.

3. Paham struktur lebih sistematis dengan tidak menekankan pada prosedur

sampling dan menolak ide bahwa semua satuan isi harus diperlakukan sama

dan prosedur yang sama dapat diterapkan dengan cara serupa bagi berbagai

teks yang berbeda, seperti yang biasa dilakukan pada analisis tradisional.

4. Paham struktur tidak memungkinkan adanya asumsi bahwa dunia realitas

sosial budaya dari suatu pesan dan penerimaan pesan melibatkan sistem

dasar arti yang sama (Mc Quail, 1996 : 183-184).

Terdapat dua aliran utama dalam Semiotika, yaitu yang mengarah pada

Ferdinand de Saussure yang lebih mengarah pada konsep Linguistik

(berurusan dengan bahasa biasa, yang alami, yang dipakai di keseharian), dan

aliran Charles Sanders Pierce yang lebih mengacu pada logika. Ferdinand de

(35)

gejala, menurut Saussure dapat dijadikan objek studi, bahkan ia memulai

dengan studi ini itulah awal ilmu bahasa. Salah satu titik tolak Saussure adalah

bahwa bahasa harus dipelajari sebagai suatu sistem tanda tetapi ia pun

menegaskan bahwa tanda bahasa adalah satu-satunya sistem tanda. Atas dasar

ini muncul pemikirannya, bahwa ilmu bahasa dianggap sebagai studi

mengenai jenis tanda tertentu mestinya mendapatkan tempat di dalam ilmu

tanda, ia menggunakan istilah Semiologi. Kata semiologi disamping kata

Semiotika sampai sekarang masih tetap dipakai. Kedua istilah ini mengandung

pengertian yang sama persis walaupun penggunaan pemakainya mereka yang

bergabung dengan Pierce menggunakan kata “Semiotika” dan mereka yang

bergabung dengan Saussure menggunakan kata “Semiologi” (Zoest, 1993 : 2).

Dengan semiotika, berarti itu berkaitan dengan “tanda”. Tanda

sebenarnya representasi dari gejala yang memiliki sejumlah criteria, seperti

nama (sebutan), peran, fungsi, tujuan dan keinginan. Tanda tersebut ada di

seluruh kehidupan manusia. Apabila tanda berada pada kehidupan manusia,

maka itu berarti tanda dapat pula berada di kebudayaan manusia, dan menjadi

sistem tanda yang digunakannya sebagai pengatur kehidupannya. Oleh karena

itu Pierce menegaskan bahwa kita hanya dapat berfikir dengan sarana tanda.

Sudah pasti bahwa tanpa tanda kita tidak dapat berkomunikasi. Semiotika

berusaha menjelaskan jalinan tanda atau ilmu tentang tanda, secara sitematik

menjelaskan esensi, ciri-ciri, dan bentuk suatu tanda serta proses signifikasi

yang menyertainya.

Dalam perkembangan hingga sekarang semiotik dibagi menjadi dua

(36)

komunikasi menekankan teori produksi tanda yang salah satu diantaranya

mengsumsikan adanya enam faktor dalam komunikasi, yaiutu pengirim,

penerima, kode, pesan, saluran komunikasi, dan acuan hal yang dibicarakan.

Sementara itu semiotik signifikasi member tekanan pada teori tanda dan

pemahamannya dalam konteks tertentu (Sobur, 2001 : 131-132).

2.2.1 Model Semiotika Charles S. Pierce

Tokoh semiotika Charles S. Pierce adalah seorang ahli filsafat dan

logika Amerika, dengan gagasannya yang bersifat menyeluruh, deskripsi

structural dari semua sistem penandaan berdasarkan obyeknya. Pierce

menjelaskan istilah teori segitiga makna (triangle meaning) yang terdiri atas

tanda (sign), obyek (objek), dan (interpretant). Menurutnya salah satu bentuk

tanda adalah kata, sedangkan obyek adalah sesuatu yang ditunjuk tanda.

Sementara interpretant tanda yang ada dalam benak seseorang tentang obyek

yang dirujuk sebuah tanda.

Charles S. Pierce menjelaskan istilah tanda (sign) yang merupakan

representasi dari sesuatu diluar itu sendiri, yang disebut obyek dan kemudian

dipahami oleh peserta komunikasi (interpretan). Interpretan adalah efek yang

(37)

Hubungan segitiga makna Pierce digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Elemen Makna Pierce :

Sign

Interpretant Object (Sumber : John Fiske, 2001 : 115)

Garis-garis berpanah tersebut hanya bisa dimengerti dalam hubungan

antara satu elemen dengan elemen lainnya. Tanda merujuk pada sesuatu

diliaur tanda itu sendiri, yaitu obyek yang dipahami seseorang.

Berdasarkan obyeknya, Pierce membagi tanda atas tiga kategori yaitu :

Icon (ikon), Index (indeks), Symbol (simbol).

1. Ikon adalah suatu tanda yang hubungan antara penanda dan pertanda

bersifat bersamaan bersamaan bentuk alamiah. Dengan kata lain ikon adalah

hubungan antara tanda dan obyek atau acuan yang bersifat kemiripan.

Misalnya potret atau peta.

2. Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara

tanda dan pertanda yang bersifat sebab akibat, atau tanda yang langsung

mengacu pada kenyataan. Contoh yang paling jelas adalah asap sebagai tanda

(38)

3. Simbol adalah bentuk tanda yang terjadi karena hasil consensus dari para

pengguna tanda. Simbol tidak harus mempunyai kesamaan, kemiripan, atau

hubungan dengan obyeknya, contohnya simbol palang merah adalah simbol

sebuah organisasi (Sobur, 2003 : 41).

Ketiga kategori tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.2 Kategori Tipe Tanda Pierce :

(Sumber : John Fiske, 2004 : 70)

Garis-garis berpanah tersebut hanya bisa dimengerti dalam hubungan

antara satu elemen lainnya. Menurut Pierce, salah satu bentuk tanda adalah

kata. Sedangkan obyek adalah sesuatu yang dirujuk tanda. Sementara

interpretan adalah tanda yang ada dalam benak seseorang tentang obyek yang

dirujuk sebuah tanda (Sobur, 2001 : 115). Bila dilihat dari sudut pandang ilmu

komunikasi, pendekatan semiotik merupakan kategori pendekatan data pada

media, komunikasi merupakan sebuah konsep utama dalam semiotik sehingga

batasan antara semiotik dan ilmu komunikasi tidak jelas terlihat. Penggunaan

semiotik dalam iklan media cetak dan elektronik dengan menggunakan

pendekatan semiotik dapat dilakukan mengingat iklan merupakan aktifitas

semiotik.

Ikon

(39)

Charles S. Pierce membagi antara tanda dan acuannya menjadi tiga

kategori, yaitu ikon, indeks, dan simbol. Ikon adalah suatu tanda yang

hubungannya antara petanda dan pertandanya bersifat kemiripan. Misalnya

peta dan ikon orang dalam sebuah potret. Indeks adalah tanda yang

menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang

bersifat kasual atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung

mengacu pada kenyataan. Contoh yang paling jelas terjadi ialah asap sebagai

tanda api bersin ialah tanda akan sakit flu. Simbol adalah tanda yang

menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dengan penandanya,

hubungan berdasarkan perjanjian masyarakat (Sobur, 2003 : 41-42).

Dengan mengacu pada model Charles S. Pierce maka diketahui bahwa

makna dalam suatu teks tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan diproduksi

dalam hubungan antara teks dengan pengguna tanda. Hal ini merupakan

tindakan dinamis kedua elemen yang saling memberi sesuatu yang sejajar, bila

suatu teks pengguna tanda berasal dai budaya yang relatif sama, interaksi

antara keduanya akan lebih mudah terjadi, konotasi dan mitos dalam teks

menjadi referensi pengguna tanda yang bersangkutan (Sobur, 2001 : 115).

2.3 Kerangka Berfikir

Berdasarkan landasan teori yang telah disampaikan, maka dapat

diketahui bahwa untuk mengerti, memahami dan menganalisa makna pesan

iklan L.A Lights Menthol versi “Lukisan Monalisa” maka peneliti melakukan

(40)

semiotik Charles S. Pierce, sehingga akhirnya diperoleh hasil dan interprestasi

data mengenai iklan L.A Lights Menthol versi “Lukisan Monalisa”.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode Charles S. Pierce

dikarenakan dalam ilustrasi iklan L.A Lights Menthol versi “Lukisan

Monalisa” ini terdapat berbagai makna tanda maka digunakan ikon, indeks

dan simbol untuk mengklarifikasikan sebuah tanda secara spesifik. Ikon yang

dimaksud disini adalah gambar yang ada pada iklan (Gambar Lukisan

Monalisa, lukisan tersebut menggambarkan Monalisa yang merekatkan kedua

tangannya sampai ke bagian lengan, gambar frame, gambar es batu, gambar

daun mint. Indeks pada iklan (Terdapat es batu yang meleleh mengelilingi

lukisan, daun mint yang menempel dengan es batu, lambang PT Djarum,

Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi dan

gangguan kehamilan dan janin, senyuman dan posisi kepala lukisan monalisa).

Simbol pada iklan (terdapat kata-kata 100% menthol alam, lambang L.A

Lights Menthol, lambang PT Djarum, perilaku nonverbal dalam lukisan).

Charles S. Pierce menggunakan tanda (sign) sebagai representasi

daripada suatu makna diluar tanda maupun makna yang sebenarnya, yaitu

obyek dan dipahami oleh peserta komunikasi. Peneliti mencoba memaknai

iklan L.A Lights Menthol versi “Lukisan Monalisa” ini, terlebih dahulu harus

diketahui sistem tanda dan gambar yang terdapat dalam penelitian ini. Karena

itulah peneliti menggunakan pendekatan semiotik untuk menganalisis atau

(41)

Adapun hasil dari kerangka diatas dapat digambarkan dalam bentuk bagan :

BAB III

Gambar 2.3 Bagan Kerangka Berfikir Iklan produk pigura, gambar es batu, gambar daun

mint/menthol.

Indeks : Tulisan LA. Menthol Lights, Tulisan Merokok dapat

menyebabkan kanker, serangan jantung Impotensi dan gangguan janin, es batu yang meleleh mengelilingi lukisan, daun mint yang menempel pada lukisan,

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan

menggunakan analisis semiotik, untuk menginterprestasikan penggambaran

iklan pada media cetak, yang akan dijadikan sebagai obyek penelitian ini

adalah iklan L.A Lights Menthol versi “Lukisan Monalisa” yang terdapat pada

surat kabar Jawa Pos. Alasan digunakannya metode deskriptif kualitatif

berdasarkan beberapa faktor pertimbangan, yaitu pertama, metode deskriptif

kualitatif akan lebih muda menyesuaikan bila dalam penelitian kenyataannya

ganda; kedua, metode deskriptif kualitatif menyajikan secara langsung

hubungan antara peneliti dan obyek yang diteliti; ketiga, metode deskriptif

kualitatif lebih peka serta dapat menyesuaikan diri dengan banyak pengaruh

terhadap pola-pola nilai yang dihadapi (Meleong, 2005 : 5).

Selain itu pada dasarnya pendekatan semiotik bersifat kualitatif

interpretatif, yaitu satu metode yang memfokuskan dirinya pada tanda dan teks

sebagai obtek kajian, serta bagaimana menafsirkan dan memahami kode

dibalik tanda dan teks tersebut (Christomy dan Yuwono, 2004 : 99).

Kemudian untuk menginterpretasi obyek dari iklan produk rokok LA. Lights

Menthol versi “Lukisan Monalisa” harus diketahui dahulu sistem tanda yang

(43)

peneliti menggunakan pendekatan semiotik untuk menganalisa atau

menafsirkan makna yang terdapat dalam iklan tersebut.

3.2 Kerangka Konseptual

Pemaknaan

Dalam proses kreatif penciptaan pemaknaan, kata selalu dihubungkan

dengan relasi semantisnya dengan kata sebelumnya dengan konteks verbal

maupun nonverbal. Dalam berbagai hubungan suatu gambaran makna tidak

hadir dengan sendirinya, upaya memahami makna, sesungguhnya merupakan

salah satu masalah filsafat yang tertua dalam umur manusia. Konsep makna

telah menarik perhatian disiplin ilmu komunikasi. Judy C. Pearson dalam

Sobur (1994 : 3) “Komunikasi adalah proses memahami dan berbagi makna”.

Pemaknaan lebih menuntut keampuhan integrative manusia, daya

pikirnya dan akal budinya. Materi yang disajikan seperti kemampuan daya

pikir manusia untuk menangkap hal dibalik yang tersajikan dilihat tidak lebih

dari tanda-tanda atau indicator bagi sesuatu yang lebih jauh. Hanya saja

eksploitasi terbatas dalam arti empiric logic, sedangkan pada pemaknaan dapat

menjangkau yang etik ataupun transcendental (Sobur, 2003 : 256).

Pemaknaan iklan LA. Lights Menthol versi “Lukisan Monalisa” dalam

penelitian ini merupakan pemberian makna terhadap gambar lukisan

Monalisa. Dia adalah seorang wanita bangsawan yang bernama Lisa Geradini,

(44)

dan kenapa wanita tersebut dijadikan obyek tersebut. Lukisan tersebut sedang

menunjukkan gerakan nonverbal. Dalam iklan ini, wanita dalam lukisan

merekatkan kedua tangannya sampai kelengan menandakan ia sedang

kedinginan karena terkena dinginnya batu es dan sensasi kesegaran menthol

alam.

Iklan dibuat semenarik mungkin untuk mempengaruhi pembacanya

secara persuasif, hal tersebut memiliki tujuan untuk melakukan tindakan

timbal balik atas produk yang diiklankan tersebut. Makna dari iklan LA.

Lights Menthol versi “Lukisan Monalisa” menimbulkan makna/pengertian

yang berbeda pada setiap individu itu sendiri tergantung dari sudut mana

individu tersebut memaknai.

Media Cetak

Media cetak adalah suatu media yang statis dan mengutamakan

pesan-pesan visual. Media ini terdiri dari lembaran dengan sejumlah kata, gambar

atau foto, dalam tata warna dan halam putih. Fungsi utama media cetak adalah

member informasi dan menghibur. Media cetak adalah suatu dokumen atas

segala hal yang dikatakan orang lain dan rekaman peristiwa yang ditangkap

oleh seorang jurnalis dan diubah dalam bentuk kata-kata, gambar, foto dan

sebagainya (Kasali, 1992 : 99).

Inilah yang menjadi dasar batasan untuk diteliti, menggunakan studi

semiotika oleh Charles S. Pierce dengan mengkategorikan ikon, indeks, dan

(45)

3.3 Korpus

Dalam penelitian kualitatif diperlukan suatu batasan masalah yang

disebut Corpus. Corpus adalah sekumpulan bahan terbatas yang ditentukan

pada perkembangannya oleh analisis kesemenaan. Korpus haruslah cukup luas

untuk memberikan harapan yang beralasan bahwa unsur-unsurnya akan

memelihara sebuah sistem kemiripan dan perbedaan yang lengkap. Korpus

juga bersifat sehomogen mungkin, baik homogen pada taraf substansi maupun

pada taraf waktu (sinkronisasi) (Kurniawan, 2001 : 70).

Korpus adalah kata lain dari sample, sample terbatas pada penelitian

kualitatif yang bersifat homogen. Tetapi sebagai analisa, corpus bersifat

terbuka pada konteks yang beranekaragam sehingga memungkinkan

memahami berbagai aspek dari sebuah teks pesan. Korpus digunakan untuk

analisis semiotika dan analisis wacana. Pada penelitian kualitatif memberikan

peluang yang besar bagi dibuatnya interpretasi alternatif. Sedangkan corpus

pada penelitian ini adalah Iklan L.A Lights Menthol versi “Lukisan Monalisa”.

3.3.1 Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian adalah semua tanda-tanda yang berupa

gambar, tulisan dan warna-warna yang menjadi latar belakang dalam iklan

L.A Lights Menthol versi “Lukisan Monalisa” kemudian diinterpretasikan

(46)

1. Ikon (Icon)

Ikon adalah suatu tanda yang hubungan antara penanda dan pertanda bersifat

bersamaan bersamaan bentuk alamiah. Dengan kata lain ikon adalah hubungan

antara tanda dan obyek atau acuan yang bersifat kemiripan.

Ikon dalam iklan L.A Lights Menthol versi “Lukisan Monalisa” sebagai

berikut :

a) Gambar sebuah lukisan monalisa

b) Wallpaper dinding berwarna hijau

c) Frame (pigura)

d) Es batu

e) Daun mint/menthol

2. Indeks (Index)

Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda

dan pertanda yang bersifat sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu

pada kenyataan. Indeks dalam iklan L.A Lights Menthol versi “Lukisan

Monalisa” sebagai berikut :

a) Es batu yang meleleh mengelilingi lukisan

b) Daun mint yang menempel dengan es batu mengelilingi lukisan

c) Tulisan L.A Menthol Light

d) Tulisan “Merokok Dapat Menyebabkan Kanker, Serangan Jantung,

Impotensi Dan Gangguan Kehamilan Dan Janin”

e) Senyuman dan posisi miring kepala lukisan monalisa

(47)

g) Daun yang dipakai sebagai wallpaper

h) Jumlah daun yang menempel pada frame/pigura

3. Simbol

Simbol adalah tanda yang menunjukkan antara penanda dan pertanda yang

bersifat arbiter atau semena, hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian)

masyarakat (Sobur, 2003 : 41). Simbol dalam iklan L.A Lights Menthol versi

“Lukisan Monalisa” sebagai berikut :

a) Lambang L.A Lights Menthol

b) Warna yang ada dalam iklan

c) Perilaku nonverbal dalam lukisan monalisa pada iklan L.A Lights

Menthol

d) Lambang tulisan instansi PT. Djarum

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan

pengamatan terhadap iklan LA. Lights Menthol Versi “Lukisan Monalisa”

yang terdapat pada surat kabar Jawa Pos, yang dapat juga disebut Data Primer

dalam penelitian selanjutnya, data tersebut akan dianalisa berdasarkan

landasan teori semiotik Peirce, dan data dari hasil penelitian ini kemudian

akan digunakan untuk mengetahui penafsiran makna iklan L.A Lights Menthol

versi “Lukisan Monalisa” tersebut kedalam sistem tanda komunikasi berupa

gambar-gambar, tulisan, dan warna-warna yang menjadi latar belakangnya

(48)

Teknik pengumpulan data lainnya, melalui pengunaan bahan

dokumenter seperti surat kabar, majalah, internet yang berhubungan dengan

obyek iklan disebut Data Sekunder. Sumber bahan dokumenter tersebut

digunakan untuk memperoleh informasi tentang berbagai hal mengenai makna

iklan L.A Lights Menthol Versi “Lukisan Monalisa” yang menjadi bahan

dalam penelitian ini.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif. Data yang dikumpulakan berupa kata-kata, gambar dan

warna. Hal ini disebabkan adanya penerapan metode kualitatif, selain itu

semua yang dikumpulkan kemungkinan menjadi jawaban obyek yang diteliti.

Analisis data dilakukan dalam penelitian berdasarkan model semotik dari

Charles Sanders Pierce, yaitu menggunakan sistem tanda (sign) dalam iklan

yang dijadikan corpus (sample) dalam penelitian dikategorikan kedalam

hubungan tanda acuannya yang dibuat Charles. S Pierce terdiri dari tiga

kategori yaitu, Ikon (icon), Indeks (Index) dan Simbol (symbol). Peneliti

menggunakan metode semiotik, dengan metode semiotik peneliti dapat

memakai gambar dan pesan yang terdapat dalam iklan L.A Lights Menthol

Versi “Lukisan Monalisa” serta membentuk pemaknaan terhadap iklan ini.

Iklan L.A Lights Menthol Versi “Lukisan Monalisa” akan diinterpretasikan

dengan cara mengidentifikasi tanda-tanda yang terdapat dalam setiap bentuk

(49)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

Kretek, rokok cengkeh yang unik dari Indonesia. Manis, aroma dari

rokok kretek mempunyai kekuatan untuk membangkitkan kenangan lama yang

terlupakan. Suara gemercik tau “kretek-kretek” dari cengkeh yang terbakar

seperti tiap rokok yang dihisap (asal mula nama ‘kretek’) tidak dapat ditiru.

Selama seratus tahun, rokok yang tidak ada bandingannya ini telah terjalin

dengan budaya dan sejarah Indonesia. Beberapa waktu berlalu, seluruh

nusantara telah dapat menikmati rasa dan aroma khusus rokok tersebut.

Merekalah yang tidak dapat melupakan pengalaman ini.

DJARUM, pimpinan perusahaan pengusaha pabrik kretek,

mendistribusikan produk-produk Indonesia yang eksklusif dan unik itu

keseluruh dunia. Duduk berbaring, santai dan menikmati pengalaman yang

tidak ada bandingannya itulah kretek.

4.1.1 Sejarah Perkembangan Perusahaan Rokok Djarum

PT Djarum adalah salah satu perusahaan rokok di Indonesia,

perusahaan ini mengolah dan menghasilkan jenis rokok dan cerutu. Ada tiga

jenis rokok yang kita kenal selama ini. Rokok cerutu (terbuat dari daun

tembakau dan dibungkus dengan daun tembakau pula), rokok putih (terbuat

Gambar

Gambar 2.1 Elemen Makna Pierce :
Gambar 2.2 Kategori Tipe Tanda Pierce :
gambar daun
Gambar 4.1 Iklan Rokok LA Lights Menthol Dalam Elemen Makna Pierce.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa dalam iklan Extra Joss versi laki menggunakan sistem perbandingan sebuah potongan gambaran kegiatan sehari-hari dimana

Seperti dalam iklan extra joss versi laki di televisi, dalam iklan tersebut menampilkan seorang pekerja lapangan yang sedang tidak bersemangat bekerja, para semua

Untuk itu agar dapat memahami dengan benar isi pesan informasi yang disampaikan iklan Attack serta apa yang ingin diraih oleh kreator pembuat iklan maka akan sangat dibutuhkan

Dari hasil penelitian ini visualisasi iklan rokok L.A Lights di media cetak Jawa Pos secara keseluruhan adalah produk L.A Lights ingin memberikan sebuah pesan positif kepada

Untuk itu agar dapat memahami dengan benar isi pesan informasi yang disampaikan iklan Attack serta apa yang ingin diraih oleh kreator pembuat iklan maka akan sangat dibutuhkan

Judul : Representasi Etika Dalam Iklan Televisi (Studi Analisis Semiotik Pierce Pada Iklan XL Versi Kera dan Kambing).. Tanggal : 21

Seperti dalam iklan extra joss versi laki di televisi, dalam iklan tersebut menampilkan seorang pekerja lapangan yang sedang tidak bersemangat bekerja, para semua

Dari serangkaian penelitian dapat disimpulkan bahwa dalam iklan rokok LA Lights ‘Yang Lain Bersandiwara, Gue Apa Adanya!’ versi topeng monyet memiliki pesan sosial yang