MEDIA CETAK
(Studi Semiotik Tentang Pemaknaan Iklan L.A Lights Menthol versi “Lukisan Monalisa” di Media Cetak)
SKRIPSI
Oleh :
AYU SETYONINGRUM NPM : 0643010282
YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
v ii
ABSTRAKSI
AYU SETYONINGRUM (0643010282) PEMAKNAAN IKLAN LA. LIGHTS MENTHOL VERSI “LUKISAN MONALISA DI MEDIA CETAK (Studi Semiotik Pemaknaan Iklan LA. Lights Menthol Versi “Lukisan Monalisa” di Media Cetak).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pemaknaan yang ada pada iklan rokok LA. Lights menthol versi lukisan Monalisa di media cetak, dengan teori yang digunakan antara lain : teori iklan dengan pendekatan semiotik Charles S. Pierce.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini, menggunakan metode Charles S. Pierce dikarenakan tanda dalam ilustrasi iklan LA. Lights menthol versi “Lukisan Monalisa” di media cetak terdapat berbagai makna yang sesuai dengan teori tanda milik Charles S. Pierce.
Dari hasil penelitian ini visualisasi iklan rokok LA. Lights menthol di media cetak secara keseluruhan adalah tentang produk LA Lights menthol memang menggunakan bahan alami langsung dari alam yang memberikan cita rasa dingin dan kesegaran 100% menthol alam, berbeda dengan produk-produk rokok menthol yang beredar dipasaran.
v iii
ABSTRACT
AYU SETYONINGRUM (0643010282) THE MAKING OF ADVERTISING LA. LIGHTS MENTHOL VERSION “PAINTINGS MONALISA” IN PRINT MEDIA (Semiotic Study Of The Making Of Advertaising LA. Lights Menthol Version “Painting Monalisa” In The Print Media).
The purpose of this study was to determine the meanings that exist in cigarette advertisements LA. Lights menthol version of the Monalisa painting that exist in newspaper, with the theories used include : the theory of the semiotic approach to advertaising with Charles S. Pierce.
The method used in study, using the method Charles S. Pierce because of the sign in advertising illustration LA. Menthol lights version of “Painting Monalisa” in the print media there are different meanings according to the theories of Charles S. Pierce signs.
From the results of this research visualization LA cigarette advertising. Menthol Lights in the print media as a whole is about LA cigarette products. Menthol Light is using natural ingredients straight from nature that provides cool and refreshing taste of 100% natural menthol, in contrast to menthol cigarette products in the market.
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Iklan merupakan suatu proses komunikasi yang mempunyai kekuatan
sangat penting sebagai alat pemasaran yang membantu menjual barang,
memberikan pelayanan serta gagasan atau ide-ide melalui saluran tertentu dalam
bentuk informasi persuasif. Iklan adalah segala bentuk pesan tentang suatu produk
yang akan disampaikan melalui media, yang ditujukan kepada sebagian atau
keseluruh masyarakat. Pesan dalam iklan harus dibuat secara sesingkat mungkin,
karena para konsumen jarang sekali bersedia meluangkan waktu yang cukup lama
untuk melihat sebuah iklan. Pesan dibuat sederhana namun mampu memberikan
dampak yang seketika. Salah satu senjata utama dalam dunia periklanan adalah
bahasa, penggunaan bahasa yang tepat (belum tentu baik dan benar) akan sangat
menentukan apakah “dagangan” laku apakah tidak.
Iklan adalah proses penyampaian pesan atau informasi kepada sebagian /
seluruh khalayak dengan menggunakan media iklan. Periklanan didefinisikan
sebagai kegiatan berpromosi atau berkampanye melalui media massa (Wibowo,
2003 : 5). Awalnya iklan merupakan sebuah produk yang diciptakan untuk
memenuhi kebutuhan pemasang iklan. Untuk maksud tersebut pengiklan
memanfaatkan kekuatan pencitraan terhadap suatu produk atau gaya yang akan
dipasarkan dengan perantara media massa, sehingga iklan dapat menjadi realitas
merupakan instrumennya. Produk iklan dapat dilihat juga sebagai improvisasi
melalui trik-trik iklan. Iklan juga menunjukkan bagaimana keniscayaan pasar atau
kemajuan ekonomi beroperasi melalui dunia tanda-tanda, bahasa, atau kata-kata.
Periklanan adalah bisnis yang besar, investasi besar-besaran ini menunjukkan
bahwa banyak perusahaan yang memiliki keyakinan akan efektifitas periklanan.
Secara umum periklanan dihargai karena karena dikenal sebagai pelaksana
beragam fungsi penting komunikasi yang penting bagi perusahaan bisnis dan
organisasi lainnya (Shimp, 2003 : 357).
Iklan yang baik adalah iklan yang dapat dipahami dari tiga segi yaitu
kreatifitas, efektifitas dan normatif. Dari segi kreatif, iklan yang baik adalah
iklan yang memiliki konsep penyampaian pesan yang baik, menarik serta
penggambaran yang melibatkan estetika dan komunikatif. Dari segi efektifitas,
iklan yang baik adalah yang memiliki daya jual produk yang diinginkan selain
itu dapat membangun citra produk. Sedangkan segi normatif, iklan yang baik
adalah iklan yang dibuat memenuhi kaidah-kaidah, norma-norma maupun
aturan yang berlaku.
Sebuah iklan disebut efektif bila pesan yang terdapat dalam iklan
tersebut mampu menggambarkan apa yang dikehendaki oleh komunikator
secara tepat dan apa yang dituangkan dalam pesan iklan tersebut mampu
dipersepsi dan dimengerti secara sama oleh khalayak dengan apa yang
dikehendaki oleh komunikator. Melalui pesan yang efektif ini diharapkan
pesan akan mampu memberikan dampak tertentu pada khalayak yang sesuai
dengan yang dikehendaki oleh komunikator. Dengan tuntutan agar iklan dapat
dipersepsi dengan baik oleh khalayak dan mampu diingat dibenak mereka,
pembuatan iklan produk mereka sesuai dengan segmentasi dari produk.
Melalui biro-biro iklan suatu perusahaan berlomba-lomba menciptakan
karakter yang kuat akan produknya. Hal tersebut mendorong tim kreatif suatu
biro iklan untuk menciptakan ide-ide segar dan inofatif dalam pembuatan
sebuah iklan. Iklan yang efektif memiliki kemungkinan terbesar terjadi sebuah
pembelian, pesan verbal dan nonverbal, bahasa yang digunakan dalam iklan,
sound efek dan visual efek dan tehnik membangkitkan motifasi konsumen.
Sasaran akhir periklanan adalah terjadinya penjualan, karena itu periklanan
tidak boleh membohongi menyesatkan konsumen. Apabila terjadi pasti akan
menjerakan masyarakat sehingga akan menjadi bumerang bagi produsen dan
perusahaan periklanan itu sendiri.
Perkembangan industri periklanan nasional saat ini, tidak dapat
dilepaskan dari peran penting iklan dalam mata rantai strategi pemasaran
sebuah perusahaan. Dalam hal ini iklan berfungsi untuk mengubah atau
mempengaruhi sikap-sikap khalayak, khususnya yang menjadi konsumen dari
brand yang diiklankan tersebut, dimana tujuan periklanan komersial adalah
membujuk khalayak untuk membeli produk A bukannya produk B. Iklan pada
dasarnya adalah produk kebudayaan massa. Produk kebudayaan masyarakat
industry yang ditandai oleh produksi dan konsumsi massal. Kepraktisan dan
pemuasan jangka pendek antara lain merupakan nilai-nilai kebudayaan massa
(Jefkins, 1997 : 17-27). Periklanan di media massa menciptakan kesadaran
akan merk, menyalurkan informasi produk, dan membangun citra positif.
Tujuan periklanan adalah tujuan-tujuan yang diupayakan untuk
dicapai oleh periklanan. Membujuk konsumen untuk melakukan sesuatu
jasa yang diiklankan). Remainding, iklan menjaga agar merek perusahaan
tetap segar dalam ingatan para konsumen. Agar periklanan dapat menarik dan
berkomunikasi dengan khalayaknya dalam cara tertentu sehingga
membuahkan hasil yang diinginkan, pengiklan pertama-tama harus memahami
khalayak mereka. Mereka harus mengakrabkan diri dengan cara berfikir para
konsumen, dengan faktor-faktor yang memotivasi mereka, serta dengan
lingkungan dimana mereka hidup (Lee, Johnson, 2004 : 108). Manfaat iklan
yang terbesar adalah membawa pesan yang ingin disampaikan oleh produsen
kepada khalayak ramai. Iklan dapat menjangkau daerah yang luas secara fisik
tidak dapat/sulit dijangkau oleh produsen. Iklan juga bisa memberikan
informasi, berita-berita up to date kepada konsumen mengenai
komuditi-komuditi dan sekarang ini iklan tidak sekedar menyampaikan informasi
tentang suatu produk (ide jasa dan barang) tetapi iklan sekaligus memiliki sifat
”mendorong” dan membujuk agar orang menyukai, memilih kemudian
membeli produk tersebut. Bentuk primitif suatu iklan adalah teriakan para
pedagang keliling yang berkeliling menjajakan dagangannya dari rumah
kerumah. Dalam perkembangan terakhir iklan sudah mencapai pemanfaatan
kecanggihan tehnologi dan media interaktif seperti televisi, radio, surat kabar,
majalah, tabloid dan dunia cyber yaitu melalui internet dengan beragam
bentuknya.
Media iklan seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, tabloid,
internet dan lain sebagainya juga menyajikan berbagai macam bentuk iklan.
Masing-masing media mempunyai cara pengemasan beragam dalam membuat
iklan yang disesuaikan dengan segmentasi khalayaknya, orientasi internal dari
yang paling cocok bagi iklan konsumen biasanya adalah media yang diminati
secara luas, dibaca oleh banyak lapisan sosial atau kelompok ekonomi dalam
masyarakat.
Media cetak sebagai salah satu media massa yang merupakan suatu
media yang statis dan mengutamakan pesan visual. Menjadi media yang
paling dipilih oleh para pengiklan karena pengiklan dapat bebas memilih
pesan mana yang akan diprioritaskan dan cocok untuk pemasang iklan (Kasali,
1992 : 107). Seperti halnya dengan media komunikasi yang lain (media
audio/media audio visual), fungsi utama media cetak adalah sebagai wahana
penyampaian pesan dan sekaligus sebagai media penghibur yang dapat
memuaskan perasaan keindahan pemirsanya. Media cetak merupakan suatu
dokumen yang merekam berbagai peristiwa dalam kehidupan masyarakat,
yang ditangkap oleh jurnalis atau desainer yang kemudian diubah dan
selanjutnya dalam bentuk informasi berupa informasi yang berupa kata-kata,
gambar dan sebagainya.
Fleksibelitas merupakan kekuatan terbesar media cetak khususnya
surat kabar. Pengiklan dapat menyesuaikan materi iklannya agar sesuai dengan
prefensi pembelian, kemampuan untuk menyajikan materi pesan dengan rinci
merupakan kekuatan lain dari surat kabar. Informasi produk yang rinci dan
halaman editorial digunakan sebagai periklanan dalam surat kabar yang tidak
dapat disejajarkan dengan media massa lainnya. Waktu yang tidak terbatas
membuat pengiklan mengaitkan materi iklannya dengan perkembangan pasar
Sebuah iklan tidak akan ada tanpa adanya pesan. Tanpa pesan iklan
tidak akan berwujud. Iklan diciptakan komunikator karena ingin ditujukan
kepada khalayak tertentu. Dalam dunia periklanan, khalayak sasaran
cenderung bersifat khusus. Pesan yang disampaikan tidak dimaksudkan untuk
diberikan kepada semua orang, melainkan kelompok target audience tertentu.
Sasaran khalayak yang dipilih tersebut didasarkan pada keyakinan bahwa pada
dasarnya setiap kelompok khusus audience memiliki kesukaan, kebutuhan,
keinginan, karakteristik, dan keyakinan khusus. Dengan demikian pesan yang
diberikan harus dirancang khusus dan disesuaikan dengan target (Widyatama,
2007 : 22). Iklan media massa merupakan salah satu iklan yang dalam
penggambaran kelebihannya melalui berbagai penggambaran. Suatu iklan juga
mendasarkan konsep-konsep pada segmen yang dituju.
Dalam komunikasi periklanan, yang digunakan bukanlah hanya bahasa
sebagai alat untuk menyampaikan isi pesannya, tetapi juga alat komunikasi
lainnya seperti gambar, warna dan bunyi. Masih sering kita jumpai suatu
perusahaan dalam mengiklankan produknya, produk tersebut tidak
ditampilkan secara langsung. Daya tarik iklannya hanya menampilkan logo
dari produk tersebut, warna beserta kalimat pesan yang mengandung makna
konotatif. Melalui visualisasi iklan, seluruh pesan dalam iklan semestinya
merupakan pesan yang efektif. Yang berarti pesan yang mampu
menggerakkan khalayak agar mereka mengikuti apa isi pesan tersebut. Semua
iklan yang dibuat oleh perusahaan periklanan dapat dipastikan memiliki tujuan
tertentu, yaitu berupa dampak tertentu di tengah-tengah khalayak. Sia-sia
rasanya bila membuat pesan iklan namun tidak mempunyai maksud
Iklan yang baik adalah iklan yang dibuat memenuhi kaidah dan
norma-norma yang berlaku dan telah ditetapkan oleh pemerintah. Hal ini yang perlu
diketahui oleh para produsen dan biro periklanan dalam menciptakan sebuah
iklan. Dengan peraturan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah tersebut,
tidak semua produk bisa bebas mengekspresikan dalam pembuatan sebuah
iklan. Salah satu produk tersebut adalah produk rokok, dimana sebuah iklan
rokok hanya boleh menampilkan image atau citra produk tanpa adanya
perwujudan dari produk rokok tersebut. Dengan adanya peraturan yang
tersebut pembuatan idea atau konsep dalam iklan produk rokok cenderung
lebih sulit dibanding pembuatan produk iklan yang lainnya.
Para biro iklan harus mematuhi Tata Krama dan Tata Cara Periklanan
Indonesia (TKTCPI) sebagai berikut :
1. Iklan tidak boleh mempengaruhi atau merangsang orang untuk
merokok.
2. Iklan tidak boleh menyarankan bahwa tidak merokok adalah hal
yang tidak wajar.
3. Iklan tidak boleh menyarankan bahwa merokok adalah sehat dan
bebas dari gangguan kesehatan.
4. Iklan tidak boleh ditujukan terhadap anak dibawah 16 tahun dan
atau wanita hamil, atau menampilkan mereka dalam iklan (Kasali,
1992 : 213).
Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia (TKTCPI) di atas
semakin memberatkan dan mempersempit ruang gerak para produsen beserta
biro iklan rokok untuk menampilkan produk mereka menjadi sebuah iklan di
menciptakan karakter yang kuat atas produknya. Hal tersebut mendorong
produsen beserta biro iklannya menampilkan ide, konsep-konsep yang lebih
kreatif sehingga bisa memvisualisasikan sebuah iklan rokok tanpa harus
menampilkan perwujudan rokok akan tetapi konsumen tetap dapat mengerti jenis
produk yang diiklankan. Untuk memenuhi etika periklanan yang sudah ada para
produsen dan biro iklan rokok biasanya mengambil jalan manipulatif dengan
cara menampilkan image dari produk rokok tersebut. Untuk memudahkan para
konsumen mengerti isi pesan yang ingin disampaikan biro iklan dan produsen
lebih menonjolkan pemakaian slogan atau keyword (kata kunci) yang mudah
diingat oleh para konsumen.
Semakin banyak perusahaan rokok yang bermunculan tentu semakin
banyak juga iklan rokok yang beredar di media massa. Sejauh ini hampir
semua iklan rokok pada umumnya menunjukkan laki-laki macho, pembrani,
bertubuh kekar, dan pahlawan. Di dalam iklan mereka sangat jelas
menunjukkan sisi maskulinitasnya, misalnya dalam iklan tersebut sang pria
pemberani tersebut menampilkan adegan-adegan menantang dan berbahaya
yang menampilkan kekuatan otot, kejantanan, sikap kesatria, mampu
menaklukkan halangan dan rintangan seberat apapun itu. Tampilan iklan
belakangan ini, baik ditayangkan TV maupun media cetak selain dipenuhi
gaya cowok parlente juga banyak bertaburan aksi wania cantik dan seksi.
Memang sejauh ini bintang iklan rokok selalu identik dengan wanita yang
cantik dan seksi, pria tampan dan jantan dan hal lain yang berbau ketenaran.
Penampilan yang berbeda justru ditampilkan iklan rokok LA. Lights
Menthol versi “Lukisan Monalisa” yang menggigil kedinginan karena terkena
adalah sebuah produk rokok yang diproduksi oleh PT Djarum yang berasal
dari Kudus, Jawa tengah. Djarum merupakan salah satu perusahaan rokok
terkemuka tiga perusahaan rokok terbesar (selain Gudang Garam dan
Sampoerna) dan cukup dikenal khalayak Indonesia. Selain memproduksi LA.
Lights Menthol, PT Djarum juga memproduksi berbagai macam variant, jenis
produksi PT Djarum sendiri seperti Djarum 76, Djarum Cokelat, Djarum
Istimewa, Djarum Nuu Mild, LA Lights dan La Menthol, Djarum black slim,
Djarum Black tea, Djarum Original dan Djarum dengan beraneka variant rasa.
LA. Lights Menthol memiliki target sasaran, yaitu pria ban berumur 17-30
tahun dan dengan segmentasi menengah keatas. Segmen adalah kelompok
masyarakat tertentu yang menjadi sasaran penjualan suatu produk segmen
harus diketahui creator iklan, agar iklan yang dihasilkan dapat diterima oleh
sasaran produk tersebut.
Iklan yang dimuat di televisi maupun salah satu iklannya dimuat juga
di media massa khususnya surat kabar. Dengan versi “Lukisan Monalisa”
yang sedang menggigil kedinginan diharapkan mampu menarik dan
diharapkan mampu menyedot target sasarannya. Peneliti merasa tertarik
melakukan penelitian berkaitan dengan keunikan dan daya tarik iklannya yang
membuat penasaran, dengan menampilkan sebuah lukisan terkenal yang
dibuat pada abad ke 16 yang terkenal karya Leonardo da Vinci seorang
seniman Yunani dalam sebuah iklan produk rokok. Lukisan yang masih
menyimpan banyak misteri tentang siapa sebenarnya wanita yang ada di
Lukisan tersebut. Sebuah lukisan tua yang telah berumur lebih dari 500 tahun
yang digantung di salah satu sudut dinding Museum Louvre di kota Paris,
ragukan lagi kecantikannya. Dia kelihatan menghadap kearah sang pelukis
dengan kedua pergelangan tangannya dirapatkan antara satu sama lain.
Lukisan setengah badan ini menggambarkan senyuman seorang wanita yang
tatapannya menuju pengunjung dengan ekspresi yang sering dideskripsikan
senyuman yang misterius. Nama atau judul lukisan ini adalah Lukisan
Monalisa, seorang wanita bangsawan yang bernama Lisa Gerradini istri dari
seorang saudagar kaya raya berasal dari Florence, Italia. Lukisan yang
menyimpan banyak misteri tentang senyumannya juga terletak pada bola
matanya yang memandang jauh keluar, yang jika dilihat dari berbagai sudut
pandangan wanita dalam lukisan tersebut dapat berubah-ubah.
Dari sejarah lukisan Monalisa yang masih menyimpan banyak misteri,
membuat ide baru pembuatan iklan rokok LA Lights Menthol. Mengingat
lukisan tersebut cukup terkenal maka dijadikannya ikon lukisan Monalisa
tersebut dalam iklan rokok LA. Lights Menthol, karena iklan ini iklan rokok
menthol dimana perusahaan rokok ini mempunyai taqline “100% menthol
alam” Lukisan Monalisa yang semula hanya tersenyum dan merekatkan kedua
tangannya dengan pandangan menuju arah kedepan, divisualisasikan menjadi
Lukisan Monalisa yang merekatkan kedua tangannya sampai ke bagian
lengan, pigura yang jadi tempat lukisan tersebut diselimuti oleh kristalisasi es
yang sudah membeku dan ditaburi daun menthol. Karena kali ini konsep yang
di usung oleh LA. Lights Menthol kesegaran dan keaslian menthol alam yang
sampai membuat Lukisan Monnalisa yang awalnya senyumannya menyimpan
kemisteriusan menjadi menggigil dan merasakan kesegaran menthol alam dari
Iklan LA. Lights Menthol versi “Lukisan Monnalisa” memiliki pesan
nonverbal yang sebenarnya ditujukan untuk mengkomunikasikan kesegaran
dan keaslian menthol alam yang terkandung di dalam produk itu sendiri.
Namun keterbatasan visual dalam iklan media cetak untuk mengungkapkan
bagaimana sensasi rokok LA. Lights Menthol dengan mengandalkan perilaku
nonverbal pada gambar lukisan tersebut dengan maksud agar khalayak
mengerti bahwa rokok LA. Lights Menthol memang mengandung 100%
menthol alam yang memberikan sensasi dingin.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti merasa tertarik untuk
mengungkap makna dibalik iklan LA. Lights Menthol versi “Lukisan
Monnalisa” menggunakan model dasar pendekatan semiotik Charles S. Pierce.
Menurut Pierce sebuah tanda itu mengacu pada sebuah acuan dan representasi
adalah fungsi utamanya. Semiotik dipandang sebagai cara untuk membuat
struktur pesan, berbagai jenis tanda dan makna dari tanda tersebut kemudian
dipahami dan dimengerti oleh individu. Karena didalam iklan ini tersirat
berbagai makna maka digunakannya ikon, indeks, dan simbol untuk
mengklasifikasikan sebuah tanda secara tepat.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
“Bagaimana Pemaknaan Iklan LA. Lights Menthol versi “Lukisan Monnalisa”
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pemaknaan
pada iklan rokok LA. Lights Menthol versi lukisan Monnalisa di media cetak.
1.4 Manfaat Penelitian
Terdapat 2 (dua) manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini, yaitu :
1. Manfaat Teoritis
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi atau
landasan pemikiran pada Ilmu Komunikasi mengenai analisis dan mengkaji
lebih dalam makna simbol-simbol yang terdapat dalam iklan.
2. Manfaat Praktis
Dari hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan para praktisi periklanan
dalam kaitannya dengan penciptaan konsep-konsep iklan yang akan
diluncurkan ketengah khalayak. Dan di sisi lain dapat memberikan suatu
wacana pada masyarakat agar bisa lebih mencermati iklan-iklan yang
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Iklan Media Cetak
Iklan pada dasarnya adalah produk kebudayaan massa. Produk
kebudayaan masyarakat industri yang ditandai oleh produksi dan konsumsi
massal. Kepraktisan dan pemuasan jangka pendek antara lain merupakan
nilai-nilai kebudayaan massa (Jefkins, 1997 : 27). Artinya, massa dipandang tidak
lebih sebagai konsumen. Hubungan antara produsen dan konsumen adalah
hubungan komersial semata. Interaksinya tidak ada fungsi lain selain
memanipulasi kesadaran, selera, dan perilaku konsumen.
Iklan merupakan sebuah produk yang diciptakan untuk memenuhi
kebutuhan pemasang iklan. Untuk maksud itu pengiklan memanfaatkan
kekuatan pencitraan terhadap suatu produk atau gaya yang akan dipasarkan
dengan perantara media sehingga iklan akan menjadi realitas baru dari produk
komunitas yang disediakan. Iklan juga menunjukkan bagaimana keniscayaan
pasar atau kemajuan ekonomi beroperasi melalui tanda-tanda, bahasa atau
kata.
Menurut Wright dalam Liliweri (1992 : 20), iklan merupakan suatu
proses komunikasi yang mempunyai kekuatan sangat penting sebagai alat
gagasan atau ide-ide melalui saluran tertentu dalam bentuk yang persuasif.
Dengan demikian iklan tidak hanya menjalankan fungsi ekonomi saja, tetapi
iklan juga memainkan peran yang kompleks dalam masyarakat, maka dari itu
iklan menjadi suatu komunikasi sosial. Iklan sebagai bentuk komunikasi sosial
bertugas memberitahu pada setiap individu mengenai apa saja yang harus
dibeli agar mereka dikatakan mengikuti trend.
Dalam memasarkan produknya, suatu perusahaan membutuhkan
media untuk beriklan. Iklan akan mampu menjangkau khalayak sasaran
didaerah yang sulit dijangkau secara fisik, dengan melalui penggunaan media
massa, baik media cetak maupun media elektronika.
Definisi iklan media cetak menurut Nuryanto (1993 : 5), adalah segala
bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan melalui media cetak dan
dibiayai oleh pemrakarsa serta ditujukan kepada khalayak sasarannya.
Iklan-iklan yang di muat di media cetak adalah Iklan-iklan-Iklan-iklan yang muncul di kalangan
khalayak sasaran dalam bentuk publikasi berupa barang cetakan, misalnya :
poster, brosur, pamflet serta iklan-iklan pada surat kabar dan majalah.
Media cetak adalah suatu media yang statis dan mengutamakan
pesan-pesan visual. Media ini terdiri dari lembaran dengan sejumlah kata, gambar
atau foto, dalam tata warna dan halam putih. Fungsi utama media cetak adalah
memberi informasi dan menghibur. Media cetak adalah suatu dokumen atas
segala hal yang dikatakan orang lain dan rekaman peristiwa yang ditangkap
oleh seorang jurnalis dan diubah dalam bentuk kata-kata, gambar, foto dan
Media cetak menurut Eric Barnow disebut “printed page” adalah
meliputi segala barang yang dicetak, yang ditujukan untuk umum atau untuk
suatu publik tertentu. Dengan demikian yang dimaksud adalah meliputi surat
kabar, majalah serta segala macam barang cetakan yang ditujukan untuk
menyebarluaskan pesan-pesan komunikasi. Media cetak itu sendiri
pengertiannya adalah media statis yang mengutamakan pesan visual yang
terdiri dari lembaran, sejumlah kata, gambar atau foto. Umumnya media cetak
lini atas yang digunakan sebagai media periklanan adalah surat kabar dan
majalah, sedangkan media cetak lini bawah yang digunakan berupa pamfleat,
brosur, poster dan sebagainya
(http://www.google.com/search?hl=en&client=opera&hs=gcj&rls=q=definisi+
iklan+media+cetak=search) diakses 20 Agustus 2010.
Menurut Agustrijanto (2002 : 116), pemasangan iklan di media cetak
(koran, majalah, tabloid) termasuk sesuatu yang paling dicari para pemasang
iklan dan biro iklan karena tergolong praktis, cepat dan harga terjangkau.
Istilah iklan koran yang akrab di telinga masyarakat menunjukkan jika media
cetak menempati posisi penting. Daya jangkau dan edar koran bisa sampai ke
pelosok. Perkembangan jaman telah menciptakan segmentasi dan
mengidentifikasi koran menurut karakteristik sosial, ekonomi dan pendidikan
para pembacanya.
Seperti media periklanan lainnya, media cetak juga memiliki kelebihan
serta keterbatasan. Berikut ini beberapa kelebihan yang dimiliki oleh media
1. Jangkauan khalayak lebih luas
2. Kemampuan untuk menyajikan materi pesan dengan rinci
3. Waktu yang tidak terbatas
4. Fleksibel
Selain memiliki kelebihan tentunya media cetak juga memiliki
kelemahan-kelemahan dibandingkan media lainnya :
1. “Clutter” (ketidak beraturan)
2. Bukan media yang selektif
3. Komposisi pembaca bisa berubah (Shimp, 2003 : 515).
Jadi, iklan media cetak adalah pesan atau informasi tentang suatu
produk atau jasa yang disampaikan kepada khalayak dengan menggunakan
media-media cetak seperti koran, brosur, majalah, dan lain-lain sebagai
perantara.
Dalam pengertian ini, media cetak yang digunakan sebagai media
untuk periklanan dibatasi pada surat kabar dan majalah. Pengaruh iklan yang
ditampilkan media cetak terhadap pembacanya mampu memberikan
pengetahuan tambahan maupun pengetahuaan yang bersifat baru, dimana iklan
yang ditampilkan di media massa cetak dibuat sangat menarik untuk merebut
perhatian pembacanya. Dari ulasan pengertian di atas maka peneliti akan
mengkaji mengenai definisi atau pengertian iklan di media cetak khususnya
surat kabar. Karena obyek penelitian yang mengenai pemaknaan iklan di surat
2.1.2 Pesan Dalam Iklan
Peran iklan dalam masyarakat telah diperdebatkan sejak lama. Para
praktisi periklanan beranggapan bahwa iklan amat bertanggung jawab
terhadap segala kejadian baik di dalam kehidupan dan dikritik oleh lawan
mereka sebagai penyebab kejadian buruk. Oleh karena itu dalam penciptaan
sebuah iklan yang baik dan efektif perlu adanya pemikiran yang lebih dalam
pada pemilihan pesan yang nantinya akan digunakan dalam iklan tersebut.
Dalam tahap awal pembuatan iklan sebuah iklan biasanya pihak
produsen dan biro iklannya terlebih dahulu menganalisa. Dengan mengetahui
keadaan produk tersebut dipasaran tentunya akan lebih memudahkan biro
iklan dalam pemilihan pesan yang akan disampaikan nantinya. Selain itu
dalam pembuatan iklan komersial yang tidak boleh dilupakan adalah pesan
tersebut harus dapat mempengaruhi konsumen agar menggunakan dan
membeli produk yang diiklankan. Iklan disampaikan melalui dua saluran
media massa yaitu melalui media cetak dan media elektronik. Sebagaimana
kita ketahui manusia mempunyai daya ingat yang terbatas, oleh karena itu
pesan dalam iklan harus dibuat semenarik mungkin sehingga iklan tersebut
dapat diingat walaupun banyak produk ataupun merk lain yang bermunculan
dipasaran.
Pesan dalam iklan dibedakan menjadi :
1. Pesan Linguistik (semua kata dan kalimat dalam iklan)
2. Pesan Ikonik yang terkodekan (konotasi yang muncul dalam foto iklan
yang hanya dapat berfungsi jika dikaitkan dengan system tanda yang
3. Pesan Ikonik yang tak terkodekan (denotasi dalam foto iklan)
(Cobley dan Janz dalam Sobur, 2003 : 119).
Pesan dalam iklan juga dapat berupa pesan nonverbal yang dapat dilihat
dari bahasa tubuh, menurut perintis studi bahasa non verbal Whistell
berpendapat bahwa :
Sikap anggota tubuh seperti senyuman dan tatapan mata, tangan, kepala, kaki, dan tubuh secara keseluruhan dapat digunakan sebagai isyarat simbolik (Mulyana, 2001 : 317).
Dalam pelajaran bahasa nonverbal dikenal bebrapa jenis kinestik
(gerakan anggota tubuh), yaitu ekspresi wajah, kontak mata, isyarat tangan,
kepala, kaki,penampilan rupa dan berdiam diri (Liliweri, 2003 : 194).
Menurut Shimp (2002 : 164) pesan merupakan sesuatu ekspresi
simbolis dari pemikiran sang pengirim. Pesan dapat berbentuk sebuah iklan
yang penyampainnya melalui media untuk menyampaikannya isi kepada pihak
penerima.
Beberapa tipe pesan dalam iklan yang ditampilkan untuk menimbulkan
daya tarik rasional antara lain :
1. Aktual, berhubungan dengan pengambilan keputusan hight
involvement, yaitu penerimaan pesan dimotivasi untuk dapat memproses
informasi.
2. Potongan kehidupan (Slice of Life) pesan iklan yang disuguhkan dalam
bentuk kegiatan sehari-hari yang sering dialami oleh orang banyak.
3. Demonstrasi, pesan iklan menggambarkan kemampuan produk secara
4. Iklan perbandingan (Comperative Advertising) iklan berusaha
membandingkan produk iklan yang ditawarkan dengan produk lain yang
sejenis.
Iklan bukan hanya menampilkan pesan mengenai kehebatan produk
yang ditawarkan, tapi juga sekaligus menyampaikan pesan agar konsumen
sadar menegenai perusahaan yang memproduksi produk yang ditawarkan itu.
Sehingga kita sering mendengar atau melihat iklan yang selain menawarkan
produknya tetapi juga menyampaikan siapa produsennya (Sutisna, 2002 :
275).
Iklan ada karena iklan mempunyai fungsi. Dilihat sebagai alat, iklan
dapat digunakan untuk mencapai berbagai tujuan. Ia tergantung pada kemana
komunikator hendak mengarahkan pesannya. Bisa jadi iklan hanya diarahkan
hanya pada upaya memberitahukan kepada masyarakat atas sesuatu hal.
Artinya, iklan memang diharapkan hanya sekedar untuk mengetahui apa yang
disampaikan. Komunikator tidak bermaksud untuk lebih dari sekedar
memberitahukan sesuatu, misalnya mengharapkan agar konsumen atau
khalayak mengikuti apa yang telah disarankan dalam pesan iklan tersebut.
Berbagai fungsi tersebut dapat digunakan dalam jangka pendek
maupun jangka panjang. Jangka pendek adalah tujuan dimana iklan
diharapkan mampu memberikan dampak segera setelah iklan disampaikan
ditengah masyarakat. Sedangkan jangka panjang adalah dampak yang baru
dapat dipetik dalam kurung waktu yang cukup lama setelah iklan tersebut
Menurut Alo Liliweri (Widyatama 2007 : 144-146) iklan mempunyai
fungsi yang sangat luas diantaranya adalah :
1. Fungsi Pemasaran
Fungsi pemasaran adalah fungsi iklan yang diharapkan untuk membantu
pemasaran atau menjual produknya. Artinya iklan digunakan untuk
mempengruhi khalayak untuk membeli dan mengkonsumsi produk yang di
iklankan.
2. Fungsi Komunikasi
Fungsi komunikasi adalah sebentuk pesan dari komunikator kepada
khalayaknya. Sama halnya dengan berbicara, iklan juga merupakan pesan
yang menghubungkan antara komunikator dengan komunikan.
3. Fungsi Pendidikan
Fungsi ini mengandung makna bahwa iklan merupakan alat yang dapat
membantu khalayak mengenai sesuatu, agar mengetahui dan mampu
melakukan sesuatu. Artinya situasi ini khalayak yang sudah terdidik tersebut
dimaksudkan agar khalayak siap menerima produk yang dihasilkan produsen.
4. Fungsi Ekonomi
Fungsi ini mengandung makna bahwa iklan mampu menjadi penggerak
ekonomi agar kegiatan ekonomi tetap dapat berjalan. Fungsi ini terjadi karena
melalui iklan masyarakat terbujuk untuk membeli barang dan melakukan
tindakan konsumerisme.
5. Fungsi Sosial
Fungsi ini iklan telah mampu menghasilkan dampak sosial psikologis yang
munculnya budaya konsumerisme, menciptakan status sosial baru dan
sebagainya.
2.1.3 Pengertian Lukisan Monalisa
Secara historis, seni lukis sangat terkait dengan gambar.
Peninggalan-peninggalan prasejarah memperlihatkan bahwa sejak ribuan tahun yang lalu
nenek moyang manusia telah memulai membuat gambar untuk menceritakan
bagian-bagian dari perjalanan kehidupannya. Sebuah lukisan atau gambar bisa
dibuat hanya dengan menggunakan bidang datar seperti dinding, kertas atau
kanvas.
Sebuah lukisan terkenal yang dibuat pada abad ke 16 yang terkenal
karya Leonardo da Vinci seorang seniman Yunani dalam sebuah iklan produk
rokok. Lukisan yang masih menyimpan banyak misteri tentang siapa
sebenarnya wanita yang ada di Lukisan tersebut. Sebuah lukisan tua yang telah
berumur lebih dari 500 tahun yang digantung di salah satu sudut dinding
Museum Louvre di kota Paris, lukisan cat minyak tersebut menggambarkan
seorang gadis yang tidak di ragukan lagi kecantikannya. Dia kelihatan
menghadap kearah sang pelukis dengan kedua pergelangan tangannya
dirapatkan antara satu sama lain. Lukisan setengah badan ini menggambarkan
senyuman seorang wanita yang tatapannya menuju pengunjung dengan
ekspresi yang sering dideskripsikan senyuman yang misterius. Nama atau
judul lukisan ini adalah Lukisan Monalisa, seorang wanita bangsawan yang
bernama Lisa Gerradini istri dari seorang saudagar kaya raya berasal dari
Florence, Italia. Lukisan yang menyimpan banyak misteri tentang
yang jika dilihat dari berbagai sudut pandangan wanita dalam lukisan tersebut
dapat berubah-ubah.
(http//www.google.com/search?hl=en&client=opera&hs=gcj&rls=q=lukisan+
monalisa=search) diakses 06 September 2010.
2.1.4 Daun Menthol Asal tanaman :
Papermint merupakan hasil hibridasi (biasanya steril) dan water mint
(M.Aquatica) dan spearmint (M.Spicata). Papermint kadang ditemukan liar di
Eropa tengah da selatan, tetapi pertama kali digunakan di Inggris. Dimana
perkembangannya menyebar ke benua Eropa dan Afrika. Saat ini Afrika utara
adalah pengembang utama. Jenis yang tumbuh didaerah tropis Asia adalah
keturunan dari Field mint.
Bagian yang digunakan :
Daun → Karakter aromanya murni dan menyegarkan, terasa pedas dan
membakar. Minyak esensial sampai 2,5 di daun keringnya kebanyakan di
bentuk dari menthol. Menthol bertugas memberikan rasa dingin, dan
menyegarkan.
Penggunaan :
Papermint dan sejenisnya kebanyakan dikenal untuk obat dan herbal.
Papermint yang sesungguhnya dipakai untuk pembuatan permen dan minuman
keras yang manis, dimana rasa dingin menyegarkan, menyeimbangkan rasa
manisnya gula. Di asia papermint untuk memproduksi menthol.
farmasi, bumbu masakan, membuat minuman dan memberikan aroma dan rasa
dingin pada produk rokok tertentu.
(http//www.google.com/search?hl=en&client=opera&hs=gcj&rls=q=definisi+
daun+menthol=search) diakses 06 September 2010.
2.1.5 Penggunaan Warna Dalam Iklan
Setiap warna memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan
banyak hal kepada para pembeli prospektif termasuk kualitas rasa, serta
kemampuan produk untuk memuaskan beragam kebutuhan psikologis (Shimp,
2003 : 308). Warna juga memiliki karakteristik tertentu. Yang dimaksudkan
karakteristik dalam hal ini adalah ciri-ciri atau sifat-sifat khas yang dimiliki
oleh suatu warna.
Dalam kegiatan periklanan, tehnik pewarnaan memiliki peranan yang
sangat penting dalam menentukan respon konsumen terhadap sebuah iklan.
Warna merupakan salah satu aspek penting dari komunikasi visual. Konsumen
bisa sangat tertarik atau bahkan tidak menyukai sebuah iklan hanya karena
teknik pewarnaan yang digunakan dalam iklan tersebut. Hal ini dikarenakan
tehnik pewarnaan yang digunakan dalam iklan dapat menarik perhatian
konsumen dan meningkatkan daya jual sebuah produk.
Pemilihan warna adalah salah satu hal yang sangat penting dalam
menentukan respon dari konsumen. Warna adalah hal yang pertama kali
dilihat oleh seseorang atau konsumen, dan dalam pemilihan warna yang tepat
membuat kesan untuk pengamat ataupun pemerhati iklan agar menarik produk
yang disponsorkan.
Berikut ini adalah beberapa gambaran warna yang mempunyai nilai
perlambangan secara umum antara lain :
1. Kuning : Warna kuning dapat diartikan sebagai kemegahan dan
keceriaan, selain itu juga dapat menjadi simbol dari
kekuasaan. Warna kuning adalah kumpulan dua fenomena
penting dalam kehidupan manusia, yaitu kehidupan yang
diberikan matahari di angkasa dan emas sebagai kekayaan
bumi. Kuning adalah warna cerah, karena itu dilambangkan
kesenangan atau kelincahan. Kuning adalah warna yang
paling terang setelah putih dan memaknakan kemuliaan
cinta serta pengertian yang mendalam dalam hubungan
antar manusia.
2. Hijau : Warna hijau mempunyai karakter yang hampir sama dengan
biru, hijau relatif lebih netral. Pengaruh terhadap emosi
mendekati pasif lebih bersifat istirahat. Hijau
melambangkan perenungan, kepercayaan (agama), dan
keabdian. Berkonotasi dengan kekayaan kesehatan,
ketenangan dan ketentraman. Dalam penggunaan biasa
warna hijau mengungkapkan kesegaran, mentah, muda,
belum dewasa, pertumbuhan, kehidupan dan harapan dan
3. Putih : Warna putih memilki karakteristik positif, merangsang,
cemerlang, dan sederhana. Putih melambangkan kesucian,
polos, jujur, dan murni. Putih juga melambangkan
kekuatan Maha Tinggi, lambang cahaya, kemenangan yang
mengalahkan kegelapan, mengimajinasikan kebalikan dari
warna hitam.
4. Hitam : Warna hitam melambangkan kegelapan dan ketidakhadiran
cahaya. Hitam menandakan kekuatan yang gelap, lambang
misteri, warna malam dan selalu diindikasikan kebalikan
dari warna putih. Sering juga dilambangkan sebagai warna
kehancuran, diasosiasikan sebagai sifat negatif.
Dikonotasikan dengan berkuasa, kuat dan tegas namun
terkadang diartikan juga dengan kesedihan.
5. Cokelat : Warna yang diartikan sangat sedih, patah hati, tidak bahagia
dan murung (Mulayana, 2001 : 377 ).
2.1.6 Komunikasi Sebagai Suatu Proses Simbolik
Banyak kesalahan komunikasi (miscommunication) terjadi dalam masyarakat karena tidak memahami simbol-simbol yang ada. Salah satu
kebutuhan manusia adalah simbolisasi atau penggunaan lambang. Meski
demikian di dalam kehidupan sehari-hari kerap kita tidak dapat membedakan
pengertian antara simbol dan kode. Lambang atau simbol adalah sesuatu yang
digunakan untuk menunjukkan sesuatu lainnya berdasarkan kesepakatan
verbal dan objek yang maknanya disepakati bersama, misalnya memasang
bendera didepan halaman rumah untuk menyatakan penghormatan kepada
Negara. Kemampuan manusia menggunakan lambang-lambang verbal
memungkinkan perkembangan bahasa dan menangani hubungan antara
manusia dan objek (baik nyata maupun abstrak) tanpa kehadiran manusia dan
objek tersebut (Sobur, 2001 : 157).
Penggunaan lambang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan
manusia. Apa saja dapat dijadikan sebagai lambang tergantung pada
kesepakatan bersama. Lambang adalah suatu kategori tanda. Hubungan antara
tanda dengan objek dapat juga direpresentasikan oleh ikon dan indeks, namun
tidak memerlukan kesepakatan. Menurut Mulyana (2004 : 85), lambang
mempunyai beberapa sifat seperti :
1. Lambang bersifat sembarang
Apa saja bisa dijadikan lambang, tergantung kesepakatan bersama. Kata-kata
(lisan maupun tulisan), isyarat anggota tubuh, bunyi, hewan, dan sebagainya.
2. Lambang pada dasarnya tidak mempunyai makna
Makna sebenarnya sudah ada dalam kepala kita, bukan terletak pada lambing
itu sendiri. Bila ada anggapan bahwa kata-kata mempunyai makna yang
dimaksud sebenarnya bahwa kata-kata itu mendorong orang untuk
memberikan makna (yang telah disetujui bersama) terhadap kata-kata itu. Jadi
sebenarnya, lambang tidak mempunyai makna, tetapi kita yang memberikan
3. Lambang itu bervariasi
Lambang itu bervariasi dari budaya yang satu dengan budaya yang lain, dan
juga berubah dari suatu konteks waktu ke konteks waktu yang lainnya. Begitu
pula makna yang diberikan kepada lambang tersebut.
Seperti halnya kata-kata, kebanyakan tanda-tanda nonverbal tidak
berlaku universal, melainkan terikat oleh budaya, sehingga dapat dipelajari.
Dilihat dari fungsinya perilaku non verbal mempunyai beberapa fungsi. Paul
Ekman dalam Mulyana (2001 : 314) menyebutkan bahwa ada lima fungsi
pesan nonverbal seperti yang dapat dilukiskan dengan perilaku mata yaitu
sebagai :
1. Emblem
Gerakan mata tertentu merupakan simbol yang memiliki kesetaraan dengan
simbol verbal. Kedipan mata mengatakan berbagai hal.
2. Ilustrator
Pandangan kebawah dapat menunjukkan depresi atau kesedihan dan juga
ekspresi malu.
3. Regulator
Kontak mata berarti saluran percakan terbuka.
4. Penyesuai
Kedipan mata yang cepat meningkat ketika orang berada dalam tekanan.
5. Affect Display
Pembesaran manik mata (pupil) menunjukkan peningkatan emosi isyarat
2.1.7 Konsep Makna
Upaya memahami makna, sesungguhnya merupakan salah satu
masalah filsafat yang tertua dalam umur manusia, konsep makna telah
menarik perhatian disiplin komunukasi. Itu sebabnya, beberapa pakar
komunikasi sering menyebut kata makna ketika mereka merumuskan definisi
komunikasi. Istilah makna (meaning) memang merupakan kata dan istilah
yang membingungkan.
Bentuk makna diperhitungkan sebagai istilah, sebab bentuk ini
mempunyai konsep dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu, yakni dalam
bidang linguistik. Makna dari sebuah wahana tanda (sign-vechicle) adalah
satuan kulturan yang digunakan oleh wahana-wahana tanda yang lainnya serta
dengan begitu secara sematik mempertunjukkan pula ketidak tergantungannya
pada wahana tanda yang sebelumnya (Sobur, 2003 : 255).
Dari mana datangnya makna? Menurut De Vito, makan ada dalam diri
manusia. Manusia menggunakan kata-kata untuk mendekati makna yang ingin
dikomunikasikan. Tetapi kata-kata ini tidak secara sempurna dan lengkap
menggambarkan makna yang dimaksud. Demikian pula makan yang didapat
pendengar dari pesan-pesan yang dan akan sangat berbeda dengan yang ingin
dikomunikasikan. Komunikasi adalah proses yang digunakan untuk di
mereproduksi, dibenak pendengar apa yang ada dalam benak kita. Reproduksi
ini hanyalah sebuah proses parsial dan selalu bisa salah (De Vito dalam Sobur,
2001 : 20).
Pemaknaan lebih menuntut keampuhan integrative manusia, daya
pikirnya dan akal budinya. Materi yang disajikan seperti kemampuan daya
dari tanda-tanda atau indikator bagi sesuatu yang lebih jauh. Hanya saja
eksploitasi terbatas dalam arti empiric logic, sedangkan pada pemaknaan dapat
menjangkau yang etik ataupun transcendental (Sobur, 2003 : 256).
2.2 Pendekatan Semiotik
Semiotik adalah ilmu tanda, istilah tersebut secara etimologis semiotik
berasal dari kata Yunani “semion” yang berarti tanda atau seme penafsir tanda.
Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai suatu atas dasar konvensi sosial yang
terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Tanda
pada waktu itu masih bermakna sesuatu yang menunjukkan adanya hal lain.
Tanda terdapat dimana-mana, kata adalah tanda, demikian pula gerak isyarat
seperti anggukan kepala, lambaian tangan, kedipan mata dan sebagainya.
Bidang kajian semiotik adalah mempelajari fungsi tanda dalam teks, yaitu
bagaimana memahami sistem tanda yang ada dalam teks yang berperan
membimbing pembacanya agar bisa menangkap pesan yang terkandung
(Sobur, 2001 : 95).
Semiotika suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji data.
Tanda-tanda adalah seperangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan
di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Semiotika
atau dalam istilah Barthes semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari
bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai
berarti bahwa obyek-obyek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana
obyek-obyek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem
Definisi semiotika menurut beberapa ahli (Sobur, 2003 : 16) seperti :
Letche mendefinisikan semiotika sebagai suatu teori tentang tanda dan
penandaan. Lebih jelasnya semiotika adalah suatu displin ilmu yang
menyelidiki semua bentuk komunikasi yang terjadi dengan sarana tanda-tanda
(sign) dan berdasarkan kode (sign sytem) atau sistem tanda. Salah satu tokoh
dalam komunikasi yaitu Littlejohn yang mendefinisikan semiotika sebagai
ilmu yang mempelajari tanda atau bagaimana berbagai tanda digunakan dalam
proses interprestasi, semiotik dipandang sebagai suatu cara untuk membuat
struktur pesan, berbagai tanda yang dipergunakan dan makna dari tanda
tersebut yang dapat dipahami, dimengerti oleh individu. Dengan kata lain
semiotik merupakan studi tentang tanda dan segala yang berhubungan dengan
cara fungsinya, hubungan dengan tanda-tanda lain, pengirim, penerimanya
(Littlejohn, 1991 : 346).
Sementara ada pula tokoh semiotik lainnya, yaitu Charles S. Pierce,
sebagai salah satu tokoh semiotik (dalam Littlejhon, 1996 :64) mendefinisikan
semiotic sebagai “a relationship among a sign, an object, and a meaning
(suatu hubungan diantara tanda, objek dan makna). Dia berpendapat bahwa
antara signifier (penanda) signified (pertanda) dalam aliran strukturalismenya
terdapat hubungan yaitu Ikon, Indeks, dan Simbol. Ikon merupakan tanda
yang serupa dengan benda atau realita yang ditandai. Indeks adalah tanda
yang mempunyai hubungan langsung dengan yang ditandai, dan simbol
merupakan hubungan dengan yang ditandai terbentuk secara bersama-sama
(Sudjiman, 1992 : 57). Yang perlu digaris bawahi dari berbagai definisi diatas
adalah para ahli melihat semiotika atau semiosis itu sebagai ilmu atau proses
Pendekatan semiotik diaplikasikan untuk menjelaskan penggunaan
tanda-tanda dalam pesan yang dikomunikasikan, sehingga penelitian dengan
menggunakan pendekatan semiotik dikategorikan sebagai penelitian isi media.
Penelitian isi media dibagi menjadi dua jenis, yaitu analisis tradisional dan
strukturalisme. Kedua jenis metode tersebut berakar dari paham yang berbeda.
Analisis isi tradisional berasal dari paham empiris, sedangkan semiotik berasal
dari paham struktural.
Perbedaan antara analisis isi tradisional dan paham struktural (semiotik)
dijelaskan sebagai berikut :
1. Paham struktur tidak bersifat kuantitatif, karena makna suatu pesan berasal
dari hubungan, oposisi dan konteks dan kualitas acuan.
2. Arah perhatian semiotik lebih pada hal-hal yang tersembunyi dari isi pesan.
3. Paham struktur lebih sistematis dengan tidak menekankan pada prosedur
sampling dan menolak ide bahwa semua satuan isi harus diperlakukan sama
dan prosedur yang sama dapat diterapkan dengan cara serupa bagi berbagai
teks yang berbeda, seperti yang biasa dilakukan pada analisis tradisional.
4. Paham struktur tidak memungkinkan adanya asumsi bahwa dunia realitas
sosial budaya dari suatu pesan dan penerimaan pesan melibatkan sistem
dasar arti yang sama (Mc Quail, 1996 : 183-184).
Terdapat dua aliran utama dalam Semiotika, yaitu yang mengarah pada
Ferdinand de Saussure yang lebih mengarah pada konsep Linguistik
(berurusan dengan bahasa biasa, yang alami, yang dipakai di keseharian), dan
aliran Charles Sanders Pierce yang lebih mengacu pada logika. Ferdinand de
gejala, menurut Saussure dapat dijadikan objek studi, bahkan ia memulai
dengan studi ini itulah awal ilmu bahasa. Salah satu titik tolak Saussure adalah
bahwa bahasa harus dipelajari sebagai suatu sistem tanda tetapi ia pun
menegaskan bahwa tanda bahasa adalah satu-satunya sistem tanda. Atas dasar
ini muncul pemikirannya, bahwa ilmu bahasa dianggap sebagai studi
mengenai jenis tanda tertentu mestinya mendapatkan tempat di dalam ilmu
tanda, ia menggunakan istilah Semiologi. Kata semiologi disamping kata
Semiotika sampai sekarang masih tetap dipakai. Kedua istilah ini mengandung
pengertian yang sama persis walaupun penggunaan pemakainya mereka yang
bergabung dengan Pierce menggunakan kata “Semiotika” dan mereka yang
bergabung dengan Saussure menggunakan kata “Semiologi” (Zoest, 1993 : 2).
Dengan semiotika, berarti itu berkaitan dengan “tanda”. Tanda
sebenarnya representasi dari gejala yang memiliki sejumlah criteria, seperti
nama (sebutan), peran, fungsi, tujuan dan keinginan. Tanda tersebut ada di
seluruh kehidupan manusia. Apabila tanda berada pada kehidupan manusia,
maka itu berarti tanda dapat pula berada di kebudayaan manusia, dan menjadi
sistem tanda yang digunakannya sebagai pengatur kehidupannya. Oleh karena
itu Pierce menegaskan bahwa kita hanya dapat berfikir dengan sarana tanda.
Sudah pasti bahwa tanpa tanda kita tidak dapat berkomunikasi. Semiotika
berusaha menjelaskan jalinan tanda atau ilmu tentang tanda, secara sitematik
menjelaskan esensi, ciri-ciri, dan bentuk suatu tanda serta proses signifikasi
yang menyertainya.
Dalam perkembangan hingga sekarang semiotik dibagi menjadi dua
komunikasi menekankan teori produksi tanda yang salah satu diantaranya
mengsumsikan adanya enam faktor dalam komunikasi, yaiutu pengirim,
penerima, kode, pesan, saluran komunikasi, dan acuan hal yang dibicarakan.
Sementara itu semiotik signifikasi member tekanan pada teori tanda dan
pemahamannya dalam konteks tertentu (Sobur, 2001 : 131-132).
2.2.1 Model Semiotika Charles S. Pierce
Tokoh semiotika Charles S. Pierce adalah seorang ahli filsafat dan
logika Amerika, dengan gagasannya yang bersifat menyeluruh, deskripsi
structural dari semua sistem penandaan berdasarkan obyeknya. Pierce
menjelaskan istilah teori segitiga makna (triangle meaning) yang terdiri atas
tanda (sign), obyek (objek), dan (interpretant). Menurutnya salah satu bentuk
tanda adalah kata, sedangkan obyek adalah sesuatu yang ditunjuk tanda.
Sementara interpretant tanda yang ada dalam benak seseorang tentang obyek
yang dirujuk sebuah tanda.
Charles S. Pierce menjelaskan istilah tanda (sign) yang merupakan
representasi dari sesuatu diluar itu sendiri, yang disebut obyek dan kemudian
dipahami oleh peserta komunikasi (interpretan). Interpretan adalah efek yang
Hubungan segitiga makna Pierce digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1 Elemen Makna Pierce :
Sign
Interpretant Object (Sumber : John Fiske, 2001 : 115)
Garis-garis berpanah tersebut hanya bisa dimengerti dalam hubungan
antara satu elemen dengan elemen lainnya. Tanda merujuk pada sesuatu
diliaur tanda itu sendiri, yaitu obyek yang dipahami seseorang.
Berdasarkan obyeknya, Pierce membagi tanda atas tiga kategori yaitu :
Icon (ikon), Index (indeks), Symbol (simbol).
1. Ikon adalah suatu tanda yang hubungan antara penanda dan pertanda
bersifat bersamaan bersamaan bentuk alamiah. Dengan kata lain ikon adalah
hubungan antara tanda dan obyek atau acuan yang bersifat kemiripan.
Misalnya potret atau peta.
2. Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara
tanda dan pertanda yang bersifat sebab akibat, atau tanda yang langsung
mengacu pada kenyataan. Contoh yang paling jelas adalah asap sebagai tanda
3. Simbol adalah bentuk tanda yang terjadi karena hasil consensus dari para
pengguna tanda. Simbol tidak harus mempunyai kesamaan, kemiripan, atau
hubungan dengan obyeknya, contohnya simbol palang merah adalah simbol
sebuah organisasi (Sobur, 2003 : 41).
Ketiga kategori tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.2 Kategori Tipe Tanda Pierce :
(Sumber : John Fiske, 2004 : 70)
Garis-garis berpanah tersebut hanya bisa dimengerti dalam hubungan
antara satu elemen lainnya. Menurut Pierce, salah satu bentuk tanda adalah
kata. Sedangkan obyek adalah sesuatu yang dirujuk tanda. Sementara
interpretan adalah tanda yang ada dalam benak seseorang tentang obyek yang
dirujuk sebuah tanda (Sobur, 2001 : 115). Bila dilihat dari sudut pandang ilmu
komunikasi, pendekatan semiotik merupakan kategori pendekatan data pada
media, komunikasi merupakan sebuah konsep utama dalam semiotik sehingga
batasan antara semiotik dan ilmu komunikasi tidak jelas terlihat. Penggunaan
semiotik dalam iklan media cetak dan elektronik dengan menggunakan
pendekatan semiotik dapat dilakukan mengingat iklan merupakan aktifitas
semiotik.
Ikon
Charles S. Pierce membagi antara tanda dan acuannya menjadi tiga
kategori, yaitu ikon, indeks, dan simbol. Ikon adalah suatu tanda yang
hubungannya antara petanda dan pertandanya bersifat kemiripan. Misalnya
peta dan ikon orang dalam sebuah potret. Indeks adalah tanda yang
menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang
bersifat kasual atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung
mengacu pada kenyataan. Contoh yang paling jelas terjadi ialah asap sebagai
tanda api bersin ialah tanda akan sakit flu. Simbol adalah tanda yang
menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dengan penandanya,
hubungan berdasarkan perjanjian masyarakat (Sobur, 2003 : 41-42).
Dengan mengacu pada model Charles S. Pierce maka diketahui bahwa
makna dalam suatu teks tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan diproduksi
dalam hubungan antara teks dengan pengguna tanda. Hal ini merupakan
tindakan dinamis kedua elemen yang saling memberi sesuatu yang sejajar, bila
suatu teks pengguna tanda berasal dai budaya yang relatif sama, interaksi
antara keduanya akan lebih mudah terjadi, konotasi dan mitos dalam teks
menjadi referensi pengguna tanda yang bersangkutan (Sobur, 2001 : 115).
2.3 Kerangka Berfikir
Berdasarkan landasan teori yang telah disampaikan, maka dapat
diketahui bahwa untuk mengerti, memahami dan menganalisa makna pesan
iklan L.A Lights Menthol versi “Lukisan Monalisa” maka peneliti melakukan
semiotik Charles S. Pierce, sehingga akhirnya diperoleh hasil dan interprestasi
data mengenai iklan L.A Lights Menthol versi “Lukisan Monalisa”.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode Charles S. Pierce
dikarenakan dalam ilustrasi iklan L.A Lights Menthol versi “Lukisan
Monalisa” ini terdapat berbagai makna tanda maka digunakan ikon, indeks
dan simbol untuk mengklarifikasikan sebuah tanda secara spesifik. Ikon yang
dimaksud disini adalah gambar yang ada pada iklan (Gambar Lukisan
Monalisa, lukisan tersebut menggambarkan Monalisa yang merekatkan kedua
tangannya sampai ke bagian lengan, gambar frame, gambar es batu, gambar
daun mint. Indeks pada iklan (Terdapat es batu yang meleleh mengelilingi
lukisan, daun mint yang menempel dengan es batu, lambang PT Djarum,
Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi dan
gangguan kehamilan dan janin, senyuman dan posisi kepala lukisan monalisa).
Simbol pada iklan (terdapat kata-kata 100% menthol alam, lambang L.A
Lights Menthol, lambang PT Djarum, perilaku nonverbal dalam lukisan).
Charles S. Pierce menggunakan tanda (sign) sebagai representasi
daripada suatu makna diluar tanda maupun makna yang sebenarnya, yaitu
obyek dan dipahami oleh peserta komunikasi. Peneliti mencoba memaknai
iklan L.A Lights Menthol versi “Lukisan Monalisa” ini, terlebih dahulu harus
diketahui sistem tanda dan gambar yang terdapat dalam penelitian ini. Karena
itulah peneliti menggunakan pendekatan semiotik untuk menganalisis atau
Adapun hasil dari kerangka diatas dapat digambarkan dalam bentuk bagan :
BAB III
Gambar 2.3 Bagan Kerangka Berfikir Iklan produk pigura, gambar es batu, gambar daun
mint/menthol.
Indeks : Tulisan LA. Menthol Lights, Tulisan Merokok dapat
menyebabkan kanker, serangan jantung Impotensi dan gangguan janin, es batu yang meleleh mengelilingi lukisan, daun mint yang menempel pada lukisan,
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan
menggunakan analisis semiotik, untuk menginterprestasikan penggambaran
iklan pada media cetak, yang akan dijadikan sebagai obyek penelitian ini
adalah iklan L.A Lights Menthol versi “Lukisan Monalisa” yang terdapat pada
surat kabar Jawa Pos. Alasan digunakannya metode deskriptif kualitatif
berdasarkan beberapa faktor pertimbangan, yaitu pertama, metode deskriptif
kualitatif akan lebih muda menyesuaikan bila dalam penelitian kenyataannya
ganda; kedua, metode deskriptif kualitatif menyajikan secara langsung
hubungan antara peneliti dan obyek yang diteliti; ketiga, metode deskriptif
kualitatif lebih peka serta dapat menyesuaikan diri dengan banyak pengaruh
terhadap pola-pola nilai yang dihadapi (Meleong, 2005 : 5).
Selain itu pada dasarnya pendekatan semiotik bersifat kualitatif
interpretatif, yaitu satu metode yang memfokuskan dirinya pada tanda dan teks
sebagai obtek kajian, serta bagaimana menafsirkan dan memahami kode
dibalik tanda dan teks tersebut (Christomy dan Yuwono, 2004 : 99).
Kemudian untuk menginterpretasi obyek dari iklan produk rokok LA. Lights
Menthol versi “Lukisan Monalisa” harus diketahui dahulu sistem tanda yang
peneliti menggunakan pendekatan semiotik untuk menganalisa atau
menafsirkan makna yang terdapat dalam iklan tersebut.
3.2 Kerangka Konseptual
Pemaknaan
Dalam proses kreatif penciptaan pemaknaan, kata selalu dihubungkan
dengan relasi semantisnya dengan kata sebelumnya dengan konteks verbal
maupun nonverbal. Dalam berbagai hubungan suatu gambaran makna tidak
hadir dengan sendirinya, upaya memahami makna, sesungguhnya merupakan
salah satu masalah filsafat yang tertua dalam umur manusia. Konsep makna
telah menarik perhatian disiplin ilmu komunikasi. Judy C. Pearson dalam
Sobur (1994 : 3) “Komunikasi adalah proses memahami dan berbagi makna”.
Pemaknaan lebih menuntut keampuhan integrative manusia, daya
pikirnya dan akal budinya. Materi yang disajikan seperti kemampuan daya
pikir manusia untuk menangkap hal dibalik yang tersajikan dilihat tidak lebih
dari tanda-tanda atau indicator bagi sesuatu yang lebih jauh. Hanya saja
eksploitasi terbatas dalam arti empiric logic, sedangkan pada pemaknaan dapat
menjangkau yang etik ataupun transcendental (Sobur, 2003 : 256).
Pemaknaan iklan LA. Lights Menthol versi “Lukisan Monalisa” dalam
penelitian ini merupakan pemberian makna terhadap gambar lukisan
Monalisa. Dia adalah seorang wanita bangsawan yang bernama Lisa Geradini,
dan kenapa wanita tersebut dijadikan obyek tersebut. Lukisan tersebut sedang
menunjukkan gerakan nonverbal. Dalam iklan ini, wanita dalam lukisan
merekatkan kedua tangannya sampai kelengan menandakan ia sedang
kedinginan karena terkena dinginnya batu es dan sensasi kesegaran menthol
alam.
Iklan dibuat semenarik mungkin untuk mempengaruhi pembacanya
secara persuasif, hal tersebut memiliki tujuan untuk melakukan tindakan
timbal balik atas produk yang diiklankan tersebut. Makna dari iklan LA.
Lights Menthol versi “Lukisan Monalisa” menimbulkan makna/pengertian
yang berbeda pada setiap individu itu sendiri tergantung dari sudut mana
individu tersebut memaknai.
Media Cetak
Media cetak adalah suatu media yang statis dan mengutamakan
pesan-pesan visual. Media ini terdiri dari lembaran dengan sejumlah kata, gambar
atau foto, dalam tata warna dan halam putih. Fungsi utama media cetak adalah
member informasi dan menghibur. Media cetak adalah suatu dokumen atas
segala hal yang dikatakan orang lain dan rekaman peristiwa yang ditangkap
oleh seorang jurnalis dan diubah dalam bentuk kata-kata, gambar, foto dan
sebagainya (Kasali, 1992 : 99).
Inilah yang menjadi dasar batasan untuk diteliti, menggunakan studi
semiotika oleh Charles S. Pierce dengan mengkategorikan ikon, indeks, dan
3.3 Korpus
Dalam penelitian kualitatif diperlukan suatu batasan masalah yang
disebut Corpus. Corpus adalah sekumpulan bahan terbatas yang ditentukan
pada perkembangannya oleh analisis kesemenaan. Korpus haruslah cukup luas
untuk memberikan harapan yang beralasan bahwa unsur-unsurnya akan
memelihara sebuah sistem kemiripan dan perbedaan yang lengkap. Korpus
juga bersifat sehomogen mungkin, baik homogen pada taraf substansi maupun
pada taraf waktu (sinkronisasi) (Kurniawan, 2001 : 70).
Korpus adalah kata lain dari sample, sample terbatas pada penelitian
kualitatif yang bersifat homogen. Tetapi sebagai analisa, corpus bersifat
terbuka pada konteks yang beranekaragam sehingga memungkinkan
memahami berbagai aspek dari sebuah teks pesan. Korpus digunakan untuk
analisis semiotika dan analisis wacana. Pada penelitian kualitatif memberikan
peluang yang besar bagi dibuatnya interpretasi alternatif. Sedangkan corpus
pada penelitian ini adalah Iklan L.A Lights Menthol versi “Lukisan Monalisa”.
3.3.1 Unit Analisis
Unit analisis dalam penelitian adalah semua tanda-tanda yang berupa
gambar, tulisan dan warna-warna yang menjadi latar belakang dalam iklan
L.A Lights Menthol versi “Lukisan Monalisa” kemudian diinterpretasikan
1. Ikon (Icon)
Ikon adalah suatu tanda yang hubungan antara penanda dan pertanda bersifat
bersamaan bersamaan bentuk alamiah. Dengan kata lain ikon adalah hubungan
antara tanda dan obyek atau acuan yang bersifat kemiripan.
Ikon dalam iklan L.A Lights Menthol versi “Lukisan Monalisa” sebagai
berikut :
a) Gambar sebuah lukisan monalisa
b) Wallpaper dinding berwarna hijau
c) Frame (pigura)
d) Es batu
e) Daun mint/menthol
2. Indeks (Index)
Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda
dan pertanda yang bersifat sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu
pada kenyataan. Indeks dalam iklan L.A Lights Menthol versi “Lukisan
Monalisa” sebagai berikut :
a) Es batu yang meleleh mengelilingi lukisan
b) Daun mint yang menempel dengan es batu mengelilingi lukisan
c) Tulisan L.A Menthol Light
d) Tulisan “Merokok Dapat Menyebabkan Kanker, Serangan Jantung,
Impotensi Dan Gangguan Kehamilan Dan Janin”
e) Senyuman dan posisi miring kepala lukisan monalisa
g) Daun yang dipakai sebagai wallpaper
h) Jumlah daun yang menempel pada frame/pigura
3. Simbol
Simbol adalah tanda yang menunjukkan antara penanda dan pertanda yang
bersifat arbiter atau semena, hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian)
masyarakat (Sobur, 2003 : 41). Simbol dalam iklan L.A Lights Menthol versi
“Lukisan Monalisa” sebagai berikut :
a) Lambang L.A Lights Menthol
b) Warna yang ada dalam iklan
c) Perilaku nonverbal dalam lukisan monalisa pada iklan L.A Lights
Menthol
d) Lambang tulisan instansi PT. Djarum
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan
pengamatan terhadap iklan LA. Lights Menthol Versi “Lukisan Monalisa”
yang terdapat pada surat kabar Jawa Pos, yang dapat juga disebut Data Primer
dalam penelitian selanjutnya, data tersebut akan dianalisa berdasarkan
landasan teori semiotik Peirce, dan data dari hasil penelitian ini kemudian
akan digunakan untuk mengetahui penafsiran makna iklan L.A Lights Menthol
versi “Lukisan Monalisa” tersebut kedalam sistem tanda komunikasi berupa
gambar-gambar, tulisan, dan warna-warna yang menjadi latar belakangnya
Teknik pengumpulan data lainnya, melalui pengunaan bahan
dokumenter seperti surat kabar, majalah, internet yang berhubungan dengan
obyek iklan disebut Data Sekunder. Sumber bahan dokumenter tersebut
digunakan untuk memperoleh informasi tentang berbagai hal mengenai makna
iklan L.A Lights Menthol Versi “Lukisan Monalisa” yang menjadi bahan
dalam penelitian ini.
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif. Data yang dikumpulakan berupa kata-kata, gambar dan
warna. Hal ini disebabkan adanya penerapan metode kualitatif, selain itu
semua yang dikumpulkan kemungkinan menjadi jawaban obyek yang diteliti.
Analisis data dilakukan dalam penelitian berdasarkan model semotik dari
Charles Sanders Pierce, yaitu menggunakan sistem tanda (sign) dalam iklan
yang dijadikan corpus (sample) dalam penelitian dikategorikan kedalam
hubungan tanda acuannya yang dibuat Charles. S Pierce terdiri dari tiga
kategori yaitu, Ikon (icon), Indeks (Index) dan Simbol (symbol). Peneliti
menggunakan metode semiotik, dengan metode semiotik peneliti dapat
memakai gambar dan pesan yang terdapat dalam iklan L.A Lights Menthol
Versi “Lukisan Monalisa” serta membentuk pemaknaan terhadap iklan ini.
Iklan L.A Lights Menthol Versi “Lukisan Monalisa” akan diinterpretasikan
dengan cara mengidentifikasi tanda-tanda yang terdapat dalam setiap bentuk
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
Kretek, rokok cengkeh yang unik dari Indonesia. Manis, aroma dari
rokok kretek mempunyai kekuatan untuk membangkitkan kenangan lama yang
terlupakan. Suara gemercik tau “kretek-kretek” dari cengkeh yang terbakar
seperti tiap rokok yang dihisap (asal mula nama ‘kretek’) tidak dapat ditiru.
Selama seratus tahun, rokok yang tidak ada bandingannya ini telah terjalin
dengan budaya dan sejarah Indonesia. Beberapa waktu berlalu, seluruh
nusantara telah dapat menikmati rasa dan aroma khusus rokok tersebut.
Merekalah yang tidak dapat melupakan pengalaman ini.
DJARUM, pimpinan perusahaan pengusaha pabrik kretek,
mendistribusikan produk-produk Indonesia yang eksklusif dan unik itu
keseluruh dunia. Duduk berbaring, santai dan menikmati pengalaman yang
tidak ada bandingannya itulah kretek.
4.1.1 Sejarah Perkembangan Perusahaan Rokok Djarum
PT Djarum adalah salah satu perusahaan rokok di Indonesia,
perusahaan ini mengolah dan menghasilkan jenis rokok dan cerutu. Ada tiga
jenis rokok yang kita kenal selama ini. Rokok cerutu (terbuat dari daun
tembakau dan dibungkus dengan daun tembakau pula), rokok putih (terbuat