• Tidak ada hasil yang ditemukan

“PEMAKNAAN IKLAN EXTRA JOSS VERSI LAKI DI TELEVISI” (Studi Semiotik Tentang Pemaknaan Iklan Extra Joss Versi Laki di Media Televisi).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "“PEMAKNAAN IKLAN EXTRA JOSS VERSI LAKI DI TELEVISI” (Studi Semiotik Tentang Pemaknaan Iklan Extra Joss Versi Laki di Media Televisi)."

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Telah Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Pada FISIP UPN “Veteran” J awa Timur

Oleh :

SIGIT SUPRIYO

NPM. 0743010057

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN “ J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahhir abbil’allamiin, Puji syukur penulis panjatkan kepada

Allah SWT, serta sholawat dan salam penulis ucapkan kepada Baginda Rasul

Nabi Allah Muhammad SAW. Karena karunia-Nya, penulis bisa menyelesaikan

Skripsi ini. Hanya kepadaNya-lah rasa syukur dipanjatkan atas selesainya skripsi

ini. Sejujurnya penulis akui bahwa kesulitan selalu ada di setiap proses pembuatan

skripsi, tetapi faktor kesulitan itu lebih banyak datang dari diri sendiri, kesulitan

itu akan terasa mudah apbila kita yakin terhadap kemampuan yang kita miliki.

Semua proses kelancaran pada saat pembuatan penelitian tidak lepas dari segala

bantuan dari berbagai pihak yang sengaja maupun tak sengaja telah memberikan

sumbangsihnya. Maka penulis ″wajib″ mengucapkan banyak terimakasih kepada

mereka yang disebut berikut :

1. Abah dan Umik yang telah mendukung, membimbing dengan penuh kasih

sayang dan perhatiannya secara moril maupun materiil, serta atas do’a yang

tak henti-hentinya beliau haturkan untuk penulis.

2. Prof. Dr, Ir, H. Teguh Soedarto. MP. Selaku Rektor UPN ”Veteran” Jawa

Timur.

3. Dra. Hj. Suparwati, M.Si selaku Dekan FISIP UPN ″Veteran″ Jawa Timur.

4. Bapak Juwito, S.Sos, MSi selaku Ketua Program Studi Ilmu

Komunikasi.

5. Bapak Drs. Saiffuddin Zuhri. MSi selaku Dosen Pembimbing yang sabar

(3)

6. Dosen-dosen Ilmu Komunikasi Terima kasih buat semua ilmunya.

Serta tak lupa penulis memberikan rasa terima kasih kepada teman-teman

yang telah membantu dalam pembuatan skripsi ini, baik dari suport, bimbingan

maupun do’anya : :

1. Teman satu perjuangan saat kuliah yang telah memberi semangat untuk

menyelesaikan proposal penelitian ini, Akhmad al habsyi, Eva Zulmi, Aang

Dwi, Briyan Rizky, Indriana Saprita, Risca, Ajeng, lulut.

2. Kelompok Studi KINETIK Surabaya, Teman – Teman KINNE, X –PHOSE,

UPN Televisi, A.K UPN Radio. dan semua temen-temen yang tidak

mungkin penulis sebutkan satu persatu.

3. Terima kasih buat dukungan dan do’anya.

Penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan-kekurangan dalam

penyusunan skripsi ini. Maka penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun. Terima Kasih.

Surabaya, November 2011

(4)

HALAMAN J UDUL ... i

LEMBAR PERSETUJ UAN ... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR LAMPIRAN... vii

ABSTRAKSI ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian... 8

1.4 Kegunaan Penelitian ... 8

BAB II KAJ IAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 10

2.1.1 Periklanan ... 10

2.1.2 Televisi Sebagai Media Periklanan ……….. 14

2.1.3 Iklan di Televisi dan Unsur – Unsurnya ... 15

2.1.4 Semiotika ... 18

2.1.5 Konsep Makna ... 20

2.1.6 Model Semiotika Jhon Fiske ... 22

(5)

2.2 Kerangka Berpikir ... 39

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 40

3.2 Kerangka Konseptual ... 41

3.2.1 Corpus... 41

3.3 Definisi Operasional ... 45

3.3.1 Audio Dalam Iklan Extra Joss ... 45

3.4 Unit Analisis ... 47

3.4.1 Paradigma dan Sintagma Pada Level Realitas ... 49

3.4.2 Paradifma dan Sintagma Pada Level Pemaknaan ... 50

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 50

3.6 Teknik Analisis Data ... 51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ………... 53

4.1.1 Gambaran Umum Obyek ……… 53

4.1.2 Penyajian Data ……….………... 60

4.2 Hasil dan Pembahasan Semiologi Jhon Fiske Dalam Iklan Extra Joss Versi Laki Di Televisi ………... 61

(6)

4.2.5 Tampilan Visual Dalam Scene 5 ……….... 73

4.2.6 Tampilan Visual Dalam Scene 6 ………...…. 76

4.2.7 Tampilan Visual Dalam Scene 7 ……….... 78

4.3 Analisis keseluruhan iklan Extra Joss Versi Laki di Televisi ……... 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 83

5.2 Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA 86

(7)

Halaman

(8)

Iklan adalah proses penyampaian pesan atau informasi kepada khalayak dengan menggunakan media. Iklan dianggap sebagai tehnik penyampaian pesan yang efektif dalam menjual dan menawarkan suatu produk. Oleh karenanya dalam suatu aktifitas perpindahan informasi tentang produk yang diiklankan pada khalayak tentunya harus mengandung daya tarik setelah diketahui khalayak sehingga mampu menggugah perasaan khalayak.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah periklanan, iklan dalam semiologi John Fiske, pendekatan semiologi dalam iklan televisi, konsep tentang sebuah bayangan pada tokoh iklan. Dengan penggunaan data tersebut maka dapat dilakukan data analisis melalui tiga level yaitu : Level Realitas, Level Representasi, dan Level Ideologi.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa dalam iklan Extra Joss versi laki menggunakan sistem perbandingan sebuah potongan gambaran kegiatan sehari-hari dimana setiap tokoh dalam iklan tersebut selalu bersuara perempuan. Akan tetapi pesan yang disampaikan terkaburkan, karena tidak adanya komunikasi non verbal dan mempunyai banyak makna jika iklan tersebut dianalisi oleh semiologi John Fiske.

Kata Kunci : Iklan, Pemaknaan, laki – laki, Suara Perempuan, Teori John Fiske.

ABSTRAC

Advertising is process forwarding order or information to pucblic by use of media. Reputed advertising as technics as forwarding order which effective deep sells and offering a product. Therefore in an information transfer activity about product which is advertised on khalayak of course it shall contain afters affinity known by khalayak so can excite public's feel.

Basis for theory which is utilized on this research is advertising, advertising in semiology John Fiske, semiology's approaching in television advertising, concept about one shadow on advertising figure.

With that data purpose therefore gets to be done by analisis's data passes through three levels which is: Reality level, Representasi's level, and Ideology Level.

Base observational result to be gotten that result is deep Extra Joss's advertising laki's version utilize compare system one activity picture abatamen everyday where each figure in that advertising always voices female. But then order which is passed on most obscures, for lack of communication non verbal and having a lot of meaning if that advertising dianalisi by semiologi John Fiske.

(9)

1.1

Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, kegiatan periklanan sangat melekat di kehidupan masyarakat. Di

Indonesia dunia periklanan berkembang pesat seiring perkembangan teknologi

dan informasi. Meningkatnya kegiatan periklanan membuat optimis berbagai

kalangan, terutama industri atau perusahaan. Dalam ilmu komunikasi pemasaran,

iklan merupakan infestasi untuk menjaga hubungan yang berkesinambungan

antara perusahaan dan konsumennya. Bahkan menurut Bedjo Riyanto, iklan sama

pentingnya dengan infestasi di bidang pengemasan (packaging), distribusi

maupun penelitian pasar (market research) yang sasaran akhirnya mencapai

perolehan laba penjualan sacara maksimal (Riyanto, 2001 : 18)

Pesatnya laju pertumbuhan tersebut tampaknya juga dipicu dengan adanya

proliferasi media, yaitu bertambahnya jumlah media yang diakibatkan reformasi

pemerintah dibidang komunikasi, dimana pendirian media baru, baik cetak

maupun elektronik televisi dan radio sangat dipermudah dibanding dengan masa

orde baru. Iklan dianggap sebagai teknik penyampaian pesan yang efektif dalam

menjual dan menawarkan produk. Hal ini menyebabkan berbagai produk dengan

(10)

Semua produk ingin menghendaki dirinya menjadi Market Leader. Para

kreator iklan dituntut untuk lebih kreatif dalam menghadirkan konsep iklan dan

mengemas pesan-pesan iklan tersebut dengan semaksimal mungkin guna menarik

perhatian calon konsumen. Oleh karenanya dalam mengiklankan suatu produk

tertentu harus mengandung daya tarik tersendiri. Maka untuk menampilkan

kekuatan iklan atau pesan, tidak hanya sekedar menampilkan kekuatan pesan

verbal melainkan menampilkan kekuatan pesan non verbal. Sepanjang bentuk non

verbal tersebut mengandung arti maka ia dapat sebagai sebuah pesan komunikasi.

Komunikasi iklan pada dasarnya sama, yakni bentuk komunikasi persuasi

terhadap komoditi atau produk dan jasa yang erat kaitannya dengan masalah

pemasaran. Tujuan dasar iklan adalah memberikan informasi tentang suatu

produk layanan dengan cara strategi persuasif. Agar pesan dapat dipahami,

diterima, disimpan dan diingat serta adanya tindakan tertentu (membeli), yang

ditingkatkan dengan cara menarik perhatian konsumen serta menimbulkan

asosiasi yang dapat menggugah selera agar bertindak sesuai keinginan

komunikator (Cialdini, 2007 : 124).

Dari semua peristiwa tersebut yang terjadi dimasyarakat, banyak dikupas

melalui banyak cara. Upaya untuk menyampaikan fenomena yang terjadi di

sekitar kita, secara otomatis memerlukan media dalam sosialisasinya seperti

dalam tulisan, diskusi, film, lagu dan salah satu media yang digunakan adalah

(11)

Sedangkan periklanan sendiri menurut Lee & jhonson (2004 : 3) adalah

komunikasi komersil dan nonpersonal tentang sebuah organisasi dan

produk-produknya yang transmisikan kesuatu khalayak target melalui media bersifat

massa seperti televisi, radio, Koran, majalah, direct mail (pengeposan langsung),

reklame luar ruang atau kendaraan umum.

Iklan tidak hannya menggunakan bahasa sebagai alatnya, tetapi juga alat

komunikasi lainnya seperti gambar, warna dan bunyi. Pengirim pesan adalah

misalnya saja penjual produk sedangkan penerimanya adalah para konsumen yang

menjadi sasaran. Pada dasarnya lambang yang digunakan dalam iklan terdiri atas

dua jenis yaitu verbal dan non verbal. Lambang verbal adalah bahasa yang kita

kenal, lambang non verbal adalah bentuk dan warna yang disajikan dalam iklan

yang tidak secara khusus meniru rupa atas bentuk realitas.

Setiap hari di kehidupan kita selalu diwarnai oleh berbagai macam iklan

dimajalah, surat kabar, radio, televisi sampai iklan disudut-sudut jalan. Kita

diyakini sebagai lokomotif atau mesin penjualan. Artinya iklan mampu

mendongkrak tingkat penjualan. Karena itulah tidak heran jika para pengiklan

dari agensi periklanan tidak henti-hentinya memperbaiki tampilan iklan agar

mampu menarik perhatian pasar yang dituju sehingga dapat meningkatkan

sikap-sikap dan mempengaruhi niatan untuk membeli, menarik sasaran agar mencoba

(12)

Untuk mendukung agar tujuan periklanan dapat dicapai, maka iklan yang baik

memerlukan suatu media yang untuk menyampaikan informasi, dalam hal ini

media yang digunakan adalah media iklan di televisi. Banyak faktor yang

mempengaruhi pemilihan iklan televisi sebagai sarana pemasangan iklan. Yang

paling penting adalah dapat dinikmati dan dijangkau oleh sasaran iklan.

Dari berbagai macam produk iklan, iklan produk minuman berenergi cukup

menggambarkan maskulinitas, keberanian, pekerja keras, dan kejantanan. Produk

minuman berenergi yang menstigma masyarakat dengan cara yakni yang hanya

boleh memakai atau mengkonsumsinya ialah para pria atau laki-laki, karena

produk tersebut menggambarkan penambah stamina yang dibutuhkan oleh kaum

pria saja.

Begitu juga seperti produk minuman berenergi “extra joss”, produk minuman

energi ini syarat akan maskulinitas terlihat dalam taglinenya menyebutkan “laki,

minum extra joss” dari tagline tersebut kesan kejantanan sudah terlihat sangat

jelas, meskipun minuman ini juga aman diminum oleh kaum wanita, tetapi

konsumen utama tetap saja di khususkan untuk para lelaki. Kualitas dari produk

ini sudah cukup diakui, terbukti dengan penghargaan best brand 2010 extra joss

mendapatkan penghargaan sebagai produk minuman berenergi terbaik tahun 2010

(13)

Seiring dengan melejitnya nama Extra Joss sebagai produk minuman

berenergi yang telah memonopoli pasar selama 3 tahun terakhir ini, maka banyak

perusahaan sejenis yang tergiur dengan bisnis ini. Hal ini yang mendasari

munculnya pesaing dalam bisnis minuman berenergi ini. Para pesaing tersebut

memproduksi produk mereka dengan produk dan kemasan yang hampir sama dan

menjadi follower bagi Extra Joss. Akan tetapi, Extra Joss masih menempati

urutan pertama dalam bisnis minuman berenergi karena telah mendapat

pengakuan dari konsumennya.

Ketertarikan peneliti pada iklan Extra Joss versi laki karena biasanya suatu

iklan akan lebih menonjolkan produk. Tapi dalam iklan tersebut lebih

menonjolkan sosok seorang pria dan menjatuhkan sosok perempuan yang

digambarkan sebagai sosok yang lemah dan tidak berdaya. Padahal seorang

perempuan belum tentu selemah dan tidak berdaya seperti yang digambarkan

pada iklan tersebut, meskipun seorang perempuan memiliki perbedaan fisik

maupun psikologis dengan seorang pria.

Seperti dalam iklan extra joss versi laki di televisi, dalam iklan tersebut

menampilkan seorang pekerja lapangan yang sedang tidak bersemangat bekerja,

para semua pekerja tersebut bersuara perempuan, dan hanya satu orang yang

bersuara laki-laki yang terkesan jantan, yaitu laki-laki yang minum extra joss,

dalam iklan tersebut sangat terlihat penggambaran perempuan yang lemah dan

tidak berdaya. Tindakan diskriminatif seperti ini menimbulkan konflik dan

(14)

digunakan, citra (image) ataupun simbol yang ditampilkan, informasi yang

disampaikan, makna yang diperoleh serta bagaimana semuanya berpengaruh pada

persepsi, pemahaman dan tingkah laku masyarakat.

Dalam iklan ini menuai protes dari masyarakat, karena isi pesan iklan yang

dinilai merendahkan wanita. Seperti yang di posting dalam portal berita

kompasiana edisi 13 mei 2011, ada komentar seperti berikut :

Iklan tersebut tampaknya memang ditujukan untuk mengejek iklan dari

produk sejenis, namun kenapa mesti menggunakan suara wanita untuk

menggambarkan kelelahan ataupun dalam mengutarakan keluhan. Aku pikir hal

ini malahan membiaskan maksud awal pembuatan iklan (jika maksud awal ikan

hanyalah untuk memperkenalkan produk Extra Joss sambil mengejek produk

lain). Memang, aku pernah mendengar kabar bahwa massa otot pria lebih besar

daripada massa otot wanita. Namun apakah cerdas menjadikan wanita sebagai

simbol kelemahan dan apakah merupakan sesuatu hina menjadi seorang wanita?

Bahkan seorang pria pun lahir dari rahim wanita.

(15)

Berbagai macam tanda dalam iklan tersebut meupakan system tanda yang

membawa sejumlah ide tertentu yang dikehendaki perbuatannya (komunikator,

pengiklan, extra joss) agar masyarakat paham dan tahu yang diinginkannya.

Tanda-tanda tersebut dibangun dalam berbagai tingkatan, mulai dari sangat

sederhana hingga kompleks dan melibatkan banyak sekali ssistem tanda.

Sebagaimana yang dituliskan oleh Kasiyan, iklan adalah teks yang dibagun

oleh seperangkat tanda, baik audio maupun visual yang berfungsi untuk

menyampaikan

sejumlah

pesan

(Kasiyan,

2001).

Apapun

tingkat

kekompleksitasan tanda yang digunakan pada dasarnya iklan televisi selalu

berupaya agar bisa dipahami oleh khalayaknya (Widyatama, 2006 : 20).

Dari uraian tersebut iklan extra joss versi laki memberikan gambaran bahwa

segala stereotip, baik kita sadari maupun tidak, yang kita gunakan sehari-hari

menggambarkan realitas, melainkan hanyalah pengklisean persepsi atau

prasangka dari pemikiran dan pengetahuan yang dimiliki individu, kelompok

tertentu ataupun masyarakat.

Maka peneliti akan menggunakan studi semiotik untuk mengetahui

pemaknaan dari iklan extra joss versi laki. Semiotik dipandang sebagai cara untuk

membuat struktur pesan, berbagai jenis tanda digunakan dan makna dari tanda

tersebut dipahami dan dimengerti oleh individu, dengan kata lain semiotik

(16)

di dalam iklan minuman energy extra joss versi laki tersirat berbagai makna

tanda.

1.1

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka perumusan masalah dalam penelitian

ini adalah “bagaimanakah pemaknaan iklan Extra Joss versi Laki di televisi

dengan menggunakan pendekatan semiotik John Fiske ?

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian berdasarkan rumusan masalah diatas adalah untuk

mengetahui bagaimanakah pemaknaan dalam iklan extra joss versi laki di

televisi.

1.3

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1.

Kegunaan Teoritis

Diharapkan pada penelitian ini dapat memberikan masukan atas

wawasan serta bahan referensi bagi mahasiswa komunikasi pada jenis

penelitian semiotika, serta seluruh mahasiswa pada umumnya agar

(17)

2.

Kegunaan Praktis

Diharapkan dapat menjadi bagian kerangka acuan bagi pihak

produsen maupun biro iklan untuk menghasilkan strategi kreatif iklan

yang lebih inovatif dan variatif dalam menggambarkan iklan sebagai

realitas kehidupan, cermin budaya masyarakat, sehingga mudah

(18)

2.1 Landasan Teor i

2.1.1 Per ik lanan

Wells, Burnet, dan Moriatry (1998) mendefinisikan periklanan

sebagai berikut:

”Advertising is paid non personal communication from an identified sponsor

using mass media to persuade or influence an audience”

“Iklan bukanlah komunikasi pribadi yang dibiayai dari sponsor

terkenal yang menggunakan media massa untuk membujuk atau

mempengaruhi suatu pendengar”

Dari definisi di atas dapat dijelaskan bahwa definisi periklanan

tersebut mengandung enam elemen (Sutisna, 2001 ; 275) antara lain :

1. Periklanan adalah bentuk komunikasi yang dibayar, walaupun tidak semua

bentuk periklanan dibayar, seperti iklan layanan masyarakat, biasanya

menggunakan ruangan khusus yang gratis, kalaupun harus membayar

maka dengan jumlah yang sedikit.

2. Dalam periklanan terjadi proses identifikasi sponsor, pesan yang

disampaikan tidak hanya mengenai kehebatan produk yang ditawarkan

saja, tetapi juga sekaligus menampilkan pesan mengenai perusahaan yang

(19)

3. Dalam periklanan terdapat upaya membujuk dan mempengaruhi

konsumen.

4. Periklanan memerlukan elemen media massa sebagai elemen media

penyampaian pesan.

5. Bersifat non personal (bukan pribadi) karena periklanan dikategorikan

sebagai komunikasi massa.

6. Adanya audiens.

Menurut Hedges iklan dapat dioperasikan pada sejumlah tingkatan

yaitu :

a. Secara sederhana meningkatkan rasa suka, kesadaran akan keberadaan

suatu merk produk. Seseorang lebih suka membeli merk yang mereka

kenal sebelumnya meskipun secara tidak sadar hal itu berhubungan

dengan ingatan mereka terhadap iklan.

b. Iklan meunjukkan suatu informasi baik berupa selogannya maupun

kemasannya.

c. Boleh jadi suatu iklan mengitari merk dengan asosiasi khusus seperti

perasaan atau suasana hati.

d. Kadang kala argumentasi rasional ditempatkan di awal. Alasannya

pada tingkatan itulah konsumen menaruh perhatian seperti yang

diinginkan (Wilmshurst Dalam Hizbul, 2005 ;9).

Periklanan berkaitan dengan pemberian informasi akan produk

kepada khalayak. Oleh karenanya iklan harus dibuat sedemikian rupa

(20)

karakteristik tertentu dan persuasif. Sehingga khalayak akan tertarik

untuk memperhatikan setiap pesan yang ditayangkan iklan di televisi

dan pada tahap selanjutnya khalayak secara sukarela terdorong untuk

melakukan sesuatu tindakan sesuai yang diinginkan pengiklan (Jefkins,

1997:18).

Menurut Alo Weri dalam Widyatama (2007 : 144-146) iklan

mempunyai fungsi yang sangat luas, diantaranya adalah :

1. Fungsi Pemasaran

Fungsi pemasaran adalah fungsi iklan yang diharapkan untuk

membantu pemasaran atau menjual produk. Artinya iklan digunakan

untuk mempengaruhi khalayak untuk memberi dan mengkonsumsi

produk. Hampir semua iklan komersial memiliki fungsi pemasaran.

2. Fungsi Komunikasi

Fungsi komunikasi adalah sebentuk pesan dari komunikator kepada

khlayaknya. Sama halnya dengan berbicara kepada orang lain, maka

iklan juga merupakan pesan yang menghubungkan antara komunikator

dengan komunikan.

3. Fungsi Pendidikan

Fungsi ini mengandung makna bahwa iklan merupakan alat yang dapat

membantu mendidik khalayak mengenai sesuatu, agar mengetahui dan

mampu melakukan sesuatu. Mendidik dalam hal ini cenderung

diartikan dalam perspektif kepentingan komersialisme, industrialisme,

(21)

tersebut dimaksudkan agar khlalayak siap menerima produk yang

dihasilkan produsen.

4. Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi mengandung makna bahwa iklan mampu menjadi

penggerak ekonomi agar kegiatan ekonomi tetap dapat berjalan. Fungsi

ini terjadi karena melalui iklan, masyarakat menjadi terbujuk untuk

membeli barang dan melakukan konsumerisme.

5. Fungsi Sosial

Dalam fungsi ini, iklan telah mampu menghasilakan dampak sosial

psikologis yang cukup besar. Iklan membawa berbagai pengaruh

dalam masyarakat, seperti munculnya budaya konsumerisme,

menciptakan status sosial baru, menciptakan budaya pop dan

sebagainya.

Selain itu, iklan juga mampu berfungsi sebagai penyambung

komunkasi antar personal. Sering terjadi ditengah kehidupan masyarakat,

iklan dijadikan sebagai sarana untuk berbasa-basi guna mengawali

komunikasi maupun mencairkan suasana yang terjadi antara seseorang

(22)

2.1.2 Televisi Sebagai Media Per iklanan

McLuhan mengatakan bahwa kecenderungan yang pasti dari

periklanan adalah selalu berusaha menampakkan produk sebagai salah

satu bagian internal dari produk sosial dan kebutuhan sosial yang luas.

(Bungin, 2001:122). Iklan bagaikan sebuah dunia magis yang dapat

mengubah komoditas ke dalam situasi gemerlap yang memikat dan

mempesona, sebuah sistem yang keluar dari imajinasi dan muncul ke

dalam dunia nyata melalui media.

Televisi merupakan media yang paling disukai oleh para pengiklan.

Hal tersebut disebabkan keistimewaan televisi yang mempunyai unsur

audio dan visual. Sehingga para pengiklan percaya bahwa televisi

mampu menambah daya tarik iklan dibanding media lain. Televisi juga

diyakini sangat berorientasi mengingat khalayak sasaran terhadap pesan

yang disampaikan. Televisi juga sebagai salah satu media massa pada

pokoknya memiliki empat fungsi, yakni menyampaikan informasi (to

inform), mendidik (to educate), menghibur (to entertaint), dan

mempengaruhi (to influence). (Effendy, 1984:31).

Sebagai alat untuk menyampaikan informasi, televisi sebagai salah

satu media massa mampu menyiarkan informasi yang amat

memuaskan. Hal ini disebabkan karena adanya faktor immediacy yang

dalam pengertiannya langsung dekat, dengan adanya faktor realism

yang mengandung makna kenyataan. Dalam melaksanakan fungsinya

(23)

siaran pandangan mata, atau berita yang dibacakan penyiar, dilengkapi

dengan gambar-gambar yang faktual, juga diskusi panel, ceramah,

komentar, dan wawancara yang kesemuanya realistis. Sebagai alat

untuk mendidik, televisi merupakan sarana yang ampuh untuk

menyiarkan acara pendidikan kepada khalayaknya yang jumlahnya

begitu banyak secara simultan. Selain acara pendidikan yang disiarkan

secara berkesinambungan, televisi juga menyiarkan berbagai acara yang

secara implisit mengandung pendidikan seperti sandiwara, ceramah,

film, dan sebagainya. (Effendy, 1984:28).

Dari beberapa uraian diatas tampak bahwa televisi merupakan

media komunikasi yang efektif dan efisien. Hal ini dapat dilihat dari

beberapa faktor misalnya efisiensi biaya. Dampak dan pengaruh yang

dihasilkan oleh media televisi sangat kuat. Hal ini membuat masyarakat

berbondong-bondong menggunakan televisi, selain itu perkembangan

teknologi yang sangat cepat membuat media televisi lebih menarik.

2.1.3 Iklan Di Televisi da n Unsur -Unsur nya

Dalam komunikasi periklanan, iklan tidak hanya menggunakan

bahasa sebagai alatnya, tetapi juga alat komunikasi lainnya, seperti

gambar, warna, dan bunyi. Iklan disampaikan melalui dua saluran media

massa yaitu (1) media cetak, seperti : surat kabar, majalah, brosur, papan

(24)

film. Pengirim pesan adalah penjual produk, sedangkan penerimanya

adalah khalayak ramai yang menjadi sasaran (Sobur, 2006:116)

Teknik visualisasi adalah salah satu bagian dari unsur iklan, yang

merupakan teknik-teknik pekerjaan yang dipadukan sedemikian rupa

dengan merekayasa gambar atau produk yang ingin ditampilkan secara

audio visual menjadi sebuah karya seni yang dapat mempengaruhi

khalayak. Sehingga gambar dapat menarik perhatian khalayak atau

pemirsa.

Unsur-unsur iklan yang dimaksud adalah bagian-bagian dalam

iklan yang ditayangkan di televisi, yang terdiri dari video, suara (audio),

model (talent), peraga (props), latar (settings), pencahayaan (lighting),

grafik (grapich), kecepatan (pacing). (Wells, Burnet & Mariarty, 1999 :

391-394).

1. Unsur video segala sesuatu yang ditampilkan di layar yang bias dilihat

pada iklan di televisi merupakan stimulus yang merangsang perhatian

khalayak atau dijadikan perhatian karena pada dasarnya manusia

secara visual tertarik pada obyek yang bergerak. Dengan kata lain

manusia lebih tertarik pada iklan display yang bergerak.

2. Unsur suara atau audio dalam iklan televisi, pada dasarnya sama

dengan di radio, yaitu dengan memanfaatkan musik, lagu-lagu singkat

(jingle), atau suara orang (voice). Misalnya, seorang model iklan

menyampaikan pesan, langsung kepada khalayak melalui dialog yang

(25)

3. Unsur aktor atau model iklan (talent) juga menjadi unsur penting

dalam iklan. Sebagaimana banyak studi yang menunjukkan bahwa

keefektifan komunikasi juga ditentukan oleh ciri-ciri dari komunikator,

seperti kredibilitas dan daya tarik.

4. Alat peraga (props) adalah peralatan-peralatan lain yang digunakan

untuk mendukung pengiklanan sebuah produk. Misalnya, untuk

mengiklankan sebuah rokok akan terlihat lebih menarik yang

mendukung keberadaan seorang model iklan yang berpenampilan

menarik. Unsur utama alat peraga ini harus merefleksikan karakter,

kegunaan, dan keuntungan produk, seperti logo, kemasan dan cara

penggunaan suatu produk.

5. Latar atau suasana (setting) adalah tempat atau lokasi dimana

pengambilan gambar (shooting) ketika adegan tertentu dalam iklan itu

berlangsung. Lokasi tersebut dipilih berdasarkan tema iklan.

6. Unsur pencahayaan (lighting) sangat penting untuk menarik perhatian

khalayak dalam menerima suatu obyek tentang kejelasan gambar.

7. Unsur gambar atau tampilan yang bias dilihat pada iklan di televisi

merupakan stimulus yang merangsang perhatian khalayak dalam

menerima kehadiran sebuah obyek, dan diharapkan khalayak lebih

mudah menerima dan mempersepsikan makna yang disampaikan.

Unsur gambar ini misalnya mengandalkan komposisi warna atau

(26)

8. Unsur kecepatan atau pengulangan merupakan unsur yang sering

dipakai, yaitu dengan melakukan pengulangan slogan-slogan atau

kata-kata. Sebagai contoh misalnya pengulangan nama merk atau

keunggulan produk dibandingkan yang lain. Sebagaimana teori dalam

gaya bahasa bahwa sesuatu hal yang disampaikan berkali-kali bila

disertai variasi akan menarik perhatian orang.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa suatu iklan

akan berhasil apabila memenuhi unsur-unsur yang menjadi komponen

iklan. Unsur-unsur iklan yang dimaksud adalah video, suara, model,

peraga, latar, pencahayaan, grafik, dan kecepatan. Semua komponen iklan

tersebut harus lengkap guna memperoleh hasil yang optima, karena

dengan kurangnya salah satu komponen akan membuat iklan tersebut tidak

menarik.

2.1.4 Semiotika

Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji

tanda dan makna (Sobur,2004:15). Secara etimologis istilah semiotika

berasal dari kata yunani Semeion yang berarti ”tanda”. Tanda itu sendiri

didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang

terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain.

Menurut Barthes, semiologi pada dasarnya hendak mempelajari

bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things).

(27)

dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti

bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal sama

objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi

sistem terstruktur dari tanda (Barthes dan Kurniawan dalam Alex

Sobur,2004:15)

Sedangkan menurut John Fiske, semiotika adalah studi tentang

penandaan dan makna dari sistem tanda; ilmu tentang tanda, tentang

bagaimana makna dibangun dalam “teks” media; atau studi tentang

bagaimana tanda dari jenis karya apapun dalam masyarakat yang

mengkomunikasikan makna.(Fiske,2004:282)

Terdapat tiga bidang penting dalam studi semiotik,yakni:

1. Tanda itu sendiri. Hal ini terdiri atas studi tentang berbagai tanda

yang berbeda, cara tanda-tanda yang berbeda itu dalam menyampaikan

makna, dan cara-cara itu terkait dengan manusia yang

menggunakannya. Tanda adalah konstruksi manusia dan hanya bisa

dipahami dalam artian manusia yang menggunakannya.

2. Kode atau sistem yang mengorganisasikan tanda. Studi ini

mencakup cara berbagai kode dilambangkan guna memenuhi

kebutuhan suatu masyarakat atau budaya untuk mengeksploitasi

saluran komunikasi yang tersedia untuk mentransmisikannya.

3. Kebudayaan tempat tanda dan kode bekerja. Ini pada gilirannya

bergantung pada penggunaan kode-kode dan tanda-tanda itu untuk

(28)

(Fiske,2004:60)

Dari beberapa pendapat di atas maka diketahui bahwa semiotika

merupakan ilmu yang mempelajari tentang tanda, tentang bagaimana

memaknai tanda yang ada dalam pesan komunikasi.

2.1.5 Konsep Makna

Para ahli mengakui, istilah makna (meaning) memang merupakan

kata dan istilah yang membingungkan. Dalam bukunya The Meaning

of Meaning, ogden dan Ricards telah mengumpulkan tidak kurang dari

22 batasan mengenai makna. Bentuk makna diperhitungkan sebagai

istilah, sebab bentuk ini mempunyai konsep dalam bidang ilmu

pengetahuan tertentu yakni dalam bidang linguistik dalam penjelasan,

makna dari sebuah wahana tanda (sign-vehicle) adalah satuan cultural

yang diperagakan oleh wahana – wahana tanda yang lainnya serta

dengan begitu secara sistematis menunjukan pula ketidak

ketergantungan pada wahana tanda yang sebelumnya.

Makna, merupakan konsep abstrak yang telah menarik perhatian

para ahli filsafat dari para teoritis ilmu sosial selama 2000 tahun silam.

Semenjak plato mengkonseptualisasikanmakna manusia sebagai

salinan “ultrarealitas”, para pemikir besar telah sering

mempergunakan konsep itu dengan penafsiran yang sangat luas

(29)

dikeluarkan Skinner. Tetapi, kata Jerold Katz (dalam Fisher) setiap

usaha untuk memberikan jawaban yang langsung telah gagal.

Beberapa, seperti misalnya jawaban plato, telah terbukti terlalu samar

dan spekulatif yang lainnya memberikan jawaban yang salah.

Makna ada dalam diri manusia. Menurut Devito, makna tidak

terletak pada kata-kata melainkan pada manusia. Manusia

menggunakan kata-kata untuk mendekati makna yang ingin

dikomunikasikan. Tetapi kata-kata ini tidak secara sempurna dan

lengkap menggambarkan makna yang dimaksudkan. Demikian pula

makna yang didapat dari pendengar dari pesan-pesan, akan sangat

berbeda dengan makna yang ingin digunakan untuk memproduksi

pesan dibenak pendengar. Reproduksi ini hanyalah sebuah proses

parsial dan selalu bias salah. Ada tiga hal yang dijelaskan para filsuf

dan linguis sehubungan dengan usaha menjelaskan istilah makna.

Ketiga hal itu, yakni:

1. Menjelaskan makna secara alamiah.

2. Mendeskripsikan kalimat secara alamiah.

3. Menjelaskan makna dalam proses komunikasi.

(30)

2.1.6 Model Semiotika J ohn Fiske

John Fiske adalah salah satu tokoh semiotika komunikasi dalam

bukunya Cultural And Communication Studies, disebutkan bahwa

terdapat dua persepektif dalam mempelajari ilmu komunikasi sebagai

transmisi pesan, sedangkan perspektif yang kedua melihat komunikasi

sebagai produksi dan pertukaran makna. Bagi perspektif yang kedua,

studi komunikasi adalah studi tentang teks dan kebudayaan, metode

studinya yang utama adalah semiotika (ilmu tentang tanda dan makna)

(Fiske, 2006:9).

John Fiske memperkenalkan konsep the codes of television atau

kode-kode televisi. Dalam konsep tersebut menunjukkan kode yang

digunakan dan muncul pada sebuah tayangan televisi dan bagaimana

kode-kode tersebut saling berhubungan dalam membentuk sebuah

makna. Menurut Fiske, sebuah kode tidak ada begitu saja. Namun

sebuah kode dipahami secara komunal oleh komunitas penggunanya.

Lebih lanjut mengenai teori ini, kode ini digunakan sebagai

penghubung antara produser, teks dan penonton.

Teori yang dikemukakan John Fiske dalam The Codes of Television

(Fiske,1987) menyatakan bahwa peristiwa yang telah dinyatakan telah

diencode oleh kode-kode sosial adalah sebagai berikut:

1. Level Realitas (Reality)

Level ini menjelaskan suatu peristiwa yang dikonstruksikan

(31)

sosial antara lain: penampilan (appearance), kostum (dress), riasan

(make up), lingkungan (environment), kelakuan (behaviour), dialog

(speech), gerakan (gesture), ekspresi (expression), dan suara (sound).

2. Level Representasi

Di sini kita menggunakan perangkat secara teknis. Level

representasi berhubungan dengan kode-kode sosial antara lain: kamera

(camera), pencahayaan (lighting), perevisian (editing), musik (music)

dan suara (sound) yang ditranmisikan sebagai kode-kode representasi

yang besifat konvensional.

a. Teknik kamera, jarak dan sudut pengambilan.

- Long shot : Pengambilan yang menunjukkan semua bagian

dari objek, menekankan pada background. Shot ini

biasanya dipakai dalam shot yang lebih lama dan

lingkungannya dari pada individu sebagai fokusnya.

- Estabilishing shot : Biasanya digunakan untuk mebuka

suatu adegan.

- Medium Shot : Menunjukkan subjek atau aktornya dan

lingkungannya dalam ruang yang sama. Biasanya

digunakan untuk memperlihatkan kehadiran dua atau tiga

aktor secara dekat.

- Close Up : Menunjukkan sedikit dari scene, seperti karakter

(32)

mengaburkan objek dengan konteksnya. Pengambilan ini

memfokuskan pada perasaan dan reaksi dari seseorang, dan

kadangkala digunakan dalam percapakan untuk

menunjukkan emosi seseorang.

- View Point : Jarak dan sudut nyata darimana kamera

memandang dan merekam objek.

- Point of view : Sebuah pengambilan kamera yang

mendekatkan posisinya pada pandangan seseorang yang

ada dan sedang memperlihatkan aksi lain.

- Selective focus : Memberikan efek dengan menggunakan

peralatan optikal untuk mengurangi ketajaman dari image

atau bagian lainnya. Misalnya : Wide angle shot, title shot,

angle shot dan two shot.

b. Teknik Editing

- Cut : Perubahan secara tiba-tiba dari suatu pengmbilan

sudut pandang atau lokasi lainnya. Ada bermacam-macam

cut yang mempunyai efek untuk merubah scene,

mempersingkat waktu, memperbanyak point of view, anda

membentuk kesan terhadap image atau ide.

(33)

- Motived cut : Bertujuan untuk membuat penonton segera ingin melihat adegan selanjutnya yang tidak ditampilkan

sebelumnya.

c. Penggunaan Suara

- Commentar voice-over narration : Biasanya digunakan

untuk memperkenalkan bagian orang tertentu dari suatu

program, menambah informasi yang tidak ada dalam

gambar, untuk menginterpretasikan kesan pada penonton

dari suatu sudut pandang, menghubungkan bagian atau

sequences dan program secara bersamaan.

- Sound effect : Untuk memberikan tambahan ilusi pada

suatuu kajian.

- Musik : Untuk mempertahankan kesan dari suatu fase untuk

mengiringi suatu adegan, warna emosional pada musik

turut mendukung keadaan emosional suatu adegan.

d. Pencahayaan : Macamnya soft and hard lighting, dan

backlighting. Cahaya menjadi unsur media visual, karena

cahayanya informasai dapat dilihat. Cahaya ini pada mulanya

hanya merupakan unsur teknis yang membuat benda dapat

dilihat. Namun dalam perkembangannya ternyata fungsinya

(34)

informasi waktu, menunjang mood atau bisa menunjang

dramatik adegan (Biran,2006:43)

3. Level ideologi.

Ideologi tidak hanya berisi kompleksitas arti sebuah pesan

dimana sebuah pesan yang dangkal ternyata mempunyai arti

yang lebih dalam dan mempunyai efek buat penontonnya.

Kode sosialnya antara lain, narrative (narasi), conflict

(konflik), character (karakter), action (aksi), dialogue (dialog),

casting (pemeran).

Dalam penelitian ini penulis menggunakan model semiotika

John Fiske karena tayangan iklan Top One action matic di televisi

ini memiliki kode-kode yang memunculkan makna tertentu,

sehingga dapat diteliti menggunakan level-level yang dikemukakan

oleh Fiske.

2.1.7 Respon Psikologi War na

Warna merupakan simbol yang menjadi penandaan dalam

suatu hal. Warna juga boleh dianggap sebagai suatu fenomena

(35)

a. Merah :Power, energy, kehangatan, cinta, nafsu, agresi, bahaya.

Merah jika dikombinasikan dengan putih, akan memiliki arti ‘bahagia’

di budaya oriental.

b. Biru :Kepercayaan, konservatif, keamanan, tehnologi,

kebersihan, dan keteraturan.

c. Hijau :Alami,sehat,keberuntungan, pembahatuan.

d. Kuning :Optimis, harapan, filosofi, ketidakjujuran, pengecut (untuk

budaya barat), dan penghianat.

e. Ungu/Jingga :Spiritual, misteri, kebangsawanan, transformasi,

kekerasan, keangkuhan.

f. Orange :Energy, keseimbangan, dan kehangatan.

g. Coklat :Tanah/bumi, realibility, comfort, dan daya tahan.

h. Abu-abu :Intelek, masa depan (seperti warna millennium),

kesederhanaan, kesedihan.

i. Putih :Kesucian, kebersihan, ketepatan, ketidakbersalahan, seteril,

kematian.

j. Hitam :Power, seksualitas, kecanggihan, kematian, misteri,

ketakutan, kesedihan, keanggunan.

(http://www.mail-archive.com/aga-madjid@googlegroups.com/msg.html)

Warna dan artinya mempunyai pengaruh yang sangat besar

(36)

terhadap suatu objek, hampir semua bangsa di dunia memiliki arti

tersendiri pada warna. Hal ini dapat dilihat pada bendera nasional

masing-masing, serta upacara-upacara ritual lainnya yang sering

dilambangkan dengan warna-warni (Cangara, 2005: 109).

2.1.8 Pendekatan Semiotik dalam Iklan Televisi

Definisi semiotik yang umum adalah studi mengenai

tanda-tanda. (Chandler, 2002: www.aber.ac.uk ) Studi ini tidak hanya

mengarah pada ‘tanda’ dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga tujuan

dibuatnya tanda-tanda tersebut. Bentuk-bentuk tanda disini antaralain

berupa kata-kata, gambar (images), suara, gerak tubuh dan objek. Bila

kita mempelajari tanda yang satu dengan tanda-tanda yang lain

membentuk sebuah sistem, dan kemudian dibuat sistem tanda. Lebih

sederhananya semiotik mempelajari bagaimana sistem tanda

membentuksebuah makna. Menurut John Fiske, konsentrasi semiotik

adalah pada hubungan yang timbul antara sebuah tanda dan makna

yang terkandung di dalamnya, juga bagaimana tanda-tanda tersebut

dikomunikasikan dalam kode-kode

Menurut James Monaco, seseorang ahli yang lebih berafiliasi

dengan gramatika (tata bahasa) mengatakan bahwa film (iklan) tidak

mempunyai gramatika (film has no grammar). Untuk itu ia menawarkan

kritik bahwa tehnik yang digunakan dalam film (iklan) dan gramatika pada

(37)

memaksa dengan menggunakan kajian linguistik untuk menganalisa

sebuah film (iklan), karena film (iklan) terdiri dari kode-kode yang

beraneka ragam. “There is no ‘language’ or photographs of film, no sigle

significant of system (as supossed to technical apparartus) upon which all photographs or film depend (in the sense in which all texts in English depend upon the English language) : there is a rather a heterogenous complex of codes upon which potographs or film may draw” (Chandler,

2002: www.aber.ac.uk)

Kritik yang paling tajam menurut Barthes adalah yang diajukan

oleh Don Slater, terhadap semiotik milik Saussure:

“…describe the internal structure of system of meaning, and in answer to a rather new kind of kind of question, not ‘why she say that?’, ‘why are BMW’s status symbol?’, ‘ why in our society does technology can note masculinity? ‘, but rather ‘how does the structure of a sign on system make possible, offer certain resources for, state mark, meaning are associations, and in reliable ways?, ‘how is ordered and intelligible meaning sustained”.

Penerapan Semiotik pada iklan televisi, berarti kita harus

memperhatikan aspek medium televisi yang berfungsi sebagai tanda. Maka

dari sudut pandang ini jenis ambilan kamera (selanjutnya disebut shot saja)

dan kerja kamera (camera work). Dengan cara ini, peneliti bisa memahami

(38)

(CU) shot berarti pengambilan kamera dari leher ke atas atau menekankan

bagian wajah, makna dari (CU) shot adalah keintiman dan sebagainya.

Selain shot, yang terdapat pada camera work atau kerja kamera yaitu

bagaimana gerak kamera terhadap objek, misalnya panning-up atau

pan-up yaitu gerak kamera mendongak pada poros horisontal. Pan-pan-up berarti

kamera melihat ke atas, dan ini bermakna adanya otoritas atau kekuasaan

pada objek yang diambil (Berger, 1987:37).

Lebih jauh yang harus diperhatikan tidak hanya shot dan camera

work tetapi juga suara. Suara meliputi sound effect dan musik. Televisi

sebagai media audio visual tidak hanya mengandung unsur visual, namun

juga suara, karena suara merupakan aspek kenyataan hidup. Suara yang

keras, menghentak, lemah, memiliki makna yang berbeda-beda. Setiap

suara mengekspresikan sesuatu yang unik (Sumarno, 1996:71).

Diasumsikan pembuatan iklan televisi sama dengan pebuatan film

cerita. Analisis semiotik yang dilakukan pada cinema atau film layar lebar

menurut John Fiske disetarakan dengan analisis film (iklan) yang

ditayangkan di televisi. Sehingga analisis yang dilakukan pada iklan

minuman berenergi extra joss versi laki, menurut John Fiske dibagi

menjadi tiga level, yaitu :

1. Level Realitas

Pada level ini, realitas dapat berupa penampilan, pakaian, dam

make-up yang digunakan oleh pemain, lingkungan, perilaku, ucapan, gerak

(39)

kode budaya yang ditangkap secara elektronik melalui kode-kode

teknis. Kode-kode sosial yang merupakan realitas yang akan diteliti

dalam penelitian ini dapat berupa :

(a) Penampilan, kostum, dan make-up yang digunakan oleh tokoh di

iklan extra joss versi “laki”. Dalam penelitian ini tokoh yang

menjadi obyek penelitian adalah tiga orang pria, dan seorang pria

yang menjadi tokoh utama, disini tiga orang pria digambarkan

sedang bekerja dan bersuara perempuan. Bagaimana pakaian dan

tata rias yang mereka gunakan, serta apakah kostum dan make-up

yang ditampilkan tersebut memberikan signifikasi tertentu menurut

kode sosial dan kultural.

(b)Lingkungan atau setting yang ditampilkan dari cerita

masing-masing tokoh tersebut, bagaimana simbol-simbol yang ditonjolkan

serta fungsi dan makna di dalamnya.

(c) Gesture atau gerakan tubuh, apa makna dari gerakan tubuh dari

masing-masing tokoh di iklan tersebut.

2. Level Representasi

Meliputi kerja kamera, pencahayaan, editing, musik, dan suara,

yang ditransmisikan sebagai kode-kode representasi yang bersifat

konvensional. Bentuk-bentuk representasi dapat berupa cerita,

(40)

Level Representasi meliputi :

(a) Teknik Kamera

Ada tiga jenis shot gambar yang paling dasar yaitu meliputi :

1) Long Shot (LS) yaitu shot gambar yang jika objeknya

adalah manusia maka dapat diukur antara lutut kaki hingga

sedikit ruang di atas kepala. Dari jenis shot ini dapat

dikembangkan lagi yaitu Extreme Long Shot (LES), mulai

dari sedikit ruang di bawah kaki hingga ruang tertentu di

atas kepala. Long Shot ini menggambarkan dan

memberikan informasi kepada penonton mengenai

penampilan tokoh (termasuk bahasa tubuh, mulai dari

ujung rambut sampai dengan ujung kaki) yang kemudian

mengarah pada karakter serta situasi dan kondisi yang

sedang terjadi pada adegan itu.

2) Medium Shot (MS), yaitu shot gambar yang jika objeknya

adalah manusia, maka dapat diukur sebatas dada hingga

sedikit ruang di atas kepala. Dari medium shot dapat

dikembangkan lagi, yaitu Wide Medium Shot (WMS),

gambar medium shot tapi agak melebar ke samping kanan

kiri. Pengambilan gambar Medium shot menggambarkan

dan memberikan informasi kepada penonton tentang

ekspresi dan karakter, secara lebih dekat dibandingkan

(41)

3) Close-Up (CU), yaitu shot gambar yang jika objeknya

adalah manusia, maka diukur dari bahu hingga sedikit

ruang di atas kepala. Pengambilan gambar close-up

menggambarkan dan memberikan informasi kepada

penonton tentang penguatan ekspresi dan dialog penting

untuk lebih diperhatikan penonton.

4) Extreme Close-Up, menggambarkan secara details

ekspresi pemain dari suatu peristiwa (lebih detail pada

ekspresi tubuh, seperti mata, bibir, tangan, dan

sebagainya)

Sedangkan untuk teknik perpindahan kamera antara lain :

1)Zoom, yaitu gerakan kamera yang secara pelan dan cepat,

baik sesungguhnya maupun buatan, menuju suatu objek.

Juga diterapkan ketika menjauhi objek (Efendy, 2002:156).

Biasanya digunakan untuk memberi kejutan pada penonton,

penekanan dialog dan atau tokoh, setting serta informasi

tentang situasi dan kondisi.

2)Dollying (trucking), yaitu pergerakan kamera pengambilan

gambar dengan menggunakan kendaraan beroda yang

mengakomodasikan kamera dan operator kamera (Efendy,

2002:135). Kecepatan dallying ini mampu mempengaruhi

(42)

3)Follow Shot, yaitu pengambilan gambar dengan kamera

bergerak berputar untuk mengikuti pemeran dalam adegan

(Efendy, 2002:138).

4)Swish Pan, yaitu gerakan panning ketika kamera

digerakkan secara cepat dari satu sisi ke sisi lain,

menyebabkan gambar di film menjadi kabur untuk

memunculkan kesan gerakan mata secara cepat dari satu sisi

ke sisi lain (Efendy, 2002:152).

3. Level ideologi.

Level ini diorganisasikan ke dalam kesatuan (coherence) dan

penerimaan sosial (social acceptability) seperti individualism, kelas

patriarki, pluralisme, umur, ras, dan sebagainya.

2.1.9 Audio Dalam Iklan Extra J oss

Pengertian Audio dalam sistem komunikasi bercirikan video,

sinyal elektrik digunakan untuk membawa unsur bunyi. Istilah ini juga

biasa digunakan untuk menerangkan sistem-sistem yang berkaitan dengan

proses perekaman dan transmisi yaitu sistem pengambilan/penangkapan

suara, sambungan transmisi pembawa bunyi, amplifier dan lainnya.

Untuk membuat iklan menjadi lebih menarik, penggunaan

efek-efek eudio pun menjadi pilihan yang tepat dalam industri pembuatan iklan.

Efek audio banyak digunakan pada pengolahan sinyal audio digital untuk

(43)

efek tertentu pada sinyal audio atau memodifikasi sinyal audio. Efek audio

secara garis besar sibagi menjadi empat yaitu:

• Efek berbasis amplitudo sinyal

Contoh: volume control, panning, compression/expansion, noise gating,

dan attach delay.

• Efek berbasis time-delay

Contoh: delay, echo, chorus, flanger, robot, reverb dan phasing

• Efek distorsi bentuk sinyal

Contoh: efek distorsi

• Efek respon frekuensi (filter digital)

Contoh: equalizer, pitch shifting

Sound editing merupakan proses yang membutuhkan baik keahlian

dan insting. Saat ini, kebanyakan sound editing dilakukan menggunakan

software tertentu secara digital. Namun tidak harus selalu seperti itu. Magnetic tape dan tape recorders ditemukan pertama pada akhir 1940. Recording dan editing dengan menggunakan magnetic tape dilakukan

hingga pertengahan 1990 saat komputer dan software digital merevolusi

proses sound editing.

(44)

Untuk mengedit suara dengan magnetic tape, user harus menemukan titik

pada tape dimana sambungan diperlukan, kemudian letakkan tape pada

sebuah “editing block” yang menyediakan sebuah sambungan pre-cut pada

sudut 45 derajat, tempatkan tape pada block, gunakan mata pisau untuk

memotong tape pada sudut celah 45 derajat, dan kemudian gabungkan

magnetic tape kembali secara fisik dengan editing tape yang dirancang

khusus.

Bila sambungan kacau, proses harus diulang dari awal lagi,

menggunakan editing tape untuk menjadikan magnetic tape kembali

seperti semula dan mencoba lagi. Pekerjaan ini membosankan dan

terkadang membuat frustasi. User tidak memiliki recorder sound visual

sebagai petunjuk. Segala dikerjakan dengan pendengaran.

Saat ini, komputer dapat menggunakan software yang sehebat magnetic

tape.

Dalam industri periklanan Indonesia, masih belum ada peraturan

khusus yang mengatur mengenai audio dalam beriklan, yang perlu

diperhatihan hanya dialog dan perkataan saja. Peneliti menilai dalam iklan

tersebut cukup membuat penonton atau khalayak berpikir mengenai

sesuatu yang janggal dalam iklan Extra Joss versi Laki. Kejanggalan

terlihat karena setiap scene dalam iklan itu, setiap tokoh selalu

mengeluarkan dialog bersuara perempuan dengan audio yang cukup jelas,

hanya satu pemeran yang bersuara laki-laki dengan nada jantan pada scene

(45)

2.1.10 Iklan Extr a J oss

Adanya peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh komisi

periklanan di Indonesia pada dasarnya, bagi pembuat iklan di televisi

dalam menampilkan produknya berpikir dua kali dalam pembuatan iklan

produk mereka. Dengan melalui biro-biro iklannya, perusahaan berusaha

untuk menciptakan karakter yang kuat atas produknya. Hal tersebut

mendorong tim kreatif biro iklan berusaha mencari ide-ide segar dan

inovatif dalam penyusunan konsep sebuah iklan di televisi.

Misalnya yang terbaru, iklan Extra Joss di televisi yang

menampilkan maskulinitas dari seorang pria dengan adegan-adegan yang

berani atau iklan rokok Sampoerna A Mild di televisi dengan tampilan

yang segar, unik, dan sarat dengan kehidupan sosial.

(http://puslit.petra.ac.id/journals/design/)

Extra Joss adalah produk minuman energi yang dipasarkan oleh PT

Bintang Toedjoe mulai sejak pada tanggal 25 November 1994. Sasarannya

adalah olahragawan, pelajar, dan pegawai yang ingin mempertahankan

konsentrasi dalam jangka waktu lama.

Dipicu oleh pemikiran bahwa semakin hari semakin banyak orang

yang membutuhkan minuman energi termasuk dari kalangan status

ekonomi sosial menengah ke bawah. Masalahnya pada waktu itu harga

jual produk minuman energi yang ada belum terjangkau golongan

ekonomi menengah ke bawah karena belum ada pemain pasar yang

(46)

Ide nama Extra Joss diperoleh karena mudah diingat, sederhana,

berkesan segar dengan dua huruf “s” ganda yang kuat dan personality-nya

cocok dengan produk sachet yang akan dikembangkan.

Kata “joss” berasal dari dialek pergaulan masyarakat Surabaya

yang dikenal suka bersuara lantang dan blak-blakan. Di sana “joss”

bermakna manjur atau oke.

(ciputraentrepreneurship.com)

Slogan-slogan yang selama ini dimiliki Extra Joss juga

dimaksudkan untuk melawan serangan-serangan iklan produk minuman

berenergi yang pada saat itu merajai pasar rokok di Indonesia. Kemudian

dengan pendekatan psikografis, Extra Joss berusaha untuk menembak

pasar bidikannya yaitu kalangan olahragawan, pelajar, dan pegawai

dengan melahirkan tag line “Laki minum Extra Joss”.

Hal tersebut di atas mengindikasikan bahwa iklan Extra Joss

memang memiliki keunikan yang menonjol dibanding iklan-iklan produk

minuman berenergi yang lain di televisi. Penulis memiliki asumsi bahwa

iklan Extra Joss lah yang muncul di media dapat diinterpretasikan sebagai

reaksi atas kondisi sosial yang sedang terjadi di tengah masyarakat.

2.2 Ker angka Berpikir

Berdasarkan landasan teori yang telah disampaikan, maka dapat

diketahui bahwa untuk mengerti, memahami, dan memaknai iklan Extra

(47)

tanda lambang dengan menggunakan metode semiotik John Fiske, sehingga

akhirnya diperoleh hasil dan interpretasi data mengenai penggambaran iklan

Extra Joss versi laki di televisi.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode semotik John

Fiske dikarenakan dalam ilustrasi iklan Extra Joss versi laki di televisi ini

terdapat berbagai makna tanda yang dapat dikelompkkoan ke dalam lima

kode yaitu kode hermeneutik, kode semik, kode simbolik, kode proaretik

(48)

3.1

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu kegiatan (ilmiah) yang ditempuh melalui

serangkaian proses yang panjang. Dalam konteks ilmu sosial, kegiatan

penelitian diawali dengan adanya minat untuk mengkaji secara mendalam

terhadap munculnya fenomena tertentu (Bungin, 2007:66-67).

Analisis kualitatif berangkat dari pendekatan fenomenologisme yang

sebenarnya lebih banyak pengaruh terhadap pendekatan positivisme yang

dianggap terlalu kaku, hitam-putih, atau terlalu taat asas. Alasannya bahwa

analisis fenomenologisme lebih tepat digunakan untuk mengurai persoalan

subjek manusia yang umumnya tidak taat asas, berubah-rubah, dan sebagainya.

Analisis kualitatif umumnya tidak digunakan untuk mencari data dalam arti

frekuensi, tetapi digunakan untuk menganalisa makna dari data yang tampak di

permukaan itu. Dengan demikian analisis kualitatif digunakan untuk memahami

sebuah sebuah fakta, bukan untuk menjelaskan fakta tersebut (Bungin,

2007:66-67).

Pada penelitian ini digunakan metode deskriptif kualitatif dengan

(49)

iklan pada media elektronik yaitu televisi, yang akan dijadikan sebagai objek

penelitian ini adalah iklan Extra Joss.

Untuk menginterpretasikan objek penelitian dari iklan Extra Joss versi

lakiterlebih dahulu harus diketahui sistem tanda dan gambar yang terdapat

dalam penelitian ini. Karena itulah, penelitian menggunakan pendekatan

semiologi untuk menganalisa atau menafsirkan makna yang terdapat dalam

iklan tersebut (Christomy dan Yuwono, 2004:99)

Selain itu pada dasarnya pendekatan semiologi bersifat

kualitatif-interpretatif (interpretation), yaitu sebuah metode yang memfokuskan dirinya

pada tanda dan teks sebagai objek kajiannya, serta bagaimana peneliti

menafsirkan dan memahami kode (decoding) dibalik tanda dan teks tersebut

(Pialang, 2003:270).

3.2

Kerangka Konseptual

3.2.1

Corpus

Corpus merupakan kumpulan bahan yang terbatas yang dilakukan

pada perkembangannya oleh analisa dengan kesemenaan Corpus haruslah

cukup luas untuk memberikan harapan yang beralasan bahwa unsur-unsurnya

akan memelihara sebuah sistem kemiripan dan perbedaan yang lengkap.

Corpus juga bersifat sehomogen mungkin, baik homogen pada taraf substansi

(50)

Sebagai analisis, Corpus bersifat terbuka pada konteks yang beraneka

ragam yang memungkinkan untuk memahami khalayak aspek dari sebuah

teks yang tidak dapat ditangkap atas dasar suatu analisis yang bertolak dari

unsur tertentu yang terpisah dan berdiri dari teks yang bersangkutan (Arkoun,

2003:40).

Corpus adalah kata lain dari sampel, bertujuan tetapi khusus

digunakan untuk analisis semiotika dan analisis semiotika dan analisis

wacana. Pada penelitian kualitatif ini memberikan peluang yang besar bagi

dibuatnya interpretasi alternatif.

Sedangkan korpus pada penelitian kualitatif ini adalah potongan scene

yang terdiri dari 8 scene.

Scene

Keterangan Audio

Dalam adegan ini semua percakapan

menggunakan suara perempuan, voice

over berkata ”jangan bengong aja, las

(51)

Dalam

adegan

ini,

percakapan

menggunakan suara perempuan, model

berkata “aahh……. Capek.”

Dalam

adegan

ini,

percakapan

menggunakan suara perempuan, model

berkata “wooy, pelan banget kerja.”

Dalam

adegan

ini,

percakapan

menggunakan suara perempuan, model

merintih (iih….uhh)

Dalam

adegan

ini,

percakapan

menggunakan suara perempuan, model

(52)

Dalam

adegan

ini,

percakapan

menggunakan suara perempuan, voice

over berkata “laki minum rasa-rasa, ya

gak laki, harusnya…..”

Dalam adegan ini seorang model

muncul dan menggunakan suara

laki-laki dan berkata “laki-laki…minum Extra

Joss.”

visual yang ditampilakan tag line ” Laki

(53)

3.3

Definisi Operasional

3.3.1

Audio Dalam Iklan Extra J oss

Pengertian Audio dalam sistem komunikasi bercirikan video,

sinyal elektrik digunakan untuk membawa unsur bunyi. Istilah ini juga

biasa digunakan untuk menerangkan sistem-sistem yang berkaitan dengan

proses perekaman dan transmisi yaitu sistem pengambilan/penangkapan

suara, sambungan transmisi pembawa bunyi, amplifier dan lainnya.

Untuk membuat iklan menjadi lebih menarik, penggunaan efek-efek eudio pun

menjadi pilihan yang tepat dalam industri pembuatan iklan. Efek audio banyak

digunakan pada pengolahan sinyal audio digital untuk keperluan editing musik.

Teknologi ini digunakan untuk menambahkan efek tertentu pada sinyal audio

atau memodifikasi sinyal audio. Efek audio secara garis besar sibagi menjadi

empat yaitu:

Efek berbasis amplitudo sinyal

Contoh: volume control, panning, compression/expansion, noise gating, dan

attach delay.

Efek berbasis time-delay

(54)

Efek distorsi bentuk sinyal

Contoh: efek distorsi

Efek respon frekuensi (filter digital)

Contoh: equalizer, pitch shifting

Sound editing merupakan proses yang membutuhkan baik keahlian

dan insting. Saat ini, kebanyakan sound editing dilakukan menggunakan

software tertentu secara digital. Namun tidak harus selalu seperti itu.

Magnetic tape dan tape recorders ditemukan pertama pada akhir 1940.

Recording dan editing dengan menggunakan magnetic tape dilakukan

hingga pertengahan 1990 saat komputer dan software digital merevolusi

proses sound editing.

Proses editing pelan, membosankan, dan terkadang tidak stabil. Untuk

mengedit suara dengan magnetic tape, user harus menemukan titik pada

tape dimana sambungan diperlukan, kemudian letakkan tape pada sebuah

“editing block” yang menyediakan sebuah sambungan pre-cut pada sudut

45 derajat, tempatkan tape pada block, gunakan mata pisau untuk

memotong tape pada sudut celah 45 derajat, dan kemudian gabungkan

magnetic tape kembali secara fisik dengan editing tape yang dirancang

(55)

Bila sambungan kacau, proses harus diulang dari awal lagi,

menggunakan editing tape untuk menjadikan magnetic tape kembali seperti

semula dan mencoba lagi. Pekerjaan ini membosankan dan terkadang

membuat frustasi. User tidak memiliki recorder sound visual sebagai

petunjuk. Segala dikerjakan dengan pendengaran.

Saat ini, komputer dapat menggunakan software yang sehebat magnetic

tape.

Dalam industri periklanan Indonesia, masih belum ada

peraturan khusus yang mengatur mengenai audio dalam beriklan, yang

perlu diperhatihan hanya dialog dan perkataan saja. Peneliti menilai dalam

iklan tersebut cukup membuat penonton atau khalayak berpikir mengenai

sesuatu yang janggal dalam iklan Extra Joss versi Laki. Kejanggalan

terlihat karena setiap scene dalam iklan itu, setiap tokoh selalu

mengeluarkan dialog bersuara perempuan dengan audio yang cukup jelas,

hanya satu pemeran yang bersuara laki-laki dengan nada jantan pada scene

yang menunjukkan produk Extra Joss itu sendri.

3.4

Unit Analisis

Bagi peneliti, untuk menjawab pemaknaan audio dan visual dalam

iklan Extra Joss versi laki, maka digunakan unit analisis berupa paradigma

dan sintagma yang terdapat pada level realitas dan level ideologi serta level

(56)

Menurut Claude Levi Strauss (Berger, 1982:30) analisis sintakmantik

sebuah teks memungkinkan pengungkapan makna secara eksplisit dan analisis

paradigmatik akan mengungkap makna tersembunyi dari suatu teks. Analisis

paradigmatik suatu teks mencakup pencarian pola-pola tersembunyi dari

hal-hal yang berlawanan yang tersembunyi di dalamnya, dan karena hal-hal tersebut

menghasilkan suatu makna. Dalam membuat analisis paradigmatik suatu teks

terdapat beberapa kesalahan yang harus dihindari. Pertama harus dipastikan

untuk menghilangkan hal yang berlawanan yang sebenarnya sebagai sesuatu

yang berlawanan terhadap sebuah pengingkaran. Berger menyarankan ‘ugly’

adalah lawan kata ‘beauty’, dan ini yang seharusnya dipakai daripada kata

‘unugly’ atau ‘non ugly’. Kedua, pastikan bahwa sesuatu yang akan dianggap

berlawanan terikat dengan karakter dan peristiwa dalam teks. Sebuah

sintagma adalah rantai (chain) dan sebuah analisis sintagmatik dari t

Gambar

Gambar 4.1. Tampilan visual dalam scene 1
Gambar 4.2. Tampilan visual dalam scene 2
Gambar 4.3. Tampilan visual dalam scene 3
Gambar 4.4. Tampilan visual dalam scene 4
+4

Referensi

Dokumen terkait

Ini didasari bahwa dalam Undang- Undang Pemilihan umum yang baru ini yaitu Undang-Undang Pemilihan Umum Nomor 8 Tahun 2012 yang dijelaskan dalam Pasal 208 bahwa partai politik

Sumber-sumber yang digunakan adalah: (1) Sumber benda yang berupa areal situs Biting yang di dalamnya terdapat bangunan benteng, makan Menak Koncar, bekas

Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi positif antara tingkat kesukaran butir yang diperoleh dari analisis melalui tes

Cara hidup seperti di atas, yang terdapat dalam proses ritual Tulude menurut penulis ketika berdiri pada identitas sebagai bangsa Indonesia, maka di

The purpose of this research is to find out, how the oil-palm plantation development policies implemented and the impact to the indigenous people community in Batanghari Regency,

dengan jelas menggambarkan cita-cita yang akan dicapai.. akhir atau sebuah cita-cita berperan penting dalam memotivasi peserta. didik untuk berprestasi lebih tinggi agar

BPRS Saka Dana Mulia Ini merupakan salah satu lembaga keuangan alternatif yang bernafaskan Islam yang sesuai dengan visinya yakni menjadi BPRS yang sehat dan

Output dari kegiatan ini adalah tersedianya 6 (enam) rumusan regulasi teknis terkait kebijakan Undang-Undang Perlindungan Konsumen dan mutu produk serta terkait dengan