• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN PEMANGKASAN TEH (Camelia sinensis (L.) O. Kuntze) di PT TAMBI, UNIT PERKEBUNAN TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH NOVRIAN RAHARJA A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MANAJEMEN PEMANGKASAN TEH (Camelia sinensis (L.) O. Kuntze) di PT TAMBI, UNIT PERKEBUNAN TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH NOVRIAN RAHARJA A"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN PEMANGKASAN TEH (Camelia sinensis (L.) O.

Kuntze) di PT TAMBI, UNIT PERKEBUNAN TAMBI,

WONOSOBO, JAWA TENGAH

NOVRIAN RAHARJA

A24063007

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

▸ Baca selengkapnya: pemangkasan dengan hasil berterap/seperti tangga disebut teknik pemangkasan

(2)

RINGKASAN

NOVRIAN RAHARJA.

Manajemen Pemangkasan Teh (Camelia sinensis (L.) O. Kuntze ) di PT Tambi, Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah.

Kegiatan magang berlangsung di PT Tambi, Unit Perkebunan (UP) Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah dari bulan Maret sampai dengan Juni 2010. Kegiatan magang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan serta pengalaman dalam pengelolaan perkebunan teh pada semua aspek terutama manajemen pemangkasan. Data-data yang diperoleh mencakup data primer melalui pengamatan langsung di lapang, wawancara, serta diskusi dan data sekunder melalui studi dokumentasi kebun. Pengamatan dilakukan di tiga nomor kebun dari dua blok berbeda yang difokuskan pada aspek manajemen pemangkasan mencakup pengamatan sebelum, saat, dan setelah pemangkasan. Pengamatan sebelum pemangkasan bertujuan untuk melihat kesesuaian saat pemangkasan yang dilaksanakan di UP Tambi didasarkan pada beberapa kriteria saat pangkas seperti tinggi tanaman, persentase pucuk burung, tingkat produksi, serta kandungan zat pati dalam akar. Pengamatan saat pemangkasan bertujuan untuk melihat efisiensi palaksanaan pemangkasan di UP Tambi mencakup pangamatan terhadap tinggi pangkasan, luas areal pangkasan, tipe/jenis pangkasan, waktu pamangkasan, kerusakan cabang akibat pemangkasan, tenaga pemangkas, serta alat pangkas yang digunakan. Pengamatan setelah pemangkasan bertujuan untuk melihat respon pertumbuhan setelah pemangkasan beberapa klon teh di UP Tambi serta pengaruh ketinggian tempat terhadap pertumbuhan tunas setelah pemangkasan.

Pemangkasan di UP Tambi secara umum telah dilaksanakan dengan baik mengacu pada literatur dan rekomendasi yang ada. Pemangkasan di UP Tambi dilakukan selama dua semester, yaitu semester I (Februari - Mei) dan Semester II (Oktober - November) dengan 70 % dilakukan pada semester I. UP Tambi yang terletak di ketinggian di atas 1 200 m dpl menggunakan gilir pangkas 4 - 5 tahun dengan sistem pangkasan naik turun. Jenis pangkasan yang diterapkan di UP Tambi adalah setengah bersih dan bila kondisi tanaman memungkinkan

(3)

dilaksanakan pangkasan bersih. Jumlah Tenaga pemangkas pada beberapa blok di UP Tambi melebihi jumlah pemangkas standar yang sebenarnya dibutuhkan. Alat pangkas yang digunakan adalah sabit/gaet pangkas dengan pertimbangan harganya murah sehingga tidak memberatkan pemangkas serta lebih cepat dalam pengerjaan pemangkasan dibandingkan apabila menggunakan gergaji pangkas. Kendala-kendala yang sering dijumpai dalam sistem manajemen pemangkasan di UP Tambi adalah rendahnya keterampilan para pemangkas serta minimnya pengawasan oleh para mandor/pengawas mengakibatkan rendahnya kualitas hasil pangkasan. Selain itu, tidak adanya alat ukur tinggi pangkasan yang baku menyebabkan tinggi pangkasan di lapang cenderung tidak sesuai dengan tinggi pangkasan standar yang ditetapkan kebun.

Beberapa klon di UP Tambi memperlihatkan respon pertumbuhan setelah pemangkasan yang berbeda-beda. Klon Gambung 3 merupakan klon dengan pertumbuhan tunas paling cepat dibandingkan dua klon lainnya yaitu Gambung 4 dan TRI 2025. Pertumbuhan tunas klon TRI 2025 sedikit terhambat karena cacar daun teh yang mulai menyerang tanaman pada 8 minggu setelah pangkas (MSP) sedangkan klon Gambung 3 dan Gambung 4 menunjukkan respon ketahanan yang lebih baik. Pertumbuhan tunas akan semakin lambat dengan semakin meningkatnya tinggi tempat dari permukaan laut karena menurunnya suhu dan penyinaran matahari. Hal ini dapat dilihat dari lebih cepatnya pertumbuhan tunas klon TRI 2025 yang berada di blok Panama (± 1 350 m dpl) dibandingkan dengan pertumbuhan klon TRI 2025 di blok Pemandangan (± 1 700 m dpl).

(4)

MANAJEMEN PEMANGKASAN TEH (Camelia sinensis (L.) O.

Kuntze) di PT TAMBI, UNIT PERKEBUNAN TAMBI,

WONOSOBO, JAWA TENGAH

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

NOVRIAN RAHARJA

A24063007

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul : MANAJEMEN PEMANGKASAN TEH (Camelia sinensis

(L.) O. Kuntze) di PT TAMBI, UNIT PERKEBUNAN

TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH

Nama : Novrian Raharja

NIM : A24063007

Menyetujui: Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, MSc) NIP: 19610202 198601 1 001

Mengetahui:

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB

   

(Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr) NIP: 19611101 198703 1 003

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 6 November 1988 di Lahat, Sumatera Selatan. Penulis merupakan anak ke dua dari empat bersaudara pasangan Supriyono, SPd dan Lismiati, A.Ma.Pd. Pendidikan penulis dimulai di Taman Kanak-Kanak (TK) Aisyiyah Pagaralam, kemudian dilanjutkan di Sekolah Dasar Negeri 3 Pagaralam. Setelah lulus SD, penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 2 Pagaralam dan kemudian menempuh pendidikan di SMA Negeri 1 Pagaralam.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2006. Selama satu tahun penulis menjalani masa pendalaman materi di Tingkat Persiapan Bersama (TPB) IPB. Pada tahun ke dua, penulis diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB. Penulis memilih Supporting Course (SC) sebagai penunjang kelulusan.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kegiatan organisasi kedaerahan dan menjadi anggota Ikatan Keluarga Bumi Sriwijaya (IKAMUSI) serta menjadi peserta dalam acara Gebyar Nusantara Tahun 2006. Penulis juga menjadi anggota dari Himpunan Mahasiswa Agronomi (Himagron).

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas izin-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan magang ini dengan judul “Manajemen Pemangkasan Teh (Camelia sinensis (L.) O. Kuntze) di PT Tambi, Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah”.

Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof Dr Ir Slamet Susanto, MSc. selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan masukan dan saran dalam pelaksanaan magang hingga penyusunan skripsi.

2. Dr Ir Edi Santosa, MS selaku pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menjalani studi.

3. Dr Ir Eko Sulistyono, MSi dan Dr Ir Agus Purwito, MSc.Agr selaku staf penguji yang telah memberikan masukan dan saran bagi perbaikan skripsi. 4. Ir Eviati K Dewi (Kepala Bagian Kebun) sebagai Pembimbing Magang I

dan Muhamad Subandi (Asisten Kepala Bagian Kebun) sebagai Pembimbing Magang II yang telah memberikan pengarahan selama kegiatan magang dilaksanakan.

5. Ayah dan ibu beserta seluruh keluarga besar yang selalu mendukung dalam segala aktivitas penulis.

6. Seluruh jajaran karyawan dan staf UP Tambi yang telah banyak membantu penulis dalam kegiatan di kebun dan di pabrik.

7. Teman-teman Agronomi dan Hortikultura angkatan 43 yang telah memberikan motivasi dan saran.

Penulis menyadari akan segala kekurangan dalam penyusunan laporan magang ini, namun demikian penulis berharap semoga laporan magang ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Bogor, November 2010

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii 

DAFTAR GAMBAR ... viii 

DAFTAR LAMPIRAN ... ix  PENDAHULUAN ... 1  Latar Belakang ... 1  Tujuan Magang ... 2  TINJAUAN PUSTAKA ... 3  Ekologi Teh ... 3 

Jenis Tanaman Teh ... 3 

Pengelolaan Tanaman Teh ... 4 

Tujuan Pemangkasan ... 4 

Jenis dan Daur Pangkasan ... 5 

Waktu Pemangkasan ... 6 

METODOLOGI ... 7 

Tempat dan Waktu ... 7 

Metode Pelaksanaan ... 7 

Pengamatan dan Pengumpulan Data ... 7 

Analisis Data dan Informasi ... 10 

KEADAAN UMUM ... 11 

Sejarah PT Perkebunan Tambi ... 11 

Letak Geografis dan Letak Wilayah Administratif ... 12 

Keadaan Iklim dan Tanah ... 12 

Luas Areal dan Tata Guna Lahan ... 13 

Keadaan Tanaman dan Produksi ... 13 

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ... 14 

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG... 15 

Aspek Teknis ... 15 

Pembibitan ... 15 

Pemupukan ... 16 

Pengendalian Gulma ... 18 

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 20 

Pemangkasan ... 22 

Penanaman dan Pemeliharaan Pohon Pelindung. ... 34 

Pembuatan Lubang Tadah dan Guludan ... 35 

Batas kebun ... 35 

Pemetikan ... 36 

Proses Pengolahan Teh Hitam ... 37 

(9)

Mandor Pemeliharaan ... 45 

Mandor Pemetikan ... 46 

Kepala Blok ... 47 

Asisten Kepala Bagian Kebun ... 48 

PEMBAHASAN ... 50 

Kriteria Saat Pangkas ... 50 

Ketinggian Bidang Petik (Tinggi Tanaman) ... 50 

Persentase Pucuk Burung ... 50 

Tingkat Produksi ... 51 

Kadar Pati Akar ... 53 

Daur/Gilir Pangkas ... 54 

Jenis/Tipe Pangkasan ... 55 

Tinggi Pangkasan ... 56 

Luas Areal Pangkasan ... 57 

Waktu Pemangkasan ... 58 

Alat pangkas ... 60 

Tenaga Pemangkas ... 60 

Keterampilan Pemangkas Berdasarkan Usia ... 62 

Keterampilan Pemangkas Berdasarkan Lama Bekerja... 62 

Keterampilan Pemangkas Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 62 

Pertumbuhan Tunas Setelah Pemangkasan ... 63 

KESIMPULAN DAN SARAN ... 65 

Kesimpulan ... 65 

Saran ... 66 

DAFTAR PUSTAKA ... 67 

(10)

DAFTAR TABEL

 

Nomor             Halaman

1. Rincian Tata Guna dan Luas Lahan UP Tambi ... 13

2. Tinggi Tanaman Sebelum Pemangkasan ... 22

3. Persentase Pucuk Burung Sebelum Pemangkasan ... 23

4. Ketinggian Pangkasan di Unit Perkebunan Tambi ... 26

5. Gilir Pangkas dan Umur Pangkas Beberapa Nomor Kebun di UP Tambi ... 27

6. Persentase Kerusakan Cabang Berdasarkan Usia ... 29

7. Persentase Kerusakan Cabang Berdasarkan Pengalaman Bekerja ... 29

8. Persentase Kerusakan Cabang Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan ... 30

(11)

DAFTAR GAMBAR

 

Nomor             Halaman

1. Setek teh ditutup sungkup plastik ... 16

2. Pemupukan melalui tanah ... 18

3. Hama ulat api (Setora nitens) ... 21

4. Produktivitas basah tanaman berdasarkan umur pangkas ... 24

5. Tipe pangkasan bersih ... 25

6. Tipe pangkasan setengah bersih ... 25

7. Pertumbuhan tunas setelah pemangkasan di blok Pemandangan dan Panama ... 31

8. Pertumbuhan tunas di blok Pemandangan ... 32

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor              Halaman 

1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) ... 70

2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor ... 73

3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Kepala Blok ... 75

4. Rencana dan Realisasi Produksi Pucuk Basah Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010 ... 77

5. Rencana dan Realisasi Produksi Kering Unit Perkebunan Tambi Tahun 2009 78 6. Luas Areal Pangkasan di UP Tambi 2005-2009 ... 79

7. Umur Pangkas Per No Kebun di UP Tambi ... 80

8. Keadaan Curah Hujan Bulanan di Unit Perkebunan Tambi 2000-2009 ... 81

9. Struktur Organisasi Unit Perkebunan Tambi ... 82  

(13)

PENDAHULUAN

 

Latar Belakang  

Teh merupakan salah satu komoditi yang mempunyai peran strategis dalam perekonomian Indonesia. Tanaman teh (Camellia sinensis L.) menjadi salah satu komoditas perkebunan yang cukup penting peranannya karena mempunyai kontribusi yang cukup signifikan dalam kehidupan dan penghidupan masyarakat secara makro, disamping sebagai penyumbang devisa negara. Industri teh mampu memberikan kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar Rp 1.2 triliun (0.3 % dari total PDB nonmigas). Komoditi ini juga menyumbang devisa sebesar 110 juta dollar AS setiap tahunnya (Suprihatini, 2005).  Selain itu perkebunan teh juga berperan sebagai sumber lapangan kerja, sumber pendapatan asli daerah (PAD) dan menjaga kelestarian lingkungan. Mengingat peran tanaman teh dalam aspek sosial dan aspek ekonomi Indonesia yang sangat besar, maka perkebunan teh perlu dijaga agar tetap berkelanjutan.

Pada tahun 2002 produksi teh Indonesia mencapai 162 ribu ton, pada tahun 2003 mencapai 169 ribu ton, pada tahun 2004 turun menjadi 160 ribu ton. Setahun kemudian turun kembali menjadi 156 ribu ton, pada tahun 2006 produksi teh mencapai 140 ribu ton, dan pada tahun 2007 mencapai 150 ribu ton. Produksi teh tahun 2008 turun menjadi 148 ribu ton kemudian meningkat kembali mendekati angka 150 ribu ton pada tahun 2009. Produksi teh yang cenderung menurun beberapa tahun tearakhir sedikit banyak juga turut dipengaruhi oleh luas areal produksi yang juga menurun. Luas areal produksi teh tahun 2004 sebesar 142 ribu ha, kemudian turun menjadi 139 ribu di tahun berikutnya. Penurunan luas areal produksi ini terus berlanjut hingga pada tahun 2009 menjadi seluas 129 ribu ha (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009).

Volume ekspor teh Indonesia cenderung mengalami penurunan dalam periode tahun 2003 - 2007. Tahun 2003 angka ekspor teh Indonesia adalah sebesar 88 ribu ton, tahun 2004 sebesar 98 ribu ton, tahun 2005 sebesar 102 ribu ton, tahun 2006 sebesar 95 ribu ton dan tahun 2007 turun menjadi 83 ribu ton. Ekspor teh Indonesia pada tahun 2004 ditujukan ke beberapa negara konsumen teh di dunia, diantaranya Rusia (15.4 %), Inggris (14.4 %), Malaysia (9 %),

(14)

Pakistan (8.6 %), Jerman (7 %), Amerika Serikat (7 %), Polandia (5.4 %), dan Belanda (5.3 %). Kedelapan negara tersebut telah menyerap pangsa pasar 72,1 % dari total ekspor teh Indonesia. Pada tahun 2007 komposisi pangsa pasar Indonesia hanya mencapai 6 % di dunia atau tertinggal dengan Vietnam yang mampu menyalip yaitu 7 %, sedangkan Kenya dan Srilanka sama diposisi 20 %, dibuntuti China 18 % dan India 13 % (Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2008).

Budidaya tanaman teh ditujukan untuk mendapatkan hasil produksi dalam bentuk daun (vegetatif). Untuk mendapatkan produksi yang tinggi dan berkesinambungan, fase vegetatif tanaman harus tetap dipertahankan selama mungkin. Semakin panjang fase vegetatif, maka akan semakin panjang pula masa produktif tanaman. Untuk mempertahankan fase vegetatif tanaman teh, di antaranya tindakan kultur teknis yang harus dilaksanakan adalah pemangkasan (Johan dan Abas, 2002).

Menurut Tobroni dan Kurniayu (1988) pemangkasan merupakan tindakan penting dalam usaha meningkatkan produksi secara berkesinambungan sehingga jika pelaksanaan pemangkasan dilakukan kurang tepat, maka potensi tumbuh dan produksi tanaman akan menurun. Pekerjaan pemangkasan dimaksudkan untuk mempertahankan kondisi bidang petik sehingga memudahkan dalam pekerjaan pemetikan dan mendapatkan produktivitas tanaman yang tinggi (Setyamidjaja, 2000). Pemangkasan dapat menjadi alternatif untuk optimalisasi produksi di tengah permasalahan penurunan areal pertanaman teh.

Tujuan Magang

Tujuan dari kegiatan magang di PT Tambi, Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah ini adalah untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam mengelola perkebunan teh pada berbagai aspek terutama manajemen pemangkasan. Kegiatan magang juga bertujuan untuk mencoba membantu menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi pihak perusahaan.

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

 

Ekologi Teh

Tanaman teh berasal dari daerah subtropis sehingga di Indonesia teh lebih cocok ditanam di daerah pegunungan. Lingkungan fisik yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan teh adalah iklim dan tanah. Faktor iklim yang perlu mendapat perhatian adalah suhu udara, curah hujan, sinar matahari serta angin. Suhu udara yang baik bagi tanaman teh adalah suhu harian yang berkisar antara 13 – 25oC yang diikuti oleh cahaya matahari yang cerah dan kelembaban relatif pada siang hari tidak kurang dari 70 %. Jumlah curah hujan tahunan yang baik bagi pertumbuhan tanaman teh adalah tidak kurang dari 2 000 mm. Keberadaan angin sering berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan tanaman teh. Tiupan angin yang terlalu kencang selama 2 - 3 hari akan menyebabkan daun rontok. Selain itu angin juga dapat pula mempengaruhi kelembaban udara serta berpengaruh pula terhadap penyebaran hama dan penyakit (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).

Tanah sebagai faktor yang cukup menentukan bagi pertumbuhan tanaman teh perlu dipilih tanah yang serasi agar dapat mendukung pertumbuhan tanaman teh. Tanah yang serasi atau memenuhi syarat untuk tanaman teh adalah tanah yang subur, banyak mengandung bahan organik, tidak bercadas serta mempunyai derajat kemasaman (pH) antara 4.5 – 5.6 (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006). Menurut Setyamidjaja (2000) di Indonesia, tanah untuk tanaman teh dapat dibedakan menjadi dua jenis utama, yaitu tanah Andisol (di pulau Jawa pada ketinggian di atas 800 m dpl) dan tanah Podsolik (di Sumatera). Pada beberapa tempat, tanaman teh ditanam pada jenis tanah Latosol yang memiliki ketinggian di bawah 800 m dpl, juga pada tanah tererosi, dan bahkan pada tanah-tanah muda.

Jenis Tanaman Teh

Tanaman teh termasuk ke dalam marga (genus) Camelia dari suku (famili) Theaceae. Tanaman teh terdiri atas dua tipe subspesies dari Camellia sinensis yaitu Camellia sinensis var. Assamica dan Camellia sinensis var. Sinensis (Adisewojo, 1982). Menurut Setyamidjaja (2000) dalam spesies Camelia sinensis

(16)

dikenal beberapa varietas atau jat yang penting seperti varietas Cina, Assam, Cambodia, dan hibrida-hibridanya.

Pengelolaan Tanaman Teh

Tanaman teh dibudidayakan untuk menghasilkan pucuk, yaitu daun muda dengan tunas apikalnya. Oleh karena teh mempunyai sifat genetis bukan penghasil pucuk, maka pengelolaan tanaman teh sifatnya melawan kehendak tanaman atau memaksa menghasilkan pucuk yang banyak. Dua sifat genetis tanaman teh yang menghambat pertumbuhan pucuk tersebut adalah sifat pertumbuhan kayu yang lebih besar dibandingkan pertumbuhan daunnya dan sifat berkala dari pertumbuhan pucuk itu sendiri. Dua sifat genetis tersebut menjadi masalah dalam meningkatkan produktivitas lahan. Masalah pertumbuhan kayu sebagian telah dapat dipecahkan dengan cara pemangkasan, sedangkan sifat berkala pertumbuhan pucuk sebagian dapat dipecahkan dengan pemetikan (Sukasman, 1988).

Menurut Setyamidjaja (2000) untuk memperoleh perdu yang produktif, tanaman teh muda (TBM) perlu dibentuk agar memiliki bentuk perdu dengan percabangan yang ideal dan dengan bidang petik yang luas sehingga dapat menghasilkan pucuk sebanyak-banyaknya. Untuk mencapai maksud tersebut, maka tanaman teh yang belum menghasilkan perlu dibentuk bidang petiknya dan pada tanaman teh yang telah menghasilkan perlu dilaksanakan pemangkasan.

Tujuan Pemangkasan

Pemangkasan pada tanaman teh menghasilkan dimaksudkan untuk mengendalikan tinggi tanaman agar mudah dipetik, mempertahankan pertumbuhan pada fase vegetatif dan memelihara serta membentuk bidang petik. Kegiatan pemangkasan dianggap berhasil apabila maksud tersebut dapat dicapai dan dilihat dari hasil petikan, vigor tanaman, dan rendahnya kematian setelah pemangkasan. Selain itu, keberhasilan dalam kegiatan pemangkasan juga dipengaruhi pula oleh faktor teknis lainnya sebelum pemangkasan (Suwardi, 1991).

(17)

Pemangkasan teh merupakan salah satu tindakan kultur teknis dalam pengelolaan kebun teh dengan tujuan untuk menjaga, meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu (Rusmana, 2000). Pangkasan pada tanaman teh harus dilakukan dengan baik agar didapat tanaman yang sehat dan hasil pucuk yang banyak.

Jenis dan Daur Pangkasan

Pemangkasan pada tanaman teh produktif dibagi menjadi pangkasan produksi dan pangkasan dalam (Sudirman et a1., 1991). Jenis pangkasan produksi menurut Sukasman (1988) terdiri dari, pangkasan kepris (cut across prune), pangkasan jambul (lung prune), dan pangkasan bersih (clean prune). Pangkasan kepris merupakan pemangkasan yang dilakukan pada ketinggan 60 - 70 cm dengan tidak disertai pembuangan cabang dan masih terdapatnya sisa-sisa daun pemeliharaan. Menurut Suwardi (1991) pamangkasan kepris pada tanaman teh dilakukan pada ketinggian 60 - 70 cm dari tanah tanpa melalui pembuangan ranting dan dilakukan terbatas pada tanaman yang kondisi kesehatannya kurang baik. Pemangkasan sedang sampai tinggi (top pruning) menyebabkan sebagian besar cabang kropos dan terbentuk bonggol (knot) yang menghambat aliran unsur hara dan tanaman tampak seperti kekurangan unsur hara N dan K (Sukasman, 1993).

Pangkasan bersih pada teh dilakukan dengan ketinggian 45 - 60 cm dengan membuang semua cabang-cabang kecil, sakit, terserang hama dan semua sisa daun pemeliharaan (Sukasman, 1988). Pangkasan bersih dilakukan dengan ketinggian pangkasan 45 - 55 cm dengan bidang pangkas yang rata dengan membuang semua ranting-ranting kecil untuk memperbaiki percabangan (Suwardi, 1991). Menurut Sukasman (1993) pemangkasan lebih rendah menyebabkan sebagian besar cabang kropos dan bonggol (knot) yang menghambat aliran unsur hara dapat dibuang yang selanjutnya tumbuh cabang-cabang baru yang lebih sehat.

Menurut Subarna (1979) beberapa faktor yang mempengaruhi efisiensi teknis daur pangkas yang optimum antara lain : produktivitas total (PT), produktivitas rata-rata, dan produktivitas marginal berdasarkan umur pangkasnya.

(18)

Penentuan daur pangkas yang optimum adalah saat produksi rata-rata maksimum yaitu saat produksi rata-rata sama dengan produksi marginalnya (Suwardi, 1991). Menurut Setyamidjaja (2000), panjang pendeknya giliran pangkasan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu ketinggian kebun di atas permukaan laut, sistem petik, kesuburan tanah dan pengelolaan tanaman, serta ketinggian pangkasan sebelumnya.

Waktu Pemangkasan

Pada umumnya Indonesia mempunyai dua musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Pada musim penghujan penyinaran relatif berkurang dan udara menjadi lembab, sedangkan pada musim kemarau keadaan menjadi sebaliknya. Perbedaan kedua musim tersebut memberikan pengaruh yang berbeda pula terhadap pertumbuhan pucuk dan cadangan pati dalam akar (Tobroni dan Kurniayu, 1988).

Menurut Sukasman (1988) secara agronomi pemangkasan sebaiknya dilakukan pada waktu tanaman sedang sehat, karena mempunyai cadangan makanan yang cukup untuk pertumbuhan kembali dan didukung oleh faktor lingkungan yang baik terutama oleh suhu dan kelembaban. Penentuan waktu yang tepat untuk melaksanakan pemangkasan perlu memperhatikan kondisi tanaman, karena kondisi atau kesehatan tanaman sangat dipengaruhi oleh kandungan pati dalam akar, bila kadar patinya kurang dai 12 %, pemangkasan dapat mengakibatkan tanaman merana atau bahkan mati (Setyamidjaja, 2000). Waktu yang terbaik untuk melakukan pemangkasan kebun-kebun di Jawa ialah pada bulan April - Mei (awal musim hujan) dan September - Oktober (akhir musim hujan) (Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung, 2006).

(19)

METODOLOGI

 

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilakukan di areal perkebunan PT Tambi, Unit Perkebunan Tambi yang berada di Wonosobo, Jawa tengah selama kurang lebih empat bulan dari bulan Maret sampai Juli 2010.

Metode Pelaksanaan

Metode yang digunakan selama kegiatan magang berlangsung adalah metode langsung dan metode tidak langsung menyangkut aspek teknis dan manajerial perkebunan. Metode langsung dilakukan melalui praktek kerja langsung di lapang, pengamatan, wawancara serta diskusi. Selama kegiatan magang berlangsung, penulis memposisikan diri sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama dua bulan, pendamping mandor selama satu bulan, serta pendamping asisten selama satu bulan. Rincian mengenai semua kegiatan selama magang berlangsung tercatat dalam jurnal harian perusahaan. Metode tidak langsung dilakukan melalui studi dokumentasi kebun (laporan bulanan, laporan tahunan, dan arsip kebun).

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Pengamatan dilakukan secara umum pada semua aspek kegiatan di perkebunan. Data primer hasil pengamatan difokuskan pada aspek pemangkasan mencakup pengamatan sebelum pemangkasan, pengamatan saat pemangkasan, serta pengamatan setelah pemangkasan.

a. Pengamatan sebelum pemangkasan. Tanaman contoh diambil secara acak dari 3 nomor kebun dari dua blok berbeda, masing-masing 10 tanaman contoh untuk setiap nomor kebun yang dilakukan pemangkasan.

Beberapa peubah yang diamati sebelum pemangkasan antara lain : 1. Tinggi tanaman/tinggi bidang petik

Pengukuran tinggi bidang petik dilakukan dari permukaan tanah sampai ke puncak bidang petik.

(20)

2. Diameter bidang petik

Pengukuran dilakukan dua arah yaitu timur-barat dan utara-selatan, kemudian dari bidang petik masing-masing diambil rata-ratanya dengan rumus :

DBP = diameter (utara - selatan) + diameter (timur - barat) 2

3. Persentase pucuk burung dan tingkat produksi tanaman. Persentase pucuk burung dihitung dengan rumus : Jumlah pucuk burung

% pucuk burung  = x 100 %

Jumlah pucuk (burung + peko)

Data tingkat produksi tanaman didapat melalui wawancara langsung dengan mandor.

b. Pengamatan pada saat pemangkasan 1. Tinggi pangkasan

Pengamatan dilakukan dengan mengukur tinggi dari permukaan tanah sampai pada luka bekas pangkasan pada tanaman yang telah dipangkas. Pengamatan dilakukan terhadap tanaman contoh yang sama dengan pengamatan sebelum pemangkasan.

2. Luas areal pangkasan

Pengamatan berdasarkan luas areal pangkasan realisasi yang telah ditetapkan kebun. Pengamatan ini bertujuan untuk membandingkan antara luas areal pangkas yang direncanakan dengan realisasinya dalam satu tahun. Secara umum luas areal pangkasan per tahun dihitung dengan rumus :

Luas areal pangkasan  =  Luas areal TM Gilir pangkas 3. Persentase kerusakan akibat pemangkasan

Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah cabang yang pecah atau rusak setelah pangkasan dengan berorientasi pada keterampilan tenaga pemangkas berdasarkan usia, lama bekerja dan latar belakang pendidikan. Persentase kerusakan dihitung dengan rumus :

(21)

bekas pangkasan rusak

% Kerusakan  =                 x 100 % bekas pangkasan seluruhnya

4. Kebutuhan tenaga pemangkas per hari

Perhitungan kebutuhan tenaga pemangkas dihitung berdasarkan jumlah riil dari tenaga pemangkas per hari untuk kemudian dibandingkan dengan standar menggunakan rumus sebagai berikut : Jumlah pemangkas per hari = luas areal pangkasan (ha/hari)

kapasitas standar (ha/hari)

Kapasitas standar = kemampuan yang harus dicapai seorang pemangkas dalam satu hari.

Hasil perhitungan kemudian digunakan untuk mengetahui kelebihan atau kekurangan tenaga pemangkas yang terjadi dalam suatu areal. Kapasitas pangkas = luas areal pangkas per hari

jumlah tenaga pemangkas per hari 5. Tipe pangkasan

Pengamatan dilakukan secara langsung dan melalui wawancara dengan pembimbing kebun.

6. Alat pangkas

7. Waktu pemangkasan

Pengamatan dilakukan dengan membandingkan kesesuaian waktu pelaksanaan pemangkasan di kebun dengan rekomendasi yang ada. 8. Daur/gilir pangkasan

Pengamatan dilakukan untuk mengetahui ketepatan jadwal pangkas berdasarkan daur/gilir pangkas yang telah ditetapkan kebun maupun berdasarkan rekomendasi yang ada.

c. Pengamatan setelah pemangkasan Pertumbuhan pucuk

Pertumbuhan pucuk diamati dengan mengukur tinggi tunas setiap satu minggu sekali sejak tunas pertama kali tumbuh sampai pemetikan jendangan dilakukan.

(22)

Data sekunder yang diperoleh dari pihak perusahaan mencakup lokasi dan letak geografis, peta lokasi, luas lahan, kondisi pertanaman dan produksi, jadwal pangkas, organisasi, dan manajemen.

Analisis Data dan Informasi

Seluruh data dan informasi yang diperoleh selama kegiatan magang dianalisis dengan menggunakan nilai rata-rata, persentase, dan perhitungan matematis sederhana lainnya kemudian dibandingkan dengan standar kerja dan norma-norma baku dari setiap kegiatan yang berlaku.

Pengolahan data juga dilakukan dengan menggunakan uji t-student dengan taraf 5 % dengan rumus :

a. Perbandingan Nilai Tengah Dua Contoh Thitung = 2 1 2 1 1 1 . ) ( n n S X X p + − dengan Sp = 2 ) 1 ( ) 1 ( 2 1 2 2 2 1 − + − + − n n S n S n

Keterangan :

X

1

, X

2 : nilai tengah contoh 1 dan 2 S12, S22 : ragam contoh 1 dan 2

n1, n2 : jumlah contoh 1 dan 2 Sp : simpangan baku gabungan

Nilai berbeda nyata apabila thit > ttabeµl dan tidak berbeda nyata apabila thit < ttabel. Nilai ttabel diperoleh dari nilai sebaran t pada taraf 5% dan db (n1 + n2 -2).

b. Perbandingan Nilai Tengah Contoh Dengan Nilai Tengah Populasi Normal t = n s X / ) µ ( − dengan db = n - 1 Keterangan : = nilai tengah contoh

µ = nilai tengah populasi s = simpangan baku n = jumlah contoh

(23)

KEADAAN UMUM

Sejarah PT Perkebunan Tambi  

Perkebunan Tambi merupakan bentuk perusahaan swasta yang dikelola oleh PT NV Sindoro Sumbing dan Pemerintah Daerah Wonosobo. Pertama kali didirikan, PT Tambi mengalami beberapa perubahan dalam hal kepemilikan. Pada tahun 1865 perusahaan ini dimiliki oleh pemerintah Hindia Belanda dan disewakan kepada D.Van den Sluijs (kebun Tanjungsari) dan kepada W.D Jong (kebun Tambi dan Bedakah). Tetapi pada bulan Maret tahun 1865, perusahaan ini dibeli dan berpindah kepemilikan kepada Mr.P.Van den berg, A.W Holle dan Ed.Yacobson yang kemudian dijadikan perusahaan yang bernama Bangelen Thee en Kina maattchappij.

Pada tahun 1949 terjadi KMB di Den Haag yang dilanjutkan dengan acara penyerahan kedaulatan oleh Pemerintah Belanda kepada Pemerintah Indonesia. Hal ini berdampak pada perusahaan yang akhirnya dipindahtangankan kepada Bangelen Thee en Kina maattchappij (sebagai pemilik awal). Pada tahun 1951, para mantan pegawai PPN melanjutkan pengelolaan perusahaan ini karena usaha perkebunan sudah cukup lama tidak dilajutkan oleh Bangelen Thee en Kina maattchappij. Pengelolaan kebun ini dilegalkan dengan keluarnya SK Gubernur Jawa Tengah pada tanggal 8 Juni 1952.

PT NV Eks PPN Sindoro Sumbing (yang didirikan oleh mantan pegawai PPN) mengadakan kegiatan jual beli dari Bangelen Thee en Kina maattchappij pada tanggal 17 Mei 1954. Setelah itu, PT NV Eks Sindoro Sumbing mengadakan kesepakatan dengan Pemerintah Daerah Wonosobo untuk bersama-sama mengelola perkebunan dengan membentuk perusahaan baru pada tanggal 13 Juli 1957. Pertemuan ini menyepakati bahwa perusahaan yang awalnya bernama PT NV perusahaan Tambi menjadi PT Perkebunan Tambi yang modalnya 50 % dari PT NV Eks Sindoro Sumbing dan 50 % dari pemerintah daerah.

(24)

Letak Geografis dan Letak Wilayah Administratif  

Unit Perkebunan (UP) Tambi terletak di Desa Tambi Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo dengan ketinggian tempat 1 200 – 2 100 m dpl. Jarak perkebunan sekitar 16 km ke arah utara dari Kota Wonosobo dan berada di lereng Gunung Sindoro sebelah barat. Unit Perkebunan Tambi terbagi dalam 4 blok yaitu Taman, Pemandangan, Panama dan Tanah Hijau.

Blok Pemandangan terletak di Desa Sigedang, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo dan merupakan blok tertinggi di UP Tambi yaitu sekitar 1 700 - 2 100 m dpl. Blok Taman terletak di Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo dengan ketinggian tempat mencapai 1 300 – 1 500 m dpl. Blok Panama terletak di Desa Tlogo, Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo dengan ketinggian tempat antara 1 250 – 1 500 m dpl. Blok Tanah Hijau terletak di Desa Jengkol, Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo dengan ketinggian tempat 1 000 – 1 250 m dpl.

Keadaan Iklim dan Tanah

Curah hujan selama sepuluh tahun terakhir (2000 - 2009) berkisar antara 2 385 - 6 929 mm dan hari hujan berkisar antara 113 - 186 hari. Rata-rata bulan kering 2.9 dan rata-rata bulan basah 7.8, sedangkan tipe iklim berdasarkan curah hujan menurut Schmidth – Ferguson adalah tipe B. Suhu di Unit Perkebunan Tambi berkisar antara 17 – 23oC dengan kelembaban udara berkisar pada angka 80 – 95 %.

Jenis tanah di Unit Perkebunan Tambi adalah Andosol dengan pH 4.5 - 5.0. Tekstur tanah Unit Perkebunan Tambi adalah Geluh dengan kedalam efektif solum yaitu 40 - 70 cm. Keadaan drainase di lahan Unit Perkebunan Tambi adalah sedang sampai dengan cepat. Topografi lahan pada umumnya adalah berombak sampai berbukit dengan tingkat kemiringan 0 - 45 %.

(25)

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

Luas keseluruhan areal Unit Perkebunan Tambi berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) tahun 2010 adalah 273.17 ha. Areal tanaman keseluruhannya adalah 245.85 ha yang merupakan tanaman menghasilkan dan areal pembibitan. Areal non tanaman antara lain untuk jalan, emplasemen, pabrik, lapangan, agrowisata dan alur jurang. Data penggunaan lahan di UP Tambi dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Rincian Tata Guna dan Luas Lahan UP Tambi

Keterangan

Blok Taman Pemandangan Panama

Tanah Hijau Jumlah ---(ha)--- A. Tanaman Teh 1. TTM 11.77 15.6 20.57 22.84 70.78 2. TMM 46.12 61.16 49.28 18.51 175.07 3. TBM - - - - -4. Replanting - - - - -Jumlah 57.89 76.76 69.85 41.35 245.85 B. Lain-lain 1. Agrowisata 2.05 2.05 2. Empals dan Kantor 11.29 11.29 3. Pabrik 1.66 1.66 4. Jalan Besar 7.88 7.88 5. Alur/Jurang 2.25 2.25 6.Tanah Kosong - -7. Pembibitan 1.5 1.5 Jumlah 25.82 1.5 27.32 Jumlah Keseluruhan 83.71 76.76 71.35 41.35 273.17 Sumber: Kantor Bagian Tanaman UP Tambi

Keadaan Tanaman dan Produksi

Tanaman teh yang dibudidayakan di UP Tambi terdiri dari klon Gambung 3, Gambung 4, Gambung 7, TRI 2024, TRI 2025, Tambi Merah (klon lokal), Malabar Pasir Sarongge (MPS), Kiara 8, Cin 143, dan Seedling (Hibrid dan Assam). Jarak tanam untuk jenis klon yaitu 120 cm x 75 cm, sedangkan untuk seedling yaitu 130 cm x 90 cm atau tidak beraturan. Populasi per hektar untuk

(26)

jenis klon sekitar 11 000 pohon dan 7 000 – 10 000 pohon per hektar untuk jenis seedling.

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

PT Perkebunan Tambi dipimpin oleh seorang direktur yang berasal dari salah seorang pemegang saham. Selain itu, direktur mempunyai wakil yang berasal dari pemerintah daerah Wonosobo. Hal ini terkait kepemilikan saham yang sebagian dipegang oleh perorangan dan sebagian dipegang oleh pemerintah daerah Wonosobo. Unit Perkebunan Tambi dipimpin oleh seorang pemimpin yang diangkat oleh Direksi PT Perkebunan Tambi. Seorang Pemimpin Unit Perkebunan Tambi bertugas dalam memimpin, merencanakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi setiap kegiatan pengelolaan dan administrasi bagian kebun, pabrik serta kantor untuk mencapai tujuan perusahaan secara efisien dan efektif. Pemimpin Unit Perkebunan Tambi secara langsung membawahi Kepala Bagian Kantor, Kepala Bagian Kebun, Asisten Kepala Urusan Pengelolaan Pabrik, Asisten Kepala Bagian Kebun beserta seluruh jajarannya.

Kepala bagian kantor bertugas memimpin, mengoordinasikan dan mengawasi setiap kegiatan kantor berupa pengelolaan keuangan, pembukuan, sumber daya manusia dan masalah umum lainnya dalam ruang lingkup Unit Perkebunan Tambi. Asisten kepala urusan pengelolaan pabrik bertugas memimpin, mengkoordinasikan dan mengawasi setiap kegiatan administrasi, teknik dan pengolahan teh di pabrik. Kepala bagian kebun bertugas dalam memimpin, merencanakan, mengkoordinasikan dan mengawasi semua kegiatan yang berhubungan langsung dengan kebun dan tanaman, ketenagakerjaan di kebun serta administrasi kebun.

Tenaga kerja terdiri dari Karyawan I, Karyawan II, dan Borongan. Karyawan I mempunyai syarat minimal D3 dan S1, Karyawan II terdiri dari golongan A, B, C, D, dan E. Golongan II E diperoleh apabila pengajuan peningkatan jabatan lebih dari umur 40 tahun dan tidak dapat lagi meningkat ke Golongan I. Tenaga pemetik dan tenaga pemeliharaan termasuk tenaga borongan. Tenaga borongan terbagi menjadi tenaga borongan tetap dan borongan lepas.

(27)

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Pembibitan

Unit Perkebunan Tambi di tahun 2010 melaksanakan program pembibitan untuk persiapan replanting yang akan dilaksanakan pada tahun 2010. Bangunan pembibitan dibuat di blok Panama seluas 0.90 ha dengan kebun perbanyakan seluas 0.60 ha. Klon yang digunakan untuk perbanyakan bibit adalah Gambung 7 karena memiliki potensi produksi yang tinggi serta relatif tahan terhadap hama dan penyakit terutama terhadap serangan cacar daun teh. Jumlah bibit yang dibuat adalah sebanyak 150 000 batang. Rumah pembibitan dibangun menggunakan bambu sedangkan atapnya menggunakan rigen (bekas tempat untuk menjemur tembakau). Sungkup (tempat untuk menata polybag) juga terbuat dari bambu.

Kegiatan yang dilakukan di rumah pembibitan meliputi penanaman turus (cutting) serta pemeliharaan bibit. Penanaman cutting dilaksanakan pada bulan Maret - Mei 2010. Media tanam yang digunakan adalah top soil dan sub soil. Untuk media top soil dilakukan pencampuran dengan SP 36, KCL, Kieserit, Tawas, dan Dithane sedangkan sub soil dicampur dengan Tawas dan Dithane. Pencampuran tawas dimaksudkan untuk meningkatkan pH media sehingga mencapai tingkat keasaman yang optimum bagi pertumbuhan setek, sedangkan pencampuran Dithane dimaksudkan untuk mensterilkan media dari kontaminasi fungi/jamur yang kemungkinan terbawa tanah (soil born desease). Selain pencampuran Dithane dan Tawas, media tanam juga diberikan perlakuan fumigasi dengan menggunakan Basamid selama ± 15 hari dengan dosis 100 - 200 gr/m3 untuk mensterilkan media tanah dari kontaminasi nematoda dan serangga.

Setelah penanaman bibit selesai dilakukan, selanjutnya dilakukan kegiatan pemeliharaan. Kegiatan pemeliharaan bibit meliputi pembukaan tutup plastik (sungkup) 3 - 4 bulan dari penanaman cutting, pengendalian hama terutama ulat penggulung/pemakan daun, penyiangan untuk mengambil rumput dan lumut pada polybag serta pemupukan lewat tanah sebanyak 6 kali menggunakan ZA dan Urea dengan ditabur ataupun dilarutkan pada polybag.

(28)

Setelah bibit berumur 6 - 8 bulan dilakukan seleksi bibit pertama. Seleksi dilakukan dengan mengelompokkan bibit yang batang dan ketinggiannya relatif sama (kelompok A, B, dan C). Seleksi bibit ke dua dilakukan saat bibit berumur 10 - 12 bulan. Setelah bibit berumur 12 - 14 bulan dilakukan centring dengan tujuan memperpendek masa tanaman belum menghasilkan (TBM) dari 4 tahun menjadi 3 tahun. Mahasiswa mengikuti kegiatan di pembibitan antara lain pengisian bekong/polybag dengan media tanam dan penanaman setek dengan status sebagai karyawan harian lepas (KHL). Prestasi kerja mahasiswa dalam kegiatan pengisian bekong/polybag rata-rata 250 polybag/HK, sedangkan untuk kegiatan penanaman setek antara 2 097 – 2 112 setek/HK.

Gambar 1. Setek teh ditutup sungkup plastik

Pemupukan

Untuk pertumbuhan pucuk, tanaman teh menyerap unsur hara dari dalam tanah secara terus-menerus sehingga ketersediaan unsur hara dalam tanah makin lama makin berkurang. Unsur hara dalam tanah dapat juga berkurang karena proses pencucian atau hanyut oleh air hujan, penguapan, dan erosi. Oleh karena itu, apabila tanah dibiarkan tanpa diberikan perlakuan apa-apa akan menjadi rusak atau menjadi tanah kritis. Untuk menghindari hal yang demikian, maka perlu melakukan pengelolaan tanah sebaik-baiknya.

Salah satu upaya dalam pengelolaan tanah adalah melalui program pemupukan yaitu memberikan unsur-unsur hara ke dalam tanah dalam jumlah

(29)

yang cukup sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan tanaman. Pelaksanaan pemupukan harus memperhatikan prinsip empat tepat yaitu tepat dosis, tepat cara, tepat waktu, dan tepat jenis. Selain pemupukan melalui tanah, di perkebunan-perkebunan teh juga sering melaksanakan program pemupukan yang disemprotkan melalui daun terutama untuk pemberian unsur mikro.

Pemupukan di UP Tambi dilakukan melalui dua cara yaitu pemupukan lewat tanah dan pemupukan lewat daun. Pemupukan lewat tanah dilakukan untuk memenuhi kebutuhan unsur-unsur makro tanaman seperti N, P, K, dan Mg dengan perbandingan 5 : 1 : 2 : 0.5. Bahan pupuk yang digunakan untuk memenuhi unsur-unsur tersebut adalah Urea 46 %, Rock Phospat 30 %, KCL 60 %, dan Mg 8 %. Persentase yang digunakan adalah N 9.44 % dari target produksi teh kering per tahun. Pemupukan melalui tanah di UP Tambi dilaksanakan dua kali dalam setahun yaitu pada semester I (Februari - April) dan semester II (Oktober - November).

Aplikasi pupuk lewat tanah untuk tanaman dengan tahun pangkas I dan IV adalah 90 % sedangkan tanaman dengan tahun pangkas II dan III sebesar 110 %. Hal ini dikarenakan tanaman dengan tahun pangkas I dan IV memiliki potensi produksi yang lebih rendah dari pada tanaman dengan tahun pangkas II dan III yang sedang berproduksi maksimal sehingga membutuhkan pasokan hara yang lebih banyak. Pemupukan dilakukan dengan cara dibenam di sekitar tanaman dengan lubang 20 cm dari leher akar dan kedalaman lubang 10 - 15 cm. Satu lubang untuk 2 - 4 pohon yang diletakkan secara bergantian di baris tanaman antara pemupukan pertama dengan pemupukan ke dua dan seterusnya. Standar kerja untuk kegiatan pemupukan di UP Tambi adalah sebesar 750 kg/HK/pemupuk. Mahasiswa mengikuti kegiatan pemupukan dengan profesi sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama 6 hari dengan prestasi kerja antara 160 - 270 kg pupuk/HK.

(30)

Gambar 2. Pemupukan melalui tanah

Pemupukan lewat daun dilakukan dengan menggunakan bahan ZnSO4, ZA, dan PPC. Penyemprotan ZnSO4 dilaksanakan selama sepuluh bulan dimulai bulan Februari sampai dengan November dengan dosis I kg/ha/aplikasi. Alat yang digunakan adalah misblower dan handsprayer/pakabak. Sedangkan pupuk pelengkap cair (PPC) diberikan pada musim kamarau yaitu Juli - September sebanyak 6 kali aplikasi (2 kali dalam 1 bulan) dengan dosis 1 - 1.5 liter/ha. Penggunaan air sebagai pelarut minimal 250 liter/ha dan aplikasi dilaksanakan pada pagi hari maksimal sampai jam 10.00 WIB.

Pengendalian Gulma

Populasi gulma yang tumbuh tanpa terkendali di areal pertanaman teh akan menyebabkan banyak kerugian. Keberadaan gulma akan memberikan persaingan bagi tanaman teh dalam memanfaatkan faktor-faktor tumbuh seperti unsur hara, cahaya, dan air. Penurunan hasil pucuk teh akibat dari keberadaan gulma diperkirakan mencapai 40 %. Keberadaan gulma selain sebagai kompetitor tanaman teh juga akan mengakibatkan inefisiensi dalam pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan rutin seperti pemupukan, pemangkasan, dan juga pemetikan.

Masalah gulma di perkebunan teh terutama sangat dirasakan di areal tanaman teh muda dan pada areal tanaman teh produktif yang baru dipangkas. Hal ini disebabkan sebagian besar permukaan tanah terbuka langsung terhadap cahaya matahari sehingga perkecambahan maupun laju pertumbuhan berbagai jenis gulma berlangsung dengan cepat. Mengingat begitu banyak kerugian yang

(31)

diakibatkan oleh keberadaan gulma, maka tindakan pengendalian baik secara kultur teknis, mekanis, maupun menggunakan bahan kimia sangat penting dilakukan guna memperoleh laju pertumbuhan tanaman teh dan produksi pucuk yang maksimal (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 1997).

Jenis gulma yang tumbuh di areal pertanaman teh di UP Tambi antara lain adalah pacar air (Impatien plathypetala), babadotan (Ageratum conyzoydes), kirinyuh (Chromolaena odorata (L.)), rumput teki (Paspalum conjugatum), Sida acuta, dan kentang-kentangan (Borreria alata). Populasi gulma di UP Tambi mencapai puncaknya saat menjelang dilaksanakannya program pemupukan dan menjadi bersih gulma saat pemupukan dilaksanakan.

Pengendalian gulma di UP Tambi secara umum dilakukan melalui dua cara yaitu secara manual memanfaatkan tenaga manusia dan secara kimiawi menggunakan herbisida. Pengendalian gulma secara manual di UP Tambi dilaksanakan selama dua periode yaitu Semester I (Januari - Maret) dan Semester II (Agustus - Oktober) dengan perkiraan keluasan di setiap semester masing-masing 50 %. Khusus untuk gulma pacar air, pengendalian dilakukan dengan jalan mencabut gulma sampai ke akarnya dengan menggunakan tangan sedangkan untuk jenis gulma lainnya dilakukan dengan pembabatan menggunakan kored. Pengendalian gulma secara kimiawi/Chemical Weeding dilaksanakan dua kali dalam setahun untuk semua nomor kebun (tahun pangkas I - IV) pada bulan Februari - April dan September - November bergantian dengan pengendalian secara manual. Untuk nomor-nomor kebun dengan tahun pangkas IV, aplikasi menggunakan herbisida Paracol dengan dosis 2 liter/ha sedangkan nomor-nomor kebun dengan tahun pangkas I, II, dan III aplikasi menggunakan herbisida Rambo dan Noxon secara bergantian dengan dosis berturut-turut 3 liter/ha dan 2 liter/ha.

Mahasiswa mengikuti kegiatan pengendalian gulma secara kimiawi dan manual sebagai karyawan harian lepas (KHL). Prestasi kerja mahasiswa dalam kegiatan pengendalian gulma secara kimiawi antara 0.4 - 1.2 ha/HK sementara prestasi kerja karyawan antara 0.76 – 2.3 ha/HK. Sedangkan untuk pengendalian gulma secara manual prestasi kerja mahasiswa antara 0.008 - 0.1 ha/HK sementara prestasi kerja karyawan antara 0.05 – 1.2 ha/HK.

(32)

Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama dan penyakit tanaman merupakan salah satu faktor penghambat dalam peningkatan produksi pucuk di perkebunan teh. Beberapa hama penting yang dijumpai di Unit Perkebunan Teh antara lain ulat penggulung daun (Homona coffearia), ulat penggulung pucuk (Cydia leucostoma), ulat api (Setora nitens), tungau jingga, Helopeltis antonii, dan ulat jengkal. Sedangkan penyakit penting yang sering menyerang areal pertanaman teh di UP Tambi adalah cacar daun teh (Blister blight) yang disebabkan oleh jamur Exobasidium vexans. Penyakit cacar daun teh ini menjadi penting karena sangat sulit untuk dikendalikan terutama pada musim penghujan serta sangat nyata menurunkan produksi pucuk di UP Tambi.

Serangan ulat penggulung daun (Homona coffearia) mengakibatkan daun teh menjadi menggulung dan terlipat melintang. Hama ini dijumpai menyerang daun teh muda maupun tua. Pada musim penghujan, intensitas serangan ulat penggulung daun tergolong rendah sehingga tidak dilakukan penanganan khusus sebagai upaya pengendalian. Serangan hama ini menjadi cukup tinggi pada musim kemarau sehingga UP Tambi melaksanakan upaya pengendalian secara mekanis dengan memetik daun/perdu yang terserang atau dengan mengambil dan membinasakan kelompok telur yang ditemukan pada perdu/daun teh.

Ulat penggulung pucuk (Cydia leucostoma) menyerang areal pertanaman teh dan mengakibatkan pucuk menggulung sehingga pertumbuhannya terhambat. Serangan hama ini tidak begitu menjadi masalah di UP Tambi karena secara alami populasinya masih dapat dikontrol dengan keberadaan musuh alaminya seperti laba-laba, kepik, jangkrik, semut dan lain-lain. Pengendalian hanya dilakukan secara kultur teknis dengan memetik daun-daun yang terserang serta dengan jalan memperpendek siklus/daur petik dari nomor-nomor kebun yang terserang.

Hama ulat api (Setora nitens) sempat menjadi hama penting di UP Tambi tepatnya pada tahun 2009 terutama di blok Panama. Populasi hama ini meningkat pesat pada musim kemarau sehingga menjadi sulit dikendalikan baik secara mekanik maupun kultur teknis. Upaya pengendalian hama ulat api ini dilakukan secara kimiawi menggunakan insektisida jenis Sumicidin 5 EC dengan konsentrasi 2 cc/liter dan disemprotkan menggunakan knapsack sprayer dengan metode spot spraying. Metode spot spraying adalah metode penyemprotan yang

(33)

dilakukan hanya pada titik-titik tertentu yang mengalami serangan berat. Metode ini dipilih untuk mengurangi residu insektisida yang berlebihan karena dapat mempengaruhi ambang batas residu yang ditetapkan HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point).

Gambar 3. Hama ulat api (Setora nitens)

Pengendalian penyakit cacar daun teh (Blister blight) di UP Tambi dilakukan secara kimiawi menggunakan fungisida jenis Probox 50 WP dengan dosis 0.10 - 0.15 kg/ha/aplikasi dan Kocide 77 WP dengan dosis 0.20 kg/ha/aplikasi. Tindakan pengendalian berupa penyemprotan fungisida dilakukan selama dua semester yaitu Januari - April dan September – Desember. Penyemprotan dilakukan setelah pemetikan dengan batas maksimal 8 hari sebelum pemetikan berikutnya. Hal ini dilakukan untuk menghindari residu pada hasil pucuk akibat aplikasi fungisida. Pada lahan-lahan dengan tingkat serangan berat (Kelas A) seluas 142.41 ha, pengendalian dilakukan lebih intensif selama 6 bulan dengan aplikasi 2 kali penyemprotan dalam 1 bulan (12 kali per tahun). Sedangkan untuk lahan-lahan dengan tingkat serangan sedang (Kelas B) seluas 103.44 ha, pengendalian dilakukan selama 6 bulan dengan aplikasi 8 kali penyemprotan per tahun. Mahasiswa mengikuti kegiatan pengendalian hama dan penyakit sebagai karyawan harian lepas (KHL) dengan prestasi kerja 3.5 - 5.2 ha/HK.

(34)

Pemangkasan

Pemangkasan pada tanaman teh menghasilkan dimaksudkan untuk mngendalikan tinggi tanaman agar mudah dipetik, mempertahankan pertumbuhan pada fase vegetatif, dan memelihara serta membentuk bidang petik. Pemangkasan teh merupakan salah satu tindakan kultur teknis dalam pengelolaan kebun teh dengan tujuan untuk menjaga, meningkatkan produksi, produktivitas, dan mutu (Rusmana, 2000). Standar kerja untuk kegiatan pemangkasan di UP Tambi adalah sebesar 0.03 ha/HK. Mahasiswa mengikuti kegiatan pemangkasan selama tiga hari dengan status sebagai karyawan harian lepas (KHL) dengan prestasi kerja antara 0.001 - 0.038 ha/HK sedangkan prestasi kerja pemangkas di UP Tambi rata-rata sebesar 0.03 - 0.04 ha/HK.

Kriteria Saat Pangkas. Kegiatan pemangkasan teh pada umumnya dilaksanakan berdasarkan kriteria-kriteria seperti ketinggian bidang petik (tinggi tanaman), persentase pucuk burung, tingkat produksi tanaman, serta tingkat kadar pati dalam akar.

Ketinggian Bidang Petik/Tinggi Tanaman. Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa rata-rata tinggi tanaman sebelum pemangkasan dilakukan adalah sebesar 88.83 cm dengan diameter bidang petik rata-rata 116.03 cm.

Tabel 2. Tinggi Tanaman Sebelum Pemangkasan

Blok No Kebun n Umur Pangkas (bulan) Tinggi Tanaman (cm) ø Bidang Petik (cm) Pemandangan 3 10 48 91.10 111.3 2 10 49 86.70 132.15 Panama 8 10 36 88.70 104.65 rata-rata 88.83 116.03

Sumber : Berdasarkan Hasil Pengamatan Secara Langsung, 2010 Keterangan : n = jumlah tanaman contoh

Persentase Pucuk Burung. Tanaman teh yang akan dipangkas pada umumnya lebih banyak menghasilkan pucuk burung dari pada pucuk peko. Pucuk burung

(35)

adalah pucuk yang memiliki tunas yang sedang dalam keadaan dorman. Berdasarkan hasil pengamatan terlihat bahwa rata-rata persentase pucuk burung di blok Pemandangan dan Panama sebelum dilakukan pemangkasan adalah sebesar 71.32 %.

Tabel 3. Persentase Pucuk Burung Sebelum Pemangkasan Blok No Kebun n Umur Pangkas

(bulan) % Pucuk Burung Pemandangan 2 10 49 72.35 3 10 48 66.41 Panama 8 10 36 75.20 rata-rata 71.32

Sumber : Berdasarkan Hasil Pengamatan Secara Langsung, 2010 Keterangan : n = jumlah tanaman contoh

Tingkat Produksi. Tingkat produksi merupakan salah satu kriteria yang sering dijadikan indikator untuk dilakukannya pemangkasan. Tingkat produksi suatu nomor kebun dalam satu tahun umumnya dijadikan acuan dalam melakukan pemangkasan yaitu manakala tingkat produksi saat ini lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu artinya tanaman sudah saatnya untuk dipangkas.

Produktivitas dari tanaman teh sangat dipengaruhi oleh umur pangkasnya. Pola umum produksi pucuk teh adalah pada tahun pertama tingkat produksi mulai meningkat karena banyaknya tunas-tunas baru yang dihasilkan, pada tahun ke dua atau ke tiga tanaman berada pada puncak tertinggi produksi, dan pada tahun ke empat produksi mulai menurun. Produktivitas basah beberapa nomor kebun di UP Tambi dapat dilihat pada Gambar 4.

(36)

Gambar 4. Produktivitas basah tanaman berdasarkan umur pangkas

Berdasarkan gambar di atas, produktivitas untuk nomor kebun 14 dari blok Tanah Hijau dan nomor kebun 3 dari blok Pemandangan memiliki pola produktivitas yang sama dimana produktivitas tertinggi tanaman dicapai saat tanaman memasuki tahun pangkas III. Nomor kebun 14 dari blok Tanah Hijau yang terletak pada ketinggian ± 1 200 m dpl ditanami dengan klon Gambung 7, sedangkan nomor kebun 3 dari blok Pemandangan dengan ketinggian ± 1 700 m dpl ditanami dengan campuran antara klon Gambung 3 dan Gambung 4. Produktivitas tanaman di nomor kebun 14 blok Tanah Hijau lebih tinggi apabila dibandingkan dengan produktivitas tanaman di nomor kebun 3 blok Pemandangan. Sementara nomor kebun 2 dari blok Pemandangan yang terletak pada ketinggian ± 1 700 m dpl dan ditanami tanaman-tanaman tua dari berbagai jenis klon memiliki produktivitas yang lebih rendah serta pola produktivitasnya sedikit berbeda dimana produktivitas tertinggi tanaman terjadi pada tahun ke dua setelah pemangkasan.

Jenis/Tipe Pangkasan. Pemangkasan yang diterapkan di UP Tambi adalah jenis pangkasan bersih dan pangkasan setengah bersih. Pertimbangan memilih jenis pangkasan bersih adalah dikarenakan blok-blok yang terdapat di UP Tambi terletak pada ketinggian di atas 1 200 m dpl dimana penyinaran matahari dan suhu tidak terlalu tinggi sehingga tanaman dapat bertahan meskipun tidak ada daun yang disisakan setelah pemangkasan. Jenis pangkasan setengah bersih dipilih karena secara teknis pangkasan bersih sulit untuk bisa diterapkan secara efisien. Sistem upah borongan yang diterapkan seringkali membuat pemangkas lebih

0 5000 10000 15000 20000 1 2 3 4 Produktivitas (kg/Ha)

Umur Setelah Pangkas (Tahun)

Blok Pemandangan Nomor Kebun 2 Blok Pemandangan Nomor Kebun 3 Blok Tanah Hijau Nomor Kebun 14

(37)

mengutamakan kuantitas dari pada kualitas hasil pangkasan. Akibatnya, pangkasan bersih yang memang sedikit lebih rumit dan memerlukan waktu serta kesabaran dalam pelaksanaanya sulit sekali untuk bisa dilaksanakan terutama pada tanaman-tanaman tua dengan keadaan frame yang sangat lebar.

Gambar 5. Tipe pangkasan bersih

Gambar 6. Tipe pangkasan setengah bersih

Tinggi Pangkasan. Tinggi pangkasan standar setiap blok di UP Tambi disesuaikan dengan tinggi pangkasan sebelumnya. Ketinggian pangkasan di UP Tambi senantiasa dinaikkan dari luka pangkas sebelumnya sampai pada ketinggian tertentu tinggi pangkasan kembali lagi pada ketinggian pangkasan awal (pangkasan dagul).

Berdasarkan hasil pengamatan seperti yang disajikan pada Tabel 3, tinggi pangkasan di UP Tambi berkisar anatara 45 - 55 cm di atas permukaan tanah

(38)

dengan diameter bidang pangkas antara 57 - 91 cm. Pengamatan tinggi pangkasan di blok Pemandangan menunjukkan hasil yang berbeda nyata dengan tinggi pangkasan standar yang ditetapkan kebun sedangkan untuk blok Panama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata.

Tabel 4. Ketinggian Pangkasan di Unit Perkebunan Tambi

Blok No Kebun Umur Pangkas (bulan) ø Pangkas (cm) n Tinggi Pangkasan (cm) Pengamatan Standar x s μ Pemandangan 2 49 91.4 10 52.8a 3.49 50b 3 48 57.25 10 47.1b 2.42 50a

Panama 8 36 75.9 10 47.5a 3.96 50a

Sumber : Hasil Pengamatan

Keterangan : n = jumlah tanaman contoh s = simpangan baku x = tinggi pangkasan

μ = tinggi pangkasan standar

Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada uji t-student 5 %

Gilir pangkas. Gilir pangkas merupakan rentang waktu antara pemangkasan terdahulu dengan pemangkasan berikutnya. UP Tambi yang terletak pada ketinggian di atas 1 200 m dpl menggunakan gilir pangkas 4 - 5 tahun. Namun dalam pelaksanaannya, pemangkasan tidak selalu sesuai dengan gilir pangkas yang direncanakan. Terkadang ada beberapa nomor kebun yang dipangkas lebih cepat ataupun lebih lambat dari gilir pangkas yang seharusnya. Berdasarkan data yan disajikan pada tabel 5 dapat dilihat bahwa nomor kebun 8 dan 15 dari blok Panama, nomor kebun 5 blok Pemandangan serta nomor kebun 10 blok Taman dipangkas lebih cepat dari jadwal pangkas seharusnya. Keputusan mempercepat jadwal pemangkasan untuk nomor-nomor kebun tersebut adalah karena keadaan tanaman yang sudah kurang produktif serta kondisi tanaman yang sudah tinggi dan terlalu rapat sehingga menyulitkan dalam kegiatan pemeliharaan dan pemetikan.

(39)

Tabel 5. Gilir Pangkas dan Umur Pangkas Beberapa Nomor Kebun di UP Tambi Blok No Kebun Luas (ha) Tinggi Tempat (m dpl) Waktu Pemangkasan Pemangkasan Berikutnya Gilir Pangkas (bulan) Rencana Realisasi Panama 8 3 ± 1 300 Maret 2007 Maret 2010 48 – 60 36*

15 3.6 Febuari 2007 Mei 2010 48 – 60 38* Pemandangan 2 5.2 Feb - Mei 2006 Maret 2010 48 – 60 49

3 5.9 ± 1 700 Feb - Mei 2006 Febuari 2010 48 – 60 48 4 4.3 Feb - Mei 2006 April 2010 48 – 60 50 5 3.2 Maret 2007 Mei 2010 48 – 60 40* Taman 10 4.6 ± 1 400 Sept. 2006 Febuari 2010 48 – 60 41* 11 4.3 Oktober 2005 Januari 2010 48 – 60 50 Tanah Hijau 13 4.3 ± 1 200 Maret 2005 Maret 2010 48 – 60 60 14 3.5 Maret 2006 April 2010 48 – 60 49

Sumber : Laporan Bulanan Blok UP Tambi (2006 - 2010) Keterangan *= berada di luar daur pangkas

Waktu pemangkasan. Waktu yang tepat untuk dilaksanakan pemangkasan adalah saat keadaan tanaman sehat karena tanaman yang sehat akan memiliki cadangan makanan yang cukup untuk pertumbuhan kembali pasca dilakukannya pemangkasan. Selain itu, pemangkasan tanaman teh juga harus didukung pula oleh faktor lingkungan yang kondusif terutama suhu dan kelembaban.

Pemangkasan di UP Tambi dilaksanakan dalam dua semester yakni Februari - Mei (Semester I) dan Oktober - November (Semester II). Namun untuk blok Pemandangan yang terletak pada ketinggian tempat sekitar 1 700 - 2 100 m dpl, pemangkasan hanya dilakukan pada sememster I dengan pertimbangan untuk pengendalian penyakit cacar daun teh serta ketersediaan tenaga kerja.

Luas areal pangkasan. Luas areal pangkasan dalam satu tahun yang ditetapkan di Unit Perkebunan Tambi adalah sebesar 25 - 30 % dari luas total areal tanaman menghasilkan. Pekerjaan pemangkasan dilaksanakan dalam dua semester dengan 70 % dilaksanakan pada semester I dan sisanya pada semester II. Kebijakan ini dimaksudkan untuk mengantisipasi terganggunya stabilitas produksi karena areal produktif berkurang akibat pemangkasan.

(40)

UP Tambi yang terdiri dari empat blok membagi areal-areal yang akan dipangkas ke masing-masing blok. Setiap blok rata-rata mendapat bagian 3 - 4 nomor kebun yang harus dipangkas setiap tahunnya. Rencana luas areal pangkasan yang ditetapkan kebun tidak selalu sesuai dengan realisasinya. Pada tahun 2010, UP Tambi menetapkan bahwa luas areal pangkasan adalah sebesar 59.20 ha atau 24.08 % dari total areal tanaman menghasilkan. Akan tetapi realisasinya hingga dengan Juni 2010 baru sebesar 46.49 ha atau sekitar 18.9 % dari luas areal tanaman menghasilkan. Perbedaan luas rencana dan realisasi ini terjadi karena terdapat beberapa nomor kebun yang memang disisakan untuk dipangkas pada akhir tahun (semester II) serta terdapat perubahan nomor kebun yang dipangkas dari rencana awal dengan pertimbangan menyesuaikan kondisi tanaman yang ada di lapang.

Persentase Kerusakan Akibat Pemangkasan. Pemangkasan merupakan kegiatan pemeliharaan perdu teh yang menuntut keterampilan dalam pelaksanaannya. Kurangnya keterampilan dari tenaga pemangkas akan mengakibatkan tingginya tingkat kerusakan cabang setelah pemangkasan yang nantinya akan berdampak pada terganggunya pertumbuhan tunas setelah pemangkasan.

Keterampilan Tenaga Pemangkas Berdasarkan Usia. Pemangkasan merupakan kegiatan yang memerlukan kekuatan fisik dalam prakteknya sehingga usia akan berpengaruh terhadap hasil pangkasan yang dihasilkan. Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 5 terlihat bahwa kerusakan cabang berdiameter ≥ 2 cm oleh pemangkas dengan usia ≥ 35 tahun lebih besar dibandingkan dengan kerusakan cabang oleh pemangkas berusia < 35 tahun namun hasilnya tidak berbeda nyata. Selain itu, terlihat pula bahwa kerusakan cabang berdiameter < 2 cm oleh pemangkas dengan usia ≥ 35 lebih rendah dari pada kerusakan cabang oleh pemangkas berusia < 35 tahun namun perbedaan keduanya tidak berbeda nyata.

(41)

Tabel 6. Persentase Kerusakan Cabang Berdasarkan Usia Usia Σ HK Σ Tanaman @HK % Kerusakan Cabang ø ≥ 2 cm % Kerusakan Cabang ø < 2 cm

< 35 tahun 3 3 9.16a 12.17a

≥ 35 tahun 3 3 16.81a 11.49a

Sumber : Hasil Pengamatan

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada uji t-student 5 %.

Keterampilan Tenaga Pemangkas Berdasarkan Pengalaman Kerja. Pengalaman kerja pemangkas merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas hasil pangkasan sehingga kerusakan cabang akibat pemangkasan dapat diminimalkan. Berdasarkan hasil pengamatan seperti yang disajikan pada Tabel 6, dapat dilihat bahwa kerusakan cabang yang dilakukan oleh pemangkas dengan pengalaman kerja ≥ 5 tahun lebih sedikit dari pada kerusakan cabang oleh pemangkas dengan pengalaman kerja < 5 tahun namun hasilnya tidak berbeda nyata.

Tabel 7. Persentase Kerusakan Cabang Berdasarkan Pengalaman Bekerja Lama Bekerja Σ HK Σ Tanaman @HK Kerusakan Cabang ø ≥ 2 cm % Kerusakan Cabang ø < 2 cm

≥ 5 tahun 3 3 9.55a 9.43a

< 5 tahun 3 3 10.86a 11.39a

Sumber : Hasil Pengamatan

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada uji t-student 5 %.

Keterampilan Tenaga Pemangkas Berdasarkan Tingkat Pendidikan. Pada Tabel 7, dapat dilihat bahwa kerusakan cabang berdiameter ≥ 2 cm yang dilakukan oleh pemangkas dengan tingkat pendidikan SMP lebih sedikit dibandingkan kerusakan cabang oleh pemangkas dengan tingkat pendidikan SD namun hasilnya tidak berbeda nyata. Sementara untuk cabang berdiameter < 2 cm kerusakan cabang oleh pemangkas dengan tingkat pendidikan SMP lebih besar akan tetapi tidak berbeda nyata dibandingkan kerusakan cabang oleh pemangkas dengan tingkat pendidikan SD.

(42)

Tabel 8. Persentase Kerusakan Cabang Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Latar Belakang Pendidikan Σ HK Σ Tanaman @HK Kerusakan Cabang ø ≥ 2 cm % Kerusakan Cabang ø < 2 cm SMP 3 3 8.33a 12.45a SD 3 3 10.14a 9.46a

Sumber : Hasil Pengamatan

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada uji t-student 5 %.

Tenaga Pemangkas. Tenaga pemangkas di UP Tambi merupakan tenaga kerja musiman dengan sistem upah borongan. Sistem upah borongan ini sering kali menyebabkan para pemangkas bekerja hanya mementingkan kuantitas dari pada kualitas hasil pangkasan.

Kapasitas standar untuk pekerjaan pemangkasan di UP Tambi adalah 0.03 ha/HK. Hasil pengamatan dari setiap blok di UP Tambi menunjukkan bahwa rata-rata kapasitas kerja pemangkas sebesar 0.033 ha/HK lebih tinggi dari kapasitas standar yang ada.

Tabel 9. Kapasitas Pemangkas Pada Beberapa Blok di Unit Perkebunan Tambi Unit Perkebunan Blok Luas Pangkasan per hari (ha) Jumlah Tenaga Kapasitas Kerja Pemangkas Pemangkas (HK) ha/HK Standar Riil Standar Riil Tambi Panama 0.123 4 6 0.03 0.020 Pemandangan 0.183 6 11 0.03 0.016 Tanah hijau 0.136 2 2 0.03 0.068 Taman 0.177 3 6 0.03 0.029 Jumlah 15 25 rata-rata 0.03* 0.033

Sumber : Klat Pemeliharaan Blok UP Tambi, 2010 Keterangan : *= tidak berbeda nyata pada taraf 5 %

Alat pangkas. Pemangkasan perdu teh di UP Tambi dilakukan secara manual menggunakan sabit pangkas. Pertimbangan melaksanakan pemangkasan secara

(43)

manual ini adalah karena tersedianya tenaga pemangkas yang cukup serta untuk mengurangi kerusakan cabang akibat pemangkasan. Mesin pangkas hanya digunakan apabila tenaga pemangkas jumlahnya tidak memadai untuk dilakukan pemangkasan secara manual.

Pertumbuhan Tunas Setelah Pemangkasan. Pertumbuhan tanaman teh sangat dipengaruhi oleh ketinggian tempat dari permukaan laut karena perbedaan ketinggian tempat akan mempengaruhi tingkat suhu dan penyinaran matahari. Selain ketinggian tempat, jenis klon yang ditanam juga sangat menentukan kecepatan pertumbuhan perdu teh karena setiap klon akan memiliki daya adaptasi yang berbeda-beda terhadap keadaan lingkungannya.

Pengamatan kecepatan tumbuh tunas setelah pemangkasan dilakukan di dua blok yaitu blok Pemandangan dan blok Panama. Blok Pemandangan terletak pada ketinggian tempat ± 1 700 – 2 100 m dpl sedangkan blok Panama terletak pada ketinggian tempat ± 1 300 m dpl. Pertumbuhan tunas di kedua blok setelah pamangkasan dapat dilihat dari gambar-gambar di bawah ini.

Gambar 7. Pertumbuhan tunas setelah pemangkasan di blok Pemandangan dan Panama

  0 5 10 15 20 25 30 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Tinggi Tunas (cm)

Minggu Setelah Pangkas

Klon TRI 2025 Blok Pemandangan Klon Gambung 4 Blok Pemandangan Klon Gambung 3 Blok Pemandangan Klon TRI 2025 Blok Panama

(44)

Gambar 8. Pertumbuhan tunas di blok Pemandangan

Gambar 9. Pertumbuhan tunas klon TRI 2025

Penanganan Sisa Pangkasan. Salah satu kegiatan yang mengikuti program pemangkasan yang dilaksanakan di UP Tambi adalah penanganan sisa pangkasan. Sisa pangkasan berupa cabang maupun ranting segar dimanfaatkan untuk menutup frame/bidang pangkas agar tidak terkena sengatan sinar matahari langsung. Sisa pangkasan juga bisa ditinggal maupun dibenamkan di lahan untuk menambah bahan organik dalam tanah, akan tetapi kegiatan benam serasah ini tidak lagi

0 5 10 15 20 25 30 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Tinggi Tunas (cm)

Minggu Setelah Pangkas

Klon Gambung 3 Klon TRI 2025 Klon Gambung 4 0 5 10 15 20 25 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Tinggi Tunas (cm)

Minggu Setelah Pangkas

Klon TRI 2025 Blok Pemandangan Klon TRI 2025 Blok Panama

(45)

dilaksanakan di UP Tambi. Secara lengkap kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam paket program pemangkasan yang dilaksanakan di UP Tambi adalah sebagai berikut :

Penutupan frame/bidang pangkas. Cabang atau serasah sisa pangkasan dimanfaatkan untuk menutup bidang pangkas selama 3 - 5 hari sehingga dapat mengurangi sengatan sinar matahari langsung ke atas permukaan cabang yang baru dilukai. Kegiatan penutupan bidang pangkas ini juga penting dilakukan untuk mengurangi kehilangan air yang berlebihan melalui transpirasi maupun evaporasi.

Pemorokan/penggemburan tanah. Kegiatan pemorokan dilakukan dengan menggunakan garpu. Pemorokan/penggemburan tanah bertujuan untuk memperbaiki agregat tanah secara mekanik, pengendalian gulma dan hama penyakit tanah, serta memperbaiki kondisi akar tanaman yang sering kali saling bersilangan satu sama lain.

Mahasiswa mengikuti kegiatan pemorokan selama 2 hari sebagai karyawan harian lepas dengan prestasi kerja antara 0.1 - 0.2 ha/HK sedangkan prestasi kerja karyawan sebesar 0.25 ha/HK.

Gosok lumut. Cabang maupun batang tanaman teh terutama tanaman-tanaman tua seringkali ditumbuhi lumut dan jenis pakuan. Lumut dan tanaman paku-pakuan ini apabila tidak dikendalikan maka akan menghambat tumbuhnya tunas-tunas baru dari perdu teh. Kegiatan gosok lumut ini dilaksanakan selama satu minggu setelah pemangkasan menggunakan alat sederhana berupa sabut kelapa, kayu, ataupun sebilah bambu. Jenis paku-pakuan biasanya dibersihkan dengan menggunakan tangan. Kegiatan gosok lumut ini tidak dianjurkan untuk dilaksanakan lebih dari dua minggu setelah pemangkasan karena dapat mengganggu munculnya primordial atau mata tunas dari perdu teh. Mahasiswa mengikuti kegiatan gosok lumut selama 2 hari sebagai karyawan harian lepas (KHL) dengan prestasi kerja rata-rata 0.03 ha/HK, sedangkan prestasi kerja karyawan sebesar 0.04 ha/HK.

(46)

Penanaman dan Pemeliharaan Pohon Pelindung.

Tanaman teh termasuk tanaman keras budidaya gunung yang memerlukan suhu optimal 20 – 25oC sehingga pertumbuhannya termasuk juga pertumbuhan pucuk sangat dipengaruhi oleh cuaca. Oleh karena itu, areal pertanaman teh memerlukan penanaman pohon pelindung untuk menciptakan keadaan lingkungan tumbuh selalu dalam keadaan optimum. Pohon pelindung yang baik untuk areal tanaman hendaknya pohon pelindung yang memberikan dampak ganda dan positif dengan dampak negatif yang sekecil mungkin serta mudah dalam pengelolaannya.

Pemilihan jenis dan kerapatan tanaman pohon pelindung sangat bergantung pada ketinggian tempat areal pertanaman teh dari permukaan laut. Semakin tinggi letak areal pertanaman teh dari permukaan laut maka keberadaan pohon pelindung akan tidak terlalu dibutuhkan karena dapat semakin mengurangi cahaya matahari yang diterima tanaman teh. Walaupun demikian, UP Tambi yang terletak pada ketinggian di atas 1 200 m dpl tetap memerlukan keberadaan pohon pelindung untuk menjaga stabilitas suhu areal pertanaman teh serta mengurangi resiko embun beku (frost) yang biasa terjadi di dataran tinggi pada musim kemarau. Selain itu, tanaman teh klonal yang ditanam terutama jenis Gambung kebanyakan tidak tahan terhadap cekaman kekeringan pada musim kemarau sehingga membutuhkan kebaradaan pohon pelindung.

Beberapa jenis tanaman pohon pelindung yang ditanam di UP Tambi antara lain Albizia falca (Sengon), Erythrina subumbrans, Acasia sp. (Acasia decurens dan Acasia morensis), Leucana diversifolia (Lamtoro merah), Grivellia robusta (Silver oak), Maesopsis eminii ( Saman), Toona sureni. Pohon pelindung jenis Albizia memiliki bentuk kanopi yang rimbun serta dilengkapi bintil-bintil pada akar yang bersimbiosis dengan bakteri pengikat N sehingga berperan mengurangi intensitas cahaya matahari dan juga menambah kesuburan tanah. Jenis tanaman T. Sureni (Suren) dan M. Emini (Saman) dapat digunakan sebagai tanaman penahan erosi karena memiliki sistem perakaran yang kuat serta memiliki kemampuan mengikat CO2 dari udara. Jenis Leucana (Lamtoro) banyak dijumpai di UP Tambi karena mudah diperbanyak dengan menggunakan biji serta berperan dalam mengurangi erosi karena memiliki akar tunggang yang dalam dan kuat. Namun sifat Lamtoro merah yang mudah diperbanyak dengan biji ini

Gambar

Gambar 1. Setek teh ditutup sungkup plastik
Gambar 2. Pemupukan melalui tanah
Gambar 3. Hama ulat api (Setora nitens)
Tabel 2. Tinggi Tanaman Sebelum Pemangkasan
+7

Referensi

Dokumen terkait

dapat disimpulkan bahwa adanya hamabatan yang besar bagi pendatang baru dan memiliki hubungan yang baik dengan pemasok dapat menjadi peluang bagi UD.Budi Veneer

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan perkembangan moral anak melalui cerita bergambar, dengan memerankan sikap moral yang baik menurut cerita,

Bedasarkan hasil analisis data asosiasi antara variabel persepsi kualitas dan loyalitas merek pada penelitian ini dapat diketahui bahwa sebagaian besar dari responden

Kemampuan pemecahan masalah matematika yang dimaksud dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai kemampuan siswa menggunakan pengetahuan yang sudah dimilikinya

[r]

Segala puji bagi Allah, Tuhan Semesta Alam yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, dengan taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi

Untuk mengetahui taksiran tarif premi optimal di masa yang akan datang untuk asuransi kendaraan bermotor di Indonesia berdasarkan hasil taksiran ekspektasi besar klaim

Studi ini menyimpulkan bahwa gizi balita yang ren- dah, pemberian ASI yang tidak eksklusif, dan status ekonomi ibu yang ren- dah merupakan faktor-faktor risiko