• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Teknis

Pembibitan

Unit Perkebunan Tambi di tahun 2010 melaksanakan program pembibitan untuk persiapan replanting yang akan dilaksanakan pada tahun 2010. Bangunan pembibitan dibuat di blok Panama seluas 0.90 ha dengan kebun perbanyakan seluas 0.60 ha. Klon yang digunakan untuk perbanyakan bibit adalah Gambung 7 karena memiliki potensi produksi yang tinggi serta relatif tahan terhadap hama dan penyakit terutama terhadap serangan cacar daun teh. Jumlah bibit yang dibuat adalah sebanyak 150 000 batang. Rumah pembibitan dibangun menggunakan bambu sedangkan atapnya menggunakan rigen (bekas tempat untuk menjemur tembakau). Sungkup (tempat untuk menata polybag) juga terbuat dari bambu.

Kegiatan yang dilakukan di rumah pembibitan meliputi penanaman turus (cutting) serta pemeliharaan bibit. Penanaman cutting dilaksanakan pada bulan Maret - Mei 2010. Media tanam yang digunakan adalah top soil dan sub soil. Untuk media top soil dilakukan pencampuran dengan SP 36, KCL, Kieserit, Tawas, dan Dithane sedangkan sub soil dicampur dengan Tawas dan Dithane. Pencampuran tawas dimaksudkan untuk meningkatkan pH media sehingga mencapai tingkat keasaman yang optimum bagi pertumbuhan setek, sedangkan pencampuran Dithane dimaksudkan untuk mensterilkan media dari kontaminasi fungi/jamur yang kemungkinan terbawa tanah (soil born desease). Selain pencampuran Dithane dan Tawas, media tanam juga diberikan perlakuan fumigasi dengan menggunakan Basamid selama ± 15 hari dengan dosis 100 - 200 gr/m3 untuk mensterilkan media tanah dari kontaminasi nematoda dan serangga.

Setelah penanaman bibit selesai dilakukan, selanjutnya dilakukan kegiatan pemeliharaan. Kegiatan pemeliharaan bibit meliputi pembukaan tutup plastik (sungkup) 3 - 4 bulan dari penanaman cutting, pengendalian hama terutama ulat penggulung/pemakan daun, penyiangan untuk mengambil rumput dan lumut pada polybag serta pemupukan lewat tanah sebanyak 6 kali menggunakan ZA dan Urea dengan ditabur ataupun dilarutkan pada polybag.

Setelah bibit berumur 6 - 8 bulan dilakukan seleksi bibit pertama. Seleksi dilakukan dengan mengelompokkan bibit yang batang dan ketinggiannya relatif sama (kelompok A, B, dan C). Seleksi bibit ke dua dilakukan saat bibit berumur 10 - 12 bulan. Setelah bibit berumur 12 - 14 bulan dilakukan centring dengan tujuan memperpendek masa tanaman belum menghasilkan (TBM) dari 4 tahun menjadi 3 tahun. Mahasiswa mengikuti kegiatan di pembibitan antara lain pengisian bekong/polybag dengan media tanam dan penanaman setek dengan status sebagai karyawan harian lepas (KHL). Prestasi kerja mahasiswa dalam kegiatan pengisian bekong/polybag rata-rata 250 polybag/HK, sedangkan untuk kegiatan penanaman setek antara 2 097 – 2 112 setek/HK.

Gambar 1. Setek teh ditutup sungkup plastik

Pemupukan

Untuk pertumbuhan pucuk, tanaman teh menyerap unsur hara dari dalam tanah secara terus-menerus sehingga ketersediaan unsur hara dalam tanah makin lama makin berkurang. Unsur hara dalam tanah dapat juga berkurang karena proses pencucian atau hanyut oleh air hujan, penguapan, dan erosi. Oleh karena itu, apabila tanah dibiarkan tanpa diberikan perlakuan apa-apa akan menjadi rusak atau menjadi tanah kritis. Untuk menghindari hal yang demikian, maka perlu melakukan pengelolaan tanah sebaik-baiknya.

Salah satu upaya dalam pengelolaan tanah adalah melalui program pemupukan yaitu memberikan unsur-unsur hara ke dalam tanah dalam jumlah

yang cukup sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan tanaman. Pelaksanaan pemupukan harus memperhatikan prinsip empat tepat yaitu tepat dosis, tepat cara, tepat waktu, dan tepat jenis. Selain pemupukan melalui tanah, di perkebunan-perkebunan teh juga sering melaksanakan program pemupukan yang disemprotkan melalui daun terutama untuk pemberian unsur mikro.

Pemupukan di UP Tambi dilakukan melalui dua cara yaitu pemupukan lewat tanah dan pemupukan lewat daun. Pemupukan lewat tanah dilakukan untuk memenuhi kebutuhan unsur-unsur makro tanaman seperti N, P, K, dan Mg dengan perbandingan 5 : 1 : 2 : 0.5. Bahan pupuk yang digunakan untuk memenuhi unsur-unsur tersebut adalah Urea 46 %, Rock Phospat 30 %, KCL 60 %, dan Mg 8 %. Persentase yang digunakan adalah N 9.44 % dari target produksi teh kering per tahun. Pemupukan melalui tanah di UP Tambi dilaksanakan dua kali dalam setahun yaitu pada semester I (Februari - April) dan semester II (Oktober - November).

Aplikasi pupuk lewat tanah untuk tanaman dengan tahun pangkas I dan IV adalah 90 % sedangkan tanaman dengan tahun pangkas II dan III sebesar 110 %. Hal ini dikarenakan tanaman dengan tahun pangkas I dan IV memiliki potensi produksi yang lebih rendah dari pada tanaman dengan tahun pangkas II dan III yang sedang berproduksi maksimal sehingga membutuhkan pasokan hara yang lebih banyak. Pemupukan dilakukan dengan cara dibenam di sekitar tanaman dengan lubang 20 cm dari leher akar dan kedalaman lubang 10 - 15 cm. Satu lubang untuk 2 - 4 pohon yang diletakkan secara bergantian di baris tanaman antara pemupukan pertama dengan pemupukan ke dua dan seterusnya. Standar kerja untuk kegiatan pemupukan di UP Tambi adalah sebesar 750 kg/HK/pemupuk. Mahasiswa mengikuti kegiatan pemupukan dengan profesi sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama 6 hari dengan prestasi kerja antara 160 - 270 kg pupuk/HK.

Gambar 2. Pemupukan melalui tanah

Pemupukan lewat daun dilakukan dengan menggunakan bahan ZnSO4, ZA, dan PPC. Penyemprotan ZnSO4 dilaksanakan selama sepuluh bulan dimulai bulan Februari sampai dengan November dengan dosis I kg/ha/aplikasi. Alat yang digunakan adalah misblower dan handsprayer/pakabak. Sedangkan pupuk pelengkap cair (PPC) diberikan pada musim kamarau yaitu Juli - September sebanyak 6 kali aplikasi (2 kali dalam 1 bulan) dengan dosis 1 - 1.5 liter/ha. Penggunaan air sebagai pelarut minimal 250 liter/ha dan aplikasi dilaksanakan pada pagi hari maksimal sampai jam 10.00 WIB.

Pengendalian Gulma

Populasi gulma yang tumbuh tanpa terkendali di areal pertanaman teh akan menyebabkan banyak kerugian. Keberadaan gulma akan memberikan persaingan bagi tanaman teh dalam memanfaatkan faktor-faktor tumbuh seperti unsur hara, cahaya, dan air. Penurunan hasil pucuk teh akibat dari keberadaan gulma diperkirakan mencapai 40 %. Keberadaan gulma selain sebagai kompetitor tanaman teh juga akan mengakibatkan inefisiensi dalam pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan rutin seperti pemupukan, pemangkasan, dan juga pemetikan.

Masalah gulma di perkebunan teh terutama sangat dirasakan di areal tanaman teh muda dan pada areal tanaman teh produktif yang baru dipangkas. Hal ini disebabkan sebagian besar permukaan tanah terbuka langsung terhadap cahaya matahari sehingga perkecambahan maupun laju pertumbuhan berbagai jenis gulma berlangsung dengan cepat. Mengingat begitu banyak kerugian yang

diakibatkan oleh keberadaan gulma, maka tindakan pengendalian baik secara kultur teknis, mekanis, maupun menggunakan bahan kimia sangat penting dilakukan guna memperoleh laju pertumbuhan tanaman teh dan produksi pucuk yang maksimal (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 1997).

Jenis gulma yang tumbuh di areal pertanaman teh di UP Tambi antara lain adalah pacar air (Impatien plathypetala), babadotan (Ageratum conyzoydes), kirinyuh (Chromolaena odorata (L.)), rumput teki (Paspalum conjugatum), Sida acuta, dan kentang-kentangan (Borreria alata). Populasi gulma di UP Tambi mencapai puncaknya saat menjelang dilaksanakannya program pemupukan dan menjadi bersih gulma saat pemupukan dilaksanakan.

Pengendalian gulma di UP Tambi secara umum dilakukan melalui dua cara yaitu secara manual memanfaatkan tenaga manusia dan secara kimiawi menggunakan herbisida. Pengendalian gulma secara manual di UP Tambi dilaksanakan selama dua periode yaitu Semester I (Januari - Maret) dan Semester II (Agustus - Oktober) dengan perkiraan keluasan di setiap semester masing-masing 50 %. Khusus untuk gulma pacar air, pengendalian dilakukan dengan jalan mencabut gulma sampai ke akarnya dengan menggunakan tangan sedangkan untuk jenis gulma lainnya dilakukan dengan pembabatan menggunakan kored. Pengendalian gulma secara kimiawi/Chemical Weeding dilaksanakan dua kali dalam setahun untuk semua nomor kebun (tahun pangkas I - IV) pada bulan Februari - April dan September - November bergantian dengan pengendalian secara manual. Untuk nomor-nomor kebun dengan tahun pangkas IV, aplikasi menggunakan herbisida Paracol dengan dosis 2 liter/ha sedangkan nomor-nomor kebun dengan tahun pangkas I, II, dan III aplikasi menggunakan herbisida Rambo dan Noxon secara bergantian dengan dosis berturut-turut 3 liter/ha dan 2 liter/ha.

Mahasiswa mengikuti kegiatan pengendalian gulma secara kimiawi dan manual sebagai karyawan harian lepas (KHL). Prestasi kerja mahasiswa dalam kegiatan pengendalian gulma secara kimiawi antara 0.4 - 1.2 ha/HK sementara prestasi kerja karyawan antara 0.76 – 2.3 ha/HK. Sedangkan untuk pengendalian gulma secara manual prestasi kerja mahasiswa antara 0.008 - 0.1 ha/HK sementara prestasi kerja karyawan antara 0.05 – 1.2 ha/HK.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama dan penyakit tanaman merupakan salah satu faktor penghambat dalam peningkatan produksi pucuk di perkebunan teh. Beberapa hama penting yang dijumpai di Unit Perkebunan Teh antara lain ulat penggulung daun (Homona coffearia), ulat penggulung pucuk (Cydia leucostoma), ulat api (Setora nitens), tungau jingga, Helopeltis antonii, dan ulat jengkal. Sedangkan penyakit penting yang sering menyerang areal pertanaman teh di UP Tambi adalah cacar daun teh (Blister blight) yang disebabkan oleh jamur Exobasidium vexans. Penyakit cacar daun teh ini menjadi penting karena sangat sulit untuk dikendalikan terutama pada musim penghujan serta sangat nyata menurunkan produksi pucuk di UP Tambi.

Serangan ulat penggulung daun (Homona coffearia) mengakibatkan daun teh menjadi menggulung dan terlipat melintang. Hama ini dijumpai menyerang daun teh muda maupun tua. Pada musim penghujan, intensitas serangan ulat penggulung daun tergolong rendah sehingga tidak dilakukan penanganan khusus sebagai upaya pengendalian. Serangan hama ini menjadi cukup tinggi pada musim kemarau sehingga UP Tambi melaksanakan upaya pengendalian secara mekanis dengan memetik daun/perdu yang terserang atau dengan mengambil dan membinasakan kelompok telur yang ditemukan pada perdu/daun teh.

Ulat penggulung pucuk (Cydia leucostoma) menyerang areal pertanaman teh dan mengakibatkan pucuk menggulung sehingga pertumbuhannya terhambat. Serangan hama ini tidak begitu menjadi masalah di UP Tambi karena secara alami populasinya masih dapat dikontrol dengan keberadaan musuh alaminya seperti laba-laba, kepik, jangkrik, semut dan lain-lain. Pengendalian hanya dilakukan secara kultur teknis dengan memetik daun-daun yang terserang serta dengan jalan memperpendek siklus/daur petik dari nomor-nomor kebun yang terserang.

Hama ulat api (Setora nitens) sempat menjadi hama penting di UP Tambi tepatnya pada tahun 2009 terutama di blok Panama. Populasi hama ini meningkat pesat pada musim kemarau sehingga menjadi sulit dikendalikan baik secara mekanik maupun kultur teknis. Upaya pengendalian hama ulat api ini dilakukan secara kimiawi menggunakan insektisida jenis Sumicidin 5 EC dengan konsentrasi 2 cc/liter dan disemprotkan menggunakan knapsack sprayer dengan metode spot spraying. Metode spot spraying adalah metode penyemprotan yang

dilakukan hanya pada titik-titik tertentu yang mengalami serangan berat. Metode ini dipilih untuk mengurangi residu insektisida yang berlebihan karena dapat mempengaruhi ambang batas residu yang ditetapkan HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point).

Gambar 3. Hama ulat api (Setora nitens)

Pengendalian penyakit cacar daun teh (Blister blight) di UP Tambi dilakukan secara kimiawi menggunakan fungisida jenis Probox 50 WP dengan dosis 0.10 - 0.15 kg/ha/aplikasi dan Kocide 77 WP dengan dosis 0.20 kg/ha/aplikasi. Tindakan pengendalian berupa penyemprotan fungisida dilakukan selama dua semester yaitu Januari - April dan September – Desember. Penyemprotan dilakukan setelah pemetikan dengan batas maksimal 8 hari sebelum pemetikan berikutnya. Hal ini dilakukan untuk menghindari residu pada hasil pucuk akibat aplikasi fungisida. Pada lahan-lahan dengan tingkat serangan berat (Kelas A) seluas 142.41 ha, pengendalian dilakukan lebih intensif selama 6 bulan dengan aplikasi 2 kali penyemprotan dalam 1 bulan (12 kali per tahun). Sedangkan untuk lahan-lahan dengan tingkat serangan sedang (Kelas B) seluas 103.44 ha, pengendalian dilakukan selama 6 bulan dengan aplikasi 8 kali penyemprotan per tahun. Mahasiswa mengikuti kegiatan pengendalian hama dan penyakit sebagai karyawan harian lepas (KHL) dengan prestasi kerja 3.5 - 5.2 ha/HK.

Pemangkasan

Pemangkasan pada tanaman teh menghasilkan dimaksudkan untuk mngendalikan tinggi tanaman agar mudah dipetik, mempertahankan pertumbuhan pada fase vegetatif, dan memelihara serta membentuk bidang petik. Pemangkasan teh merupakan salah satu tindakan kultur teknis dalam pengelolaan kebun teh dengan tujuan untuk menjaga, meningkatkan produksi, produktivitas, dan mutu (Rusmana, 2000). Standar kerja untuk kegiatan pemangkasan di UP Tambi adalah sebesar 0.03 ha/HK. Mahasiswa mengikuti kegiatan pemangkasan selama tiga hari dengan status sebagai karyawan harian lepas (KHL) dengan prestasi kerja antara 0.001 - 0.038 ha/HK sedangkan prestasi kerja pemangkas di UP Tambi rata-rata sebesar 0.03 - 0.04 ha/HK.

Kriteria Saat Pangkas. Kegiatan pemangkasan teh pada umumnya dilaksanakan berdasarkan kriteria-kriteria seperti ketinggian bidang petik (tinggi tanaman), persentase pucuk burung, tingkat produksi tanaman, serta tingkat kadar pati dalam akar.

Ketinggian Bidang Petik/Tinggi Tanaman. Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa rata-rata tinggi tanaman sebelum pemangkasan dilakukan adalah sebesar 88.83 cm dengan diameter bidang petik rata-rata 116.03 cm.

Tabel 2. Tinggi Tanaman Sebelum Pemangkasan

Blok No Kebun n Umur Pangkas (bulan) Tinggi Tanaman (cm) ø Bidang Petik (cm) Pemandangan 3 10 48 91.10 111.3 2 10 49 86.70 132.15 Panama 8 10 36 88.70 104.65 rata-rata 88.83 116.03

Sumber : Berdasarkan Hasil Pengamatan Secara Langsung, 2010 Keterangan : n = jumlah tanaman contoh

Persentase Pucuk Burung. Tanaman teh yang akan dipangkas pada umumnya lebih banyak menghasilkan pucuk burung dari pada pucuk peko. Pucuk burung

adalah pucuk yang memiliki tunas yang sedang dalam keadaan dorman. Berdasarkan hasil pengamatan terlihat bahwa rata-rata persentase pucuk burung di blok Pemandangan dan Panama sebelum dilakukan pemangkasan adalah sebesar 71.32 %.

Tabel 3. Persentase Pucuk Burung Sebelum Pemangkasan Blok No Kebun n Umur Pangkas

(bulan) % Pucuk Burung Pemandangan 2 10 49 72.35 3 10 48 66.41 Panama 8 10 36 75.20 rata-rata 71.32

Sumber : Berdasarkan Hasil Pengamatan Secara Langsung, 2010 Keterangan : n = jumlah tanaman contoh

Tingkat Produksi. Tingkat produksi merupakan salah satu kriteria yang sering dijadikan indikator untuk dilakukannya pemangkasan. Tingkat produksi suatu nomor kebun dalam satu tahun umumnya dijadikan acuan dalam melakukan pemangkasan yaitu manakala tingkat produksi saat ini lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu artinya tanaman sudah saatnya untuk dipangkas.

Produktivitas dari tanaman teh sangat dipengaruhi oleh umur pangkasnya. Pola umum produksi pucuk teh adalah pada tahun pertama tingkat produksi mulai meningkat karena banyaknya tunas-tunas baru yang dihasilkan, pada tahun ke dua atau ke tiga tanaman berada pada puncak tertinggi produksi, dan pada tahun ke empat produksi mulai menurun. Produktivitas basah beberapa nomor kebun di UP Tambi dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Produktivitas basah tanaman berdasarkan umur pangkas

Berdasarkan gambar di atas, produktivitas untuk nomor kebun 14 dari blok Tanah Hijau dan nomor kebun 3 dari blok Pemandangan memiliki pola produktivitas yang sama dimana produktivitas tertinggi tanaman dicapai saat tanaman memasuki tahun pangkas III. Nomor kebun 14 dari blok Tanah Hijau yang terletak pada ketinggian ± 1 200 m dpl ditanami dengan klon Gambung 7, sedangkan nomor kebun 3 dari blok Pemandangan dengan ketinggian ± 1 700 m dpl ditanami dengan campuran antara klon Gambung 3 dan Gambung 4. Produktivitas tanaman di nomor kebun 14 blok Tanah Hijau lebih tinggi apabila dibandingkan dengan produktivitas tanaman di nomor kebun 3 blok Pemandangan. Sementara nomor kebun 2 dari blok Pemandangan yang terletak pada ketinggian ± 1 700 m dpl dan ditanami tanaman-tanaman tua dari berbagai jenis klon memiliki produktivitas yang lebih rendah serta pola produktivitasnya sedikit berbeda dimana produktivitas tertinggi tanaman terjadi pada tahun ke dua setelah pemangkasan.

Jenis/Tipe Pangkasan. Pemangkasan yang diterapkan di UP Tambi adalah jenis pangkasan bersih dan pangkasan setengah bersih. Pertimbangan memilih jenis pangkasan bersih adalah dikarenakan blok-blok yang terdapat di UP Tambi terletak pada ketinggian di atas 1 200 m dpl dimana penyinaran matahari dan suhu tidak terlalu tinggi sehingga tanaman dapat bertahan meskipun tidak ada daun yang disisakan setelah pemangkasan. Jenis pangkasan setengah bersih dipilih karena secara teknis pangkasan bersih sulit untuk bisa diterapkan secara efisien. Sistem upah borongan yang diterapkan seringkali membuat pemangkas lebih

0 5000 10000 15000 20000 1 2 3 4 Produktivitas (kg/Ha)

Umur Setelah Pangkas (Tahun)

Blok Pemandangan Nomor Kebun 2 Blok Pemandangan Nomor Kebun 3 Blok Tanah Hijau Nomor Kebun 14

mengutamakan kuantitas dari pada kualitas hasil pangkasan. Akibatnya, pangkasan bersih yang memang sedikit lebih rumit dan memerlukan waktu serta kesabaran dalam pelaksanaanya sulit sekali untuk bisa dilaksanakan terutama pada tanaman-tanaman tua dengan keadaan frame yang sangat lebar.

Gambar 5. Tipe pangkasan bersih

Gambar 6. Tipe pangkasan setengah bersih

Tinggi Pangkasan. Tinggi pangkasan standar setiap blok di UP Tambi disesuaikan dengan tinggi pangkasan sebelumnya. Ketinggian pangkasan di UP Tambi senantiasa dinaikkan dari luka pangkas sebelumnya sampai pada ketinggian tertentu tinggi pangkasan kembali lagi pada ketinggian pangkasan awal (pangkasan dagul).

Berdasarkan hasil pengamatan seperti yang disajikan pada Tabel 3, tinggi pangkasan di UP Tambi berkisar anatara 45 - 55 cm di atas permukaan tanah

dengan diameter bidang pangkas antara 57 - 91 cm. Pengamatan tinggi pangkasan di blok Pemandangan menunjukkan hasil yang berbeda nyata dengan tinggi pangkasan standar yang ditetapkan kebun sedangkan untuk blok Panama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata.

Tabel 4. Ketinggian Pangkasan di Unit Perkebunan Tambi

Blok No Kebun Umur Pangkas (bulan) ø Pangkas (cm) n Tinggi Pangkasan (cm) Pengamatan Standar x s μ Pemandangan 2 49 91.4 10 52.8a 3.49 50b 3 48 57.25 10 47.1b 2.42 50a

Panama 8 36 75.9 10 47.5a 3.96 50a

Sumber : Hasil Pengamatan

Keterangan : n = jumlah tanaman contoh s = simpangan baku x = tinggi pangkasan

μ = tinggi pangkasan standar

Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada uji t-student 5 %

Gilir pangkas. Gilir pangkas merupakan rentang waktu antara pemangkasan terdahulu dengan pemangkasan berikutnya. UP Tambi yang terletak pada ketinggian di atas 1 200 m dpl menggunakan gilir pangkas 4 - 5 tahun. Namun dalam pelaksanaannya, pemangkasan tidak selalu sesuai dengan gilir pangkas yang direncanakan. Terkadang ada beberapa nomor kebun yang dipangkas lebih cepat ataupun lebih lambat dari gilir pangkas yang seharusnya. Berdasarkan data yan disajikan pada tabel 5 dapat dilihat bahwa nomor kebun 8 dan 15 dari blok Panama, nomor kebun 5 blok Pemandangan serta nomor kebun 10 blok Taman dipangkas lebih cepat dari jadwal pangkas seharusnya. Keputusan mempercepat jadwal pemangkasan untuk nomor-nomor kebun tersebut adalah karena keadaan tanaman yang sudah kurang produktif serta kondisi tanaman yang sudah tinggi dan terlalu rapat sehingga menyulitkan dalam kegiatan pemeliharaan dan pemetikan.

Tabel 5. Gilir Pangkas dan Umur Pangkas Beberapa Nomor Kebun di UP Tambi Blok No Kebun Luas (ha) Tinggi Tempat (m dpl) Waktu Pemangkasan Pemangkasan Berikutnya Gilir Pangkas (bulan) Rencana Realisasi Panama 8 3 ± 1 300 Maret 2007 Maret 2010 48 – 60 36*

15 3.6 Febuari 2007 Mei 2010 48 – 60 38* Pemandangan 2 5.2 Feb - Mei 2006 Maret 2010 48 – 60 49

3 5.9 ± 1 700 Feb - Mei 2006 Febuari 2010 48 – 60 48 4 4.3 Feb - Mei 2006 April 2010 48 – 60 50 5 3.2 Maret 2007 Mei 2010 48 – 60 40* Taman 10 4.6 ± 1 400 Sept. 2006 Febuari 2010 48 – 60 41* 11 4.3 Oktober 2005 Januari 2010 48 – 60 50 Tanah Hijau 13 4.3 ± 1 200 Maret 2005 Maret 2010 48 – 60 60 14 3.5 Maret 2006 April 2010 48 – 60 49

Sumber : Laporan Bulanan Blok UP Tambi (2006 - 2010) Keterangan *= berada di luar daur pangkas

Waktu pemangkasan. Waktu yang tepat untuk dilaksanakan pemangkasan adalah saat keadaan tanaman sehat karena tanaman yang sehat akan memiliki cadangan makanan yang cukup untuk pertumbuhan kembali pasca dilakukannya pemangkasan. Selain itu, pemangkasan tanaman teh juga harus didukung pula oleh faktor lingkungan yang kondusif terutama suhu dan kelembaban.

Pemangkasan di UP Tambi dilaksanakan dalam dua semester yakni Februari - Mei (Semester I) dan Oktober - November (Semester II). Namun untuk blok Pemandangan yang terletak pada ketinggian tempat sekitar 1 700 - 2 100 m dpl, pemangkasan hanya dilakukan pada sememster I dengan pertimbangan untuk pengendalian penyakit cacar daun teh serta ketersediaan tenaga kerja.

Luas areal pangkasan. Luas areal pangkasan dalam satu tahun yang ditetapkan di Unit Perkebunan Tambi adalah sebesar 25 - 30 % dari luas total areal tanaman menghasilkan. Pekerjaan pemangkasan dilaksanakan dalam dua semester dengan 70 % dilaksanakan pada semester I dan sisanya pada semester II. Kebijakan ini dimaksudkan untuk mengantisipasi terganggunya stabilitas produksi karena areal produktif berkurang akibat pemangkasan.

UP Tambi yang terdiri dari empat blok membagi areal-areal yang akan dipangkas ke masing-masing blok. Setiap blok rata-rata mendapat bagian 3 - 4 nomor kebun yang harus dipangkas setiap tahunnya. Rencana luas areal pangkasan yang ditetapkan kebun tidak selalu sesuai dengan realisasinya. Pada tahun 2010, UP Tambi menetapkan bahwa luas areal pangkasan adalah sebesar 59.20 ha atau 24.08 % dari total areal tanaman menghasilkan. Akan tetapi realisasinya hingga dengan Juni 2010 baru sebesar 46.49 ha atau sekitar 18.9 % dari luas areal tanaman menghasilkan. Perbedaan luas rencana dan realisasi ini terjadi karena terdapat beberapa nomor kebun yang memang disisakan untuk dipangkas pada akhir tahun (semester II) serta terdapat perubahan nomor kebun yang dipangkas dari rencana awal dengan pertimbangan menyesuaikan kondisi tanaman yang ada di lapang.

Persentase Kerusakan Akibat Pemangkasan. Pemangkasan merupakan kegiatan pemeliharaan perdu teh yang menuntut keterampilan dalam pelaksanaannya. Kurangnya keterampilan dari tenaga pemangkas akan mengakibatkan tingginya tingkat kerusakan cabang setelah pemangkasan yang nantinya akan berdampak pada terganggunya pertumbuhan tunas setelah pemangkasan.

Keterampilan Tenaga Pemangkas Berdasarkan Usia. Pemangkasan merupakan kegiatan yang memerlukan kekuatan fisik dalam prakteknya sehingga usia akan berpengaruh terhadap hasil pangkasan yang dihasilkan. Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 5 terlihat bahwa kerusakan cabang berdiameter ≥ 2 cm oleh pemangkas dengan usia ≥ 35 tahun lebih besar dibandingkan dengan kerusakan cabang oleh pemangkas berusia < 35 tahun namun hasilnya tidak berbeda nyata. Selain itu, terlihat pula bahwa kerusakan cabang berdiameter < 2 cm oleh pemangkas dengan usia ≥ 35 lebih rendah dari pada kerusakan cabang oleh pemangkas berusia < 35 tahun namun perbedaan keduanya tidak berbeda nyata.

Tabel 6. Persentase Kerusakan Cabang Berdasarkan Usia Usia Σ HK Σ Tanaman @HK % Kerusakan Cabang ø ≥ 2 cm % Kerusakan Cabang ø < 2 cm

< 35 tahun 3 3 9.16a 12.17a

≥ 35 tahun 3 3 16.81a 11.49a

Sumber : Hasil Pengamatan

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada uji t-student 5 %.

Keterampilan Tenaga Pemangkas Berdasarkan Pengalaman Kerja. Pengalaman

Dokumen terkait