• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan pemangkasan tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di pt perkebunan rumpun sari kemuning Karanganyar, Jawa Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengelolaan pemangkasan tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di pt perkebunan rumpun sari kemuning Karanganyar, Jawa Tengah"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

(

Camellia sinensis

(L.) O. Kuntze) DI PT PERKEBUNAN

RUMPUN SARI KEMUNING KARANGANYAR,

JAWA TENGAH

MARTINI AJI

A24070083

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

MARTINI AJI. Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia Sinensis

(L.) O. Kuntze) di PT Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Karanganyar, Jawa Tengah (Dibimbing oleh SUPIJATNO).

Kegiatan magang dilakukan di PT Rumpun Sari Kemuning Karanganyar,

Jawa Tengah, selama empat bulan mulai tanggal 14 Februari sampai dengan

14 Juni 2011. Kegiatan magang ini bertujuan untuk mempelajari aspek

pengelolaan pemangkasan tanaman teh yang dilaksanakan di kebun, baik secara

teknis maupun manajerial, meningkatkan keterampilan kerja, dan memperoleh

pengalaman kerja di lapang. Metode yang digunakan adalah kerja aktif dengan

mengikuti kegiatan–kegiatan yang dilakukan di kebun, serta pengumpulan data primer dan data sekunder. Metode kerja aktif dilakukan dengan bekerja sebagai

karyawan harian lepas (KHL) selama satu bulan dengan melakukan kegiatan

teknis budidaya sampai pengolahan hasil; sebagai pendamping mandor selama

satu bulan dengan kegiatan melakukan pengawasan terhadap kinerja KHL; dan

sebagai pendamping kepala bagian kebun (asisten kebun) selama dua bulan

dengan kegiatan mempelajari pengelolaan kebun mulai dari perencanaan sampai

pengevaluasian pelaksanaan kegiatan.

Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan budidaya dalam

pemeliharaan tanaman teh dengan menjadikan bidang petik rendah untuk

memudahkan pemetikan. Pemangkasan merupakan salah satu rangkaian

pemeliharaan tanaman yang cukup penting untuk dilakukan. Pangkasan yang

dilakukan di Kebun Rumpun Sari Kemuning adalah pangkasan bersih dengan

standar tinggi pangkasan yang digunakan PT Rumpun Sari kemuning sekitar

55-65 cm dengan sistem pemangkasan berjenjang.

Pemangkasan yang dilakukan di Kebun Rumpun Sari Kemuning

menggunakan sabit pangkas. Sabit yang digunakan tajam agar meminimalisir

kerusakan cabang. Luka pangkasan menghadap ke arah dalam dengan sudut

kemiringan 45o. Gilir pangkas yang ditetapkan di Kebun Rumpun Sari Kemuning

(3)

total luas areal TM yang terbagi dalam dua semester, tetapi dalam

pelakasanaannya target belum sepenuhnya tercapai. Tenaga pemangkas yang ada

di Kebun Rumpun Sari Kemuning bersifat borongan. Prestasi kerja tenaga

pemangkas Kebun Rumpun Sari Kemuning lebih tinggi dibandingkan dengan

standar yang ditetapkan kebun.

Produksi utama tanaman teh adalah pucuk. Pertumbuhan tunas dapat

dipengaruhi beberapa faktor, antara lain kesuburan tanah, suhu, dan intensitas

penyinaran. Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan yang

dilakukan untuk merangsang pertumbuhan tunas serta memperbaiki kondisi

tanaman. Serasah hasil sisa pangkasan diletakkan di antara tanaman teh untuk

(4)

(

Camellia sinensis

(L.) O. Kuntze) DI PT PERKEBUNAN

RUMPUN SARI KEMUNING KARANGANYAR,

JAWA TENGAH

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas

Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Martini Aji

A24070083

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(5)

Judul

:

PENGELOLAAN

PEMANGKASAN

TANAMAN

TEH (

Camellia sinensis

(L.) O. Kuntze) DI PT

PERKEBUNAN

RUMPUN

SARI

KEMUNING

KARANGANYAR, JAWA TENGAH

Nama :

MARTINI AJI

NIM

:

A24070083

Menyetujui,

Pembimbing

Ir. Supijatno, MSi

NIP. 19610621 198601 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen

Agronomi dan Hortikultura

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr

NIP. 19611101 198703 1 003

(6)

Penulis dilahirkan di kota Kudus, Propinsi Jawa Tengah pada tanggal

6 Februari 1989. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara, putri dari

Bapak Aji Prasetyo dan Ibu Sumarni.

Penulis menyelesaikan pendidikan tingkat sekolah dasar di SD

Muhammadiyah Pasuruhan Lor pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis

melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri I Kudus dan lulus pada tahun 2004.

Penulis kemudian melanjutkan ke SMA Negeri I Kudus dan lulus pada tahun

2007.

Tahun 2007 penulis diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura,

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan

Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor). Pada tahun 2010 hingga 2011 penulis

(7)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alah SWT atas rahmat dan

karunia–Nyalah penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di PT Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Karanganyar, Jawa Tengah. Skripsi disusun

untuk memenuhi tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan Strata 1 (S1).

Ucapan terima kasih disampaikan penulis kepada beberapa pihak yang

telah membantu dalam kelancaran penyusunan skripsi ini, yaitu:

1. Kedua orang tua, kakak, dan adik yang telah memberikan dukungan yang

tulus baik moril maupun materiil.

2. Ir. Supijatno, MSi selaku dosen pembimbing skripsi.

3. Dr. Ir. Hariyadi, MS selaku dosen pembimbing akademik.

4. Dosen-dosen pengajar IPB yang telah mengajarkan ilmu pengetahuan

yang menunjang dalam pembuatan skripsi ini.

5. Direksi PT Sumber Abadi Tirtasentosa yang telah memberi kesempatan

kepada penulis untuk melaksanakan magang di Kebun Rumpun Sari

Kemuning.

6. Administrasi manajer PT Rumpun Sari Kemuning Karanganyar beserta

staf, atas bimbingan, arahan, dan pengalaman selama pelaksanaan kegiatan

magang.

7. Qori, Ami, Ira, Ima, Alfia, Anggie, rekan-rekan Departemen Agronomi

dan Hortikultura Angkatan 44, serta pihak-pihak yang tidak dapat

disebutkan satu per satu yang telah memberikan semangat dan dukungan.

Penulis berharap semoga skripsi ini berguna bagi yang memerlukan.

Bogor, Agustus 2011

(8)

Halaman

Sejarah Berdirinya Perusahaan ... 11

Letak Geografis dan Administratif ... 12

Keadaan Iklim dan Jenis Tanah ... 13

Luas Areal dan Tata Guna Lahan ... 13

Keadaan Tanaman dan Produksi ... 14

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ... 15

(9)

Tingkat Produksi ... 43

Luas Areal Pemangkasan ... 44

Alat Pangkas ... 45

Jenis Pangkasan ... 46

Tinggi Pangkasan ... 47

Tenaga Pemangkas ... 47

Pertumbuhan Tunas ... 49

Pengelolaan Sisa Pangkasan ... 50

PENUTUP ... 52

Kesimpulan ... 52

Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54

(10)

Nomor Halaman

1. Luas Areal dan Tata Guna Lahan PT Rumpun Sari

Kemuning Tahun 2011 ...14

2. Komposisi Klon Tanaman Teh di PT Rumpun Sari

Kemuning Tahun 2011 ...14

3. Produksi dan Produktivitas Teh di PT Rumpun Sari

Kemuning tahun 2008-2010 ...15

4. Jumlah Tenaga Kerja di PT Rumpun Sari Kemuning

Tahun 2011...17

5. Tinggi dan Diameter Hasil Pangkasan di Tiga Blok

Kebun Rumpun Sari Kemuning ...20

6. Tinggi dan Diameter Bidang Petik Sebelum Pemangkasan

pada Dua Blok di Kebun Rumpun Sari Kemuning ...21

7. Persentase Pucuk Burung Dua Blok di Kebun Rumpun

Sari Kemuning ...21

8. Gilir Pangkas Tiga Blok di Kebun Rumpun Sari

Kemuning ...22

9. Kapasitas Kerja Pemangkas Perkebunan Rumpun Sari

Kemuning ...23

10. Persentase Kerusakan dan Komposisi Cabang

Berdasarkan Lama Kerja Pemangkas...23

11. Persentase Kerusakan dan Komposisi Cabang

Berdasarkan Usia Pemangkas ...24

12. Persentase Kerusakan dan Komposisi Cabang

Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pemangkas ... 24

13. Serasah Sisa Pangkasan Tiga Blok di Kebun Rumpun

Sari Kemuning ...25

14. Luas Areal Pemangkasan di Kebun Rumpun Sari

Kemuning Tahun 1998-2010 ...45

15. Perbandingan Persentase Kerusakan Cabang pada

(11)

16. Realisasi Pelaksanaan Pemangkasan di Tiga Blok PT

(12)

Nomor Halaman

1. Pemangkasan di PT Rumpun Sari Kemuning ... 22

2. Serangan Tungau Jingga ... 26

3. Serangan Empoasca sp. ... 26

4. Serangan Ulat Penggulung Pucuk ... 27

5. Serangan Thrips (tengah) ... 27

6. Serangan Cacar Teh... 28

7. Pelaksanaan Penyemprotan HPT di PT Rumpun Sari Kemuning .. 29

8. Pelaksanaan Pemetikan di PT Rumpun Sari Kemuning ... 32

9. Proses Pelayuan ... 33

10. Press Roll ... 34

11. Endless Chain Presser (ECP) ... 35

12. Rotary Dryer ... 35

13. Ball Tea ... 36

14. Produksi Basah Pucuk Teh di Kebun Rumpun Sari Kemuning ... 44

15. Sabit Pangkas ... 46

16. Pangkasan Bersih ... 47

(13)

Nomor Halaman

1. Jurnal Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian di PT

Rumpun Sari Kemuning ... 57

2. Jurnal Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Mandor di PT

Rumpun Sari Kemuning ... 58

3. Jurnal Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Asisten Kebun

di PT Rumpun Sari Kemuning ... 59

4. Peta Kebun PT Rumpun Sari Kemuning ... 61

5. Data Curah Hujan Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Tahun

2001-2010 ... 62

6. Struktur Organisasi PT Rumpun Sari Kemuning ... 63

7. Produksi Teh di PT Rumpun Sari Kemuning Tahun 2008-2010 .. 64

8. Rencana dan Realisasi Pemangkasan Kebun Rumpun Sari

(14)

Latar Belakang

Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang juga diusahakan di wilayah Indonesia. Tanaman teh

diperkirakan berasal dari daerah Pegunungan Himalaya dan daerah yang

berbatasan dengan China, India, dan Burma. Meskipun tanaman ini kalah bersaing

dengan produk tanaman perkebunan lain, tetapi tanaman teh juga menjadi salah

satu penyumbang bagi devisa negara non-migas pada sektor perkebunan.

Luas areal perkebunan teh di Indonesia pada tahun 2008 mencapai

127 712 ha, yang terdiri dari 47.40% perkebunan rakyat, 30.49% perkebunan

besar negara, dan 22.14% perkebunan besar swasta. Luas areal sementara pada

tahun 2009 mencapai 127 411 ha, sedangkan estimasi tahun 2010 seluas

127 384 ha dengan masih didominasi perkebunan rakyat. Produksi teh Indonesia

tahun 2008 mencapai 153 971 ton dengan produktivitas 1 206 kg/ha, produksi

sementara tahun 2009 mencapai 151 520 ton dengan produktivitas 1 187 kg/ha,

dan estimasi produksi tahun 2010 sebesar 149 764 ton dengan produktivitas

1 176 kg/ha. Ekspor teh Indonesia mencapai 96 209 ton dengan nilai US$ 158 958

pada tahun 2008 (Ditjenbun, 2009).

Daun teh muda mengandung Catechin dan Caffein. Unsur kimia inilah yang menjadikan teh sebagai minuman yang dapat menyehatkan apabila diminum

secara rutin dan teratur. Prospek industri teh di pasar dunia semakin cerah dengan

digalakkannya back to nature terhadap konsumsi makanan dan minuman di berbagai negara Asia dan Eropa (Bina UKM, 2010). Potensi pasar ekspor yang

terbuka luas ini tidak berarti hanya diperoleh Indonesia saja, tetapi juga beberapa

negara produsen teh dunia lainnya seperti India, Sri Lanka, dan Kenya. Menurut

data FAO (2009), pada tahun 2008 Indonesia menempati peringkat ke tujuh

negara produsen teh setelah China, India, Kenya, Sri Lanka, Turki, dan Vietnam.

Untuk itu, Indonesia harus aktif mencari peluang ekspor dengan menembus pasar

baru yang potensial seperti Negara-negara Timur Tengah dan Mesir. Produsen teh

harus meningkatkan produktivitas dan mempertahankan mutu agar dapat bersaing

(15)

Pembudidayaan tanaman teh bertujuan untuk mendapatkan hasil produksi

dalam bentuk daun (vegetatif). Fase vegetatif haruslah dipertahankan selama

mungkin untuk mendapatkan hasil yang tinggi dan berkesinambungan. Semakin

panjang masa vegetatif tanaman teh menunjukkan semakin panjang pula masa

produksi tanaman. Pemangkasan dapat dilakukan untuk mempertahankan fase

vegetatif tersebut.

Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan budidaya dalam

pemeliharaan tanaman teh dengan menjadikan bidang petik rendah untuk

memudahkan pemetikan. Pemangkasan sangat penting dilakukan untuk

meningkatkan produktivitas tanaman. Ada beberapa tujuan pemangkasan, antara

lain untuk membentuk bidang petik seluas mungkin guna merangsang

pertumbuhan tunas–tunas baru, sehingga mampu menghasilkan pucuk yang banyak. Selain itu, juga dapat menyehatkan tanaman dengan membuang bagian– bagian yang sudah rusak, baik akibat gangguan teknis maupun serangan hama

penyakit yang dapat menghambat pertumbuhan tunas–tunas baru (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).

Tujuan

Kegiatan magang ini bertujuan untuk mempelajari aspek pengelolaan

pemangkasan tanaman teh yang dilaksanakan di kebun, baik secara teknis maupun

manajerial, meningkatkan keterampilan kerja, dan memperoleh pengalaman kerja

(16)

Botani Tanaman Teh

Tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) termasuk genus Camellia

yang berasal dari famili Theaceae. Tanaman teh diperkirakan berasal dari daerah Pegunungan Himalaya dan daerah-daerah pegunungan yang berbatasan dengan

Cina, India, dan Burma (Siswoputranto, 1978). Ada dua varietas utama tanaman

teh, Camellia sinensis var sinensis dan Camellia sinensis var assamica. Camellia sinensis var sinensis berasal dari daerah antara Tibet dan Tiongkok. Varietas tersebut adalah yang pertama ditanam di Indonesia. Batang Camellia sinensis var

sinensis jika dibiarkan tumbuh bisa mencapai tinggi 3–8 m. Daun–daunnya lebih kecil dibandingkan dengan daun Camellia sinensis var assamica, berwarna hijau tua, dan ujung daunnya agak tumpul. Hasil daun tidak terlalu tinggi, tetapi

kualitasnya baik. Camellia sinensis var assamica bersal dari India, batangnya lebih tinggi dan besar dibandingkan Camellia sinensis var sinensis, dan jika dibiarkan tumbuh dapat mencapai 12-20 m. Daunnya lebar, berbentuk lanset

dengan ujung meruncing dan berwarna hijau tua mengkilap, hasilnya banyak, dan

kualitasnya baik (Adisewojo, 1982).

Bunga teh termasuk bunga sempurna yang mempunyai putik (calyx) dengan 5-7 mahkota (sepal). Daun bunga (petal) berjumlah sama dengan mahkota, berwarna putih halus berlilin, berbentuk lonjong cekung. Tangkai sari

panjang dengan benang sari (anther) kuning bersel kembar berukuran 2-3 mm ke-atas. Buah yang masih muda berwarna hijau, bersel tiga, dan berdinding tebal.

Awalnya buah berwarna mengkilat, tetapi semakin tua bertambah suram dan

kasar. Biji teh berwarna coklat beruang tiga, berkulit tipis, serta berbentuk bundar

di satu sisi dan datar di sisi lain. Biji berbelah dua dengan kotiledon besar, yang

jika dibelah akan secara jelas memperlihatkan embrio, akar, dan tunas

(Setyamidjaja, 2000).

Syarat Tumbuh

Tanaman teh dapat tumbuh subur di daerah tropik dan subtropik dengan

(17)

tumbuh subur di daerah dengan ketinggian 200-2 000 m dpl. Pada daerah-daerah

dataran rendah umumnya tanaman teh kurang memberi hasil yang baik. Tanaman

teh menghendaki tanah yang dalam dan mudah menyerap air. Tanaman teh tidak

tahan kekeringan dan menuntut curah hujan minimal 1 200 mm yang merata

sepanjang tahun (Siswoputranto, 1978). Suhu udara yang baik untuk tanaman teh

yaitu suhu harian yang berkisar antara 13-25 oC dengan kelembaban minimum

70% (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).

Pemangkasan

Tanaman teh yang tidak dipangkas akan tumbuh menjadi pohon yang

sangat tinggi dan dapat mencapai ketinggian 15 m. Tanaman teh yang demikian

tidak akan menghasilkan pucuk yang banyak dan pemetikannya akan sulit

dilakukan. Bidang petik tanaman teh haruslah rendah untuk memudahkan

pemetikan. Perdu dengan bidang petik yang rendah diperoleh dengan jalan

pemangkasan. Pemangkasan antara lain bertujuan untuk membuang cabang– cabang yang tidak dikehendaki yang menghambat pertumbuhan tunas–tunas baru sehingga mampu menghasilkan pucuk yang banyak, menyehatkan tanaman

dengan membuang bagian yang rusak baik akibat gangguan teknis maupun

serangan hama dan penyakit sehingga mampu meringankan biaya pengendalian

hama dan penyakit, serta mengusahakan pertumbuhan tanaman teh agar tetap pada

fase vegetatif (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006). Tinggi pangkasan pada

daerah dataran rendah (< 800 m dpl) 60-70 cm, pada daerah dataran sedang

(800-1 200 dpl) 50-60 cm, sedangkan pada daerah dataran tinggi (> 1 200 dpl)

50-60 cm. Pada umumnya tinggi pangkasan bagi kebun produktif berkisar antara

40-70 cm (Ditjenbun, 2010).

Waktu Pemangkasan

Ada dua pengertian tentang waktu pemangkasan, yaitu gilir pangkas dan

jadwal kebun untuk melakukan pemangkasan dalam satu tahun. Pemangkasan

dapat dilaksanakan pada saat cadangan pati pada akar cukup banyak, dan

(18)

pemangkasan dapat dilaksanakan pada bulan Mei-Juni (akhir musim hujan) dan

bulan Oktober-November (menjelang musim hujan).

Gilir Pangkas

Gilir pangkas adalah jangka waktu antara pemangkasan yang terdahulu

dengan pemangkasan berikutnya (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006). Panjang

pendeknya daur pangkasan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain letak

ketinggian kebun, sistem petik, pengelolaan tanaman, dan tinggi pangkasan

sebelumnya (Setyamidjaja, 2000). Daur pangkas yang optimal ditentukan oleh

produktivitas rata-rata persatuan umur pangkas tertentu, hal ini terjadi apabila

produktivitas rata-rata persatuan umur pangkas tertentu sama dengan

produktivitas tanaman pada umur pangkas tertentu. Gilir pangkas yang tepat

untuk suatu kebun tertentu belum tentu tepat untuk kebun yang lain (Suwardi,

1991).

Jenis Pemangkasan

Tinggi pangkasan pada kebun produktif (TM) umumnya berkisar antara

40-70 cm. Tinggi pangkasan yang lebih rendah dari 40 cm akan menyebabkan

percabangan yang terbentuk akan menjadi rendah sehingga akan menyulitkan

pemetik dalam melaksanakan pemetikan, sedangkan apabila lebih tinggi dari

70 cm akan menyulitkan dalam pelaksanaan pemangkasan. Tipe-tipe

pemangkasan yang ada antara lain kepris, jambul, dan bersih (PPTK Gambung,

2009).

Pangkasan kepris adalah pangkasan dengan bidang pangkas rata seperti

meja, tanpa melakukan pembersihan atau pembuangan ranting, dan dilakukan

pada ketinggian 60-70 cm dari permukaan tanah. Pangkasan bersih adalah

pangkasan dengan bidang pangkas rata seperti meja tetapi pada bagian tengahnya

agak rendah (“ngamangkok”) dengan membuang semua ranting-ranting kecil yang berukuran > 1 cm untuk memperbaiki percabangan, dan dilaksanakan pada

ketinggian 45-60 cm. Pangkasan jambul merupakan pangkasan bersih dengan

(19)

perdu (ajir atau jambul) dengan jumlah daun 50-100 lembar, dan dilaksanakan

menjelang pemetikan jendangan (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).

Kriteria Saat Pangkas

Tinggi tanaman merupakan salah satu penentu kelayakan suatu kebun

untuk dilakukan pemangkasan, apabila tanaman terlalu tinggi akan menyulitkan

dalam pemetikan (PPTK Gambung, 2009). Kriteria pemangkasan antara lain

produksi telah menurun, tinggi bidang petik > 120 cm, persentase pucuk dorman

> 70% , dan kandungan pati akar > 13%.

Pucuk burung adalah pucuk yang mengandung tunas dalam keadaan

dorman sehingga dalam beberapa waktu tidak menghasilkan daun baru. Kadar

pati di akar cukup tinggi saat persentase pucuk burung tinggi, karena pada saat ini

tanaman mengakumulasikan hasil fotosintesis di dalam akar. Semakin tinggi

persentase pucuk burung menyebabkan daun yang memenuhi syarat untuk dipetik

menjadi berkurang karena semakin tingginya persaingan antar pucuk untuk

mendapatkan fotosintat.

Tingkat produksi tanaman yang memiliki umur pangkas tua akan menurun

karena jumlah daun tua semakin banyak dengan kemampuan fotosintesis yang

telah mulai berkurang sehingga pucuk yang dihasilkan lebih sedikit. Cadangan

makanan (pati) berperan sangat besar terhadap penyembuhan luka dan

pertumbuhan tunas-tunas baru. Pati umumnya terdapat dalam akar, cabang, dan

ranting. Cadangan zat pati dalam akar yang rendah (< 12%) menyebabkan

(20)

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilakukan di PT Perkebunan Rumpun Sari Kemuning

Karanganyar, Jawa Tengah. Kegiatan magang dilakukan pada bulan Februari

sampai dengan Juni 2011.

Metode Pelaksanaan

Kegiatan magang dilakukan dengan bekerja sebagai Karyawan Harian

Lepas (KHL) selama satu bulan, pendamping mandor selama satu bulan, dan

pendamping kepala bagian kebun (asisten kebun) selama dua bulan. Kegiatan

yang dilakukan dapat bersifat fleksibel sesuai dengan kegiatan yang berlangsung

di kebun. Selama pelaksanaan magang juga dilakukan pengambilan data baik

primer maupun sekunder.

Kegiatan yang dilakukan selama menjadi KHL (Lampiran 1) adalah

melaksanakan kegiatan teknis budidaya meliputi pengendalian gulma,

pemupukan, pemangkasan, pengendalian hama dan penyakit, pemetikan, dan

pengolahan hasil. Kegiatan sebagai pendamping mandor (Lampiran 2) yaitu

melakukan pengawasan pelaksanaan kerja KHL. Kegiatan sebagai pendamping

kepala bagian kebun (Lampiran 3) adalah mempelajari cara mengelola kebun

mulai dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan, serta

evaluasi dalam pengelolaan kebun.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer diperoleh dari hasil pengamatan lapang selama

mengikuti pelaksanaan kegiatan di kebun dengan aspek pemangkasan serta hasil

wawancara dan diskusi langsung dengan karyawan dan staf, sedangkan data

sekunder didapat dari hasil laporan atau arsip kebun. Data sekunder yang

diperlukan berupa data mingguan dan bulanan, meliputi luas areal, topografi,

organisasi dan manajemen kebun, luas pangkasan per tahun, serta kebutuhan

(21)

Pengamatan lapangan dilakukan pada 10 tanaman contoh dengan enam

kali ulangan. Data hasil pengamatan lapang difokuskan pada kegiatan

pemangkasan dengan beberapa parameter yang diamati, yaitu:

a. Pengamatan Sebelum Pemangkasan

1. Tinggi Tanaman

Pengukuran dilakukan mulai dari permukaan tanah sampai ke pucuk

tanaman.

2. Diameter Bidang Petik

Pengukuran dilakukan pada kedua arah bidang petik masing–masing tanaman contoh yaitu utara–selatan dan timur–barat kemudian dirata–rata. Rumus yang digunakan:

Diameter Bidang Petik =

3. Persentase Pucuk Burung

Pengamatan dilakukan dengan menghitung pucuk burung dan pucuk peko,

kemudian dihitung persentase pucuk burung dengan rumus:

% Pucuk Burung =

Perhitungan dilakukan pada tanaman dengan menggunakan lingkaran yang

terbuat dari bambu dengan diameter 75 cm, kemudian pucuk burung dan

pucuk peko yang berada di atas bidang petik dalam lingkaran tersebut

dihitung jumlahnya.

b. Pengamatan pada Saat Pemangkasan

1. Luas Areal Pangkasan

Pengamatan dilakukan berdasarkan realisasi luas pangkasan yang riil

dilakukan di kebun.

2. Tinggi Pangkasan

Pengukuran dilakukan mulai dari permukaan tanah sampai luka bekas

(22)

3. Diameter Bidang Pangkas

Pengukuran dilakukan pada kedua arah bidang pangkas masing–masing tanaman contoh yaitu utara–selatan dan timur–barat kemudian dirata–rata. Rumus yang digunakan:

Diameter Bidang Pangkas =

4. Serasah Hasil Pangkasan

Pengamatan dilakukan dengan cara menimbang serasah sisa pangkasan.

5. Persentase Kerusakan Akibat Pangkasan

Pengamatan dilakukan dengan mengambil sampel beberapa orang tenaga

kerja, masing-masing tenaga diamati 10 tanaman yang dipangkas.

Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah cabang bekas

pangkasan yang pecah atau rusak dengan menggunakan rumus:

% Kerusakan =

6. Komposisi Batang

Pengamatan dilakukan dengan menghitung keragaman diameter batang

pada tanaman yang telah dipangkas. Pengamatan dilakukan dengan

menghitung jumlah cabang yang berdiameter > 2 cm dan < 2 cm.

7. Kebutuhan Tenaga Pangkas per Hari

Pehitungan dilakukan berdasarkan jumlah tenaga pangkas riil dengan

menghitung secara langsung maupun wawancara dengan mandor. Hasil

pengamatan dibandingkan dengan standar berdasarkan rumus:

∑ Pemangkas =

Keterangan : HKE = Hari Kerja Efektif (hari)

Kapasitas Standar = kemampuan yang harus dicapai oleh

seorang pemangkas

8. Jenis Pangkasan

Pengamatan dilakukan dengan melihat secara langsung pada saat

(23)

c. Pengamatan Setelah Pemangkasan

Pengamatan yang dilakukan setelah pemangkasan adalah pertumbuhan

tunas. Pengamatan dilakukan dengan mengukur tinggi tunas mulai pangkal tunas

sampai titik tumbuh. Pengukuran dilakukan 1 minggu sekali mulai 2 minggu

setelah pemangkasan (MSP) hingga hingga 4 minggu berikutnya. Pengamatan

dilakukan pada 5 tanaman contoh yang diambil secara acak dengan 5 tunas per

tanaman. Pengamatan juga dilakukan dengan menghitung jumlah tunas yang

tingginya 15 cm pada tanaman yang belum dilakukan pemetikan jendangan

pertama.

Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan uji t–student dengan taraf nyata 5%. Pengujian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh

kerusakan cabang akibat pemangkasan berdasarkan keterampilan tenaga kerja.

Rumus yang digunakan yaitu:

t–student =

dengan Sp =

keterangan:

= rata–rata hasil pengamatan kriteria 1 dan2 = ragam contoh Kriteria 1 dan 2

= jumlah pengamatan kriteria 1 dan 2

Sp = simpangan baku gabungan

Nilai berbeda nyata apabila thitung > ttabel dan tidak berbeda nyata apabila

thitung < ttabel, ttabel diperoleh dari nilai sebaran t pada taraf 5% dan derajat bebas

(24)

Sejarah Berdirinya Perusahaan

PT Rumpun Sari Kemuning merupakan salah satu perusahaan yang

bergerak di bidang pengolahan teh hijau yang berlokasi di Desa Kemuning,

Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah.

Perkebunan Rumpun Sari Kemuning ini sebelumnya merupakan peninggalan

masa penjajahan Belanda yang dulu bernama NV. Cultur Maatshcapij Kemuning.

Kepemilikan tanah selama masa penjajahan diatur dalam Undang-Undang Agraria

Belanda pasal 62 tahun 1870 yang memutuskan bahwa pada tanggal 11 April

1925 pemerintah Belanda memberika Hak Guna Usaha (HGU) selama 50 tahun

kepada Johan De John dan Vanmender Voor di Den Haag, Belanda. Lahan HGU

seluas 1 051 ha yang terletak di Kecamatan Ngargoyoso (812 172 ha) dan di

Kecamatan Jenawi (238 828 ha) tersebut ditanami kopi dan teh. Pengelolaan

tanaman perkebunan tersebut dilimpahkan pada Firma Watering and Labour yang berkedudukan di Bandung, Jawa Barat.

Tahun 1942-1945, setelah penyerahan kekuasaan Belanda kepada Jepang,

pengelolaan perusahaan diambil alih oleh pemerintah Jepang sampai tahun 1945.

Pada masa tersebut tanaman tidak terawat dan perusahaan tidak menghasilkan

keuntungan komersial sehingga lahannya ditanami palawija dan jarak oleh

masyarakat setempat.

Pada tahun 1945 Jepang kalah dalam perang, sehingga kepemilikan

perkebunan dikelola oleh Keraton Mangkunegaran Surakarta yang dipimpin oleh

Ir. Sarsito sampai tahun 1948. Tahun 1948-1950 perkebunan teh dikelola oleh

Pemerintah Militer Republik Indonesia dan hasilnya digunakan untuk membiayai

perang.

Perkebunan NV. Cultur Maatshcapij diserahkan kembali kepada

pemiliknya yang berlangsung tanggal 19 Mei 1950 samapai 30 Desember 1052,

bersamaan dengan adanya Perjanjian Meja Bundar. HGU Perusahaan Perkebunan

Kemuning kemudian dicabut dari NV. Cultur Maatshcapij berdasarkan

Undang-undang No. 3/52/RI tanggal 1 Januari 1953. Karyawan dari Perusahaan

(25)

“Koperasi Perusahaan Perkebunan Kemuning”. Koperasi ini dibubarkan pada

tahun 1965 karena para pengurusnya banyak yang terlibat G 30 S/PKI dan

Perkebunan Kemuning untuk sementara diambil alih oleh Kodam IV Diponegoro.

PT Rumpun dibentuk pada tanggal 3 November 1971 dengan adanya SK

Mendagri No. 17/HGU/NIA/1971 di bawah Yayasan Rumpun Diponegoro. Pada

tahun 1980 PT Rumpun dipecah menjadi dua yaitu:

1. PT Rumpun Antan dengan komoditi karet, kopi, kelapa, randu, dan

cengkeh yang terdiri atas beberapa kebun, antara lain:

a. Kebun Carui/Kebun Darmo Kradenan di Purwokerto

b. Kebun Samudra di Banyumas

1 April 1990. Pengelolaan manajerialnya diserahkan kepada PT Astra Agro Niaga

yang sekarang dikenal dengan nama PT Astra Agro Lestari, sedangkan PT

Rumpun, yang kemudian namanya diganti menjadi PT Rumpun Sari Kemuning,

mengendalikan produksinya. Pada tanggal 1 Mei 2004 terjadi pemindahan

kepemilikan saham dari PT Astra Agro Lestari ke PT Sumber Abadi Tirtasentosa

(SAT) hingga saat ini.

Letak Geografis dan Administratif

PT Rumpun Sari Kemuning merupakan salah satu perkebunan teh yang

dikelola PT Sumber Abadi Tirtasentosa yang terletak di Desa Kemuning,

Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. PT Rumpun Sari

(26)

Balapan Surakarta dan ± 8 km dari Tawangmangu. PT Rumpun Sari Kemuning

terletak 7.4o-7.6o LS dan 11.1o-11.25o BT dengan ketinggian 700-1 300 m dpl.

Batas-batas wilayah perkebunan teh Rumpun Sari Kemuning yaitu sebelah

timur dengan Perhutani Gunung Lawu daerah hutan Waranata, sebelah barat

dengan perkebunan karet PTPN XVII, sebelah utara dengan Kecamatan Jenawi,

dan sebelah selatan dengan Desa Nggadungan, Kecamatan Ngargoyoso.

Perkebunan Rumpun Sari Kemuning memiliki kantor pusat di Jalan Pemuda

No. 145 Semarang, Jawa Tengah. Kantor perwakilannya terletak di Jalan Podang

Raya Blok OR-1 Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta. Peta lokasi Kebun

Rumpun Sari Kemuning dapat dilihat pada Lampiran 4.

Keadaan Iklim dan Jenis Tanah

Jenis tanah di Kebun Rumpun Sari Kemuning adalah latosol dan andosol

dengan pH rata-rata 6.4 di Afdeling OA dan 5.15 di afdeling OB. Iklim tropis

dengan curah hujan rata-rata selama 10 tahun terakhir (2001 – 2010) 3 649 mm per tahun dengan 151 hari hujan per tahun. Suhu rata-rata di Perkebunan Rumpun

Sari Kemuning 23oC dengan kelembaban rata-rata 89%. Kebun Rumpun Sari

Kemuning memiliki tipe iklim B menurut Schmidth-Ferguson dengan rata-rata

bulan basah 8.2, bulan lembab 1.1, dan bulan kering 2.7. Data curah hujan dapat

dilihat pada Lampiran 5.

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

Luas total areal perkebunan PT Rumpun Sari Kemuning adalah 437.82 ha.

Luas areal terbagi dalam lahan produktif dan non-produktif. Lahan produktif

merupakan areal tanaman teh, albizia, dan lahan cadangan. Lahan non-produktif

meliputi jalan, jurang, makam, parit/sungai, implasemen, dan lahan yang tidak

bisa ditanami. Lahan yang digunakan untuk areal tanaman teh dibagi menjadi dua

afdeling yaitu Afdeling OA yang terdiri atas 13 blok dan Afdeling OB terdiri atas

14 blok. Luas areal dan tata guna lahan PT Rumpun Sari Kemuning dapat dilihat

(27)

Tabel 1. Luas Areal dan Tata Guna Lahan PT Rumpun Sari Kemuning

Lahan yang tidak bisa ditanami 0.63 4.11

Total 222.26 215.56

Sumber : Arsip Kantor

Keadaan Tanaman dan Produksi

Teh yang ditanam di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning sebagian besar

merupakan tanaman yang berasal dari stek. Klon yang ditanam adalah TRI 2025,

CIN 143, dan Gambung. Klon yang banyak ditanam adalah TRI 2025. Tanaman

teh yang ada di Kebun Rumpun Sari Kemuning merupakan tanaman

menghasilkan yang berumur 17-20 tahun. Komposisi masing-masing klon dapat

dilihat pada Tabel 2.

Produksi rata-rata pucuk teh yang dihasilkan PT Rumpun Sari Kemuning

pada tahun 2008-2010 adalah 3 969 ton pucuk basah dan 882 ton pucuk kering

(28)

Kemuning lebih tinggi dibandingkan produktivitas nasional sebesar 1 206 kg/ha

dan produktivitas perkrbunan besar swasta yaitu 1 309 kg/ha pada tahun 2008

(Ditjenbun, 2009). Produksi dan Produktivitas PT Rumpun Sari Kemuning tahun

2008-2010 tercantum pada Tabel 3.

Struktur organisasi perusahaan merupakan kerangka hubungan kerja yang

mengatur wewenang dan kegiatan pengaturan kerja agar tujuan organisasi dapat

tercapai. Pengaturan kebijakan dan kontrol menejemen berada pada direksi PT

Sumber Abadi Tirtasentosa. PT Rumpun Sari kemuning dikepalai oleh seorang

administratur yang membawahi kepala tanaman, asisten tanaman, kepala pabrik,

kepala tata usaha, dan Koordinator HPT. Struktur organisasi PT Rumpun Sari

Kemuning dapat dilihat pada Lampiran 6.

PT Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dipimpin oleh seorang

administratur yang mengkoordinasi dan mengawasi semua kegiatan dalam bidang

tanaman, pengolahan, dan administrasi perusahaan. Administratur diangkat,

diberhentikan, dan bertanggung jawab langsung kepada direksi. Administratur

dibantu oleh kepala tanaman, asisten tanaman, kepala pabrik, dan kepala tata

usaha dalam melaksanakan tugasnya.

Kepala tata usaha bertanggung jawab terhadap pekerjaan di kantor kebun

dan anggaran biaya kebun dengan melakukan pengecekan bersama administratur.

Kepala tata usaha bertugas membuat laporan konsolidasi dari semua kegiatan

(29)

tugas dengan dibantu oleh bagian personalia, bagian umum, bagian keuangan, dan

bagian tanaman.

Pelaksanaan kegiatan bagian tanaman yang ada di Kebun Rumpun Sari

Kemuning berada di bawah tanggung jawab kepala tanaman dan asisten tanaman.

Kepala tanaman dan asisten tanaman bertugas mengelola dan mengkoordinir

semua kegiatan yang dilakukan di kebun baik teknis maupun administrasi sesuai

dengan kebijakan administratur sehingga kualitas dan kuantitas produksi tercapai.

Asisten tanaman juga bertugas mengevaluasi pekerja di lapangan dan mengontrol

kerja mandor.

Kapala pabrik mempertanggungjawabkan segala bentuk tanggung jawab

yang diberikan berdasarkan SOP dan rencana kerja bulanan serta berkoordinasi

dengan pihak kebun tentang hal-hal yang berhubungan dengan subtansi kerja

pabrik, sepeti panen, transportasi, infrastruktur, dan lain-lain. Kepala pabrik

berkoordinasi dengan administratur dalam hal yang berhubungan dengan

koordinasi head office. Kepala pabrik melaksanakan tugas dengan dibantu oleh kerani pabrik, mandor pengolahan, mandor sortasi, mandor timbang, mandor

pengepakan, kerani timbang, dan laboran.

Ketenagakerjaan

Penggolongan tenaga kerja di PT Rumpun Sari Kemuning terdiri atas staf,

bulanan lokal, pekerja harian tetap (PHT), dan pekerja harian lepas (PHL).

Karyawan staf terdiri dari administratur, kepala pabrik, kepala tata usaha, kepala

tanaman, dan asisten tanaman. Karyawan bulanan lokal terdiri atas tenaga

administrasi, mandor, bagian analisa, tenaga mekanik, supir, dan sebagian satpam.

Karyawan PHT meliputi tenaga pengolahan, sortasi, dan pengepakan, serta

sebagian satpam, sedangkan karyawan PHL meliputi tenaga panen, tenaga HPT,

dan tenaga rawat. Jumlah tenaga kerja yang ada di PT Rumpun Sari Kemuning

dapat dilihat pada Tabel 4.

Hari kerja karyawan yang berlaku di PT Rumpun Sari Kemuning

umumnya 6 hari dengan lama kerja 7 jam per hari. Jam kerja bagi karyawan

(30)

jam kerja 6 jam. Pekerjaan yang membutuhkan waktu 24 jam per hari ,seperti

yang dilakukan di pabrik, diberlakukan shift kerja yang dibagi dalam tiga shift.

Tabel 4. Jumlah Tenaga Kerja di PT Rumpun Sari Kemuning Tahun 2011

Status Departemen Total

Umum Tanaman Pabrik

Staf 1 4 1 6

Bulanan lokal 10 23 13 46

PHT 1 0 51 52

PHL 7 536 16 559

Jumlah 19 563 81 663

(31)

Aspek Teknis

Pemeliharaan

Pemeliharaan merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mengoptimalkan

pertumbuhan dan produksi dengan menjaga dan meningkatkan kesuburan tanah

dalam lingkungan pertumbuhan tanaman agar sesuai dengan kondisi yang

dibutuhkan oleh tanaman. Pemeliharaan pada tanaman menghasilkan meliputi

pemupukan, pengendalian gulma dan hama penyakit, serta pemangkasan.

Kegiatan tersebut juga dilakukan di Kebun Rumpun Sari Kemuning agar produksi

pucuk bisa optimal.

Pemupukan. Pemupukan yang dilakukan di PT Rumpun Sari Kemuning diberikan melalui akar dan daun. Pemupukan dilakukan dengan sistem gang dan

tuntas per blok. Pemupukan dilaksanakan tiga priode dalam setahun, yaitu pada

bulan Februari, Juni, dan Oktober. Pemberian jumlah pupuk didasarkan hasil

analisa daun dan tanah yang dilakukan di laboratorium. Dari hasil analisa tersebut

dapat diketahui kadar unsur yang terkandung sehingga memudahkan mengetahui

apabila terdapat kekurangan suatu unsur.

Pupuk yang diberikan melalui akar adalah pupuk Urea dan MOP dengan

kandungan unsur N dan K. Unsur-unsur ini berperan dalam pertumbuhan

vegetatif, dalam hal ini pertumbuhan pucuk. Unsur hara yang terkandung dalam

pupuk dapat dimanfaatkan dalam waktu singkat karena pupuk tersebut bersifat

fast release. Jumlah kebutuhan pupuk masing-masing blok tidak sama. Pada pelaksanaan pemupukan sangat disesuaikan dengan kondisi tanaman.

Pupuk daun yang digunakan adalah ZnSO4 dengan dosis 3 kg per ha.

Pupuk daun ini diberikan untuk menambah unsur hara mikro pada tanaman.

Pupuk daun diaplikasikan bersamaan dengan penyemprotan hama dan penyakit.

Penyemprotan dilakukan menggunakan alat mistblower dengan kapasitas 14 l per tangki.

Pemupukan dilakukan pada pagi hari. Pupuk diangkut menggunakan truk

(32)

yang akan dipupuk. Tenaga kerja untuk pemupukan dibagi dalam tiga pekerjaan

yaitu sebagai pencampur, pelangsir, dan penabur pupuk. Pendistribusian pupuk

oleh tenaga pelangsir untuk mempercepat para penabur pupuk agar kegiatan

pemupukan berjalan lebih efektif.

Pencampuran pupuk biasanya dikerjakan oleh laki-laki dan kemudian

langsung memasukkan pupuk ke dalam karung untuk diangkat oleh para

pelangsir. Tenaga langsir biasanya juga dilakukan laki-laki, tetapi terkadang juga

dilakukan oleh tenaga wanita jika jumlah penabur sudah banyak. Penabur pupuk

dikerjakan oleh tenaga wanita. Alat yang digunakan untuk kegiatan pemupukan

antara lain ember, terpal, sekop, dan karung.

Pemupukan dilakukan mulai pukul 06.00 WIB sampai selesai. Standar

kebutuhan tenaga pemupukan di Kebun Rumpun Sari Kemuning adalah

1.5 HK per ha, dalam pelaksanaan sebagai karyawan harian lepas, prestasi kerja

yang diperoleh penulis adalah 0.013 ha.

Pengendalian gulma. Jenis gulma dominan yang terdapat di Kebun

Rumpun Sari Kemuning yaitu gulma berdaun lebar dan rumput. Gulma yang

ditemukan antara lain, Melastoma malabathricum (sengganen), Clidemia hirta

(harendong), Eupatorium inulifolium (kirinyuh), Rubus rosaefolius (gucen),

Comellina difusa (tali sahit), Mikania micrantha, dan Imperata cylindrica (alang-alang). Pengendalian gulma-gulma tersebut dilakukan secara manual dan kimia.

Pengendalian secara manual meliputi pembabadan dan pendongkelan.

Pembabadan dilakukan pada gulma lunak, sedangkan pendongkelan dilakukan

pada gulma berkayu. Alat yang digunakan para tenaga antara lain sabit dan batu

asah. Standar prestasi kerja yang ditetapkan di PT Rumpun Sari Kemuning untuk

pengendalian gulma manual adalah 10 HK per ha. Pada saat bekerja menjadi

karyawan harian lepas, prestasi kerja penulis rata-rata 0.01 ha sedangkan prestasi

kerja karyawan 0.4 ha. Pelaksanaan pengendalian gulma manual ini dilakukan

mulai pukul 06.30 WIB sampai pukul 12.00 WIB.

Pengendalian gulma secara kimia dilakukan dengan menggunakan

herbisida purna tumbuh sistemik dengan bahan aktif Isopropilamina glifosat, dengan dosis 1.5 l/ha dan konsentrasi 4 ml/l air. Alat yang digunakan adalah

(33)

kondisi cuaca cerah agar penyerapan herbisida ke tanaman tidak terhambat. Hasil

penyemprotan akan terlihat 3-5 hari kemudian. Pada pelaksanaan aplikasi juga

harus menerapkan empat tepat, yakni tepat waktu, tepat dosis, tepat cara, dan tepat

konsentrasi, untuk meminimalisir efek negatif bagi lingkungan. Aplikasi

penyemprotan dilakukan dua kali dalam setahun. Standar HK yang digunakan

adalah 2 HK per ha. Prestasi kerja yang berhasil dicapai penulis adalah 0.01 ha,

sedangkan karyawan 2.4 ha. Pelaksanaan penyemprotan dimulai pukul 06.00 WIB

sampai pukul 11.00 WIB.

Pemangkasan. Pangkasan yang dilakukan di Kebun Rumpun Sari Kemuning adalah pangkasan bersih yaitu pangkasan dengan bidang pangkas rata

tetapi bagian tengahnya agak rendah (ngamangkok). Pangkasan dilakukan dengan

membuang cabang, ranting, dan daun sehingga yang tertinggal hanya cabang dan

ranting utama saja. Standar tinggi pangkasan yang digunakan PT Rumpun Sari

Kemuning sekitar 55-65 cm dengan sistem pemangkasan berjenjang. Hasil

pengamatan tinggi dan diameter pemangkasan di Kebun Rumpun Sari Kemuning

dapat dilihat pada Tabel 5.

Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dilaksanakan pemangkasan

antara lain tinggi tanaman, diameter bidang petik, persentase pucuk burung, dan

kondisi tanaman. Pada umumnya, semakin tua umur pangkasan tanaman teh

semakin tinggi pula tinggi tanaman, diameter bidang petik, dan persentase pucuk

burung. Penulis melakukan pengamatan terhadap tinggi dan diameter tanaman,

serta persentase pucuk burung pada tiga blok yang akan dipangkas di Kebun

(34)

Tabel 6 merupakan hasil pengamatan lapangan tinggi dan diameter

tanaman yang dilakukan pada tanaman teh sebelum dilakukan pemangkasan.

Pengamatan dilakukan selama enam hari pada 10 tanaman contoh setiap harinya.

Hasil pengamatan menunjukkan rata-rata tinggi bidang petik sebelum

pemangkasan lebih kecil dibandingkan dengan standar, dengan diameter tanaman

rata-rata 120.84 cm.

Tabel 6. Tinggi dan Diameter Bidang Petik Sebelum Pemangkasan pada Dua Blok di Kebun Rumpun Sari Kemuning

Blok Umur Pangkas (bulan) n Tinggi Tanaman (cm) Diameter

Tabel 7 merupakan hasil pengamatan yang dilakukan terhadap pucuk

burung pada tanaman yang akan mengalami pemangkasan. Pengamatan dilakukan

pada 10 tanaman per hari selama enam hari. Rata-rata persentase pucuk burung

Blok Umur Pangkasan (bulan) Pucuk Burung (%)

B04 42 74.3 tn)

B05 47 76.2 tn)

Rata-rata 75.25

Sumber : Hasil Pengamatan Langsung

Ket : tn) = Hasil uji t-student tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Gilir pangkas di Kebun Rumpun Sari Kemuning berkisar 3-4 tahun. Luas

areal yang dipangkas sekitar 30% per tahun dari total luas areal TM dan dibagi

dalam dua semester. Waktu pangkas semester I pada bulan Februari sampai Juni

(35)

(25-40 % target setahun). Gilir pangkas terakhir pada Blok A15, B04, B05 Kebun

Rumpun Sari Kemuning dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Gilir Pangkas Tiga Blok di Kebun Rumpun Sari Kemuning

Blok Areal (ha) Luas

Waktu Pemangkasan

Sebelumnya

Waktu Pangkas

Berikutnya Gilir

Pangkas

Rencana Realisasi

A15 14.87 Mei-07 Jan-11 Feb-11 45 Bulan

B04 14.15 Nov-07 Jun-11 Mei-11 42 Bulan

B05 16.05 Mei-07 Mar-11 Apr-11 47 Bulan

Sumber : Arsip Kantor

Pemangkasan yang dilakukan di Kebun Rumpun Sari Kemuning

menggunakan sabit pangkas. Luka pangkasan menghadap ke arah dalam dengan

sudut kemiringan 45o. Kerusakan cabang akan mengakibatkan pertumbuhan tunas

baru pada cabang tersebut terhambat. Oleh karena itu, sabit yang digunakan harus

tajam sehingga meminimalisir kerusakan cabang akibat pemangkasan tersebut.

Pelaksanaan pemangkasan di Kebun Rumpun Sari Kemuning ditunjukkan pada

Gambar 1.

Gambar 1. Pemangkasan di PT Rumpun Sari Kemuning

Tenaga pemangkas yang ada di Kebun Rumpun Sari Kemuning bersifat

borongan. Standar prestasi kerja tenaga pemangkas yang ditetapkan Kebun

Rumpun Sari Kemuning adalah 0.04 ha/HK, sedangkan prestasi kerja penulis

sebesar 0.0008 ha. Kapasitas kerja tenaga pemangkas di Kebun Rumpun Sari

(36)

Tabel 9. Kapasitas Kerja Pemangkas Perkebunan Rumpun Sari Kemuning

Blok Luas Pangkasan (ha) Hari Kerja (HK) Prestasi Kerja (ha/HK)

Rencana Realisasi Standar Riil

A15 9.87 247 129 0.04 0.08

B04 14.15 354 168 0.04 0.08

B05 6.05 151 109 0.04 0.06

Rata-rata 0.04 0.07

Sumber : Arsip Kantor

Keterampilan tenaga pemangkas dapat dipengaruhi beberapa faktor, antara

lain lama kerja, usia, dan tingkat pendidikan pemangkas. Pengamatan dilakukan

juga dengan melihat hasil kerja pemangkas yang dikelompokkan berdasarkan

kriteria tersebut.

Tabel 10 menunjukkan hasil pengamatan kerusakan cabang berdasarkan

lama kerja pemangkas. Pengambilan contoh pengamatan terhadap keterampilan

pemangkas berdasarkan lama kerja dilakukan terhadap 10 orang yang dibagi

dalam dua kelompok. Kelompok pertama yaitu para pemangkas yang telah

bekerja sebagai tenaga pangkas selama ≥ 10 tahun, dan kelompok kedua < 10 tahun. Masing-masing pemangkas diambil 10 tanaman contoh. Hasil yang

diperoleh menunjukkan bahwa lama kerja tidak berpengaruh terhadap besarnya

kerusakan cabang hasil pemangkasan yang dilakuakan oleh pemangkas.

Tabel 10. Persentase Kerusakan dan Komposisi Cabang Berdasarkan Lama Kerja Pemangkas

Hasil pengamatan terhadap kerusakan cabang hasil pangkasan oleh

pemangkas berdasarkan usia pemangkas seperti pada Tabel 11. Pengamatan

dilakukan pada 10 orang tenaga pemangkas yang dikelompokkan menjadi

pemangkas yang berusia ≥ 50 tahun dan < 50 tahun. Usia para pemangkas

(37)

Tabel 11. Persentase Kerusakan dan Komposisi Cabang Berdasarkan Usia

pendidikan di tingkat sekolah menengah pertama (SMP), dan sebagian lagi tidak

menyelesaikan pendidikan di tingkat SD. Pada pengamata keterampilan tenaga

pemangkas berdasarkan latar belakang pendidikan diambil dua kelompok yaitu

tenaga yang lulus SD dan tidak lulus SD. Masing-masing kelompok terdiri dari

5 tenaga dan masing-masing tenaga diambil 10 tanaman contoh. Persentase

kerusakan dan komposisi batang berdasarkan tingkat pendidikan tenaga

pemangkas hasil pengamatan lapang tercantum pada Tabel 12. Hasil pengamatan

terlihat bahwa tingkat pendidikan tenaga tidak memberikan pengaruh terhadap

persentase kerusakan dan komposisi batang hasil pangkasan.

Tabel 12. Persentase Kerusakan dan Komposisi Cabang Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pemangkas

Serasah hasil sisa pangkasan diletakkan diantara tanaman teh untuk

menambah bahan organik tanah. Serasah sisa pangkasan di Kebun Rumpun Sari

Kemuning pada blok A15, B04, dan B05 tercantum pada Tabel 13. Semakin

banyak Serasah hasil pangkasan, maka penambahan bahan organik tanah untuk

kebun juga semakin tinggi. Serasah sisa pangkasan di Kebun Rumpun Sari

Kemuning rata-rata mencapai 24 160 kg per ha. Pada Tabel 12 terlihat bahwa

Serasah sisa pangkasan blok A15 lebih tinggi dibandingkan blok b04, padahal

(38)

pangkas blok A15 lebih tua dibandingkan blok B05, jadi secara umum

tanamannya lebih besar sehingga jumlah serasah pengkasannya pun lebih banyak.

Tabel 13. Serasah Sisa Pangkasan Tiga Blok di Kebun Rumpun Sari Kemuning

Blok Luas Areal Pangkas (ha) Serasah Pangkasan (kg/ha)

A15 9.87 25 125

B04 14.15 24 230

B05 6.05 23 125

Rata-rata 24 160

Sumber : Hasil Pengamatan Langsung

Pengendalian hama dan penyakit. Hama yang sering menyerang di Kebun Rumpun Sari Kemuning antara lain tungau jingga, Empoasca sp., ulat penggulung, dan Thrips, sedangkan penyakit yang menyerang yaitu cacar teh.

Pengendalian dilakukan untuk mengurangi dan menekan pertumbuhan populasi

hama dan penyakit tersebut samapai batas ambang ekonomi sehingga tidak

menimbulkan kerugian secara ekonomi. Pengendalian dilakukan oleh tim hama

dan penyakit dengan cara menyemprot tanaman menggunakan insektisida.

Tungau jingga (Brevipalpus phoenicis) pada Gambar 2 merupakan salah satu hama yang menyerang tanaman teh yang dapat menyebabkan daun menjadi

berwarna kemerah-merahan dan kering kemudian rontok sehingga tinggal

ranting-ranting perdu teh. Serangan hama ini biasanya dikenal dengan nama mithe. Pada

awal serangan terdapat bercak-bercak kecil pada pangkal daun dan membentuk

koloni pada pangkal daun sekitar petiolus. Hama ini menyerang tanaman

sepanjang tahun dan semakin meningkat apabila kondisi memungkinkan pada

musim kemarau. Pengendalian yang dapat dilakukan antara lain dengan

memangkas ringan atau berat perdu teh yang diserang, pengendalian gulma yang

(39)

Gambar 2. Serangan Tungau Jingga

Empoasca sp. merupakan hama yang paling banyak menyerang tanaman teh di Kebun Rumpun Sari Kemuning dibandingkan hama lainnya. Empoasca sp. Sebenarnya merupakan hama utama pada kapas, namun sekarang hama ini juga

banyak menyerang tanaman teh. Serangan ringan hama ini menyebabkan daun

menjadi klorosis (perubahan warna menjadi coklat tua) yang kemudian pinggiran

daun sebagian mengeriting. Pada serangan berat sebagian besar daun muda

berwarna kuning kusam, mengeriting dan sebagian terjadi kematian pinggiran

daun. Biasanya ditemukan banyak serangga baik yang dalam fase nimfa maupun

dewasa. Penyebaran hama ini cukup cepat karena dapat terbang dari satu tanaman

ke tanaman lain, selain itu juga karena terbawa angin, terbawa oleh alat petik dan

pakaian pemetik, serta dari gulma yang menjadi inang. Pengendalian dilakukan

dengan menyemprotkan insektisida pada perdu yang terserang dan areal

sekitarnya. Gejala serangan Empoasca sp. terlihat seperti Gambar 3.

Gambar 3. Serangan Empoasca sp.

Ulat penggulung pucuk (Cydia leucostoma) menyebabkan pucuk daun teh menggulung sehingga pertumbuhannya menjadi terhambat. Ulat ini menyerang

(40)

Pengendalian hama ini dilakukan dengan pemetikan pucuk yang terserang atau

bisa juga menggunakan musuh alami seperti Apanteles. Serangan ulat penggulung pucuk terlihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Serangan Ulat Penggulung Pucuk

Hama lain yang juga banyak menyerang di Kebun Rumpun Sari

Kemuning adalah Thrips. Thrips menyerang pada bagian tangkai daun muda yang

mengakibatkan helai daun menebal, kedua sisi daun agak menggulung ke atas dan

pertumbuhannya tidak normal. Kerusakan hama ini dapat menurunkan hasil

sebesar 30-60%. Thrips akan berkembang sangat cepat apabila suhu di sekitar

tanaman meningkat. Hama ini dapat dikendalikan dengan menggunakan

insektisida berbahan aktif Alfametrin atau Alfasipermetrin. Serangan Thrips terlihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Serangan Thrips (tengah)

Penyakit cacar teh (Blister blight) seperti pada Gambar 6 merupakan salah satu penyakit yang sangat merugikan karena dapat menurunkan produksi, baik

kualitas maupun kuantitas, hingga mencapai 50%. Penyakit ini menyerang pada

(41)

Exobasidium vexan Massee melalui spora yang diterbangkan oleh angin maupun terbawa oleh manusia. Awalnya terbentuk bintik kecil yang kemudian menjadi

bercak, lama-kelamaan bercak tersebut semakin membesar dan menonjol

membentuk spora. Pusat bercak menjadi coklat dan akhirnya mati. Bercak terlepas

sehingga terbentuk lubang. Spora akan berkembang dengan pesat apabila

kelembaban udara relatif tinggi dan sinar matahari kurang. Faktor lain yang dapat

mempengaruhi perkembangan penyakit ini adalah ketinggian kebun serta sifat

tanaman itu sendiri. Pengendalian dapat dilakukan dengan menggunakan

fungisida.

Gambar 6. Serangan Cacar Teh

Pendeteksian dini (Early Warning System) terhadap serangan hama dan penyakit perlu dilakukan untuk mengetahui persentase serangan yang terjadi di

kebun. Pelaksanaan deteksi dengan mengambil contoh tiga tanaman secara acak

dalam tiap patok, sehingga dalam luasan 1 ha terdapat 75 tanaman yang diamati

serangannya. Adanya deteksi tersebut akan diketahui Intensitas Serangan (IS) dan

Luas Serangan (LS). Perhitungan menggunakan rumus sebagai berikut:

IS (%) =

LS (ha) = IS (%) × Luas blok

Pendeteksian dilakukan untuk mengetahui intensitas serangan hama dan

penyakit. Kategori serangan dibedakan menjadi ringan, sedang, dan berat, untuk

hama Empoasca sp. dan ulat penggulung pucuk masuk dalam kategori ringan apabila IS < 5%, sedang apabila IS 5-15%, dan berat apabila > 15%. Kategori

serangan tungau jingga dikatakan rendah apabila IS < 10%, sedang apabila IS

(42)

Pendeteksian ini akan mempermudah pengendalian yang akan dilakukan.

Penyemprotan untuk mengendalikan serangan hama dan penyakit ini

menggunakan alat mistblower yang memiliki kapasitas 14 l. Pestisida yang

digunakan antara lain dari insektisida dengan bahan aktif Imidakloprid untuk mengendalikan Empoasca sp. dan pestisida dengan bahan aktif Bifentrin untuk mengendalikan tungau jingga. Tenaga kerja dibagi dalam tiga tugas, yaitu sebagai

penyemprot, pelangsir, dan pencampur. Standar prestasi kerja yang ditetapkan

kebun Rumpun Sari Kemuning adalah 2 HK/ha. Prestasi kerja yang mampu

dicapai penulis adalah 2 tangki mistblower. Pelaksanaan penyemprotan dimulai pukul 06.00 WIB sampai pukul 11.00 WIB. Pelaksanaan penyemprotan yang

dilakukan di Kebun Rumpun Sari Kemuning terlihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Pelaksanaan Penyemprotan HPT di PT Rumpun Sari Kemuning

Pemetikan

Pemetikan merupakan pengambilan pucuk teh yang memenuhi

syarat-syarat pengolahan. Pemetikan juga berfungsi sebagai upaya untuk membentuk

kondisi tanaman agar mampu berproduksi tinggi secara berkesinambungan.

Pemetikan sebisa mungkin tidak merusak tanaman agar pertumbuhan pucuk

selanjutnya menghasilkan kualitas yang baik. Keadaaan daun pemeliharaan perlu

diperhatikan agar tunas yang akan muncul tumbuh dengan baik.

Jenis pemetikan. Pemetikan dilakukan setelah perdu dipangkas sampai periode pangkas berikutnya. Pemetikan yang dilakukan selama masa satu gilir

pangkas antara lain pemetikan jendangan, pemetikan produksi dan gendesan.

Pemetikan yang dilakukan di PT Rumpun Sari Kemuning adalah jendangan dan

(43)

Pemetikan jendangan merupakan pemetikan awal yang dilakukan setelah

pemangkasan. Pemetikan jendangan dilakukan sekitar tiga bulan setelah

dilakukan pemangkasan. Pemetikan ini bertujuan untuk membentuk bidang petik

yang lebar dan rata dengan ketebalan lapisan daun pemeliharaan yang cukup

sehingga diharapkan akan menghasilkan potensi pucuk yang tinggi. Pemetikan

jendangan akan menentukan produksi dikemudian hari sampai pangkasan

selanjutnya. Apabila terjadi kesalahan dalam pemetikan jendangan akan

berdampak pada kerusakan tanaman yang dapat menyebabkan penurunan kualitas

dan kuantitas produksi. Pemetikan dilakukan pada tunas yang memiliki ketinggian

lebih dari 15 cm dari luka pangkasan. Alat yang digunakan yaitu salib, ani-ani,

keranjang dan waring. Salib digunakan untuk mengetahui pucuk yang telah siap

untuk dipetik serta untuk membantu menyesuaikan bidang petik dengan topografi

tanah. Ani-ani digunakan agar kerusakan akibat pemetikan tidak terlalu parah dan

tidak merusak bidang petik, sedangkan keranjang dan waring digunakan untuk

menampung hasil pucuk.

Pemetikan produksi merupakan pemetikan setelah jendangan. Pemetikan

produksi merupakan pemetikan biasa yang dilakukan terus-menerus dengan gilir

petik tertentu sampai dilakukan pemangkasan kembali. Pemetikan dilakukan pada

pucuk yang sudah manjing atau memenuhi syarat, termasuk pucuk burung yang

berada di atas bidang petik.

Jenis petikan.Jenis petikan antara lain petikan halus, medium, kasar dan

petikan kepel. Petikan halus merupakan petikan pucuk peko dengan satu atau dua

daun muda, ataupun petikan pucuk burung dengan satu daun muda (p+1m, p+2m,

b+1m). Petikan medium yaitu pucuk peko yang dipetik dengan 2-3 daun muda,

ataupun pucuk burung yang dipetik dengan 1-3 daun muda (p+2, p+3m, b+1,

b+2m, b+3m). Petikan kasar bila yang dipetik pucuk peko dengan tiga daun atau

lebih, ataupun pucuk burung dengan 1-3 daun tua (p+3, p+4, b+1t, b+2t, b+3t).

Petikan kepel apabila yang ditinggalkan pada perdu hanya kepel. Jenis petikan

yang dilakukan di Kebun Rumpun Sari Kemuning adalah petikan medium.

Sebagian besar perkebunan teh di Indonesia juga menggunakan petikan medium.

(44)

hitungan hari. Panjang pendeknya gilir petik dipengaruhi oleh kecepatan tumbuh

pucuk. Pertumbuhan pucuk dipengaruhi oleh umur pangkas, ketinggian tempat

serta iklim. Gilir petik yang digunakan di PT Rumpun Sari Kemuning adalah

± 10 hari. Gilir petik bisa meningkat apabila pucuk belum siap untuk dipanen.

Hanca petik merupakan wilayah dalam suatu blok yang akan dipetik dalam

satu hari. Ada dua sistem hanca, yaitu hanca tetap dan hanca giring. Hanca tetap

dimana pemetik bertanggung jawab terhadap wilayah petiknya masing-masing,

sedangkan hanca giring dimana para pemetik digiring dan diarahkan oleh mandor.

Pengaturan hanca petik ini berdasarkan kapasitas rata-rata pemetik, blok kebun

dan gilir petik. Semakin pendek gilir petik, semakin luas hanca petikan, begitu

pula sebaliknya. Penerapan hanca petik yang dilakukan di Kebun Rumpun Sari

Kemuning adalah sistem hanca giring.

Pelaksanaan pemetikan. Pemetikan di Kebun Rumpun Sari Kemuning dimulai sekitar pukul 06.00 WIB. Wilayah atau lokasi petik ditentukan oleh

mandor. Pemetikan dimulai dari tempat yang jauh dari jalan atau tempat

penimbangan. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pengangkutan pucuk ke

truk. Sistem yang digunakan di Kebun Rumpun Sari Kemuning yaitu sistem

nyisir. Pada sistem ini sekelompok pemetik yang dipimpin oleh mandor berjajar

seperti sisir bergerak ke depan searah barisan tanaman. Sistem ini dapat

mempermudah pengawasan oleh mandor dan juga meminimalisir pucuk yang

terlewat untuk dipetik.

Bobot pucuk yang mampu dipetik oleh pemanen dalam satu hari kerja

biasanya dikenal dengan kapasitas pemetik. Kapasitas pemetik di Kebun Rumpun

Sari Kemuning berkisar antara 40-60 kg per hari, sedangkan kapasitas petik

penulis 5 kg per hari. Kapasitas pemetik dipengaruhi oleh kondisi cuaca, kondisi

pucuk, keterampilan pemetik dan topografi tanah.

Hasil pucuk ditimbang untuk mengetahui perolehan masing-masing

pemetik. Penimbangan di Kebun Rumpun Sari Kemuning dilakukan dua kali,

pada jam 09.30 WIB dan 12.30 WIB. Penimbangan dilakukan oleh kerani

timbang dan dicatat oleh mandor petik serta disaksikan oleh para pemetik.

(45)

Gambar 8. Pelaksanaan Pemetikan di PT Rumpun Sari Kemuning

Analisis pucuk. Analisis pucuk merupakan pemisahan pucuk berdasarkan bagian muda, bagian tua, dan rusak. Pucuk dianggap rusak jika daun terlihat

sobek, terlipat, atau terperam. Analisis ini dinyatakan dalam persentase. Analisis

yang dilaksanakan di PT Rumpun Sari Kemuning dilakukan oleh satu orang

tenaga. Pucuk yang dianalisis merupakan hasil pucuk yang baru tiba di pabrik.

Pengambilan pucuk sebanyak 200 g dari setiap kemandoran. Pucuk dibedakan

menjadi pucuk halus, kasar. dan rusak. Pengujian pucuk halus dan pucuk kasar

dengan mematahkan batang pucuk, apabila batang berbunyi „klik‟ maka bagian

atas merupakan pucuk halus dan bagian bawah pucuk kasar. Hasil setiap kriteria

tersebut ditimbang dan dipersentasekan. Pucuk dikatakan memenuhi syarat jika

persentase pucuk halus mencapai 40% dan dikatakan tidak memenuhi syarat bila

persentase pucuk kasar dan rusak sebesar 60%. Analisis pucuk ini berfungsi untuk

menilai kondisi pucuk yang akan diolah, menentukan harga pucuk dan

memperkirakan persentase mutu teh jadi yang akan dihasilkan.

Pengolahan

Pengolahan teh merupakan metode atau perlakuan yang diterapkan pada

pucuk teh yang melibatkan beberapa tahapan hingga menjadi jenis teh yang

diharapkan. Produk teh kering yang dibuat oleh PT Rumpun Sari Kemuning

adalah teh hijau. Hasil produksi teh di PT Rumpun Sari Kemuning dapat dilihat

pada Lampiran 7. Proses pengolahan pucuk menjadi teh hijau dengan tahapan

sebagai berikut: pelayuan, penggilingan, pengeringan awal, pengeringan akhir,

sortasi, dan pengepakan. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengolahan teh

adalah alat dan lingkungan kerja harus bersih. Proses pembuatan teh hijau yaitu

(46)

Pelayuan. Pelayuan merupakan proses awal dalam produksi teh, oleh

karena itu pelayuan menjadi kunci utama keberhasilan proses selanjutnya. Proses

pelayuan pucuk teh yang dilakukan di PT Rumpun Sari Kemuning menggunakan

alat yang disebut Rotary Panner (RP). Pucuk basah dilayukan melalui Hong yang berputar secara terus-menerus. Kapasitas mesin pelayuan 350 kg per jam pucuk

basah per unit. Putaran alat 45 rpm dan suhu yang digunakan 90oC-100oC. Mesin

pelayuan yang dimiliki PT Rumpun Sari Kemuning ada dua unit. Gambar 9

menunjukkan proses pelayuan yang berlangsung di PT Rumpun Sari Kemuning.

Gambar 9. Proses Pelayuan

Pucuk dihamparkan sebelum masuk ke dalam mesin pelayuan. Hal ini

dilakukan untuk menjaga sirkulasi pucuk teh sebelum diolah. Pucuk masuk ke

conveyor melalui tempat pengisian (feed hopper) diratakan dengan leaf spreader

agar pucuk yang masuk mesin tidak menggumpal. Blower dipasang diatas

conveyor untuk meniupkan udara ke dalam silinder. Pelayuan pucuk sekitar 5-7 menit. Pucuk yang dihasilkan adalah pucuk layu dengan warna hijau dan

lentur atau lemas dengan kadar air ± 70%. Aroma teh yang ditimbulkan harum

dan tidak ada air yang keluar apabila diremas. Kerataan tingkat layu teh sangat

menentukan kualitas teh.

Penggilingan. Pucuk dari Rotary Panner masuk ke dalam Press Roll (PR). Press Roll (Gambar 10), atau yang biasa disebut jackson merupakan alat penggilingan yang berfungsi untuk membentuk daun teh menjadi

gulungan-gulungan kecil. Proses penggilingan ini akan menyebabkan daun mengeluarkan

semacam cairan yang berfungsi sebagai perekat daun yang menggulung. Sebelum

(47)

Alat tersebut memiliki kapasitas hingga 80 kg. Putaran jackson 25 rpm selama 10-15 menit. Kapasitas yang dimiliki mesin 400 kg per jam.

Gambar 10. Press Roll

Alat penggiling ini juga dilengkapi dengan alat pengepres. Pengepres

biasanya digunakan bila kondisi pucuk kurang baik misalnya banyak pucuk tua.

Fungsi dari jackson adalah untuk mememarkan, menggulung, mengecilkan, dan meratakan daun teh sehingga nantinya akan terbentuk senyawa atau aroma teh

dengan mutu baik. Setelah penggilingan, besar kemungkinan pucuk mengalami

fermentasi. Oleh karena itu, pucuk harus segera dimasukkan ke alat pengeringan

awal begitu proses penggilingan selesai dan tidak didiamkan. Hasil gilingan yang

baik adalah daun tidak menjadi bubuk dan tidak ada air yang menetes dari alat.

Bentuk gulungan dipengaruhi oleh kualitas bahan baku serta tingkat kelayuan

pucuk.

Pengeringan. Pengeringan bertujuan untuk menurunkan kadar air menjadi

3-5% sehingga meningkatkan daya simpan teh dan membantu menyempurnakan

bentuk gulungan teh. Pengeringan yang dilakukan di PT Rumpun Sari Kemuning

dilakukan melalui beberapa tahap. Tahapan-tahapan tersebut yaitu, pengeringan

awal dengan Endless Chain Presser (ECP), Repeat Dryer dan Ball Tea.

Endless Chain Presser (ECP) atau Belong atau pengeringan awal merupakan alat untuk mengurangi kadar air pucuk hingga 40-45%. Hasil dari

gilingan Press Roll dimasukkan ke dalam ECP dengan menaruh bahan di atas

(48)

Alat pengering ini terdiri dari empat tingkatan bak pengering yang berbeda kadar

panasnya, semakin ke bagian bawah, maka panasnya semakin menurun.

Pengeringan awal menggunakan suhu 110oC-135oC. Panas yang digunakan adalah

uap panas murni. Alat tersebut memiliki kapasitas 300-350 kg per jam. Mesin

ECP (Gambar 11) yang dimiliki PT Rumpun Sari Kemuning berjumlah dua unit.

Gambar 11. Endless Chain Presser (ECP)

Rotary Dryer seperti pada Gambar 12 merupakan alat pengeringan yang gunanya sebagai pemanas lanjutan dari bahan yang keluar dari ECP. Bahan yang

masuk ke Rotary Dryer sesuai dengan kapasitas alat yakni 100 kg per unit yang setara dengan satu troli. Alat ini menurunkan kadar air teh hingga 30%.

Pengeringan dengan Rotary Dryer selama 30-40 menit. Suhu yang digunakan berkisar 85oC-70oC dengan putaran 25-30 rpm.

Gambar 12. Rotary Dryer

Ball tea merupakan alat pengeringan akhir dari bahan atau pucuk teh sehingga didapatkan pucuk teh kering dengan kadar air ± 3%. Bahan yang

Gambar

Gambar 1.
Gambar 2. Serangan Tungau Jingga
Gambar 4. Serangan Ulat Penggulung Pucuk
Gambar 6. Serangan Cacar Teh
+7

Referensi

Dokumen terkait

Lights menthol versi lukisan Monalisa di media cetak, dengan teori yang digunakan antara lain : teori iklan dengan pendekatan semiotik Charles S.. Metode yang digunakan

Pengukuran tenaga kerja terampil menggunakan pendekatan penyesuaian westinghouse dengan mengadopsi faktor keterampilan, sedangkan untuk mengetahui keberlangsungan

Bedasarkan hasil analisis data asosiasi antara variabel persepsi kualitas dan loyalitas merek pada penelitian ini dapat diketahui bahwa sebagaian besar dari responden

Secara umum tujuan penelitian adalah: untuk mengetahui berapa besarnya biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi dalam pengadaan bibit di persemaian serta

Daya putus daging terendah didapat pada level penambahan ampas VCO 2,0% dalam pakan yaitu 3,38 kg/cm 2 , hal ini disebabkan karena daging pada perlakuan ampas VCO 2,0% memiliki

Secara umum dapat dijelaskan bahwa dana per- imbangan sangat berperan penting dalam merangsang pertumbuhan ekonomi, sehingga menjadi bagian dari perhatian khusus bagi

Kerangka berfikir dari keterangan diatas ialah dimana kepuaan kerja merupakan evaluasi seseorang melalui suka atau tidak suka terhadap apa yang dihasilkan dari suatu

Fenomena instagram tidak hanya muncul sebagai media pariwisata di Indonesia, namun fenomena instagram digunakan berbagai kalangan sebagai wujud bahwa mereka punya sesuatu yang