SKRIPSI
Disusun Oleh :
AGUSTINA FATMAWATI
0942010051
YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
Disusun Oleh :
AGUSTINA FATMAWATI NPM. 0942010051
Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi
Menyetujui,
Pembimbing Utama
Dr. J ojok Dwi, S. Sos. M.Si NIP. 370119500421
Mengetahui
Dekan
Disusun Oleh :
AGUSTINA FATMAWATI NPM. 0942010051
Telah dipertahankan dihadapan dan diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi Pr ogram Studi Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ J awa Timur Pada tanggal 10 Desember 2012
Tim Penguji
Pembimbing 1. Ketua
Dr. J ojok Dwi, S. Sos. M.Si Dra. Lia Nirawati, M.Si
NIP. 370119500421 NIP. 196009241993032001
2. Sekretaris
Dr. J ojok Dwi, S. Sos. M.Si NIP. 370119500421
3.Anggota
Drs. Eddy Pur nomo, SE, MM NIP.195408251984031001
SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, serta memberikan kelancaran
dan kemudahan bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “
Analisis Pengukuran Pr oduktivitas Berbasis Model Objective Matrix ( OMAX )
pada Produksi Plastik CV. Iskasari J aya War u – Sidoar jo. “
Tidak lupa, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak Dr. Jojok
D, S.Sos,M.Si selaku dosen pembimbing yang telah membantu, mengarahkan, dan
memberikan saran kepada penulis dalam hal penyusunan skripsi.
Skripsi ini disusun guna melengkapi salah satu persyaratan memperoleh Gelar
Sarjana Administrasi Bisnis Jurusan Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial Dan
Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah membantu penulis yaitu
kepada :
1. Ibu Dra. Hj.Suparwati, MSi selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jatim
2. Ibu Dra. Lia Nirawati, MSi selaku ketua program studi Ilmu Administrasi
Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jatim
3. Ibu Dra.Siti Ning Farida, MSi selaku sekretaris program studi Ilmu
Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
membantu memberikan informasi demi kelancaran skripsi ini
6. Bapak Tugimin selaku Administrasi CV. Iskasari Jaya Waru – Sidoarjo yang
yang telah membantu memberikan informasi demi kelancaran skripsi ini
7. Semua pihak CV. Iskasari Jaya Waru - Sidoarjo yang telah membantu penulis
dalam mengumpulkan data yang berkaitan dengan produktivitas perusahaan
8. Kedua Orang Tua yang telah memberikan dukungan kepada penulis hingga
dapat menyelesaikan skripsi ini
9. Teman-teman program studi Ilmu Administrasi Bisnis yang telah membantu
memberikan dukungan dan motivasi hingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini
Menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
maka dengan rendah hati penulis menerima kritik dan saran guna menuju
perbaikan. Akhir kata dengan segala kekurangan ataupun kesalahan yang penulis
lakukan baik sengaja maupun tidak, penulis mohon maaf dan penulis berharap agar
skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Surabaya,Desember2012
HALAMAN PERSETUJ UAN DAN
PENGESAHAN UJ IAN SKRIPSI ... ii
HALAMAN PERSETUJ UAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
ABSTRAK ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
BAB II KAJ IAN PUSTAKA ... 7
2.1 Pengertian Manajemen Produksi ... 7
2.1.1 Fungsi Manajemen Produksi ... 8
2.1.2 Tujuan Manajemen Produksi ... 9
2.1.3 Ruang Lingkup Manajemen Produksi ... 10
2.2 Pengertian Produksi ... 12
2.2.1 Fungsi Produksi ... 12
2.2.2 Jenis – Jenis Proses Produksi ... 13
2.2.3 Pengawasan Produksi ... 13
2.2.3.1 Fungsi Pengawasan Produksi ... 15
2.2.3.2 Jenis – Jenis Pengawasan Produksi ... 16
2.2.4 Pengertian Persediaan Bahan Baku ... 17
2.3.2 Ruang Lingkup Produktivitas ... 21
2.3.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas ... 22
2.3.4 Siklus Produktivitas ... 24
2.3.5 Peningkatan Produktivitas ... 25
2.3.6 Pengukuran Produktivitas ... 26
2.3.6.1 Pengertian Pengukuran Produktivitas ... 26
2.3.6.2 Manfaat Pengukuran Produktivitas ... 27
2.3.6.3 Model – Model Pengukuran Produktivitas ... 28
2.3.7 Model Produktivitas Objective Matrix ( OMAX ) ... 32
2.3.7.1 Bentuk dan Susunan Metode OMAX ... 35
2.3.7.2 Langkah – Langkah Pembuatan Matrix OMAX ... 38
2.4 Masukan ( Input ) Sistem Produksi ... 44
2.5 Keluaran ( Output ) Sistem Produksi ... 46
2.6 Kerangka Berpikir ... 47
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 50
3.1 Definisi Operasional ... 50
3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 50
3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 51
3.4 Analisis Data ... 54
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 62
4.1 Gambaran Objek Penelitian dan Penyajian Data ... 62
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan ... 62
4.1.2 Lokasi Perusahaan ... 63
4.1.3 Struktur Organisasi Perusahaan ... 64
4.2 Analisis Data dan Pembahasan ... 67
4.2.1 Analisis Data ... 67
4.2.1.5 Evaluasi Tingkat Produktivitas ... 76
4.2.2 Pembahasan ... 78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 82
5.1 Kesimpulan ... 82
5.2 Saran ... 83
DAFTAR PUSTAKA
Data Produk yang diperbaiki / cacat
CV. Iskasari Jaya Waru – Sidoarjo
Periode Januari – Maret 2011 ...68
2. Data Jumlah Tenaga Kerja Data Waktu Kerja / Jam Kerja yang Tersedia, Data Waktu Kerja / Jam Kerja Lembur, Data Jumlah Absensi Tenaga Kerja CV. Iskasari Jaya Waru – Sidoarjo Periode Januari – Maret 2011 ...69
3. Data Pemakaian Kwh Listrik, Data Jumlah Jam Kerusakan Mesin, Data Jumlah Jam Mesin Normal CV. Iskasari Jaya Waru – Sidoarjo Periode Januari – Maret 2011 ...70
4. Hasil Perhitungan Rasio Masing-masing Kriteria...71
5. Nilai Tahap Awal (produktivitas standar), Target dan Bobot ...73
6. Matrix OMAXPeriode Januari 2011 ...74
7. Matrix OMAX Periode Februari 2011 ...74
1. Siklus Produktivitas ... 24
BERBASIS MODEL OBJECTIVE MATRIX ( OMAX ) PADA PRODUKSI PLASTIK CV. ISKASARI J AYA WARU – SIDOARJ O.
Penelitian ini dilatar belakangi oleh pentingnya pengukuran produktivitas pada CV. Iskasari Jaya Waru – Sidoarjo, yang selama ini belum pernah melakukan pengukuran produktivitas pada perusahaan yang telah berdiri sejak tahun 1986 ini. Tujuan adanya pengukuran produktivitas pada CV. Iskasari Jaya Waru – Sidoarjo dan menciptakan usulan – usulan perbaikan secara berkelanjutan yang berfungsi untuk peningkatan produktivitas perusahaan.
Analisis ini menggunakan metode pengukuran produktivitas yaitu metode
Objective Matrix (Omax), dan sebagai alat ukur dapat dibantu menggunakan program
sederhana pada perangkat komputer seperti microsoft excel. Langkah-langkah dalam penelitian ini mengacu pada langkah-langkah omax,yaitu menentukan kriteria-kriteria kritis dalam peningkatan produktivitas di lini produksi,menentukan indikator produktivitas dalam bentuk rasio untuk masing-masing kriteriaproduktivitas, pengumpulan data lini produksi, perhitungan nilai rasio produktivitasaktual/tercapai, perhitungan nilai produktivitas standar perusahaan, penentuan target,penentuan bobot tiap rasio, penentuan skor aktual, penentuan nilai produktivitas tiap periode,penentuan nilai produktivitas keseluruhan (overall productivity), evaluasi produktivitas dan yangterakhir perencanan produktivitas untuk masa yang akan datang.
Hasil penelitian menghasilkan matriks OMAX yang dapat digunakan untuk memantau tingkat produktivitas perusahaan yang terdiri dari 8 rasio pada CV Iskasari Jaya Waru – Sidoarjo. Pada hasil evaluasi produktivitas, menunjukkan bahwa CV Iskasari Jaya Waru – Sidoarjo untuk hasil produksi plastik dapat dikatakan cukup produktif karena mampu menempuh indeks produktivitas sebesar 44,002%.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Perkembangan sumber daya manusia saat ini, menimbulkan adanya
teknologi-teknologi canggih yang semakin terarah. Adanya peningkatan
teknologi-teknologi yang ada saat ini disebabkan adanya peningkatan
kebutuhan dan keinginan manusia terhadap suatu barang baik dalam jumlah,
mutu, dan variasi macamnya. Perkembangan yang ada menimbulkan
tantangan untuk memenuhinya dan meningkatkan kemampuan menyediakan
dan menghasilkan suatu barang.
Dalam perusahaan yang menghasilkan barang atau produk, adanya
peningkatan kemampuan penyediaan atau intensitas produksi sangatlah
diperlukan guna memenuhi kebutuhan pasar untuk produk tersebut. Selain itu,
penerapan sistem produksi sangatlah penting, karena proses produksi yang
dilakukan akan membentuk produk tersebut nantinya.
Agar sukses dalam menjalankan proses produksi maka setiap perusahaan
harus dapat menetapkan strategi manajemen produksi dan operasi yang mana
di dalamnya merupakan kegiatan mengatur dan mengkoordinasikan alat dan
sumber-sumber daya yang berupa sumber daya manusia, sumber daya alat
dan sumber daya biaya, serta bahan secara efisien dan efektif untuk
Kegiatan ini dilaksanakan melalui sistem produksi dengan menggabungkan
faktor-faktor produksi yang ada sehingga menjadi barang yang berkualitas.
Produktivitas adalah faktor penting dalam mempengaruhi proses kemajuan
atau kemunduran suatu perusahaan, yang artinya hubungan antara input dan
output suatu sistem produksi. Dapat pula diartikan produktivitas sebagai
motor penggerak kemajuan ekonomi dan kesejahteraan perusahaan.
Menganalisis produktivitas perusahaan sangat penting guna mengetahui
seberapa besar tingkat rasio input dan output perusahaan, untuk menganalisis
serta mengetahui hal tersebut, maka penulis melakukan analisis dan
pengukuran produktivitas perusahaan yang bergerak di bidang produksi yang
bertujuan untuk mengetahui tolak ukur produktivitas yang telah dicapai dan
merupakan dasar untuk perencanaan bagi peningkatan produktivitas di masa
yang akan datang. Kegiatan pengukuran produktivitas perusahaan dapat
dilakukan dengan berbagai macam cara, tergantung dari aspek yang akan
dianalisis. Produktivitas merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dengan
perusahaan, karena perusahaan akan selalu menginginkan produktivitasnya
tetap tinggi, guna memperoleh profitabilitas perusahaan yang akan mampu
menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Oleh karena itu, pengukuran
tingkat produktivitas sangat diperlukan untuk menilai kinerja perusahaan dan
juga untuk memperbaiki produktivitas perusahaan itu sendiri di masa yang
akan datang.
Meningkatkan produktivitas suatu perusahaan juga dipengaruhi oleh
ditunjang oleh faktor – faktor penting lainnya, seperti sumber daya manusia,
mesin, dan proses produksinya. Faktor – faktor tersebut akan sangat
mempengaruhi keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk yang
berkualitas dan sesuai dengan pesanan atau order konsumen.
Tujuan utama dari suatu perusahaan adalah mendapatkan keuntungan atau
laba yang maksimal, begitu pula dengan yang diharapkan oleh CV. Iskasari
Jaya di Waru – Sidoarjo yang bergerak di bidang produksi plastik. Oleh sebab
itu, faktor-faktor penting yang harus diperhatikan bukan hanya faktor
pentingnya proses produksi dalam suatu perusahaan dalam membentuk brand
image pada suatu produk, namun juga harus memperhatikan produktivitas
pada perusahaan tersebut.
CV. Iskasari Jaya adalah perusahaan yang bergerak di bidang produksi
pembuatan plastik atau yang biasa disebut multiplek. Perusahaan ini tidak
memproduksi bahan mentah hingga menjadi barang jadi dan siap pakai,
namun perusahaan ini hanya memproduksi bahan mentah hingga menjadi
barang setengah jadi, yang akan dimanfaatkan lagi oleh perusahaan lain untuk
menunjang fungsional barang tersebut. CV. Iskasari Jaya hanya memproduksi
plastic sesuai dengan pesanan atau order, oleh karena itu adanya hubungan
kerjasama yang baik dengan banyak perusahaan akan mampu meningkatkan
produktivitas perusahaan tersebut. Semakin banyak perusahaan yang
bekerjasama dan mempercayakan hasil produksi dari CV. Iskasari Jaya, maka
Adanya pelatihan kepada para karyawan CV. Iskasari Jaya, pemeliharaan
mesin – mesin yang digunakan akan memberikan hasil produksi yang
maksimal dan dapat meminimalisir adanya cacat atau kerusakan barang yang
nantinya akan mengurangi profitabilitas yang dimiliki perusahaan. Adanya
ketentuan – ketentuan proses produksi yang telah ditetapkan perusahaan juga
harus ditepati oleh para karyawan agar proses produksi berjalan sesuai
dengan SOP ( Standart Operasional Perusahaan ).
Persaingan dalam dunia perindustrian dapat dijadikan suatu acuan agar
CV. Iskasari Jaya terus meningkatkan pelayanan yang terbaik dari waktu ke
waktu agar pelanggan yang telah bekerjasama akan terus merasa puas dengan
hasil produksi plastic dari CV. Iskasari Jaya sehingga meminimalisir pesaing
untuk menggeser eksistensi perusahaan. Dengan pelayanan yang baik, hasil
produksi yang sesuai standart, dan ketepatan waktu produksi akan
menjadikan CV. Iskasari Jaya sebagai perusahaan industry plastic yang
menjadi leader.
Meski demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa CV. Iskasari Jaya dalam
masalah sulit dalam kurun waktu januari sampai maret 2011 tersebut. Dalam
hal ini peneliti dapat mengetahui daya juang perusahaan dalam memhasilkan
produknya apakah masih dapat dikatakan memiliki daya produktivitas yang
baik.
Ada banyak cara dalam menganalisa produktivitas suatu perusahaan.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode Objective Matrix
produktivitas untuk memantau produktivitas di suatu perusahaan dengan
kriteria produktivitas yang sesuai. Metode ini dipilih karena memiliki
beberapa kelebihan, anatara lain sasaran produktivitas yang jelas dan mudah
dimengerti yang akan memberi motivasi bagi pekerja untuk mencapainya,
dapat mengidentifikasikan faktor-faktor yang amat berpengaruh dan yang
kurang berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas, bentuk model yang
fleksibel dan data-data yang diperlukan dalam model ini mudah diperoleh di
lingkungan perusahaan.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis menetapkan judul
“Analisis Pengukuran Pr oduktivitas Berbasis Model Objective Matrix
(OMAX ) Pada Produksi Plastik CV. Iskasari J aya War u – Sidoar jo “
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya dan dengan
memperhatikan kondisi perusahaan yang ada maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Seberapa besar tingkat produktivitas perusahaan CV. Iskasari Jaya
Waru – Sidoarjo ?
2. Apa sajakah upaya yang harus ditempuh untuk meningkatkan
1.3Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Menganalisis dan mengukur tingkat produktivitas perusahaan khususnya
pada bagian produksi plastik.
2. Memberikan usulan dalam upaya untuk meningkatkan produktivitas
perusahaan berdasarkan hasil evaluasi yang diperoleh.
1.4Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut
:
1. Manfaat teoritis
Mahasiswa mendapatkan pengetahuan atau pengembangan ilmu
khususnya mengenai manajemen produktivitas setelah menganalisis
produktivitas perusahaan.
2. Manfaat praktis
Menjadikan hasil penelitian ini sebagai referensi dan tambahan wawasan
bagi pihak yang akan melakukan penelitian di masa yang akan datang dan
menjadikan hasil penelitian ini sebagai masukan dan saran untuk
manajemen perusahaan yang akan melakukan keputusan dalam
BAB II
KAJ IAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Manajemen Produksi
Manajemen sering disebut dengan pengelolaan atau tata laksana. Menurut
Agus Ahyari ( 1996 : 35 ) manajemen merupakan proses dari perencanaan,
pengorganisasian, penggerakkan, pengkoordiniran serta pengendalian. Maka
unsur – unsur yang terkendali di dalam manajemen adalah :
1. Perencanaan sebagai serangkaian keputusan yang diambil sekarang
untuk dikerjakan pada waktu yang akan datang.
2. Pengorganisasian sering diartikan sebagai kerjasama antara 2 orang
atau lebih dengan atau tanpa peralatan untuk mencapai tujuan
tertentu.
3. Pergerakan yang baik akan mengikuti aspirasi dari bagiannya
masing – masing.
4. Pengkoordinasian dapat berjalan dengan baik bila ada kerjasama
antar bagian atau antar masing – masing pihak.
5. Pengendalian diartikan sebagai pengawasan yang sekaligus dapat
mengambil beberapa tindakan perbaikan.
Menurut Sofyan Assauri ( 2004 : 12 ) manajemen produksi adalah
kegiatan untuk mengatur dan mengkoordinasikan penggunaan sumber –
sumber daya alat dan sumber – sumber daya dana serta bahan secara
barang atau jasa. Dengan pengertian tersebut, maka istilah manajemen
mencakup semua kegiatan atau aktivitas yang menghasilkan barang atau
jasa, serta kegiatan – kegiatan yang mendukung atau menunjang usaha
untuk menghasilkan barang atau jasa tersebut.
Menurut Handoko ( 2000 : 3 ) manajemen produksi merupakan usaha –
usaha pengelolaan secara optimal penggunaan faktor – faktor produksi
dalam proses transformasi bahan mentah dan tenaga kerja menjadi
berbagai produk dan jasa.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
manajemen produksi merupakan pengelolaan secara optimal kegiatan
operasi yang menyangkut input dan output yang berhubungan dengan
bagaimana menghasilkan suatu produk, mengelola mulai dari pemilihan
bahan baku, pemrosesan bahan baku, hingga menghadirkan produk
tersebut di kalangan masyarakat.
2.1.1 Fungsi Manajemen Produksi
Menurut Ahyari ( 2001 : 27 ) ada empat fungsi dasar manajemen produksi,
yaitu :
1. Perencanaan ( planning ) adalah memikirkan apa yang akan
dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan
untuk menentukan tujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara
terbaik untuk memenuhi tujuan tersebut.
2. Pengorganisasian ( organizing ) adalah dengan tujuan membagi
Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas
apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakan,
bagaimana tugas – tugas tersebut dikerjakan dan siapa yang
bertanggung jawab atas tugas tersebut.
3. Pengarahan ( directing )adalah suatu tindakan untuk mengusahakan
agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran
sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha – usaha
organisasi.
4. Pengevaluasian ( evaluating ) proses pengawasan dan pengendalian
performa untuk memastikan bahwa jalannya perusahaan sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan. Seorang manajer dalam hal
ini dituntut untuk dapat memecahkan masalah yang terdapat dalam
kegiatan operasional agar tidak semakin besar.
2.1.2 Tujuan Manajemen Produksi
Menurut Assauri ( 2004 : 23 ) tujuan manajemen produksi adalah
kegiatan atau usaha yang dilakukan dengan menggunakan peralatan,
sehingga masukan atau input dapat diolah menjadi pengeluaran yang
berupa barang atau jasa yang akhirnya dapat dijual kepada para konsumen
untuk memungkinkan perusahaan dapat memperoleh keuntungan.
Sedangkan menurut Sukanto ( 2000 : 2 ) tujuan manajemen produksi
adalah memproduksi atau mengatur produksi barang dan jasa dalam
jumlah kualitas harga, waktu serta tempat tertentu sesuai dengan
Dari pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan
manajemen produksi adalah usaha yang dilakukan dalam mengatur barang
dan jasa dalam jumlah kualitas, harga, waktu, serta dampak yang sesuai
dengan kebutuhan konsumen.
2.1.3 Ruang Lingkup Manajemen Produksi
Manajemen produksi mencakup kegiatan – kegiatan yang cukup luas dan
mencakup berbagai macam keputusan, baik keputusan jangka panjang
maupun keputusan jangka pendek mengenai rancangan sistem produksi
dan rancangan operasi serta sistem pengawasan.
Menurut Assauri ( 1999 : 17 ) ruang lingkup manajemen produksi adalah
mencakup kegiatan mengenai rancangan sistem produksi, yang meliputi :
1) Seleksi dan rancangan
Dalam hal ini perlu diperhatikan usaha – usaha untuk
menghasilkan produk secara efektif dan efisien serta kualitas yang
baik.
2) Seleksi peralatan dan proses
Untuk melaksanakan kegiatan produksi biasanya terdapat beberapa
pilihan dari peralatan yang akan dipakai mulai dari penentuan
tempat operasi, perencanaan gedung yang sesuai dengan penentuan
3) Rancangan produksi
Dalam hal ini biaya produksi erat hubungannya dengan rancangan
dari bagian – bagian yang ada ( hasil produksi, rencana kerja ) dan
sebagainya.
4) Rancangan tugas pekerjaan
Merupakan bagian integral daripada rancangan sistem termasuk
organisasi dasar kerja yang merupakan kegiatan yang dapat
membantu dalam rangka mencapai tujuan.
5) Lokasi sistem
Lokasi sangat memegang peranan penting, tentang pembagian
pokok yang menyangkut jarak dari pasar untuk tempat memperoleh
bahan baku.
6) Penyusunan
Perencanaan mengenai kapasitas produksi dan sistem kerja perlu
dibuat operasi dari perusahaan harus diatur sedemikian rupa
sehingga yang menguntungkan antara lain dengan mengurangi
biaya material handling yang dapat memenuhi syarat yang
dibutuhkan.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulakan kegiatan manajemen
produksi itu dibutuhkan untuk mengatur dan mengkoordinasi faktor –
faktor produksi yang ada guna mencapai tujuan perusahaan. Oleh sebab
itu, perlu dilakukan kegiatan yang dikenal dengan proses produksi agar
rencana yaitu segala proses kegiatan tersebut harus direncanakan,
dikoordinasikan dan diawasi.
2.2 Pengertian Produksi
Produksi adalah semua kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan dan
menambah kegunaan suatu barang atau jasa, dengan memanfaatkan
faktor-faktor produksi yang tersedia.
Menurut Sofyan Assauri (1999 : 11) pengertian produksi dapat
diartikan secara luas sebagai kegiatan yang mentransfer masukan –
masukan ( input ) menjadi keluaran ( output ) termasuk semua aktivitas
atau kegiatan yang mendukung dan menunjang usaha untuk
menghasilkan suatu produk.
2.2.1Fungsi Pr oduksi
Ada empat fungsi terpenting dalam fungsi produksi, yaitu :
1. Proses pengolahan, yaitu metode atau teknik yang digunakan untuk
pengolahan masukan ( input )
2. Jasa – jasa penunjang, yaitu sarana yang berupa pengorganisasian
yang perlu untuk penetapan teknik dan metode yang akan
dijalankan sehingga proses pengolahan dapat dilaksanakan secara
efektif dan efisien.
3. Perencanaan yaitu penetapan keterkaitan dan pengorganisasian dari
kegiatan produksi dan operasi yang akan dilakukan dalam suatu
4. Pengendalian atau pengawasan merupakan fungsi untuk menjamin
terlaksananya kegiatan sesuai dengan yang direncanakan sehingga
maksud dan tujuan untuk penggunaan dan pengolahan masukan
( input ) pada kenyataannya dapat dilaksanakan dengan baik.
2.2.2 J enis – J enis Proses Pr oduksi
Menurut Sofyan Assauri ( 1999 : 65 ), jenis – jenis proses produksi dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Proses produksi terus menerus ( Continuos Process ) atau urutan
yang selalu sama dalam pelaksanaan proses produksi, pada
umumnya produk yang dihasilkan bersifat homogen ( satu macam
) dan tidak tergantung pada spesifikasi yang diminta oleh pembeli.
2. Proses produksi terputus – putus ( Intermintent process ) yaitu
proses produksi yang arus prosesnya ada dalam perusahaan tidak
selalu sama, pada umumnya produk yang dihasilkan bersifat
heterogen ( lebih dari satu macam ) dan tergantung pada
spesifikasi yang diminta pembeli.
2.2.3 Pengawasan Pr oduksi
Semua kegiatan dalam suatu perusahaan harus diarahkan untuk
menjamin adanya kesinambungan dan koordinasi kegiatan / aktivitas dan
untuk menyelesaikan produk sesuai dengan bentuk, kuantitas, dan waktu
yang diinginkan serta dalam batas – batas biaya yang direncanakan.
Sofyan Assauri ( 1999 : 148 ) menyatakan tentang arti dari pengawasan
pengelolaan agar waktu penyelesaian yang telah ditentukan terlebih dahulu
dapat dicapai dengan efektif dan efisien.
Adapun pengawasan yang perlu dilaksanakan didalam pengendalian
produksi sebagai berikut :
1) Pengawasan Proses Produksi : Yaitu menentukan kapan waktu
terselesaikannya proses produksi yang benar dan dapat
dipertanggungjawabkan.
2) Pengawasan Bahan Baku: Merupakan faktor yang sangat
penting keterlambatan penyediaan bahan baku mengakibatkan
proses produksi perusahaan mengalami kemacetan.
3) Pengawasan Tenaga Kerja : Dipergunakan sebagai mengawasi
tenaga kerja didalam melaksanakan pekerjaan di bagian
produksi agar dapat berkonsentrasi pada produk yang telah
diproduksi menjadi barang jadi.
4) Pengawasan Biaya Produksi : Tanpa adanya pengendalian
dalam biaya produksi maka akan menjadi pemborosan yang
menyebabkan ( cost product ) menjadi tinggi sehingga pada
akhirnya akan mempengaruhi harga penjualan dan
menempatkan perusahaan didalam posisi persaingan.
5) Pengawasan Kualitas Produk : Sebelum proses berlangsung
produk diteliti terlebih dahulu agar produk yang dihasilkan
6) Pemeliharaan : Peralatan yang setiap hari dipakai untuk proses
produksi harus membutuhkan pemeliharaan yang baik ( lebih
insentif ) agar tidak mengalami kemacetan dalam proses
produksi. Perawatan pada cetakan (matras), pembersihan
cetakan, melihat fasilitas dalam proses produksi yang perlu
adanya perbaikan.
2.2.3.1Fungsi Pengawasan Pr oduksi
Menurut Sofyan Assauri ( 2001 : 149 ) untuk dapat menjalankan
pengawasan dengan sempurna dan efektif, maka pengawasan produksi
yang dilakukan hendaknya mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Routing, adalah fungsi yang menentukan dan mengatur urutan
kegiatan pekerjaan yang logis, sistematis, dan ekonomis melalui
urutan nama bahan – bahan yang dipersiapkan untuk diproses
menjadi barang jadi.
2. Loading, adalah penentuan dan pengaturan muatan pekerjaan
(work load ) pada masing – masing pusat pekerjaan ( work centre
) sehingga dapat ditentukan berapa lama waktu yang diperlukan
pada setiap operasi tanpa adanya penundaan atau keterlambatan.
3. Scheduling, merupakan pengkoordinasian tentang waktu dalam
kegatan berproduksi sehingga dapat diadakan pengalokasian
bahan – bahan baku dan bahan – bahan pembantu serta
kelengkapan kepada fasilitas – fasilitas atau bagian – bagian
4. Dispatching, meliputi pelaksanaan dari semua rencana dan
pengaturan dalam bidang routing dan scheduling. Sebagian besar
kegiatan dalam dispatching ini terdiri dari penyampaian perintah
kepada bagian pengolahan yang dilakukan sesuai dengan schedule
dan urutan pekerjaan yang telah ditentukan.
5. Follow Up, adalah fungsi penelitian dan pengecekan terhadap
semua aspek yang mempengaruhi kelancaran kegiatan produksi.
Follow Up ini mencakup usaha – usaha untuk mendapatkan bahan
baku yang tidak tersedia tetapi dibutuhkan, mencari supplier yang
yang paling baik untuk mendapatkan bahan – bahan baku tersebut,
juga meneliti mesin – mesin dan peralatan yang diperlukannserta
mengenai penjualan apakah hasilnya baik atau buruk. Semua itu
dilakukan dengan tujuan agar hal – hal tersebut tidak mengganggu
kelancaran di dalam produksi.
2.2.3.2J enis – J enis Pengawasan Produksi
Menurut T. Hani Handoko ( 2000 : 252 ), jenis – jenis pengawasan
produksi adalah sebagai berikut :
1) Order Control, sebagian besar perusahaan menggunakan berbagai
sistem Order Control untuk operasi – operasi berdasarkan pesanan
mereka.
2) Flow Control, produk – produk yang dibuat dalam jumlah besar
biasanya dikendalikam dengan menggunakan Flow Control. Jenis
atau terus – menerus, dimana pengerjaan produk mengalir
sepanjang lini produksi.
3) Load Control, bersangkutan dengan penuyusunan schedule –
schedule untuk satu / lebih mesin – mesin penting. Load Control
terutama mengatur pembebanan mesin – mesin kunci tersebut, dan
mengidentifikasikan kebutuhan setiap order agar kuantitas atau
tingkat produksi dapat dikendalikan.
4) Block Control, jenis pengawasan ini biasanya digunakan dalam
industry pakaian jadi. Pengawasan ini mengelompokkan order –
order menurut model, ukuran, style tertentu dan kemudian
menggabungkannya.
2.2.4 Pengertian Persediaan Bahan Baku
Bahan baku dalam suatu perusahaan merupakan unsure yang sangat
penting dalam perusahaan yang bersangkutan. Ketiadaan bahan baku akan
menyebabkan terhentinya proses produksi. Maka, persediaan bahan baku
sangatlah mutlak ada di dalam suatu perusahaan untuk keperluan produksi.
Menurut Agus Ahyari ( 1996 : 149 ) perlunya persediaan bahan baku
di dalam perusahaan digunakan untuk tidak memperlambat pelaksanaan
proses produksi. Bahan baku didatangkan dari pabrik. Di dalam
pembelian suatu bahan baku tidak dapat dibeli atau didatangkan
secara satu per satu dalam jumlah unit yang diperlukan pada saat
bahan tersebut akan dipergunakan untuk proses produksi dalam
2.2.5 Pengertian Pengawasan Persediaan Bahan Baku
Pengawasan dilakukan terhadap suatu kegiatan yang berhubungan
dengan kegiatan operasi yang bersifat peninjauan kembali dan pelaksanaan
tugas. Peninjauan ini bukan hanya meliputi suatu peninjauan yang
nantinya mengungkapkan sesuai atau tidaknya kegiatan dengan rencana
yang disusun, tetapi juga mengusahakan penyesuaian yang perlu
dilakukan.
Jumlah persediaan yang terlalu banyak akan membutuhkan dana yang
besar. Jika dana yang besar hanya teresap dalam bahan baku saja,
kesempatan perusahaan untuk menanamkan dananya dalam bidang yang
lain akan menjadi kecil.
Pengawasan persediaan bahan baku menurut Sofyan Assauri ( 1999 :
176 ), adalah suatu kegiatan untuk menentukan tingkat dan komposisi dari
perusahaan parts, bahan baku dan barang hasil / produk, sehingga
perusahaan melindungi kelancaran produksi dan penjualan serta kebutuhan
– kebutuhan pembelajaran perusahaan dengan efektif dan efisien.
2.2.5.1Fungsi Pengawasan Per sediaan Bahan Baku
Menurut Agus Ahyari ( 1996 : 63 ) persediaan memiliki fungsi yang
sangat penting dalam kegiatan perusahaan, yaitu :
1. Menghilangkan resiko keterlambatan pengiriman bahan baku
yang dibutuhkan oleh perusahaan. Seandainya terjadi
persediaan yang ada sambil menunggu bahan baku yang
dikirim dari pemasok.
2. Menghilangkan resiko jika material yang dipesan tidak baik
sehingga harus dikembalikan.
3. Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan disimpan
dalam gudang, sebab akan menghindari naiknya harga bahan
baku yang mengikuti arus kenaikan valuta asing.
4. Mempertahankan stabilitas produk dan menjamin kelancaran
arus produksi. Dan mencapai produk yang seoptimal mungkin
sesuai keinginan perusahaan yang dapat diterima konsumen
2.2.5.2Tujuan Pengawasan Per sediaan Bahan Baku
Menurut Sofyan Assauri ( 1999 : 177 ), tujuan pengawasan persediaan
bahan baku adalah :
1) Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga
dapat mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi
2) Menjaga agar pembelian persediaan oleh perusahaan tidak terlalu
besar atau berlebih – lebihan, sehingga biaya – biaya yang timbul
dari perusahaan tidak terlalu besar.
3) Menjaga agar pembelian secara kecil – kecilan dapat dihindari
karena ini akan berakibat biaya pemesanan menjadi besar.
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pengawasan
persediaan bahan baku untuk memperoleh kualitas dan jumlah yang tepat
biaya – biaya yang minimum untuk keuntungan atau kepentingan
perusahaan. Dengan kata lain pengawasan persediaan untuk menjamin
terdapatnya pengadaan pada tingkat yang optimal agar produk dapat
berjalan dengan lancer dan biaya pengadaan dapat diminimalisir.
2.2.5.3Pemakaian Per sediaan Bahan Baku
Pengendalian terhadap persediaan bahan baku akan mampu menjamin
peningkatan efisiensi penggunaan material. Ketidakefisienan dalam
pemakaian persediaan bahan baku akan sangat berpengaruh atas tingginya
harga pokok barang yang dihasilkan. Apabila realisasi penggunaan bahan
baku banyak yang menyimpang atau tidak efisien, hal tersebut dapat
menyebabkan terjadinya fluktuasi harga pembelian bahan.
Dalam mengatasi fluktuasi harga pembelian harga bahan, menurut
Indriyo Gitosudarmo ( 1999 :250 ), ada beberapa cara untuk menilai bahan
baku, yaitu :
a. Metode First In First Out ( FIFO ), bahwa unit – unit di awal
barang dalam proses telah diselesaikan terlebih dahulu, sebelum
unit baru mulai dikerjakan.
b. Metode Last In Last Out ( LIFO ), bahwa unit – unit di akhir
barang dalam proses terlebih dahulu, sebelum unit awal dikerjakan.
c. Metode Rata – Rata, bahwa barang yang dikeluarkan dibebani
dengan harga pokok rata – rata. Demikian juga dengan barang yang
d. Metode Rata – Rata Bergerak, bahwa harga pokok rata – rata
dihitung setiap kali terjadi pembelian.
e. Metode Standart Harga
2.3 Manajemen Produktivitas
2.3.1 Pengertian Produktivitas
Produktivitas menurut Kisdarto Atmosoeprapto ( 2000 : 1 ) adalah
perbandingan antara keluaran ( output ) yang dicapai dengan masukan
( input ) yang diberikan. Produktivitas juga merupakan hasil dari
pengelolaan masukan dan pencapaian sasaran. Efektivitas dan efisiensi
yang tinggi akan menghasilkan produktivitas yang tinggi pula.
Menurut Heizer dan Render ( 2005 ) produktivitas adalah perbandingan
antara output ( barang dan jasa ) dibagi input ( sumber daya seperti tenaga
kerja dan modal ).
Dari beberapa definisi tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
produktivitas adalah perbandingan antara keluaran ( output ) dibanding
masukan ( input ) dengan menggunakan sumberdaya yang ada di
perusahaan secara efektif dan efisien.
2.3.2 Ruang Lingkup Produktivitas
Ada 4 ruang lingkup produktivitas, yaitu :
1) Ruang lingkup nasional
Dalam ruang lingkup nasional, akan memperhitungkan faktor –
mentah dan sumber – sumber lainnya sebagai keluaran yang
mempengaruhi barang.
2) Ruang lingkup industri
Disini faktor – faktor yang mempengaruhi dan berhubungan
dikelompokkan dalam kelompok industry yang sama. Misalnya
baja, minyak, dan sebagainya.
3) Ruang lingkup perusahaan atau organisasi
Dalam suatu perusahaan ada pengaruh antar faktor yang satu
dengan yang lain. Perusahaan yang dibuat atau dihasilkan dapat
diukur / dihubungkan dengan perusahaan lainnya untuk
mengetahui efisiensi perusahaan tersebut.
4) Ruang lingkup perorangan
Ditentukan oleh lingkungan serta ketersediaan alat, proses dan
perlengkapan. Disini timbul faktor baru yang tidak dapat
dikelompokkan dimana individu termasuk pengaruh dengan
kelompok lain dan alasan mengapa seseorang bekerja.
2.3.3 Faktor – Faktor Yang Mempengar uhi Pr oduktivitas
Menurut Vincent Gasperz ( 2000 : 9 ), ada 5 faktor produktivitas yang
umum yaitu :
1. Tenaga Kerja, operasi sistem produksi membutuhkan intervensi
manusia dan orang – orang yang terlibat dalam proses sistem
2. Modal, operasi sistem produksi membutuhkan modal untuk
berbagai macam fasilitas peralatan, mesin – mesin produksi,
bangunan pabrik, gudang, dan lain – lain yang dapat membantu
jalannya proses produksi
3. Bahan baku, faktor yang ini diperlukan agar sistem produksi dapat
menghasilkan produk yang akan dihasilkan oleh perusahaan
4. Mesin, di dalam melakukan produksi untuk menghasilkan keluaran
( output ), dibutuhkan mesin – mesin yang dapat memudahkan
pekerjaan manusia
5. Informasi, segala hal pengetahuan yang menyangkut kebutuhan
atau keinginan pelanggan, kuantitas permintaan pasar, harga pokok
di pasar dan lain – lain sangat dibutuhkan bagi perusahaan dalam
mengembangkan produktivitasnya
Sedangkan menurut Ahmad Tohardi ( 2002 : 452 ) bahwa faktor – faktor
yang mempengaruhi produktivitas dapat dikelompokkan menjadi 3
kelompok, yaitu :
1. Faktor - faktor yang mempengaruhi produktivitas dari
perekonomian atau industri – industri secara keseluruhan
2. Faktor – faktor yang mempengaruhi produktivitas organisasi, unit
– unit usaha atau pabrik secara individual
2.3.4 Siklus Pr oduktivitas
Perusahaan yang ingin meningkatkan produktivitasnya memerlukan
beberapa usaha secara formal. Program produktivitas formal dalam
perusahaan harus didasarkan pada suatu konsep yang disebut Siklus
Produktivitas, yang dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1 Siklus Produktivitas
Sumber : Productivity Engineering and Management, Vincent Gasperz.
2002
Sebuah perusahaan memulai program produktivitas dengan pengukuran
tingkat produktivitas. Setelah tingkat produktivitas diketahui, akan
dievaluasi sejauh mana hasil yang telah dicapai saat ini dan dari evaluasi
ini akan dapat diketahui faktor apa saja yang dapat mempengaruhi tingkat
produktivitas. Dari hasil evaluasi tersebut akan direncanakan langkah –
langkah untuk mencapai tingkat produktivitas yang lebih baik. Untuk Pengukuran
Perbaikan
Evaluasi
mencapai sasaran itu, maka perbaikan produktivitas perlu dilakukan sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan. Siklus produktivitas ini berlangsung
terus – menerus selama program produktivitas dalam perusahaan masih
tetap dijalankan.
2.3.5 Peningkatan Produktivitas
Menurut Vincent Gasperz ( 2000 : 85 ), program peningkatan
produktivitas berkaitan dengan gerakan kearah efisiensi produktif total
adalah titik yang memenuhi dua kondisi yang memuaskan, seperti :
1) Untuk setiap bauran masukan tertentu dapat menghasilkan keluaran
dalam jumlah tertentu, dalam arti tidak ada kelebihan pemakaian
masukan untuk menghasilkan keluaran tersebut meskipun mungkin
harga satu unit kondisi ini disebabkan oleh hubungan teknik yaitu
technical efficiency
2) Dengan menggunakan bauran masukan tertentu yang memuaskan
sebagaimana kondisi pertama, bauran dengan jumlah tertentu yang
paling rendah yang akan dipilih. Kondisi ini disebabkan oleh
hubungan relative harga masukan yaitu price efficiency
Peningkatan produktivitas, menurut Vincent Gasperz ( 2000 : 89 ) dapat
dicapai melalui :
a) Menggunakan masukan dalam jumlah yang lebih sedikit untuk
menghasilkan keluaran dalam jumlah yang sama
b) Menghasilkan keluaran yang lebih baik dengan masukan yang
Dari beberapa penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa kenaikan
produktivitas tenaga kerja belum tentu akan mempengaruhi kenaikan
produksi, produksi bisa saja tetap dan bisa saja meningkat. Peningkatan
usaha untuk meningkatkan produktivitas bertujuan untuk meningkatkan
hasil dan perbaikan untuk menghasilkan barang dan jasa. Manfaat yang
diperoleh melalui peningkatan produktivitas antara lain : meningkatkan
daya saing, profitabilitas, menarik investasi dan menciptakan lapangan
pekerjaan.
2.3.6 Pengukuran Pr oduktivitas
2.3.6.1Pengertian pengukuran pr oduktivitas
Pengukuran produktivitas merupakan suatu alat manajemen yang
penting di semua tingkatan ekonomi dan merupakan satu cara untuk
meningkatkan produktivitas. Dalam setiap kegiatan, masing – masing
mempunyai manfaat pengukuran produktivitas yang berbeda – beda.
Menurut Heizer dan Render ( 2005 ), pengukuran produktivitas dapat
dilakukan secara produktivitas faktor tunggal dan produktivitas secara
multifactor. Produktivitas faktor tunggal menggambarkan perbandingan
satu sumber daya ( input ) terhadap barang dan jasa yang dihasilkan (
output ). Sedangkan untuk produktivitas multifactor menggambarkan
perbandingan seluruh sumber daya ( input ) terhadap barang dan jasa yang
dihasilkan ( output ).
Menurut Mulyadi ( 2001 : 466 ), pengukuran produktivitas dilakukan
untuk memperbaiki produktivitas. Dan tujuan sistem pengukuran
produktivitas adalah untuk menghitung perbaikan produktivitas
memungkinkan perusahaan menentukan kemampuan mereka untuk
memproduksi output yang sama jumlahnya atau lebih banyak.
2.3.6.2Manfaat Pengukur an Pr oduktivitas
Ada beberapa manfaat dari pengukuran produktivitas di dalam suatu
organisasi atau perusahaan, menurut Vincent Gasperz ( 2000 : 24 – 25 )
antara lain :
1. Perusahaan dapat menilai efisiensi konversi sumber dayanya, agar
dapat meningkatkan produktivitas melalui efisiensi penggunaan
sumber – sumber daya itu.
2. Perencanaan sumber – sumber daya akan lebih efektif dan efisien
melalui pengukuran produktivitas, baik dalam perencanaan jangka
pendek maupun jangka panjang
3. Tujuan ekonomis dan non ekonomis dari perusahaan dapat
diorganisasikan kembali dengan cara memberikan prioritas tertentu
yang dipandang dari sudut produktivitas
4. Perencanaan target tingkat produktivitas di masa mendatang dapat
dimodifikasi kembali berdasarkan informasi pengukuran tingkat
produktivitas sekarang
5. Strategi untuk meningkatkan produktivitas dapat ditentukan
berdasarkan perbedaan antara tingkat produktivitas yang
6. Pengukuran produktivitas perusahaan akan menjadi informasi yang
bermanfaat dalam membandingkan tingkat produktivitas diantara
perusahaan dalam industry sejenis serta bermanfaat pula untuk
informasi produktivitas industry pada skala nasional maupun
global
2.3.6.3Model – Model Pengukuran Pr oduktivitas
1. Model Produktivitas Mundel
Model ini dikemukakan pertama kali oleh Marvin E. Mundel pada
tahun 1978. Mundel ini merupakan salah satu model pengukuran
produktivitas total yang memakai pendekatan angka indeks, yaitu :
a. IP = /
/ × 100
b. IP = × 100
Dimana :
IP = Indeks Produktivitas
AOMP = output agrerat untuk periode yang diukur
AOBP = output agrerat untuk periode dasar
RIMP = input – input periode yang diukur
RIBP = input – input untuk periode dasar
2. Model Produktivitas APC ( The American Productivity Centre
Model APC biasanya digunakan untuk mengukur produktivitas
total perusahaan. Pusat produktivitas Amerika ( The American
Productivity Center = APC ), telah mengemukakan ukuran
produktivitas yang didefinisikan melalui kerangka kerja berikut ini
:
Profitabilitas =
= ×
×
= ×
Dalam pengukuran produktivitas model APC ( The American
Productivity Center ), kuantitas output dan input untuk setiap
periode waktu digunakan dengan harga – harga periode dasar agar
memperoleh indeks produktivitas. Setelah mengetahui indeks
produktivitas dan indeks perbaikan harga, indeks profitabilitas
dapat ditentukan dengan menggunakan formula berikut :
IPF = IP × IPH atau IP = IP
Dimana :
IPF = indeks profitabilitas
IP = indeks produktivitas
IPH = indeks perbandingan harga
Dalam model APC, biaya – biaya per unit tenaga kerja, material
dan energy ditentukan berdasarkan penyudutan ( depresiasi ) total
modal kerja ) yang digunakan. Dengan demikian input modal
untuk suatu periode waktu tertentu dihitung berdasarkan formula
sebagai berikut :
Input Modal = ( Depresiasi pada periode itu ) + ( ROA periode
dasar × asset sekarang yang dipergunakan )
3. Model Produktivitas Total
Menurut Vincent Gasperz ( 2000 : 33 ) adalah merupakan rasio
dari output total terhadap input total
Produktivitas Total =
Ukuran produktivitas total dapat digunakan untuk menilai seluruh
masukan. Adapun kelebihan dari pengukuran produktivitas total
adalah :
a. Memperhitungkan semua output dan faktor – faktor input
yang kuantitatif
b. Mudah dihubungkan dengan total biaya
Pengukuran produktivitas total juga memiliki kelemahan, yaitu :
a. Data pada tingkat produksi dan langganan relative sulit
diperoleh kecuali sistem pengolahan diatur untuk tujuan
b. Baik pengkuran produktivitas parsial maupun produktivitas
total tidak mempertimbangkan keberadaan faktor input
maupun output yang tidak tampak
4. Model Produktivitas Faktor Total
Merupakan rasio output bersih ( net output ) terhadap banyaknya
input modal dan tenaga kerja yang digunakan. Output bersih
merupakan selisih dari output total dengan jumlah peralatan dan
jasa yang dibeli.
Produktivitas Faktor Total =
=
Keuntungan pengukuran produktivitas faktor total adalah :
1) Data dari perusahaan relative mudah diperoleh
2) Dapat dianalisa dari sudut pandang ekonomi karena
menyangkut keadaan ekonomi perusahaan secara total
Sedangkan keterbatasan pengukuran produktivitas faktor total,
antara lain :
1) Tidak banyak berpengaruh terhadap input bahan baku dan
2) Hanya input tenaga kerja dan modal yang dipertimbangkan
dalam input faktor total
3) Tidak cocok bila biaya – biaya material merupakan bagian
yang cukup besar dari biaya total produk dimana pengaruh
yang besar dari input material tidak langsung ditunjukkan
dalam pengukuran produktivitas ini
4) Sulit bagi pihak manajemen untuk menganalisa hubungan
nilai tambah output dengan efisiensi produktivitas, karena
nilai tambah yang dihasilkan bias saja disebabkan oleh
adanya peningkatan biaya produksi
2.3.7 Model Produktivitas Objective Matrix ( OMAX )
Menurut Christopher (2003, p2-9.8), Objective Matrix adalah suatu
sistem pengukuran produktivitas parsial yang dikembangkan untuk
memantau produktivitas di suatu perusahaan atau di tiap bagian saja
dengan kriteria produktivitas yang sesuai dengan keberadaan bagian
tersebut.
Model pengukuran produktivitas Objective Matrix ( OMAX )
dikembangkan oleh James L.Riggs berdasarkan pendapat bahwa
produktivitas adalah fungsi dari beberapa faktor kinerja yang berlainan.
Konsep dari pengukuran ini yaitu penggabungan beberapa kriteria kinerja
kelompok kerja ke dalam sebuah matrik. Setiap kriteria kinerja memiliki
sasaran berupa jalur khusus untuk perbaikan serta memiliki bobot sesuai
pengukuran ini adalah nilai tunggal untuk suatu kelompok kerja. Suatu
organisasi yang besar membutuhkan jumlah faktor kinerja yang lebih besar
bila dibandingkan dengan suatu organisasi yang lebih kecil.
Pengukuran produktivitas yang dilakukan dengan menggunakan
pengukuran model Objective Matrix (OMAX), pada dasarnya merupakan
perpaduan dari beberapa ukuran keberhasilan atau kriteria produktivitas
yang sudah dibobot sesuai derajat kepentingan masing-masing ukuran atau
kriteria itu di dalam perusahaan. Dengan demikian model ini dapat
digunakan untuk mengidentifikasikan faktor-faktor yang amat
berpengaruh dan yang kurang berpengaruh terhadap peningkatan
produktivitas.
Dengan menggunakan Objective Matrix ( OMAX ) , pihak manajemen
dapat dengan mudah menentukan kriteria apa yang akan dijadikan ukuran
produktivitas. Pada akhirnya pihak manajemen dapat mengetahui
produktivitas unit organisasi yang menjadi tanggung jawabnya
berdasarkan bobot dan skor untuk setiap kriteria.
Kelebihan model OMAX dibandingkan dengan model pengukuran
produktivitas yang lainnya (Christopher, 2003, p2-9.8) yaitu :
1) Model ini memungkinkan menjalankan aktivitas-aktivitas
perencanaan, pengukuran, penilaian dan peningkatan
produktivitas sekaligus.
2) Adanya sasaran produktivitas yang jelas dan mudah dimengerti
3) Berbagai faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan
produktivitas dapat diidentifikasikan dengan baik dan dapat
dikuantifikasikan.
4) Adanya pengertian bobot yang mencerminkan pengaruh
masing-masing faktor terhadap peningkatan produktivitas yang
penentuannya memerlukan persetujuan manajemen.
5) Model ini menggabungkan seluruh faktor yang berpengaruh
terhadap peningkatan produktivitas dan dinilai ke dalam satu
indikator atau indeks.
6) Bentuk model ini fleksibel, tergantung lingkungan mana
diterapkan. Dalam hal ini juga berarti bahwa data-data yang
diperlukan dalam model ini mudah diperoleh di lingkungan
perusahaan dimana model ini digunakan.
Tiga aspek yang penting dalam OMAX (Nasution, 2006, p448), yaitu :
1) Awareness (kesadaran), yaitu :
a. Mengerti masalah produktivitas
b. Ada kemungkinan peningkatan produktivitas
c. Mampu meningkatkan produktivitas
2) Improvement (peningkatan), yaitu :
a. Know how to do it
b. Mampu dan mau menjalankan perbaikan
3) Maintenance (pemeliharaan), yaitu :
b. Memelihara semangat kemajuan
2.3.7.1 Bentuk dan Susunan Metode OMAX
Menurut Christopher (2003, p2-9.9), Objective Matrix merupakan
suatu metode pengukuran kinerja dengan menggunakan indikator
pencapaian dan suatu prosedur pembobotan untuk memperoleh indeks
produktivitas total. Susunan model ini berupa matriks yaitu sebuah tabel
yang sel-selnya disusun menurut kolom dan baris sehingga dapat dibaca
dari atas ke bawah dan dari kiri ke kanan. Susunan matriks ini akan
memudahkan dalam pengoperasiannya. Susunan model Objective Matrix
ini terdiri atas beberapa bagian yakni sebagai berikut :
1. Kriteria Produktivitas
Adalah kegiatan dan faktor yang mendukung produktivitas unit
kerja yang sedang diukur produktivitasnya, dinyatakan dengan
perbandingan (rasio). Kriteria ini menyatakan ukuran
efektivitas, kuantitas dan kualitas dari output, efisiensi dan
utilisasi dari input, konsistensi dari operasi dan ukuran khusus
atau faktor lainnya yang secara tidak langsung berhubungan
dengan tingkat produktivitas yang diukur. Setiap kriteria harus
terukur dan sebaiknya tidak saling bergantung. Kriteria yang
melukiskan ukuran produktivitas letaknya dikelompok paling
2. Tingkat Pencapaian
Setelah beberapa periode waktu, dilakukanlah pengukuran
untuk memantau besarnya pencapaian performance untuk
setiap kriteria. Keberhasilan pencapaian itu kemudian diisikan
pada baris performance yang tersedia untuk semua kriteria.
Kemudian untuk perhitungan rasio diperoleh dari bagian yang
berkaitan dengan produktivitas.
3. Sel-sel skala Matrix
Kerangka dari badan matriks disusun dari besaran pencapaian
setiap kriteria.Di dalamnya terdiri dari 11 baris, dimulai dari
baris paling bawah yang merupakan pencapaian terendah atau
terburuk yang dinyatakan dengan level 0, sampai dengan baris
paling atas yang merupakan sasaran atau target produktivitas
yang realistis yang dinyatakan dengan level 10. Tingkat
pencapaian semula yaitu tingkat pencapaian yang diperoleh
saat matriks mulai dioperasikan, ditempatkan pada level 3.
Setelah sel-sel skala 0, 3 dan 10 diisi, sisa sel lainnya untuk
setiap kriteria dengan lengkap dicantumkan secara bertingkat.
Sel pada level 1, 2, dan 4 sampai 9 merupakan tingkat
pencapaian antara (intermediate).
4. Skor
Pada baris skor (bagian bawah matriks), besar pencapaian pada
skor yang sesuai. Hal ini dilakukan dengan mencocokkan
besaran realisasi pencapaian rasio pada poin nomor 2 dengan
sel matriks yang ada dan ekuivalen dengan skala tertentu.
5. Bobot
Setiap kriteria yang telah ditetapkan mempunyai pengaruh yang
berbeda pada tingkat produktivitas yang diukur. Untuk itu,
perlu dicantumkan bobot yang menyatakan derajat kepentingan
(dalam satuan %) yang menunjukkan pengaruh relatif kriteria
tersebut terhadap produktivitas unit kerja yang diukur. Jumlah
seluruh bobot kriteria adalah 100%.
6. Nilai
Nilai dari pencapaian yang berhasil diperoleh untuk setiap
kriteria pada periode tertentu didapat dengan mengalikan skor
pada kriteria tertentu dengan bobot kriteria tersebut.
7. Indikator Pencapaian
Pada periode tententu jumlah seluruh nilai dari setiap kriteria
dicantumkan pada kotak indikator pencapaian. Besarnya
indikator awalnya adalah 300 karena semua kriteria mendapat
skor 3 pada saat matriks mulai dioperasikan. Peningkatan
produktivitas ditentukan dari besarnya kenaikan indicator
Model OMAX merupakan sebuah table yang butir – butirnya disusun
menurut kolom dan baris sehingga dapat dibaca dari atas ke bawah dan
dari kiri ke kanan. Model OMAX ini dapat dilihat pada gambar 2.2.
Nilai indeks produktivitas ( IP ) dirumuskan :
IP = × 100 %
Kenaikan produktivitas dapat diketahui dari besarnya kenaikan indicator
pencapaian yang terjadi.
2.3.7.2 Langkah – Langkah Pembuatan Matr iks OMAX
1. Pendefinisian
Langkah ini merupakan langkah untuk mengidentifikasikan kriteria –
kriteria yang dipakai dalam pengukuran produktivitas. Kriteria
tersebut diantaranya adalah :
a. Jumlah produksi atau output
Yang dimaksud adalah jumlah output ( keluaran ) yang
dihasilkan pada proses produksi selama periode berlangsung
b. Jumlah cacat pada hasil produksi
Jumlah produk yang cacat dan dipisahkan dari produk jadi
c. Penggunaan bahan baku
Jumlah bahan baku yang digunakan pada proses produksi
selama periode tertentu
d. Jumlah jam kerja
e. Jam kerja mesin
Jumlah jam kerja mesin saat produksi berlangsung
Setelah menetapkan atau mendapatkan seluruh kriteria yang diperlukan,
maka selanjutnya kriteria – kriteria tersebut diolah ke dalam suatu rasio
yang dapat dibandingkan yang terdiri dari :
a) Kualitas produk
Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
Kualitas produk =
b) Bahan baku
Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
Bahan baku = ( )
( )
c) Output produksi
Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
Output produksi =
d) Jam kerja mesin
Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
Jam kerja mesin =
2. Pengukuran tingkat pencapaian kinerja
Langkah ini merupakan pengukuran tingkat pencapaian kinerja untuk
kriteria produktivitas. Tingkatan tersebut dibagi dalam 11 level yaitu
level 0 – level 10. Pengukuran dimulai dengan mengukur nilai level
dimasukkan dalam kolom yang dicatat pada baris nilai 0, 3, 10.
Selanjutnya semua hasil yang lain selain baris nilai 0, 3, dan 10
merupakan hasil interpolasi dari ketiga baris tersebut untuk masing –
masing kriteria. Terdapat 11 tingkat pencapaian yang dibagi dalam
tiga bagian yaitu :
a. Level 0 , merupakan tingkat rasio terendah yang merupakan
kondisi terjelek dari setiap kondisi pada tiap kriteria dan pada tiap
periode. Yang perlu diketahui adalah :
• Jumlah cacat produk maksimum adalah jumlah cacat
terbanyak yang pernah terjadi
• Jumlah total produksi minimum adalah jumlah total
produksi paling minimum yang pernah terjadi
• Jumlah bahan baku produk baik minimum = banyaknya
bahan baku yang paling minimum yang terpakai untuk
produk baik
• Jumlah bahan baku yang tersedia = banyaknya bahan baku
maksimum yang tersedia
• Jumlah total produksi minimum = jumlah total produksi
paling minimum
• Jumlah output standart = jumlah output standart pada
proses produksi
• Total jam operasi minimum = mesin beroperasi paling
• Total jam kerja mesin = total jam kerja mesin yang
mungkin terjadi
b. Level 3, merupakan hasil rata – rata yang dicapai selama proses
pengukuran berlangsung. Semua nilai ini didapatkan dari rata –
rata hasil pengukuran yang terjadi selama di perusahaan.
c. Level 10, berisi pencapaian realistis hasil rasio terbaik yang
mungkin dapat dicapai atau yang pernah dicapai oleh perusahaan.
Penetapan nilai pada level 10 ini merupakan hasil nyata yang dapat
dicapai oleh perusahaan.
Yang perlu diketahui adalah :
• Jumlah cacat produk minimum = jumlah produk cacat yang
paling minimum
• Jumlah total produk baik maksimum = jumlah total produk
baik paling maksimum
• Jumlah bahan baku produk baik maksimal = banyaknya
bahan baku yang telah terpakai untuk produk baik paling
banyak
• Jumlah bahan baku yang tersedia = banyaknya bahan baku
yang tersedia
• Jumlah total produksi maksimum = jumlah total produksi
maksimum
• Jumlah output standart = jumlah output standart dalam
• Total jam operasi mesin maksimum = jam kerja mesin
beroperasi optimal
• Total jam kerja mesin = jam kerja mesin yang mungkin
terjadi
Perhitungan interpolasi digunakan untuk mengisi kolom – kolom
matriks yang terdapat pada matrix omax, yang digunakan untuk
mengukur interpolasi antar level yang dapat dilihat di bawah ini :
a. Level 3 – 10
10 − 3
10− 3
dimana :
level 10 = produktivitas terbaik
level 3 = produktivitas rata - rata
b. Level 0 – 3
3 − 0
3− 0
dimana :
Level 0 = produktivitas terjelek
Level 3 = produktivitas rata – rata
Rumus – rumus untuk menghitung tiap – tiap level selain level 0, 3, 10
adalah perhitungan rekursif sebagai berikut :
a. Level 1 – 2
Level i = level ( i – 1 ) ±
b. Level 4 – 10
- Level i = 4,5,6,7,8,9,10
Level i = level ( i – 1 ) ±
3. Penetapan derajat
Tiap kriteria mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap peningkatan
produktivitas, oleh karena itu diberi pembobotan pada tiap kriteria.
Gambar 2.2
2.4 Masukan ( Input ) Sistem Produksi
Untuk melaksanakan proses produksi di dalam perusahaan, diperlukan
adanya beberapa input atau masukan untuk sistem produksi dalam
perusahaan yang bersangkutan. Menurut Ahyari ( 2002 : 98 ) beberapa
input atau masukan yang diperlukan untuk sistem produksi ddalam suatu
perusahaan antara lain bahan baku yang dipergunakan perusahaan tersebut,
tenaga kerja yang diperlukan, dana yang tersedia untuk modal kerja,
terutama dalam hal ini adalah guna pembiayaan bahan baku serta tenaga
kerja dan hal – hal lain yang diperlukan dalam sistem produksi termasuk
bahan pembantu, perlengkapan/peralatan serta mesin – mesin yang
digunakan selama proses produksi berlangsung.
Sedangkan menurut Lalu Sumayang ( 2000 : 11 ), input atau masukan
sistem produksi disebut juga sumber - sumber daya sebagai faktor
produksi yang dapat berupa bahan baku, tenaga kerja, modal, mesin,
peralatan, perlengkapan, fasilitas, informasi. Bahkan pada produksi jasa,
pelanggan dapat juga berfungsi sebagai input perusahaan. Di samping itu,
input yang diperlukan dalam meningkatkan produktivitas perusahaan,
antara lain :
a) Tenaga kerja
Tenaga kerja yang dimaksud adalah seluruh karyawan yang
bekerja selama proses produksi berlangsung antara lain karyawan
bagian pembelian bahan baku, karyawan pada saat proses
dan beberapa karyawan / tenaga kerja yang ikut serta dalam
meningkatkan produktivitas perusahaan. Setiap tenaga kerja
dituntut untuk dapat memaksimalkan hasil keluaran / output
dengan penggunaan bahan baku yang tersedia dan meminimalisasi
waktu sedikit mungkin. Semakin banyak keluaran / output yang
dihasilkan oleh setiap tenaga kerja dengan waktu yang singkat,
maka semakin besar pula keuntungan yang diperoleh perusahaan.
b) Mesin
Penggunaan mesin produksi dalam setiap proses produksi di suatu
perusahaan sangat perlu untuk diperhatikan. Karena mesin dapat
membantu atau mempermudah tenaga kerja manusia dalam proses
pembuatan produksi. Agar mesin dapat berfungsi dengan baik
selama proses produksi berlangsung, harus dilakukan perawatan
agar tidak menyebabkan terjadinya kerusakan bahkan pengkaratan
pada mesin.
Jam kerja mesin pun harus disesuaikan dengan proses produksi
yang akan dilakukan agar dapat bekerja secara efektif dan efisien,
serta dapat memproduksi suatu barang dalam jangka waktu yang
pendek dengan jumlah yang dihasilkan lebih banyak dan dengan
kualitas yang lebih baik.
c) Bahan baku
Bahan baku merupakan salah satu input dalam proses produksi.
menghasilkan suatu produk atau output. Kualitas bahan baku harus
tetap dijaga agar tidak merusak hasil / output yang diproduksi oleh
perusahaan. Selain itu harus diperhatikan dari segi berat, warna,
dan bau pada setiap pembelian bahan baku hingga proses produksi
berlangsung. Pengolahan bahan baku harus sesuai dengan standart
yang telah ditetapkan oleh perusahaan agar dapat memberikan hasil
yang terbaik sehingga dapat meningkatkan produktivitas
perusahaan.
Bahan baku yang digunakan adalah biji - biji plastic yang
merupakan bahan baku utama untuk pembuatan plastic / multiflek.
2.5 Keluar an ( Output ) Sistem Produksi
Pada umumnya, keluaran ( output ) dari sistem produksi adalah barang
dan jasa yang merupakan hasil dari kegiatan produksi dalam perusahaan.
Produk dan jasa dalam perusahaan tersebut tidak menyimpang dari produk
dan jasa yang telah direncanakan dalam sistem produksi perusahaan,
sehingga pelaksanaan dari kegiatan yang sudah mempunyai pola tertentu
dimana pola tersebut sudah terdapat dalam sistem produksi perusahaan.
Menurut Ahyari ( 2002 : 103 ) beberapa cara meningkatkan output,
antara lain :
a. Mengurangi produk rusak, retak, dan cacat
b. Menambah tenaga kerja atau jam kerja mesin dengan asumsi
penambahan biaya kurang dari penambahan tenaga kerja atau jam
c. Memperbaiki proses ( mesin atau alat )
d. Mempercepat proses dengan peningkatan metode
Sedangkan menurut Lalu Sumayang ( 2000 : 11 ), output atau keluaran
sistem produksi dapat berupa produk yang dihasilkan oleh proses konversi
juga dapat berupa barang atau jasa pelayanan. Secara umum produk
barang dan jasa dapat dibedakan melalui beberapa criteria sebagai berikut
ini :
a. Barang adalah suatu yang nyata, sehingga dapat disimpan,
dipindahkan dan diubah – ubah, sedangkan jasa pelayanan adalah
sesuatu yang tidak nyata, hanya dapat dirasakan oleh orang /
konsumen yang menikmatinya
b. Jasa diproduksi dan dikonsumsi pada waktu yang bersamaan
c. Produk jasa mudah basi sehingga mempersulit perencanaan
kapasitas dan inventori
d. Mutu pada produk jasa hanya dapat dibuktikan setelah pelanggan
menggunakan jasa tersebut
e.