Pengembangan SDM Informasi Geospasial
Untuk Kebutuhan Pembangunan Nasional
dan Menghadapi Tantangan Globalisasi
Prof. Dr. Hasanuddin Z. Abidin
Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG)
Disampaikan Dalam Acara:
Forum Ilmiah Tahunan 2017 Ikatan Surveyor Indonesia Pekanbaru, 2 November 2017
PERBANDINGAN LUAS INDONESIA DAN EROPA
Indonesia adalah Benua Maritim
INDONESIA SELUAS EROPA:
Ujung Barat (Sabang) – Timur (Merauke)
= London – Bagdad
Ujung Utara (Kep. Satal) – Selatan (P. Rote) = Jerman – Aljazair
Volume IG NKRI
akan sangat besar
(Big Data)
Memerlukan kapasitas
SDM dan Industri IG
yang baik dan berkualitas
Informasi Geospasial
diperlukan untuk
Indonesia Maritime Zone
Souverignty Zone
1. Internal Waters and Island 3.092.085 2. Teritorial Waters 282.583
Souverign Right Zone
1. Economic Exclusive Zone 2.936.345 2. Continental Zone 2.749.001 Continental Zone > 200 nm 4.209 Maritime Area (km2) 3.223.137 Land Area (km2) 1.890.739
Maritime area
is about 63%
Geospatial
Information is
compulsory for
managing and
developing the
maritime area of
Indonesia
PERAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL
DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Informasi
Geospasial
Data
Statistik
Basis Data Perencanaan Ruang Pengelolaan Pertanahan Dasar Perencanaan Kawasan Cepat Tumbuh Pendekatan Kewilayahan Kawasan Perbatasan Kawasan Rawan Bencana Pengembangan Ekonomi LokalDesentralisasi dan Otonomi Daerah
Tujuan Nasional Berkurangnya Kesenjangan Antar Wilayah Meratanya Pelayanan Sosial Dasar di Seluruh Wilayah Indonesia RPJPN 2005-2025 NAWACITA KABINET KERJA Arahan Pembangunan 1. Pengurangan Kesenjangan Antar Wilayah 2. Pengembangan Pusat-pusat Pertumbuhan berbasis Keunggulan Potensi Wilayah 3. Pemerataan Pelayanan Sosial Dasar Tumbuhnya Pusat-pusat Pertumbuhan berbasis Keunggulan Potensi Wilayah, khususnya di KTI Sistem Perkotaan Nasional Kawasan Khusus Daerah Tertinggal Perdesaan
Skenario & Strategi Pengembangan Wilayah
Pulau-Pulau Besar dan Provinsi (Buku III RPJMN)
Model Spasial Dinamis Gini Rasio Indeks Williamson Indeks Theil Jumlah Pusat Pertumbuhan Konektivitas IPM Indikator
Peran BIG
berdasarkan UU No. 4 Tahun 2011
BIG memiliki TUGAS POKOK dan FUNGSI yang LEBIH LUAS; tidak sekedar mengkoordinasikan dan
melaksanakan kegiatan survei pemetaan untuk menghasilkan peta namun membangun Informasi
Geospasial yang dapat dipertanggungjawabkan dan mudah diakses
Menyusun kebijakan dan membuat perundang-undangan terkait penyelenggaraan pembangunan Infrastruktur IG (IIG) REGULATOR Mengkoordinasikan pembangunan IG dalam hal
pengintegrasian Informasi Geospasial Tematik (IGT)
KOORDINATOR Penyelenggara tunggal Informasi Geospasial Dasar (IGD) EKSEKUTOR Menjadikan IGD sebagai acuan IGT
untuk menjamin keterpaduan informasi nasional Pembangunan IGD Mengkoordinasikan penyusunan IGT terintegrasi yang berpedoman pada norma, standar dan
pedoman yang ditetapkan oleh BIG
Pembangunan IGT
Membangun sistem pengelolaan dan akses IG, sebagai
implementasi kebijakan teknis yg mengacu kepada Perpres No.27/2014 Pembangunan IIG Rujukan dalam Pembangunan IGT Pembinaan dan Pengintegrasian IGT
Berbagi Pakai dan Penyebarluasan IG
Proses Bisnis di BIG
Informasi Geospasial Informasi Geospasial Dasar RBI Topografi Batas Administrasi Laut & PesisirJaring Kontrol Geodesi
Horisontal
Vertikal
Gaya Berat & Pasang Surut Laut Informasi Geospasial Tematik 85 tema (KSP) Unsur RBI: 1. Garis Pantai 2. Hipsografi 3. Hidrografi 4. Toponim 5. Batas adminsitrasi 6. Transportasi dan Utilitas 7. Bangunan dan Fasilitas Umum 8. Penutup Lahan • Eksekutor • Koordinator • Koordinator • Integrator Infrastruktur Informasi Geospasial Infrastruktur Data
Standar dan Regulasi
Kelembagaan
SDM
Sains & Teknologi
• Regulator
• Distributor
Memerlukan
kapasitas SDM
dan Industri IG
yang baik dan
berkualitas
Komponen
dari Teknologi
Geospasial
Ref.: Global Geospatial Industry Outlook 2017
Semua aspek
memerlukan SDM
dan Industri IG
yang handal
dalam jumlah
yang memadai.
48 Tahun
MEMBANGUN INFOMASI GEOSPASIALPenyelenggaraan IGD yang lengkap, akurat,
andal.
Pembinaan dan Pengintegrasian IGT
Berbagi Pakai dan Penyebarluasan serta
Penggunaan IG
Menteri PPN/
Kepala Bapenas
“Untuk mendukung perencanaan pembangunan nasional, Indonesia membutuhkan informasi geospasial dalam jumlah besar dengan berbagai
resolusi. Hingga saat ini baru 21
persen kebutuhan informasi geospasial yang bisa dipenuhi oleh
BIG dan sejumlah instansi
(24 Oktober 2017) Skala Cakupan Nasional (NLP) Ketersediaan s.d 2016 (NLP) Belum Tersedia (NLP) Ketersediaan s.d 2016 (%) 1:1.000 - - - -1:2.500 - - - -1:5.000 377824 1774 374245 0.47% 1:10.000 91547 1074 90473 1.17% 1:25.000 13036 4777 8259 36.64% 1:50.000 3899 3402 497 87.25% 1:100.000 1259 26 1233 2.07% 1:250.000 309 309 0 100.00% 1:500.000 103 103 0 100.00% 1:1.000.000 37 37 0 100.00% Program Skala
Kebijakan Satu Peta 1 : 50.000
Tol Laut (Pembangunan
Pelabuhan Baru) 1 : 10.000
Pemetaan Desa 1 : 5.000
Recana Detil Tataruang (RDTR) 1 : 5.000 Pengelolaan Kawasan Gambut 1 : 2.500
Pembangunan KEK dan KI 1 : 1.000
Pembangunan Kota Cerdas 1 : 1.000
Program
Kebijakan Satu Peta
: Jadwal dan Kawasan
9 2017 2016 2018 2018 2017 2017 2018 2019 PenyempurnaanHasil KSPTATA KELOLA INFORMASI GEOSPASIAL UNTUK PEMBANGUNAN NASIONAL| AGUNG INDRAJIT | Halaman 10
TATA KELOLA INFORMASI GEOSPASIAL UNTUK PEMBANGUNAN NASIONAL| AGUNG INDRAJIT | Halaman 11
Beberapa Isu Strategis SDM bidang IG
PERMASALAHAN dan TANTANGAN
Pengembangan SDM IG di Indonesia
SDM IG yang kuantitas dan kualitasnya belum mencukupi kebutuhan.
Mandat Undang Undang No 4 tentang IG Pasal 49 (ayat 1 dan ayat 2), mengamanatkan
bahwa setiap pengguna peta berhak mengetahui kualitas IG yang diperolehnya.
Penyelenggaraan IG wajib memberitahukan kualitas setiap IG yang diselenggarakannya,
hal ini memberikan konsekwensi :
1. SDM IG yang bersertifikasi.
2. Standar Kualifikasi Kompetensi SDM sesuai dengan kebutuhan Industri.
BIG Selaku
Competent Authority
Bidang Surveying, diberi mandat oleh Sekretariat ASEAN
untuk MRA dan menunjuk Indonesia untuk melakukan harmonisasi Pendidikan Surveying.
Diperlukan suatu strategi dalam menghadapi liberalisasi jasa surveying ASEAN, mengingat:
1. Bahwa Indonesia merupakan pasar terbesar dalam bidang IG.
2. Industri IG tidak berkembang dengan baik, indikasinya perkembangan jumlah industri
sangat kecil, tidak terserapnya tenaga-tenaga lulusan SMK dan Perguruan Tinggi.
3. Lulusan SMK/PT belum siap pakai.
Belum tersedianya strategi yang komprehensif dalam menghadapi liberalisasi jasa
surveying ASEAN,
(Pasal 54 – 55 UUIG)
a. Pelaksanaan IG orang perseorangan
wajib memenuhi kualifikasi kompetensi
yang
dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
b. Pelaksanaan IG yang dilakukan oleh kelompok orang wajib memenuhi kualifikasi
sebagai kelompok yang bergerak di bidang IG sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
c. Pelaksanaan IG yang dilakukan oleh badan usaha
wajib memenuhi persyaratan
administratif dan persyaratan teknis
.
Tujuan UU-IG ( UU No. 4 Thn 2011 Pasal 3)
a.
menjamin
ketersediaan
dan akses terhadap Informasi Geospasial (IG) yang
dapat
dipertanggungjawabkan
.
b.
Mewujudkan
penyelenggaraan IG yang berdaya guna dan berhasil guna
melalui
kerjasama, koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi
c.
Mendorong
penggunaan IG
dalam penyelenggaraan pemerintahan
dan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat.
SDM DAN INDUSTRI PELAKSANA IG YANG HANDAL
(1) Pelaksanaan IG yang dilakukan oleh badan usaha wajib
memenuhi:
a. Persyaratan administratif, b. Persyaratan teknis
(3) Persyaratan teknis meliputi:
a. Memiliki sertifikat yang memenuhi klasifikasi dan kualifikasi
sebagai penyedia jasa di bidang IG dan
b. Memiliki
tenaga profesional
yang tersertifikasi di bidang IG.
(4) Sertifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf a
dilakukan oleh lembaga independen yang telah mendapat
akreditasi dari Badan.
(5) Sertifikat
tenaga profesional
diterbitkan oleh lembaga
yang
berwenang sesuai dengan ketentuan Peraturan Kepala Badan.
Status
SDM IG
Nasional
82% 4% 1% 2% 2% 6% 3% Jawa Kalimantan Maluku Nusa Tenggara Papua Sumatera Sulawesi Tahun Proyeksi Kebutuhan SDM IG Tersedia Gap SDM IG Pemenuhan SDM IG Rencana Pemenuhan 2015 31.500 8.584 22.917 22.917 2016 32.414 11.084 23.830 2.500 21.330 2017 33.353 13.584 22.270 2.500 19.770 2018 34.321 16.084 20.737 2.500 18.237 2019 35.316 18.584 19.233 2.500 16.733 2020 36.340 21.084 17.757 2.500 15.257 2021 37.394 23.584 16.311 2.500 13.811 2022 38.479 26.084 14.895 2.500 12.395 2023 39.594 28.584 13.511 2.500 11.011 2024 40.743 31.084 12.159 2.500 9.659Hasil Survei BIG tahun 2015. Kebutuhan SDM untuk surveyor kadaster berlisensi, dan pemetaan desa belum diperhitungkan
Proyeksi Kebutuhan SDM IG Berdasarkan Pendidikan
Sumber : Survei SDM IG dan Analisis Data, 2015
Keterangan : SRVTRTS(Survei Terestris), HDGRFI (Hidrografi), FTGMTR (Fotogramaetri), INDERAJA (Penginderaan Jauh), SIG (Sistem Informasi Geografi), KARTO (Kartografi)
TAHUN SMKSRVTRTSS1 SMKHDGRFIS1 SMKFTGMTRS1 SMKINDERAJAS1 SMK SIG S1 SMKKARTOS1
2015 5.322 2.281 123 288 2.622 1.748 657 986 2.745 4.118 1.014 1.014 2016 4.953 2.123 115 268 2.440 1.627 612 918 2.555 3.833 943 943 2017 4.591 1.968 106 248 2.262 1.508 567 851 2.368 3.552 874 874 2018 4.235 1.815 98 229 2.086 1.391 523 785 2.185 3.277 807 807 2019 3.886 1.665 90 210 1.914 1.276 480 720 2.004 3.006 740 740 2020 3.543 1.518 82 192 1.745 1.164 438 657 1.828 2.741 675 675 2021 3.207 1.374 74 173 1.580 1.053 396 594 1.654 2.481 611 611 2022 2.878 1.234 67 156 1.418 945 356 533 1.485 2.227 548 548 2023 2.557 1.096 59 138 1.260 840 316 474 1.319 1.978 487 487 2024 2.243 961 52 121 1.105 737 277 416 1.157 1.736 427 427 19
Gambaran Umum SDM IG
Kompetensi SDM IG Saat Ini
TANTANGAN LIBERALISASI SURVEYING ASEAN
1. Indonesia merupakan
pasar industri surveying terbesar
ASEAN dan
ke depan cenderung semakin besar.
2. Jumlah Surveyor Indonesia masih jauh dari cukup dari kebutuhan.
3. Perangkat perundang-undangan IG masih belum cukup lengkap.
dalam mengantisipasi liberalisasi surveying.
4. Industri IG Indonesia masih belum cukup tangguh dan kompetitif
pada tingkat regional dan global.
5. Belum ada data lengkap kekuatan SDM dan industri IG kompetitor.
KKNI – Bidang Informasi Geospasial
Penguasaan Unit Keahlian Berdasarkan KKNI IG
Secara umum, kondisi industri IG nasional memerlukan penguatan agar dapat mengejar kemajuan negara-negara ASEAN lainnya seperti Singapura, Malaysia dan Thailand.
Sebagian besar industri IG nasional masih sangat bergantung dari proyek-proyek pemerintah pusat (APBN) maupun daerah (APBD).
Menghadapi era pasar regional dan global, dituntut kualitas SDM IG dengan standar yang berdasarkan skema okupasi SKKNI IG dan juga sesuai dengan kebutuhan industri IG, seperti :
Kadaster, Mining and Agriculture, Mapping/Geospatial services, Engineering & Infrastructure Survey, Off shore and Marine Surveying, serta Geospatial Science.
Arah pengembangan SDM IG : Penguatan daya saing SDM IG dan industri IG secara simultan, dengan mengedepankan
pemenuhan standar, kompetensi softskill, dan sertifikasi yang berlaku di pasar regional maupun dunia.
Regulasi SKKNI Bidang IG
Standard Kompetensi Kerja Nasional Bidang Informasi Geospasial
KEPUTUSAN MENTERI KETENAGAKERJAAN RI
NOMOR : 95 Tahun 2017
Tentang
PENETAPAN STANDARD KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA
KATEGORI AKTIVITAS PROFESIONAL ILMIAH DAN TEKNIS GOLONGAN POKOK AKTIVITAS ARSIKTEKTUR DAN KEINSINYURAN,
ANALISIS DAN UJI TEKNIS BIDANG INFORMASI GEOSPASIAL
Konsensus Nasional
KKNI
Konsensus Nasional KKNI 1 Agustus 2017
Pengembangan SDM Berbasis Kompetensi
Pengembangan SDM berbasis kompetensi sudah menjadi Tuntutan Dunia Profesional. Sudah ada RUU pengupahan berbasis
kompetensi.
Sudah ada standar biaya berbasis kompetensi
Pengembangan SDM IG dilakukan melalui dua pendekatan yaitu:
Untuk ASN, dilakukan melalui Jabatan fungsional Surta yang dibina oleh BIG
Untuk Profesional, dilakukan melalui sistem akreditasi-sertifikasi yang dilaksanakan melalui kerjasama BIG (KKPK), serta KAN dan BNSP
Perlu harmonisasi antara kebutuhan SDM dengan kurikulum pendidikan formal dan diklat/kursus perlu SKKNI - IG
Survei Kewilayahan
Konsep Pengembangan SDM Informasi Geospasial
UNSUR KEPROFESIAN Pendidikan Akademik + Profesi Diklat/Pelatihan Profesi Memelihara Keahlian (CPD) Universitas Instansi Pemerintah BIG + KAN + BNSP Asosiasi Profesi dan Industri Dewan Geospasial Memelihara Kode Etik Memelihara Kompetensi : Akreditasi, Sertifikasi, Lisensi Lembaga Pelatihan IG SKKNI SKKNI SKKNIBIG, KAN dan BNSP Bersinergi
Menuju Sertifikasi Profesi Bidang Geospasial
Harmonisasi Sistem Akreditasi dan Sertifikasi
SDM Profesional Bidang IG
UU IG no. 4/2011 mengamanatkan bahwa setiap pelaksana Informasi Geospasial baik perorangan, kelompok orang, badan usaha maupun tenaga profesional
dalam badan usaha harus berkualitas tinggi yang dibuktikan adanya sertifikat kompetensi.
78% APBN BIG untuk kegiatan pemetaan dilakukan oleh pihak ketiga/industri geospasial. Oleh karena itu industri geospasial beserta sumberdaya manusianya harus berkualitas baik.
Mulai 2018 semua industri geospasial yang mengerjakan pekerjaan BIG harus tersertifikasi. Karena itu BIG bekerja sama dengan KAN dan BNSP untuk proses akreditasi-sertifikasinya.
Berkaitan dengan kegiatan sertifikasi ini, ada 3 kategori pelaku yaitu pengguna adalah BIG, penjamin mutu kelembagaan dalam bentuk akreditasi adalah KAN dan penjamin mutu sertifikasi yaitu BNSP.
Sistem yang dibangun dalam proses sertifikasi adalah pertama skema sertifikasi dikembangkan oleh BIG karena BIG mengetahui apa yang dibutuhkan. Lalu KAN akan memberikan akreditasi kepada lembaga sertifikasi. Kemudian BNSP akan memberikan lisensi kepada lembaga sertifikasi tersebut.
Kata Penutup
1. Percepatan
penyediaan IG Dasar
(Jaring Kontrol, RBI, LPI, LLN) yang akurat dan lengkap
di seluruh Wilayah NKRI.
2. Percepatan penyelesaian
program Kebijakan Satu Peta
.
3. Percepatan sistem aksesibilitas IG sebagai basis perencanaan pembangunan melalui
penguatan
Jaringan IG Nasional (JIGN
).
4. Mendorong pemanfaatan IG yang lebih masif di K/L/Pemda dan Masyarakat, antara lain
melalui
sosialisasi dan apresiasi inovasi pemanfaatan IG
.
5. Mengawal agar penyelenggaraan IG kedepan semakin diperkuat melalui kerjasama,
koordinasi, dan sinkronisasi sebagai perwujudan bahwa pendekatan Perencanaan
Pembangunan Nasional kita menggunakan paradigma
HITS (Holistik, Integratif, Tematik
dan Spasial).
6. Penguatan Infrastruktur IG Nasional, yang meliputi: Kebijakan/Regulasi, Kelembagaan,
Teknologi,
SDM (percepatan sertifikasi profesi bidang IG),
serta Standar yag terkait dengan
Informasi Geospasial.
29
TERIMA KASIH
6.490°S 106.849°E