• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Medote ini menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Medote ini menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Medote ini menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang ini berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Penelitian deskriptif hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa penelitian. Tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis, atau membuat prediksi. Peneliti bertindak hanya sebagai pengamat, hanya membuat kategori perilaku, mengamati gejala dan mencatat dalam buku observasinya (Rakhmat, 2004:4).

III.2. Populasi dan Sampel III.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek yang dapat terdiri dari manusia, benda, hewan dan tumbuhan–tumbuhan, gejala-gejala, peristiwa peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam penelitian (Nawawi,1997:141). Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa/i FISIP USU seluruh departemen angkatan 2010 dan 2011 yang masih aktif kuliah.

(2)

Tabel 3.1 Populasi

No. Departemen Populasi

1. Sosiologi 2010 88 2011 83 2. Kesejahteraan Sosial 2010 91 2011 98 3. Administrasi Negara 2010 110 2011 128 4. Ilmu Komunikasi 2010 135 2011 122 5. Antropologi 2010 70 2011 57 6. Ilmu Politik 2010 99 2011 84 7. Adm. Niaga Bisnis 2010 110 2011 137 Total 1412

Sumber: Pendidikan FISIP USU

III.2.2 Sampel

Sampel merupakan sebagian dari populasi yang menggunakan cara-cara tertentu (Nawawi,1995:141). Sampel harus memenuhi unsur representative dari seluruh sifat – sifat populasi. Sampel yang representative dapat diartikan bahwa

(3)

Sampel tersebut mencerminkan semua unsur dalam populasi secara proporsional atau memberikan kesempatan yang sama pada semua unsur populasi untuk dipilih, sehingga dapat mewakili keadaan yang sebenarnya dalam populasi (Kriyantono,2006:150).

Untuk menentukan besarnya sampel dalam penelitian ini, maka digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10 % dan tingkat kepercayaan 90% yaitu sebagai berikut : n = N N (0,1)2 + 1 Keterangan : n= sampel N= Populasi d= presisi

Berdasarkan rumus di atas, maka jumlah sampel dapat dilihat sebagai

berikut: 100 12 , 14 1412 1 ) 1 , 0 ( 1412 1412 2 + = = = n orang

III.2.3 Teknik Penarikan Sampel

Sampling adalah sebuah prosedur atau cara untuk memilih sampel dari sebagian unit yang ada dalam populasi. sampel adalah sebagian dari unit-unit populasi yang diperoleh melalui sampling tertentu. ada juga yang disebut dengan kerangka sampling yang berarti daftar yang berisi semua unit analisis yang ada dalampopulasi. Dalam penelitian ini menggunakan teknik penarikan sampel yaitu:

(4)

• Proportional Stratified Sampling

Teknik ini digunakan karena dalam penelitian ini sampel bersifat heterogen dengan karakteristik yang bervariasi. Selain itu teknik ini digunakan karena populasi yang akan dijadikan sampel terdiri dari beberapa departemen dan stambuk yaitu 2010-2011. Dengan menggunakan teknik ini, maka sampel yang dihasilkan dari tiap-tiap departemen sebagai berikut:

(5)

Tabel 3.2

Proportional Stratified Sampling

No. Departemen Populasi sampel

1. Sosiologi 2010 88 88 x 100 = 6,23 ≈ 6 1412 2011 83 83 x 100 = 5,8 ≈ 6 1412 2. Kesejahteraan Sosial 2010 91 91 x 100 =6,44 ≈ 6 1412 2011 98 98 x 100 = 6,94 ≈ 7 1412 3. Administrasi Negara 2010 110 110 x 100 = 7,79 ≈ 8 1412 2011 128 128 x 100 = 9,06 ≈ 9 1412 4. Ilmu Komunikasi 2010 135 135 x 100 = 9,56 ≈ 9 1412 2011 122 122 x 100 = 8,64 ≈ 9 1412 5. Antropologi 2010 70 70 x 100 = 4,95 ≈ 5 1412 2011 57 57 x 100 = 4,03 ≈ 4 1412 6. Ilmu Politik 2010 99 99 x 100= 7,01 ≈ 7 1412 2011 84 84 x 100 = 5,94 ≈ 6 1412 7. Adm. Niaga Bisnis 2010 110 110 x 100 = 7,79 ≈ 8 1412 2011 137 137 x 100 = 9,70 ≈10 1412 Total 1412 100

(6)

• Purposive Sampling

Teknik yang disesuaikan dengan tujuan penelitian, dimana sampel yang digunakan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian (Kriyantono, 2006:154).

Adapun kriteria sampel yang dimaksud dalam penelitian ini adalah:

1. Mahasiswa FISIP USU yang menonton tayangan reality show ‘Minta Tolong’ di RCTI minimal 3 kali.

2. Mahasiswa FISIP USU angkatan 2010 dan 2011.

III.3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di kampus FISIP USU, yang beralamat di Jalan DR. Sofyan. Kampus Universitas Sumatera Utara. Medan 20155.

III.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah: a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian Kepustakaan yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan menghimpun dan mempelajari data-data dari buku bidang Ilmu Komunikasi dan

Reality Show, Metode Riset dan Penelitian, serta sumber bacaan lainnya seperti

internet dan skripsi yang relevan dan mendukung penelitian. b. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian Lapangan yaitu pengumpulan data yang dilakukan di lapangan, meliputi kegiatan survei di lokasi penelitian, pengumpulan data dari responden melalui:

(7)

1. Kuesioner

Kuesioner atau angket adalah kumpulan dari pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada seseorang (yang dalam hal ini disebut responden), dan cara menjawab juga dilakukan dengan tertulis (Arikunto, 2002:135). Dalam hal ini peneliti akan menyebarkan kuesioner kepada responden, yaitu mahasiswa FISIP USU program S-1 Reguler angkatan 2010 dan 2011.

2. Observasi

Observasi, yaitu pengumpulan data yang dilakukan peneliti dengan cara menonton televisi yang menayangkan tayangan reality show tersebut secara langsung dengan tujuan agar dapat menganalisis dengan baik.

III.5. Teknik Analisis Data III.5.1. Analisis Tabel Tunggal

Analisis Tabel Tunggal merupakan suatu analisa yang dilakukan dengan membagi-bagi variabel ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisis data yang terdiri dari kolom, yaitu sejumlah frekuensi dan persentase untuk setiap kategori (Singarimbun, 1995:266).

(8)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Sejarah FISIP USU

Latar Belakang

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) resmi menjadi Fakultas pada tahun 1982 berdasar Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahhun 1982.SK Presiden R.I tersebutmenetapkan FISIP merupakan fakultas ke 9 (Sembilan) pada Universitas Sumatera Utara.Walaupun FISIP USU baru resmi terbantuk pada tahun 1982, tetapi cikal bakal FISIP USU itu sudah muncul pada tahun 1980 berdasarkan Surat Keputusan Rektor USU Nomor. 1181/PT.05/C.80, pada tanggal 1 Juli 1980. Perkuliahan pertamakali dilakukan pada tanggal 18 Agustus 1980 dengan jumlah mahasiswa hasil ujian SIPENMARU bulan Juli 1980 sebanyak 75 orang.

Lebih kurang dalam waktu satu tahun, keluar Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I Nomor 0535/0/83 tentang jenis dan jumlah jurusan pada fakultas-fakultas di lingkungan Universitas Sumatera Utara.Berdasarkan SK Mendikbut R.I itu, disebutkan FISIP USU mempunyai 6 (enam) jurusan dengan urutan berikut :

1. Jurusan Sosiologi

2. Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial 3. Jurusan Antropologi

4. Jurusan MKDU

(9)

6. Jurusan Ilmu Komunikasi

Pembentukan jurusan di FISIP USU tidak berjalan sesuai dengan urutan berdasarkan Surat Keputusan Mendikbud R.I. Nomor : 0535 / 0 / 83 itu, karena pembukaan Jurusan pada ntahap awal di lakukan pada Semester tujuh yang didasarkan pada pilihan mahasiswa. Selain itu juga bergantung pada ketersediaan staf pengajar.

Dewasa ini FISIP USU mempunyai 6 (enam) Departemen, satu Program Diploma III, dan Satu Program Pasca Sarjana yaitu sebagai berikut : Departemen Ilmu Administrasi yang dibagi ke dalam Program Studi Ilmu Administrasi Negara, dan Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis, Departemen Ilmu Komunikasi, Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, Departemen Sosiologi, Departemen Antropologi, dan Departemen Ilmu politik.Program Studi Diploma III Administrasi, Perpajakkan , dan Pogram Studi S2 Megister Studi Pembangunan.

Dekanat

Dekan : Prof.Dr.Badaruddin, M.Si Pembantu Dekan I : Drs.Zakaria, MSP Pembantu Dekan II : Dra. Rosmiani, MA Pembantu Dekan III : Drs. Edward, MSP

Departemen / Program Studi Administrasi Negara

Ketua : Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si SekretariS : Dra.Elita Dewi, MSP

Ilmu Komunikasi

Ketua : Dra.Fatma Wardy Lubis, MA Sekretaris : Dra. Dayana, M.Si

(10)

Ilmu Kesejahteraan Sosial

Ketua : Hairani Siregar, S.Sos, MSP Sekretaris : Mastauli Siregar, S.Sos, M.Si

Sosiologi

Ketua : Dra.Lina Sudarwaty, M.Si Sekretaris : Drs. T. Ilham Saladin, MSP

Antropologi

Ketua : Dr. Fikarwin Zuska Sekretaris : Drs.Agustrisno, M.SP

Ilmu Politik

Ketua : Dra. T. Irmayani, M.Si Sekretaris : Drs.P.Antonius Sitepu, M.Si

Administrasi Perpajakan

Ketua : Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si Sekretaris : Arlina, SH, M.Hum

Administrasi Niaga / Bisnis

Ketua : Prof.Dr. Marlon Sihombing, MA Sekretaris : M.Arifin Nasution, S.Sos, MSP

Magister Studi Pembangunan

Ketua : Prof. Dr. M. Arif Nasution Sekretaris : Dr. R.Hamdani Harahap, M.Si

Visi dan Misi VISI

Visi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara adalah:

“Menjadi Pusat Pendidikan dan Rujukan Bidang-Bidang Ilmu Sosial dan Politik di Wilayah Barat”.

MISI

1. Menghasilkan Alumni dengan skala kualitas global dan menjadi pusat riset, kajian dalam studi ilmu sosial dan politik.

(11)

2. Menjalin kerja sama yang saling menguntungkan dengan seluruh stakeholders dan mitra pendidikan. Misi ini berhubungan dengan fungsi relasi yang harus dibangun oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara sebagi suatu organisasi profesional pendidikan. Bentuk kolaborasi dengan organisasi lain perlu dijajaki dengan sikap open minded dan profesional. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara harus mampu melihat peluang kerjasama yang ditawarkan atau malah mampu menawarkan kerjasama tersebut pada pihak lain.

3. Membentuk lingkungan kerja sehat, harmonis dan profesional bagi staf dan mitra kerja. Misi ini berhubungan dengan azas profesionalitas dalam menjalankan pekerjaan. Lingkungan dan suasana kerja yang dibangun harus memperhatikan situasi fisik dan psikologis seluruh sivitas akademika. Harus ada mekanisme yang mampu membangun suasana tersebut. Prinsip Profesionalitas juga harus didukung dengan prinsip persaudaraan dan pertemanan (makna positif) dengan kemampuan bisa menempatkan dan menjalankan fungsi masing-masing.

4. Menjadi Institusi bagi kepentingan publik. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara sangat potensial sebagai institusi pendidikan yang membawa misi di atas dengan melihat pengalaman-pengalaman yang telah dilalui oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara sendiri.

(12)

IV.2. Pelaksanaan Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti melalui beberapa tahap proses pelaksanaan pengumpulan data, diantaranya yaitu:

IV.2.1 Tahap Awal

Pada tahap awal peneliti terlebih dahulu meminta surat izin penelitian kepada bagian pendidikan FISIP USU untuk mengadakan kegiatan penelitian di lingkungan kampus FISIP USU. Surat izin ini kemudian ditujukan kepada bagian akademik, untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, seperti data jumlah mahasiswa dari setiap departemen dan lainnya yang mendukung dengan penelitian.

IV.2.2 Pengumpulan Data

Bagian ini merupakan bagian dari penelitian yang akan dilakukan, yaitu “Tentang Opini Mahasiwa FISIP USU Mengenai Eksploitasi Masyarakat Kecil Melalui Tayangan Reality Show ‘Minta Tolong’ di RCTI”, dimana perolehan semua unsur sampel dalam populasi ini yang mempunyai karakteristik yang diinginkan peneliti berjumlah 100 orang. Adapun karakteristik tersebut adalah mahasiswa FISIP USU tahun angkatan 2010 dan 2011.

Pengumpulan data dimulai dengan mengumpulkan informasi atau data yang dibutuhkan dari bagian akademik kampus FISIP USU yang dianggap perlu. Selanjutnya penyebaran kuesioner kepada para responden. Jumlah kuesioner yang disebarkan adalah sebanyak 100 buah. Kuesioner ini dibagikan kepada para mahasiswa/mahasiswi angkatan 2010 dan 2011 dari setiap departemen/jurusan.

(13)

Pada saat pengisian kuesioner berlangsung, peneliti membimbing para responden dalam pengisian data. Hal ini dilakukan agar para responden dapat mengisi data-data yang ada dikuesioner secara baik.

IV.3 Proses Pengolahan Data

Adapun tahap ataupun langkah-langkah pengolahan data yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut :

IV.3.1 Penomeran Kuesioner

Penomeran kuesioner, yaitu kuesioner yang telah diisi oleh para responden dikumpulkan, lalu diberi nomor urut sebagai tanda pengenal yaitu 01 sampai 100.

IV.3.2 Editing

Editing, yaitu proses pengeditan atau memeriksa kembali seluruh jawaban

responden untuk memperjelas setiap jawaban serta untuk menghindari terjadinya kesilapan pengisian data ke dalam kotak kode yang disediakan.

IV.3.3 Coding

Coding, yaitu proses pemindahan jawaban dari para responden ke dalam

kotak kode yang telah tersedia dalam kuesioner untuk mempermudah pengisian ke dalam bentuk angka (skor).

IV.3.4 Inventarisasi Variabel

Inventarisasi variabel, yaitu pemindahan data yang diperoleh dari kotak kode ke dalam lembaran Foltron Cobol (FC). Hal ini dilakukan untuk memuat keseluruhan data dalam suatu kesatuan.

(14)

IV.3.5 Tabulasi Data

Tabulasi data, yaitu proses pemindahan data dari lembaran Foltron Cobol (FC) ke dalam tabel tunggal. Tabel tunggal disajikan secara rinci dilengkapi dengan kategori frekuensi, persentase serta uraian dari tabel hasil penelitian. Hasil analisis dapat dilihat pada BAB IV.

IV.4 Analisis Tabel Tunggal

Setelah semua data terkumpul, maka peneliti mulai mengolah data-data tersebut agar dapat dideskripsikan. Pengolahan dilakukan dengan cara memasukkan data-data tersebut ke dalam tabel tunggal. Analisa tabel tunggal mengemukakan data variabel penelitian dan penganalisaannya dalam bentuk analisa tabel tunggal melalui statistik deskriptif. Penelitian ini menyajikan data tabel tunggal yang terdiri dari tiga bagian yakni: karakteristik responden, variabel bebas yaitu program reality show’Minta Tolong di RCTI’, dan opini mahasiswa.

IV.5 Karakteristik Responden

Karakteristik responden disajikan untuk mengetahui latar belakang responden. Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah usia, jenis kelamin, departemen, tahun angkatan yang digunakan untuk mengetahui pria atau wanita yang menonton tayangan program reality show’Minta Tolong’di RCTI.

(15)

Tabel 4.1 Usia Responden No Usia Frekuensi % 1 ≤ 18 tahun 6 6 2 19 - 21 tahun 93 93 3 22 - 24 tahun 1 1 4 ≥ 25 tahun 0 0 Total 100 100 P.1/FC.2

Dari tabel 4.1 usia responden diatas, dapat dilihat bahwa rentang usia yang paling banyak sebagai responden adalah rentang usia 19-21 tahun, yaitu sebanyak 93 orang (93%). Diikuti responden yang rentang usianya 18 tahun, yaitu sebanyak 6 orang (6%). Kemudian rentang usia 22-24 tahun, yaitu hanya 1 orang (1%) dan 0 responden (0%) yang berusia 25 tahun keatas.

Jadi kesimpulannya, data diatas mendukung data tentang penggolongan mahasiswa/mahasiswi 2010-2011 FISIP USU berdasarkan tingkat usia, yaitu usia mahasiswa/mahasiswi 2010-2011 FISIP USU yang paling banyak adalah antara 19-21 tahun yaitu 93 orang (93%) dari jumlah sampel 100 orang responden.

Tabel 4.2

Jenis Kelamin Responden

No Jenis kelamin Frekuensi %

1 Pria 44 44

2 Wanita 56 56

Total 100 100

P.2/FC.3

Tabel 4.2 diatas menjelaskan tentang jenis kelamin responden, dimana responden pria sebanyak 44 orang (44 %) dan jumlah responden wanita sebanyak

(16)

56 orang (56%) dari jumlah sampel 100 orang responden. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jumlah responden wanita lebih banyak dari pada jumlah responden pria, hal ini dikarenakan jumlah populasi wanita lebih banyak dari jumlah populasi pria di FISIP USU.

Tabel 4.3 Departemen

No Departemen Frekuensi %

1 Ilmu Komunikasi 18 18

2 Ilmu Administrasi Negara 17 17

3 Ilmu Kesejahteraan Sosial 13 13

4 Ilmu Politik 13 13

5 Ilmu Antropologi 9 9

6 Ilmu Sosiologi 12 12

7 Ilmu Administrasi Niaga Bisnis 18 18

Total 100 100

P.3/FC.4

Berdasarkan tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa 18 orang (18%) responden menyatakan Departemen Ilmu Komunikasi, 17 orang (17%) menyatakan Departemen Ilmu Administrasi Negara, 13 orang (13%) menyatakan Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, 13 orang (13%) yang menyatakan Departemen Ilmu Politik, 9 orang (9%) menyatakan Departemen Ilmu Antropologi, 12 orang (12%) menyatakan berasal dari Departemen Ilmu Sosiologi, dan yang menyatakan dari Departemen Ilmu Administrasi Niaga Bisnis 18 orang (18%).

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi dan Administrasi Niaga Bisnis lebih banyak dari Departemen Antropologi dan Sosiologi. Ini dikarenakan untuk mahasiswa FISIP USU

(17)

angkatan 2010 dan 2011 tahun ini lebih banyak jumlahnya dan untuk 2 (dua) departemen yaitu Kesejahteraan Sosial dan Ilmu politik, jumlah populasi sama banyak.

Tabel 4.4 Tahun Angkatan

No Tahun Angkatan Frekuensi %

1 2010 49 49

2 2011 51 51

Total 100 100

P.4/FC.5

Tabel 4.4 memberikan penjelasan bahwa dari jumlah 100 orang sampel dalam penelitian ini, dapat diketahui bahwa yang menyatakan tahun angkatan 2010 sebanyak 49 orang (50%), dan yang menyatakan tahun angkatan 2011 sebanyak 51 orang (50%). Jadi dapat dikatakan bahwa responden angkatan 2011 FISIP USU lebih banyak dari jumlah kemunculan responden angkatan 2010 dan hanya berbeda 2 responden saja diantara angkatan.

IV.5.1 Program Reality Show Minta Tolong di RCTI Tabel 4.5

Waktu Tayang Reality Show (pukul 16.30-17.00)

No Uraian Frekuensi %

1 Sangat Setuju 18 18

2 Setuju 74 74

3 Tidak Setuju 6 6

4 Sangat Tidak Setuju 2 2

Total 100 100

P.5/FC.6

Dari tabel di atas, peneliti akan menunjukkan pendapat sebagian besar responden mahasiswa FISIP USU tentang kesesuaian acara reality show

(18)

‘Minta Tolong’ yang disiarkan pada sore hari yaitu pukul 16.30 sampai pukul 17.00 WIB. Hasilnya adalah sebagian besar mahasiswa menyatakan setuju acara

reality show ‘Minta Tolong’ disiarkan pada pukul 16.30 WIB. Hal ini dikarenakan

waktu tayang ‘Minta Tolong’ sangat cocok dengan waktu santai sore mereka. Selain itu beberapa responden melihat bahwa pukul 16.30-18.00 WIB merupakan acara hiburan yang banyak diisi dengan acara reality show.

Tabel 4.6

Frekuensi Penayangan Reality Show 3 kali Seminggu

No Uraian Frekuensi %

1 Sangat Setuju 7 7

2 Setuju 37 37

3 Tidak Setuju 52 52

4 Sangat Tidak Setuju 4 4

Total 100 100

P.6/FC.7

Dari tabel diatas menunjukkan data tentang tabel frekuensi penayangan

Reality Show ‘Minta Tolong’ di RCTI, dapat diberikan analisis deskriptif sebagai

berikut: dengan jumlah sampel 100 orang, dapat diketahui bahwa mayoritas responden yang sangat setuju mengenai penayangan reality show 3 kali seminggu hanya 7 responden (7%), mahasiswa yang setuju sebanyak 37 responden (37%), mahasiswa yang tidak setuju sebanyak 52 responden (52%) dan mahasiswa yang sangat tidak setuju hanya 4 responden (4%).

Jadi dapat dikatakan bahwa mayoritas responden FISIP USU, yakni 52 orang (52%) menyatakan tidak setuju dikarenakan penayangan reality show 3 kali dalam seminggu dapat membosankan responden, baik dari sisi materi acara maupun alur cerita yang ditampilkan yang mudah untuk ditebak oleh responden.

(19)

Namun, sebagian responden yang menyatakan setuju terhadap penayangan reality

show 3 kali seminggu yakni sebanyak 37 orang (37%) dikarenakan acara reality show merupakan acara yang tepat untuk menonton acara hiburan, salah satunya

acara reality show di TV.

Tabel 4.7 Gaya Bahasa Narator

No Uraian Frekuensi %

1 Sangat Setuju 22 22

2 Setuju 68 68

3 Tidak Setuju 8 8

4 Sangat Tidak Setuju 2 2

Total 100 100

P.7/FC.8

Berdasarkan tabel 4.7 tersebut, peneliti akan menunjukkan hasil jawaban dari mayoritas responden mengenai gaya bahasa narator dalam tayangan ‘Minta Tolong’ dan hasilnya adalah sebanyak 68 responden menyatakan setuju (68%), menyatakan sangat setuju 22 orang (22%), namun ada 8 orang (8%) yang menyatakan tidak setuju dan 2 orang (2%) berpendapat sangat tidak setuju.

Jadi, dapat dikatakan bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini, yakni sebanyak 68 orang menyatakan setuju disebabkan karena gaya bertutur/cara narator dalam membawakan acara merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi penontonyang disampaikan sesuai dengan isi tayangan dan mampu membuat responden larut seolah-olah masuk ke dalam situasi yang sebenarnya.

(20)

Tabel 4.8

Mengangkat Kondisi Masyarakat Kelas Bawah

No Uraian Frekuensi %

1 Sangat Setuju 48 48

2 Setuju 49 49

3 Tidak Setuju 1 1

4 Sangat Tidak Setuju 2 2

Total 100 100

P.8/FC.9

Dari tabel 4.8 diatas menunjukkan tentang frekuensi setuju atau tidaknya tayangan ‘Minta Tolong’ merupakan “acara reality show yang mengangkat kondisi masyarakat kelas bawah”,diberikan analisis sebagai berikut: diketahui bahwa mahasiswa yang sangat setuju sebanyak 48 responden (48%), mahasiswa yang menyatakan setuju sebanyak 49 responden (49%), yang menyatakan tidak setuju hanya 1 responden (1%) dan responden yang menyatakan sangat tidak setuju juga hanya 2 responden (2%).

Maka dapat dikatakan bahwa mayoritas dalam penelitian ini, yakni sebanyak 97 responden (97%) menyatakan setuju bahwa tayangan ‘Minta Tolong’ merupakan gambaran masyarakat kelas bawah dikarenakan menurut responden kondisi tersebut cukup mengena dengan kehidupan sehari-hari responden.

(21)

Tabel 4.9

Masyarakat Kecil Sebagai Pelaku/Pemeran

No Uraian Frekuensi %

1 Sangat Setuju 49 49

2 Setuju 44 44

3 Tidak Setuju 6 6

4 Sangat Tidak Setuju 1 1

Total 100 100

P.9/FC.10

Tabel 4.9 tersebut menunjukkan mayoritas 49 responden (49%) menyatakan sangat setuju bahwa masyarakat kecil sebagai pelaku/pemeran acara ‘Minta Tolong’, 44 orang (44%) menyatakan setuju, 6 orang (6%) menyatakan tidak setuju, dan yang menyatakan sangat tidak setuju terhadap masyarakat kecil sebagai pelaku/pemeran acara ‘Minta Tolong’ hanya 1 orang (1%).

Maka dapat dijelaskan bahwa sebagian besar responden menyetujui bahwa masyarakat kecil ‘disini’ sebagai peserta dalam acara ini. Hal ini karena secara ekonomi masyarakat kelas bawah yang selalu membutuhkan pertolongan.

Tabel 4.10

Penolong Juga Berasal Dari Masyarakat Kelas Bawah

No Uraian Frekuensi %

1 Sangat Setuju 14 14

2 Setuju 30 30

3 Tidak Setuju 45 45

4 Sangat Tidak Setuju 11 11

Total 100 100

P.10/FC.11

Pada tabel 4.10 ini menunjukkkan uraian mengenai penolong yang juga berasal dari masyarakat kelas bawah. Dari 100 orang responden, 14 responden

(22)

(14%) menyatakan sangat setuju, 30 responden (30%) menyatakan setuju, sebanyak 45 responden (45%) menyatakan tidak setuju dan 11 responden (11%) menyatakan sangat tidak setuju.

Jadi dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden menyatakan tidak setuju penolong juga berasal dari masyarakat kelas bawah. Dikarenakan menurut para responden seharusnya penolong boleh dari kalangan masyarakat atas dan tidak terbatas hanya dari kalangan masyarakat kecil saja.

Tabel 4.11

Pesan Sosial Dalam Tayangan ‘Minta Tolong’

No Uraian Frekuensi %

1 Sangat Setuju 67 67

2 Setuju 33 33

3 Tidak Setuju 0 0

4 Sangat Tidak Setuju 0 0

Total 100 100

P.11/FC.12

Berdasarkan dari tabel 4.11 bahwa 67 orang (67%) menyatakan sangat setuju adanya pesan sosial dalam tayangan ‘Minta Tolong’, dan 33 orang (33%) menyatakan setuju. Untuk itu dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden menyatakan sangat setuju terhadap pesan sosial yang ada di dalam tayangan ‘Minta Tolong’ yaitu bahwa sesama manusia harus saling tolong menolong. Hal ini menurut responden tayangan reality show tersebut mengajarkan untuk lebih memperhatikan kesusahan maupun kesulitan yang dialami masyarakat kelas bawah.

(23)

Tabel 4.12

Peka Terhadap Kesusahan Orang Lain

No Uraian Frekuensi %

1 Sangat Setuju 48 48

2 Setuju 52 52

3 Tidak Setuju 0 0

4 Sangat Tidak Setuju 0 0

Total 100 100

P.12/FC.13

Tabel 4.12 menunjukkan bahwa 48 orang (48%) responden menyatakan sangat setuju bahwa tayangan ‘Minta Tolong’ mengajarkan untuk peka terhadap kesusahan orang lain, dan 52 orang (52%) menyatakan setuju. Jadi dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden menyatakan setuju bahwa tayangan’Minta Tolong’ mengajarkan untuk peka terhadap kesusahan orang lain. Hal ini dikarenakan acara ini memang memperkenalkan kehidupan mengharukan masyarakat kelas bawah.

Tabel 4.13

Tidak Mementingkan Diri Sendiri

No Uraian Frekuensi %

1 Sangat Setuju 54 54

2 Setuju 44 44

3 Tidak Setuju 2 2

4 Sangat Tidak Setuju 0 0

Total 100 100

P.13/FC.14

Dalam tabel penelitian ini, peneliti akan menunjukkan hasil jawaban dari mayoritas responden sebanyak 98 orang (98%) tentang isi tayangan ‘Minta Tolong’ yang menyampaikan bahwa kita jangan mementingkan diri sendiri dan hasilnya adalah sebagian besar mahasiswa menyatakan setuju.Hal ini dikarenakan

(24)

tayangan ‘Minta Tolong’ tersebut mengangkat tentang nilai-nilai sosial dan solidaritas tentang seputar masyarakat kelas bawah.

VI.5.2 Opini Mahasiswa

Tabel-tabel berikut ini akan memperlihatkan opini para responden mengenai tayangan ‘Minta Tolong’ mengandung eksploitasi atau tidaknya tayangan tersebut terhadap masyarakat kecil.

Tabel 4.14

Gambaran Kesusahan Masyarakat Kecil Dalam Acara ‘Minta Tolong’

No Uraian Frekuensi %

1 Sangat Setuju 28 28

2 Setuju 40 40

3 Tidak Setuju 25 25

4 Sangat Tidak Setuju 7 7

Total 100 100

P.14/FC.15

Tabel 4.14 diatas menunjukkan data tentang tabel frekuensi mengenai kesusahan masyarakat kecil dalam tayangan ‘Minta Tolong’, maka analisisnya:28 responden (28%) menyatakan sangat setuju, ‘40 responden (40%) menyatakan sangat setuju, 25 orang (25%) menyatakan tidak setuju dan hanya 7 orang (7%) yang menyatakan sangat tidak setuju bahwa acara reality show ‘Minta Tolong’ merupakan acara yang menggambarkan kesusahan masyarakat kecil/miskin.

Untuk itu dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden setuju acara ‘Minta Tolong’ merupakan gambaran kesusahan masyarakat kecil. Selain itu, kemiskinan merupakan salah satu hal yang masih sering dijumpai di lingkungan masyarakat kecil/kelas bawah.

(25)

Tabel 4.15

Nilai Spiritual Dalam Acara Reality show ‘Minta Tolong’

No Uraian Frekuensi %

1 Sangat Setuju 31 31

2 Setuju 56 56

3 Tidak Setuju 13 13

4 Sangat Tidak Setuju 0 0

Total 100 100

P.15/FC.16

Berdasarkan tabel 4.15 menunjukkan 31 responden (31%) menyatakan sangat setuju terhadap nilai spiritual dalam acara reality show ‘Minta Tolong’, 56 orang (56%) menyatakan setuju, 13 orang (13%) menyatakan tidak setuju terhadap nilai spritual dalam acara ‘Minta Tolong’

Jadi dapat dikatakan bahwa mayoritas 56 orang (56%) responden merasa setuju terhadap nilai spiritual dalam acara reality show ‘Minta Tolong’ yaitu digambarkan bahwa perbuatan menolong orang lain akan mendapat pahala. Hal ini bisa dikatakan juga sebagai suatu ajaran setiap agama yang dianjurkan kepada setiap orang untuk saling menolong.

Tabel 4.16

Dorongan Yang Timbul Untuk Membantu Kesusahan Orang Lain

No Uraian Frekuensi %

1 Sangat Setuju 31 31

2 Setuju 62 62

3 Tidak Setuju 4 14

4 Sangat Tidak Setuju 3 3

100 100

(26)

Tabel 4.16 menunjukkan data tentang ‘dorongan yang timbul pada diri sendiri untuk membantu kesusahan orang lain dalam tayangan ‘Minta Tolong’ dan analisisnya: sebanyak 31 responden (31%) menyatakan sangat setuju, 62 responden (62%) menyatakan setuju, 4 orang (14%) menyatakan tidak setuju, dan hanya 3 orang (3%) yang menyatakan sangat tidak setuju.’.

Untuk itu dapat dikatakan bahwa mayoritas 62 responden (62%) menyatakan setuju adanya dorongan yang timbul pada diri sendiri untuk memabntu kesusahan orang lain setelah menonton tayangan tersebut.

Tabel 4.17

Perasaan Bahagia Ketika Menolong Orang Lain

No Uraian Frekuensi %

1 Sangat Setuju 56 56

2 Setuju 42 42

3 Tidak Setuju 1 1

4 Sangat Tidak Setuju 1 1

Total 100 100

P.17/FC.18

Berdasarkan tabel 4.17 menunjukkan data tentang tabel frekuensi ‘perasaan bahagia ketika menolong orang lain’ dan analisisnya: bahwa 56 responden (56%) menyatakan sangat setuju, 42 responden (42%) menyatakan setuju, 1 orang (1%) menyatakan tidak setuju, dan 1 orang (1%) yang menyatakan sangat tidak setuju. Untuk itu dapat dikatakan bahwa mayoritas responden setuju adanya perasaan bahagia ketika bisa menolong orang lain.

(27)

Tabel 4.18

Gambaran Masyarakat Kelas Bawah

No Uraian Frekuensi %

1 Sangat Setuju 32 32

2 Setuju 53 53

3 Tidak Setuju 14 14

4 Sangat Tidak Setuju 1 1

Total 100 100

P.18/FC.19

Salah satu fungsi media TV adalah fungsi informasi. Dalam penelitian ini, peneliti ingin menunjukkan hasil dari jawaban mahasiswa tentang tayangan ‘Minta Tolong’ yang merupakan gambaran masyarakat Indonesia yang berada dalam kesulitan’, hasilnya adalah bahwa 32 reponden (32%) dalam penelitian ini menyatakan sangat setuju, diikuti 53 responden (3%) menyatakan setuju, 14 responden (14%) menyatakan tidak setuju dan hanya 1 responden (1%) menyatakan sangat tidak setuju.

Jadi dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden yakni 85 orang (85%) menyatakan setuju tayangan ‘Minta Tolong’ merupakan gambaran masyarakat Indonesia yang berada dalam kesulitan, dalam hal ini masyarakat miskin yang sampai bulan Maret 2012 jumlahnya mencapai 29,13 Juta orang (http://id.berita.yahoo.com).

Tabel 4.19

Mengiba/Memelas Agar Ditolong

No Uraian Frekuensi %

1 Sangat Setuju 6 6

2 Setuju 28 28

3 Tidak Setuju 51 51

4 Sangat Tidak Setuju 15 15

Total 100 100

(28)

Penelitian tabel 4.19 diatas mengenai peilaku mengiba/memelas yang ada di dalam tayangan ‘Minta Tolong’, hasilnya adalah 6 responden (6%) menyatakan sangat setuju, 28 responden (28%) menyatakan setuju, sebanyak 51 responden (51%) menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju ada 15 responden (15%). Maka dapat dikatakan bahwa sebagian responden yakni 66 responden (66%) menyatakan tidak setuju perilaku meminta tolong yang ditampilkan dianggap memelas/mengiba dikarenakan menurut responden tindakan yang dilakukan seseorang yang benar-benar membutuhkan pertolongan dan hal itu secara wajar dilakukan.

Tabel 4.20

Media Massa Sebagai ‘Sumber Rezeki’

No Uraian Frekuensi %

1 Sangat Setuju 13 13

2 Setuju 33 33

3 Tidak Setuju 40 40

4 Sangat Tidak Setuju 14 14

Total 100 100

P.20/FC.21

Tabel 4.20 menguraikan tentang opini mahasiswa terhadap tayangan ‘Minta Tolong’ yang menggambaran media sebagai ‘Tuhan’ yang memberikan pahala (hadiah), dan dari data diatas dapat dikatakan bahwa sebanyak 13 responden (13%) menyatakan sangat setuju, 33 responden (33%) menyatakan setuju, diikuti oleh 40 responden yang menyatakan tidak setuju dan 14 responden (14%) menyatakan sangt tidak setuju.

Maka dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden yakni 54 responden (54%) menyatakan tidak setuju mengganggap bahwa media sebagai

(29)

‘Tuhan’ yang memberikan pahala (hadiah). Dikarenakan menurut para responden, mereka percaya adanya balasan yang baik ketika berbuat baik, apapun bentuknya baik itu pahala atau sebuah ‘hadiah’ yang berbentuk materi.

IV.6 Pembahasan

Saat ini tayangan reality show khususnya reality show lokal banyak menarik perhatian para pemirsanya, termasuk kalangan masyarakat maupun mahasiswa itu sendiri, serta telah banyak ditayangkan di beberapa stasiun televisi swasta. Namun dari setiap tayangan reality show yang ada, terdapat daya tarik tersendiri bagi para pemirsanya. Hal ini juga bergantung pada tema yang diangkat dan dengan secara tidak langsung dapat mengklasifikasikan peminatnya, seperti halnya dari segi usia responden yang menyaksikan tayangan reality show tersebut.

Dari hasil penelitian terlihat bahwa responden FISIP USU usia antara 19-21 tahun dengan jenis kelamin wanita menyukai tayangan jenis ini khususnya tayangan ‘Minta Tolong’ di RCTI. Hal tersebut dapat dilihat pada data yang menyatakan bahwa mayoritas responden FISIP USU setuju mengenai waktu tayang ‘Minta Tolong’ yang berdurasi setengah jam (30 menit) dengan frekuensi penayangan yang kurang dari 3 kali dalam seminggu.

Tayangan reality show ‘Minta Tolong’ di RCTI merupakan program yang menyuguhkan gambaran seputar kehidupan masyarakat kecil sehingga dapat memperkenalkan penonton pada kehidupan orang kecil seperti apa adanya. Pada setiap episodenya, tayangan ‘Minta Tolong’ menayangkan tema yang berbeda dengan pelaku/pemeran yang berbeda pula yang juga berasal dari masyarakat

(30)

kelas bawah. Yang dipilih menjadi pelaku/pemeran adalah anak-anak, lansia maupun wanita paruh baya yang sabar, tekun, gigih berjuang, meski hidupnya miskin dan penuh kesusahan.

Tayangan reality show hadir tanpa arahan sutradara, orang-orang yang terlibat didalamnya juga bukanlah aktor/aktris. Rasa haru, marah, sedih, gembira, dan berbagai ekspresi wajah yang ditampilkan pemerannya begitu nyata, real dan murni dari hati nurani. Reality show seharusnya berbeda dengan acara hiburan lainnya yang dipenuhi rekayasa dibalik skenario.

Namun kenyataannya beberapa acara reality show yang ada di televisi saat ini sudah banyak yang direkayasa, sesuai dengan namanya ‘show’, maka pertunjukan atau adegan ceritanya jelas harus menghibur, dengan unsur dramatisasi agar yang ditampilkan seolah-olah real atau benar-benar terjadi.

Tayangan reality show yang bertajuk ‘Minta Tolong’ di RCTI merupakan tayangan yang disesuaikan dengan suasana masyarakat Indonesia yang memiliki penghasilan ekonomi kebawah atau masyarakat kecil yang mengharapkan bantuan dan pertolongan orang lain. Ketika kehidupan sederhana mereka disorot, kita ikut merasa terenyuh, ketika akhirnya mereka tampak sangat bahagia, kita ikut tersenyum dan merasa bahagia.

Ditambah Dengan adanya narator dalam menyampaikan narasi yang terkadang harus dibumbui dengan kata-kata empati dan prihatin dalam menggambarkan suasana permintaan tolong yang mampu membuat penonton merasakan perasaan senang ketika ada yang mau menolong dan reaksi emosional yang spontan ketika penolakan pemberian pertolongan kepada si peminta tolong.

(31)

Dengan kata lain, narator dapat membuat penonton larut seolah-olah ke dalam situasi yang sebenarnya, meski tidak secara langsung merasakan dan juga bukanlah orang yang memberikan kebahagiaan kepada mereka, penonton bisa ikut merasa lega, senang ataupun sedih.

Artinya dalam hal ini bahwa tayangan reality show dikemas sedemikian rupa dengan tema sosial akan tetapi judulnya tetap hiburan. Perlu kita ketahui bahwa walaupun dengan mengantongi label hiburan, tentu pihak produsen akan mencari sudut pandang terbaik agar tayangan menjadi menarik untuk ditonton. Hasilnya, ekspresi wajah yang terharu atau tangisan tersedu-sedu menjadi tontonan yang dinanti-nanti pemirsa, dimana saat pertolongan itu datang kepada pemeran tayangan ‘Minta Tolong’ tersebut.

Pada setiap pelaksanaannya, peserta begitu dieksploitasi oleh tayangan ini, dimana peserta yang mayoritas dari kalangan ekonomi bawah terlihat berjalan kesana–kemari di jalanan yang meminta bantuan atau pertolongan orang lain yang disaksikan oleh khalayak ramai dan itu disiarkan ke seluruh Indonesia.

Program ini tampak memanfaatkan orang –orang yang kurang beruntung, yaitu masyarakat kalangan bawah untuk menjadi bintang dalam acaranya. Pada akhirnya, ekspresi jujur mereka dijadikan daya tarik bagi para penonton. Dan jika tayangan tersebut menjanjikan dan mampu menyedot perhatian penonton, maka pada akhirnya tentu akan menjadi daya tarik bagi produsen stasiun televisi khususnya stasiun televisi swasta. Seperti yang telah terjadi pada tayangan ‘Minta Tolong’, setelah sukses, tayangan tersebut menyedot perhatian pemirsa dan melancarkan pemasukan iklan.

(32)

Semua acara televisi selalu memiliki unsur eksploitasi, program berita mengeksploitasi peristiwa-peristiwa terkini, program musik mengeksploitasi kemampuan para musisi, program sinetron atau film mengeksploitasi kemampuan para artis, infotainment mengeksploitasi kemampuan para selebriti dan sebagainya. Semuanya di eksploitasi agar bisa ditampilkan secara maksimal demi kepuasan penonton.

Kritikan terakhir terhadap acara televisi saat ini adalah tidak adanya siaran yang mendidik. Mulai dari sinetron hingga reality show, sedikit yang memberikan nilai pendidikan. Kemiskinan sebenarnya tidak layak untuk mencari keuntungan segelintir orang, menikmati siaran yang mengangkat kemiskinan mungkin baik jika hasilnya adalah tumbuh empati dan rasa ingin membantu.

(33)

BAB V PENUTUP

V.1. KESIMPULAN

Tayangan reality show yang marak ditayangkan akhir ini merupakan suatu hal yang fantastis. Hampir semua stasiun berlomba-lomba untuk membuat tayangan seperti ini, tentunya dengan tema yang berbeda-beda.

‘Minta Tolong’ Sebagai salah satu acara reality show yang menyorot kehidupan masyarakat kecil yang berada dalam lingkaran kemiskinan, merupakan acara reality show yang banyak ditonton dengan kemasan judul tayangan yang berbeda dari reality show lainnya. Reality show yang tidak lagi murni memberikan bantuan tetapi sudah mengarah kepada tindakan pengeksploitasian masyarakat kecil sebagai pesertanya, penolong yang juga berasal dari masyarakat kelas bawah dan puncaknya rasa keharuan, sedih bercampur gembira yang peneliti kemuakan sebelumnya di latar belakang permasalahan yaitu ‘momen dramatik’ yang membuat acara reality show tersebut sangat disukai sehingga meningkatkan rating dan share serta pemasukan iklan bagi para produsen atau pemilik stasiun televisi memperoleh profit yang tidak sedikit.

Berdasarkan jawaban atas kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Para responden melihat bahwa acara reality show ‘Minta Tolong’ merupakan gambaran kesusahan dan kondisi sosial masyarakat Indonesia khususnya masyarakat kelas bawah dimana sebagian besar jawaban responden menyatakan setuju atas uraian tersebut yang diajukan di dalam kuesioner.

(34)

Setelah sebagian besar responden setuju dan melihat bahwa acara tersebut merupakan gambaran dan kondisi sosial masyarakat kelas bawah, para responden memiliki keinginan untuk menolong mereka atau dapat dikatakan bahwa timbulnya dorongan untuk menolong.

Besarnya mayoritas reponden yang mengakui adanya kepuasan emosional ketika adanya keinginan untuk menolong orang lain, yaitu perasaan bahagia karena bisa menolong seseorang. Peneliti melihat bahwa para responden umumnya menyukai acara reality show ini, hal ini terbukti dari mayoritas jawaban responden setuju akan hal tayangan tersebut yang secara tersirat menyampaikan agar tidak mementingkan diri sendiri.

2. Pada akhir kesimpulan ini, peneliti melihat bahwa opini para responden mengenai tindakan pengeksploitasian terhadap masyarakat kecil dalam acara tersebut berpendapat tidak setuju. Para responden melihat acara reality show tersebut menunjukkan kondisi nyata dari masyarakat kelas bawah yang benar-benar membutuhkan pertolongan walaupun si penolong juga berasal dari masyarakat kelas bawah. Para responden menganggap bahwa hal itu wajar-wajar saja dikarenakan mereka melihat siapapun yang membutuhkan pertolongan harus ditolong sekalipun dirinya juga sedang berada dalam kesulitan.

(35)

V.2. SARAN-SARAN

1. Dari komentar tambahan yang terdapat di kuesioner, para responden melihat acara reality show tersebut sangat bagus untuk ditayangkan. Namun, karena penayangan reality show ini telah berakhir sejak beberapa bulan yang lalu, para responden ingin tayangan ini tetap dilanjutkan.

2. Walaupun tayangan ini sudah berakhir, namun diharapkan dengan acara ini dapat memotivasi masyarakat yang menonton untuk menolong sesama yang membutuhkan.

3. Tidak adanya motivasi untuk mendapatkan hadiah ketika menolong orang lain, namun karena kesadaran menolong sesama dan kepedulian akan keperhatian atas orang-orang yang membutuhkan pertolongan.

4. Media televisi sebagaimana media massa lainnya, salah satu fungsinya yaitu sebagai sarana hiburan. Hal tersebut boleh saja berlaku bagi tayangan ‘Minta Tolong’. Namun, walau bagaimanapun hendaknya bagi para pebisnis hiburan jangan terlalu mengekspos atau menjadikan ‘Bisnis Fenomena Kemiskinan’ ini menjadi tontonan yang menarik hanya untuk mendapatkan keuntungan dan ‘menomorduakan’ nilai-nilai moral terutama nilai sosial yang berlaku di Indonesia.

Gambar

Tabel 4.1   Usia Responden  No  Usia  Frekuensi  %  1  ≤ 18 tahun  6  6  2  19 - 21 tahun  93  93  3  22 - 24 tahun  1  1  4  ≥ 25 tahun   0  0  Total  100  100  P.1/FC.2
Tabel 4.3  Departemen
Tabel 4.4 memberikan penjelasan bahwa dari jumlah 100 orang sampel  dalam penelitian ini, dapat diketahui bahwa yang menyatakan tahun angkatan  2010 sebanyak 49  orang (50%), dan yang menyatakan tahun angkatan 2011  sebanyak 51  orang (50%)
Tabel 4.7   Gaya Bahasa Narator
+4

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Namun pada umumnya seperti yang telah diuraikan diataslah cara memasaknya.Arti dalam bahasa Batak Toba, Naniura adalah ikan yang tidak dimasak, namun rendaman asam

”Orang yang sukses, tidak hanya di bidang finansial, bisa bidang apa saja, apabila sukses ini dicapai dengan cara yang tidak benar maka pasti ia akan mengalami hal-hal negatif

Maryono, M.Sc Ach Firman W, M.Si 64 63 Sagu Rangers PKM K Andri Riadi Maulana H34150001 Tintin Sarianti, SP., MM Nia Rosiana, M.Si Tursina A Putri, M.Si 65 64 SOBASI (SOap

Kemudian yang menarik diperhatikan adalah salah satu persyaratan dalam berpoligami adalah adanya persetujuan isteri, dalam pasal 59 KHI disebutkan bahwa dalam hal

Hati dan fikiran yang terfokus pada persoalan, kesulitan dan kecemasan sering kali menjadikan kita lupa akan tugas dan panggilan untuk membawa kabar sukacita kepada

Kemampuan isolat bakteri dalam mendegradasi senyawa hidrokarbon yang terkandung dalam limbah minyak berat dilakukan untuk menyeleksi isolat yang akan digunakan untuk

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Gubernur Jawa Tengah tentang Perubahan Atas Peraturan

Tidak adanya hubungan disebabkan oleh sebagian besar (93,3%) dengan status gizi baik indeks BB/U cenderung berasal dari keluarga balita yang tahan pangan namun