PROFIL Growth Hormon
e
SAPI
BALi PEMELIIIARAAN DI PROVINSI BALI HUBTINGAN ANTARA DIMENSI LEBAR BALIBETINA
PADATIGA
TIPE
LAHANINDUK DENGAN PEDET PADA SAPI
KARAKTERISTIK PROTEIN DAGING SAPI
BALI DAN
WAG\'U
SETELAH DIREBUSPENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN ASHITABA(.Angelica keiskei) TERHADAP HISTOPATOLOGI LAMBUNG MENCIT (Mus muscalas) JANTAN
PROFIL HEMATOLOGI (DIFERENSIAL LEUKOSIT, TOTAL LEUKOSIT DAN TROMBOSIT) PADA MENCIT DENGAN PEMBERIAN
JAMU
TEMULAWAK (Curcuma xanthorriza, roxb) SECARA ORALPENGARUH LAMA PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR TELUR
ITIK
SEGAR DAN TELUR YANG MENGALAMI PENGASINAN BERASAL DARI UKM MULYO MOJOKIRTO DITINJAU DARI IUMLAH Eschericia coliPROFIL GLUKOSA DARAH
DAN
UREA PLASMA PADA SAPIBALI
YANG MENDERITAANESTRUS PO ST PARTUMPENURTINAN KADAR PROGESTERON SETELAH PEMBERIAN
PGF,A
YANG DIEKSTRAKDARI
SEL MONOLAYER VESIKULA SEMINAUS SAPI BALI DISIMPAN PADA SUHU, WAKTU YANG BERBEDAKADAR KALSIUM DAN FOSFOR PADA TULANG TIKUS BETINA YANG DIBERI TEPTING TEMPE RENDAH LEMAK
KADAR MINERAL KALSruM DAN BESI PADA SAPI BALI YANG DIPELIHARA DI LAHA\PERSAWAHAN
PENGARUH EKSTRAK ETANOL DALrN ASHITABA (Angelica ketsfref TERHADAP PERUBAHAN HISTOPATOLOGI USUS HALUS MENCIT (Mas n usculus)
DAYA HIDUP SPERMATOZOA
BABI
Large white DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK CAIRANVESIKULA SEMINALIS SAPI BALIIDENTIFIKASI SPESIES STAFILOKOKUi
'OOO
\ - \:. I Frbrurri :015 ISS\:2085-2495
BULETIN
VETERINER UDAYANA
PENANGGUNG JAWAB
DEKAN FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA
KETUA Ni Ketut Suwiti
SEKRETARIS I Wayan Sudira
ANGGOTA lwan Harjono U. I Nengah Kerta Besung
IGBN Trilaksana Sri Kayati Widyastuti
Putu Suastika Kadek Karang Agustina
A.A.G.O Dharmayuda Made Kardena Tjok. Sari Nindia
PENYUNTING
A.A.Ayu MirahAdi, IGNB Trilaksana, I Nengah Wandia, Ketut Suatha, Wayan Suardana, lwan Haryono U, NK Suwiti, Ketut Berata,
Nyoman Sadra Dharmawan, Made Sriasih (Unram),
Pudji Astuti (UGM), Maxs U.E. Sanam (Undana), Agik Suprayogi (tPB)
TATA USAHA I Wayan Kayun Wardana Made Pramodya Hapsari Dewi
SEKRETARIAT
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA JALAN PB SUDIRMAN DENPASAR TELP. 0361-223791
email : info@ bu lletinvete riner. com
Web : http//:www.ojs.unud.ac. id/index.php/buletinvet
Volunre 7 No. I Februari 2015 ISSN: 2085-249s
Penurunan Kadar Progesteron Setelah Pernberian PGF2o yang Diekstrak dari Sel Mor.rolayer Vesikula Seminalis Sapi
Bali
Disimpan pada Suhu, Waktu yang Berbeda(.DECREASE LEVEL OF PROGESTERONE AFTER TREATED I,4TH PGF, A EXTRACTED FROM BALI CATTLE TESICULA SEMINALIS MONOLAYER CELL AND STORED AT DIFFERENT TEMPER4TURE AND PERIOD).
Tjok Gde Oka Pemayun, IGNB Trilaksana, L.
Mahaputra
...53-57 Kadar Kalsium dan Fosfbr Pada Tulang Tikus Betina yang Diberi TepungTempe Rer.rdah LenT ak
(CALCIUM AND PHOSPHORUS LEVELS OF R4T BONE FEXULES GII/EN FAT-LOW TEMPE FLOUR)
Rcggy Raisa Tangalayuk, I Nyoman Suarsana, Iwan Harjono Utama...
. .
..59-65 Kadar Mineral Kalsium dan Besi pada Sapi Bali yang Dipelihara di LahanPersawahan
(LEI/EL
OF
MINEK4L CALCIUM AND BEING FARMED IN THE RICE I.-]ELD) Ni Nyoman Tri Pujiastari, Putu Suastika, NiIRON ON THE
BALI
CATTLEPengaruh Ekstrak Etanol Daun Ashitaba (Angelictt keiskei)Terhadap Perubahalr Histopatologi Usus HalusMencil (Mus musculus)
(EFFECTOFTHEETHANOL EXTR4CTOF ASHITABALEAI/ES(ANGELICA KEISKEI) AGAINS HISTOPHATOLOGICALCHANGESON
THE
SMALL ]NTESTINEOF MICE (MUS MUSCULUS)I Made Putra Wiadnyana, Ketut Budiasa, I
Daya Hidup Spermatozoa Babt Large Itrhile Dengan Penan.rbahan Ekstrak Cairan Vesikula Seminalis Sapi Bali
(TITALITY
OF
SPERMATOZOAIN
't/HrTE
LARGE BREED S'fi/INES ADDED BY EXTRACTED LIQUID OF BALI CATTLE SEMINAL I/ESICLE)
Klaza Aini, Tjok Gcde Oka
Penayun...
... 79-85 Identrfikasi Spesres Stafilokokus Pada Ikan Kerapu di Kabupaten KarangasemDengan Analisis Sekuen 165 rRNA
(SPECIES IDENTIFICATION OF STAPHYLOCOCCUS ON GROUPER
IN
KARANGASEM REGENCY BASED ON 165 RIBOSOMAL RNA SEQUENCE ANALYSIS)I
NengahKefia
Besung, Ketut Wella Mellisandy,I
Gst Ngurah Kade'. rrlume 7 No. I Febmari 201 5 ISSN: 2085-2495
DAFTAR ISI
Proli Growth Hormone Sapi Bali Betina Pada Tiga Tipe Lahan Pemeliharaan Di Provinsi Rali
'THF, GROWTH HORMONE PROFILE OF
BALI
CATTLE'SIN
THREE TYPES OF PRESERVATION AREAIN
BALI PROVINCE)Sri Milfla, Ni Ketut Suwiti, I Wayan Masa
Tenaya...
1-8 Hubungan Antara Dimensi Lebar Induk dengan Pedet pada Sapi BaliITHE CORRELATION OF COW WIDTH DIMENSIONS IT/ITH CALF OF B.ILI CATTLE)
I Putu Windhu Mahardika, I Putu Sampurna, Tjokorda Sari Nindhia... 9-15 Karakteristik Protein Dagrng Sapi Bali dan Waglu Setelah Direbus
ITHE
PROTEIN CHAK4CTERISTICSOF BALI AND
WAGYU BEEF BOILED)Widodo Cipto Subagyo, Ni Ketut Suwiti, I Nyoman
Suarsana...
...17-25 Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Ashitaba (Angelica keiskei)Terhadap Histopatologi Lambung Mencit (Mas musculus) Jantan
(THE EFFECT OF ETHANOL EXTR4CT OF ASHITABA LEAVES (Angelica keiskei) TOWARD THE GASTRIC HISTOPATHOLOGY OF |t4.4LE (Mus musculus) MICE)
I Putu Adi
Wiralaga,
I
Wayan Sudira,
I
Made
Kardena,A.A.G.O.
Dharmayudha...
. .... ...27-33 Profil Hematologi (Diferensial Leukosit, Total Leukosit Dan Trombosit) PadaMencit Dengan Pemberian Jamu Temulawak (Curcuma xanlhorriza, Roxb) Secara Oral
(HEMATOLOGICAL PROFILE (LEUCOCYTE DIFFERENTIAL, TOTAL LEUKOCYTES AND PLATELETS) IN MICE I'TIITH OR4L ADMINISTKATION
OF JAI,M TEMULAII.AK (CURCUAL{ XANTHORRIZA, ROXB))
Robby Deddy S, IB Komang Ardana, I Wayan Sudira, A.A.G.O.Dharmayudha ... 35-40 Pengamh Lama Penyimpanan Pada Suhu Kamar Telur
Itik
Segar Dan TelurYang Mengalami Pengasinan Berasal Dari UKM Mulyo Mojokerlo Ditinjau Dari Jumlah ,Esc hericia coli
( EFFECT OF LONG STORAGE
IN
THE ROOM TEMPERATURE FRESH DUCK EGGS AND DUCK EGGS IN SALTING PROCESS DEMVED FROMUKM MULYO MOJOKERTO I/IEI4/ED FROM TOTAL OF Eschericia coli )
Ratna Pandu Finata,Mas Djoko Rudyanto,I Gusti Ketut Suarjana... 4I-41 Profil Glukosa Darah dan Urea Plasma pada Sapi
Bali
yang MenderitaAnestrus Post Paftum
CHE
BLOOD
GLUCOSE
PROFILEAND
PLASA44I]REA
INP O S P A RTU M ANESZR US O F B ALI C ATTLE )
Made Kota Budiasa, Tjok Gde Oka
Pemayun
... 49-52Buletin Veteriner Udayana Volume 7 No. 1
ISSN : 2085-2495 Februari 2015
59
Kadar Kalsium dan Fosfor Pada Tulang Tikus Betina yang Diberi Tepung
Tempe Rendah Lemak
(CALCIUM AND PHOSPHORUS LEVELS OF RAT BONE FEMALES GIVEN FAT-LOW TEMPE FLOUR)
Reggy Raisa Tangalayuk1, I Nyoman Suarsana2, Iwan Harjono Utama2
1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan,2Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana.
Jl.P.B.Sudirman Denpasar Bali
Email:far.eraiesa@yahoo.com
ABSTRAK
Tempe mengandung sumber mineral yang dapat digunalan untuk membantu pembentukan tulang pada masa pertumbuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar kalsium, fosfor dan rasio kalsium-fosfor tulang tibia tikus betina yang diberi tepung tempe rendah lemak. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri atas lima kelompok perlakuan dan lima kali ulangan. Penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus betina strain Spraque Dawley umur 2 bulan dibagi dalam lima kelompok perlakuan, yaitu K1: tikus perlakuan kontrol; K2 - K5: tikus normal yang diberi masing-masing 1; 2; 4; dan 6 mg/200 g bb/hari tepung tempe rendah lemak secara oral. Pada akhir perlakuan tikus dikorbankan dengan cara dibius, kemudian tulang tibia diambil untuk analisis kadar kalsium dan fosfor menggunakan metode Atomic Absorbance Spectrophotometric (AAS) dan spektrofotmeter. Hasil penelitian menunjukkan kadar kalsium tulang tibia tikus perlakuan cendrung meningkat seiring dengan meningkatnya pemberian dosis bila dibandingkan dengan tikus perlakuan kontrol meskipun tidak berbeda nyata. Kadar fosfor cendrung meningkat dengan meningkatnya dosis dan berbeda nyata. Sebaliknya, rasio kalsium dan fosfor tulang tibia menurun dengan meningkatnya pemberian dosis tepung tempe rendah lemak tetapi tidak berbeda nyata.
Kata-kata Kunci: Kalsium, fosfor, tulang, tempe, tikus
ABSTRACT
Tempe contains of resources mineral that can be used to help bone formation during growth. This study aimed to determine the levels of calcium, phosphorus and calcium-phosphorus ratio tibia on female rats administered fat-low tempe flour. This study was used completely randomized design (CRD) consisted of five treatment groups, each consisted of three rats. This study was used of 25 female rats Spraque Dawley strain age two months were divided into five treatment groups i.e., K1: rat control treatment; K2 - K5: normal rats given fat-low tempe flour doses of 1, 2, 4, and 6 mg/200g bb/day repectively, orally. At the end of treatment the rats were sacrificed by anesthesia, and tibia bones were taken for analysis of the calcium and phosphorus levels using AAS method (atomic absorbance spectrophotometer) and spectrophotometer. The results showed calcium levels in rats treated with low-fat soybean flour tends to increase with increasing dose when compared to control although not significantly different. Phosphorus levels was tend to increase with increasing dose and significantly different. In contrast, the ratio of calcium and phosphorus tibia decreased with increasing dose of fat-low tempe flour but not significantly different.
Buletin Veteriner Udayana Volume 7 No. 1
ISSN : 2085-2495 Februari 2015
60
PENDAHULUAN
Tulang berfungsi sebagai alat gerak pasif, tempat pertautan otot, tendo, dan
ligamentum, sebagai penopang tubuh,
melindungi organ tubuh yang lunak dan mudah rusak, memberi bentuk tubuh dan tempat hemophoesis darah. Tulang menjadi keras dan kuat karena mengandung kalsium, mineral, protein tulang, dan serabut kolagen yang membentuk kristal hidroksiapatit, sehingga tulang juga berfungsi sebagai tempat deposit mineral, khususnya kalsium, fosfat, dan magnesium dengan kepadatan
tertentu melalui pengaturan sistem
hemostasis tubuh (Burger et al., 1995). Jaringan tulang dibentuk oleh sel-sel
tulang, yaitu osteosit, osteoblas, dan
osteoklas. Osteosit adalah sel osteoblas yang terpendam di dalam matriks tulang (Leeson
et al. 1996). Osteoblas berfungsi sebagai
pembentuk osteosit (matriks tulang) dan serabut kolagen tulang. Osteoklas berfungsi sebagai penghancur tulang. Dalam keadaan normal, osteoblas dan osteoklas bekerja sama dalam pembentukan struktur tulang
yang mencakup proses modeling dan
remodeling (Smith, 1993).
Dalam menjalankan tugasnya, tulang akan selalu mengalami proses perusakan dan pembentukan kembali (proses remodeling).
Pada dasarnya, hormon juga sangat
berpengaruh dalam proses pembentukan tulang, diantaranya adalah hormon estrogen, testosteron, dan hormon paratiroid yang akan meningkatkan aktifitas osteoblas dan pertumbuhan tulang. Pertumbuhan tulang dipercepat selama masa pubertas (masa pertumbuhan) dimana kadar hormon pada masa tersebut melonjak. Oleh karena itu diharapkan pertumbuhan tulang dapat terjadi dengan baik selama masa pertumbuhan. Apabila usia telah lanjut dan telah terjadi menopause maka kadar hormon estrogen turun, hormon pertumbuhan juga berkurang
sehingga aktifitas osteoblas menjadi
berkurang, yang mengakibatkan
pembentukan tulang berkurang (Nasution, 2011).
Semasa pertumbuhan, tulang mengalami perubahan dan pembaharuan tulang secara berkesinambungan, baik perubahan bentuk dan ukuran (modelling) atau pembaharuan struktur (remodelling). Remodelling tulang
merupakan proses pembentukan dan
penyerapan atau resorbsi tulang yang
dilakukan sel-sel tulang osteoklas dan osteoblas (Favus, 1993).
Sumber utama kalsium adalah susu, dan hasil olahan susu seperti keju. Kacang-kacangan serta hasil olahannya seperti tahu, tempe, sayuran hijau merupakan sumber kalsium yang baik (Almatsier, 2003). Sejak dahulu, masyarakat telah mengenal tempe sebagai bahan sumber pangan. Selain sebagai sumber protein, lemak, tempe juga kaya akan kandungan mineral terutama Ca dan fosfor (Astawan, 2008). Tempe bukan saja sebagai sumber protein, tetapi juga mengandung mineral makro dan mikro dalam jumlah yang cukup. Kapang tempe dapat menghasilkan enzim fitase yang akan menguraikan asam fitat (yang mengikat beberapa mineral) menjadi fosfor dan inositol. Dengan terurainya asam fitat,
mineral-mineral tertentu (seperti besi,
kalsium, magnesium, seng) menjadi lebih tersedia untuk dimanfaatkan tubuh. Jumlah mineral zat besi, tembaga, dan seng berturut-turut adalah 9,39, 2,87, dan 8,05 mg setiap 100 gram tempe (Bambang, 2005).
Tepung tempe rendah lemak yang digunakan dalam penelitian ini dibuat
dengan tujuan untuk menyediakan
kandungan kalsium dan fosfor yang tinggi.
Kandungan kedua mineral tersebut
diharapkan dapat meningkatkan kadar
mineral kalsium dan fosfor dalam plasma tikus betina dalam pertumbuhan normal (Nurdin et al., 2002). Diharapkan, efek positif yang terjadi pada tikus masa pertumbuhan normal dapat diaplikasikan untuk mencegah kasus-kasus kerapuhan tulang seperti osteoporosis.
Penelitian ini bertujuan untuk
Buletin Veteriner Udayana Reggy Raisa, dkk
ISSN : 2085-2495
61
METODE PENELITIAN
Bahan dan Alat
Hewan percobaan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah 50 ekor tikus putih betina strain Spraque Dawley umur 2 bulan dengan berat badan rata-rata 200g. Bahan-bahan yang digunakan adalah pakan tikus, sekam, aquadest, tempe komersial, tricloroacetic acid (TCA) 17%, ammonium
molibdat, H2SO4 96-98%, FeSO4.7H2O,
KH2PO4. Peralatan yang digunakan dalam
penelitian ini antara lain kandang tikus berupa kotak plastik dan tutup kandang yang terbuat dari anyaman kawat, botol tempat minum tikus, spuit 3 ml, sekam, alat bedah,
sentrifugasi, mikropipet, pipet, lemari
pendingin, spektrofometer, atomic
absorbance spectrohotometric (AAS), sonde
lambung, mortar, inkubator, dan tabung
reaksi
Metode Penelitian
Persipan hewan percobaan
Penelitian ini menggunakan metode
eksperimental dengan rancangan acak
lengkap (RAL) yang terdiri atas lima
kelompok perlakuan. Penelitian ini
merupakan bagian penelitian hibah
kompetensi (Suarsana et al., 2010)
menggunakan 50 ekor tikus betina strain Spraque Dawley umur 2 bulan dibagi dalam lima kelompok perlakuan, yaitu K1: tikus perlakuan kontrol; K2 - K5: tikus normal yang diberi masing-masing tepung tempe rendah lemak dengan kandungan isoflavon 1; 2; 4; dan 6 mg/200 g bb/hari secara oral.
Sebelum perlakuan, tikus percobaan
diadaptasikan dengan kondisi laboratorium
selama 2 minggu. Perlakuan diberikan
selama 2 bulan. Pada akhir perlakuan, semua tikus dikorbankan dengan cara dibius dengan ketamin-HCl. Tulang tibia diambil dan dibersihan untuk dianalisis kandungan kalsium, fosfor, dan rasio kalsium-fosfor.
Analisis kadar kalsium tulang
Sebanyak 1 g sampel tulang
ditambahkan 5 ml asam nitrat pekat dan didiamkan selama 1 jam pada suhu kamar.
Kemudian dipanaskan di atas hot plate dengan suhu rendah selama 4-6 jam dan dibiarkan selama satu malam. Selanjutnya ditambahkan 0,4 ml asam sulfat pekat dan dipanaskan di atas hot plate selama 1 jam. Ditambahkan 2-3 tetes larutan campuran HClO4:HNO3 (2:1) sampai ada perubahan warna menjadi kuning muda. Sampel dipindahkan dan didinginkan dan ditambah 2 ml aquades dan 0,6 ml HCl. Kemudian dipanaskan kembali selama 15 menit dan disaring dengan glass woll ke dalam labu takar 100 ml. Hasil pengabuan di analisis dengan menggunakan atomic absorbance
spectrohotometric (AAS). Standar kalsium
yang digunakan adalah 200 ppm dan blanko menggunakan air suling.
Analisis kadar fosfor tulang
Analisis kadar fosfor tulang dilakukan seperti yang digambarkan oleh Suarsana et
al. (2011) dengan beberapa modifikasi.
Larutan sampel tulang dipipet 0,3 ml dan dituangkan ke tabung reaksi lalu ditambah aquades sebanyak 2,7 ml lalu ditambah 2 ml larutan A (Larutan A terdiri atas 10 gr ammonium molibdat ditambah 60 ml
aquadest, kemudian ditambah 28 ml H2SO4
96-98% dan 5 g FeSO4.7H2O dan dijadikan
100 ml dengan aquadest) Penambahan larutan A sebanyak 2 ml, dilakukan juga terhadap deret larutan standar fosfor (P) yang sudah dibuat dan blanko (aquadest). Semua sampel, standar, dan blanko di vortex (dihomogenkan) lalu nilai absorbansi dibaca dengan spektrofotometer UV-VIS L 200
Series Camspec dengan λ 660 nm. Larutan standar P dibuat dengan konsentrasi 0, 1, 2, 3, 4, dan 5 ppm dari larutan stok standar P 1000 ppm (larutan standar P 1000 ppm
dibuat dengan melarutkan 4.394 gr KH2PO4
sampai 1 liter).
Analisis data
Buletin Veteriner Udayana Volume 7 No. 1
ISSN : 2085-2495 Februari 2015
62
Torrie, 1993) untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
[image:8.595.310.533.75.201.2]Hasil penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung tempe rendah lemak terhadap kadar kalsium, fosfor dalam tulang tikus, disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 1.
Tabel 1. Rata-rata kadar kalsium dan fosfor dalam tulang tikus yang diberi tepung tempe rendah lemak.
Perlakuan Kadar Ca tulang (mg/g)
Kadar P tulang (mg/g)
Rasio Ca/P
K 1 29,93±0,92a 18,18±0,58a 1,65±0,05a
K 2 30,93±0,92a 18,77±0,20ab 1,65±0,04a
K 3 31,03±0,77a 19,21±0,44bc 1,61±0,05a
K 4 31,24±0,91a 19,92±0,72c 1,57±0,08a
K 5 31,23±0,92a 19,85±0,76c 1,57±0,09a
Ket: Angka yang diikuti dengan huruf subscrift yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05). K1 adalah kelompok kontrol negatif atau perlakuan dengan aquades 0,5cc, K2, K3, K4, K5 masing-masing diberi tepung tempe rendah lemak dengan dosis 1, 2, 4, 6 mg/200g BB.
Hasil analisis statistik menggunakan sidik ragam, menunjukkan bahwa pemberian
tepung tempe rendah lemak tidak
berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap kadar kalsium dalam tulang. Namun, berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kadar fosfor. Rata-rata kadar fosfor dalam tulang perlakuan K3,
K4, K5 berbeda nyata (P<0,05)
[image:8.595.66.292.268.368.2]dibandingkan dengan perlakuan K1, K2 (Tabel 1).
Data Tabel 1 memperlihatkan
pemberian tepung tempe rendah lemak pada masa pertumbuhan tidak menyebabkan perubahan kalsium, tetapi meningkatkan kadar fosfor tulang. walaupun hasil analisis pada kalsium tidak berbeda nyata (P>0,05. Hal ini dikarenakan suplementasi fosfor dalam tepung tempe rendah lemak ternyata mampu meningkatkan kadar fosfor tulang. Dengan adanya fosfor yang tinggi maka proses modeling dan remodeling pada tulang berjalan dengan baik.
Gambar 1. Kadar kalsium dan fosfor tulang tikus yang diberi tepung tempe rendah lemak.
Selama masa pertumbuhan terjadi
aktivitas pembentukan tulang yang besar. Pada awal masa pertumbuhan, pertumbuhan ke arah longitudinal terjadi lebih cepat dibanding proses deposisi mineral (Bostrom,
2000). Manfaat pemberian tambahan
kalsium pada masa pertumbuhan untuk merangsang pertumbuhan tulang sampai saat ini masih belum jelas (McCormick, 2002). Dalam matriks tulang, kalsium merupakan komponen yang terbesar. Untuk membentuk struktur tulang dan metabolisme kalsium, mineral-mineral lain juga diperlukan seperti halnya fosfor dan zat besi (Tucker, 2003). Fosfor merupakan mineral kedua terbanyak setelah kalsium yang terdapat dalam tubuh dan bersama-sama dengan kalsium terikat dalam kerangka tulang (Ilich dan Kerstetter,
2000). Faktor pengaturan formasi dan
resorbsi tulang dilaksanakan melalui 2 proses yang selalu dalam keadaan seimbang dan disebut dengan coupling. Proses ini memungkinkan aktivitas formasi tulang sebanding dengan resorbsi tulang (Broto, 2004). Dalam keadaan normal, kecepatan pengendapan dan absorbsi (penyerapan) tulang tidak berbeda satu dengan lainnya, sehingga massa tulang tetap konstan. Pengendapan tulang berlangsung selama beberapa bulan dan setiap tulang yang baru diletakan pada lapisan berikutnya dari
lingkaran konsentris (lamella) pada
permukaan dalam rongga tersebut hingga
akhirnya rongga tersebut terisi semua
(Guyton dan Hall 1997). Kepadatan tulang pada masa pertumbuhan merupakan salah satu faktor penting pada kesehatan tulang di usia lanjut. Menurut Whiting et al. (2002),
Buletin Veteriner Udayana Reggy Raisa, dkk
ISSN : 2085-2495
63
tidak tercapainya kepadatan tulang yang optimal pada masa pertumbuhan akan berkontribusi pada rendahnya kepadatan
tulang dan menyebabkan terjadinya
osteoporosis di usia lanjut.
Sejalan dengan teori Guyton dan Hall (2007), yang menyatakan bahwa kandungan yang terdapat dalam bahan pangan asal tempe dapat membantu dalam meningkatkan ketersediaan kalsium bagi tubuh. Kadar
kalsium dalam plasma darah akan
dipertahankan oleh mekanisme homeostasis. Kondisi kalsium plasma dapat dikatakan optimum jika pemberian tepung tempe rendah lemak dilakukan secara terus menerus. Hal ini karena kadar kalsium plasma yang stabil, akan membantu untuk mendeposisi kalsium pada tulang atau membuangnya melalui ginjal jika berlebih (Cunningham, 1992). Menurut Hermana et
al. (1996), konsumsi tempe secara teratur
menghindari seseorang dari kekurangan kalsium dan fosfor.
Hal yang serupa juga terjadi pada kadar fosfor. Pemberian tepung tempe rendah lemak memberi kontribusi dan berperan mempertahankan kadar fosfor dalam tulang. Hal tersebut dapat dimengerti karena tepung tempe rendah lemak yang diberikan mengandung kadar kalisum 311,51 mg/100 g bk. dan fosfor 643,57 mg/100 g bk (Suarsana et al. 2010). Asupan kalsium dan fosfor dalam tepung tempe rendah lemak
ikut berperan mempertahankan kadar
kalsium dan fosfor dalam tulang, terutama pada hewan muda atau sedang dalam masa pertumbuhan.
Selama masa pertumbuhan terjadi
aktivitas pembentukan tulang yang besar. Pada awal masa pertumbuhan, pertumbuhan ke arah longitudinal terjadi lebih cepat dibanding proses deposisi mineral (Bostrom,
2000). Manfaat pemberian tambahan
kalsium pada masa pertumbuhan untuk merangsang pertumbuhan tulang sampai saat ini masih belum jelas (McCormick, 2002). Dalam matriks tulang, kalsium merupakan komponen yang terbesar. Untuk membentuk struktur tulang dan metabolisme kalsium, mineral-mineral lain juga diperlukan seperti
halnya fosfor dan zat besi (Tucker, 2003). Fosfor merupakan mineral kedua terbanyak setelah kalsium yang terdapat dalam tubuh dan bersama-sama dengan kalsium terikat dalam kerangka tulang (Ilich dan Kerstetter, 2000). Faktor pengaturan formasi dan resorbsi tulang dilaksanakan melalui 2 proses yang selalu dalam keadaan seimbang dan disebut dengan coupling. Proses ini memungkinkan aktivitas formasi tulang sebanding dengan resorbsi tulang (Broto, 2004). Dalam keadaan normal, kecepatan pengendapan dan absorbsi (penyerapan) tulang tidak berbeda satu dengan lainnya, sehingga massa tulang tetap konstan. Pengendapan tulang berlangsung selama beberapa bulan dan setiap tulang yang baru diletakan pada lapisan berikutnya dari
lingkaran konsentris (lamella) pada
permukaan dalam rongga tersebut hingga akhirnya rongga tersebut terisi semua (Guyton dan Hall 1997). Kepadatan tulang pada masa pertumbuhan merupakan salah satu faktor penting pada kesehatan tulang di usia lanjut. Menurut Whiting et al. (2002), tidak tercapainya kepadatan tulang yang optimal pada masa pertumbuhan akan berkontribusi pada rendahnya kepadatan
tulang dan menyebabkan terjadinya
osteoporosis di usia lanjut.
Hubungan antara kalsium dan fosfor dalam plasma, mempunyai korelasi yang sangat nyata, yaitu sebesar 0,998. Data kalsium ini menghasilkan perbandingan Ca=1,5P. Ketika P meningkat, maka kadar kalsium meningkat 1,5 kali. Penelitian ini sesuai dengan laporan The european food safety autority (2005), yang melaporkan rasio kalsium dan fosfor plasma untuk pembentukan tulang berkisar 1,5:1
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Buletin Veteriner Udayana Volume 7 No. 1
ISSN : 2085-2495 Februari 2015
64
Saran
Diperlukan penelitian lebih lanjut
tentang pengaruh pemberian tepung tempe rendah lemk terhadap kemampuannya dalam pencegahn osteoporosis pada tikus sebagai hewan model.
UCAPAN TERIMAKASIH
Pada kesempatan ini, ucapan
terimakasih disampaikan kepada DP2M Dikti atas dana penelitian Hibah Kompetensi yang dibiayai dari dana DIPA Dikti Nomor: 0041/023-04.1/-/2010, tanggal 31 Desember 2009, Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian Tahun Anggaran 2010, Nomor : 2510/H14/HM/2010, atas nama I Nyoman Suarsana
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier S, 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Astawan M. 2008. Sehat Dengan Tempe.
Penerbit Dian Rakyat. Bogor. ISBN:
979-523-932-5.
Bambang. 2005. Tempe Sumber Antioksidan
dan Antibiotika.
http://bantulmania.5.forumer.com. Diakses 7 Agustus 2011.
Boskey AL. 1992. Mineral-matrix
Interaction in Bone and Cartilago. Clin
Orthop 281.
Bostrom MP, 2000. Form and Function of Bone, Orthopaedic Basis Science: Biology and Biomechanics of the
Musculosketal System, 2ndedition. The
American Academy of Orthopaedic Surgeons, pp 324-31, 355.
Broto R. 2004. Manifestasi Klinis dan Penatalaksanaan Osteoporosis. Dexa
Media No. 2 Vol 17 : 47–57.
Burger HG, Dudley EC, Hopper JL, Shelley JM, Green A, Smith A, Dennerstein L, Morce C, 1995. The endocrinology of the menopausal transition: a cross-sectional study of a population-based sample. J Clin Endocrinol Metab 80:
3537–3545
Cunningham JG. 1992. Textbook of
Veterinary Physiology. Philadelphia. W.B. Saunder Company. Hlm. 416-423.
Favus MH. 1993. Primary on the Metabolic Bone Disease and Disorder of Mineral Metabolism. New York: Raven 3-9, 34-40. Granner DK. 2006. Hormon yang Mengatur Metabolsime Kalsium. Di dalam Biokimia Harper. Editor Murray RK, Granner, DK;, Mayues PA dan
Rodwell VW. Penerbit Buku
Kedokteran, EGC. Jakarta. Halaman 539- 546.
Guyton AC, Hall JE. 1997. Fisiologi Kedokteran. Penerjemah : Setiawan I, Tengadi, LMA KA, Santoso A.. EGC, Jakarta.
Guyton AC, Hall JE. 2007. Fisiologi Kedokteran. Penerjemah: Setiawan I, Tengadi, LMA KA, Santoso A. Jakarta. EGC.
Hermana, Karmini M, Karyadi D. 1996. Komposisi dan Nilai Gizi Tempe serta Manfaatnya dalam Peningkatan Mutu Gizi Makanan. Di dalam Sapuan, Soetrisno N, Editor. Bunga Rampai
Tempe Indonesia. Jakarta.Yayasan
Tempe Indonesia. Halaman: 61-67. Ilich JZ, Kerstetter JE. 2000. Nutrition in
bone health revisited : a story beyond calcium. Review. J American College
Nutr 19 (6) ; 715 737.
Leeson RC, Leeson TS, Paparo AA. 1996. Buku Ajar Histologi. Edisi VII Tambayong et al. Jakarta. Text Book of
Histology. Terjemahan. Hlm. 132-158.
McCormick CC, 2002. Calcium and Osteoporosis-A Weak Link. Food and
Nutrition, Cornell Cooperative
Extension, Cornel University, Tanggal akses april 2002.
Nurdin SU, Muchtadi D, Djuwita I,
Pawiroharsono S. 2002. Tahu
Menghambat Kehilangan Tulang
Lumbar Tikus Betina Ovariektomi.
Jurnal Teknologi dan Industri
Pangan,Vol. XIII, No. 3.
Smith R. 1993. Bone Physiology and The Osteoporotic Process. Resp Med 87
Buletin Veteriner Udayana Reggy Raisa, dkk
ISSN : 2085-2495
65
Suarsana N, Dharmawan NS, Pontjo BP.
2010. Pemanfaatan Nutraceutical
Isoflavon Tempe untuk Pencegahan Penyakit Degeneratif Osteoporosis pada Tikus sebagai Hewan Model. Laporan Hibkom. Univ.Udayana.
Suarsana N, Sadra Dharmawan N,
Priosoeryanto BP, Gorda W. 2011. Tepung Tempe Kaya Isoflavon dapat Meningkatkan Kadar Kalsium, Fosfor dan Estrogen Plasma Tikus betina normal. J.Vet. 12 (3): 229-234
Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan
Prosedur Statistika, suatu pendekatan biometrik. PT. Gramedia Pustaka
utama, Jakarta
The European Food Safety Autority. 2005. Opinion of the Scientific of the Panel
on due tetil Products, Nutrition and Allergies on a Request from the Commision Related to the Tolerable upper Intake Level of Phosphonis. EFSA J. 233:1-19.
Tucker KL. 2003. Bone Density and Dietary
Patterns in Older Adults : the
Framingharm Osteoporosis Study. Am
J Clin Nutr 76 : 245–252.
Whitting SJ, Boyle JL, Thompson A, Mirwald RL, Faulkner RA. 2002.
Dietary Protein, Phosphorus and
Potassium are Beneficial to Bone
Mineral Density in Adult Men
Consuming Adequate Dietary
Calcium. J Am Coll Nutr, 21 (5) : 402