• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN MENGIKUTI SENAM LANSIA DENGAN KESEIMBANGAN TUBUH LANSIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN MENGIKUTI SENAM LANSIA DENGAN KESEIMBANGAN TUBUH LANSIA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN MENGIKUTI SENAM LANSIA

DENGAN KESEIMBANGAN TUBUH LANSIA

Agnes Febriyanti*, Poppy Fitriyani**, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Kampus FIK UI Depok, Jawa Barat-16424, email fibri_220691@yahoo.co.id

* Mahasiswa ** Dosen kelompok keilmuan Keperawatan Komunitas Universitas Indonesia Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan keaktifan mengikuti senam lansia dengan keseimbangan tubuh lansia di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur. Desain penelitian ini adalah deskriptif korelatif dengan rancangan cross sectional menggunakan 75 responden lansia di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Hasil uji analisis menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara keaktifan mengikuti senam lansia dengan keseimbangan tubuh lansia di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur (p=0,004, α= 0,05). Peneliti merekomendasikan supaya program senam lansia dapat diikuti oleh seluruh lansia sehingga dapat menjaga tingkat keseimbangan tubuh lansia.

Kata kunci: lansia, keseimbangan tubuh, senam lansia

This study aims to determine the relationship between elderly gymnastic activity and elderly body balance in PSTW Budi Mulia 1 Cipayung, East Jakarta.The study design is a descriptive correlation with cross sectional design using 75 respondents whom selected by purposive sampling technique. Analysis test results showed that there is a significant correlation between the elderly gymnastic activity and elderly body balance in PSTW Budi Mulia 1 Cipayung (p = 0.004, α = 0,05). Researchers recommend that elderly gymnastic program can be followed by all elderly to maintain the body's balance level of the elderly.

Key words: body balance, elderly, elderly gymnastic

Pendahuluan

Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan di suatu negara adalah meningkatnya Usia Harapan Hidup (UHH) penduduk. Semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) terus meningkat dari tahun ke tahun dan peningkatannya cenderung lebih cepat. Hampir setiap tahunnya negara Indonesia selalu menempati peringkat keempat dunia, untuk kategori penduduk lansia terbanyak di dunia yaitu setelah Cina, India, dan Amerika Serikat (Menegpp, 2009; Komnas Lansia, 2009). Hal ini didorong dengan keberhasilan pemerintah dalam pelaksanaan pembangunan

nasional yang telah mewujudkan hasil positif diberbagai bidang. Sebagai contoh, Indonesia telah memiliki peningkatan sosial ekonomi masyarakat, kemajuan di bidang pelayanan kesehatan dan meningkatnya pengetahuan masyarakat (Deputi I Menkokesra, 2007). Depkes (2008) menyatakan peningkatan

jumlah penduduk lansia akan diikuti dengan meningkatnya permasalahan kesehatan seperti masalah kesehatan indra pendengaran dan penglihatan, kesehatan jiwa dan sebagainya. Pada lansia terjadi kemunduran sel-sel karena proses penuaan yang dapat berakibat pada kelemahan organ, dan kemunduran fisik, salah satunya berupa perubahan atau

(2)

kemunduran fisik muskoskeletal yang terjadi pada lansia. Lansia akan mengalami pengurangan massa otot, kakunya jaringan penghubung, dan pengapuran tulang. Hal ini mengakibatkan penurunan kekuatan otot, terutama ekstremitas bawah, ketahanan, dan koordinasi serta terbatasnya rentang gerak sendi (Miller, 2009). Kelemahan otot ekstremitas bawah dapat menyebabkan gangguan keseimbangan tubuh sehingga mengakibatkan kelambanan bergerak, langkah pendek-pendek, kaki tidak menapak dengan kuat, dan terlambat mengantisipasi bila terpeleset atau tersandung (Darmojo dan Martono, 2006). Kondisi ini dapat menimbulkan risiko jatuh pada lansia.

Berdasarkan studi pendahuluan melalui wawancara yang dilakukan pada 30 lansia saat melakukan praktik keperawatan di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung tanggal 23 April 2013 diketahui bahwa terdapat 6 dari 30 (20%) lansia memiliki riwayat jatuh saat beraktivitas di panti. Dampak jatuh yang dialami lansia tersebut membuat lansia merasa trauma untuk banyak beraktivitas tanpa didampingi. Risiko jatuh pada lansia dapat dikurangi apabila lansia melakukan aktivitas fisik atau olahraga secara benar, dan teratur serta tidak merokok. Kegiatan ini perlu terus untuk disosialisasikan bagi masyarakat sejak berusia muda maupun yang telah berusia lanjut (Depkes, 2008).

Studi pendahuluan yang dilakukan ke Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Ciipayung dengan mewawancarai kepala bidang perawatan menyatakan hanya 60 lansia dari total 200 (30%) lansia yang rutin mengikuti kegiatan senam lansia setiap dua kali seminggu di tahun 2012. Peneliti merumuskan pertanyaan penelitian, yaitu bagaimana hubungan antara keaktifan mengikuti senam lansia dengan keseimbangan tubuh pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur?

Metode

Penelitian ini menggunakan bentuk penelitian

descriptive correlation nonexperimental,

yaitu penelitian yang menggambarkan hubungan secara sederhana dan bukan menduga sebab dan akibat suatu hubungan (Polit & Beck, 2008). Hubungan yang diteliti antara lain hubungan antara karakteristik lansia dan tingkat keaktifan mengikuti senam lansia dengan keseimbangan tubuh lansia. Rancangan waktu yang digunakan untuk penelitian ini adalah rancangan cross-section atau penelitian yang menggunakan proses pengambilan data dalam satu periode (Polit & Beck, 2008).

Populasi dalam penelitian ini adalah lansia usia 60 tahun ke atas di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung. Teknik sampling yang digunakan penelitian ini adalah purposive sampling yang

(3)

dilakukan berdasarkan pada keyakinan bahwa pengetahuan peneliti tentang populasi dapat digunakan untuk memilih sampel secara teliti (Polit & Beck, 2008). Jumlah sampel yang diteliti berdasarkan perhitungan menggunakan rumus populasi yang diketahui (Nursalam, 2008) sebanyak 71 sampel. Sedangkan responden yang datanya berhasil dilakukan pengolahan berjumlah 75 responden lansia.

Data penelitian ini dikumpulkan

menggunakan kuesioner berdasarkan variabel penelitian yang pertanyaannya berbentuk instruksi untuk dilakukan oleh responden. Kuesioner ini diambil dari sumber Maryam (2009) yang melakukan penelitian tentang pengaruh latihan keseimbangan fisik terhadap keseimbangan tubuh lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Wilayah Pemda DKI Jakarta. Kuesioner yang digunakan dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Kuesioner tersebut berisi tentang petunjuk pengisian, kode responden, data demografi (jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan riwayat pekerjaan) pada bagian A, data kehadiran senam lansia pada bagian B, serta pertanyaan observasi keseimbangan tubuh dengan menggunakan Berg balance scale pada bagian C.

Pengambilan data dilakukan di daerah PSTW Budi Mulia 1 Cipayung, Jakarta Timur. Lokasi tersebut dipilih karena panti memiliki kegiatan senam rutin di hari Selasa dan Jumat setiap minggu. Petugas panti juga memiliki

pendataan setiap pelaksanaan kegiatan senam lansia. Hal ini sesuai dengan kriteria inklusi penelitian yang telah dicantumkan. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 23 Mei - 3 Juni 2013. Setelah surat perizinan pengambilan data yang diperlukan sudah siap seluruhnya, maka surat permohonan izin tersebut diajukan kepada Kepala PSTW Budi Mulia 1 Cipayung.

Proses pengolahan dan analisa data penelitian ini menggunakan program komputer melalui tahap-tahap fase preanalisis, yaitu coding,

entering, verifying, and cleaning data (Polit

dan Beck, 2008). Kuesioner yang sudah melewati tahap penyuntingan akan dilakukan pengubahan data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan (coding) agar dapat mempercepat proses pemasukan data. Pemasukan data mudah terjadi kesalahan sehingga perlu menverifikasi data yang masuk dan memperbaikinya dengan membandingkan angka pada file data dengan sumber asli secara visual. Proses pengolahan data harus melewati tahap pembersihan untuk

menghindari kesalahan kode,

ketidaklengkapan, dan hal lain yang memerlukan pembetulan atau koreksi. Data yang sudah melalui tahap preanalisis, selanjutnya dilakukan analisis data menggunakan software analisis data.

Analisa data bermanfaat untuk

mendeskripsikan dan menginterpretasikan data yang telah diolah sehingga makna atau

(4)

arti dari penelitian dapat diperoleh (Notoadmodjo, 2010). Variabel yang berbentuk data numerik (keaktifan mengikuti senam lansia dan keseimbangan tubuh lansia) dianalisis terlebih dahulu sesuai dengan cut

off point data yang telah ditentukan.

Kemudian data nominal tersebut

ditransformasikan ke dalam bentuk data kategorik berdasarkan nilai cut off point. Analisis akhir seluruh variabel berbentuk data kategorik sehingga analisi bivariat menggunakan uji Chi Square. Arah atau bentuk uji hipotesis penelitian ini menggunakan bentuk dua arah (two tail), yaitu hipotesis yang hanya menyatakan perbedaan tanpa melihat apakah variabel yang satu lebih tinggi/rendah dari yang lain (Hastono, 2007). Penelitian ini menggunakan tingkat kepercayaan 95% atau tingkat kemaknaan 5%. Hasil perhitungan statistik akan bermakna apabila nilai p ≤ 0,05. Data yang menggunakan tabel silang lebih dari 2x2 dianalisis juga dengan menggunakan regresi logistik sederhana untuk memperoleh nilai OR.

Peneliti menjelaskan tujuan, manfaat, dan prosedur penelitian sebelum meminta persetujuan responden untuk menjadi subjek penelitian dengan mengisi inform consent.

Informed consent ini berisi identitas peneliti,

tujuan penelitian,prosedur penelitian, jenis data, prosedur, estimasi waktu yang diperlukan, pihak pendukung penelitian, proses penetapan responden, potensial risiko

yang mungkin terjadi, potensial manfaat yang diperoleh, kompensasi yang diberikan, prosedur alternatif, upaya menjaga kerahasiaan/confidentiality, persetujuan kesukaleraan, hak untuk menolak tanpa dikenakan sanksi, dan info kontak peneliti sebagai bentuk kesediaan untuk menjawab pertanyaan. Sebelum penelitian, dilakukan konsultasi dengan ahli dan menguji alat pengumpul data terlebih dahulu untuk mengkaji dan meminimalisir dampak negatif yang dapat ditimbulkan saat penelitian dengan melakukan penyesuaian alat pengumpul data dengan karakteristik lansia. Selain itu, seluruh informasi yang diberikan oleh responden juga dirahasiakan kecuali data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian

(confidentiality). Semua responden

memperoleh perlakuan yang sama mulai dari saat pengambilan data hingga publikasi hasil. Identitas subjek dirahasiakan dengan

melakukan penggantian identitias

menggunakan kode. Identitas responden diganti dengan kode angka (anonymity) yang digunakan saat pengolahan data hingga publikasi penelitian. Setelah seluruh proses selesai, lembar kuesioner yang berisi informasi dari responden segera dibakar untuk menjaga privasi dan informasi yang telah diberikan.

Hasil

Penelitian ini mengambil responden lansia yang selanjutkan dikategorikan menjadi tiga tahap usia lansia. Sebagian besar responden

(5)

berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 62,7%. Mayoritas responden berada pada rentang umur 60-74 tahun, yaitu sebanyak 68,3%. Sejumlah 35 responden (46,7%) yang merupakan persentase terbesar tidak mengenyam bangku sekolah. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa riwayat pekerjaan responden bekerja sebagai pekerja/buruh, yaitu sebesar 34,7%.

Tabel 1. Karakteristik responden

Karakteristik Jumlah (n) Persentase (%) Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 28 47 37,3 62,7 Umur 60 60 – 74 75-90 > 90 52 20 3 68,3 26,7 4,0 Tingkat Pendidikan Tidak sekolah SD SMP SMA Akademi/PT 35 19 5 13 3 46,7 25,3 6,7 17,3 4,0 Riwayat Pekerjaan Guru/Dosen Pegawai Swasta Dagang/Wiraswasta Pekerja/Buruh Ibu Rumah Tangga/Tidak Bekerja 2 9 14 26 24 2,7 12,0 18,7 34,7 32,0

Hasil distribusi data menujukkan bahwa sebagian besar lansia aktif mengikuti senam lansia, yaitu sebanyak 56 orang (74,7%). Sementara itu, sebanyak 19 orang (25,3%) kurang aktif dalam mengikuti senam lansia

yang diadakan di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung (Tabel 2). Sedangkan hasil distribusi keseimbangan tubuh lansia menunjukkan sebagian besar responden memiliki keseimbangan tubuh yang baik. Tabel 2. Keaktifan mengikuti senam lansia dan keseimbangan tubuh lansia

Variabel Jumlah (n) Persentase (%) Keaktifan senam lansia Aktif Kurang Aktif 56 19 74,7 25,3 Keseimbangan tubuh lansia Keseimbangan baik (>41) Kurang seimbang (< 41) 63 12 84 16

Hasil uji Chi Square bahwa tidak ada hubungan bermakna antara jenis kelamin responden dengan keseimbangan tubuh lansia di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung (p = 0,959; α = 0,05. Namun, lansia perempuan 1,03 kali berpeluang memiliki keseimbangan yang lebih baik dibandingkan laki-laki (OR= 1,029; 95% CI = 0,350-3,022). Tidak ada hubungan bermakna antara usia dengan keseimbangan tubuh lansia (p = 0,150; α = 0,05). Namun, lansia tahap old berpeluang memiliki keseimbangan tubuh 0,4 kali lebih tinggi dibandingkan lansia tahap elderly (OR = 0,397; 95% CI = 0,102-1,549) Ada hubungan signifikan antara keaktifan mengikuti senam lansia dengan keseimbangan tubuh lansia (p=0,004; α=0,05). Lansia dengan keaktifan

(6)

mengikuti senam lansia mempunyai peluang 5,95 kali untuk memiliki keseimbangan tubuh yang baik dibandingkan dengan lansia yang tidak aktif mengikuti senam lansia (OR = 5,950; 95% CI = 1,608-22,022).

Tabel 3. Variabel yang dihubungkan dengan keseimbangan tubuh lansia

Variabel p value OR; 95%CI

Jenis kelamin 0,959   1,029; 0,350-3,022   Usia 0,150 0,397; 0,102-1,549 Tingkat keaktifan mengikuti senam lansia 0,004 5,950; 1,608-22,022 Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 68,3% responden berusia 60-74 tahun atau masuk dalam tahap usia lanjut (elderly). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayu dan Warsito (2011) di Unit Rehabilitasi Sosial “Margo Mukti” Kabupaten Rembang bulan Maret 2011 juga menunjukkan hal yang sama, bahwa responden dengan kategori elderly sebesar 80%. Hal ini sejalan dengan angka usia harapan hidup Indonesia pada rentang usia 71,62 tahun sehingga rentang usia ketahanan hidup lansia ada di dalam kategori elderly. Hasil penelitian yang dilakukan menyatakan bahwa responden lansia yang diteliti sebagian besar didominasi oleh lansia yang berjenis kelamin perempuan, yaitu 62,7% dan sisanya

laki-laki (37,3%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rinajumita mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kemandirian lansia di wilayah kerja Puskesmas Lampasi Kecamatan Payakumbuh Utara tahun 2011. Rinajumita (2011) dengan pemilihan metode multistage random sampling mendapati bahwa responden

perempuan lebih banyak, yaitu 56,7% dari 90 responden dibandingkan dengan responden lain yang berjenis kelamin laki-laki. Hal ini didukung pernyataan Susenas (2009) bahwa komposisi lansia perempuan sebesar 10,44 juta orang atau 8,96 % dari seluruh penduduk perempuan. Jumlah lansia perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki yang hanya 8,88 juta orang atau 7,76 % dari seluruh penduduk laki-laki. Hal ini disebabkan karena usia harapan hidup lansia perempuan lebih tinggi yaitu sebesar (74,28 tahun) dibandingkan lansia laki-laki (69,07). Tingkat pendidikan responden yang diteliti menyatakan bahwa hampir setengah dari seluruh responden (46,7%) tidak tamat SD. Penelitian ini diperkuat dengan survei yang diadakan oleh BPS (2009) yang menyatakan bahwa terdapat 11,57 % lansia dari total 8,9 juta lansia keseluruhan tidak sekolah. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kesadaran lansia dahulu terhadap pendidikan masih rendah, disamping dengan adanya keterbatasan sarana prasarana pendidikan saat itu.

(7)

Riwayat pekerjaan respoden yang diteliti sebagian besar 34,7% sebagai buruh. Penelitian ini sejalan dengan gambaran survei yang dilakukan oleh BPS (2009) bahwa 24,46% lansia DKI Jakarta memiliki riwayat pekerjaan sebagai buruh (industri, listrik, jasa, komunikasi, dan pertambangan). Komposisi lansia yang memiliki riwayat pekerjaan buruh didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Rosmalia, Permaesih, dan Moeloek (2007) yang meneliti gambaran tingkat kesegaran jasmani lansia tidak anemia Kecamatan Tebet. Penelitian ini menyatakan bahwa 12,4% dari total 499 responden lansia yang diteliti memiliki riwayat pekerjaan sebagai buruh.   Lebih dari setengah (75%) lansia yang mengikuti penelitian ini memiliki tingkat keaktifan dengan kategori aktif terhadap senam lansia yang diselenggarakan di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung. Hasil ini diperoleh dari absensi kehadiran yang terdiri dari 12 kali senam sejak bulan Februari dan Maret tahun 2013. Rata-rata kehadiran yang diperoleh dari responden lansia yakni dalam 12 pelaksanaan senam yang ada, 75% lansia hadir minimal 7 kali pertemuan. Lansia perlu membiasakan diri untuk memiliki gaya hidup sehat yakni secara teratur mengikuti senam lansia yang diselenggarakan di Panti Werdha (Kemenkes RI, 2010). Temuan ini didukung oleh hasil penelitian Siswanu (2010) yang mendapatkan bahwa keaktifan lansia dalam mengikuti senam di Semarang cukup tinggi. Penelitian ini menggunakan instrumen yang

sama, yaitu kuesioner dengan kolom kehadiran absensi atas setiap pelaksanaan senam yang diikuti oleh setiap responden.  

Hasil penelitian ini didukung BPS (2009) yang menyatatakan terdapat 13,72% lansia di DKI Jakarta yang aktif mengikuti senam lansia yang diselenggarakan, dengan komposisi 1 kali seminggu sebanyak 38,19%, 2 kali seminggu sebanyak 19,38%, dan 3 kali seminggu sebanyak 15%.  

Lebih dari setengah responden (84%) memiliki tingkat keseimbangan yang baik (seimbang). Hasil ini diperoleh dari observasi keseimbangan tubuh responden dengan menggunakan instrumen Berg balance scale. Temuan ini juga didukung oleh penelitian Setiahadja (2005) yang melakukan penilaian keseimbangan dengan aktivitas kehidupan sehari-hari pada 38 responden melalui metode

purposive sampling di Panti Werdha Perlkris

Elim Semarang dengan menggunakan

instrumen yang sama. Penelitian ini menyatakan 60,9% dari 38 responden memiliki keseimbangan tubuh yang baik (tidak memerlukan bantuan alat jalan dalam beraktivitas).

Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan signifikan jenis kelamin dan usia dengan keseimbangan tubuh lansia. Namun, penelitia menunjukkan hubungan signifikan antara keaktifan mengikuti senam lansia dengan keseimbangan tubuh lansia di PSTW Budi Mulia 01 Cipayung. Hasil penelitian ini

(8)

didukung oleh Maughan (2008) yang meneliti 60 lansia di Amerika Serikat bahwa lansia yang aktif melakukan olahraga senam selama 20 menit dalam waktu 3 kali seminggu meningkatkan keseimbangan tubuh. Jalalin (2000) dengan metode purposive sampling mendapati 27 dari 38 lansia dengan keseimbangan yang baik setelah mengikuti aktifitas latihan keseimbangan selama 4 minggu dan dalam rentang waktu 30 menit setiap pelaksanaannya. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Means yang dikutip Steinberg dalam Jalalin (2000), bahwa keseimbangan postur dapat diperbaiki dengan latihan koordinasi, penguatan, dan latihan cara jalan.

Kesimpulan

Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara usia dan jenis kelamin dengan keseimbangan tubuh lansia di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung. Namun, terdapat hubungan yang signifikan antara keaktifan mengikuti senam lansia dengan keseimbangan tubuh lansia di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi perawat khususnya perawat gerontik, akademisi keperawatan, dan lembaga yang menangani lansia dalam mengenal gambaran karakteristik lansia, tingkat keaktifan mengikuti senam lansi, dan tingkat keseimbangan tubuh lansia. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi motivasi lansia untuk mengikuti senam lansia secara rutin. Kemitraan lembaga

pendidikan keperawatan dan panti sosial juga perlu ditingkatkan untuk melakukan program senam yang efektif dan meningkatkan penelitian terkait lansia. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggambarkan

faktor-faktor yang mempengaruhi

keseimbangan tubuh lansia yang lebih lengkap dan jelas.

Ucapan Terima Kasih

Peneliti ingin berterima kasih kepada dosen

pembimbing Ibu Poppy Fitriyani,

S.Kp.,M.Kep.,Sp.Kom, pihak PSTW Budi Mulia 1 dan 3 Jakarta, dan seluruh kakek-nenek yang telah berkontribusi proses penelitian. Ucapan terima kasih selanjutkan diberikan kepada Ningsih, Helen, Hesi, dan Tika yang telah membantu pengambilan data akhir.

Referensi

BPS RI (2009). Profil penduduk lanjut uia (2009).

http://www.komnaslansia.or.id/d0wnloads/ profil/Profil_Penduduk_Lanjut_Usia_2009 .pdf. Diunduh pada tanggal 6 November

2012

Darmojo, B. R & Martono, H.H. (2006).

Geriatri: Ilmu kesehatan usia lanjut.

Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Departemen Kesehatan RI. (2008). Jumlah

lanjut usia meningkat. Diakses dari

www.depkes.go.id pada tanggal 22 November 2012

(9)

Deputi I Menkokesra. (2007). Lansia masa

kini dan mendatang. Diakses dari

http://oldkesra.menkokesra.go.id/index2.ph p?option=com_content&do_pdf=1&id=29 33 pada tanggal 22 November 2012

Hastono, S. P. (2007). Basic data analysis for

health research training:Analisis data kesehatan. Depok: Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Indonesia

Jalalin. (2000). Hasil latihan keseimbangan

berdiri pada penghuni panti wredha pucang gading jl. Plamongan sari semarang.

Thesis.http://eprints.undip.ac.id/12218/. Diunduh pada tanggal 22 November 2012 Kemenkes RI. (2010). Warta yanmed xxiii.

Diunduh dari

http://buk.depkes.go.id/index.php?option= com_docman&task=cat_view&gid=45 pada tanggal 28 Desember 2012

Komnas Lansia. (2009). Pedoman

pelaksanaan posyandu lanjut usia.

Diunduh dari

http://www.komnaslansia.or.id pada tanggal 22 November 2012

Maryam, R. S. (2009). Pengaruh latihan keseimbangan fisik terhadap keseimbangan tubuh lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Wilayah Pemda DKI Jakarta. Tesis. Diakses dari www.lontar.ui.ac.id pada tanggal 22 November 2012

Maughan, K. K. (2008). Does balance

training improve balance in physically

active older adults? (Order No. 1454678,

Iowa State University). ProQuest

Dissertations and Theses., 94. Retrieved

from

http://search.proquest.com/docview/89234 636?accountid=17242.

(prod.academic_MSTAR_89234636) Menegpp. (2009). Penduduk lanjut usia.

Diunduh dari

https://www.google.co.id/menegpp.go.id/V 2/index.php/.../kependudukan? Diunduh pada tanggal 22 November 2012

Miller, C. A. (2009). Nursing for wellness in

older adults: Theory & practice: 5th Ed.

Philadelphia: Lippincott Wiliams & Wilkins

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nugroho, W. (2008). Gerontik dan geriatric.

EGC: Jakarta

Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Polit, D. F. & Beck, C. T. (2008). Nursing

research: Generating and assessing evidence for nursing practice. 8th Ed.

Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins

Polit, D. F. & Beck, C. T. (2008). Nursing

research: Generating and assessing evidence for nursing practice. 8th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins

(10)

Rinajumita (2011). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kemandirian lansia di wilayah kerja puskesmas lampasi kecamatan payakumbuh utara tahun 2011.http://repository.unand.ac.id/16884/1/

FAKTOR-FAKTOR_YANG_BERHUBUNGAN_DE NGAN_KEMANDIRIAN_LANSIA.pdf. Diunduh pada tanggal 6 November 2012 Rosmalia, Y., Permaesih, D., dan Moeloek,

D. (2007). Gambaran tingkat kesegaran jasmani lansia tidak anemia kecamatan tebet.http://www.persagi.org/document/ma kalah/115_makalah.doc. Diunduh pada tanggal 5 Juni 2013

Setiahadja, A. S. (2005). Penilaian keseimbangan dengan aktivitas kehidupan sehari-hari di Panti Werdha Perlkris Elim Semarang dengan menggunakan berg balance scale dan indeks barthel. Karya Akhir

Spesialis.eprints.undip.ac.id/12804/1/2005

PPDS4437.pdf . Diunduh pada tanggal 6

November 2012

Siswanu, E. K. (2010).Hubungan antara dukungan keluarga dengan keikutsertaan senam lansia di perumahan sinar waluyo semarang.

http://digilib.unimus.ac.id/gdl.php?mod=br

owse&op=read&id=jtptunimus-gdl-

ekokurniad-5498&PHPSESSID=1e67af6fa4bdd962b2 54ed311c991538. Skripsi. Diunduh pada tanggal 6 November 2012            

Gambar

Tabel 1. Karakteristik responden  Karakteristik  Jumlah  (n)  Persentase (%)  Jenis Kelamin  Laki-laki  Perempuan  28 47  37,3 62,7  Umur   60  60 – 74  75-90  &gt;  90  52 20 3  68,3 26,7 4,0  Tingkat  Pendidikan   Tidak sekolah  SD  SMP  SMA  Akademi/PT

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini juga relevan dengan penelitian Indah (2013) tentang hubungan dukungan keluarga dengan keaktifan lansia (lanjut usia) dalam mengikuti kegiatan di

Hubungan Keaktifan Lansia Mengikuti Senam Dengan Kestabilan Tekanan Darah di Desa Kandangrejo Kecamatan Klambu Kabupaten Grobogan. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan

EFEK KOMBINASI SENAM LANSIA DAN LATIHAN JALAN TANDEM DALAM MENINGKATKAN KESEIMBANGAN TUBUH LANSIA. DI PANTI SOSIAL

HUBUNGAN LAMANYA MENGIKUTI SENAM PERNAFASAN SINAR PUTIH DENGAN KESEIMBANGAN

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan lansia tentang senam dengan keaktifan dalam mengikuti kegiatan senam bugar lansia di

Hasil penelitian menunjukkan lansia di PSTW Budi Mulia 01 Cipayung mendapatkan cukup dukungan dari teman dan petugas panti sebesar 51,4%, pengetahuan yang

Melihat perbedaan hasil keseimbangan tubuh atara kedua kelompok tersebut, dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan hasil keseimbangan tubuh antara lansia kelompok

Ada hubungan antara promosi kesehatan tentang senam lansia dengan keaktifan lansia pada senam lansia yang dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu