FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK SENAM LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDA (PSTW)
BUDI MULIA 01 CIPAYUNG JAKARTA TIMUR
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Nama : Ermayani Agustina
NIM : 106104003495
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 23 November 2010
iii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Skripsi, 23 November 2010
Ermayani Agustina, NIM : 106104003495
Faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik senam lansia di Panti Sosial Tresna
Werda (PSTW) Budi Mulia 01 Cipayung, Jakarta 2010.
xix + 68 halaman, 12 tabel, 2 bagan, 5 lampiran
ABSTRAK
Seiring dengan meningkatnya jumlah lansia ternyata masih tinggi pula
masalah kesehatan yang dihadapi oleh lansia. Salah satunya ancaman penyakit
degeneratif karena proses penuaan, seperti penyakit muskuloskeletal. Data (SKRT)
tahun 1996 mencatat penyakit muskuloskeletal yang banyak dialami lansia sebesar
14,5% dari 100 penderita. Senam lansia merupakan salah satu upaya prevensi primer
dalam pencegahan suatu penyakit, oleh karena itu terkait dengan senam lansia perlu
dilakukan penelitian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
berhubungan dengan praktik senam lansia di Panti Sosial Tresna Werda (PSTW)
Budi Mulia 01 Cipayung, Jakarta yang terdiri dari faktor sosiopsikologis (dukungan
teman sebaya dan dukungan petugas panti), dan faktor struktural (pengetahuan dan
sikap).
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik kuantitatif dengan menggunakan
desain penelitian
cross sectional
. Analisis data yang digunakan adalah univariat dan
bivariat (
chi square, regresi logistic
sederhana
,
dan uji korelasi). Waktu penelitian
pada tanggal 1 Juli – 30 Juli tahun 2010. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
lansia yang tinggal di PSTW Budi Mulia 01 Cipayung. Sampel dalam penelitian ini
adalah lansia yang pernah mengikuti kegiatan senam selama di panti yaitu sebanyak
70 responden. Sampel tersebut diambil secara
total sampling.
Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan melalui wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan lansia di PSTW Budi Mulia 01 Cipayung
mendapatkan cukup dukungan dari teman dan petugas panti sebesar 51,4%,
pengetahuan yang dimiliki tergolong cukup baik 48,6%, memiliki sikap yang positif
mengenai ptraktik senam sebesar 61,4%, dan sebagian besar lansia tidak rutin dalam
melaksanakan senam yaitu 61,4%. Tidak semua faktor yang diteliti berpengaruh
secara bermakna terhadap praktik senam lansia. Variabel yang tidak berpengaruh
adalah dukungan teman sebaya, dukungan petugas panti, dan pengetahuan, sedangkan
variabel yang berpengaruh adalah sikap (p value = 0,018).
iv
Ermayani Agustina, NIM: 106104003495
Factors that related to exercise for elderly people in Nursing Home Tresna Werda
Budi Mulia 01 Cipayung, Jakarta 2010.
xix + 68 pages, 12 tables, 2 charts, 5 appendixes
ABSTRACT
The elderly people will face more problems by getting older. One of which is
degenerative diseases due to of aging process, such as musculoskeletal diseases. In
the year 1996 (SKRT) data indicated that there were 14,5% from 100 elderly people
suffered from musculoskeletal diseases. Exercise for elderly people is one of primary
preventive actions. Research should be done related to the practice exercise for
elderly people.
The purpose of this study is to identify factors related to the practice exercise
for elderly people in Nursing Home Tresna Werda Budi Mulia 01 Cipayung, Jakarta
which consist of psycho social factors (support from peers as well as Tresna Werda’s
staffs), and also structural factors includes knowledge and attitudes.
Design of this study using cross sectional analysis. Analysis of the data using
univariate and bivariate (chi square, regression logistic, and correlation test). The
study was conducted in PSTW Budi Mulia 01 Cipayung from July 1
stuntil July 30
th,
2010. The number of samples in this study were 70 respondents of elderly people
who had participated in exercise. Samples were taken by total sampling and data was
collected using questionnaires and interviews.
The results of this study showed that elderly people in PSTW Budi Mulia 01
Cipayung that getting enough support from peers and Tresna Werda’s staffs about
51,4%, while knowledge related to exercise about 48,6%; having positive attitude
towards exercise about 61,4%, and not exercising regularly about 61,4%. Variables
which is not related to exercise includes: peer’s support and Tresna Werda’s staffs
support as well as knowledge related to exercise, meanwhile attitude is the influential
variable (p value = 0,018).
v
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan Judul
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK SENAM
LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDA (PSTW)
BUDI MULIA 01 CIPAYUNG
JAKARTA TIMUR
Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing skripsi
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, 23 November 2010
Pembimbing I
Pembimbing II
Tien Gartinah, MN Yuli Amran, S.KM, M.KM
NIP. 150408687
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
vi
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta, 23 November 2010
Penguji I
Tien Gartinah, MN
Penguji II
Yuli Amran, S.KM, M.KM
NIP. 150408687
Penguji III
Uswatun Khasanah, MNS
vii
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta, 23 November 2010
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Tien Gartinah, MN
Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
viii
Nama
: Ermayani Agustina
Tempat/tanggal lahir : Jakarta, 03 Agustus 1988
Agama
: Islam
Alamat : Jl. Kramat I Rt 006/010 No.102, Lubang Buaya, Cipayung.
Jakarta Timur.
Tlp
: 085692314781/ 021-9984820
Riwayat Pendidikan : SDN Batu Ampar 05 pagi Jakarta (1994-2000)
SMPN 20 Bulak Rantai Jakarta (2001-2003)
SMAN 67 Halim Perdana Kusuma Jakarta (2004-2006)
Program S1 Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
ix
LE M BA R P ER SEM BA H A N
T et es d em i t et es k er i n ga t k u p er j u a n gk a n u n t u k l em ba r -l em ba r
k a r y a i n i .
K a r y a y a n g k u p er sem ba h k a n u n t u k A y a h d a n I bu k u t er ci n t a .
Seba ga i r a sa sy u k u r k u d a r i a p a y a n g t el a h m er ek a l i m p a h k a n
k ep a d a k u .
Seba ga i t a n d a r a sa sa y a n g k u k ep a d a sel u r u h k el u a r ga besa r k u
Seba ga i h a d i a h a t a s d oa y a n g sel a l u m er ek a ber i k a n k ep a d a k u .
I n i l a h k a r y a k u , n i k m a t i ol eh m u ..
R esa p i k e d a l a m su m su m t u l a n g m u ..
I n i l a h k a r y a k u , n i k m a t i ol eh m u ..
M en ga l i r k e d a l a m a l i r a n d a r a h m u ..
D a n a k a n k a u r a sa k a n ..
K eba n gga a n d a r i p u t r i m u i n i ..
Sk r i p si i n i k u p er sem ba h k a n u n t u k A y a h - I bu k u
x
ﻪﺗﺎﻛﺮﺑﻭ ﷲﺍ ﺔﲪﺭﻭ ﻢﻜﻴﻠﻋ ﻡﻼﺴﻟﺍ
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, dan karunia-Nya. Shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad
SAW, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Faktor-faktor yang
berhubungan dengan praktik senam lansia di Panti Sosial Tresna Werda (PSTW)
Budi Mulia 01 Cipayung, Jakarta Timur 2010”.
Selama proses penyelesaian skripsi ini penulis telah banyak mendapat
bantuan berupa bimbingan dan dukungan dari semua pihak. Untuk itu melalui tulisan
ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1.
Prof. Dr (hc). Dr. M.K Tadjudin, Sp. And dan Drs. H. Achmad Gholib, M.A
sebagai Dekan dan Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Ibu Tien Gartinah, M.N selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus selaku Penasehat Akademik dan Dosen
Pembimbing Pertama yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan fikiran selama
membimbing penulis sejak awal penulisan proposal hingga skripsi ini
diselesaikan dengan baik.
3.
Ibu Yuli Amran, S.KM, M.KM, selaku pembimbing kedua yang dengan
kepiawaian dan kebaikannya, sabar membimbing penulis sejak awal penulisan
xi
4.
Bapak / Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang tidak bisa disebutkan
satu persatu, yang telah memberi doa dan ilmu pengetahuan selama penulis
menjalani perkuliahan.
5.
Staf Akademik Program Studi Ilmu Keperawatan, Bapak Azib dan Ibu Syamsiah.
6.
Kepala Dinas Sosial DKI Jakarta beserta seluruh stafnya karena telah membantu
dalam perizinan penelitian.
7.
Kepala PSTW Budi Mulia 01 Cipayung Dra. Hj. Etty Setiasih yang telah
memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian, H. Achmad Sobirin, SH
(Kepala Seksi Bimbingan dan Penyaluran) yang telah memberikan arahan dan
masukan kepada penulis selama penelitian dan seluruh staf PSTW Budi Mulia 01
Cipayung yang telah membantu dalam kelancaran penelitian.
8.
Teristimewa ucapan terima kasih kepada seluruh keluarga tercinta, orang tua ku
(Ibu dan Ayah) yang telah memberikan kasih sayang, doa, dan pengorbanan baik
moril maupun materil yang tak terkira demi kelancaran kehidupan dan masa
depan penulis, serta untuk Adik-adik ku (Fajar dan Ana) yang selalu memberikan
doa dan semangat.
9.
Om-om dan Tante-tante terbaik ku (Yusuf Purwanto, Ir. Yanuri, Ipunk Sumarni
dan Jaminten, S.Pd) yang telah memberikan doa dan mendukung kelancaran
penulis sejak studi pendahuluan sampai penelitian selesai.
10.
Sahabat-sahabat ku di Keperawatan (Nabila, Kiki, Septi, Rani, Rahma, Lulu, dan
Yeni) yang selalu memberikan bantuan, motivasi, dan doanya, serta setia
mendampingi penulis untuk menyelesaikan skripsi, semoga kita bisa terus
xii
12.
Teman-teman ku seperjuangan (Nur “Mami”, Dina, dan Umi) yang telah sabar
mengajari dan membantu penulis dalam mengolah dan menganalisis data.
13.
Keluarga Besar PSIK UIN khususnya seluruh teman-teman angkatan 2006,
kakak-kakak dan adik-adik PSIK yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Terima kasih atas semangat dan dukungan kalian.
14.
Teman-teman kostan ku tersayang (Indah, Sanny, Shelvi, dan Yayah) yang selalu
berbagi dalam suka maupun duka selama 4 tahun kita bersama.
15.
Seluruh Kakek dan Nenek yang berada di PSTW Budi Mulia 04 Margaguna dan
PSTW Budi Mulia 01 Cipayung, karena telah menganggap penulis sebagai cucu
kalian dan terima kasih atas doa dan nasehat yang sangat berguna bagi masa
depan penulis (semuanya sudah penulis anggap sebagai kakek dan nenek sendiri).
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu
penulis berharap kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya terima kasih untuk semua bimbingan,
arahan, kritikan dan saran yang telah diberikan oleh semua pihak. Semoga Allah
melimpahkan rahmat dan kemudahan kepada kita semua.
ﻢﻜﻴﻠﻋ ﻡﻼﺴﻟﺍﻭ
Jakarta, 23 November 2010
xiii
DAFTAR ISI
ABSTRAK
...
iii
KATA PENGANTAR
...
x
DAFTAR ISI
...
xiii
DAFTAR TABEL
...
xvi
DAFTAR BAGAN
...
xvii
DAFTAR SINGKATAN
... xviii
DAFTAR LAMPIRAN
...
xix
BAB I PENDAHULUAN
...
1
A. Latar Belakang...
1
B. Rumusan Masalah ...
5
C. Pertanyaan Penelitian ...
6
D. Tujuan ...
7
1. Tujuan Umum ...
7
2. Tujuan Khusus ...
7
E. Manfaat Penelitian ...
8
1. PSTW Budi Mulia 01 Cipayung ...
8
2. Institusi Pendidikan Keperawatan ...
8
3. Peneliti ...
8
4. Peneliti selanjutnya ...
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
...
10
A. Lansia ...
10
1. Definisi ...
10
2. Klasifikasi ...
10
3. Karakteristik ...
11
4. Perubahan akibat proses menua...
11
5. Pencegahan penyakit ...
13
B. Senam Lansia ...
15
1. Definisi ...
15
2. Manfaat ...
18
3. Intensitas ...
19
4. Prinsip Program Latihan Fisik (Senam) Bagi Lansia ...
21
5. Pedoman Program Latihan Fisik (Senam) Bagi Lansia ...
21
6. Risiko Latihan/ Olahraga ...
22
C. Model Keyakinan Kesehatan menurut Rosenstock dan Becker ...
23
D. Peran Perawat Gerontik ...
28
xiv
C. Definisi Operasional ...
33
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
...
35
A. Jenis Penelitian ...
35
B. Populasi dan Sampel ...
35
C. Pengumpulan Data ...
37
D. Tempat dan Waktu Penelitian ...
42
E. Pengolahan Data ...
42
F. Analisis Data ...
44
G. Etika Penelitian ...
45
BAB V HASIL PENELITIAN
...
47
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...
47
B. Gambaran Umum Responden ...
47
C. Analisis Univariat ...
48
1. Variabel Demografik ...
48
a. Usia ...
48
b. Jenis Kelamin ...
49
c. Pendidikan ...
49
2. Variabel Sosiopsikologis ...
50
a. Dukungan Teman Sebaya ...
50
b. Dukungan Petugas Panti ...
51
3. Variabel Struktural...
51
a. Pengetahuan ...
51
b. Sikap...
52
4. Variabel Dependen ...
53
a. Praktik Senam Lansia ...
53
D. Analisis Bivariat ...
53
1.
Hubungan antara variabel sosiopsikologis
dengan praktik senam lansia ...
53
a. Hubungan antara dukungan teman sebaya dengan praktik senam
lansia ...
53
b. Hubungan antara dukungan petugas panti dengan praktik senam
lansia ...
54
xv
BAB VI PEMBAHASAN
...
57
A. Gambaran Lansia di PSTW Budi Mulia 01 Cipayung ...
57
B. Praktik Senam Lansia di PSTW Budi Mulia 01 Cipayung ...
58
C. Hubungan Beberapa Faktor dengan Praktik Senam Lansia ...
60
1. Hubungan antara dukungan teman sebaya
dengan praktik senam lansia ...
60
2. Hubungan antara dukungan petugas panti
dengan praktik senam lansia ...
61
3. Hubungan antara pengetahuan lansia dengan praktik senam lansia 63
4. Hubungan antara sikap lansia dengan praktik senam lansia ...
64
D. Keterbatasan Penelitian ...
66
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
...
67
A. Kesimpulan...
67
B. Saran ...
68
xvi
No. Tabel
Hal
Tabel
2.1
Intensitas Senam... 20
Tabel
5.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia...
48
Tabel
5.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 49
Tabel
5.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan...
49
Tabel
5.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan
Teman Sebaya………...
50
Tabel
5.5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan
Petugas Panti………...
51
Tabel
5.6
Distribusi
Frekuensi
Responden
Berdasarkan
Pengetahuan………...
51
Tabel
5.7
Distribusi
Frekuensi
Responden
Berdasarkan
Sikap………...
52
Tabel
5.8
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Praktik Senam
Lansia………...
53
Tabel
5.9
Analisis Hubungan Antara Dukungan Teman Sebaya dengan
Praktik Senam Lansia ………...
53
Tabel
5.10
Analisis Hubungan Antara Dukungan Petugas Panti dengan
Praktik Senam Lansia...
54
Tabel
Tabel
5.11
5.12
Analisis Hubungan Antara Pengetahuan Lansia dengan Praktik
Senam Lansia...
Analisis Hubungan Antara Sikap Lansia dengan Praktik
Senam Lansia...
55
xvii
DAFTAR BAGAN
No. Bagan
Hal
Bagan
2.2
Teori Model Keyakinan Kesehatan Rosentock... 30
xviii
PSTW
: Panti Sosial Tresna Werda
BPS
:
Badan Pusat Statistik
SKRT
: Survei Kesehatan Rumah Tangga
Depkes
: Departemen Kesehatan
WBS
: Warga Binaan Sosial
PPOM
: Penyakit Paru Obstruktif Menahun
PERGEMI
: Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia
HBM
:
Health Belief Model
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran
1.
Surat Izin Studi Pendahuluan dan Penelitian
2.
Surat Izin Uji Validitas
3.
Lembar Persetujuan Responden
(Informed Consent)
4.
Kuesioner
5.
Output Analisis Univariat
1
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan dalam menurunkan angka kematian dan kelahiran berdampak pada perubahan struktur penduduk. Semula, penduduk didominasi oleh kelompok muda, namun berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan, telah memberikan implikasi yang cukup besar di masa depan, yaitu semakin meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy); semakin banyak penduduk yang mampu bertahan hidup, maka berimplikasi terhadap peningkatan jumlah penduduk usia tua atau lanjut usia (lansia) (Direktorat Jendral Pelayanan Dan Rehabilitasi Sosial, Departemen Sosial RI, 2009).
2
Seiring dengan meningkatnya jumlah lansia, maka semakin tinggi pula permasalahan kesehatan yang dialami oleh lansia tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Heriawan Soejono dari Divisi Geriatri Departemen Penyakit Dalam FKUI dalam Maryam (2008), “salah satu masalah penting yang dihadapi para lansia adalah kesehatan”. Berbagai masalah kesehatan yang dialami oleh lansia terjadi karena proses penuaan dan hal ini biasa disebut sebagai penyakit degeneratif.
Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1996 menunjukkan bahwa pada orang-orang usia 55 tahun ke atas yang menderita penyakit kardiovaskuler berjumlah 15,7% dari 100 penderita, selanjutnya penyakit yang banyak dialami adalah penyakit muskuloskeletal yaitu 14,5% dan penyakit TBC paru 13,6% dari 100 penderita (Nugroho, 2000).
Meningkatnya penyakit degeneratif dan masalah-masalah kesehatan pada lansia salah satunya di karenakan kurangnya menjaga kesehatan. Upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi masalah-masalah yang terjadi sebagai akibat dari perubahan yang dialami lansia salah satunya yaitu perawatan diri sehari-hari, senam atau latihan pergerakan secara teratur, makan makanan bergizi, dan pemeriksaan kesehatan secara rutin (Maryam, 2008). Menurut Darmojo (2009), pencegahan penyakit pada usia lanjut meliputi upaya prevensi primer, sekunder, dan tersier. Dalam kategori pencegahan primer tindakan-tindakannya meliputi menghentikan merokok, latihan atau olahraga teratur, dan imunisasi atau suntikan pencegahan infeksi.
memiliki gerakan-gerakan yang sederhana dengan tempo lambat dan waktu yang diperlukan juga singkat sehingga tenaga yang dikeluarkan tidak terlalu besar. Menurut Juniwati (2010), meskipun gerakannya sederhana tetapi olahraga tersebut memiliki manfaat yang begitu besar terutama bagi kaum lanjut usia. Dengan mengikuti senam ini, efek minimal yang akan mereka dapatkan yaitu kebahagiaan dan senantiasa bergembira karena mereka dapat bersosialisasi dengan bertukar pikiran dengan teman sebaya. Kerja klasik oleh Lemon et. al. (1972) mengusulkan bahwa orang tua yang aktif secara sosial lebih cenderung menyesuaikan diri terhadap penuaan dengan baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia dengan keterlibatan sosial yang lebih besar memiliki semangat dan kepuasan hidup yang lebih tinggi, penyesuaian serta kesehatan mental yang lebih positif daripada lansia yang kurang terlibat secara sosial (Potter & Perry, 2005).
4
juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam tubuh manusia setelah latihan teratur (Depkes RI, 1995).
Meskipun senam lansia merupakan salah satu upaya menjaga kesehatan bagi lansia dan telah terbukti mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan lansia, namun masih banyak lansia (yang tidak memiliki gangguan kesehatan) yang tidak rutin mengikuti kegiatan tersebut. Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan di Kelurahan Lubang Buaya Rw 10 jumlah peserta yang rutin mengikuti senam lansia hanya sekitar 25% dari jumlah lansia di daerah ini yaitu ±146 orang, padahal selain di Kelurahan Lubang Buaya RW 10, kegiatan senam lansia ini sudah banyak dilaksanakan di beberapa daerah antara lain, Kelurahan Kp.Tengah, dan Kelurahan Kp.Rambutan. Data ini menunjukkan bahwa masih sedikit lansia yang mengikuti kegiatan senam lansia.
Selain dilaksanakan di berbagai daerah, senam lansia juga dilaksanakan di setiap Panti Sosial Tresna Werda (PSTW). Senam lansia ini dilakukan secara rutin yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan lansia khususnya yang tinggal di panti tersebut. Berdasarkan pengalaman praktik klinik peneliti di PSTW Budi Mulia 04 Margaguna Radio Dalam, masih banyak Warga Binaan Sosial (WBS) (yang dikatakan sehat) yang tidak rutin mengikuti kegiatan senam tersebut yaitu 30% dari jumlah WBS 139 orang, dan berdasarkan studi pendahuluan di PSTW Budi Mulia 01 Cipayung, WBS yang rutin mengikuti senam juga hanya sekitar 30% dari jumlah WBS 104 orang.
kepercayaannya tersebut sesuai atau tidak dengan realitas atau pandangan orang lain tentang apa yang baik untuk individu tersebut. Model kepercayaan kesehatan ini mencakup lima unsur yaitu persepsi individu tentang kerentanan terhadap penyakit (perceived susceptibility), persepsi individu terhadap ancaman dan keseriusan terhadap penyakit (perceived threats/perceived severity), perceived benefits, perceived barriers, dan cues action. Pada unsur yang kedua yaitu perceived severity, dipengaruhi oleh variabel demografik, sosiopsikologis, dan struktural.
Berlandaskan teori tersebut peneliti menggunakan faktor demografik (usia, jenis kelamin dan pendidikan), sosiopsikologis (dukungan teman sebaya dan dukungan petugas panti), dan struktural (pengetahuan dan sikap lansia terhadap senam lansia) sebagai faktor yang berhubungan dengan praktek senam lansia. Peneliti hanya mengambil unsur yang kedua dari teori HMB tersebut karena unsur ini yang paling berpengaruh terhadap semua unsur yang ada dalam teori tersebut.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih dalam mengenai “faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik senam lansia”.
B.Rumusan Masalah
6
lansia ini yaitu sekitar 30% dari jumlah WBS 104 orang. Maka peneliti ingin mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik senam lansia di PSTW Budi Mulia 01 Cipayung.
C.Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran praktik senam lansia di PSTW Budi Mulia 01 Cipayung tahun 2010?
2. Bagaimana gambaran demografik lansia yaitu usia, jenis kelamin, dan pendidikan yang mempengaruhi praktik senam lansia di PSTW Budi Mulia 01 Cipayung tahun 2010?
3. Bagaimana gambaran sosiopsikologis lansia yaitu dukungan teman sebaya dan dukungan petugas panti yang mempengaruhi praktik senam lansia di PSTW Budi Mulia 01 Cipayung tahun 2010?
4. Bagaimana gambaran struktural lansia yaitu pengetahuan dan sikap mengenai senam lansia yang mempengaruhi praktik senam lansia di PSTW Budi Mulia 01 Cipayung tahun 2010?
5. Apakah ada hubungan antara sosiopsikologis lansia yaitu dukungan teman sebaya dan dukungan petugas panti dengan praktik senam lansia di PSTW Budi Mulia 01 Cipayung tahun 2010?
D.Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik senam lansia di PSTW Budi Mulia 01 Cipayung Jakarta Timur tahun 2010.
2. Tujuan Khusus
a. Teridentifikasinya gambaran praktik senam lansia di PSTW Budi Mulia 01 Cipayung tahun 2010.
b. Teridentifikasinya gambaran faktor demografi lansia yaitu usia, jenis kelamin, dan pendidikan yang mempengaruhi praktik senam lansia di PSTW Budi Mulia 01 Cipayung tahun 2010.
c. Teridentifikasinya gambaran faktor sosiopsikologis lansia yaitu dukungan teman sebaya dan dukungan petugas panti yang mempengaruhi praktik senam lansia di PSTW Budi Mulia 01 Cipayung tahun 2010.
d. Teridentifikasinya gambaran faktor struktural lansia yaitu pengetahuan dan sikap mengenai senam lansia yang mempengaruhi praktik senam lansia di PSTW Budi Mulia 01 Cipayung tahun 2010.
8
f. Teridentifikasinya hubungan antara faktor struktural lansia yaitu pengetahuan dan sikap mengenai senam lansia dengan praktik senam lansia di PSTW Budi Mulia 01 Cipayung tahun 2010.
E.Manfaat Penelitian
1. Bagi PSTW Budi Mulia 01 Cipayung
Memberikan masukan dan informasi secara objektif mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik senam lansia sehingga dapat meningkatkan keberhasilan kegiatan senam lansia.
2. Bagi institusi pendidikan keperawatan dan ilmu keperawatan
a. Menambah literatur mengenai senam lansia
b. Memberikan informasi khususnya kepada perawat gerontik mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan senam lansia
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai rujukan tambahan untuk melakukan pengabdian kepada masyarakat.
3. Bagi peneliti
4. Bagi peneliti selanjutnya
10 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Lansia 1. Definisi
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia (Keliat, 1999 dalam Maryam, 2008). Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65 s.d 75 tahun (Potter & Perry, 2005). Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.
2. Klasifikasi
Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia (Maryam, 2008). a. Pralansia
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun. b. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih. c. Lansia risiko tinggi
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003).
d. Lansia potensial
e. Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003).
3. Karakteristik
Menurut Maryam (2008), lansia memiliki karakteristik sebagai berikut. a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No. 13
tentang Kesehatan).
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif.
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi. 4. Perubahan akibat proses menua
Dengan makin lanjutnya usia seseorang maka kemungkinan terjadinya penurunan anatomik dan fungsional atas organ-organnya makin besar. Penurunan anatomik dan fungsi organ tersebut tidak dikaitkan dengan umur kronologik akan tetapi dengan umur biologiknya. Dengan perkataan lain, mungkin seseorang dengan usia kronologik baru 55 tahun, tetapi sudah menunjukkan berbagai penurunan anatomik dan fungsional yang nyata akibat “umur biologik” nya yang sudah lanjut sebagai akibat tidak baiknya faktor nutrisi, pemeliharaan kesehatan dan kurangnya aktivitas (Darmojo, 2009).
12
a. Perubahan fisik
1) Sel : jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh menurun, dan cairan intraseluler menurun.
2) Kardiovaskular : kemampuan memompa darah menurun, elastisitas pembuluh darah menurun, serta meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkat. 3) Respirasi : elastisitas paru menurun, kapasitas residu meningkat sehingga menarik napas lebih berat, dan terjadi penyempitan bronkus. 4) Persarafan : saraf pancaindra mengecil sehingga
fungsinya menurun serta lambat dalam merespons dan waktu bereaksi khusunya yang berhubungan dengan stres.
5) Muskuloskeletal : cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh (osteoporosis), bungkuk (kifosis), persendian membesar dan menjadi kaku. 6) Gastrointestinal : esofagus membesar, asam lambung
menurun, lapar menurun, dan peristaltik menurun.
7) Vesika urinaria : otot-otot melemah, kapasitasnya menurun, dan retensi urine.
menipis. Elastisitas menurun, vaskularisasi menurun, rambut memutih (uban), dan kelenjar keringat menurun.
b. Perubahan sosial
1) Peran : post power syndrom dan single parent.
2) Emptiness : kesendirian, kehampaan.
3) Teman : ketika lansia lainnya meninggal, maka muncul perasaan kapan akan meninggal.
4) Abuse :kekerasan berbentuk verbal (dibentak) dan
nonverbal (dicubit, tidak diberi makan).
5) Agama : melaksanakan ibadah. 6) Panti jompo : merasa dibuang/diasingkan. c. Perubahan psikologis
Perubahan psikologis pada lansia meliputi short term memory, frustasi, kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi kematian, perubahan keinginan, depresi, dan kecemasan.
5. Pencegahan penyakit (Darmojo, 2009) a. Pencegahan Primer
14
1) Menghentikan merokok
Seperti dalam gerontologi pencegahan, diketahui bahwa merokok akan menyebabkan berbagai penyakit antara lain penyakit kardio-serebro vaskuler aterosklerotik, PPOM (penyakit paru obstruktif menahun) dan kanker. Upaya penghentian merokok tetap bermanfaat walaupun individu sudah berusia 60 tahun atau lebih. 2) Imunisasi
Pada tahun-tahun terakhir telah terbukti bahwa angka pneumonia sebagai penyebab kematian pada usia lanjut cukup tinggi, maka imunisasi terhadap influenza dan pneumonia dimasukkan dalam program Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia (PERGEMI, 2007).
3) Latihan/olahraga teratur
Beberapa penelitian yang dilakukan di berbagai bagian dunia menunjukkan bahwa latihan olahraga yang teratur pada populasi usia lanjut masih memungkinkan perbaikan kapasitas aerobik, sirkulasi darah dan berbagai organ-organ lain (Williamson, 1985 dalam Darmojo, 2008). Hanya saja intensitas dan jenis latihan harus disesuaikan secara individual. Manfaat utama olahraga meliputi mempertahankan dan memperkuat kemampuan fungsi dan meningkatkan perasaan kesehatan (Potter & Perry, 2005).
b. Pencegahan Sekunder
progresivitas lebih lanjut. Upaya ini tentunya memerlukan keterampilan diagnosis yang memadai bagi penderita lansia yang gejala dan perjalanan penyakitnya tidak serupa dengan populasi golongan umur lain.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dimaksudkan sebagai upaya deteksi penyakit dan atau disabilitas yang sudah terjadi pada penderita yang belum/tidak mendapatkan pengobatan atau dukungan yang memadai. Upaya tersebut diharapkan mengurangi risiko atau percepatan memburuknya penyakit, kekambuhan atau komplikasi dari penyakit tersebut (Williamson, 1985 dalam Darmojo, 2009).
B.Senam Lansia
1. Definisi Senam Lansia
16
Dalam senam terdapat aktivitas dan latihan. Aktivitas merupakan kegiatan normal dari kehidupan sehari-hari yang berperan penting antara lain dalam pencegahan suatu penyakit, memperbesar kesejahteraan, dan mengurangi ketidakmampuan. Aktivitas bagi lansia merupakan tindakan lansia yang memiliki keterbatasan kemampuan dan kehilangan fungsi dari beberapa kondisi (Tyson, 1999).
Latihan adalah aktivitas fisik sebagai “rencana, struktur, dan pergerakan tubuh secara berulang untuk memperbaiki atau mengatur satu atau lebih komponen dalam olahraga fisik” (Jones and Jones, 1997 dalam Tyson, 1999). Seperti halnya peningkatan usia secara kronologis, latihan dapat membantu mengatur dan meningkatkan kemampuan fungsional. Dengan peningkatan harapan hidup seseorang di masyarakat, lebih banyak orang mengetahui mengenai kualitas hidup dan dapat memperbaikinya dengan latihan (Tyson, 1999). Salah satu latihan yang sesuai bagi lansia adalah Senam Lansia.
Beberapa komponen aktivitas dan kebugaran menurut Darmojo (1999:74) terdiri dari:
a. Self Efficacy (keberdayagunaan-mandiri) adalah suatu istilah untuk menggambarkan rasa percaya atas keamanan dalam melakukan aktivitas. Dengan keberdayagunaan mandiri ini seorang usia lanjut mempunyai keberanian dalam melakukan aktivitas.
bertahan, antara lain mengenai kecepatan bergerak sendi, luas lingkup gerak sendi (range of motion) dan jenis kekuatan yang dihasilkannya. c. Daya Tahan (endurance) dan keuntungannya. Daya tahan (endurance)
atau kebugaran yang ditunjukkan dengan VO2 maksimal akan menurun dengan lanjutnya usia, dimana penurunan akan 2x lebih cepat pada orang inaktif dibanding atlit. Kebugaran ini menurun sebagian karena penurunan massa otot skeletal, sebagian akibat hilangnya otot skeletal dan sebagian lagi akibat penurunan laju jantung maksimal, penurunan isi jantung sekuncup maksimal dan penurunan oksigen yang dapat di ekstraksi oleh otot-otot yang terlatih. Latihan kebugaran dapat memperbaiki semua faktor tersebut kecuali laju jantung maksimal (Reuben et. al, 1996 dalam Darmojo, 2009).
d. Kelenturan (flexibility). Latihan kelenturan sendi merupakan komponen penting dari latihan atau olahraga bagi lanjut usia untuk mencegah kekakuan otot.
18
2. Manfaat Senam Lansia
Manfaat senam bagi lanjut usia antara lain :
a. Memperlambat proses degenerasi karena perubahan usia (Nugroho, 1999).
b. Membantu tubuh tetap bugar dan segar karena melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal, dan membantu menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh. Dapat dikatakan bugar, atau dengan perkataan lain mempunyai kesegaran jasmani yang baik bila jantung dan peredaran darah baik sehingga tubuh seluruhnya dapat menjalankan fungsinya dalam waktu yang cukup lama (Sumosardjuno, 1998).
c. Fungsi melindungi, yaitu memperbaiki tenaga cadangan dalam fungsinya terhadap bertambahnya tuntutan, misalnya dalam kondisi sakit, dapat digunakan sebagai fungsi rehabilitasi. Pada lanjut usia terjadi penurunan masa otot serta kekuatannya, laju denyut jantung maksimal, toleransi latihan, kapasitas aerobik dan terjadinya peningkatan lemak tubuh. Dengan melakukan olahraga seperti senam lansia dapat mencegah atau melambatkan kehilangan fungsional tersebut. Bahkan dari berbagai penelitian menunjukan bahwa latihan atau olahraga seperti senam lansia dapat mengeliminasi berbagai risiko penyakit seperti hipertensi, diabetes melitus, penyakit arteri koroner dan terjatuh. (Darmojo 1999).
yang semuanya terkait dengan kapasitas olahraga dalam memperbesar plastisitas otak: meningkatkan pertumbuhan pembuluh kapiler di sekitar neuron, yang memberi oksigen dan gizi dari darah; meningkatkan kerapatan sinapsis; dan meningkatkan efek kolinergis positif (Nelson, 2006).
e. Dapat menurunkan risiko terkena demensia (Nelson, 2006).
f. Dapat meningkatkan sensori-motorik sejumlah sistem yang mempengaruhi stabilitas (keseimbangan, reaksi waktu, kekuatan otot) (Potter & Perry, 2005).
g. Dapat meningkatkan sosialisasi dan interaksi dengan orang lain (Jawa Pos, 8 Januari 2010).
h. Membantu dalam perawatan kulit.
i. Dapat memberikan rasa senang dan kebugaran kepada lansia khususnya yang tinggal di panti werda agar dapat mengisi waktu luang dan menikmati olahraga yang khusus disediakan baginya (UU RI No.13 th 1998 tentang Kesejahteraan Lansia).
j. Mempermudah untuk menyesuaikan kesehatan jasmani dalam kehidupan (adaptasi).
k. Dapat menurunkan tingkat kecemasan pada lansia (Nursitasari, 2009). 3. Intensitas
20
Tabel 2.1 Intensitas Senam
a. Lamanya senam
Senam akan bermanfaat untuk meningkatkan kesegaran jasmani jika dilaksanakan dalam zona latihan paling sedikit 15 menit (Maryam, 2008). Sedangkan menurut Murray (1993), latihan fisik (senam) lansia sebaiknya dilakukan dalam periode waktu 20-30 menit. b. Frekuensi senam
Untuk memperbaiki dan mempertahankan kesegaran jasmani, maka senam lansia harus dilakukan minimal dua kali dalam seminggu (Murray, 1993). Waktu yang tepat untuk melakukan senam lansia sebaiknya pada pagi hari, yaitu saat menjelang matahari terbit karena udara masih bersih dan segar. Senam pada waktu sore hari juga diperbolehkan asalkan di tempat/lapangan yang nyaman.
Usia Zona Latihan (denyut nadi per menit)
55 tahun 115-140
56 tahun 115-139
57 tahun 114-138
58 tahun 113-138
59 tahun 113-137
4. Prinsip Program Latihan Fisik (Senam) Bagi Lansia (Maryam, 2008) a. Membantu tubuh agar tetap bergerak atau berfungsi.
b. Menaikkan kemampuan daya tahan tubuh.
c. Memberi kontak psikologis dengan sesama sehingga tidak merasa terasing.
d. Mencegah terjadinya cedera.
e. Mengurangi atau menghambat proses penuaan.
5. Pedoman Program Latihan Fisik (Senam) Bagi Lansia (Tyson, 1999) sebagai berikut:
a. Pemeriksaan fisik harus dapat dipertanggung jawabkan untuk mengkaji kondisi kesehatan sebelum memulai program latihan fisik (senam).
b. Memulai suatu latihan (senam) harus disesuaikan dengan kebutuhan dasar setiap individu mengenai penilaian kekuatan, kelemahan, dan minat.
c. Kesesuaian program latihan menggunakan senam aerobik akan memenuhi kebutuhan setiap individu.
d. Aktivitas latihan (senam) harus dimulai dengan pemanasan untuk mempersiapkan sendi dan otot. Pemanasan mencakup beberapa gerakan dan peregangan.
22
f. Sebelum melakukan latihan cek dahulu frekuensi jantung dan denyut nadi dan evaluasi selama melakukan latihan dan pastikan frekuensi dalam keadaan aman.
g. Nasehat sangat penting dalam melakukan latihan untuk mewaspadai terjadinya kehilangan kekuatan sendi.
h. Langkah terakhir dalam aktivitas latihan yaitu melakukan pendinginan, dimana otot-otot direlaksasikan kembali.
i. Sebelum melakukan senam, minum terlebih dahulu untuk menggantikan keringat yang hilang. Bila memungkinkan, minumlah air sebelum, selama, dan sesudah senam (Maryam, 2008).
j. Senam dilakukan minimal dua jam setelah makan agar tidak menggangu pencernaan. Kalau senam dilakukan pagi hari tidak perlu makan sebelumnya (Maryam, 2008).
k. Senam harus diawasi oleh pelatih/instruktur agar tidak terjadi cedera (Maryam, 2008).
l. Pakaian yang digunakan terbuat dari bahan yang ringan dan tipis serta jangan memakai pakaian tebal dan sangat menutup badan (Maryam, 2008).
m. Waktu latihan sebaiknya pagi dan sore hari, bukan pada siang hari bila senam dilakukan di luar ruangan (Maryam, 2008).
6. Risiko latihan/olahraga
adalah kematian mendadak bervariasi antara 4-56 kali dibanding secara kebetulan, walaupun risiko sebenarnya sangat kecil. Satu kematian akibat gangguan jantung (cardiac death) dari 396.000 jam berjogging atau 1 kematian dari 15.000-18.000 yang melakukan latihan, dengan penyebab yang ditemukan pada otopsi adalah penyakit arteri koroner yang telah diderita lama, anomali pembuluh koroner dan kardiomiopati hipertrofikans (Darmojo, 2009).
24
Fokus dari HBM adalah perilaku pencegahan yang berkaitan terhadap suatu ancaman penyakit. Semakin lanjutnya usia seseorang maka kemungkinan terjadinya penurunan anatomik dan fungsional atas organ-organnya makin besar dan hal ini normal terjadi pada setiap orang. Penurunan fungsi tubuh tersebut dapat menjadi masalah terjadinya berbagai penyakit degeneratif. Untuk itu perlu dilakukan suatu usaha pencegahan agar dapat mengurangi risiko terjadinya penyakit degeneratif. Khusus bagi lansia pencegahan ini dapat berupa penghentian merokok, olahraga teratur, dan imunisasi (Darmojo, 2009). Pada unsur kedua dari HBM yaitu individu akan melakukan tindakan pencegahan atau penyembuhan penyakit apabila ia merasa terancam karena semakin beratnya suatu penyakit, namun ancaman yang terlalu besar akan menimbulkan rasa takut dalam diri individu yang justru akan menghambat dalam melakukan tindakan. Untuk mengurangi rasa terancam, petugas kesehatan memberikan suatu alternatif tindakan yang kemudian akan dipertimbangkan oleh individu tersebut apakah tindakan ini akan dilakukan atau tidak berdasarkan pandangannya tentang manfaat dan hambatan dari tindakan alternatif yang dianjurkan (Noorkasiani, 2009).
Komponen dari teori model keyakinan kesehatan, adapun komponennya adalah:
1. Persepsi individu tentang kerentanan dirinya terhadap suatu penyakit (perceived susceptibility).
Hal ini mengacu kepada persepsi subyektif seseorang terhadap resiko suatu kondisi kesehatan (Glanz, 2002); misalnya seorang lansia mengetahui dampak dari kurangnya melakukan aktivitas olahraga yaitu kekakuan otot yang di lihat berdasarkann riwayat penyakit keluarga atau temannya. 2. Persepsi individu terhadap keseriusan penyakit tertentu (perceived
severity).
Komponen ini menyangkut keyakinan seseorang terhadap seriusnya suatu kondisi kesehatan dan hal yang menyebabkannya. Dipengaruhi oleh variabel demografi dan sosiopsikologis, perasaan terancam oleh penyakit, dan anjuran untuk bertindak (misal: anjuran petugas panti, dokter atau perawat).
3. Persepsi individu tentang manfaat yang diperoleh dari tindakan yang diambil (perceived benefits).
26
4. Aspek negatif dari suatu tindakan tertentu (perceived barrier).
Komponen ini menyangkut rintangan untuk mengubah perilaku atau melakukan tindakan kesehatan; misalnya tidak adanya dukungan petugas panti terhadap lansia untuk mengikuti kegiatan senam.
5. Isyarat/petunjuk tindakan (cues of action).
Komponen ini merupakan stimulus (eksternal atau internal) yang mendorong perilaku kesehatan atau sesuatu yang membuat individu sadar terhadap ancaman kesehatan; contohnya: adanya teman dalam satu panti yang sakit, anjuran dokter, anjuran petugas panti, dan lain-lain.
6. Variabel lain.
Variabel demografik, sosiopsikologis dan struktur yang berbeda dapat mempengaruhi persepsi individu dan secara tidak langsung mempengaruhi perilaku kesehatan individu tersebut.
Variabel ini terdiri dari 3 variabel, yaitu:
a. Variabel demografik, dimana pada variabel ini meliputi usia, jenis kelamin, ras, pendidikan, dan lain-lain.
b. Variabel sosiopsikologis, yang meliputi kepribadian, dukungan petugas panti, dukungan teman sebaya, dan lain-lain.
c. Variabel struktural, meliputi pengetahuan dan sikap terhadap suatu penyakit, dan lain-lain.
7. Kemampuan diri (self efficacy).
pengakuan individu bahwa praktik kesehatan individu dapat memberikan efek positif terhadap kesehatan seseorang (McEwen dan Will, 2007). Pada teori ini menyatakan bahwa hal yang mendorong perubahan perilaku individu dalam melakukan tindakan pencegahan penyakit bergantung pada beberapa faktor, yaitu:
a. Kepekaan seseorang terhadap penyakit.
b. Persepsi seseorang terhadap konsekuensi dari penyakit tertentu.
c. Persepsi seseorang terhadap keuntungan yang diperoleh dari tindakan pencegahan penyakit.
d. Persepsi seseorang terhadap hambatan yang akan diperoleh dari tindakan pencegahan penyakit yang dilakukan.
Persepsi ini merupakan interpretasi stimulus yang telah diterima oleh seseorang (Notoatmodjo, 2005). Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan stimulus dapat masuk dalam rentang perhatian seseorang dan mempengaruhi persepsi. Pada teori model ini terdapat variabel demografik, sosiopsikologis dan struktural yang mempengaruhi persepsi seseorang terhadap masalah kesehatan.
Model ini membantu perawat memahami berbagai faktor yang dapat mempengaruhi persepsi, keyakinan, dan perilaku klien serta membantu perawat membuat rencana perawatan yang paling efektif untuk membantu klien, memelihara dan mengembalikan kesehatan serta mencegah terjadinya penyakit (Purnawan, 2005).
28
disadari dan dimengerti oleh individu sehingga individu dapat mengubah perilakunya. Individu yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu lansia maka peneliti memilih variabel demografik, sosiopsikologis, dan struktural sebagai variabel yang akan diteliti. Peneliti memilih faktor ini karena ancaman, keseriusan penyakit yang dirasakan, pertimbangan keuntungan dan kerugian tindakan pencegahan penyakit dipengaruhi oleh variabel demografik, sosiopsikologis dan struktural (Smet, 1994).
D.Peran Perawat Gerontik (Potter & Perry, 2005)
Perawat gerontik memiliki peran yang cukup besar terhadap perkembangan lansia. Hal pertama yang perawat lakukan yaitu mengkaji sikapnya pada penuaan karena sikap tersebut mempengaruhi asuhan keperawatan. Untuk memberi asuhan yang efektif, perawat harus menciptakan sikap positif terhadap lansia. Sikap negatif dapat mengakibatkan penurunan rasa nyaman, adekuat, dan kesejahteraan klien.
Perawat dapat meningkatkan kemampuan kemandirian dan harga diri klien, karena klien lansia merasa bahwa hidup tidak lagi berharga. Peningkatan kemampuan kemandirian ini sangat berpengaruh terhadap perilaku lansia sehari-hari seperti dalam pelaksanaan senam lansia.
Perawat sebagai motivator yang memberikan motivasi kepada klien lansia agar selalu berperan aktif dalam melakukan perilaku kesehatan. Motivasi dapat meningkatkan semangat bagi lansia dalam pelaksanaan senam lansia.
E.Kerangka Teori
30
Teori Model Keyakinan Kesehatan Rosentock (1974)
Bagan 2.2
Sumber: Rosentock (1974) dalam Noorkasiani, 2009 Variabel demografik
(Usia, jenis kelamin, ras, pendidikan, dll)
Variabel sosiopsikologis
(Dukungan teman dan dukungan petugas panti)
Variabel struktural (pengetahuan dan sikap terhadap suatu penyakit)
Petunjuk untuk bertindak Koran/majalah Saran dari dokter Saran dari petugas panti
Kemungkinan menggunakan tindakan preventif yang
direkomendasikan (melakukan praktek senam lansia) Ancaman
yang dirasakan
Keuntungan tindakan preventif Penghalang tindakan preventif
Kerentanan penyakit yang dirasakan
31
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A.Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori yg dikemukakan oleh Rosentock (1974) maka variabel yang ingin diteliti mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik senam lansia adalah variabel terikat (dependen) yaitu praktik senam lansia. Sedangkan variabel bebas (independen) yang ingin diketahui meliputi 1) variabel demografik yaitu usia, jenis kelamin, dan pendidikan, 2) variabel sosiopsikologis lansia yaitu dukungan teman sebaya dan dukungan petugas panti, 3) variabel struktural yaitu pengetahuan dan sikap lansia mengenai senam lansia. Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Variabel Independen Variabel Dependen
Ket : - - - Tidak di hubungkan dengan variable dependen
Bagan 3.3. Kerangka konsep 2. Variabel sosiopsikologis
Dukungan teman sebaya Dukungan petugas panti 3. Variabel struktural
Pengetahuan lansia Sikap lansia
Praktik senam lansia 1. Variabel demografik
Usia
32
B.Hipotesis
1. Ada hubungan antara dukungan teman sebaya dengan praktik senam lansia
2. Ada hubungan antara dukungan petugas panti dengan praktik senam lansia
3. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan klien lansia dengan praktik senam lansia
C.Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional
Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Pengukuran Praktik senam lansia Pernyataan verbal yang merupakan jawaban dari pertanyaan keikutsertaan mengikuti senam lansia
Wawancara Kuesioner 0. Tidak Rutin (apabila dilakukan < 7x/ bulan) 1. Rutin (apabila
dilakukan 7-8x/bulan)
Ordinal
Usia lansia Lamanya masa hidup responden secara tahun kalender, yang dihitung sejak dilahirkan sampai dengan saat dilakukan penelitian dalam tahun
Wawancara Kuesioner Tahun Rasio
Jenis kelamin Pengakuan responden berdasarkan jenis kelamin
Wawancara Kuesioner 0. Laki-laki
1. Perempuan
Ordinal
Pendidikan Jenjang pendidikan formal terakhir yang berhasil diselesaikan oleh responden yang ditandai dengan ijazah
Wawancara Kuesioner 0. Tidak sekolah 1. Pendidikan
Dasar 2. Pendidikan
Menengah 3. Pendidikan
Tinggi Ordinal Dukungan teman sebaya Dorongan yang diberikan teman satu panti kepada klien lansia untuk melakukan kegiatan senam
Observasi dan
wawancara
Kuesioner 0 = kurang dukungan (jika nilai terhadap median < 3) 1 = cukup
34
dukungan (jika nilai terhadap median
≥ 3)
Dukungan petugas panti Dorongan yang diberikan petugas panti kepada klien lansia untuk melakukan kegiatan senam
Observasi dan
wawancara
Kuesioner 0 = kurang dukungan (jika nilai terhadap median < 3) 1 = cukup dukungan (jika nilai terhadap median ≥ 3)
Ordinal Pengetahuan klien lansia tentang senam lansia Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah klien lansia mengetahui tentang kegiatan senam lansia, tujuan, manfaat, dan frekuensi dilakukannya senam tersebut
wawancara Kuesioner 0= Kurang (bila didapat < 55%) 1 = Cukup (bila didapat 56-75%) 2 = Baik (bila didapat 76-100%) (Arikunto, 1998) Ordinal Sikap klien lansia tentang senam lansia Sikap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kecenderungan klien lansia untuk melakukan kegiatan senam lansia sesuai dengan peraturan yang berlaku di panti
wawancara Kuesioner 0= Negatif terhadap Median (skor < 29) 1 = Positif terhadap Median (skor ≥ 29)
35 A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional. Penelitian cross sectional adalah jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada suatu saat. Pada jenis ini variabel independen dan dependen dinilai secara simultan pada satu saat, jadi tidak ada tindak lanjut. Tentunya tidak semua subjek penelitian harus diobservasi pada hari atau pada waktu yang sama, akan tetapi baik variabel independen maupun variabel dependen dinilai hanya satu kali saja. Dengan studi ini akan diperoleh prevalensi atau efek suatu fenomena (variabel dependen) dihubungkan dengan penyebab (variabel independen) (Nursalam, 2003).
B.Populasi dan Sampel 1. Populasi
36
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2008). Sampel pada penelitian ini adalah klien lansia di PSTW Budi Mulia 01 Cipayung yang pernah melakukan senam lansia. Tekhnik pengambilan sampel menggunakan sampel jenuh atau total sampling yaitu dengan mengambil semua anggota populasi menjadi sampel yaitu sebanyak 104 orang dan disesuaikan dengan kriteria inklusi yang telah ditentukan. Adapun sampel yang diambil harus memiliki kriteria sebagai berikut: a. Kriteria Inklusi
1) Merupakan penghuni di Panti Werda Budi Mulia 01 Cipayung Jakarta Timur.
2) Bersedia menjadi responden.
3) Sehat secara fisik dalam arti masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan atau tanpa alat bantu.
4) Pernah mengikuti senam lansia yang diadakan oleh panti. 5) Kooperatif
b. Kriteria Eksklusi
1) WBS yang bed rest total
2) WBS yang mengalami gangguan penglihatan (buta)
3. Besar Sampel
Pada penelitian ini jumlah sampel yang sesuai dengan kriteria sebanyak 73 orang dari jumlah total populasi 104 orang. Dari 73 orang tersebut yang pernah mengikuti senam lansia sebanyak 70 orang. Jadi jumlah sampel yang menjadi responden sebanyak 70 orang.
C.Pengumpulan Data
1. Metode dan instrumen
Sebelum pengambilan data dilakukan, peneliti mengajukan permohonan izin terlebih dahulu kepada Kepala Dinas Sosial DKI Jakarta yang kemudian akan dilanjutkan kepada Kepala PSTW Budi Mulia 01 Cipayung. Selanjutnya peneliti meminta daftar nama-nama WBS kepada petugas panti sekaligus menyeleksi calon responden yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.
Setelah mendapatkan calon responden sesuai dengan kriteria, peneliti melakukan pendekatan dan perkenalan dengan cara mendatangi satu persatu individu sambil memberikan penjelasan mengenai penelitian ini, kemudian meminta izin kesediaan untuk menjadi responden. Individu yang bersedia menjadi responden bisa menandatangani lembar persetujuan.
38
kuesioner dengan jelas dan responden tinggal menjawabnya. Setelah itu peneliti memeriksa kembali lembar kuesioner yang telah terisi.
2. Instrumen penelitian
Kuesioner yang telah dibuat mencakup variabel independen yaitu usia lansia, jenis kelamin, pendidikan lansia, dukungan teman sebaya, dukungan petugas panti, pengetahuan dan sikap lansia terhadap praktek senam lansia. Pada pertanyaan variabel dukungan teman sebaya, dukungan petugas panti, pengetahuan dan sikap lansia perlu dilakukan proses
skoring.
Skoring yaitu pemberian skor jawaban responden pada beberapa pertanyaan di kuesioner sehingga dapat digabungkan menjadi satu variabel.
Adapun variabel-variabel yang di skoring yaitu: a. Dukungan teman sebaya
Pada variabel dukungan teman sebaya terdapat 4 pertanyaan yang terdiri dari 3 pernyataan positif dan 1 pernyataan negatif, untuk pertanyaan A1, A2, A4 jawaban “ya” diberi skor 1 dan jawaban “tidak” diberi skor 0 sedangkan untuk pertanyaan A3 jawaban “ya” di beri skor 0 dan jawaban “tidak” diberi skor 1. Sehingga skor tertingginya adalah 4 dan terendahnya adalah 0.
Untuk variabel dukungan teman sebaya, akan dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu :
b. Dukungan petugas panti
Pada variabel dukungan petugas panti terdapat 5 pertanyaan yang terdiri dari 4 pernyataan positif dan 1 pernyataan negatif, untuk pertanyaan 1, B2, B3, B5 jawaban “ya” diberi skor 1 dan jawaban “tidak” diberi skor 0, sedangkan untuk pertanyaan B4 jawaban “ya” diberi skor 0 dan jawaban “tidak” diberi skor 1, sehingga skor tertingginya adalah 5 dan terendahnya adalah 0.
Untuk variabel dukungan petugas panti, akan dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu :
0 = tidak ada dukungan, jika nilai < 3 (median) 1 = ada dukungan, jika nilai ≥ 3
c. Pengetahuan lansia
Pada kuesioner yang digunakan, untuk variabel pengetahuan lansia terdiri dari 12 pertanyaan yang masing-masing terdiri dari 5 pernyataan positif dan 7 pernyataan negatif. Untuk pertanyaan kelompok C3, C5, C9, C10, dan C12 untuk jawaban yang benar diberi skor 1 dan untuk jawaban yang salah diberi skor 0. Sedangkan untuk pertanyaan C1, C2, C4, C6, C7, C8 dan C11 untuk jawaban yang benar diberi skor 0 dan untuk jawaban salah diberi skor 1. Sehingga skor tertinggi untuk pertanyaan pengetahuan lansia adalah 12 sedangkan skor terendah adalah 0.
40
Kurang : Bila total skor jawaban yang didapat < 55% Cukup : Bila total skor jawaban yang didapat 56-75% Baik : Bila total skor jawaban yang didapat 76-100% d. Sikap lansia
Pada variabel sikap lansia terdiri dari 10 pertanyaan yang masing-masing terdiri dari 4 pernyataan positif dan 6 pernyataan negatif, untuk pertanyaan kelompok D1, D2, D4 dan D7 jawaban diberi skor 4 untuk jawaban sangat setuju, 3 = setuju, 2 = tidak setuju, 1 = sangat tidak setuju. Sedangkan untuk pertanyaan D3, D5, D6, D8, D9, D10 jawaban diberi skor 4 untuk jawaban sangat tidak setuju, 3 = tidak setuju, 2 = setuju, 1 = sangat setuju. Sehingga skor tertinggi untuk pertanyaan sikap lansia adalah 40 dan skor terendahnya adalah 10.
Skala pengukuran sikap lansia yang digunakan adalah skala Likert. Adapun variabel sikap lansia ini akan dikelompokkan menjadi 2 kategori dengan menggunakan standar skor dibawah ini:
Negatif : jika total skor jawaban kurang dari nilai median (< 29). Positif : jika total skor jawaban lebih dari nilai median (≥ 29). 3. Teknik uji instrumen penelitian
a. Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar- benar mengukur apa yang diukur. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Dalam hal ini digunakan beberapa item pertanyaan yang dapat secara tepat mengungkapkan variabel yang diukur tersebut. Uji ini dilakukan dengan menghitung korelasi antara masing – masing skor item pertanyaan dari tiap variabel dengan total skor variabel tersebut (Arikunto, 2006).
Uji validitas dapat menggunakan rumus Pearson Product Moment.
r hitung =
r hitung = Koefisien korelasi
n = Jumlah responden
∑Xi = Jumlah skor item
∑Yi = Jumlah skor total
42
Kuesioner yang diperbaiki redaksinya yaitu kuesioner pengetahuan no.1, 5, dan 11, selanjutnya kuesioner sikap no. 5 dan 10.
b. Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2005). Teknik pengujian pada penelitian ini menggunakan teknik Alpha Cronbach (α), dalam uji reliabilitas r hasil adalah alpha. Ketentuannya apabila r alpha > r tabel, maka pertanyaan tersebut reliabel. Sebaliknya bila r alpha < r tabel maka pertanyaan tersebut tidak reliabel. Alpha Cronbach yang didapat yaitu 0,723 dengan memperbaiki redaksi pada kuesioner pengetahuan no.1, 5, dan 11, selanjutnya kuesioner sikap no. 5 dan 10.
D.Tempat dan Waktu Penelitian
E. Pengolahan Data
Proses pengolahan data peneliti menggunakan langkah-langkah pengolahan data diantaranya:
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data atau formulir kuesioner yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul. 2. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel.
3. Entry data
Data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau data base komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana.
4. Cleaning data
44
F. Analisis Data 1. Analisis univariat
Analisis univariat merupakan analisis tiap variabel yang dinyatakan dengan menggambarkan dan meringkas data dengan cara ilmiah dalam bentuk tabel atau grafik (Setiadi, 2007). Variabel pada penelitian ini meliputi variabel independen yaitu variabel demografik (usia lansia, jenis kelamin, dan pendidikan), variabel sosiopsikologis (dukungan teman sebaya dan dukungan petugas panti), dan variabel struktural (pengetahuan dan sikap lansia), sedangkan variabel dependennya adalah praktik senam lansia. 2. Analisis bivariat
G.Etika Penelitian
Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan (Hidayat, 2007). Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut:
1. Informed Consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan dari
Informed consent adalah agar subjek mengerti maksud, tujuan penelitian, dan mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormatinya.
2. Anonimity (tanpa nama)
46
3. Kerahasiaan (confidentiality)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.
47 A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Panti Sosial Tresna Werda (PSTW) Budi Mulia 01 Cipayung Jakarta Timur adalah salah satu panti jompo milik pemerintah yang berada di provinsi DKI Jakarta. PSTW merupakan unit pelaksanaan teknis dinas bina mental spiritual dan kesejahteraan sosial yang berfungsi sebagai suatu tempat/sarana pelayanan kesejahteraan sosial bagi para lanjut usia (jompo) yang mengalami masalah sosial yang disebabkan oleh kemiskinan, ketidakmampuan secara fisik dan ekonomi untuk di berikan pembinaan pelayanan sosial serta perlindungan agar mereka dapat hidup secara wajar. PSTW Budi Mulia ini dibagi menjadi 6 ruang kamar, 4 kamar untuk nenek dan 2 kamar untuk kakek. Setiap kamar diisi oleh 10-20 WBS. Masing-masing ruangan kamar di kategorikan sesuai kemampuan fisik mereka.
B.Gambaran Umum Responden
48
menurun. Seperti halnya kegiatan senam yang masih banyak tidak rutin dilakukan oleh WBS. Mereka yang rutin mengikuti senam mengaku kegiatan ini sangat bermanfaat bagi kesehatan dan mereka sudah merasakan dampak positifnya tetapi bagi mereka yang tidak rutin mengikuti senam mengaku sudah tidak kuat dan tidak merasakan dampak apa-apa.
C.Analisis Univariat
1. Variabel Demografik
Karakteristik responden di bawah ini adalah karakter