HUBUNGAN PROMOSI KESEHATAN TENTANG SENAM LANSIA DENGAN KEAKTIFAN LANSIA MENGIKUTI SENAM LANSIA YANG DILAKSANAKAN DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KOTA SEMARANG
Angka harapan hidup bangsa Indonesia pada masa mendatang akan meningkat terus menerus sehingga pembinaan lanjut usia semakin menonjol peranannya. Salah satu pembinaan yang dapat dilakukan adalah dengan mengajak lansia untuk aktif senam lansia. Menggugah lansia untuk berolahraga perlu dilakukan suatu promosi kesehatan. Dalam konteks kesehatan, promosi kesehatan adalah proses pemberdayaan masyarakat untuk memelihara,meningkatkan, dan melindungi kesehatannya.. Berdasarkan studi pendahuluan pada tiga Puskesmas yang ada di Semarang tahun 2010 di wilayah Puskesmas Ngesrep terdapat 19 kelompok usia lanjut semua aktif menggalakan senam lansia, Puskesmas Sekaran terdapat 12 kelompok semua aktif menggalakan senam lansia dan Puskesmas Kedungmundu terhadap 56 kelompok usia lanjut dan masih ada 6 kelompok usia lanjut yang tidak aktif.
Promosi kesehatan adalah proses memandirikan masyarakat agar dapat memelihara dan meningkatkan kesehatannya.Keaktifan merupakan suatu perilaku yang bias dilihat dari keteratuan dan keterlibatan seseorang untuk aktif dalam kegiatan (Departemen Pendidikan Nasional, 2008). Selain itu menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoadmodjo 2007, perilaku dapat dipengaruhi promosi kesehatan dalam factor predisposisi. Dimana untuk berperilaku aktif pada senam lansia diperlukan promosi kesehatan oleh tenaga kesehatan.
Penelitian ini termasuk kompetensi bidan dalam melaksanakan pelayanan kebidanan pada lansia tentang hubungan antara promosi kesehatan tentang senam lansia dan keaktifan lansia pada senam lansia. Rancangan yang digunakancross sectionaldengan pendekatan korelasi. Untuk uji analisanya univariat dan bivariat. Dalam penelitian ini pengambilan sample menggunakan purposive sampling yang berjumlah 97 responden.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki promosi kesehatan yang tidak mendukung sebesar 57(58,8%) responden. Ada hubungan antara promosi kesehatan tentang senam lansia dengan keaktifan lansia pada senam lansia yang dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang, dengan p value sebesar 0,000.
Saran yang dapat diberikan adalah kepada institusi, instansi kesehatan (Dinkes), peneliti, dan masyarakat khususnya lansia hendaknya aktif mengikuti senam lansia untuk menjaga kebugaran di masa lansia.
PENDAHULUAN
Penekanan promosi kesehatan berdasarkan pemikiran WHO (World Health Organisation), adalah pada empowerment atau pemberdayaan. Istilah pemberdayaan ini diartikan sebagai suatu kegiatan positif yang
berkesinambungan (sustainable), dalam hal ini ialah perilaku sehat yang terjadi sebagai hasil promosi kesehatan harus berlangsung terus-menerus
sambung menyambung dari orang kelompok atau masyarakat (Machfoedz,
2009). Bila dilihat angka statistik pada saat sekarang masalah lanjut usia
belum menduduki hal yang sangat penting. Tetapi berhasilnya pembangunan
selama beberapa pelita ini menunjukkan angka harapan hidup bangsa
Indonesia pada masa mendatang akan meningkat terus menerus sehingga
pembinaan lanjut usia ini semakin menonjol peranannya (Bandyah, 2009).
Dalam BAB I Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Usia lanjut, pelaksanaan pembangunan nasional yang bertujuan
mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945, telah menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang
makin membaik dan usia harapan hidup makin meningkat, sehingga jumlah
lanjut usia makin bertambah walaupun banyak diantara lanjut usia yang masih
produktif dan mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, namun karena faktor usianya akan banyak
menghadapi keterbatasan sehingga memerlukan bantuan peningkatan
kesejahteraan sosialnya. Konsentrasi pemerintah Indonesia adalah menjaga
2004 pemerintah membentuk Komisi Nasional Lanjut Usia (Komnas Lansia)
mempunyai dua tugas pokok. Pertama, membantu Presiden di dalam
mengkoordinasikan pelaksanaan UPKS (Upaya Peningkatan Kesejahteraan
Sosial Lansia). Mengkoordinir siapa pun yang bergerak di bidang lansia agar
tujuannya tercapai. Kedua, memberikan masukan, saran dan pertimbangan,
kepada Presiden di dalam mengambil kebijakan tentang lansia (Soeweno,
2009).
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang di derita. Ini merupakan proses yang
terus-menerus (berlanjut) secara alami. Ini dimulai sejak lahir dan umumnya
dialami pada semua makhluk hidup (Bandiyah, 2009).
Menurut WHO (World Health Organisation), tahun 2020 jumlah usia senja diseluruh dunia diperkirakan menjadi 29 juta (7,2%) dari jumlah
penduduk. Populasi lansia di Indonesia pada tahun 2005 sebesar lebih kurang
18,7 juta (8,5 persen dari jumlah penduduk) dan tahun 2025 populasi lansia di
Indonesia diperkirakan menempati urutan ke 4 dari negara-negara berpopulasi
lansia terbanyak setelah Cina, India, Amerika (Hardjomarsono, 2011). Di
Provinsi Jawa Tengah tahun 2009 jumlah usia pralansia dan usia lanjut
9.634.108 jiwa dengan jumlah laki laki usia lebih 45 tahun 4.665.004 jiwa dan
tahun 2010 jumlah usia lanjut sebanyak 69.042 yang dilayani petugas
kesehatan sebesar 42.787 jiwa.
Adanya peningkatan jumlah usia lanjut akan berpengaruh pada
berbagai aspek kehidupan seperti fisik, mental dan ekonomi. Dalam
mengantisipasi kondisi ini pengkajian masalah-masalah usia lanjut perlu
ditingkatkan. Agar dapat menyesuaikan dengan kebutuhan serta untuk
menjamin tercapainya usia lanjut yang bahagia, berdayaguna dalam kehidupan
keluarga dan masyarakat di Indonesia (Tamher, 2009).
Dalam mengatasi masalah-masalah yang terjadi sebagai akibat
perubahan yang di alaminya, ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh
lansia sebagai upaya penyesuaian diri terhadap perubahan-perubahan tersebut
antara lain perawatan diri sehari-hari, senam atau latihan pergerakan secara
teratur, pemeriksaan secara rutin, mengikuti kegiatan yang masih mampu
dilakukan, makan makanan yang bergizi, serta minum air putih paling sedikit
8 gelas perhari (Maryam, 2008).
Setiap hari harus banyak bergerak, melakukan gerakan-gerakan yang
bermanfaat bagi kesehatan jiwa dan raga, maupun sehat dalam kehidupan
sosial. Karena seorang lanjut usia itu mengalami berbagai penurunan fungsi
dirinya maka gerakan yang dilakuka disesuaikan dengan kondisi fisik lanjut
usia. Usia lansia harus olahraga disesuaikan dengan umur kronologis. Ada
beberapa jenis olahraga yang dengan mudah dan aman untuk dilaksanakan
oleh para lanjut usia. Pengertian mudah disini terkait dengan cara
kegiatan tersebut akan menambah semangat apabila dilakukan bersama-sama
(Hardjomarsono, 2011).
Menggugah minat lansia untuk berolah raga perlu dilakukan suatu
promosi kesehatan. Dalam konteks kesehatan, promosi kesehatan (health
promotion) adalah proses pemberdayaan masyarakat untuk memelihara,
meningkatkan dan melindungi kesehatannya (...’the process of enabling people to control over and improve there health’’). Disamping itu juga promosi kesehatan adalah upaya perubahan atau perbaikan perilaku di bidang
kesehatan disertai dengan upaya mempengaruhi lingkungan atau hal-hal lain
yang sangat berpengaruh terhadap perbaikan perilaku dan kualitas kesehatan
(Mubarak, 2011).
Tiga data Puskesmas yang ada di Semarang tahun 2010 di wilayah
Puskesmas Ngesrep jumlah usia lanjut 1.187 jiwa terdapat 19 kelompok usia
lanjut dan 19 kelompok tersebut aktif menggalakan senam lansia, selain itu
diwilayah Ngesrep pernah diadakan penyuluhan sebanyak 19 kali. Wilayah
Puskesmas Sekaran terdapat 1.799 jiwa usia lanjut ada 12 kelompok usia
lanjut semua kelompok tersebut aktif dalam menggalakan senam dan pernah
diadakan penyuluhan sebanyak 12 kali. Puskesmas Kedungmundu jumlah usia
lanjut sebanyak 3.148 jiwa terdapat 56 kelompok lansia, 50 diantaranya aktif
menggalakan senam sedangkan 6 kelompok tidak aktif menggalakan senam,
wilayah Puskesmas Kedungmundu pernah mendapatkan penyuluhan 50 kali.
Di Puskesmas Kedungmundu memiliki jumlah lansia dan kelompok
lansia yang paling banyak, Puskesmas tersebut kelompok lansianya belum
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk
meneliti mengenai hubungan promosi kesehatan tentang senam lansia dengan
keaktifan lansia pada senam lansia yang dilaksanakan di wilayah Puskesmas
Kedung Mundu.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional, termasuk jenis penelitian study korelasi ini pada hakekatnya merupakan penelitian
atau penelaahan hubungan antara dua variabel pada suatu situasi atau
sekelompok subjek (Notoadmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh lansia di Wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu
Semarang sebanyak 3.148, sampel sebesar 97 lansia. Penelitian ini
menggunakan teknik samplingPurposive Sampling.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Analisis Univariat
a. Gambaran Promosi Kesehatan
Distribusi frekuensi responden berdasarkan promosi kesehatan
Tabel. 1
Distribusi frekuensi responden berdasarkan promosi kesehatan
Promosi kesehatan Jumlah %
Tidak mendukung 57 58,8
Mendukung 40 41,2
Total 97 100
Berdasarkan tabel di atas diperoleh informasi bahwa sebagian
besar responden promosi kesehatannya tidak mendukung yaitu 57
(58,8%) responden.
b. Gambaran Keaktifan Lansia Pada Senam Lansia
Distribusi frekuensi responden berdasarkan keaktifan lansia
pada senam lansia.
Tabel. 2
Distribusi frekuensi responden berdasarkan keaktifan lansia
Keaktifan lansia pada senam Jumlah %
Aktif 30 30,9
Tidak aktif 67 69,1
Total 97 100
Berdasarkan tabel di atas diperoleh informasi bahwa sebagian
besar responden yang aktif pada senam lansia hanya 30 (30,9%)
responden.
2. Analisis Bivariat
Hubungan promosi kesehatan tentang senam lansia dengan
keaktifan lansia pada senam lansia di wilayah kerja Puskesmas
Berdasarkan hasil tabulasi hubungan promosi kesehatan tentang
senam lansia dengan keaktifan lansia pada senam lansia di wilayah kerja
Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel. 3
Tabel silang promosi kesehatan tentang senam lansia dengan keaktifan lansia pada senam lansia di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang.
Tdk mendukung 55 96,5 2 3,5 57 58,76
Mendukung 12 30,0 28 70,00 40 41,24
Total 67 69,1 30 30,9 97 100
Countinuity Correction= 45.582 p value=0,000, expect count less than
5 = 0% Mencari X2tabel dengan rumus :
dk = (k-1)(b-1)
= (2-1)(2-1) = 1
d = 0,01 jadi X2tabel = 6,635
Berdasarkan tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa sebanyak 57
(58,76%) responden yang promosi kesehatannya tidak mendukung,
sebanyak 55 (96,5%) yang tidak aktif pada senam lansia dan hanya
2(3,5%) yang aktif pada senam lansia. Sedangkan 40 (41,24%) responden
yang promosinya mendukung, hanya 12(30,00%) responden yang tidak
aktif pada senam lansia dan sebanyak 28(70,00%) responden yang aktif
Berdasarkan hasil Uji statistik Chi square dengan menggunakan
Countinuity Correction tidak terdapatexpected valuekurang dari 5 > 20% yaitu sebesar 0% yang memenuhi syarat untuk digunakan dalam
menganalisis hubungan promosi kesehatan tentang senam lansia dengan
keaktifan lansia pada senam lansia di wilayah kerja Puskesmas
Kedungmundu Kota Semarang. Karena nilai p value lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,050), atau X2 hitung > X2 tabel (45,582>6,635) maka Ha
diterima dan H0 ditolak berarti ada hubungan antara promosi kesehatan
tentang senam lansia dengan keaktifan lansia pada senam lansia di wilayah
puskesmas Kedungmundu Kota Semarang.
3. Pembahasan
1). Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan yang mendukung pada penelitian ini adalah
sebesar 57 (58,76%), yang promosi kesehatannya tidak mendukung 40
(41,24%). Ini sesuai dengan pendapat Mubarak (2011) promosi
kesehatan adalah upaya perubahan/perbaikan perilaku di bidang
kesehatan disertai dengan upaya mempengaruhi lingkungan atau hal
lain yang sangat berpengaruh terhadap perbaikan perilaku kualitas
kesehatan.
Kaitannya dengan penelitian ini lansia yang didukung dengan
promosi kesehatan tentang senam lansia dapat merubah perilaku lansia
untuk aktif dalam senam, sedangkan yang kurang di dukung dengan
2). Keaktifan Lansia pada Senam Lansia
Proporsi keaktifan lansia dalam senam pada penelitian ini adalah
sebesar 30(30,9%), ketidakaktifan lansia dalam senam sebesar
67(69,1%). Sesuai dengan teori Lawrence Green (1980) Notoadmodjo
(2007) faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku Faktor predisposisi
(predisposing factor) meliputi pengetahuan, motivasi, sikap, pendidikan, promosi kesehatan. faktor pemungkin (Enabling factor) yaitu sarana dan prasarana kesehatan. faktor penguat (Reinforcing factor) meliputi sikap dan perilaku tenaga kesehatan. Promosi kesehatan dalam faktor
predisposisi ditujukan untuk menggugah kesadaran. Memberikan atau
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan baik bagi dirinya sendiri, keluarganya maupun
masyarakat.
Dalam penelitian ini Pada umumnya seorang lansia yang
memiliki pengetahuan yang baik tentang senam lansia maka dapat
menimbulkan kesadaran para lansia dan akan berdampak serta
berpengaruh pada keaktifan lansia dalam mengikuti kegiatan senam,
dan pengetahuan itu bisa didapat dari promosi kesehatan.
3. Hubungan promosi kesehatan tentang senam lansia dengan keaktifan
lansia pada senam lansia.
Berdasarkan hasil penelitian dengan p value lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,050), atau X2 hitung > X2 tabel (45,582>6,635) maka Ha
lansia dengan keaktifan lansia pada senam lansia di wilayah kerja
puskesmas Kedungmundu Kota Semarang. Ini sesuai dengan teori
Lawrence Green (1980) Notoadmodjo (2007) faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku Faktor predisposisi (predisposing factor) meliputi pengetahuan, motivasi, sikap, pendidikan, promosi kesehatan. faktor
pemungkin (Enabling factor) yaitu sarana dan prasarana kesehatan. faktor penguat (Reinforcing factor)meliputi sikap dan perilaku tenaga kesehatan. Promosi kesehatan dalam faktor predisposisi ditujukan untuk menggugah
kesadaran. Memberikan atau meningkatkan pengetahuan masyarakat
tentang pemeliharaan dan peningkatan kesehatan baik bagi dirinya sendiri,
keluarganya maupun masyarakat.
Hal ini menunjukkan bahwa lansia yang tidak didukung oleh
promosi kesehatan cenderung tidak aktif dalam senam lansia dibandingkan
dengan lansia yang didukung dengan promosi kesehatan. ini juga sejalan
dengan Mubarak (2011) mengatakan promosi kesehatan menempatkan
masyarakat bukan sebagai objek melainkan sebagai subjek, atau sebagai
pelaku bukan sasaran. Sehingga diharapkan untuk aktif berbuat dan tidak
hanya pasif menunggu.
Dengan memperlakukan lansia sebagai subyek dalam promosi
kesehatan ini nanti melatih lansia untuk aktif dalam kegiatan senam tidak
SIMPULAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Wilayah kerja Puskesmas
Kedungmundu Kota Semarang didapatkan hasil:
1. Ketidak aktifan lansia pada senam lansia lebih banyak sebesar 67 (69,1%)
2. Sebagian besar lansia kurang mendapatkan promosi kesehatan sebanyak
57 (58,76)
3. Ada hubungan antara promosi kesehatan tentang senam lansia dengan
keaktifan lansia pada senam lansia. Dengan nilai p value 0,000, dimana nilaip value lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05).
KEPUSTAKAAN
Arikunto, S. 2006.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta, Jakarta.
Bandiyah, S. 2009.Kesehatan Usia Lanjut.Rineka Cipta, Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008.Kamus Bahasa Indonesia Bahasa.PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Dinkes Provinsi Jawa Tengah. 2008. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2008 Rakyat Sehat Kualitas Bangsa.Profil Kesehatan Jawa Tengah. Hardjomarsono, Boediman. 2011. STOPPING THE CLOCK Jurus Tetap Bugar
Dan Bahagia di Masa Lansia.Jakarta: Kompas.
Hidayat, A. 2010.Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Salemba Medika, Surabaya.
Machfoedz, Ircham. 2009.Pendidikan Kesehatan dan Promosi Kesehatan.
Jakarta: Fitramaya
Maryam, R.Siti. 2008.Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya.Jakarta: Salemba Medika
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Metodologi Penelitian. Rineka Cipta, Jakarta.
Notoatmodjo, S. 2005.Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta,
Jakarta.
Notoatmodjo, S. 2007.Metodologi Penelitian KesehatanKesehatan.Rineka Cipta, Jakarta.
Soeweno. 2009.Komisi Nasional Usia Lanjut.Kompas, Jakarta
Tamher.S, Noorkasiani. 2009.Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika
Tri Widianti, Anggriyana. Atikah. 2010.Senam Kesehatan.Yogyakarta: Nuha Medika