• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN TEKNIK PAGELARAN WAYANG BEBER DALAM PENGAJARAN SASTRA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGARANG SISWA SEKOLAH DASAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN TEKNIK PAGELARAN WAYANG BEBER DALAM PENGAJARAN SASTRA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGARANG SISWA SEKOLAH DASAR."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

BAB II. MEDIA PENGAJARAN SASTRA DAN KEMAMPUAN MENGARANG ANAK...….. 7

2.2 Faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Pembelajaran ………... 32

2.2.1 Kompetensi Dasar Guru……….………...…. 33

2.2.2 Model Pembelajaran…..………...……….. 38

2.2.3 Ciri Khusus Pembelajaran Sastra Sekolah Dasar….…………...…… 41

(2)

ii BAB III. METODE DAN TEKNIK PENELITIAN....……….……….. 70

3.1 Metode Penelitian……….………. 70

3.2 Sumber Data……….………. 75

3.3 Instrumen Penelitian……….…………. 76

3.4 Teknik Pengumpulan dan Penganalisisan Data………….…………....…… 76

3.4.1 Teknik Pengumpulan Data……….…...………….. 76

3.4.2 Teknik Penganalisisan Data……….………...………. 76

BAB IV. DESKRIPSI HASIL PENELITIAN………..…………..…..…. 78

4.1 Deskripsi Seting Penelitian..………...……... 78

4.2 Hasil Analisis Kebutuhan Kegiatan Belajar Mengajar...… 79

4.2.1 Hasil Pengamatan pada Siklus I…...………....….. 80

4.2.2 Hasil Pengamatan pada Siklus II……...…...……... 85

(3)

iii

4.3 Deskripsi Karangan Siswa…………....…..…………...…....………….. 95

4.3.1 Hasil Analisis pada Karangan Siklus I……...………...……….… 98

4.3.2 Hasil Analisis pada Karangan Siklus II……….……….…...…….… 111

4.3.3 Hasil Analisis pada Karangan Siklus III…………..…………....…... 122

BAB V. SIMPULAN DAN REKOMENDASI…….……….…..……. 135

5.1 Simpulan……….…..……… 135

5.2 Rekomendasi……….……..…….. 136

DAFTAR PUSTAKA……….…..……….. 137

LAMPIRAN………...…………. 141

RIWAYAT HIDUP……….………..……….……… 234

(4)

iv

2.1 Profil Guru……… 24 3.1 Matrik Pengembangan Alur Penelitian Tindakan Kelas…………....……….. 74 4.1 Pedoman Penilaian Karangan……….. 98 4.2 Daftar Nilai Hasil Karangan Siswa Siklus I…………...…………...………. 112 4.3 Nilai Karangan Setiap Aspek Siklus I………...…………. 113 4.4 Daftar Nilai Hasil Karangan Siswa Siklus II……..…...…………...……….. 123 4.5 Nilai Karangan Setiap Aspek Siklus II…………..………...…………. 124 4.6 Daftar Nilai Hasil Karangan Siswa Siklus III………...…..………….…….. 135 4.7 Nilai Karangan Setiap Aspek Siklus III….………...…………. 136

(5)

v

2.1 Kerucut Pengalaman Edgar Dale………... 8

2.2 Perkembangan Wayang Beber………..………..…… 48

2.3 Peta Wilayah Pacitan, Jawa Timur………..………….…..………...………. 49

2.4 Kumpulan gambar babak pertama lakon “Remeng Mangkujoyo”..…...… 50

2.5 Damar Kurung karya Mbah Masmundari………..……...…... 55

2.6 Taksonomi Menurut Rudy Bretz……… 15

2.7 Hierarki Media Menurut Duncan………...……… 16

2.8 Taksonomi Menurut Briggs………...……… 17

2.9 Taksonomi Menurut Gagne………...……… 18

2.10 Taksonomi Menurut Edling………...….….… 18

2.11 Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar Mengajar………..……..…… 19

2.12 Kemampuan Dasar Guru……….………..……….... 24

3.1 Proses Pengakajian Berdaur (Siklus) PTK……….…...….………. 73

(6)

vi

Lampiran 1 Dongeng Petualangan Sang Kancil………..……… 145

Lampiran 2 Silabus………..……… 158

Lampiran 3 Format Pengamat pada Kegiatan Penelitian di Sekolah Dasar Laboratorium UPI Kampus Cibiru……….…………. 164

Lampiran 4 Pedoman Pengamatan Guru………. 165

Lampiran 5 Hasil Pengamatan ……… 167

Lampiran 6 Pedoman Wawancara………... 178

Lampiran 7 Proses Pembelajaran …………...………... 180

Lampiran 8 Hasil Karangan Siswa……….. 183

(7)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian

Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu proses kegiatan yang menyebabkan guru dan murid melakukan suatu kegiatan bersama-sama atau bekerja sama dan berinteraksi untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Agar tujuan pembelajaran ini tercapai maka seorang guru harus mampu mempersiapkan komponen-komponen penunjang pembelajaran, mulai dari menjabarkan kurikulum hingga membuat skenario pembelajaran di kelas. Penjabaran tujuan ini harus sesuai dengan karakteristik siswanya, agar tercipta pembelajaran yang menyenangkan dan dapat diserap siswa dengan optimal. Untuk mengoptimalkannya guru harus dapat memilih media yang dapat diintegrasikan dalam kegiatan pembelajarannya. Pembelajaran dengan mengintegrasikan media dianggap lebih efektif dibandingkan dengan tanpa mengintegrasikan media, apalagi pada tingkat pendidikan dasar. Namun amat disayangkan pada saat ini masih banyak guru yang belum mengintegrasikan media pendidikan dalam proses belajar mengajar mereka.

(8)

2

Menurut pengamatan guru, dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia di kelas, siswa masih dianggap kurang optimal dalam menangkap apa yang dibicarakan guru di kelas, siswa kurang mampu mengungkapkan gagasan dengan runtut, siswa kurang, mampu memilih kata yang tepat, dan siswa dianggap kurang mampu menyusun kalimat yang baik dan benar.

Hasil pengamatan guru dan hasil penelitian para ahli pendidikan tentang kemampuan berbahasa siswa ini dijadikan sebagai landasan pengembangan standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia SD dan MI Kurikulum 2004.

Dalam kurikulum 2004 tertera bahwa mata pelajaran bahasa Indonesia dijadikan sarana untuk mengakses berbagai informasi dan kemajuan teknologi. Oleh karena itu, kemampuan berkomunikasi secara lisan maupun tulisan harus dikuasai dan dimiliki oleh setiap siswa.

Kompetensi dasar setiap keterampilan bahasa dicantumkan dalam kurikulum. Kompetensi dasar ini diharapkan dapat dikuasai oleh setiap siswa sesuai dengan jenjang kelasnya.

(9)

3

Pengajaran yang menyenangkan dengan media yang tepat, selain dapat membantu siswa dalam memahami suatu pesan, dianggap dapat merangsang kemampuan berbahasa siswa. Dengan penyajian yang menarik dan langsung akan memberikan stimulus yang positif sehingga siswa dapat mengungkapkan kembali dengan sistematis sesuai dengan apa yang didengar, dilihat, dan dirasakan.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pengajaran yang paling disenangi siswa jenjang pendidikan dasar adalah mendongeng. Mendongeng yang disertai dengan media akan membantu pemahaman siswa. Ketika seorang guru mendongeng biasanya siswa akan mengoptimalkan alat pendengarannya, pengelihatannya dan perasaannya agar pesan yang disampaikan guru dapat ditangkap dengan baik.

Dongeng dianggap memiliki tempat khusus dalam perkembangan jiwa anak. Dongeng biasanya digemari oleh anak-anak karena di dalamnya terkandung kekuatan imajinasi yang kuat. Dongeng pun dapat membantu anak untuk mempelajari dan memahami makna hidup dan kehidupan.

Di dalam dongeng terdapat, alur cerita, penokohan, amanat, imajinasi, bahasa, moral. Unsur-unsur tersebutlah yang dapat membantu siswa dalam memahami arti hidup dan kehidupan.

Oleh karena itu dalam menyampaikan suatu dongeng, seorang guru harus mempersiapkannya dengan sungguh-sungguh. Kenyataan di lapangan, mendongeng bukanlah suatu kegiatan yang dipersiapkan dengan baik. Mendongeng masih dianggap sebagai kegiatan selingan untuk mengisi waktu kosong tanpa ada tujuannya.

(10)

4

Wayang beber memiliki dimensi yang berbeda dibandingkan dengan wayang lainnnya. Wayang beber tidak menggunakan dimensi bayang, seperti wayang kulit, atau dimensi bentuk manusia, seperti wayang golek atau wayang orang. Dalam penyajiannya, wayang beber berdimensi gambar.

Ada muatan lain apabila seorang guru menggunakan media tradisional tersebut. Muatan tersebut adalah adanya pengembangan dan pemanfaatan media yang telah ada, sekaligus memperkenalkan kembali salah satu produk budaya bangsa.

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk mendapatkan data empiris tentang pemanfaatan teknik pagelaran wayang beber sebagai media mendongeng untuk meningkatkan kemampuan mengarang siswa di sekolah dasar.

1.2Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas maka penelitian ini difokuskan pada media pembelajaran sastra Indonesia di kelas V Sekolah Dasar Laboraturium UPI Kampus Cibiru, Bandung, yang dibatasi oleh pertanyataan-pertanyaan di bawah ini.

a. Apakah teknik pagelaran wayang beber sebagai media dalam pengajaran sastra dapat dimanfaatkan oleh guru dalam proses belajar mengajar?

b. Apakah cara guru dalam menggunakan teknik pagelaran wayang beber ditunjang dengan kemampuan mendongeng?

(11)

5

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui proses belajar mengajar dengan penerapan tenik pagelaran wayang beber sebagai media mendongeng dan kemampuan mengarang siswa kelas V Sekolah Dasar Laboraturium UPI Kampus Cibiru, Bandung.

1.3.2 Tujuan Khusus

Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk:

a. mengetahui proses belajar mengajar dengan mengintegrasikan teknik pagelaran wayang beber sebagai media mendongeng untuk meningkatkan kemampuan mengarang siswa sekolah dasar;

b. mengetahui cara penerapan teknik pagelaran wayang beber sebagai media mendongeng untuk meningkatkan kemampuan mengarang siswa oleh guru; c. mengetahui hasil belajar mengarang siswa dengan teknik pagelaran wayang

beber sebagai media mendongeng.

1.4Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian di atas maka manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini:

(12)

6

(13)

70

BAB III

METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

3.1Metode Penelitian

Penerapan teknik pagelaran wayang beber dalam pengajaran sastra untuk

meningkatkan kemampuan mengarang siswa sekolah dasar menjadi judul penelitian

yang akan dilakukan di kelas V sekolah dasar, sesuai dengan tujuan yang diutarakan

pada Bab I. Penelitian yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian dan

menjawab pertanyaan yang diajukan adalah penelitian tindakan kelas (classroom

action research). Penelitian ini juga dimaksudkan agar peneliti mendapatkan

informasi yang rinci tentang aktivitas proses belajar mengajar yang mengintegrasikan

media, sebab penelitian yang tepat untuk mengembangkan bidang pendidikan adalah

penelitian tindakan kelas pendapat Ortrun Zuber-Skerritt dalam bukunya New

Direction in Action Research (1996: 3).

Hal tersebut sejalan dengan pendapat Suyanto (1997: 7) yang mengatakan

bahwa penelitian tindakan merupakan salah satu cara strategis bagi guru untuk

meningkatkan dan memperbaiki layanan pendidikan bagi guru dalam konteks

pembelajaran di kelas. Jelas bahwa tujuan utama dari penelitian tindakan kelas

adalah untuk mengembangkan keterampilan pengajar dan untuk memperbaiki

langkah-langkah dalam proses belajar mengajar agar siswa terlayani secara

profesional. Penelitian tindakan yang dipilih adalah penelitian tindakan kolaboratif.

(14)

71

Penelitian ini mengikuti langkah-langkah seperti di bawah ini.

a. Analisis kebutuhan yang mencakup (1) kebutuhan pemahaman materi, (2)

sumber belajar, dan (3) hambatan belajar. Dari hasil analisis ini akan ditemukan

kebutuhan guru dalam merencanakan strategi pembelajar dengan

menginteggrasikan media untuk meningkatkan kemampuan mengarang deskripsi

siswa. Selain itu gurupun dapat mengetahui hambatan yang akan dialami guru

dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar tersebut.

b. Perumusan tujuan pembelajaran, pada tahap ini guru akan melakukannya dengan

menjabarkan tujuan pembelajaran mengarang ke dalam silabus. Dalam silabus

tersebut akan tergambarkan tujuan pembelajaran menulis dalam pengajaran sastra

dengan teknik pagelaran wayang beber sebagai media mendongeng.

c. Penyusunan strategi pembelajaran sastra dengan mengintegrasikan media. Pada

tahap ini peneliti dan guru melakukan secara bersama sehingga dapat

menghasilkan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program pembelajaran

yang diharapkan.

d. Pelaksanaan uji coba pembelajaran mendongeng dengan media wayang beber ini

akan dilakukan melalui pendekatan tindakan kelas yang diikuti oleh peneliti,

(15)

72

Tabel 3.1 Matriks Pengembangan Alur Penelitian Tindakan Kelas

No Pertanyaan

1 Bagaimanakah proses belajar mengajar dengan penggunaan teknik pagelaran wayang beber sebagai media mendongeng?

Deskripsi tentang proses belajar mengajar dengan penggunaan teknik pagelaran wayang beber sebagai media mendongeng.

a. Guru b. Siswa

Wawancara, kuesioner, orientasi, observasi, refleksi, dan analisis terhadap kegiatan orientasi. wayang beber sebagai media mendongeng?

Deskripsi penggunaan media teknik pagelaran wayang beber dalam proses belajar mengajar.

Guru Observasi, refleksi, dan analisis terhadap tindakan dari satu siklus ke siklus yang lainnya.

Observasi dan Analisis.

3 Bagaimanakah hasil belajar mengarang

(16)

73

Menurut Kemmis dan Mc. Taggart (Hopkins 1993: 48), ada 4 langkah dalam penelitian tindakan ini yang menjadi prinsip dasarnya. Keempat langkah tersebut adalah: a) perecanaan (planning),

b) tindakan (action),

c) observasi (observation), dan d) refleksi (reflection).

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan untuk mengetahui penerapan teknik pagelaran wayang beber dalam pengajaran sastra oleh guru kelas. Kegiatan pembelajaran ini dilaksanakan secara berkelanjutan dengan menggunakan sistem siklus. Di setiap siklus akan diobservasi kegiatan guru dalam menerapkan teknik pagelaran wayang beber ini dan akan mengevaluasinya dari hasil karangan siswa.

(17)

74

Gambar 3.1

Proses Pengkajian Berdaur (Siklus) PTK

Keadaan sesudah dilakukan tindakan.

Siklus pertama mencakup kegiatan sebagai berikut.

a. Perencanaan: peneliti membuat rencana pembelajaran yang menjelaskan langkah-langkah kegiatan pembelajaran sastra.

b. Tindakan: guru mendongengkan sebuah dongeng kepada siswa dan siswa diminta untuk menceritakan kembali dalam bentuk tulisan.

c. Observasi: peneliti dan pengamat (guru bahasa Indonesia yang lain, Kepala Sekolah, atau pun teman sejawat peneliti) mengamati kegiatan pembelajaran tersebut. Hasil dari pengamatan tersebut dideskripsikan untuk dianalisis.

(18)

75

d. Refleksi: peneliti bersama pengamat dan guru berdiskusi tentang proses pembelajaran yang telah dilakukan. Kekurangan dan kelebihan perencanaan dan kegiatan pembelajaran dijadikan patokan untuk melakukan tindakan selanjutnya.

Siklus kedua mencakup kegiatan sebagai berikut.

a. Perencanaan: peneliti membuat rencana pembelajaran yang menjelaskan langkah-langkah kegiatan pembelajaran sastra dengan mengintegrasikan media.

b. Tindakan: guru mendongengkan sebuah dongeng kepada siswa dan siswa diminta untuk menceritakan kembali dalam bentuk tulisan.

c. Observasi: peneliti dan pengamat (guru bahasa Indonesia yang lain, Kepala Sekolah, atau pun teman sejawat peneliti) mengamati kegiatan pembelajaran tersebut. Hasil dari pengamatan tersebut dideskripsikan untuk dianalisis.

d. Refleksi: peneliti bersama pengamat dan guru berdiskusi tentang proses pembelajaran tadi. Kekurangan dan kelebihan perencanaan dan kegiatan pembelajaran dijadikan patokan untuk melakukan tindakan selanjutnya.

3.2Sumber data

(19)

76

3.3Instrumen Penelitian

Instrumen yang dipergunakan dalam penelitian ini, terutama instrumen pengumpulan data adalah:

a) rencana pelajaran atau silabus,

b) format pengamatan kegiatan guru dan siswa di kelas, c) alat evaluasi (tes) keberhasilan belajar siswa.

3.4Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data 3.4.1Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut ini.

a) Observasi, dilakukan sebelum tindakan dimulai dan saat tindakan berlangsung. b) Wawancara, dilakukan sebelum penelitian dilakukan untuk mengetahui kebutuhan

dalam pembelajaran sastra.

c) Kuesioner, dilakukan untuk mengetahui sikap guru dan siswa terhadap proses pembelajaran sastra dengan teknik pagelaran wayang beber sebagai media mendongeng.

d) Tes, dilakukan untuk mengukur kemampuan mengarang siswa. e) Studi pustaka, untuk mendukung data lainnya

3.4.2Teknik Penganalisisan Data

(20)

77

digunakan untuk mendeskripsikan seluruh proses penelitian sehingga diperoleh gambaran yang terperinci mengenai variabel-variabel yang diteliti.

Penganalisisan data pun dilakukan selama penelitian berlangsung, dari persiapan hingga proses penelitian berakhir.

(21)

135

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Simpulan

Setelah menganalisis data penelitian dan mendapatkan temuan-temuan empiris dalam penelitian, maka dapat ditarik beberapa simpulan. Simpulan yang dibuat merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan penelitian sebelumnya. Simpulan yang diambil dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut ini.

a. Simpulan dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa teknik pagelaran wayang beber dapat dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif media yang dapat dimanfaatkan dalam pengajaran sastra. Media ini termasuk media yang memberikan pengalaman langsung.

Termasuk jenis media yang memberikan pengalaman langsung karena ketika sedang mendongeng siswa dapat melihat langsung tokoh-tokoh yang disajikan. Tokoh yang disajikan melalui gambar dengan ilustrasi dan warna yang menarik dapat memperkuat daya imajinasi siswa yang sedang menyimak. Siswa dapat mengetahui dengan jelas alur cerita, latar tempat dan waktu kejadian dari satu episode ke episode lainnya.

Siswa tampak antusias terhadap kegiatan mendongeng dengan memanfaatkan teknik pagelaran wayang beber.

(22)

136

Materi yang disampaikan dapat terserap dengan optimal. Hal tersebut tergambarkan oleh hasil penganalisisan karangan.

c. Hasil karangan siswa dalam pembelajaran sastra dengan mengintegrasikan media teknik pagelaran wayang beber meningkat dilihat dari perbedaan hasil analisis karangan siswa di siklus pertama, siklus kedua, dan siklus ketiga.

Rekomendasi

(23)

137

DAFTAR PUSTAKA

Antonius. 2006. “Mendongeng Efektif”. Tersedia: hppt://www.sabda.org/

Balipost. 2006. “Mendongeng sambil Bermain Mendongeng Masa Kini (1)”.

Tersedia: hppt://www.balipost.co.id/

Balipost. 2006. ”Mencermati Budaya Mendongeng: Sayang Pembinaannya tidak

Kontinu”. Tersedia: www.balipost.co.id.

Bauer. M. 2005. What’s Your Story. Bandung: Mizan Learning Center.

Bunanta, M. 2004. Buku, Mendongeng dan Minat Membaca. Jakarta: Pustaka

Tangga.

Bunanta, M. 2006. “Anak dan Minat Budaya: Di Manakah Usaha dan Tanggung

Jawab Kita?”. Tersedia: hppt// www. Kongres.budpar.go.id/makalah//

Danandjaja, F. 1984. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng , dan lain-lain.

Jakarta: PT. Grafiti Pers.

Depdikbud. 1981. Wayang Beber di Gelaran. Jakarta: Depdikbud.

Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Diknas, 2005. Standar Kompetensi Kurikulum 2004. Jakarta: Diknas.

Gerlach, V. 1980. Teaching and Media. United State of America:

(24)

138

Hamidjojo, S. 1970. Perkembangan Media dan Teknologi Pendidikan. Bandung:

PPSP.

Holt, C. 2000. Melacak Jejak Perkembangan Seni di Indonesia. Bandung:

arti.line.

Iskandarwassid. 2004. “Tiga Pilar Pengajaran Sastra”. Pidato Pengukuhan:

UPI Bandung.

Ismail, Taufik. 2003. “Agar Anak Bangsa Tak Rabun Membaca Tak Pincang

Mengarang”. Pidato Pengukuhan: UNY Yogyakarta.

Keraf, G. 1981. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT. Gramedia.

Keraf, G. 1981. Eksposisi dan Deskripsi. Ende Flores: Nusa Indah.

Lembaga Pengembangan Insani. 2006. “Mendongeng, Membangun Karakter

Anak Tercinta”. Tersedia: http://www.lpi-dd.net/artikel/dongeng/.

Moleong, L. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit Remadja

Karya CV.

Poerwadarminta, W.J.S. 1979. ABC Karang Mengarang. Yogyakarta: Penerbit

Taman Siswa.

Rivai, A. 1978. Apa dan Mengapa Media Pendidikan. Bandung: LPP BPP IKIP

Bandung.

Rofi’uddin, A. Dkk. 1999. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas

(25)

139

Rusyana, Y. 1984. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: CV.

Dipenogoro.

Rusyana, Y. 1986. Keterampilan Menulis. Jakarta: UT

Sadiman, A. 2005. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan

Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Sayuti, S. 2003. “Taufik Ismail dalam Konstelasi Pendidikan Sastra”. Pidato

Pengukuhan: UNY Yogyakarta.

Suryabrata, S. 1983. Metodologi Penelitian. Jakarta: CV. Rajawali.

Suryana. J. 2002. Wayang Golek Sunda: Kajian Estetika Rupa Tokoh Golek.

Bandung: PT. Kiblat Buku Utama.

Suyanto. Dkk. 1996. Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas.

Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.

Tabrani, P. 2005. Bahasa Rupa. Bandung: Penerbit Kelir.

Tarigan, H. 1984. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Penerbit Angkasa.

Tarigan, H. 1993. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: PT.

Angkasa.

Tarigan, H. 1985. Pengajaran Kosakata. Bandung: PT. Angkasa

Wickert, U. 1987. Wayang Stories: Photographed, Retold and Edited. Jakarta: PT

(26)

140

Wirasasmita, S. 2002. Kemampuan Guru dalam Penggunaan Media di SLTP

Kota Bandung. Bandung: UPI.

Wiyanto, A. 2005. Kesusastraan Sekolah. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana

Gambar

Tabel 3.1 Matriks Pengembangan Alur Penelitian Tindakan Kelas
Gambar 3.1 Proses Pengkajian Berdaur (Siklus) PTK

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga dalam pembahasan ini hanya dibatasi pada bahan atap yang sudah umum digunakan yaitu bahan atap genteng beton, atap genteng dari tanah liat dan atap dari

[r]

Berdasarkan hasil wawancara dengan nasabah ANM mengenai pengalaman pelayanan dari segi sikap, tampilan, sarana dan prasarana, perhatian pegawai, aksi pegawai dalam

Dalam penelitian ini akan dibahas tiga faktor yang dianggap sangat sesuai dengan kondisi obyek penelitian dimana masing-masing mewakili personal individu karyawan

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sediaan gel anti jerawat ekstrak daun buta-buta ( Excoecaria agallocha L.) pada Formula2 (Karbopol 940)

Dalam hal ini masyarakat belum puas dengan pelayanan yang diberikan oleh KPU dalam proses pemutakhiran daftar pemilih tetap yang dibuktikan dengan adanya keluhan dari

Mata kuliah ini membahas konsep-konsep dasar perpustakaan digital dalam pelayanan dan manajemen perpustakaan serta unit informasi lainnya, yang mencakup pokok-pokok bahasan

Seorang analis system harus mampu melakukan pemilihan perangkt computer, menentukan orang yang akan menggunakan SIM, menyusun prosedur dari SIM tersebut dan