BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Suatu fakta yang sangat penting tentang gula belakangan ini adalah
harganya yang melambung terus. Kebutuhan gula Indonesia mencapai 3,3 juta
ton/tahun, sementara produksi dalam negeri hanya mencapai 1,7 juta ton atau
51,5% dari kebutuhan nasional. Pada tahun 2006 kebutuhan gula Indonesia
mencapai 3,8 juta ton sedangkan produksi gulanya hanya sekitar 2,6 juta ton,
sehingga impor gula merupakan salah satu alternaif. Ironisnya, harga gula impor
lebih murah dibandingkan dengan gula dalam negeri.
Untuk mengurangi impor gula maka produksi gula dalam negeri harus
terus dipacu, disamping mencari alternatif bahan pemanis lain yang dijadikan
sebagai subtitusi gula. Karena gula merupakan salah satu faktor yang penting
dalam kebutuhan pokok masyarakat terutama sebagai bahan pemanis.
Pemanfaatan gula selain dijadikan untuk konsumsi secara langsung oleh
konsumen sebagai bahan pemanis atau pun bahan tambahan, juga gula sangat
berperan penting dalam industri makanan dan minuman.
Gula alternatif yang sekarang digunakan antara lain : gula siklamat dan
stearin yang merupakan gula sintetis, serta gula dari pati seperti sirup glukosa,
fruktosa, maltosa, manitol, sorbitol, dan xilitol. Gula dari pati mempunyai
kemanisan yang sama dengan gula tebu (sukrosa) bahkan ada yang lebih manis.
Gula tersebut dibuat dari bahan berpati seperti ubi kayu, sagu, ubi jalar, dan
tanaman umbi-umbi lainnya. Diantara gula pati tersebut sirup glukosa dan
fruktosa yang mempunyai prospek paling baik untuk mensubtitusi gula pasir.
Industri makanan dan minuman saat ini memiliki kecenderungan
menggunakan sirup glukosa sebagai bahan pemanis atau bahan tambahan. Hal ini
disebabkan oleh keunggulan sirup glukosa dibandingkan dengan gula lainnya
(sukrosa) diantaranya sirup glukosa tidak mengkristal seperti halnya suksrosa jika
dilakukan pemasakan pada suhu tinggi, inti kristal tidak terbentuk sampai larutan
sirup glukosa mencapai kejenuhan 75%. Sirup glukosa merupakan suatu
larutan yang diperoleh dari pati atau sumber karbohidrat lain melalui hidrolisa
2
dan kental dengan komponen utamanya glukosa, yang diperoleh dari hidrolisis
pati dengan cara kimia atau enzimatik. Zat pati yang dapat dihidrolisis berasal dari
bahan yang mengandung pati seperti sagu, jagung, ubi kayu, ubi jalar, gandum
serta tanaman umbi-umbian lainnya. Salah satu tanaman pati yang sangat
berpotensi untuk dijadikan sebagai bahan baku pembuatan sirup glukosa adalah
pati ubi jalar. Menurut Richana (2009), kadar pati dan gula reduksi cukup tinggi
yaitu 8-29% dan 0,5-2,5%, maka ubi jalar dapat digunakan sebagai bahan baku
pembuatan sirup. Sekitar setengah dari produksi ubi jalar di Jepang digunakan
untuk pembuatan pati yang dimanfaatkan oleh industri tekstil, kosmetik, kertas,
dan sirup glukosa [30].
Sirup glukosa atau sering juga disebut sebagai gula cair mengandung
D-glukosa, maltosa, dan polimer D-glukosa yang dibuat melalui proses hidrolisis
pati. Proses hidrolisis pati pada dasarnya adalah pemutusan rantai polimer pati
menjadi unit-unit monosakrida. Proses hidrolisis pati menjadi sirup glukosa dapat
menggunakan katalis asam, enzim, atau gabungan keduanya pada waktu, suhu dan
pH tertentu [19].
Hidrolisis pati dengan menggunakan katalis asam, molekul pati akan
dipecah secara acak oleh asam dan gula yang dihasilkan sebagian besar
merupakan gula pereduksi. Pada hidrolisis pati menggunakan katalis enzim,
molekul pati akan dipecah atau diputus oleh enzim secara spesifik pada
percabangan tertentu. Menurut Judoamidjojo (1992), hidrolisis pati secara asam
hanya akan mendapatkan sirup glukosa dengan dektrosa equivalen (DE) sebesar
55. Sedangkan hidrolisis pati secara enzimatis akan mendapatkan sirup glukosa
dengan DE lebih dari 95%. Kelemahan dari hidrolisis pati secara asam antara lain
yaitu diperlukan peralatan yang tahan korosi, menghasilkan sakarida dengan
spektra-spektra tertentu saja karena katalis asam menghidrolisa secara acak. Jika
nilai ekuivalen dekstrosa ditingkatkan, selain terjadi degradasi karbohidrat, juga
terjadi rekombinasi produk degradasi yang dapat berpengaruh terhadap warna,
rasa pada sirup glukosa yang dihasilkan. Sedangkan penggunaan enzim dapat
mencegah terjadinya reaksi sampingan karena sifat enzim yang sangat spesifik
sehingga dapat mempertahankan flavor dan aroma bahan dasar.
Produk hasil hidrolisis pati sangat banyak digunakan dan diterapkan dalam
penggunaan pati pada produk-produk pengolahan hasil pangan. Proses hidrolisa
pati menggunakan asam maupun enzim adalah proses yang umum digunakan
untuk mengubah pati menjadi molekul yang lebih kecil lagi bahkan hingga
mengubah pati menjadi gula sederhana. Masing-masing proses hidrolisa baik
menggunakan asam maupun enzim memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing. Berikut perbandingan antara hidrolisis asam dan enzim [40].
Tabel 1.1 Perbandingan Hidrolisis Asam dan Enzim [40]
No Variabel Pembanding Hidrolisis
Asam
Hidrolisis Enzim 1. Kondisi Hidrolisi yang lunak (mild) Tidak Ya
2. Hasil hidrolisis yang tinggi Tidak Ya
3. Penghambatan produk selama
hidrolisis
Tidak Ya
4. Pembentukan produk samping yang
menghambat
Ya Tidak
5. Katalis yang murah Ya Tidak
Dari data tabel diatas untuk mendapatkan hasil kadar glukosa yang optimal
yaitu dengan menggunakan katalis enzim tetapi karena harganya yang mahal
4
Peneliti terdahulu juga telah meneliti tentang proses hidrolisa pati dengan
menggunakan katalis diantaranya:
Tabel 1.2 Penelitian Hidrolisis Pati Atau Karbohidrat Dengan Asam dan Enzim
Dari tabel 1.2 di atas dalam proses hidrolisis pati menjadi glukosa banyak
peneliti menggunakan asam sebagai katalis khususnya asam klorida (HCl). Dari
data tersebut dapat disimpulkan bahwa HCl merupakan jenis asam yang cukup
baik digunakan dalam hidrolisis karbohidrat atau pati. Pada tabel diatas juga dapat
dilihat bahwa bahan baku yang digunakan umumnya adalah bahan baku berpati
atau mengandung karbohidrat, seperti halnya biji durian. Tetapi pada peneliti
terdahulu belum dianalisa kandungan dan kadar dari sirup glukosa yang
dihasilkan.
Alasan penulis juga menggunakan biji durian sebagai bahan baku dalam
pembuatan sirup gula karena biji durian merupakan salah satu sumber pati yang
mudah diperoleh dan terus menerus dikembangkan. Pati merupakan senyawa
karbohidrat yang komplek yang dapat diubah menjadi alkohol. Menurut Dewati
(2003) [10] biji durian mengandung kadar amilum yang cukup tinggi yakni
sebesar 43,6 % dari bobot totalnya. Amilum yang berbentuk polisakarida dapat
dihidrolisis menjadi glukosa dalam kadar yang tinggi melalui pemanasan. Selain
itu, biji durian merupakan hasil samping dari buah durian itu sendiri yang belum
dimanfaatkan secara maksimal.
Dari latar belakang yang ada, maka dalam penelitian ini akan dilakukan
pengamatan mengenai pengaruh variasi konsentrasi asam (HCl) dan waktu
hidrolisis biji durian terhadap kadar glukosa yang diperoleh.
6. Hidrolisa asam sagu
Asam HCl Konsentrasi HCl = 0,1 M
Asam HCl Konsentrasi HCl = 37%
6
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah pada penelitian yang dilakukan adalah:
1) Bagaimana pengaruh konsentrasi HCl terhadap kadar glukosa yang
dihasilkan pada proses hidrolisis tepung biji durian.
2) Bagaimana pengaruh lama waktu hidrolisis terhadap kadar glukosa
yang dihasilkan.
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk:
1) Membuat sirup glukosa dari tepung biji durian melalui tahapan hidrolisis asam.
2) Untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi HCl pada saat
hidrolisis dengan bahan baku tepung biji durian yang digunakan.
3) Untuk mengetahui pengaruh lama waktu hidrolisis terhadap kadar
glukosa yang dihasilkan.
1.4MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat:
1) Memberikan informasi khususnya kepada masyarakat tentang
bagaimana kualitas sirup glukosa yang dihasilkan dari proses
hidrolisis biji durian.
2) Menjadi salah satu solusi dalam penanganan limbah biji durian yang
selama ini hanya dibuang begitu saja khususnya di wilayah Sumatera
Utara.
3) Menjadikan limbah biji durian lebih bernilai ekonomis.
1.5 RUANG LINGKUP PENELITIAN
Adapun ruang lungkup dalam penelitian ini adalah:
a. Sirup gula yang ingin dihasilkan adalah sirup glukosa
b. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Teknik Kimia,
Fakutas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Medan
c. Bahan-bahan yang digunakan antara lain:
1. Biji durian sebagai bahan baku
2. Asam klorida (HCl) sebagai katalis
d. Proses pembuatan sirup glukosa
Proses pembuatan sirup glukosa dilakukan dengan hidrolisis asam
e. Metode analisa sirup glukosa
Metode analisa sirup glukosa adalah metode luff shcroll
f. Variabel yang digunakan
1. Waktu hidrolisis 30, 45, 60 menit
2. Konsentrasi larutan HCl 0,5;0,75;1 M
g. Parameter yang diamati:
1. Kadar gula (glukosa)
2. Kadar Air
3. Kadar abu