1
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KESEIMBANGAN GERAK DALAM PENJASORKES MELALUI KAJIAN LINGKUNGAN PERSAWAHAN PADA SISWA KELAS III SD N 3 BANDUNGHARJO
KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2011
SKRIPSI
Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata 1 Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
DWI ADI SUSILO 6102909196
PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
ii
Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. Pembimbing (1) Dra. Endang Sri Harnani, M.Kes dan Pembimbing (2) Drs. Hermawan, M.Pd.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil pengembangan model pembelajaran keseimbangan gerak dalam Penjasorkes melalui kajian lingkungan persawahan.
Metode penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang mengacu pada model pengembangan dari Borg dan Gall yang telah divariasi, yaitu : (1) melakukan penelitian pendahuluan dan pengumpulan informasi, termasuk observasi lapangan dan kajian pustaka, (2) Mengembangkan bentuk produk awal yaitu model pembelajaran keseimbangan gerak melalui kajian lingkungan persawahan, (3) Evaluasi para ahli dengan menggunakan dua ahli Penjasorkes dan satu ahli pembelajaran, serta uji coba skala kecil dengan menggunakan lembar kuesioner dan konsultasi serta evaluasi yang selanjutnya hasil dianalisis, (4) Revisi produk pertama, revisi produk berdasarkan dari hasil evaluasi ahli dan uji coba skala kecil. Revisi ini digunakan untuk perbaikan terhadap produk awal yang dibuat oleh peneliti, (5) Uji coba skala besar di lingkungan persawahan, (6) Hasil produk akhir yang dilakukan berdasarkan uji coba skala besar, (7) Hasil akhir pengembangan model pembelajaran keseimbangan gerak siswa kelas III SD Negari 3 Bandungharjo yang dihasilkan melalui revisi uji coba skala besar.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang diperoleh dari evaluasi ahli (dua ahli Penjasorkes dan satu ahli pembelajaran), uji coba skala kecil (12 siswa) dan uji coba skala besar (41 siswa). Data berupa hasil penilaian mengenai kualitas produk, saran untuk perbaikan produk, dan hasil pengisian kuesioner oleh siswa. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif persentase untuk mengungkap aspek psikomotorik, kognitif dan afektif siswa setelah menggunakan produk.
Dari hasil uji coba skala kecil diperoleh data evaluasi ahli yaitu, ahli Penjasorkes I didapat 70% (baik), ahli Penjasorkes II didapat 72% (baik), dan ahli pembelajaran didapat 75% (baik) dan untuk uji coba skala kecil dari kuesioner siswa didapat 93,33% (sangat baik). Sedangkan dari hasil uji coba skala besar diperoleh data evaluasi ahli yaitu, ahli Penjasorkes I didapat 81% (baik), ahli Penjasorkes II didapat 80% (baik), dan ahli pembelajaran didapat 76% (baik) dan untuk uji coba skala kecil dari kuesioner siswa didapat 91,95% (sangat baik). Dari data yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa pengembangan model pembelajaran keseimbangan gerak dalam Penjasorkes melalui kajian lingkungan persawahan ini dapat digunakan bagi siswa SD Negeri 3 Bandungharjo Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan.
iii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa isi dari skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya
tulis ilmiah yang telah saya susun sendiri dan bukan merupakan hasil jiplakan dari karya tulis ilmiah orang lain. Berbagai pendapat serta temuan dari orang ataupun pihak lain yang ada di dalam karya tulis ilmiah ini dikutip dan dirujuk
berdasarkan pedoman kode etik etika penyusunan karya tulis ilmiah. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Semarang, Agustus 2011
Peneliti
Dwi Adi Susilo
iv Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.
Pada hari : Tanggal :
Panitia Ujian
Dewan Penguji Ketua
Drs. Said Junaidi, M. Kes NIP. 19690715 199403 1 001
Sekretaris
Drs. Hermawan Pamot Raharjo, M. Pd NIP. 19651020 199103 1 002
1. Dra. Heny Setyawati, M. Si (Ketua) NIP. 19670610 199203 2 001
2. Dra. Endang Sri Hanani, M. Kes (Anggota) NIP. 19590603 198403 2 001
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Alloh akan meninggikan orang yang beriman diantaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajad (Q.S. Al Mujadilah, 58:11)
Kerja keras adalah gerbang kesuksesan.
Kita tidak akan berarti apa-apa jika tidak bermanfaat bagi orang lain
PERSEMBAHAN
Dengan segenap rasa syukur saya persembahkan skripsi ini untuk : 1. Yang tercinta kedua orang tua saya (Bapak Suwarno dan Ibu
Sri Rahayu), yang tiada henti selalu memberikan segala dukungan, doa restu, cinta dan kasih sayang, nasehat,
bimbingan serta motivasi.
2. Yang tercinta istri (Tina Ariwirawati) dan anak saya (Herlintang Habib Khairan) yang selalu menemani dalam suka
dan duka.
3. Kakak (Nur Hayati dan Sudarto) dan adik-adikku (Allip Damai
Kiswara, Susi Purwandari, Khafiq Andri Prasetyo, dan Dyan Ari Wibowo) yang selalu mendorong sehingga terwujud karya
vi
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengembangan Model Pembelajaran Keseimbangan Gerak Dalam Penjasorkes Melalui Kajian Lingkungan Persawahan
Pada Siswa Kelas III SD Negeri 3 Bandungharjo Tahun 2011. Dengan demikian penulis juga dapat menyelesaikan studi program Sarjana, di Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri
Semarang.
Dengan selesainya penulisan skripsi ini, maka penulis menyampaikan
ucapkan terima kasih yang tiada terhingga, diantaranya kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan
kepada peneliti menjadi mahasiswa UNNES,
2. Drs. H. Harry Pramono, Selaku Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin dan kesempatan
kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini,
3. Drs. Hermawan Pamot Raharjo, M. Pd. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan dorongan dan semangat serta ijin
untuk menyelesaikan skripsi ini,
4. Dra. Endang Sri Hanani, M. Kes selaku Pembimbing Utama yang telah sabar
vii
5. Drs. Hermawan, M. Pd, selaku Pembimbing Pendamping yang telah
memberikan petunjuk, dorongan, dan motivasi serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,
6. Budi Santosa, S. Pd selaku ahli pembelajaran memberikan petunjuk, dorongan, dan motivasi serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,
7. Siswowati Eko Rahayu, S. Pd selaku Kepala Sekolah SD Negeri 3 Bandungharjo yang telah memberi ijin penelitian dan membimbing
terselenggaranya kegiatan penelitian di SD Negeri 3 Bandungharjo.
8. Seluruh Guru dan siswa III SD Negeri 3 Bandungharjo yang telah membantu
dan mendukung dalam melaksanakan kegiatan penelitian dengan lancar. 9. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan PJKR, FIk, UNNES yang telah memberikan
bekal ilmu dan pengetahuan kepada peneliti hingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini,
10.Ayah ibuku tercinta dan seluruh keluargaku yang telah memberikan dukungan
materiil dan spiritual kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini,
11.Teman-teman S1 PGPJSD angkatan 2009 transfer dari D2 yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Khususnya Galih
Setiyawan dan Yuni Lestari serta teman-teman lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
viii
Penulis menyadari dengan sepenuh hati, bahwa laporan yang tersusun dan tersaji ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis dengan tangan terbuka menerima kritik dan sumbang saran yang membangun senantiasa penulis
harapkan.
Semoga laporan ini dapat berguna dan memberikan manfaat sebagai mana
yang diharapkan.
Semarang, Agustus 2011
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
SARI…. ... ii
PERNYATAAN ... iii
PENGESAHAN ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Permasalahan... 6
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Spesifikasi Produk ... 7
1.5. Pentingnya Pengembangan ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR ... 9
2.1. Kajian Pustaka ... 9
2.1.1. Pengertian Model Pengembangan ... 9
2.1.2. Pengertian Pembelajaran ... 10
x
2.1.7. Pengertian Keseimbangan ... 14
2.1.8. Pengertian Lingkungan... 16
2.1.9. Pengertian Pemanfaatan Lingkungan Persawahan ... 17
2.1.10.SK dan KD Penjasorkes SD... 18
2.2. Kerangka Berpikir ... 21
BAB III METODE PENGEMBANGAN ... 24
3.1. Model Pengembangan ... 24
3.2. Prosedur Pengembangan ... 26
3.2.1. Analisis Kebutuhan... 27
3.2.2. Pembuatan Produk Awal ... 27
3.2.3. Uji Coba Produk ... 27
3.2.4. Revisi Produk Pertama ... 28
3.2.5. Uji Coba Skala Besar ... 28
3.2.6. Revisi Produk Akhir ... 28
3.2.7. Hasil Akhir ... 28
3.3. Uji Coba Produk ... 29
3.3.1. Desain Uji Coba ... 29
3.3.2. Subyek Uji Coba ... 30
xi
3.3.4. Instrumen Pengumpulan Data ... 31
3.3.4. Instrumen Pengumpulan Data ... 34
BAB IV HASIL PENGEMBANGAN ... 35
4.1. Hasil Data Uji Coba ... 35
4.1.1. Data Analisis Kebutuhan... 35
4.1.2. Deskripsi Draf Produk awal ... 36
4.1.3. Validasi Ahli ... 31
4.1.4. Data Uji Coba Skala Kecil ... 44
4.1.5. Data Uji Coba Skala Besar ... 58
4.1.6. Analisis Data ... 60
4.2. Pembahasan ... 75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 81
5.1. Kesimpulan ... 81
5.2. Saran ... 83
DAFTAR PUSTAKA ... 85
xii
Tabel I Faktor, Indikator, dan Jumlah Butir Kuesioner Ahli ... 32
Tabel II Skor Jawaban Kuesioner “Ya” dan “Tidak” ... 33
Tabel III Faktor, Indikator, dan Jumlah Butir Kuesioner Ahli ... 33
Tabel IV Klasifikasi Persentase ... 34
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Macam-macam Gerakan Pembelajaran Latihan Keseimbangan Gerak .... 15
2. Prosedur Pengembangan Model Keseimbangan Gerak dalam Penjasorkes Melalui Kajian Lingkungan Persawahan ... 26
3. Pola Pengembangan Model Keseimbangan Gerak dalam Penjasorkes Melalui Kajian Lingkungan Persawahan ... 39
4. Kegiatan Pos I Berjalan di Atas Pematang Sawah ... 48
5. Kegiatan Pos II Berjalan di Atas Pematang Sawah yang Diberi Bambu Sepanjang 7 m ... 49
6. Kegiatan Pos III Berjalan Satu Kaki Diangkat Secara Bergantian ... 49
7. Kegiatan Pos IV Berpasangan Dengan Kaki Ditekuk Ssila dan Tangan Bertepuk Silang ... 50
8. Kegiatan Pos V dengan Sikap Berdiri Satu Kaki Tekuk Sila ... 51
9. Kegiatan Pos V dengan Sikap Berdiri Satu Kaki Tekuk Samping ... 53
10.Kegiatan Pos V dengan Sikap Berdiri Satu Kaki Lurus ke Depan ... 55
xiv
1. Usulan Penetapan Pembimbing ... 87
2. SK Dosen Pembimbing ... 88
3. Surat Ijin Penelitian ... 90
4. Surat Keterangan Penelitian (Uji Coba Skala Kecil) ... 91
5. Surat Keterangan Penelitian (Uji Coba Skala Besar)... 92
6. Lembar Evaluasi dan Kuesioner untuk Ahli ... 93
7. Lembar Evaluasi dan Kuesioner untuk Siswa ... 98
8. Hasil Pengisian Kuesioner Ahli Penjasorkes dan Ahli Pembelajaran Skala Kecil ... 105
9. Saran Perbaikan, Komentar serta Saran Umum Model Pembelajaran Keseimbangan Gerak ... 106
10. Hasil Pengisian Kuesioner Ahli Penjasorkes dan Ahli Pembelajaran Skala Besar ... 107
11. Saran Perbaikan, Komentar serta Saran Umum Model Pembelajaran Keseimbangan Gerak ... 108
12. Daftar Siswa Kelas III SD Negeri 3 Bandungharjo (Uji Coba Skala Kecil) 109 13. Jawaban Kuesioner Aspek Psikomotorik, Kognitif, dan Afektif Siswa Kelas III Uji Coba Skala Kecil ... 110
xv
15. Data Hasil Uji Coba Skala Kecil (N = 12) ... 116
16. Analisis Data Hasil Uji Coba Skala Kecil (N = 12) ... 119
17. Daftar Siswa Kelas III SD Negeri 3 Bandungharjo (Uji Coba Skala Besar) 123 18. Jawaban Kuesioner Aspek Psikomotorik, Kognitif, dan Afektif Siswa Kelas III Uji Coba Skala Besar ... 125
19. Hasil Kuesioner Angket Aspek Psikomotorik, Kognitif, dan Afektif Siswa Kelas III Uji Coba Skala Besar ... 131
20. Data Hasil Uji Coba Skala Besar (N = 41) ... 137
21. Analisis Data Hasil Uji Coba Skala Besar (N = 41) ... 140
1
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan sekarang kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum tersebut merupakan kurikulum
operasional yang dikembangkan dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan. Tujuannya memberikan peluang dan kesempatan kepada pihak sekolah untuk
berpartisipasi aktif dalam pengambilan kebijakan mengenai pengembangan dan penyelenggaraan pendidikan sehingga diharapkan mampu memberdayakan semua
potensi yang dimiliki. Dengan kebijakan ini, sekolah diharapkan dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ini memuat beberapa mata
pelajaran yang diajarkan dalam pendidikan. Satu diantaranya adalah mata pelajaran Penjasorkes. Pengertian Penjasorkes adalah suatu proses pendidikan
seseorang sebagai perseorangan maupun anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik berupa permainan, perlombaan dan kegiatan intensif dalam rangka memperoleh relevansi kemenangan dan prestasi optimal melalui
berbagai kegiatan jasmani dalam rangka memperoleh peningkatan kemampuan dan ketrampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan pembentukan watak.
Mata pelajaran Penjasorkes di Sekolah Dasar (SD) merupakan bagian integral dari pendidikan keseluruhan yang bertujuan untuk mengembangkan aspek
2
sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan
pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olah raga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan nasional. Ini berarti, mata pelajaran tersebut juga mempunyai peran unik dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya. Karena selain dapat digunakan untuk pengembangan aspek fisik dan psikomotor, juga ikut berperan dalam
pengembangan aspek kognitif dan afektif secara serasi dan seimbang.
Salah satu permasalahan kurang berkembangnya proses pembelajaran
Penjasorkes di sekolah adalah terbatasnya sarana dan prasarana pembelajaran yang tersedia di sekolah, baik terbatas secara kuantitas maupun kualitasnya.
Permasalahan tersebut semakin mendalam dan berpengaruh secara signifikan terhadap proses pembelajaran Penjasorkes, karena kurang didukung oleh tingkat kemampuan, kreativitas dan inovasi para guru Penjasorkes selaku pelaksana
khususnya dalam pengembanagan model pembelajaran.
Ditengarai bahwa guru Penjasorkes dalam melaksanakan proses
pembelajaran bersifat konvensional yang cenderung monoton, tidak menarik, dan membosankan, sehingga peserta didik tidak memiliki semangat dan motivasi dalam mengikuti pelajaran Penjasorkes. Dampak dari itu secara tidak disadari
akan mempengaruhi terhadap tingkat kesegaran jasmani dan penguasaan keterampilan gerak peserta didik yang semestinya dapat dikembangkan sesuai
dalam mendukung dan memberikan kontribusi bibit-bibit atlet potensi yang dapat
dikembangkan pada pembinaan prestasi olahraga kedepan.
Pengembangan model pembelajaran Penjasorkes merupakan salah satu
upaya membantu menyelesaikan permasalahan terbatasnya sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di sekolah. Dari hasil pengamatan selama ini, pengembangan model pembelajaran Penjasorkes yang dilakukan oleh para guru
Penjasorkes dapat membawa suasana pembelajaran yang inovatif, dengan terciptanya pembelajaran yang menyenangkan dan dapat memotivasi peserta didik
untuk lebih berpeluang untuk mengeksploitasi gerak secara luas dan bebas, sesuai tingkat kemampuan yang dimiliki. Biarpun pengembangan model pembelajaran
Penjasorkes yang ada masih terbatas dalam lingkup lingkungan fisik di dalam sekolah, dan belum dikembangkan pada pemanfaatan lingkungan fisik luar sekolah, yang sebenarnya memiliki potensi sebagai sumber belajar yang efektif
dan efisien.
Lingkungan fisik luar sekolah yang merupakan salah satu sumber belajar
yang efektif dan efisien, selama ini belum dapat dioptimalkan oleh para guru Penjasorkes dalam pembelajarannya. Guru Penjasorkes masih berkutat dalam lingkungan fisik dalam sekolah, biarpun dengan berbagai persoalan dan
keterbatasannya. Para guru lupa bahwa lingkungan fisik di luar sekolah ada situasi dan kondisi yang menarik di alam bebas berupa lahan kosong, persawahan,
4
dapat membantu para guru dalam meningkatkan pembelajaran Penjasorkes yang
inovatif.
Dari permasalahan-permasalahan tersebut di atas, maka dipandang penting
adanya pengembangan model pembelajaran Penjasorkes yang perlu dilakukan di Sekolah Dasar. Sebut saja sebuah SD Negeri 3 Bandungharjo Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan terletak kurang lebih 15 km dari pusat kabupaten Grobogan,
letaknyapun berada di dalam pedesaan masyarakat. Lingkungan disekitar SD Negeri 3 Bandungharjo terdapat area persawahan.
Adanya lingkungan fisik di luar sekolah yaitu area persawahan dengan memanfaatkan pematang sawah tersebut sangat memungkinkan untuk
dipergunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Di dalam kaitannya dengan pemanfaatan lingkungan persawahan, penulis akan mengembangkan model pembelajaran ketrampilan keseimbangan gerak, yang semua aktivitas geraknya
sangat erat kaitannya dengan semua komponen-komponen ranah yang terkandung dalam Penjasorkes yaitu fisik, afektif, psikomotorik, dan kognitif. Ranah fisik,
dimana dalam keseimbangan gerak siswa mampu melakukan aktifitas fisik yang mendukung kegiatan secara keseluruhan. Ranah afektif, selama pelaksanaan keseimbangan gerak berlangsung setiap siswa mempunyai emosional yang
berbeda-beda yang harus seorang guru pahami, apakah dalam melakukan keseimbangan gerak seorang siswa mampu mengendalikan emosinya ataukah
tidak. Ranah psikomotorik, seorang guru juga harus memahami psikologi seorang siswa saat mengikuti pelaksanaan kegiatan keseimbangan gerak. Ranah kognitif,
keseimbangan gerak berlangsung. Selain itu, siswa diajarkan untuk mampu
bekerja sama dan mempunyai jiwa sosial yang tinggi. Keseimbangan adalah kemampuan mempertahankan sikap tubuh atau bagian tubuh tanpa gangguan pada
keseimbangan. Keseimbangan yang dilakukan di persawahan ini dimaksudkan agar siswa tidak jenuh dengan keadaan didalam sekolah.
Berdasarkan uraian di atas diharapkan adanya peran guru dalam pengembangan model pembelajaran keseimbangan gerak agar dapat menciptakan suatu model pembelajaran dalam bentuk pembelajaran baru yang bertujuan agar dapat menarik minat siswa sehingga siswa tidak merasa cepat bosan, akan lebih termotivasi dan bergairah dalam mengikuti proses pembelajaran Penjasorkes di Sekolah Dasar.
Dari latar belakang di atas, peneliti dapat memberikan alasan mengapa
permasalahan tersebut perlu untuk diteliti yaitu :
1. Penjasorkes di Sekolah Dasar (SD) pada hakekatnya mempunyai arti, peran,
dan fungsi yang penting dan strategis dalam upaya pengembangan
ketrampilan gerak siswa.
2. Paradigma pembelajaran Penjasorkes dahulu lebih menekankan anak harus
bisa menguasai teknik yang diberikan dengan baik, namun paradigma
pembelajaran Penjasorkes yang berkembang sekarang yang terpenting adalah
anak sudah mau bergerak dan bergembira merupakan tujuan utama dari
6
3. Agar siswa mampu mengenal lebih dahulu arti penting olahraga pada
umumnya serta Penjasorkes pada khususnya sehingga tujuan dari Penjasorkes
dapat tercapai dengan baik.
Dengan demikian penulis selaku guru Penjasorkes secara langsung mengangkat judul “Pengembangan Model Pembelajaran Keseimbangan Gerak
Dalam Penjasorkes Melalui Kajian Lingkungan Persawahan”, sebagai wahana
penciptaan pembelajaran Penjasorkes yang inovatif, untuk menjadikan
pembelajaran yang lebih menarik dan menyenangkan, yang sekaligus bermanfaat bagi perkembangan dan pertumbuhan peserta didik.
1.2 Permasalahan
Permasalahan yang ada dalam penelitian ini adalah :
“Bagaimana penerapan pengembangan model pembelajaran keseimbangan
gerak dalam Penjasorkes melalui kajian lingkungan persawahan pada siswa kelas
III SD Negeri 3 Bandungharjo Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan Tahun 2011 ?”.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui hasil pengembangan model pembelajaran keseimbangan gerak dalam Penjasorkes melalui kajian lingkungan persawahan
1.4 Spesifikasi Produk
Produk yang diharapkan akan dihasilkan melalui penelitian pengembangan
model pembelajaran keseimbangan gerak dalam Penjasorkes melalui kajian
lingkungan persawahan yang sesuai dengan karakteristik siswa SD serta dapat
mengembangkan semua aspek pembelajaran (kognitif, afektif, psikomotor) secara
efektif dan efisien, juga dapat meningkatkan intensitas fisik sehingga derajat
kebugaran jasmani siswa dapat terwujud serta dapat mengatasi kesulitan dalam
pengajaran keseimbangan gerak.
Produk yang dihasilkan diharapkan akan bermanfaat sebagai referensi
tambahan dalam dunia pendidikan . Adapun Manfaat dari produk antara lain :
1. Mengaktifkan siswa dalam pembelajaran Penjasorkes,
2. Sebagai khasanah dan informasi ilmiah yang berkaitan dengan masalah
pengembangan model pembelajaran bagi guru Penjasorkes,
3. Mengatasi semua keterbatasan sarana dan prasarana dalam pembelajaran
keseimbangan gerak.
1.5 Pentingnya Pengembangan
Pengembangan model pembelajaran keseimbangan gerak dalam
Penjasorkes melalui kajian lingkungan persawahan bagi siswa SD ini sangat
penting untuk dilakukan, mengingat pembelajaran keseimbangan gerak yang
8
Pemecahan masalah pembelajaran dapat melalui penerapan model
pembelajaran. Dalam bentuk variasi dalam pembelajaran yang diharapkan dapat
digunakan serta dapat membantu guru Penjasorkes, sehingga kualitas
9
2.1. Kajian Pustaka
Sebagai acuan berpikir secara ilmiah dalam rangka untuk pemecahan permasalahan, pada kajian pustaka ini dimuat beberapa pendapat para pakar.
Selanjutnya secara garis besar akan diuraikan tentang :
Pengertian Model Pengembangan, Pengertian Pembelajaran, Pengertian
Pembelajaran Inovatif, Pengertian Pembelajaran PAKEM, Pengertian Pendidikan Jasmani, Pengertian Model Pembelajaran, Pengertian Keseimbangan, Pengertian
Lingkungan, Pemanfaatan Lingkungan Persawahan, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Penjasorkes SD.
2.1.1 Pengertian Model Pengembangan
Penelitian pengembangan biasanya disebut pengertian berbasis
pengembangan (research-based development) merupakan jenis penelitian yang tujuan penggunaannya untuk pemecahan masalah praktis. Penelitian pengembangan merupakan jenis penelitian yang berorientasi pada produk, dan
diharapkan dapat menjembatani kesenjangan penelitian yang lebih banyak menguji teori ke arah menghasilkan produk-produk yang langsung dapat
digunakan oleh pengguna.
Menurut Borg & Gall (1983) penelitian pengembangan adalah salah satu
10
dasarnya prosedur penelitian pengembangan terdiri dari dua tujuan utama, yaitu ;
(1) mengembangkan produk dan (2) menguji produk untuk mencapai tujuan. Tujuan pertama disebut sebagai fungsi pengembangan, sedangkan tujuan ke dua
disebut sebagai fungsi validasi.
2.1.2 Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi yang dilakukan oleh guru dan siswa, baik di dalam maupun di luar kelas dengan menggunakan berbagai sumber belajar
sebagai bahan kajian (Anna Poedjiadi, 2007:75).
Pembelajaran pada hakekatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk
membelajarkan siswanya (mengarahkan interksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. (Trianto, 2009:17),
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian
pembelajaran adalah proses interaksi secara sadar yang dilakukan oleh guru dan siswa, baik di dalam maupun di luar kelas dengan menggunakan berbagai sumber
belajar sebagai bahan dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.
2.1.3 Pengertian Pembelajaran Inovatif
Pembelajaran merupakan terjemahan dari learning yang artinya belajar atau pembelajaran. Jadi, pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang dikemas
oleh pembelajar atas dorongan gagasan barunya yang merupakan produk dari
learning how to learn untuk melakukan langkah-langkah belajar, sehingga
Pembelajaran inovatif juga mengandung arti pembelajaran yang dikemas
oleh guru atau instruktur lainnya yang merupakan wujud gagasan atau teknik yang dipandang baru, agar mampu memfasilitasi siswa untuk memperoleh kemajuan
dalam proses dan hasil belajar.
2.1.4 Pengertian Pembelajaran PAKEM
Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) adalah salah satu pembelajaran inovatif yang memiliki karakteristik aktif, kreatif, efektif,
dan menyenangkan.
Aktif yaitu pengembang pembelajaran ini beranggapan bahwa belajar
merupakan proses aktif merangkai pengalaman untuk memperoleh pemahaman baru. Siswa aktif terlibat di dalam proses belajar mengkonstruksi sendiri pemahamannya. Kreatif yaitu dimana pengembanganya juga dirancang untuk
mampu mengembangkan kreativitas. Pembela haruslah memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, inisiatif, dan kreativitas serta kemandirian siswa sesuai
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologisnya. Efektif yaitu menyiratkan bahwa pembelajaran harus dilakukan sedemikian rupa untuk mencapai semua hasil belajar yang telah dirumuskan. Karena hasil belajar itu
beragam, karakteristik efektif dari pembelajaran ini mengacu kepada penggunaan berbagai strategi yang relevan dengan hasil belajarnya. Menyenangkan yaitu
12
2.1.5 Pengertian Pendidikan Jasmani
Beley dan Field (dalam Suranto, dkk., 1994) mendefinisikan pendidikan jasmani sebagai proses yang menguntungkan dalam penyesuaian dari belajar
gerak, neuro-muscular, intelektual, sosial, kebudayaan, baik emosional dan etika sebagai akibat yang timbul sesuai pilihannya melalui aktivitas fisik yang menggunakan sebagian besar otot tubuh.
Willian, Brownell dan Vernier mengindikasikan bahwa dalam pendidikan jasmani, kegiatan-kegiatan jasmani tertentu yang terpilih akan dapat membentuk
sikap yang berguna bagi pelaku (dalam Aip Syarifuddin dan Muladi, 1993)
J.B. Nash mendefinisikan pendidikan jasmani sebagai sebuah aspek dari
proses pendidikan keseluruhan dengan menggunakan/menekankan pada aktivitas fisik yang mengembangkan fitness, fungsi organ tubuh, kontrol neuro-muscular, kekuatan intelektual, dan pengendalian emosi. (dalam Suranto, dkk., 1994).
Pendidikan jasmani yang merupakan bagian pendidikan keseluruhan pada hakekatnya adalah proses pendidikan yang melibatkan interaksi antara anak didik
dengan lingkungan yang dikelola melalui aktivitas jasmani secara sistematik untuk meningkatkan keterampilan motorik dan nilai-nilai fungsional yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan sosial. Aktivitas tersebut dipilih dan
disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak SD. Melalui kegiatan pendidikan jasmani diharapkan anak tumbuh dan berkembang menjadi anak yang sehat dan
bugar, serta perkembangan pribadi secara harmonis (Cholik dan Lutan, 1997). Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkankan bahwa
dengan menggunakan/menekankan pada aktivitas fisik yang mengembangkan
fitness, fungsi organ tubuh, kontrol neuro-muscular, kekuatan intelektual, dan pengendalian emosiproses yang menguntungkan dalam penyesuaian dari belajar
gerak, neuro-muscular, intelektual, sosial, kebudayaan, baik emosional dan etika sebagai akibat yang timbul sesuai pilihannya melalui aktifitas fisik yang menggunakan sebagian besar otot tubuh, melibatkan interaksi antara anak didik
dengan lingkungan yang dikelola melalui aktivitas jasmani secara sistematik untuk meningkatkan keterampilan motorik dan nilai-nilai fungsional yang
mencakup aspek kognitif, afektif, dan sosial.
2.1.6 Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan
kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Model pembelajaran yang diintrodusir oleh Joyce dan Weil (1986) adalah istilah lain yang memiliki kaitan makna/pengertian dengan strategi pembelajaran. Secara umum, istilah model diartikan sebagai barang atau benda tiruan dari benda
yang sesungguhnya, seperti globe adalah model dari bumi, replica pesawat terbang yang biasa dipajang di travel/biro-biro perjalanan adalah model dari
pesawat terbang, dsb. Secara khusus istilah “model” diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan dalam melakukan sesuatu kegiatan. Dengan mengacu
14
(1986) adalah “kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran”.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkankan bahwa model pembelajaran adalah sebagai penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran dibuat dengan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran.
2.1.7 Pengertian Keseimbangan
Keseimbangan adalah kemampuan mempertahankan sikap tubuh atau
bagian tubuh tanpa gangguan pada keseimbangan (Dirjen Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda dan Olahraga, 1997:7).
Keseimbangan ditinjau dari segi fisiologi dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengendalikan organ-organ syaraf otot dalam mempertahankan posisi yang dikehendaki.
Latihan keseimbangan bertujuan untuk mempertinggi perasaan kerja otot dan mempunyai arti dan kegunaan yang besar dalam pembentukan sikap dan
gerak. Di samping itu latihan keseimbangan juga mempunyai nilai yang besar terhadap pertumbuhan, ketangkasan, dan prestasi (Tamat dan Mirman,
Menurut Tim Abdi Guru (2006:26) dalam pembelajaran latihan
keseimbangan gerak di kelas III Sekolah Dasar, ada 4 macam gerakan yaitu : 1. Sikap berdiri satu kaki tekuk sila,
Mengangkat satu kaki menggunakan dua tangan. Kaki diangkat hingga ke pangkal paha.
Pertahankan selama 10 detik secara bergantian.
2. Sikap berdiri satu kaki tekuk samping,
Mengangkat satu kaki kanan ke samping dengan
lutut lurus. Tangan kanan memegang kaki kanan. Tangan kiri lurus menjaga keseimbangan.
Dapat dilakukan dengan cara kaki bergantian. 3. Sikap berdiri satu kaki lurus ke depan,
Berdiri tegak, dan perlahan-lahan luruskan
kaki ke depan dengan ujung kaki lancip. Peganglah pita dengan kedua tangan dan
bentangkan di bawah tungkai kakimu yang terangkat. 4. Sikap kapal terbang.
Lakukan dengan meniru sikap kapal terbang, berdiri
dengan satu kaki dan kaki yang lain luruskan ke belakang. Ambilah pita dan bentangkan dengan kedua
[image:30.595.114.515.167.684.2]tanganmu. Gerak-gerakan ujung pita dengan tangan.
16
2.1.8 Pengertian Lingkungan
Lingkungan yaitu situasi yang tersedia di mana pesan itu diterima oleh siswa. Lingkungan terdiri atas lingkungan fisik dan non fisik. Lingkungan fisik
seperti gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, studio, auditorium, taman dan lain. Lingkungan non fisik seperti penerangan sirkulasi udara dan lain-lain.
Selanjutnya lingkungan yang disebut sebagai media belajar adalah tempat atau ruangan yang dapat mempengaruhi siswa. Tempat dan ruangan tersebut ada
yang dirancang (by Design) khusus untuk tujuan pengajaran, misalnya gedung sekolah ruang perpustakaan dan laboratorium, studio dan sebagainya. selain itu
ada juga tempat atau ruangan yang bukan dirancang secara khusus atau hanya dimanfaatkan sebagai media belajar untuk tujuan pengajaran, seperti gedung dan peninggalan sejarah, bangunan industri lingkungan pertanian, museum, pasar,
tempat rekreasi dan lain-lain.
Menurut Semiawan (1990:96) ada empat media belajar yang berkenaan
langsung dengan lingkungan sebagai berikut: a. Masyarakat kota atau desa sekeliling sekolah, b. Lingkungan fisik di sekitar sekolah,
c. Bahan sisa yang tidak terpakai dan barang bekas yang terbuang yang dapat menimbulkan pemahaman lingkungan,
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkankan bahwa
pemanfaatan lingkungan sebagai media belajar mempunyai berbagai arti penting diantaranya lingkungan mudah dijangkau, biayanya relatif murah, objek
permasalaha dalam lingkungan beraneka ragam dan menarik serta tidak pernah habis. Dalam pemanfaatan media belajar termasuk lingkungan oleh siswa sangat tergantung pada bimbingan dan arahan dari guru. Berarti di sini guru berfungsi
sebagai fasilitator, komunikator, motivator dan manager. Fungsi guru seperti inilah yang sangat diharapkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Di sekitar
sekolah terdapat berbagai macam media belajar yang dapat dimanfaatkan oleh guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian siswa akan
lebih mengenal lingkungannya, pengetahuan siswa akan lebih autentif, sifat verbalisme pada siswa dapat dikurangi serta siswa akan lebih aktif dan lebih banyak berlatih.
2.1.9 Pemanfaatan Lingkungan Persawahan
Pada dasarnya proses pembelajaran Penjasorkes tidak hanya dapat dilakukan di lapangan saja, melainkan ada beberapa cara yang sesuai khusus agar siswa mampu menerima materi dengan baik. Untuk itu perlu adanya sebuah
terobosan baru untuk memudahkan siswa dalam menerima materi dan juga memudahkan guru dalam menyampaikan materi pelajaran Penjasorkes, yakni
18
Persawahan adalah lahan atau area untuk pertanian. Dalam aktivitas
pemanfaatan persawahan itu adalah pematang sawahnya. Pematang sawah akan digunakan sebagaimana sesuai dengan latihan keseimbangan pada siswa kelas III.
Siswa akan berbaris di pematang sawah dan melakukan latihan keseimbangan secara serentak dengan aba-aba dari guru.
2.1.10 Standar Kompetensi dan Kompetensi Penjasorkes SD
Cakupan Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan pada
SD/MI/SDLB dimaksudkan untuk meningkatkan potensi fisik serta menanamkan sportivitas dan kesadaran hidup sehat (BSNP,2006).
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis, keterampilan
sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan
terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.
Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung
seumur hidup, pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan yang diajarkan di sekolah memiliki peranan sangat penting, yaitu memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang terpilih yang dilakukan secara
pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus
membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat.
Tidak ada pendidikan yang tidak mempunyai sasaran pedagogis, dan tidak
ada pendidikan yang lengkap tanpa adanya pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, karena gerak sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia dan dirinya sendiri yang secara alami berkembang searah
dengan perkembangan zaman.
Selama ini telah terjadi kecenderungan dalam memberikan makna mutu
pendidikan yang hanya dikaitkan dengan aspek kemampuan kognitif. Pandangan ini telah membawa akibat terabaikannya aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti,
seni, psikomotor, serta life skill.
Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik,
pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-sportivitas-spiritual-sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara
untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.
Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan di SD bertujuan agar
peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan
20
2. Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik,
3. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar,
4. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai
yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan
5. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis,
6. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan,
7. Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola
hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif.
Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan meliputi aspek-aspek sebagai berikut :
1. Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan, eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor non-lokomotor,dan manipulatif, atletik, kasti,
rounders, kippers, sepak bola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan bela diri, serta aktivitas lainnya,
2. Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen
kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya,
3. Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat,
ketangkasan dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya,
4. Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobic
5. Aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan air, keterampilan
bergerak di air, dan renang serta aktivitas lainnya,
6. Pendidikan luar kelas, meliputi: piknik/karyawisata, pengenalan lingkungan,
berkemah, menjelajah, dan mendaki gunung,
7. Kesehatan, meliputi penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat,
merawat lingkungan yang sehat, memilih makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat cidera, mengatur waktu istirahat yang tepat dan
berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek kesehatan merupakan aspek tersendiri, dan secara implisit masuk ke dalam semua aspek.
Standar Kompetensi yang dipergunakan pada penelitian ini adalah Standar kompetensi mempratikan gerak senam lantai, senam ketangkasan dasar dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Kompetensi dasarnya adalah mempratikan
keseimbangan dalam bentuk senam lantai dasar, serta nilai keselamatan, disiplin, dan keberanian. Terdapat empat indikator yaitu melakukan sikap berdiri satu kaki
ditekuk sila, sikap berdiri satu kaki tekuk samping, sikap berdiri satu kaki lurus ke depan, dan sikap kapal terbang.
2.2. Kerangka Berpikir
Pendidikan jasmani pada hakekatnya adalah proses pendidikan yang
memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan
22
pada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan
mentalnya. Pada kenyataannya, Pendidikan Jasmani adalah suatu bidang kajian yang sungguh luas. Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih
khusus lagi, Pendidikan Jasmani berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan lainnya: hubungan dari perkembangan tubuh fisik dengan pikiran dan jiwanya. Fokusnya pada pengaruh perkembangan fisik terhadap
wilayah pertumbuhan dan perkembangan aspek lain dari manusia itulah yang menjadikannya unik. Tidak ada bidang tunggal lainnya seperti Pendidikan
Jasmani yang berkepentingan dengan perkembangan total manusia.
Materi mata pelajaran Penjasorkes di Sekolah Dasar yang meliputi :
Permainan dan olahraga, Aktivitas pengembangan, Aktivitas senam, Aktivitas ritmik, Aktivitas air, Pendidikan luar kelas, dan Kesehatan disajikan untuk membantu siswa agar memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara
melakukan gerakan secara aman, efisien dan efektif.
Sesuai dengan Kompetensi Dasar dalam Kurikulum Penjasorkes di SD,
siswa dihaparkan dapat melakukan gerakan keseimbangan dengan model pembelajaran yang dikembangkan. Pada kenyataannya dalam proses pembelajaran keseimbangan gerak di SD masih dikemas secara klasikal di halaman sekolah.
Konsekuensi yang terjadi dari pelaksanaan pembelajaran tersebut adalah dijumpainya siswa yang tidak senang, bosan, dan kurang aktif bergerak dalam
pembelajaran Penjasorkes.
Pembelajaran keseimbangan gerak dengan kajian lingkungan di pematang
model pembelajaran keseimbangan gerak dalam Penjasorkes melalui kajian
lingkungan persawahan diharapkan mampu membuat siswa lebih aktif bergerak dalam berbagai situasi dan kondisi yang sangat menyenangkan dalam
24
BAB III
METODE PENGEMBANGAN
3.1. Model Pengembangan
Penelitian ini merupakan pengembangan yang bertujuan menghasilkan produk berupa model pembelajaran keseimbangan gerak dalam Penjasorkes
melalui kajian lingkungan persawahan bagi siswa Sekolah Dasar (SD).
Menurut Borg dan Gall dalam Sugiyono (2009:9), penelitian dan
pengembangan merupakan metode yang digunakan untuk mengembangkan atau memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran.
Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tujuh langkah utama, yaitu :
1. Melakukan penelitian pendahuluan dan pengumpulan informasi, termasuk
observasi lapangan dan kajian pustaka,
2. Mengembangkan bentuk produk awal yaitu model pembelajaran
keseimbangan gerak dalam Penjasorkes melalui kajian lingkungan persawahan,
3. Evaluasi para ahli dengan menggunakan dua ahli Penjasorkes dan satu ahli
pembelajaran, serta uji coba skala kecil dengan menggunakan lembar kuesioner dan konsultasi serta evaluasi yang selanjutnya hasil dianalisis secara
4. Revisi produk pertama, revisi produk berdasarkan dari hasil evaluasi ahli dan
uji coba skala kecil. Revisi ini digunakan untuk perbaikan terhadap produk awal yang dibuat oleh peneliti,
5. Uji coba skala besar di lingkungan persawahan dengan menggunakan pengembangan model pembelajaran yang sudah direvisi atas hasil uji coba skala kecil yang dilakukan sebelumnya,
6. Hasil produk akhir yang dilakukan berdasarkan uji coba skala besar,
7. Hasil akhir pengembangan model pembelajaran keseimbangan gerak dalam
26
3.2. Prosedur Pengembangan
Prosedur pengembangan pada model pembelajaran keseimbangan gerak dalam Penjasorkes melalui kajian lingkungan persawahan ini, dilakukan melalui
beberapa tahap.
Tahapan-tahapan tersebut, antara lain : Analisis Kebutuhan
Kajian Pastaka Observasi dan Wawancara
Pembuatan Produk Awal
Tinjauan Ahli Penjasorkes Uji Coba Skala Kecil Dan Ahli Pembelajaran 12 Siswa Kelas III SD N 3 Bandungharjo
Revisi Produk Awal
Uji Coba Skala Besar
Siswa Kelas III SD N 3 Bandungharjo
Revisi Produk Akhir
[image:41.595.126.508.222.605.2]Produk Akhir Pengembangan model keseimbangan gerak dalam penjasorkes melalui kajian lingkungan persawahan
3.2.1 Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan merupakan langkah awal dalam melakukan penelitian ini. Langkah ini bertujuan untuk menentukan apakah pengembangan model
pembelajaran keseimbangan gerak dalam Penjasorkes melalui kajian lingkungan persawahan ini dibutuhkan atau tidak. Pada tahap ini peneliti mengadakan observasi terhadap siswa kelas III di SD Negeri 3 Bandungharjo Kecamatan
Toroh Kabupaten Grobogan tentang pelaksanaan olahraga keseimbangan gerak dengan cara melakukan pengamatan lapangan tentang proses pembelajaran dan
aktivitas fisik siswa.
3.2.2 Pembuatan Produk Awal
Berdasarkan hasil analisis kebutuhan tersebut, maka langkah selanjutnya adalah pembuatan produk pengembangan model pembelajaran keseimbangan
gerak dalam Penjasorkes melalui kajian lingkungan persawahan. Dalam pembuatan produk yang dikembangkan, peneliti membuat produk berdasarkan
kajian teori yang kemudian dievaluasi oleh dua ahli Penjasorkes dan satu ahli pembelajaran. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri 3 Bandungharjo Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan.
3.2.3 Uji Coba Produk
Pelaksanaan uji coba produk dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu: (1) menetapkan desain uji coba, (2) menentukan subyek uji coba, (3) menyusun
28
3.2.4 Revisi Produk Pertama
Setelah uji coba produk, maka dilakukan revisi produk pertama hasil dari evaluasi ahli dan uji coba skala kecil sebagai perbaikan dari produk yang telah
diuji cobakan.
3.2.5 Uji Coba Skala Besar
Pada tahap ini dilakukan uji coba skala besar terhadap produk yang dikembangkan dengan menggunakan subjek uji coba siswa kelas III SD Negeri 3 Bandungharjo Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan yang berjumlah 41 siswa.
3.2.6 Revisi Produk Akhir
Revisi produk dari hasil uji coba skala besar yang telah di uji cobakan siswa pada kelas III SD Negeri 3 Bandungharjo Kecamatan Toroh Kabupaten
Grobogan yang berjumlah 41 siswa.
3.2.7 Hasil Akhir
Hasil akhir produk pengembangan dari uji coba skala besar yang berupa pengembangan model pembelajaran keseimbangan gerak dalam Penjasorkes
3.3. Uji Coba Produk
Uji coba produk penelitian ini bertujuan untuk memperoleh efektivitas, efisiensi dan kebermanfaatan dari produk. Langkah-langkah yang di tempuh dalam pelaksanaan uji coba produk adalah sebagai berikut :
3.3.1 Desain Uji Coba
Desain uji coba yang dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui tingkat keefektifan dan segi pemanfaatan produk yang dikembangkan. Desain uji coba
yang dilaksanakan terdiri dari :
3.2.1.1Evaluasi Ahli
Sebelum produk pembelajaran yang dikembangkan diuji cobakan kepada subjek, produk yang dibuat dievaluasi (validasi) terlebih dahulu oleh dua ahli
Penjasorkes (Dra. Endang Sri Harnani, M, Kes dan Drs. Hermawan, M. Pd) dan satu ahli pembelajaran (Budi Santosa, S.Pd).
3.3.1.2 Uji Coba Skala Kecil
Pada tahapan ini produk yang telah direvisi dari hasil evaluasi ahli kemudian diuji cobakan kepada siswa kelas III SD Negeri 3 Bandungharjo
Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan. Pada uji coba skala kecil ini menggunakan 12 siswa sebagai subjeknya.
Pertama siswa diberikan penjelasan tentang variasi pembelajaran
30
dilakukan. Tujuan uji coba skala kecil ini adalah untuk mengetahui tanggapan
awal dari produk yang dikembangkan.
3.3.1.3 Revisi Produk Pertama
Hasil data dari evaluasi dua ahli Penjasorkes dan satu ahli pembelajaran, serta uji coba skala kecil tersebut dianalisis. Selanjutnya dijadikan acuan untuk merevisi produk yang telah dibuat.
3.3.1.4 Uji Coba Skala Besar
Hasil analisis uji coba skala kecil serta revisi produk pertama, selanjutnya
dilakukan uji coba skala besar. Uji coba skala besar ini dilakukan pada siswa kelas III SD Negeri 3 Bandungharjo Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan yang
berjumlah 41 siswa.
Pertama siswa diberikan penjelasan tentang variasi pembelajaran pengembangan ketrampilan gerakan keseimbangan yang kemudian melakukan uji
coba pengembangan model pembelajaran keseimbangan gerak. Setelah selesai melakukan uji coba siswa mengisi kuesioner tentang pembelajaran yang telah
dilakukan.
3.3.2 Subjek Uji Coba
Subjek uji coba pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Evaluasi ahli yang terdiri dari ahli dua Penjasorkes dan satu ahli pembelajaran.
3. Uji coba skala besar yang terdiri dari 41 siswa kelas III SD Negeri 3
Bandungharjo Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan.
3.3.3 Jenis Data
Data yang diperoleh adalah data kuantitatif dan data kualitatif yang berupa alasan dalam memilih jawaban dan saran-saran.
3.3.4 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah berbentuk lembar evaluasi dan kuesioner. Lembar evaluasi digunakan untuk menghimpun
data dari para ahli Penjasorkes dan ahli pembelajaran. Kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data dari evaluasi ahli dan uji coba. Alasan memilih kuesioner adalah jumlah subjek yang relatif banyak sehingga data dapat diambil secara
serentak dan waktu yang singkat. Kepada ahli dan siswa diberikan kuesioner yang berbeda. Kuesioner ahli dititik beratkan pada produk pertama yang dibuat,
sedangkan kuesioner siswa dititik beratkan pada kenyamanan produk.
Kuesioner yang digunakan untuk ahli berupa sejumlah aspek yang harus dinilai kelayakannya. Faktor yang digunakan dalam kuesioner berupa kualitas
32
Keterangan :
1 : tidak baik 2 : kurang baik
3 : cukup baik 4 : baik 5 : sangat baik
[image:47.595.109.530.220.603.2]Berikut ini adalah faktor, indikator, dan jumlah butir kuesioner yang akan digunakan pada kuesioner ahli :
Tabel I
Faktor, Indikator, dan Jumlah Butir Kuesioner Ahli
No. Faktor Indikator Jumlah
1 Kualitas Model Kualitas produk terhadap standar kompetensi, keaktifan siswa, dan kelayakan untuk diajarkan
pada siswa SD
15
Kuesioner yang digunakan siswa berupa sejumlah pertanyaan, yang harus dijawab oleh siswa dengan alternatif jawaban “Ya” dan “Tidak”. Faktor yang
digunakan dalam kuesioner meliputi aspek psikomotor, kognitif, afektif. Cara pemberian skor pada alternatif jawaban adalah sebagai berikut :
Tabel II
Skor Jawaban Kuesioner „Ya” dan “Tidak”
Alternatif Jawaban Positif Negatif
Ya 1 0
Berikut ini adalah faktor-faktor, indikator, dan jumlah butir kuesioner yang
[image:48.595.112.531.208.607.2]akan digunakan pada siswa :
Tabel III
Faktor, Indikator, dan Jumlah Butir Kuesioner Ahli
No. Faktor Indikator Jumlah
1 Psikomotorik Kemampuan siswa mempraktekkan keseimbangan
gerak di lingkungan pematang persawahan.
10
2 Kognitif Kemampuan siswa memahami variasi pembelajaran dan pengetahuan tentang model pengembangan keseimbangan gerak di lingkungan pematang persawahan
10
3 Afektif Menampilkan sikap dalam melaksanakan model pengembangan keseimbangan gerak di lingkungan pematang persawahan, serta nilai kerjasama, sportifitas, dan kejujuran.
10
3.3.5 Teknik Analisis Data
34
Dalam pengolahan data, persentase diperoleh dengan rumus dari Sukirman, dkk. (2003 : 879), yaitu :
Keterangan :
f = frekuensi relatif / angka persentase
f = frekuensi yang sedang dicari persentasenya N = jumlah seluruh data
100% = konstanta
Dari hasil persentase yang diperoleh kemudian diklasifikasikan untuk memperoleh kesimpulan data. Pada tabel di bawah ini akan disajikan klasifikasi persentase. Tabel IV
Klasifikasi Persentase
Persentase Klasifikasi Makna
0 - 20 % Tidak baik Dibuang
20,1 - 40 % Kurang baik Diperbaiki 40,1 % - 70 % Cukup baik Digunakan (bersyarat)
70, 1 - 90 % Baik Digunakan
90,1 - 100 % Sangat baik digunakan
35
4.1 Hasil Data Uji Coba
4.1.1 Data Analisis Kebutuhan
Untuk mengetahui permasalahan-permasalahan pembelajaran yang terjadi
di lapangan terutama berkaitan dengan proses pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, serta bentuk pemecahan dari permasalahan tersebut,
maka perlu dilakukan analisis kebutuhan. Kegiatan ini dilakukan dengan cara menganalisis proses pembelajaran yang terjadi sesungguhnya di lapangan,
melakukan observasi pembelajaran dan melakukan studi pustaka/kajian literatur. Sesuai dengan kompetensi dasar mempratikan keseimbangan gerak dalam bentuk senam lantai dasar, serta nilai keselamatan, disiplin, dan keberanian.
Kenyataan yang ada dalam proses pembelajaran keseimbangan gerak di SD masih jauh dari yang diharapkan.
Pada proses pembelajaran keseimbangan gerak ditemui beberapa hal, salah satunya adalah lokasi untuk melaksanakan kegiatan olahraga yang hanya di halaman sekolah. Sehingga dijumpai siswa yang merasa tidak senang, bosan, dan
malas untuk bergerak.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pembelajaran keseimbangan
36
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian memutuskan untuk
mengembangkan model pembelajaran keseimbangan gerak dengan kajian lingkungan persawahan yang sesuai bagi siswa SD. Peneliti mengharapkan
produk yang dihasilkan nanti dapat meningkatkan kualitas pembelajaran keseimbangan gerak, sehingga diharapkan dapat membantu guru Penjasorkes dalam memberikan pembelajaran keseimbangan gerak lebih bervariasi dengan
menggunakan produk yang dihasilkan ini.
4.1.2 Deskripsi Draf Produk Awal
Setelah menentukan produk yang akan dikembangkan berupa model
pembelajaran keseimbangan gerak dengan kajian lingkungan persawahan yang sesuai bagi siswa SD. Tahap selanjutnya yang dilakukan adalah produk dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Analisis tujuan dan karakteristik pembelajaran keseimbangan gerak, 2. Analisis karakteristik siswa,
3. Mengkaji literatur tentang prinsip-prinsip atau cara membuat atau mengembangkan model pembelajaran keseimbangan gerak,
4. Menetapkan prinsip-prinsip untuk pengembangan model pembelajaran
keseimbangan gerak,
5. Menetapkan tujuan, isi dan strategi pengelolaan pembelajaran,
6. Pengembangan produser pengukuran hasil pembelajaran,
Setelah melalui proses desain dan produksi maka dihasilkan produk awal
pengembangan model pembelajaran keseimbangan gerak yang sesuai bagi siswa SD. Berikut ini adalah draf produk awal pembelajaran keseimbangan gerak yang
sesuai bagi siswa SD sebelum divalidasi oleh ahli dan guru Penjasorkes Sekolah Dasar :
DRAF PRODUK AWAL PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KESEIMBANGAN GERAK SISWA KELAS III SDN 3 BANDUNGHARJO
I. Pengertian Pembelajaran Keseimbangan Gerak
Keseimbangan adalah kemampuan mempertahankan sikap tubuh atau
bagian tubuh tanpa gangguan pada keseimbangan (Dirjen Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda dan Olahraga, 1997:7).
Keseimbangan ditinjau dari segi fisiologi dapat diartikan sebagai
kemampuan seseorang dalam mengendalikan organ-organ syaraf otot dalam mempertahankan posisi yang dikehendaki.
II. Tujuan Pembelajaran Keseimbangan Gerak
38
Adapun tujuan dari pembelajaran pengembangan model keseimbangan gerak di pematang persawahan adalah :
1. Dapat melatih tubuh agar tidak jatuh, 2. Untuk mempertinggi perasaan kerja otot,
3. Memiliki arti dan kegunaan yang sangat besar dalam pembentukan sikap gerak,
4. Mempengaruhi pertumbuhan, ketangkasan dan prestasi,
5. Dapat mengetahui variasi dalam pembelajaran keseimbangan gerak,
6. Siswa dapat mengenal berbagai macam rintangan yang ada ( pematang sawah, bambu, bendera dan lain-lain) pada saat melasanakan pembelajaran di pematang sawah.
Dalam pembelajaran keseimbangan gerak di pematang sawah akan dibagi menjadi 5 pos, yaitu :
1. Pos 1 (Berjalan di atas pematang sawah),
2. Pos 2 (Berjalan di atas pematang sawah yang diberi bambu sepanjang 7 m), 3. Pos 3 (Berjalan satu kaki di angkat secara bergantian),
4. Pos 4 (Berpasangan kaki ditekuk sila dan tangan bertepuk silang), 5. Pos 5 (Melaksanakan 4 sikap keseimbangan).
III. Pola atau Gambar Pembelajaran Keseimbangan Gerak
L a p a n g a n
S t a r
t
POS I ( BERJALAN DI ATAS PEMATANG SAWAH )
Pematang Sawah
POS II ( BERJALAN DI ATAS BAMBU YANG BERADA DI PEMATANG SAWAH )
Pematang Sawah Bambu
POS III ( BERJALAN SATU KAKI DIANGKAT SECARA BERGANTIAN)
40
Gambar 3. Pola Pengembangan Model Pembelajaran Keseimbangan Gerak dalam Penjasorkes Melalui Kajian Lingkungan Persawahan
IV. Cara atau Urutan Pembelajaran Keseimbangan Gerak
Terdapat 3 kelompok yaitu kelompok jagung, padi, dan kedelai. Kelompok jagung baris di lapangan dekat dengan persawahan. Setelah mendapat panggilan
dari guru atas nama kelompokkya, maka kelompok jagung segera berjalan di atas pematang sawah menuju pos I, jika aba-aba peluit dibunyikan maka dari saatnya
kelompok jagung mulai melaksanakan gerakan sesuai dengan petunjuk pada pos tersebut. Setelah selesai kelompok jagung harus keluar area pos I dan melanjutkan
POS IV ( BERPASANGAN KAKI DITEKUK SILA TANGAN BERTEPUK SILANG )
Pematang Sawah
POS V ( MELAKUKAN 4 SIKAP KESEIMBANGAN )
1
4 3
ke pos berikutnya sesuai peraturan yang ada. Dilanjutkan kelompok padi dan
kelompok kedelai berurutan melaksanakan tugas sesuai eturan yang ada.
Macam-macam pengembangan model pembelajaran keseimbangan gerak
di pematang sawah yang ada di pos-pos antara lain : 1. Pos I (Berjalan di atas pematang sawah)
Berjalan di atas pematang sawah sambil benyanyi lagu “Gundul-Gundul
Pacul” dengan gerakan kedua tangan tepuk di depan dada kemudian tarik ke
atas, tepuk di depan dada kemudian kedua tangan dibentangkan ke samping
kanan dan kiri, dan tepuk di depan dada kemudian tangan di dorong ke bawah secara berkelanjutan.
2. Pos II (Berjalan di atas pematang sawah yang diberi bambu sepanjang 7 m) Berjalan di atas pematang sawah, yang mana di atas pematang tersebut diberi bambu untuk dilewati setiap kelompok. Setiap kelompok berjalan di atas
bambu sambil benyanyi lagu “Bebek Adus Kali” dengan gerakan kedua
tangan dibentangkan ke samping kanan dan ke samping kiri dengan
melambai-lambai.
3. Pos III (Berjalan satu kaki di angkat secara bergantian)
Berjalan di atas pematang sawah dengan satu kaki diangkat secara bergantian sambil benyanyi lagu “Bintang Kecil” dengan gerakan kedua tangan diangkat
42
4. Pos IV (Berpasangan kaki ditekuk sila dan tangan bertepuk silang)
Berhadapan dengan teman atau berpasangan dengan satu kaki di tekuk sila sambil benyanyi lagu “Di Sini Senang Di Sana Senang” dengan gerakan
bertepuk silang dengan pasangan.
5. Pos V (Melaksanakan 4 sikap keseimbangan)
Melakukan gerakan inti dari kegiatan keseimbangan. Setiap kelompok akan
melakukan 4 bentuk sikap keseimbangan yaitu sebagai berikut : a. Sikap berdiri satu kaki tekuk sila,
b. Sikap berdiri satu kaki tekuk samping, c. Sikap berdiri satu kaki lurus ke depan,
d. Sikap kapal terbang.
4.1.3 Validasi Ahli
4.1.3.1 Validasi Draf Produk Awal
Produk awal pengembangan model pembelajaran keseimbangan gerak
bagi siswa SD sebelum diuji cobakan dalam uji skala kecil, produk yang dihasilkan perlu dilakukan validasi oleh para ahli yang sesuai dengan bidang peneliti ini. Peneliti melibatkan dua ahli Penjasorkes yang berasal dari Dosen
Unnes yaitu Dra. Endang Sri Harnani, M, Kes dan Drs. Hermawan, M. Pd dan satu ahli pembelajaran Penjasorkes yaitu Budi Santosa, S.Pd.
Validasi dilakukan dengan cara memberikan draf produk awal pengembangan model pembelajaran keseimbangan gerak, dengan disertai lembar
evaluasi berupa kuesioner yang berisi aspek kualitas pengembangan model
pembelajaran keseimbangan gerak, saran serta komentar dari ahli Penjasorkes dan guru Penjasorkes Sekolah Dasar terhadap pengembangan model pembelajaran
keseimbangan gerak. Hasil evaluasi berupa nilai dan aspek kualitas pemgembangan model pembelajaran dengan menggunakan skala likert 1 sampai 5 caranya dengan mencontreng salah satu angka yang tersedia pada lembar evaluasi.
4.1.3.2 Deskripsi data validasi ahli
Data yang diperoleh dari pengisian kuesioner oleh para ahli, merupakan pedoman untuk menyatakan apakah produk pemgembangan model pembelajaran
keseimbangan gerak dapat digunakan untuk uji coba skala kecil dan uji coba skala besar. Hasil pengisian kuesioner dari para ahli Penjasorkes dan ahli pembelajaran Sekolah Dasar dapat dilihat pada lampiran 5. Berdasarkan hasil pengisian
kuesioner dari para ahli Penjasorkes dan ahli pembelajaran SD didapat rata-rata lebih dari 4 (empat) atau masuk dalam kategori penilaian “baik‟. Oleh karena itu
dapat disimpulkan bahwa pengembanagn model pembelajaran keseimbangan gerak bagi siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri 3 Bandungharjo dapat digunakan untuk di uji coba skala kecil. Masukan berupa saran dan komentar pada produk
pemgembangan model pembelajaran keseimbangan gerak, sangat diperlukan pemgembangan model pembelajaran keseimbangan gerak dapat dilihat pada
44
4.1.3.3 Revisi Draf produk awal sebelum uji coba skala kecil
Berdasarkan saran dari ahli Penjasorkes dan ahli pembelajaran Sekolah Dasar pada produk atau model seperti yang telah diuraian di atas, maka dapat
segera dilaksanakan revisi produk. Proses revisi produk berdasarkan saran dari ahli Penjasorkes dan ahli pembelajaran Sekolah sebagai berikut :
1. Revisi produk atau model yang dilakukan oleh peneliti adalah 4 variasi pos
dilakukan oleh semua siswa,
2. Revisi produk atau model yang dilakukan oleh peneliti adalah pada setiap pos
agar diberi petunjuk dengan cetakan tulisan yang berwarna, tidak hanya tulisan tangan dengan tujuan agar lebih menarik,
3. Revisi produk atau model yang dilakukan oleh peneliti adalah pada setiap pos seharusnya jarak antar pos diatur sesuai kebutuhan.
4.1.4 Data Uji Coba Skala Kecil
Setelah produk pengembangan model pembelajaran keseimbangan gerak
divalidasi oleh ahli Penjasorkes dan ahli pembelajaran Sekolah Dasar serta dilakukan revisi, maka pada tanggal 02 Juni 2011 produk diuji cobakan kepada siswa kelas III SD Negeri 3 Bandungharjo.
Uji coba ini bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi berbagai permasalahan seperti kelemahan, kekurangan ataupun keefektifan produk saat
digunakan oleh siswa. Data yang diperoleh dari uji coba ini digunakan sebagai dasar untuk melakukan revisi produk sebelum digunakan pada uji coba skala
Uji coba skala kecil ini juga bertujuan untuk mengetahui peningkatan
perasaan kerja otot siswa sebelum dan sesudah melakukan keseimbangan gerak dan tanggapan awal dari produk yang dikembangkan.
Uji coba skala kecil ini juga bertujuan untuk mengetahui tanggapan awal dari produk yang dikembangkan. Data uji coba skala kecil dihimpun dengan menggunakan kuesioner. Data uji coba skala kecil pembelajaran keseimbangan
gerak dapat dilihat pada lampiran 13.
Berdasarkan data pada hasil kuesioner yang diisi para siswa diperoleh
persentase jawaban yang sesuai dengan aspek yang dinilai sebesar 93,33%. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan maka pembelajaran keseimbangan
gerak ini telah memenuhi kriteria “sangat baik” sehingga dapat digunakan untuk siswa kelas III SD Negeri 3 Bandungharjo.
Keseluruhan data yang didapat dan evaluasi ahli Penjasorkes dan ahli
pembelajaran dan uji coba skala kecil digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki kualitas produk sebelum memasuki tahap uji coba skala besar.
4.1.4.1 Revisi Produk Setelah Uji Coba Skala Kecil
Permasalahan dan kendala yang muncul ketika produk pengembangan
model pembelajaran keseimbangan gerak diuji cobakan dalam skala kecil pada siswa kelas III SD SD Negeri 3 Bandungharjo, perlu untuk dicari solusi dan
46
Hal itu sangat perlu dilakukan sebagai perbaikan terhadap model tersebut.
Berikut ini adalah berbagai permasalahan dan kendala, setelah produk diuji cobakan pada skala kecil :
1. Revisi produk atau model yang dilakukan oleh peneliti adalah 5 variasi pos dilakukan oleh semua siswa, sehingga anak akan melakukan banyak variasi gerak dan lagu,
2. Revisi produk atau model yang dilakukan oleh peneliti adalah pada pos 2 yaitu berjalan di atas rafia diganti bambu agar rintangan untuk keseimbangan jalan
lebih menarik,
3. Revisi produk atau model yang dilakukan oleh peneliti adalah pada pos 4
berjalan sambil satu kaki di tekuk diganti berpasangan saling berhadapan dan bertepuk silang dengan pasangannya.
4. Revisi produk atau model yang dilakukan oleh peneliti adalah pada setiap pos
seharusnya petunjuk pos diletakan pada awal pelaksanaan atau awal pos.
DRAF SETELAH UJI COBA SKALA KECIL PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KESEIMBANGAN GERAK
I. Pengertian Pembelajaran Keseimbangan Gerak
Senam mengandalkan gerak seluruh tubuh sebagai olahraga dasar. Senam lantai mengandung unsur kekuatan, kecepatan, keseimbangan, kelentukan, dan
kelincahan. Senam lantai disebut dengan istilah latihan bebas karena dilakukan tanpa menggunakan alat. Senam lantai dilombakan untuk putra dan putri.