• Tidak ada hasil yang ditemukan

MARTINI AJI. Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia Sinensis

(L.) O. Kuntze) di PT Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Karanganyar, Jawa Tengah (Dibimbing oleh SUPIJATNO).

Kegiatan magang dilakukan di PT Rumpun Sari Kemuning Karanganyar, Jawa Tengah, selama empat bulan mulai tanggal 14 Februari sampai dengan 14 Juni 2011. Kegiatan magang ini bertujuan untuk mempelajari aspek pengelolaan pemangkasan tanaman teh yang dilaksanakan di kebun, baik secara teknis maupun manajerial, meningkatkan keterampilan kerja, dan memperoleh pengalaman kerja di lapang. Metode yang digunakan adalah kerja aktif dengan mengikuti kegiatan–kegiatan yang dilakukan di kebun, serta pengumpulan data primer dan data sekunder. Metode kerja aktif dilakukan dengan bekerja sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama satu bulan dengan melakukan kegiatan teknis budidaya sampai pengolahan hasil; sebagai pendamping mandor selama satu bulan dengan kegiatan melakukan pengawasan terhadap kinerja KHL; dan sebagai pendamping kepala bagian kebun (asisten kebun) selama dua bulan dengan kegiatan mempelajari pengelolaan kebun mulai dari perencanaan sampai pengevaluasian pelaksanaan kegiatan.

Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan budidaya dalam pemeliharaan tanaman teh dengan menjadikan bidang petik rendah untuk memudahkan pemetikan. Pemangkasan merupakan salah satu rangkaian pemeliharaan tanaman yang cukup penting untuk dilakukan. Pangkasan yang dilakukan di Kebun Rumpun Sari Kemuning adalah pangkasan bersih dengan standar tinggi pangkasan yang digunakan PT Rumpun Sari kemuning sekitar 55-65 cm dengan sistem pemangkasan berjenjang.

Pemangkasan yang dilakukan di Kebun Rumpun Sari Kemuning menggunakan sabit pangkas. Sabit yang digunakan tajam agar meminimalisir kerusakan cabang. Luka pangkasan menghadap ke arah dalam dengan sudut kemiringan 45o. Gilir pangkas yang ditetapkan di Kebun Rumpun Sari Kemuning berkisar antara 3-4 tahun. Luas areal yang dipangkas sekitar 30% per tahun dari

total luas areal TM yang terbagi dalam dua semester, tetapi dalam pelakasanaannya target belum sepenuhnya tercapai. Tenaga pemangkas yang ada di Kebun Rumpun Sari Kemuning bersifat borongan. Prestasi kerja tenaga pemangkas Kebun Rumpun Sari Kemuning lebih tinggi dibandingkan dengan standar yang ditetapkan kebun.

Produksi utama tanaman teh adalah pucuk. Pertumbuhan tunas dapat dipengaruhi beberapa faktor, antara lain kesuburan tanah, suhu, dan intensitas penyinaran. Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan yang dilakukan untuk merangsang pertumbuhan tunas serta memperbaiki kondisi tanaman. Serasah hasil sisa pangkasan diletakkan di antara tanaman teh untuk menambah bahan organik tanah.

Latar Belakang

Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang juga diusahakan di wilayah Indonesia. Tanaman teh diperkirakan berasal dari daerah Pegunungan Himalaya dan daerah yang berbatasan dengan China, India, dan Burma. Meskipun tanaman ini kalah bersaing dengan produk tanaman perkebunan lain, tetapi tanaman teh juga menjadi salah satu penyumbang bagi devisa negara non-migas pada sektor perkebunan.

Luas areal perkebunan teh di Indonesia pada tahun 2008 mencapai 127 712 ha, yang terdiri dari 47.40% perkebunan rakyat, 30.49% perkebunan besar negara, dan 22.14% perkebunan besar swasta. Luas areal sementara pada tahun 2009 mencapai 127 411 ha, sedangkan estimasi tahun 2010 seluas 127 384 ha dengan masih didominasi perkebunan rakyat. Produksi teh Indonesia tahun 2008 mencapai 153 971 ton dengan produktivitas 1 206 kg/ha, produksi sementara tahun 2009 mencapai 151 520 ton dengan produktivitas 1 187 kg/ha, dan estimasi produksi tahun 2010 sebesar 149 764 ton dengan produktivitas 1 176 kg/ha. Ekspor teh Indonesia mencapai 96 209 ton dengan nilai US$ 158 958 pada tahun 2008 (Ditjenbun, 2009).

Daun teh muda mengandung Catechin dan Caffein. Unsur kimia inilah yang menjadikan teh sebagai minuman yang dapat menyehatkan apabila diminum secara rutin dan teratur. Prospek industri teh di pasar dunia semakin cerah dengan

digalakkannya back to nature terhadap konsumsi makanan dan minuman di berbagai negara Asia dan Eropa (Bina UKM, 2010). Potensi pasar ekspor yang

terbuka luas ini tidak berarti hanya diperoleh Indonesia saja, tetapi juga beberapa negara produsen teh dunia lainnya seperti India, Sri Lanka, dan Kenya. Menurut data FAO (2009), pada tahun 2008 Indonesia menempati peringkat ke tujuh negara produsen teh setelah China, India, Kenya, Sri Lanka, Turki, dan Vietnam. Untuk itu, Indonesia harus aktif mencari peluang ekspor dengan menembus pasar baru yang potensial seperti Negara-negara Timur Tengah dan Mesir. Produsen teh harus meningkatkan produktivitas dan mempertahankan mutu agar dapat bersaing dengan produsen teh dunia yang ada.

Pembudidayaan tanaman teh bertujuan untuk mendapatkan hasil produksi dalam bentuk daun (vegetatif). Fase vegetatif haruslah dipertahankan selama mungkin untuk mendapatkan hasil yang tinggi dan berkesinambungan. Semakin panjang masa vegetatif tanaman teh menunjukkan semakin panjang pula masa produksi tanaman. Pemangkasan dapat dilakukan untuk mempertahankan fase vegetatif tersebut.

Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan budidaya dalam pemeliharaan tanaman teh dengan menjadikan bidang petik rendah untuk memudahkan pemetikan. Pemangkasan sangat penting dilakukan untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Ada beberapa tujuan pemangkasan, antara lain untuk membentuk bidang petik seluas mungkin guna merangsang pertumbuhan tunas–tunas baru, sehingga mampu menghasilkan pucuk yang banyak. Selain itu, juga dapat menyehatkan tanaman dengan membuang bagian–

bagian yang sudah rusak, baik akibat gangguan teknis maupun serangan hama penyakit yang dapat menghambat pertumbuhan tunas–tunas baru (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).

Tujuan

Kegiatan magang ini bertujuan untuk mempelajari aspek pengelolaan pemangkasan tanaman teh yang dilaksanakan di kebun, baik secara teknis maupun manajerial, meningkatkan keterampilan kerja, dan memperoleh pengalaman kerja di lapangan.

Botani Tanaman Teh

Tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) termasuk genus Camellia

yang berasal dari famili Theaceae. Tanaman teh diperkirakan berasal dari daerah Pegunungan Himalaya dan daerah-daerah pegunungan yang berbatasan dengan Cina, India, dan Burma (Siswoputranto, 1978). Ada dua varietas utama tanaman teh, Camellia sinensis var sinensis dan Camellia sinensis var assamica. Camellia sinensis var sinensis berasal dari daerah antara Tibet dan Tiongkok. Varietas tersebut adalah yang pertama ditanam di Indonesia. Batang Camellia sinensis var

sinensis jika dibiarkan tumbuh bisa mencapai tinggi 3–8 m. Daun–daunnya lebih kecil dibandingkan dengan daun Camellia sinensis var assamica, berwarna hijau tua, dan ujung daunnya agak tumpul. Hasil daun tidak terlalu tinggi, tetapi kualitasnya baik. Camellia sinensis var assamica bersal dari India, batangnya lebih tinggi dan besar dibandingkan Camellia sinensis var sinensis, dan jika dibiarkan tumbuh dapat mencapai 12-20 m. Daunnya lebar, berbentuk lanset dengan ujung meruncing dan berwarna hijau tua mengkilap, hasilnya banyak, dan kualitasnya baik (Adisewojo, 1982).

Bunga teh termasuk bunga sempurna yang mempunyai putik (calyx) dengan 5-7 mahkota (sepal). Daun bunga (petal) berjumlah sama dengan mahkota, berwarna putih halus berlilin, berbentuk lonjong cekung. Tangkai sari panjang dengan benang sari (anther) kuning bersel kembar berukuran 2-3 mm ke-atas. Buah yang masih muda berwarna hijau, bersel tiga, dan berdinding tebal. Awalnya buah berwarna mengkilat, tetapi semakin tua bertambah suram dan kasar. Biji teh berwarna coklat beruang tiga, berkulit tipis, serta berbentuk bundar di satu sisi dan datar di sisi lain. Biji berbelah dua dengan kotiledon besar, yang jika dibelah akan secara jelas memperlihatkan embrio, akar, dan tunas (Setyamidjaja, 2000).

Syarat Tumbuh

Tanaman teh dapat tumbuh subur di daerah tropik dan subtropik dengan menuntut cukup sinar matahari dan hujan sepanjang tahun. Tanaman ini dapat

tumbuh subur di daerah dengan ketinggian 200-2 000 m dpl. Pada daerah-daerah dataran rendah umumnya tanaman teh kurang memberi hasil yang baik. Tanaman teh menghendaki tanah yang dalam dan mudah menyerap air. Tanaman teh tidak tahan kekeringan dan menuntut curah hujan minimal 1 200 mm yang merata sepanjang tahun (Siswoputranto, 1978). Suhu udara yang baik untuk tanaman teh yaitu suhu harian yang berkisar antara 13-25 oC dengan kelembaban minimum 70% (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).

Pemangkasan

Tanaman teh yang tidak dipangkas akan tumbuh menjadi pohon yang sangat tinggi dan dapat mencapai ketinggian 15 m. Tanaman teh yang demikian tidak akan menghasilkan pucuk yang banyak dan pemetikannya akan sulit dilakukan. Bidang petik tanaman teh haruslah rendah untuk memudahkan pemetikan. Perdu dengan bidang petik yang rendah diperoleh dengan jalan pemangkasan. Pemangkasan antara lain bertujuan untuk membuang cabang–

cabang yang tidak dikehendaki yang menghambat pertumbuhan tunas–tunas baru sehingga mampu menghasilkan pucuk yang banyak, menyehatkan tanaman dengan membuang bagian yang rusak baik akibat gangguan teknis maupun serangan hama dan penyakit sehingga mampu meringankan biaya pengendalian hama dan penyakit, serta mengusahakan pertumbuhan tanaman teh agar tetap pada fase vegetatif (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006). Tinggi pangkasan pada daerah dataran rendah (< 800 m dpl) 60-70 cm, pada daerah dataran sedang (800-1 200 dpl) 50-60 cm, sedangkan pada daerah dataran tinggi (> 1 200 dpl) 50-60 cm. Pada umumnya tinggi pangkasan bagi kebun produktif berkisar antara 40-70 cm (Ditjenbun, 2010).

Waktu Pemangkasan

Ada dua pengertian tentang waktu pemangkasan, yaitu gilir pangkas dan jadwal kebun untuk melakukan pemangkasan dalam satu tahun. Pemangkasan dapat dilaksanakan pada saat cadangan pati pada akar cukup banyak, dan didukung oleh faktor yang optimum. Menurut Sukasman (1988), waktu

pemangkasan dapat dilaksanakan pada bulan Mei-Juni (akhir musim hujan) dan bulan Oktober-November (menjelang musim hujan).

Gilir Pangkas

Gilir pangkas adalah jangka waktu antara pemangkasan yang terdahulu dengan pemangkasan berikutnya (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006). Panjang pendeknya daur pangkasan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain letak ketinggian kebun, sistem petik, pengelolaan tanaman, dan tinggi pangkasan sebelumnya (Setyamidjaja, 2000). Daur pangkas yang optimal ditentukan oleh produktivitas rata-rata persatuan umur pangkas tertentu, hal ini terjadi apabila produktivitas rata-rata persatuan umur pangkas tertentu sama dengan produktivitas tanaman pada umur pangkas tertentu. Gilir pangkas yang tepat untuk suatu kebun tertentu belum tentu tepat untuk kebun yang lain (Suwardi, 1991).

Jenis Pemangkasan

Tinggi pangkasan pada kebun produktif (TM) umumnya berkisar antara 40-70 cm. Tinggi pangkasan yang lebih rendah dari 40 cm akan menyebabkan percabangan yang terbentuk akan menjadi rendah sehingga akan menyulitkan pemetik dalam melaksanakan pemetikan, sedangkan apabila lebih tinggi dari 70 cm akan menyulitkan dalam pelaksanaan pemangkasan. Tipe-tipe pemangkasan yang ada antara lain kepris, jambul, dan bersih (PPTK Gambung, 2009).

Pangkasan kepris adalah pangkasan dengan bidang pangkas rata seperti meja, tanpa melakukan pembersihan atau pembuangan ranting, dan dilakukan pada ketinggian 60-70 cm dari permukaan tanah. Pangkasan bersih adalah pangkasan dengan bidang pangkas rata seperti meja tetapi pada bagian tengahnya

agak rendah (“ngamangkok”) dengan membuang semua ranting-ranting kecil yang berukuran > 1 cm untuk memperbaiki percabangan, dan dilaksanakan pada ketinggian 45-60 cm. Pangkasan jambul merupakan pangkasan bersih dengan ketinggian 45-60 cm, dengan meninggalkan dua cabang yang berdaun di sisi

perdu (ajir atau jambul) dengan jumlah daun 50-100 lembar, dan dilaksanakan menjelang pemetikan jendangan (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).

Kriteria Saat Pangkas

Tinggi tanaman merupakan salah satu penentu kelayakan suatu kebun untuk dilakukan pemangkasan, apabila tanaman terlalu tinggi akan menyulitkan dalam pemetikan (PPTK Gambung, 2009). Kriteria pemangkasan antara lain produksi telah menurun, tinggi bidang petik > 120 cm, persentase pucuk dorman > 70% , dan kandungan pati akar > 13%.

Pucuk burung adalah pucuk yang mengandung tunas dalam keadaan dorman sehingga dalam beberapa waktu tidak menghasilkan daun baru. Kadar pati di akar cukup tinggi saat persentase pucuk burung tinggi, karena pada saat ini tanaman mengakumulasikan hasil fotosintesis di dalam akar. Semakin tinggi persentase pucuk burung menyebabkan daun yang memenuhi syarat untuk dipetik menjadi berkurang karena semakin tingginya persaingan antar pucuk untuk mendapatkan fotosintat.

Tingkat produksi tanaman yang memiliki umur pangkas tua akan menurun karena jumlah daun tua semakin banyak dengan kemampuan fotosintesis yang telah mulai berkurang sehingga pucuk yang dihasilkan lebih sedikit. Cadangan makanan (pati) berperan sangat besar terhadap penyembuhan luka dan pertumbuhan tunas-tunas baru. Pati umumnya terdapat dalam akar, cabang, dan ranting. Cadangan zat pati dalam akar yang rendah (< 12%) menyebabkan tanaman teh akan mati apabila dipangkas (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilakukan di PT Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Karanganyar, Jawa Tengah. Kegiatan magang dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Juni 2011.

Metode Pelaksanaan

Kegiatan magang dilakukan dengan bekerja sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) selama satu bulan, pendamping mandor selama satu bulan, dan pendamping kepala bagian kebun (asisten kebun) selama dua bulan. Kegiatan yang dilakukan dapat bersifat fleksibel sesuai dengan kegiatan yang berlangsung di kebun. Selama pelaksanaan magang juga dilakukan pengambilan data baik primer maupun sekunder.

Kegiatan yang dilakukan selama menjadi KHL (Lampiran 1) adalah melaksanakan kegiatan teknis budidaya meliputi pengendalian gulma, pemupukan, pemangkasan, pengendalian hama dan penyakit, pemetikan, dan pengolahan hasil. Kegiatan sebagai pendamping mandor (Lampiran 2) yaitu melakukan pengawasan pelaksanaan kerja KHL. Kegiatan sebagai pendamping kepala bagian kebun (Lampiran 3) adalah mempelajari cara mengelola kebun mulai dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan, serta evaluasi dalam pengelolaan kebun.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer diperoleh dari hasil pengamatan lapang selama mengikuti pelaksanaan kegiatan di kebun dengan aspek pemangkasan serta hasil wawancara dan diskusi langsung dengan karyawan dan staf, sedangkan data sekunder didapat dari hasil laporan atau arsip kebun. Data sekunder yang diperlukan berupa data mingguan dan bulanan, meliputi luas areal, topografi, organisasi dan manajemen kebun, luas pangkasan per tahun, serta kebutuhan tenaga.

Pengamatan lapangan dilakukan pada 10 tanaman contoh dengan enam kali ulangan. Data hasil pengamatan lapang difokuskan pada kegiatan pemangkasan dengan beberapa parameter yang diamati, yaitu:

a. Pengamatan Sebelum Pemangkasan

1. Tinggi Tanaman

Pengukuran dilakukan mulai dari permukaan tanah sampai ke pucuk tanaman.

2. Diameter Bidang Petik

Pengukuran dilakukan pada kedua arah bidang petik masing–masing tanaman contoh yaitu utara–selatan dan timur–barat kemudian dirata–rata. Rumus yang digunakan:

Diameter Bidang Petik =

3. Persentase Pucuk Burung

Pengamatan dilakukan dengan menghitung pucuk burung dan pucuk peko, kemudian dihitung persentase pucuk burung dengan rumus:

% Pucuk Burung =

Perhitungan dilakukan pada tanaman dengan menggunakan lingkaran yang terbuat dari bambu dengan diameter 75 cm, kemudian pucuk burung dan pucuk peko yang berada di atas bidang petik dalam lingkaran tersebut dihitung jumlahnya.

b. Pengamatan pada Saat Pemangkasan

1. Luas Areal Pangkasan

Pengamatan dilakukan berdasarkan realisasi luas pangkasan yang riil dilakukan di kebun.

2. Tinggi Pangkasan

Pengukuran dilakukan mulai dari permukaan tanah sampai luka bekas pangkasan.

3. Diameter Bidang Pangkas

Pengukuran dilakukan pada kedua arah bidang pangkas masing–masing tanaman contoh yaitu utara–selatan dan timur–barat kemudian dirata–rata. Rumus yang digunakan:

Diameter Bidang Pangkas =

4. Serasah Hasil Pangkasan

Pengamatan dilakukan dengan cara menimbang serasah sisa pangkasan. 5. Persentase Kerusakan Akibat Pangkasan

Pengamatan dilakukan dengan mengambil sampel beberapa orang tenaga kerja, masing-masing tenaga diamati 10 tanaman yang dipangkas. Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah cabang bekas pangkasan yang pecah atau rusak dengan menggunakan rumus:

% Kerusakan =

6. Komposisi Batang

Pengamatan dilakukan dengan menghitung keragaman diameter batang pada tanaman yang telah dipangkas. Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah cabang yang berdiameter > 2 cm dan < 2 cm.

7. Kebutuhan Tenaga Pangkas per Hari

Pehitungan dilakukan berdasarkan jumlah tenaga pangkas riil dengan menghitung secara langsung maupun wawancara dengan mandor. Hasil pengamatan dibandingkan dengan standar berdasarkan rumus:

∑ Pemangkas =

Keterangan : HKE = Hari Kerja Efektif (hari)

Kapasitas Standar = kemampuan yang harus dicapai oleh seorang pemangkas

8. Jenis Pangkasan

Pengamatan dilakukan dengan melihat secara langsung pada saat pemangkasan atau wawancara dengan pembimbing kebun.

c. Pengamatan Setelah Pemangkasan

Pengamatan yang dilakukan setelah pemangkasan adalah pertumbuhan tunas. Pengamatan dilakukan dengan mengukur tinggi tunas mulai pangkal tunas sampai titik tumbuh. Pengukuran dilakukan 1 minggu sekali mulai 2 minggu setelah pemangkasan (MSP) hingga hingga 4 minggu berikutnya. Pengamatan dilakukan pada 5 tanaman contoh yang diambil secara acak dengan 5 tunas per tanaman. Pengamatan juga dilakukan dengan menghitung jumlah tunas yang tingginya 15 cm pada tanaman yang belum dilakukan pemetikan jendangan pertama.

Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan uji t–student dengan taraf nyata 5%. Pengujian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh kerusakan cabang akibat pemangkasan berdasarkan keterampilan tenaga kerja. Rumus yang digunakan yaitu:

t–student = dengan Sp =

keterangan:

= rata–rata hasil pengamatan kriteria 1 dan2 = ragam contoh Kriteria 1 dan 2

= jumlah pengamatan kriteria 1 dan 2 Sp = simpangan baku gabungan

Nilai berbeda nyata apabila thitung > ttabel dan tidak berbeda nyata apabila thitung < ttabel, ttabel diperoleh dari nilai sebaran t pada taraf 5% dan derajat bebas (n1 + n2 – 2) (Walpole, 1993).

Sejarah Berdirinya Perusahaan

PT Rumpun Sari Kemuning merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan teh hijau yang berlokasi di Desa Kemuning, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah. Perkebunan Rumpun Sari Kemuning ini sebelumnya merupakan peninggalan masa penjajahan Belanda yang dulu bernama NV. Cultur Maatshcapij Kemuning. Kepemilikan tanah selama masa penjajahan diatur dalam Undang-Undang Agraria Belanda pasal 62 tahun 1870 yang memutuskan bahwa pada tanggal 11 April 1925 pemerintah Belanda memberika Hak Guna Usaha (HGU) selama 50 tahun kepada Johan De John dan Vanmender Voor di Den Haag, Belanda. Lahan HGU seluas 1 051 ha yang terletak di Kecamatan Ngargoyoso (812 172 ha) dan di Kecamatan Jenawi (238 828 ha) tersebut ditanami kopi dan teh. Pengelolaan tanaman perkebunan tersebut dilimpahkan pada Firma Watering and Labour yang berkedudukan di Bandung, Jawa Barat.

Tahun 1942-1945, setelah penyerahan kekuasaan Belanda kepada Jepang, pengelolaan perusahaan diambil alih oleh pemerintah Jepang sampai tahun 1945. Pada masa tersebut tanaman tidak terawat dan perusahaan tidak menghasilkan keuntungan komersial sehingga lahannya ditanami palawija dan jarak oleh masyarakat setempat.

Pada tahun 1945 Jepang kalah dalam perang, sehingga kepemilikan perkebunan dikelola oleh Keraton Mangkunegaran Surakarta yang dipimpin oleh Ir. Sarsito sampai tahun 1948. Tahun 1948-1950 perkebunan teh dikelola oleh Pemerintah Militer Republik Indonesia dan hasilnya digunakan untuk membiayai perang.

Perkebunan NV. Cultur Maatshcapij diserahkan kembali kepada pemiliknya yang berlangsung tanggal 19 Mei 1950 samapai 30 Desember 1052, bersamaan dengan adanya Perjanjian Meja Bundar. HGU Perusahaan Perkebunan Kemuning kemudian dicabut dari NV. Cultur Maatshcapij berdasarkan Undang-undang No. 3/52/RI tanggal 1 Januari 1953. Karyawan dari Perusahaan Perkebunan Kemuning membentuk koperasi secara intern yang bernama

“Koperasi Perusahaan Perkebunan Kemuning”. Koperasi ini dibubarkan pada

tahun 1965 karena para pengurusnya banyak yang terlibat G 30 S/PKI dan Perkebunan Kemuning untuk sementara diambil alih oleh Kodam IV Diponegoro.

PT Rumpun dibentuk pada tanggal 3 November 1971 dengan adanya SK

Mendagri No. 17/HGU/NIA/1971 di bawah Yayasan Rumpun Diponegoro. Pada tahun 1980 PT Rumpun dipecah menjadi dua yaitu:

1. PT Rumpun Antan dengan komoditi karet, kopi, kelapa, randu, dan cengkeh yang terdiri atas beberapa kebun, antara lain:

a. Kebun Carui/Kebun Darmo Kradenan di Purwokerto

b. Kebun Samudra di Banyumas

c. Kebun Carui/Rejidadi di Cilacap d. Kebun Jati di Semarang

e. Kebun Sluwak di Pati

2. PT Rumpun Teh dengan komoditi kopi dan teh yang terdiri atas tiga kebun, yaitu:

a. Kebun Kemuning di Karanganyar, Surakarta

b. Kebun Medini di kendal

c. Kebun Kaligintung di Semarang

PT Rumpun bekerja sama dengan PT Astra Agro Niaga pada tanggal 1 April 1990. Pengelolaan manajerialnya diserahkan kepada PT Astra Agro Niaga yang sekarang dikenal dengan nama PT Astra Agro Lestari, sedangkan PT Rumpun, yang kemudian namanya diganti menjadi PT Rumpun Sari Kemuning, mengendalikan produksinya. Pada tanggal 1 Mei 2004 terjadi pemindahan kepemilikan saham dari PT Astra Agro Lestari ke PT Sumber Abadi Tirtasentosa (SAT) hingga saat ini.

Letak Geografis dan Administratif

PT Rumpun Sari Kemuning merupakan salah satu perkebunan teh yang dikelola PT Sumber Abadi Tirtasentosa yang terletak di Desa Kemuning, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. PT Rumpun Sari Kemuning berada di sebelah barat Lereng Gunung Lawu, ± 40 km dari stasiun

Balapan Surakarta dan ± 8 km dari Tawangmangu. PT Rumpun Sari Kemuning terletak 7.4o-7.6o LS dan 11.1o-11.25o BT dengan ketinggian 700-1 300 m dpl.

Batas-batas wilayah perkebunan teh Rumpun Sari Kemuning yaitu sebelah timur dengan Perhutani Gunung Lawu daerah hutan Waranata, sebelah barat dengan perkebunan karet PTPN XVII, sebelah utara dengan Kecamatan Jenawi, dan sebelah selatan dengan Desa Nggadungan, Kecamatan Ngargoyoso. Perkebunan Rumpun Sari Kemuning memiliki kantor pusat di Jalan Pemuda No. 145 Semarang, Jawa Tengah. Kantor perwakilannya terletak di Jalan Podang Raya Blok OR-1 Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta. Peta lokasi Kebun Rumpun Sari Kemuning dapat dilihat pada Lampiran 4.

Keadaan Iklim dan Jenis Tanah

Jenis tanah di Kebun Rumpun Sari Kemuning adalah latosol dan andosol dengan pH rata-rata 6.4 di Afdeling OA dan 5.15 di afdeling OB. Iklim tropis dengan curah hujan rata-rata selama 10 tahun terakhir (2001 – 2010) 3 649 mm per tahun dengan 151 hari hujan per tahun. Suhu rata-rata di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning 23oC dengan kelembaban rata-rata 89%. Kebun Rumpun Sari Kemuning memiliki tipe iklim B menurut Schmidth-Ferguson dengan rata-rata bulan basah 8.2, bulan lembab 1.1, dan bulan kering 2.7. Data curah hujan dapat dilihat pada Lampiran 5.

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

Luas total areal perkebunan PT Rumpun Sari Kemuning adalah 437.82 ha. Luas areal terbagi dalam lahan produktif dan non-produktif. Lahan produktif merupakan areal tanaman teh, albizia, dan lahan cadangan. Lahan non-produktif meliputi jalan, jurang, makam, parit/sungai, implasemen, dan lahan yang tidak

Dokumen terkait