• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING, PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, KARANGANYAR, JAWA TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING, PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, KARANGANYAR, JAWA TENGAH"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING,

PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, KARANGANYAR, JAWA TENGAH

Oleh

AGITHA AMANDA PUTRI A34104060

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING,

PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, KARANGANYAR, JAWA TENGAH

Skripsi sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh :

AGITHA AMANDA PUTRI A34104060

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

RINGKASAN

AGITHA AMANDA PUTRI. Pemetikan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, PT Sumber Abadi Tirtasentosa, Karanganyar, Jawa Tengah. (Dibawah bimbingan SUPIJATNO)

Kegiatan magang yang dilaksanakan pada bulan Febuari hingga Juni 2008 bertujuan untuk memperluas wawasan penulis mengenai aspek pemetikan tanaman teh. Kegiatan magang ini dilaksanakan di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, PT Sumber Abadi Tirtasentosa, Karanganyar, Jawa Tengah.

Kegiatan magang dilaksanakan selama empat bulan, untuk dua bulan pertama penulis bekerja langsung di lapangan sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL). Kegiatan yang dilakukan penulis sebagai KHL yaitu melakukan kegiatan mulai dari pembibitan sampai dengan pemetikan sesuai dengan pekerjaan yang sedang berlangsung di lapangan di bawah pengawasan mandor. Setelah dua bulan sebagai KHL, selanjutnya penulis bertugas sebagai pendamping mandor selama satu bulan. Pada satu bulan terakhir, penulis bertugas sebagai asisten kebun/afdeling.

Pemetikan merupakan suatu cara pemungutan pucuk dan tunas yang masih muda untuk selanjutnya diolah menjadi bahan baku utama. Pemetikan berfungsi pula sebagai usaha membentuk kondisi tanaman agar mampu berproduksi tinggi secara berkesinambungan. Pemetikan jendangan merupakan pemetikan pertama yang dilakukan setelah tanaman dipangkas, pemetikan ini bertujuan untuk membentuk bidang petik yang lebar dan rata, tinggi petikan jendangan diharapkan mencapai 20 cm diatas luka pangkas, agar daun pemeliharaan terbentuk maksimal. Pengamatan tinggi petikan jendangan yang dilakukan menunjukkan bahwa tinggi petikan jendangan di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning masih belum sesuai dengan standar. Pemetikan jendangan dilaksanakankan pada waktu tiga sampai empat bulan setelah tanaman dipangkas.

Pemetikan produksi merupakan pemetikan yang memegang peranan penting dalam memperoleh pucuk basah sebagai bahan baku pengolahan,

(4)

pemetikan ini juga dilaksanakan dengan maksud membentuk kondisi tanaman yang mampu menghasilkan produksi yang tinggi. Kondisi tanaman yang diharapkan ialah tanaman yang memiliki ketebalan daun pemeliharaan optimal yaitu 15 – 20 cm, menurut pengamatan tebal daun pemeliharaan di Rumpun Sari Kemuning masih belum sesuai dengan standar, yang akan mengakibatkan tebal daun pemeliharaan tidak melakukan fotosintesis secara optimal. Pemetikan gendesan merupakan pemetikan yang dilaksanakan sebelum tanaman dipangkas, pemetikan ini bertujuan untuk mengurangi kehilangan produksi akibat pemangkasan. Gilir petik yang digunakan di Kebun Rumpun Sari Kemuning sudah sesuai dengan kondisi kebun yang terletak pada dataran sedang yaitu berkisar antara 9 – 12 hari. Dari pengamatan hasil analisa pucuk, pemetikan yang digunakan di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning sudah tergolong petikan medium, memenuhi syarat yaitu diatas 40 %. Kapasitas pemetik pada periode bulan Februari –April 2008 berkisar antara 22.83 – 32.52 kg yang berarti masih dibawah Basic Yield yang ditentukan oleh perusahaan yaitu 35 kg.

(5)

Judul : PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING, PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, KARANGANYAR, JAWA TENGAH

Nama : AGITHA AMANDA PUTRI

NRP : A34104060

Program Studi : AGRONOMI

Menyetujui Dosen Pembimbing

Ir Supijatno, MSi NIP 131 578 789

Mengetahui Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopiandie, M. Agr NIP 131 124 019

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta Selatan, provinsi DKI Jakarta pada tanggal 1 Mei 1986. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari bapak Indranata Kemal Iwana dan ibu Immiyati. Tahun 1998 penulis lulus dari SD Bhakti Mulya 400, Jakarta, tahun 2001 penulis lulus dari SLTPN 19 Jakarta, tahun 2004 penulis lulus dari SMUN 6 Jakarta, tahun 2004 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB. Penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Agronomi, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian.

Pada tahun 2000 penulis mengikuti kegiatan OSIS SLTPN 19 Jakarta, pentas seni GREASE sebagai bendahara, pada tahun 2002 sebagai sekretaris

KLASSIX, pada tahun 2007 sebagai guru bahasa inggris di lembaga

English Avenue. Pada bulan Juli 2008 berpartisipasi dalam kegiatan

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Pemetikan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning PT Sumber Abadi Tirtasentosa, Karanganyar, Jawa Tengah.

Skripsi ini merupakan laporan dari kegiatan, yang dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua yang telah membantu, baik segi moril maupun materiil 2. Ir. Supijanto, MSi selaku dosen pembimbing yang bersedia memberikan

bimbingan serta saran dalam penyusunan skripsi ini.

3. Bpk Suwarto dan Ibu Endang, selaku tuan rumah tempat tinggal penulis selama kegiatan magang berlangsung yang telah memberikan kasih sayang serta dukungan selama kegiatan magang berlangsung.

4. Segenap karyawan Perkebunan Rumpun Sari Kemuning yang telah membimbing dan membantu penulis selama kegiatan magang berlangsung.

5. Teman-teman yang tak dapat disebutkan satu persatu yang sangat membantu dan mendukung penulisan skripsi ini.

Besar harapan penulis jika skripsi ini dapat disimpan dengan baik sebagai kenang-kenangan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pambaca umunya dan khususnya bagi penulis, dan semoga skripsi ini dapat menjadi panduan yang bermanfaat bagi yang membutuhkannya.

Bogor, September 2008

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... x

PENDAHULUAN Latar Belakang………... 1

Tujuan……….. 2

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh... 4

Pemetikan Teh... 4

METODE MAGANG Waktu dan Tempat... 9

Metode Pelaksanaan... 9

KONDISI UMUM PERKEBUNAN Letak Geografis dan Administratif………... 12

Kondisi Tanah, Topografi dan Iklim………... 12

Luas Areal dan Tata Guna Lahan..………... 12

Kondisi Tanaman dan Produksi………..……….... 13

Pemasaran... 15

PENGELOLAAN PERKEBUNAN Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan.………….. ……….. 16

Ketenagakerjaan...……… 16

Kesejahteraan Karyawan... 18

Pengelolaan Tenaga Kerja Tingkat Staf... 18

Pengelolaan Tenaga Kerja Lapangan... 20

TEKNIK PELAKSANAAN LAPANGAN Pembibitan... 23

Pengendalian Gulma... 25

Pengendalian Hama Penyakit dan Tanaman... 26

Pemupukan... 29

(9)

Pemetikan... 32 Pengolahan Teh Hijau... 41

PEMBAHASAN

Norma Pemetikan... 50 Analisis Petik dan Analisis Pucuk... 54 Kebutuhan Tenaga Pemetik... 55

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan... 56 Saran... 56 DAFTAR PUSTAKA... 57 LAMPIRAN

(10)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

Teks

1. Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Tahun 2008... 13 2. Luas Areal Masing-masing Afdeling di Perkebunan Rumpun Sari

Kemuning Tahun 2008...………... 13 3. Luas Areal dan Komposisi Klon Tanaman Teh di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning... 14 4. Volume Pemasaran Teh Kering di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning

dari Bulan Januari – Mei 2008...………... 15 5. Jumlah dan Komposisi Tenaga Kerja di Perkebunan Rumpun Sari

Kemuning Tahun 2008 ... 17 6. Rata-rata Tinggi Pangkasan dan Presentase Kerusakan Akibat

Pemangkasan di Afdeling OB 7... 31 7. Tinggi Petikan Jendangan dan Tinggi Pangkasan pada 2 Blok di

Perkebunan Rumpun Sari Kemuning... 34 8. Tebal Daun Pemeliharaan pada Beberapa Blok di Perkebunan Rumpun

Sari Kemuning... 35 9. Kapasitas Pemetik di 3 Kemandoran pada Bulan Februari hingga

April 2008... 38 10. Realisasi Gilir Petik Beberapa Blok di Perkebunan Rumpun Sari

Kemuning pada Tahun 2008... 40 11. Komposisi Pucuk di 3 Wilayah Kemandoran Perkebunan Rumpun Sari

Kemuning ………... 41 12. Bobot dan Jumlah Karung Tiap Mutu Teh Hijau di Perkebunan Rumpun

Sari Kemuning 2008………….………... 49

Lampiran

1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, PT Sumber Abadi Tirtasentosa, Karanganyar, Jawa Tengah... 59 2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor di

Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, PT Sumber Abadi Tirtasentosa,

(11)

No. Halaman

Teks

3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten Afdeling di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, PT Sumber Abadi Tirtasentosa, Karanganyar, Jawa Tengah... 62 4.

Curah Hujan di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, PT Sumber Abadi Tirta Sentosa, Karanganyar, Jawa Tengah... 63 5. Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Perkebunan Rumpun Sari

(12)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

Teks

1. Lokasi Pembibitan……...……… 23

2. Kegiatan Pengendalian Gulma secara Kimia... 26

3. Kegiatan Pemangkasan………. 32

4. Perlengkapan Pemetikan……….. 36

5. Kegiatan Penimbangan dan Pengangkutan……….. 37

6. Kegiatan Analisis Pucuk……….. 40

7. Lokasi Pembeberan……….. 42

8. Mesin Rotary Panner……….... 43

9. Mesin Orthodox Roller……….. 45

10. Mesin Rotary Drier………... 47

Lampiran 1. Struktur Organisasi Perkebunan Rumpun Sari Kemuning ……….. 65

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Teh merupakan minuman penyegar dengan rasa dan aroma yang segar dan nikmat disertai khasiat teh yang bermanfaat menjadikan nilai lebih dibandingkan minuman lainnya. Khasiat teh yang bermanfaat, berasal dari kandungan unsur-unsur pokok teh seperti kafein, polyphenol, katekin, tanin, dan minyak essensial. Teh bermanfaat dalam memberikan rasa segar, merangsang kerja syaraf serta mendorong kerja jantung manusia, meningkatkan daya tahan terhadap virus serta bakteri, menjaga kesehatan mulut, lidah, bibir, serta flouride yang baik untuk gigi. Teh juga berguna untuk mengobati sakit perut akibat kelainan usus. Sejalan dengan kesadaran tersebut, konsumsi teh semakin meningkat, sehingga teh merupakan komoditas perdagangan yang diperhitungkan. Namun pada kenyataannya nilai perdagangan total tanaman teh menduduki nomor kedua setelah kopi.

Subsektor perkebunan teh secara tradisional mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Sebagai negara berkembang dimana penyediaan lapangan kerja merupakan masalah yang mendesak, perkebunan teh mempunyai kontribusi yang cukup signifikan. Kontribusi dalam penyediaan lapangan kerja menjadi nilai tambah sendiri, karena perkebunan teh menyediakan lapangan kerja di pedesaan dan daerah terpencil. Peran ini bermakna strategis karena penyediaan lapangan kerja oleh subsektor berlokasi di pedesaan sehingga mampu mengurangi arus urbanisasi.

Perkebunan teh menyumbang devisa dengan nilai ekspor selama 2006 diyakini menembus 130 juta dollar AS. Kenaikan sebesar 8 juta dollar AS dibanding tahun 2005 itu sangat dipengaruhi lonjakan harga teh di pasar internasional (Malik, 2007).

Komoditi teh di Indonesia diusahakan dalam tiga bentuk yaitu Perkebunan Besar Negara (PBN), Perkebunan Besar Swasta (PBS) dan Perkebunan Rakyat (PR). Sentra produksi tanaman teh terbesar di Indonesia merupakan Jawa Barat yang menyumbang 70 % dari total produksi teh di Indonesia, disusul oleh Sumatera Utara dengan hasil produksi 10 % dari total produksi teh di Indonesia.

(14)

Luas areal perkebunan teh pada tahun 2005 mencapai 140 538 ha dengan produksi 167 276 ton dan produktivitas 1 462 kg/ha/tahun, sedangkan pada tahun 2006 luas areal perkebunan teh mengalami penurunan sebanyak 1.69 % menjadi 138 169 ha, tetapi produksi meningkat 0.36 % menjadi 167 811 ton dan produktivitas meningkat 1.09 % menjadi 1 478 kg/ha/tahun. Volume ekspor teh dari tahun 2005 ke 2006 mengalami penurunan dari 102 000 ton menjadi 95 339 ton (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2006).

Untuk meningkatkan produksi dari tanaman teh diperlukan teknik budidaya yang berkualitas agar diperoleh pucuk teh yang bermutu tinggi. Untuk memperoleh kualitas pucuk yang baik perlu diperhatikan cara dan jenis pemetikan, gilir petik, dan manajemen tenaga kerja.

Pemetikan merupakan suatu cara pemungutan pucuk dan tunas yang masih muda untuk selanjutnya diolah menjadi bahan baku utama. Pemetikan berfungsi pula sebagai usaha membentuk kondisi tanaman agar mampu berproduksi tinggi secara berkesinambungan (Tobroni, 1988). Pemetikan berpengaruh pada kesehatan pokok, kelestarian produksi, dan mutu jadi. Daun teh merupakan produk yang dihasilkan oleh pertumbuhan vegetatif sehingga peranan petik sangat menentukan produktivitas tanaman (Ghani, 2002). Pemetikan dibagi menjadi tiga jenis yaitu pemetikan jendangan, pemetikan gendesan dan pemetikan produksi. Setiap jenis pemetikan memilki cara dan tujuan tersendiri.

Tenaga kerja pemetik merupakan faktor yang harus diperhatikan untuk meningkatkan kualitas pucuk teh. Oleh karena itu pengaturan tenaga kerja pemetik harus berdasarkan pada jumlah dan keterampilan pemetik. Kebutuhan tenaga pemetik dapat diketahui berdasarkan produksi pucuk yang dihasilkan dalam satu hektar pada kurun waktu satu tahun, jumlah hari kerja, presentase absensi pemetik, kapasitas pemetik dan hari kerja ekonomis dalam satu tahun.

Tujuan

Kegiatan magang ini dilakukan dengan tujuan untuk memperluas wawasan penulis mengenai aspek pemetikan tanaman teh. Dalam kegiatan magang ini penulis dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan melalui rencana kerja yang dilakukan di lapangan dengan baik secara teknis maupun manajerial

(15)

sehingga penulis dapat membandingkan teori yang didapatkan di bangku perkuliahan dengan kenyataan di lapangan.

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Teh

Tanaman teh dengan nama latin Camellia sinensis, adalah salah satu tanaman perdu berdaun hijau (evergreen shrub) pada umumnya tumbuh di daerah yang beriklim tropis dengan ketinggian antara 400 s/d 1 200 m diatas permukaan laut dengan suhu cuaca antara 13 - 25°C . Ketinggian tanaman dapat mencapai 2.75 m untuk teh cina, sedangkan untuk teh jenis Assamica dapat mencapai 6 - 8 m. Namun untuk mempermudah pemetikan daun-daun teh sehingga mendapatkan pucuk daun muda yang baik, maka pohon teh selalu dijaga pertumbuhannya dengan cara pemangkasan hingga ketinggian 60 – 100 cm (Setyamidjaja, 2000).

Dalam budidaya teh, pemetikan merupakan ujung tombak dari produksi. Keberhasilan pemetikan merupakan kunci kesuksesan dalam bisnis teh secara keseluruhan. Hal ini berdasarkan alasan bahwa pemetikan teh paling banyak menyerap tenaga kerja dan biaya. Tenaga kerja petik mengambil porsi 80 – 90 % tenaga atau 70 – 80 % dari total tenaga kerja di perkebunan teh, sedangkan biaya petik mengambil porsi 65 – 75 % dari total biaya tanaman atau 40 – 50 % dari total biaya produksi kebun di luar biaya penyusutan aktiva (Ghani, 2002).

Pemetikan Teh

Pemetikan adalah pekerjaan memungut sebagian dari tunas-tunas teh beserta daunnya yang masih muda, untuk kemudian diolah menjadi produk teh kering yang merupakan komoditi perdagangan. Pemetikan harus dilaksanakan menurut syarat-syarat pengolahan dan ketentuan-ketentuan sistem petikan yang berlaku. Pemetikan juga berfungsi sebagai usaha membentuk kondisi tanaman agar tanaman mampu berproduksi tinggi secara berkesinambungan (Tobroni,1988).

Proses pemetikan berpengaruh pada kesehatan pokok, kelestarian produksi, dan mutu teh jadi. Daun teh merupakan produk yang dihasilkan oleh pertumbuhan vegetatif sehingga peranan petik sangat menentukan produktivitas

(17)

tanaman. Pemetikan berkaitan erat dengan pertumbuhan tunas. Kecepatan pertumbuhan tunas dipengaruhi oleh daun-daun yang tertinggal pada perdu yang biasa disebut daun pemeliharaan. Tebal daun pemeliharaan yang optimal ialah berkisar antar 15 cm sampai dengan 25 cm. Bila tebal daun pemeliharaan lebih tebal atau lebih tipis akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan tunas (Setyamidjaja, 2000). Kecepatan pertumbuhan tunas akan mempengaruhi beberapa aspek pemetikan, yaitu jenis petikan, gilir petik, pengaturan areal petik, tenaga pemetik dan pelaksanaan pemetikan.

Kualitas teh tidak hanya dipengaruhi mesin dan peralatan yang baik maupun teknik pengolahan, tapi juga jenis dan cara pemetikan. Pemetikan dibagi menjadi tiga jenis pemetikan, pemetikan jendangan, pemetikan produksi dan pemetikan gendesan.

Pemetikan Jendangan

Pemetikan jendangan merupakan pemetikan pertama yang dilakukan setelah tanaman dipangkas, pemetikan ini bertujuan untuk membentuk bidang petik yang lebar dan rata, serta membentuk ketebalan daun pemeliharaan yang cukup agar tanaman mempunyai potensi produksi daun yang tinggi. Pemetikan jendangan dilaksanakankan pada waktu tiga sampai empat bulan setelah tanaman dipangkas, apabila 60 % dari areal sudah memenuhi syarat untuk dijendang tunas yang dipetik ialah tunas tanaman yang telah mencapai tinggi lebih dari 15 cm. Pemetikan ini dilakukan tiga sampai lima kali dengan interval waktu sepuluh hari. Pemetikan jendangan dianggap sudah cukup bila tunas sekunder telah dipetik, bidang petikan sudah melebar dan ketebalan daun pemeliharaan sudah cukup. Setelah tiga hingga lima kali pemetikan jendangan, kemudian dapat dilanjutkan dengan melaksanakan pemetikan produksi (Setyamidjaja, 2000).

Pemetikan Produksi

Pemetikan produksi merupakan pemetikan yang memegang peranan penting dalam memperoleh pucuk basah sebagai bahan baku pengolahan, pemetikan ini juga dilaksanakan dengan maksud membentuk kondisi tanaman

(18)

yang mampu menghasilkan produksi yang tinggi. Pemetikan ini dilaksanakan setelah pemetikan jendangan selesai dilakukan dalam kurun waktu tiga sampai empat tahun hingga tiba waktunya untuk pemangkasan produksi berikutnya. Kriteria pemetikan yang biasa dilakukan adalah pemetikan halus, medium dan kasar. Untuk hasil berkualitas, maka yang dilakukan adalah petikan halus dimana hanya bagian pucuk daun yang diambil, tapi umumnya pemetikan yang dilakukan adalah jenis medium dengan komposisi: pucuk medium 70 %, pucuk halus 10 %, dan pucuk kasar 20 %, untuk menjaga kesinambungan produksi sekaligus mempertahankan kualitas teh (Setyamidjaja, 2000).

Cara pemetikan yang tepat yaitu menggunakan ibu jari dari telunjuk dengan memetik satu persatu tanpa ditarik. Pucuk dalam genggaman tidak boleh terlalu banyak dan langsung dimasukkan ke dalam keranjang agar tidak rusak dan terjaga kesegarannya. Jenis dan cara pemetikan yang baik selalu diikuti dan dikontrol secara ketat, untuk mendapatkan produk teh berkualitas yang pada akhirnya memberikan kepuasan pada konsumen.

Pemetikan Gendesan

Pemetikan gendesan merupakan pemetikan yang dilaksanakan sebelum tanaman dipangkas, pemetikan ini bertujuan untuk mengurangi kehilangan produksi akibat pemangkasan. Pemetikan gendesan dilaksanakan dalam kurun waktu satu hingga dua minggu sebelum tanaman mulai dipangkas. Pemetikan gendesan tidak menggunakan rumus petikan, melainkan memetik semua pucuk yang masih memenuhi kriteria pemetikan.

Analisis Petik

Analisis petik merupakan kegiatan pengelompokan pucuk hasil petikan berdasarkan rumus petik yang diperoleh. Analisis ini biasanya dilakukan dengan cara mengambil hasil petikan dari setiap mandor. Pemetikan teh memerlukan ketelitian tinggi karena memiliki rumusan tersendiri. Rumusan tersebut dibagi ke dalam 3 kategori, yaitu:

(19)

1. Petikan halus dengan rumus p+1 atau b+1 m. Artinya pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko (p) dengan satu daun, atau pucuk burung (b) dengan satu daun muda (m).

2. Petikan medium, dengan rumus p+2, p+3, b+1 m, b+2 m, b+3 m. Rumus ini menandakan bahwa pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko dengan dua daun, tiga daun muda, serta pucuk burung dengan satu, dua, atau tiga daun muda.

3. Petikan kasar, dengan rumus p+4 atau lebih dan b+(1-4). Ini berarti pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko dengan empat daun atau lebih dan pucuk burung dengan beberapa daun tua.

Analisis Pucuk

Analisis pucuk merupakan kegiatan pengelompokan pucuk yang didasarkan pada pembagian tua dan muda yang dinyatakan dalam persen dan kerusakan yang dinyatakan dalam persen. Analisis ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian pucuk yang memenuhi syarat dan bagian pucuk yang tidak memenuhi syarat. Pucuk hasil petikan dinyatakan rusak apabila pada pucuk tersebut terdapat daun-daun yang dianggap rusak seperti robek, terlipat, atau terperam. Dengan dilakukannya analisis pucuk akan diperoleh manfaat yaitu dapat menilai pucuk teh yang akan diolah, dapat memperkirakan presentase mutu teh produk yang akan dihasilkan, serta menghitung upah tenaga kerja dan premi mandor.

Gilir Petik

Gilir petik merupakan selang waktu dari pemetikan pertama ke pemetikan berikutnya dalam blok yang sama dan dinyatakan hitungan hari. Gilir petik sangat dipengaruhi oleh kecepatan pertumbuhan pucuk. Kecepatan pertumbuhan pucuk dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti iklim, ketinggian tempat, umur pangkas dan kesehatan tanaman. Untuk tanaman yang berada pada dataran tinggi, pada waktu musim kemarau, umur pangkas yang tua serta keadaan tanaman yang kurang sehat maka pertumbuhan pucuk lambat sehingga gilir petiknya panjang.

(20)

Hanca Petik

Hanca petik adalah luas areal yang harus dipetik dalam satu hari. Hanca petik diatur berdasarkan kapasitas rata-rata pemetik, blok kebun dan gilir petik, serta dipengaruhi juga oleh topografi dan musim. Pengaturan hanca petik harus mempertimbangkan keseragaman pucuk yang dihasilkan setiap hari dengan komposisi pucuk dari umur pangkas yang seimbang.

Tenaga Kerja Pemetik

Tenaga pemetik memegang peranan penting dalam pencapaian hasil petikan yang optimal. Karena itu diperlukan perhitungan tenaga pemetik yang tersedia dan keterampilan dalam melaksanakan pemetikan. Untuk menghitung kebutuhan tenaga pemetik perlu diketahui rata-rata kapasitas petik/HK dalam satu tahun, jumlah hari (HK) dalam satu tahun, presentase absensi pemetik dalam satu tahun, rata-rata produksi pucuk/ha/tahun. Dalam melaksanakan kegiatan pemetikan diperlukan pengaturan tenaga pemetik bukan saja dari jumlahnya melainkan juga dalam keterampilan pemetik dan umur pangkas. Oleh karena itu dibutuhkan pengaturan penempatan tenaga pemetik berdasarkan keterampilannya dan umur pangkas. Semakin tinggi keterampilan pemetik, pemetik ditempatkan di kebun jendangan dan umur pangkasnya 1 – 2 tahun.

(21)

METODE MAGANG

Waktu dan Tempat

Pelaksanaan magang di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dilaksanakan selama empat bulan dimulai pada bulan Februari 2008 hingga bulan Juni 2008.

Metode Pelaksanaan

Kegiatan magang dilaksanakan selama empat bulan, untuk dua bulan pertama penulis bekerja langsung di lapangan sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL). Kegiatan yang dilakukan penulis sebagai KHL yaitu melakukan kegiatan mulai dari pembibitan sampai dengan pemetikan sesuai dengan pekerjaan yang sedang berlangsung di lapangan di bawah pengawasan mandor. Pada setiap kegiatan yang dilakukan, data yang di kumpulkan adalah prestasi kerja, alat dan bahan yang digunakan, jumlah tenaga kerja dan luas areal yang diselesaikan.

Jurnal harian kegiatan magang penulis sebagai KHL dapat di lihat pada Tabel Lampiran 1.

Setelah dua bulan sebagai KHL, selanjutnya penulis bertugas sebagai pendamping mandor selama satu bulan. Penulis diharapkan mampu mengawasi pekerjaan karyawan dari berbagai aspek pekerjaan. Mencatat jumlah karyawan setiap hari dan mencatat prestasi kerja pada setiap pekerjaan. Jurnal harian

kegiatan magang penulis sebagai pendamping mandor dapat dilihat pada Tabel Lampiran 2.

Pada satu bulan terakhir, penulis bertugas sebagai asisten kebun/afdeling. Kegiatan yang akan dilakukan antara lain membantu mengawasi dan mengontrol mandor dan karyawannya. Membantu pembuatan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP), membuat laporan Asisten afdeling, menganalisis kegiatan lapangan tingkat afdeling. Jurnal harian kegiatan magang penulis sebagai asisten kepala kebun/afdeling dapat dilihat pada Tabel Lampiran 3. Untuk aspek khusus yang akan dibicarakan dalam kegiatan magang ini penulis mengamati tentang pemetikan teh.

(22)

Pengumpulan data primer dan data sekunder selama kegiatan magang diambil secara langsung dari pelaksanaan teknis-teknis dilapangan seperti kondisi lahan, iklim, data curah hujan. Struktur organisasi dan manajemen diperoleh melalui arsip dari kantor serta studi literatur dari berbagai pustaka.

Pengamatan yang akan dilakukan untuk aspek khusus dalam kegiatan magang kali ini adalah praktik pemetikan secara langsung di lapangan. Pengumpulan data primer melalui pengamatan terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemetikan dan wawancara dengan pihak terkait. Adapun data yang dikumpulkan adalah tinggi petikan jendangan, waktu pelaksanaan pemetikan jendangan, lebar bidang petik, analisis petik, analisis pucuk, gilir petik, hanca petik, kapasitas petik dan kebutuhan tenaga pemetik.

Faktor-faktor yang diamati antara lain :

1. Tinggi pangkasan dan tinggi tunas setelah pemetikan jendangan, pengukuran dilakukan pada 5 pucuk dari 10 tanaman sampel pada blok yang sama. Pengukuran ini dilaksanakan selama kegiatan pemetikan jendangan berlangsung.

2. Waktu dan frekuensi pelaksanaan pemetikan jendangan, yaitu mencatat umur tanaman setelah pemangkasan sampai dilaksanakannya pemetikan jendangan.

3. Tinggi dan lebar bidang petik, pengukuran ini dilakukan terhadap 10 tanaman sampel pada blok yang telah dilaksanakan 1 tahun pemetikan produksi, blok yang telah dilaksanakan 2 tahun pemetikan produksi, pada blok yang telah dilaksanakan 3 tahun pemetikan produksi dan pada blok yang telah dilaksanakan 4 tahun pemetikan produksi.

4. Analisis pucuk, yaitu dengan mengumpulkan data sekunder dan pengamatan langsung dengan mengambil 250 g sampel analisis dari 3 kemandoran.

5. Gilir petik, data diperoleh dengan pengamatan langsung pada 10 blok pemetikan dan wawancara dengan mandor petik.

6. Kapasitas petik dari blok pemetikan produksi, data diperoleh dengan mengumpulkan data sekunder berupa laporan kapasitas petik dari kantor. Kapasitas petik dibandingkan dengan Basic Yield yang telah ditetapkan.

(23)

Data kapasitas petik dari masing-masing tenaga pemetik diperoleh dengan cara mengambil sampel rata-rata selama tiga bulan.

7. Jumlah tenaga pemetik, data diperoleh dari pengamatan langsung dan laporan jumlah pemetik dari kantor.

(24)

KONDISI UMUM PERKEBUNAN

Letak Geografis dan Administratif

Perkebunan Rumpun Sari Kemuning (RSK) terletak di sebelah Barat lereng Gunung Lawu, sekitar 40 km dari Stasiun Balapan Surakarta dan sekitar 8 km dari Tawangmangu dengan ketinggian antara 700 – 1 300 m dpl. Perkebunan RSK mempunyai kantor direksi di Jalan Imam Bonjol No.196, Semarang, Jawa Tengah. Kantor pusat di Jalan Boulevard Raya Kelapa Gading Permai, Jakarta Utara.

Lokasi perkebunan RSK berbatasan dengan Perhutani Gunung Sewu di sebelah Timur, kebun karet PTP XVIII di sebelah Barat. Kecamatan Jenawi di sebelah Utara, sedangkan di sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Nggadungan dan Kecamatan Ngargoyoso. Secara keseluruhan perkebunan ini terletak di Desa Kemuning, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Karesidenan Surakarta, Propinsi Jawa Tengah.

Kondisi Tanah, Topografi dan Iklim

Perkebunan RSK memiliki jenis tanah Andosol dan Latosol dengan pH tanah 5 – 5.5. topografi lahan bervariasi sekitar 24.1 % merupakan perbukitan curam dengan kemiringan berkisar antara 30 – 40 %.

Perkebunan RSK memiliki tipe iklim B menurut klasifikasi Schimdth dan

Ferguson. Curah hujan rata-rata selama 10 tahun terakhir adalah sebesar 3 031.9 mm/tahun dengan 127.3 hari hujan/tahun. Rata-rata bulan basah 8.3 dan

bulan kering 2.6 dengan nilai Q = 31.3 %. Curah hujan Perkebunan RSK tahun 1995-2005 dapat dilihat pada Tabel Lampiran 4. Suhu harian di RSK adalah berkisar 20 - 24ºC dengan kelembaban antar 80 – 95.

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

Luas areal keseluruhan Kebun RSK (OA dan OB) 437.82 ha, terdiri atas areal produktif 391.97 ha, areal cadangan 13.22 ha, areal non tanaman (jalan, jurang, sungai, emplasemen) 19.30 ha dan sisanya 13.33 ha berupa areal yang

(25)

tidak dapat ditanami. Areal produktif terbagi atas 2 afdeling, yaitu afdeling OA seluas 214.26 ha dan Afdeling OB seluas 177.71 ha. Luas areal konsesi dan tata guna lahan di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Tahun 2008

Penggunaan Areal Luas Areal (ha)

Areal TM Teh 391.97

Lahan Cadangan 13.22

Albizia -

Tidak bisa ditanami 13.33

Emplasemen 4.33 Jalan 10.43 Jurang 2.83 Makam 0.46 Parit/sungai 1.25 Total 437.82

Sumber : Kantor Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, 2008

Lahan produktif tersebut terbagi dalam dua afdeling, yaitu afdeling OA yang terdiri atas 13 blok dan Afdeling OB yang terdiri dari 14 blok. Luas areal masing-masing afdeling dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Luas Areal Masing-masing Afdeling di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Tahun 2008

Afdeling Areal TM

(ha) Areal Non Produktif (ha) Total

OA 214.26 8.00 222.26

OB 177.71 37.85 215.56

Total 391.97 45.85 437.82

Sumber : Kantor Induk Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, 2008

Kondisi Tanaman dan Produksi

Sebagian besar tanaman teh menghasilkan di Kebun RSK berasal dari stek (klonal). Macam-macam klon teh yang ditanam di Kebun RSK terdiri atas TRI 2025, CIN 143 dan Gambung. Klon teh yang paling banyak ditanam adalah TRI 2025.

(26)

Tahun tanam di Perkebunan RSK bervariasi dari tahun 1991-1994. Jarak tanam yang digunakan adalah 120 cm x 60 cm namun jarak tanam dapat berubah sesuai dengan kontor lahan. Populasi tanaman rata-rata adalah 10 940 pohon/ha, kondisi ini kurang optimal dibandingkan populasi tanaman secara umum yaitu 12 500 pohon/ha hal ini disebabkan masih adanya areal kosong yang dikarenakan pada awal tahun penanaman, tanaman teh yang masih muda terserang hama penggerek batang yang menyebabkan banyak populasi tanaman teh yang mati sehingga perlu dilakukan kegiatan penyulaman (sisip) untuk mengisi areal-areal yang kosong tersebut. Pada tahun 2008, 57.36 % tanaman teh telah mencapai umur lebih dari 17 tahun, 27.23 % berumur 16 tahun, 9.2 % berumur 15 tahun, dan dan sisanya 5.3 % berumur 14 tahun. Luas areal dan komposisi klon tanaman teh di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Luas Areal dan Komposisi Klon Tanaman Teh di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning

Klon (ha) Afdeling Luas areal (ha) TRI 2025 CIN 143 GMB Jumlah

Pohon (pohon/ha) Populasi

OA 214.26 203.26 8.00 3.00 2 354 865 10 990

OB 177.71 177.71 - - 1 933 531 10 880

Total 391.97 380.97 8.00 3.00 4 288 396

Sumber: Kantor Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, 2004

Rata-rata produksi pucuk basah di Perkebunan RSK dalam 5 tahun terakhir 3 828 383 kg, sedangkan rata-rata produksi teh kering 856 300 kg. Produkstivitas pucuk basah rata-rata per tahun dari tahun 2003 – 2007 sebesar 9 767 kg/ha/tahun dengan produktivitas teh kering rata-rata yang dihasilkan per tahun adalah 2 184.6 kg/ha/tahun.

Produksi pucuk teh basah pada tahun 2007 sebesar 3 477 256 kg dengan produktivitas 8 871.3 kg/ha/tahun. Sedangkan produksi teh kering pada tahun 2007 mencapai 777 198 kg dengan produktivitas sebesar 1 982.8 kg/ha. Luas areal, produksi dan poduktivitas pucuk basah dan kering Perkebunan RSK pada bulan Januari – April 2008 dapat dilihat pada Tabel Lampiran 5. Perkebunan RSK mentargetkan produksi pucuk basah pada tahun 2008 sampai bulan April sebesar

(27)

1 765 000 kg. Pencapaian realisasi produksi adalah sebesar 1 306 947 kg atau 74 % dari target yang telah ditentukan.

Pemasaran

Pemasaran produk teh hijau yang dihasilkan di Perkebunan RSK dipasarkan baik di dalam maupun luar negeri. Kegiatan pemasaran merupakan tanggung jawab bagian pemasaran dari PT Sumber Abadi Tirta Sentosa di jakarta. Kegiatan pelaksanaan pemasaran teh hijau di Perkebunan RSK dilakukan dengan memberikan sampel hasil teh kering kepada calon konsumen sehingga konsumen dapat mengetahui sifat dan kenampakan teh tersebut. Setelah tercapainya kesepakatan antara kedua belah pihak, direksi membuat laporan Delivery Order (DO) dan pihak kebun akan mengeluarkan barang sesuai dengan DO tersebut. Sistem pengiriman bisa berupa pengiriman hingga tempat dan pengambilan langsung oleh konsumen.

Negara tujuan ekspor teh hijau adalah Afganistan. Sedangkan untuk tujuan pemasaran lokal meliputi PT Gunung Subur, PT Tri Bintang Interglobal

(Sukabumi), PT APM, Uuk Supriyatna (Bandung), Edi Hartono (Solo), Cris Susanto (Solo). Volume pemasaran teh Perkebunan RSK bulan Januari – Mei 2008 dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Volume Pemasaran Teh Kering di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dari Bulan Januari – Mei 2008

Volume Ekspor Lokal Bulan (kg) (%) (kg) (%) Total (kg) Januari 14 200.0 20.6 54 500.0 79.4 68 700.0 Febuari 7 200.0 12.3 51 500.0 87.7 58 700.0 Maret 28 575.0 40.5 42 000.0 59.5 70 575.0 April 12 350.0 22.7 42 000.0 77.3 54 350.0 Mei 28 925.0 34.4 55 200.0 65.6 84 125.0

(28)

PENGELOLAAN PERKEBUNAN

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Perkebunan RSK dipimpin oleh seorang administratur yang bertanggung jawab langsung kepada direktur area atas pengelolaan unit usaha yang meliputi bidang tanaman, pengelolaan administrasi, penggunaan materiil, personil serta penanaman area perkebunan termasuk semua harta kekayaan atau aset perusahaan. Dalam pelaksanaan kerjanya administratur dibantu oleh kepala kebun, kepala tata usaha dan kepala pabrik. Struktur organisasi Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dapat dilihat pada Gambar Lampiran 1.

Kepala kebun bertugas mengelola dan mengkoordinasikan pekerjaan yang ada dibawah pengawasannya, baik yang menyangkut teknik maupun administrasi sesuai dengan kebijaksanaan administratur. Dalam melaksanakan pekerjaanya kepala kebun dibantu oleh kepala afdeling. Kepala afdeling bertanggung jawab langsung kepada kepala kebun dan administratur atas pelaksanaan kerja di wilayah yang dipimpinnya. Pelaksanaan tugas kepala afdeling dibantu oleh mandor panen dan mandor rawat. Tindakan administrasi di kantor dilakukan oleh kerani afdeling. Kepala teknik bertanggung jawab atas sarana dan prasarana kebun (mesin atau peralatan yang digunakan untuk pengolahan). Kepala teknik dibantu oleh mekanika dan driver. Kepala tata usaha bertugas mengelola administrasi pelaksanaan pengelolaan kebun dan pabrik. Pelaksanaan tugas kepala tata usaha dibantu oleh personalia umum, kepala keuangan dan kepala gudang. Kepala pabrik bertanggung jawab atas pengelolaan dan hasil produksi kepada administratur.

Ketenagakerjaan

Tenaga kerja di Perkebunan RSK terdiri dari karyawan staf, karyawan non staf, karyawan harian tetap dan karyawan harian lepas. Karyawan staf dan non staf adalah karyawan yang diangkat berdasarkan surat keputusan dari direksi. Karyawan staf terdiri dari administratur, kepala kebun, kepala tata usaha dan kepala pabrik serta kepala afdeling. Karyawan non staf terdiri dari kepala personalia, kepala keuangan, kepala gudang, kepala teknik, dan sebagian mandor.

(29)

Karyawan harian tetap adalah karyawan yang diangkat oleh administratur dengan persetujuan direksi, sedangkan karyawan harian lepas adalah karyawan yang bekerja temporer, apabila kebun membutuhkan pekerja tambahan, komposisi karyawan harian lepas di kebun ialah 520 orang untuk tenaga pemetik, 14 orang untuk tenaga HPT, 10 orang tenaga pengendalian gulma kimia, 10 orang untuk tenaga perawatan dan 2 orang tenaga deteksi Hama dan Penyakit Tanaman. Jumlah dan komposisi tenaga kerja Perkebunan RSK dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah dan Komposisi Tenaga Kerja di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Tahun 2008

Tempat Kerja

No Status Kantor Pabrik Kebun Total

1 Karyawan Staf 2 1 3 6

2 Karyawan Non Staf 15 14 28 57

3 Karyawan Harian Tetap 2 61 - 63

4 Karyawan Harian Lepas 2 16 556 574

Jumlah 21 92 587 700

Sumber : Kantor Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, 2008

Sistem penggajian untuk karyawan staf dan non staf di Perkebunan RSK ditetapkan dari direksi dengan besarnya gaji berdasarkan surat keputusan dari direksi yang disesuaikan dengan dan jabatan golongannya masing-masing. Untuk karyawan harian tetap sistem penggajian ditetapkan berdasarkan surat keputusan administratur dengan besarnya gaji sesuai dengan hari kerja. Sedangkan untuk karyawan harian lepas besarnya gaji berdasarkan prestasi kerja yang diperoleh dan disesuaikan dengan UMR yang berlaku. Pembagian gaji untuk karyawan dilakukan setiap bulan sekali yaitu minggu pertama pada bulan tersebut, namun untuk karyawan harian lepas pembagian gaji dilakukan dua bulan sekali yaitu minggu pertama dan minggu ketiga pada bulan tersebut.

Sistem pengaturan jam kerja yang dilaksanakan di RSK adalah pekerja kebun (pemetik) pukul 06.00 – 13.00 WIB, pegawai kantor pukul 07.30 – 12.00 dan 13.00 – 15.30 untuk hari Senin sampai Kamis, pukul 07.00 – 11.30 dan 13.00 – 15.30 untuk hari Jumat dan pukul 07.30 – 13.00 untuk hari Sabtu. Sedangkan sistem pengaturan jam kerja untuk karyawan pabrik (pengolahan) dibagi dalam 3 shift, dengan masing-masing shift 7 jam kerja.

(30)

Kesejahteraan Karyawan

Perkebunan RSK menyediakan fasilitas-fasilitas untuk karyawan diantaranya perumahan, pelayanan kesehatan, dan tempat olahraga. Perumahan dan sarana penunjang keluarga disediakan kebun untuk karyawan khususnya administratur, kepala kebun, kepala pabrik dan kepala tata usaha yang berasal dari luar daerah kebun.

Pelayanan kesehatan yang disediakan oleh kebun adalah pemeriksaan kesehatan dan pemeliharaan kesehatan karyawan dengan cara menunjuk salah satu rumah sakit sebagai sarana pelayanan. Untuk kegiatan olahraga, kebun menyediakan peralatan dan fasilitas olahraga bagi karyawan, diantaranya lapangan sepak bola, bulutangkis, volley dan basket.

Selain fasilitas-fasilitas di atas pihak kebun juga memberikan cuti kerja terhadap karyawan yaitu cuti 12 hari kerja setiap satu tahun dan satu bulan setiap 6 tahun sekali. Setiap karyawan mendapatkan pakaian kerja satu stel setiap tahunnya dan pihak kebun juga mengadakan promosi dan penghargaan untuk karyawan dengan surat pengangkatan (melalui SK) dan gaji sesuai jabatan.

Pengelolaan Tenaga Kerja Tingkat Staf

Administratur

Administratur di Perkebunan RSK merupakan jabatan tertinggi di bawah direksi. Administratur merupakan pucuk kepempimpinan yang mengendalikan kegiatan di kebun baik dari segi teknis, manajerial maupun administrasi, sehingga perlu adanya koordinasi dari semua lini dan administratur juga berperan sebagai mediatur Head Office (HO).

Melakukan kontrol ke lapangan untuk menentukan kebijakan yang perlu diambil sesegera mungkin dan melakukan koordinasi dengan HO untuk melakukan kontrol dalam jangka waktu yang pendek, menengah, dan panjang. Administratur juga memperhitungkan biaya serta melakukan analisa terhadap pendapatan dan keuangan yang didapat. Administratur juga memberikan penilaian secara teknis pekerjaan terhadap pelaksanaan kegiatan berdasarkan teknis dan

(31)

biaya efisiensi. Administratur bertanggung jawab untuk menjamin keamanan, kondisi yang kondusif terhadap kebun dan segala isinya.

Kepala Tanaman

Kepala tanaman merupakan salah satu tenaga kerja tingkat staf dalam lingkup kebun. Kepala tanaman bertanggung jawab mengkoordinasikan kegiatan antar afdeling dan mengevaluasi setiap penyimpangan rencana kerja yang terjadi di setiap afdeling, baik teknis maupun biaya operasional. Dalam tugasnya Kepala tanaman dibantu oleh Kepala afdeling. Kepala tanaman mengkoordinasikan antar afdeling untuk menentukan norma berdasarkan S.O.P serta menentukan prioritas kerja dan menilai kejadian yang sebenarnya. Kepala tanaman diharapkan untuk mengetahui setiap penyimpangan rencana kerja yang ada di afdeling baik secara teknis, budidaya maupun cost operasional (efisiensi), dan memberikan instruksi perbaikan terhadap penyimpangan yang terjadi dan memberi motivasi terhadap hal yang sesuai untuk dipertahankan. Kepala tanaman melakukan kontrol fisik setiap kegiatan berdasarkan rencana yang bekerja sama dengan asisten dalam satu blok penuh secara acak. Kepala tanaman melakukan koordinasi dengan HO untuk kebijakan-kebijakan yang perlu diambil sesegera mungkin atau koordinasi dalam bentuk instruksi perbaikan-perbaikan serta pembaharuan dalam pola manajemen yang lebih maju. Kepala tanaman mengadakan rapat koordinasi baik harian maupun mingguan terhadap para asisten untuk setiap kegiatan lapangan, sehingga bila ada penyimpangan segera dapat ditemukan solusinya.

Kepala Afdeling

Kepala afdeling bertanggung jawab langsung terhadap Kepala tanaman, serta bertugas membantu Kepala tanaman dalam membuat rencana untuk dijadikan acuan kegiatan yang ada di setiap afdelingnya. Rencana yang dibuat diantaranya rencana biaya, tenaga kerja, pemeliharaan, pemetikan, serta bahan dan alat yang diperlukan pada kegiatan pemeliharaan dan pemetikan. Asisten afdeling juga bertanggung jawab untuk menentukan target produksi setiap harinya, jumlah tenaga kerja, dan biaya yang diperlukan setiap harinya. Asisten afdeling

(32)

memeriksa kualitas, produktivitas dari tenaga dalam pelaksanaan kegiatan harian sehingga bila terjadi penyimpangan atau kesalahan dapat segera dikoreksi. Asisten afdeling juga memeriksa laporan harian mandor untuk kemudian diserahkan kepada bagian adminstrasi untuk dijadikan data base dan rencana pembayaran.

Dalam melaksanakan tugasnya Asisten afdeling dibantu oleh mandor rawat dan mandor petik. Asisten afdeling melakukan pengawasan terhadap jalannya pekerjaan setiap hari dengan melakukan pengontrolan langsung ke semua blok.

Pengelolaan Tenaga Kerja Lapangan

Kegiatan pengelolaan di Perkebunan RSK terdiri dari kegiatan seleksi bibit, penyulaman (sisip), pemeliharaan dan pemetikan. Kegiatan pemeliharaan terdiri dari beberapa kegiatan yaitu pengendalian gulma baik secara manual maupun secara kimia, pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman (HPT), pemupukan dan pemangkasan.

Sistem upah tenaga kerja dan sistem upah berdasaran hasil kerja/prestasi yang bersangkutan (borong). Untuk kegiatan seleksi bibit, sisip dan pemeliharaan menggunakan sistem upah harian dengan besarnya upah sebesar Rp12 000,-/HK kecuali kegiatan pemangkasan menggunakan sistem upah borongan dengan besarnya upah 14 000,-/400 m2 (patok). Sedangkan untuk kegiatan pemetikan, upah borong yang ditetapkan adalah sebesar Rp.300,-/kg pucuk basah apabila pucuk yang dihasilkan memenuhi syarat (MS) yaitu sebesar 40 % analisis pucuk tetapi apabila kurang dari 40 % maka upah yang diperoleh adalah sebesar Rp. 275,-/kg dengan kapasitas pemetik berkisar antara 25 - 35 kg/hari.

Semua kegiatan lapangan diatur dan diawasi oleh seorang mandor yang bertanggung jawab langsung terhadap asisten afdeling dan kepala kebun. Mandor lapangan terdiri dari mandor pemeliharaan (rawat) dan mandor petik. Setiap mandor wajib melaporkan kegiatan harian dengan mengisi buku laporan mandor yang berisi laporan hasil kegiatan yang telah selesai dilakukan. Mandor bertugas mengawasi para pekerja di lapangan, memberikan petunjuk teknis budidaya, mengabsen tenaga kerja sebelum dan sesudah bekerja.

(33)

Mandor Pengendalian Gulma Secara Kimia (Chemical Weeding)

Mandor pengendalian gulma secara kimia bertugas merencanakan kegiatan harian pengendalian gulma, jumlah tenaga yang diperlukan, peralatan, material, target luas areal yang akan dikendalikan, waktu pengendalian dan penulisan laporan harian hasil kegiatan setiap hari. Mandor Chemical Weeding membawahi 10 orang pekerja yang berstatus sebagai KHL.

Pengajuan bon material dilakukan sehari sebelum pelaksanaan pengendalian dengan persetujuan Asisten afdeling, diketahui kepala administrasi. Material yang disetujui untuk digunakan dalam pengendalian gulma diambil hari itu juga. Penentuan luas areal pengendalian setiap hari dilakukan sebelum pengendalian dilaksanakan. Sebelum kegiatan pengendalian dilaksanakan, mandor memberikan pengarahan mengenai teknis pengendalian, melakukan absensi pekerja pada hari itu. Mandor Chemical Weeding harus memperhitungkan, mengarahkan pekerja mengenai areal yang akan dikendalikan serta mangawasi langsung pembuatan larutan herbisida, penggunaan dan aplikasi herbisida.

Perhitungan luas areal yang telah disemprot, penggunaan herbisida, tenaga kerja dan lokasi pengendalian dilaporkan pada buku laporan harian mandor. Keberhasilan penyemprotan atau kesalahan yang terjadi di lapangan menjadi tanggung jawab mandor. Jika terjadi kecurangan yang dilakukan oleh pekerja akan dikenai hukuman.

Mandor Perawatan

Mandor perawatan memiliki tugas rangkap sebagai mandor Dongkel Anak Kayu (DAK), mandor pemupukan dan mandor pemangkasan. Mandor perawatan membawahi 10 orang pekerja yang berstatus KHL. Untuk tenaga pemangkasan dipilih tenaga kerja yang berpengalaman sejumlah 10 orang. Mandor perawatan bertugas untuk membuat rencana pelaksanaan pemupukan, DAK serta pemangkasan, mengawasi pelaksanaan pemupukan, DAK, serta pemangkasan, menentukan kebutuhan tenaga kerja, menperhitungkan jumlah pupuk untuk setiap blok dan bertanggung jawab langsung terhadap keberhasilan perawatan. Mandor perawatan membuat laporan kegiatan dan melakukan absen karyawan setiap hari.

(34)

Mandor Hama dan Penyakit Tanaman (HPT)

Mandor HPT membawahi 14 orang tenaga kerja yang berstatus KHL.

Mandor HPT bertugas mengarahkan pekerjanya dalam melaksanakan pengendalian, membuat rencana kerja areal yang akan disemprot, membuat bon permintaan penggunaan insektisida atau fungisida. Setiap harinya mandor HPT melakukan absensi tenaga kerja, melaporkan hasil kerja, luas areal yang telah dikendalikan serta melakukan kegiatan koordinasi dalam menanggulangi serangan hama dan penyakit bersama dengan petugas EWS.

Mandor Panen

Perkebunan RSK membagi wilayah panen menjadi 8 kemandoran panen. Setiap kemandoran terdiri atas 2 orang mandor yang bertanggung jawab atas 3 - 4 blok pemetikan, satu orang mandor membawahi 30 - 35 orang tenaga pemetik. Mandor panen bertugas membuat rencana areal blok yang akan dipetik, melakukan absensi tenaga, melakukan pengawasan terhadap pemetikan, melakukan peninjauan terhadap pucuk yang telah dipetik dan pucuk tertinggal, memeriksa jenis petikan yang telah dilakukan, menetukan gilir petik, melakukan pencatatan hasil timbangan berkoordinasi dengan krani timbang dan membuat laporan harian.

(35)

Pembibitan

Pembibitan di Perkebunan RSK yang berluas 0.12 ha terletak di Afdeling OB blok 8 dekat dengan wilayah emplasemen. Pembibitan menggunakan metode

single node cutting (stek satu buku) yang berasal dari tanaman klon TRI 2025

yang telah berumur lebih dari 6 tahun setelah tanam dan berumur 4 – 6 bulan setelah dipangkas.

Bangunan pembibitan terbuat dari anyaman bambu dengan ukuran antar tiang bangunan : tinggi 2 m, lebar 3 m, dan panjang 3 m. dengan arah gawangan Timur – Barat hal ini dimaksudkan agar setiap bedengan dapat memperoleh sinar matahari secara merata. Bedengan dibuat dengan ukuran lebar 1 m dan panjang 15 m, namun panjang bedengan dibuat sesuai dengan kondisi lahan. Antar bedengan dibuat parit dengan lebar 60 cm. Bangunan pembibitan ditutup menggunakan anyaman bambu yang kerapatannya diatur 2 cm x 4 cm, sehingga sinar matahari yang masuk sebesar 25 %. Lokasi pembibitan dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Lokasi Pembibitan

Kegiatan pembibitan terdiri atas persiapan tanah dan pengisian polybag, penanaman stek dan pemeliharaan bibit. Tanah yang digunakan untuk media tanam sebaiknya adalah tanah yang belum pernah digunakan. Tanah lapisan atas (top soil) dipisahkan dengan tanah lapisan bawah (sub soil). Tanah top soil digemburkan dan diayak setelah itu tanah top soil diberi pupuk TSP 150 g/m3 dan

(36)

urea 150 g/m3, setelah dipupuk, tanah di fumigasi dengan Vapam 150 g/m3 hingga basah, hal ini diperlukan untuk mensterilkan tanah setelah itu tanah ditutup dengan plastic seed selama 21 hari. Tanah sub soil diayak dan diberi tawas secukupnya untuk menurunkan pH dan diberi Dithane M45 sebanyak 150 g. Setelah tanah diberi perlakuan, tanah top soil dimasukkan ke dalam polybag sebanyak 2/3 bagian, dan kemudian 1/3 bagian atas diisi sub soil. Polybag diberi lubang sebanyak 5 lubang dengan ujung bagian bawah dipotong agar tanah didalam polybag memiliki drainase yang baik. Polybag yang telah diisi media tanah diatur secara rapi dengan kapasitas dalam satu bedengan 4 000 polybag. Sebelum dilakukan penanaman tanah disiram dengan air, dan diharapkan tanah ber-pH 4.5 – 5 karena itu diperlukan penyiraman tawas yang telah dilarutkan dalam 200 l air serta dicampur 300 g Dithane M45.

Sebelum penanaman dipasang pelengkung 35 – 40 cm dari polybag. Stek yang akan ditanam dipotong sehingga memiliki 1 daun, hasil potongan dicelupkan ke dalam larutan Dithane M45 150 g/100 l air lalu bekas luka potongan dicelupkan Rootone F dengan konsentrasi 0.5 kg/l air. Bahan stek ditanam dengan posisi daun menghadap pada satu arah, sehingga tidak saling menutupi. Lalu disungkup plastic seed dan ditutup rapat selama 3 bulan, dimulai dari akhir November hingga akhir Febuari.

Setelah 3 bulan plastic sungkup dibuka dan dilakukan penyiraman dan penyiangan gulma dilakukan sebanyak dua kali dalam seminggu, bila ada serangan penyakit disemprot dengan Cabox dengan konsentrasi 5 cc/knap sack Setelah bibit berumur 4 bulan dilakukan pengaturan naungan, dalam minggu pertama sungkup dibuka selama 2 jam, minggu kedua sungkup dibuka selama 4 jam, minggu ketiga sungkup dibuka selama 6 jam, setelah minggu keempat sungkup dibuka selama 8 jam dan diharapkan bibit dapat bertahan tanpa sungkup. Kemudian setelah bibit berumur 8 bulan dilakukan seleksi bibit namun seleksi bibit tidak dilaksanakan di RSK. Setelah bibit berumur 4 bulan dilakukan pemeliharaan, seperti penyiangan gulma dan penyiraman setiap harinya.

Pemupukan melalui daun dilakukan sebulan sekali menggunakan Bayfolan dengan konsentrasi 50 cc/knapsack dan pemupukan melalui akar dengan larutan

(37)

urea 0.01 % dengan menggunakan gembor. Pengendalian HPT dilakukan bila terjadi serangan.

Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma bertujuan untuk menekan kerugian yang ditimbulkan oleh gulma serendah mungkin, melalui tindakan pemberantasan gulma untuk dikendalikan pertumbuhan dan perkembangbiakannya. Pengendalian gulma di Perkebunan RSK dilakukan secara manual (dongkel/babat) dan secara kimia dengan menggunakan herbisida. Rotasi pengendalian gulma secara manual dan kimia dilakukan dua kali setahun dengan memperhatikan kondisi kebersihan kebun.

Pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan mendongkel atau membabat gulma yang tumbuh di pertanaman teh dengan menggunakan sabit. Gulma dicabut sampai ke akarnya agar tidak tumbuh kembali, kegiatan ini dilakukan secara hati-hati agar tidak melukai pertanaman teh. Teknis pelaksanaannya menurut barisan tanaman. Gulma yang telah dibabat biasanya dikumpulkan di pinggir jalan dan diletakkan diatas pertanaman teh dan dibiarkan membusuk. Pada umur pangkas muda pengendalian gulma harus maksimal agar pada umur pangkas tua tidak terlalu berat karena bidang tanaman semakin lebar dan persaingan hara tidak besar

Pengendalian gulma secara kimia (chemist) dilakukan dengan menggunakan herbisida Wrap up, yang merupakan herbisida sistemik. Dosis yang digunakan adalah 1.5 l/ha dengan konsentrasi 0.4 % dan volume semprot 400 l/ha. Penyemprotan dilakukan dengan menggunakan knapsack sprayer dengan kapasitas 15 l. nozel yang digunakan yaitu nozel VLB 100 dengan standar penyemprotan 1 patok (0.04 ha).

Penyemprotan dilakukan dari medan yang sulit dijangkau ke medan yang mudah dijangkau dan dilakukan sejajar menurut barisan tanaman. Sprayer diarahkan di bawah bidang petik teh atau setinggi gulma untuk menghindari keracunan pada pucuk tanaman teh (± 15 cm). kegiatan pencampuran bahan dilaksanakan dilapangan pada penampungan tong berkapasitas 230 l, dengan herbisida sistemik purna tumbuh, herbisida yang digunakan pada perkebunan

(38)

RSK Dacomin 865 SL dengan dosis 1 – 1.5 l /ha, Wrap up 480 AS dengan dosis 1 – 2 l/ha, dan Gerosin 480 SL dengan dosis 4 sampai dengan 8 l/ha.

Penyemprotan herbisida dimulai pada pagi hari yang dipimpin oleh seorang mandor herbisida. Mandor herbisida membawahi 10 orang karyawan yang terdiri dari 4 orang sebagai langsir dan 6 orang sebagai penyemprot. Jumlah komposisi karyawan tersebut dapat berubah tergantung jauh dekatnya sumber air. Standar kerja karyawan pengendalian gulma secara kimia adalah 0.53 ha/HK dan pengendalian gulma secara manual yaitu 0.09 ha/HK. Kegiatan pengendalian gulma kimia dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Kegiatan Pengendalian Gulma Secara Kimia

Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman

Pengendalian HPT di Perkebunan RSK dilakukan secara kimia. Pengendalian dilakukan dengan pendektesian untuk mengetahui intensitas serangan, luas serangan, kebutuhan pestisida, kebutuhan tenaga kerja, dan volume semprot. Pendeteksian ini dilakukan dengan cara mengambil sampel 3 tanaman dalam satu patok dalam satu hektar untuk setiap blok. Pengendalian HPT dilaksanakan secara berkala mengikuti tingkat serangannya.

Hama yang paling banyak menyerang tanaman teh di Perkebunan RSK adalah ulat penggulung pucuk, mite (tungau), Empoasca flavescens. Penyakit

(39)

yang banyak menyerang tanaman teh di RSK adalah cacar daun teh (blister

blight).

Serangan hama Cydia leucostome menyebabkan penurunan hasil produksi pucuk teh. Ulat ini menyerang pucuk daun teh sehingga menjadi tergulung dan mengakibatkan pertumbuhan tunas/ranting terhambat. Serangan dapat terjadi sepanjang tahun terutama pada tanaman teh dengan umur pangkas yang masih muda. Pucuk daun yang tergulung disebabkan oleh kotoran dari ulat tersebut.

Pengendaliannya secara kimia, menggunakan Rizotin dengan dosis 375 - 750 ml/ha, konsentrasi 1 – 2 ml/l air dengan bahan aktif Sipermetrin 100 gr/l. Pengendalian secara manual juga dilaksanakan dengan cara memetik

pucuk yang terserang, namun dikarenakan keterbatasan tenaga kerja pengendalian manual dilaksanakan oleh tenaga pemetik bersamaan dengan waktu pemetikan sehingga kurang efisien.

Serangan hama Empoasca flavescens berpengaruh terhadap penurunan produksi pucuk teh. Serangan terbesar terjadi pada musim kemarau.pada daun yang terserang timbul noda-noda berwarna kemerahan seperti bekas daun terbakar (leaf burn), kemudian mengering dan tepi daun menggulung ke bawah. Gejala selanjutnya pertumbuhan daun menjadi roset, pucuk tidak tumbuh normal dan tampak seperti cakar ayam. Pada serangan berat sebagian daun berwarna kuning kusam, mengeriting dan terjadi kematian pada pinggir daun. Pengendalian hama ini dilakukan dengan menggunakan Confidor dengan dosis 94 – 188 ml/ha, konsentrasi 0.25 – 0.50 ml/l air, dengan bahan aktif Imidakloprid 200 g/l.

Hama mite (tungau) merupakan hama yang sulit dikendalikan pada perkebunan RSK, serangan hama ini terjadi pada musim kemarau. Hama ini menyerang daun teh tua khususnya pada bagian bawah daun dan bagian petiolusnya. Pada awal serangan terdapat bercak-bercak kecil pada pangkal daun. Tungau ini membentuk koloni pada pangkal daun sekitar tulang daun. Pada serangan yang lebih lanjut kerusakan akan menuju ke tulang daun yang kemudian menyebabkan daun menjadi kemerah-merahan dan kering serta akhirnya rontok. hama ini mengakibatkan daun penyangga rontok sehingga tanaman tidak memiliki daun pemeliharaan sehingga hanya tinggal ranting-ranting perdu teh. Hama ini

(40)

dikendalikan dengan menggunakan Kelthane 200 EC dosis 281 - 421 ml/ha, dengan konsentrasi 0.75 – 1.12 ml/l air, dengan bahan aktif dikofol 191 g/l.

Penyakit cacar daun teh disebabkan oleh cendawan Exobasidium vexans. Serangan terbesar biasanya terjadi pada musim hujan pada blok-blok tanaman teh dengan kelembaban udara tinggi, dekat dengan aliran air, dan sinar matahari kurang. Gejala serangan ini biasanya dimulai dengan adanya bintik-bintik kecil tembus cahaya, berdiameter 0.25 mm. kemudian bercak membesar yang pada permukaannya. Terbentuk spora seperti tepung berwarna putih. Pada tahap akhir pusat bercak menjadi cokelat dan akhirnya mengering lalu mati. Pengendalian penyakit ini dilaksanakan secara kimia dengan menggunakan Nordox, berbahan aktif tembaga oksida 86 % dengan dosis469 g/ha, dengan konsentrasi 1.25 g/l air.

Untuk mengetahui tingkat serangan dan tindakan pengendalian serta koefisien biaya untuk pengendalian dilakukan Early Warning System (EWS). EWS dilakukan dengan mengambil sampel tanaman pokok sebanyak 3 tanaman pokok untuk setiap patok, sehingga terdapat 75 tanaman sampel dalam 1 ha. Pengambilan sampel dilakukan secara acak sistematis (zig zag).

Adapun kriteria serangan hama yang ditetapkan di Perkebunan RSK adalah pada hama Empoasca dan ulat penggulung pucuk serangan ringan kurang dari 5 %, sedangkan serangan sedang 5 – 15 % untuk serangan berat lebih dari 15 %, untuk hama mite serangan ringan kurang dari 10 %, untuk serangan sedang berkisar antara 10 – 20 %, untuk serangan berat lebih dari 20 %.

Alat yang digunakan untuk pengendalian hama dan penyakit adalah

knapsack sprayer dengan kapasitas 15 l dan mist blower dengan kapasitas 12 l.

Nozel yang digunakan adalah VLB 100. Kegiatan pengendalian HPT dilakukan bersamaan dengan cara mencampur pestisida ke dalam larutan air dengan dosis sesuai serangan hama. Kegiatan penyemprotan dilakukan sesuai dengan kondisi lahan yang ada, dimuai dari lokasi yang jauh dari sumber air ke lokasi yang dekat dengan sumber air.

Tenaga kerja pengendalian HPT terdiri dari 14 orang yang dibagi menjadi tenaga penyemprot 8 sampai dengan 10 orang serta langsir 4 - 6 orang. Standar kerja pengendalian HPT di perkebunan RSK adalah 1.33 ha/HK, namun prestasi kerja nyata tenaga kerja pengendalian HPT adalah 0.53 ha/HK.

(41)

Pemupukan

Pemupukan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan tanaman, dengan cara memberikan unsur-unsur hara ke dalam tanah dalam jumlah cukup, sesuai dengan kebutuhan tanaman teh. Pemupukan bertujuan meningkatkan daya dukung tanah terhadap peningkatan pertumbuhan dan produksi tanaman teh.

Jenis dan Dosis Pupuk

Diperlukan kesesuaian jenis dan dosis yang dibutuhkan oleh tanaman teh. Sehingga perlu adanya penelitian analisis untuk mengetahui tingkat kesuburan tanah. Di perkebunan RSK kegiatan pemupukan menggunakan pupuk anorganik melalui tanah dan daun. Pupuk melalui tanah yang digunakan pada rotasi pertama adalah Urea (N : 46 %) dengan dosis 217 kg/ha, MOP (K2O : 60 %) dosis 125 kg/ha. Pemupukan pada rotasi kedua menggunakan pupuk Urea (N : 46 %) dengan dosis 217 kg/ha, SP36 dengan dosis 208 kg/ha. Pemupukan pada rotasi

ketiga digunakan pupuk Urea (N : 46 %) dengan dosis 217 kg/ha dan MOP (K2O : 60 %) dengan dosis 125 kg/ha.

Pupuk daun yang digunakan adalah ZnSO4 dengan dosis 3 kg/ha. Rekomendasi pemupukan tanaman teh di Perkebunan RSK ditetapkan oleh direksi melalui HO (Direktorat Pertanaman) berdasarkan analisis tanah dan daun. Analisis tanah dan daun dilakukan dengan cara Leaf Sample Unit (LSU) yang dianalisis rutin setiap tahunnya. Dosis pupuk tiap blok berbeda-beda tergantung kondisi tanaman, kandungan hara dalam tanah dan potensi produksi dari tiap blok. Jenis dan dosis pupuk yang diaplikasikan tidak selalu sesuai dengan rekomendasi pemupukan hal ini disebabkan dengan keterbatasan ketersedian pupuk.

Waktu Pemupukan

Waktu pemupukan disesuaikan dengan keadaan curah hujan dan perencanaan yang telah dibuat. Pemupukan dalam setahun dibagi menjadi tiga rotasi dengan jenis dan dosis pupuk yang berbeda-beda. Pemupukan rotasi

(42)

pertama dilakukan pada bulan Febuari, rotasi kedua dilakukan pada bulan April, sedangkan pada rotasi ketiga dilaksanakan pada bulan Oktober.

Pemupukan melalui daun di Perkebunan RSK dilakukan enam kali dalam setahun. Pada bulan Mei, Juni, Juli, Agustus, September dan Oktober. Pemupukan melalui daun dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan penyemprotan HPT guna efisiensi biaya. Pelaksanaan pemupukan ini dilakukan setelah pemetikan agar tidak mempengaruhi mutu pucuk.

Pelaksanaan pemupukan pelaksanaan pemupukan dimulai dengan pengangkutan pupuk dari gudang dengan truk pada pukul 06.00 WIB, hal ini bertujuan supaya efek dari penguapan belum begitu besar. Pencampuran pupuk dilakukan di lapangan oleh tenaga langsir dengan pebandingan Urea dan MOP yaitu 1.7 : 1. Pelaksanaan pemupukan di lapangan dilakukan dengan cara menyebarkan pupuk diantara 2 sampai dengan 3 baris tanaman dengan sistem giring. Tenaga pemupukan berjumlah 20 orang yang terdiri dari 2 orang pencampur pupuk, 3 orang langsir dan 15 orang penebar pupuk. Alat yang digunakan dalam kegiatan pemupukan adalah ember, alas tempat pencampur, karung, sekop, dan perlengkapan pakaian.

Pemupukan daun (ZnSO4) dilakukan bersamaan dengan kegiatan pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman dengan menggunakan mist blower dengan kapasitas 12 l serta knapsack dengan kapasitas 15 l.

Kebutuhan tenaga kerja pemupukan terbagi atas pelangsir dan penabur dengan standar kerja 0.75 HK/ha (1.3 ha/HK). Kegiatan pemupukan dilaksanakan dengan menggunakan tenaga kerja rawat dengan upah Rp 12 000/hari.

Pemangkasan

Pemangkasan ialah kegiatan pemeliharaan tanaman teh yang dilakukan untuk memperbaharui dan memperbaiki bidang petik tanaman serta mengembalikan hasil pucuk yang telah menurun. Jenis pangkasan yang dilaksanakan di perkebunan RSK adalah pemangkasan bersih, yaitu pangkasan dengan bidang pangkas yang rata tetapi pada bagian tengahnya agak rendah seperti mangkuk dengan membuang semua ranting kecil.

Standar tinggi pangkasan pada Perkebunan RSK adalah 60 cm dari permukaan tanah. Pemangkasan dilakukan dengan cara membuang semua ranting

(43)

beserta daun-daunnya, yang tertinggal hanya cabang dan ranting utama. Bentuk potongan (luka pangkas) membentuk sudut 45° menghadap ke dalam perdu untuk menghindari pembusukan, bidang pangkas mengikuti topografi lahan agar tanaman dapat menerima sinar matahari secara merata.

Pemangkasan dilaksanakan secara manual dengan menggunakan alat bantu berupa sabit. Alat yang digunakan harus tajam karena cabang atau batang yang dipangkas tidak boleh pecah atau retak, hal ini disebabkan karena cabang yang retak akan menghambat pertumbuhan tunas. Tinggi pangkasan rata-rata dan persentase kerusakan pangkas di Perkebunan RSK dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rata-rata Tinggi Pangkasan dan Presentase Kerusakan Akibat Pemangkasan di Afdeling OB 7

Tanaman Tinggi Jumlah Batang/Tanaman Kerusakan Luka Pangkas (%)

I 53.66 25.3 3.0

II 56.00 30.6 8.0

III 66.00 26.0 5.6

IV 63.30 27.0 3.0

Sumber : Hasil Pengamatan

Gilir pangkas yang diterapkan di Perkebunan RSK adalah 4 tahun sekali. Namun pada pelaksanaannya, pemangkasan belum terlaksana seperti yang telah direncanakan tergantung kondisi kebun, hasil produksi, iklim dan tenaga kerja.

Mulai tahun 2007, Perkebunan RSK menetapkan areal yang dipangkas 25 % per tahun dari total luas areal TM dan dilakukan dalam III semester untuk menghindari anjloknya produksi. Pemangkasan berikutnya dilakukan pada bulan dimana blok pangkasan terakhir sudah mulai dijendang. Sisa pangkasan berupa ranting-ranting dibiarkan membusuk untuk menambah bahan organik tanah. Sisa ranting diletakkan diantara barisan tanaman. Pelaksanaan pembersihan ranting ini dilakukan oleh tenaga rawat bersamaan dengan kegiatan Dongkel Anak Kayu beberapa minggu setelah pemangkasan, namun dalam pelaksanaannya kegiatan beres cabang ini sudah tidak dilakukan karena cabang telah diambil oleh penduduk sekitar. Kegiatan pemangkasan dapat dilihat pada Gambar 3.

(44)

Gambar 3. Kegiatan Pemangkasan

Tenaga kerja pemangkasan adalah Karyawan Harian Lepas dengan upah borongan. Besarnya upah yang dibayarkan Rp 14 000/patok. Standar prestasi kerja karyawan pemangkasan adalah 2 patok/hari (0.08 ha/HK).

Pemetikan

Pemetikan merupakan aspek yang paling penting dalam budidaya tanaman teh, pemetikan memegang peranan dalam produksi tanaman. Pemetikan harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang berlaku (sistem pemetikan) agar kualitas dan kuantitas tanaman teh dapat terjaga. Untuk itu beberapa hal yang harus diketahui berkaitan dengan pelaksanaan pemetikan ialah jenis pemetikan, jenis petikan, gilir petik, pengaturan pemetik, analisa hasil petikan. Pemetikan merupakan kegiatan memungut sebagian dari tunas-tunas teh beserta daunnya yang masih muda (kuncup, ranting muda dan daun) untuk kemudian diolah menjadi produk teh kering yang merupakan komoditas perdagangan. Saat melakukan pemetikan, perlu diperhatikan periode istirahat (burung) dan periode aktif (peko) sebaiknya meninggalkan kepel (daun pertama yang tumbuh dari tunas) dan sehelai daun di atasnya, hal ini bertujuan untuk menjaga pertumbuhan pucuk selanjutnya sempurna.

Jenis Pemetikan

Jenis pemetikan yang dilaksanakan di Perkebunan RSK meliputi pemetikan jendangan, pemetikan produksi dan pemetikan gendesan (rampasan).

Gambar

Tabel 1. Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan di Perkebunan Rumpun  Sari Kemuning Tahun 2008
Tabel 3.   Luas Areal dan Komposisi Klon Tanaman Teh di Perkebunan   Rumpun Sari Kemuning
Tabel 4.   Volume  Pemasaran  Teh  Kering  di  Perkebunan  Rumpun  Sari  Kemuning dari Bulan Januari – Mei 2008
Tabel 5. Jumlah dan Komposisi Tenaga Kerja di Perkebunan Rumpun Sari  Kemuning Tahun 2008
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Icegiatan yang dilakukan di Perkebunan Goalpara terdiri atas pekerjaan untuk. tanaman tahun akan datang, pemeliharaan tanaman menghasilkan, pemetikan

jenis petikan, rumus petik, sistem pemetikan, gilir petik, hanca pemetikan, analisa.. petikan serta menghitung kebutuhan tenaga pemetik dan menganalisis

Produksi pucuk basah dan hari orang kerja untuk kegiatan pemetikan di Unit Perkebunan Tambi paling tinggi terdapat pada kelompok tanaman dengan umur dua tahun setelah

Endless Chain Presser (ECP) ... Rotary Dryer ... Produksi Basah Pucuk Teh di Kebun Rumpun Sari Kemuning ... Sabit Pangkas ... Pangkasan Bersih ... Pertumbuhan Tunas Dua Blok di

Hasil uji t-student juga menunjukkan bahwa persentase kedua blok tidak berbeda nyata sehingga secara umum pemangkasan yang dilakukan di Kebun Rumpun Sari Kemuning

Jenis petikan di Unit Perkebunan Tambi adalah petikan medium yaitu pucuk yang dihasilkan terdiri atas pucuk peko dengan dua daun, tiga daun muda, serta pucuk burung

Pengelolaan pemetikan pada Unit Perkebunan Bedakah sudah cukup baik, hal ini bisa dilihat dari beberapa indikator, yaitu waktu pelaksanaan pemetikan jendangan,