• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan ketenagakerjaan pada pemetikan teh [Camellia sinensis (L.) O. Kuntze] di Unit Perkebunan Tambi PT Perkebunan Tambi Wonosobo, Jawa Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengelolaan ketenagakerjaan pada pemetikan teh [Camellia sinensis (L.) O. Kuntze] di Unit Perkebunan Tambi PT Perkebunan Tambi Wonosobo, Jawa Tengah"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN KETENAGAKERJAAN PADA

PEMETIKAN TEH (

Camellia sinensis

(L.) O. Kuntze)

DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI,

PT PERKEBUNAN TAMBI

WONOSOBO, JAWA TENGAH

INTEN PRAMITA SUBAGJO A24052645

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

PENGELOLAAN KETENAGAKERJAAN PADA

PEMETIKAN TEH (

Camellia sinensis

(L.) O. Kuntze)

DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI,

PT PERKEBUNAN TAMBI

WONOSOBO, JAWA TENGAH

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

INTEN PRAMITA SUBAGJO A24052645

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

RINGKASAN

INTEN PRAMITA SUBAGJO. Pengelolaan Ketenagakerjaan pada Pemetikan Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan

Tambi, PT Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah. (Dibimbing oleh SUPIJATNO)

Kegiatan magang yang dilaksanakan pada bulan Februari sampai Mei 2009 bertujuan agar penulis memiliki kemampuan dan dapat memperluas wawasan dalam hal pengelolaan perkebunan. Tujuan khususnya adalah mengetahui dan memahami pengelolaan perkebunan teh khususnya dalam hal pengelolaan tenaga kerja pada pemetikan.

Metode yang digunakan dalam kegiatan magang adalah dengan bekerja sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama dua bulan, pendamping mandor/mandor besar selama satu bulan dan pendamping asisten kepala bagian kebun selama satu bulan. Selain itu dilakukan juga pengumpulan data primer melalui observasi lapang terhadap pengelolaan kebun, wawancara dengan karyawan di lapang dan pengumpulan data sekunder melalui laporan berkala, arsip kebun, dan data penunjang lain.

Kebutuhan tenaga petik di Unit Perkebunan Tambi berjumlah 235 orang sedangkan pada saat ini terdapat 224 orang. Kekurangan tenaga petik dapat diatasi oleh para pemetik yang memiliki kapasitas di atas rata-rata. Pemetik di Unit Perkebunan Tambi memiliki potensi berproduktivitas tinggi karena 69 % merupakan tenaga petik berusia produktif. Hanca petik di Unit Perkebunan Tambi adalah seluas 0.088 ha/pemetik dengan rata-rata kapasitas pemetik mencapai 48.82 kg. Kapasitas pemetik dipengaruhi oleh usia dan pengalaman kerja tetapi tidak dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan. Berdasarkan usia pemetik, kapasitas pemetik tertinggi pada pemetik dengan usia 15-45 tahun. Berdasarkan pengalaman kerja, kapasitas pemetik tertinggi pada pemetik dengan pengalaman kerja > 10 tahun. Produksi pucuk basah dan hari orang kerja untuk kegiatan pemetikan di Unit Perkebunan Tambi paling tinggi terdapat pada kelompok tanaman dengan umur dua tahun setelah pangkas. Semakin tinggi umur tanaman setelah pangkas maka kapasitas petik per pemetik semakin rendah.

(4)

Judul :PENGELOLAAN KETENAGAKERJAAN PADA PEMETIKAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, PT PERKEBUNAN TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH

Nama : INTEN PRAMITA SUBAGJO NRP : A24052645

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir Supijatno, MSi NIP. 19610621.198601.1.001

Mengetahui,

Plh Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB

Prof Dr Ir Slamet Susanto, MSc NIP. 19610202.198601.1.001

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor, Propinsi Jawa Barat pada tanggal 20 Agustus 1988. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Subagjo Suhargijantanto dan Ibu Ihat Solihat.

Penulis memulai pendidikan pada tahun 1993 di TK Amaliah, Ciawi-Bogor. Penulis melanjutkan pendidikan di SD Amaliah, Ciawi-Bogor pada tahun 1994 dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Ciawi, Bogor dan lulus pada tahun 2003. Penulis melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 3 Bogor, program akselerasi dan lulus pada tahun 2005.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini dengan judul Pengelolaan Ketenagakerjaan pada Pemetikan Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Tambi, PT Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah. Penulisan skripsi merupakan salah satu syarat tugas akhir untuk meraih gelar Sarjana Pertanian di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua atas kasih sayang baik moril maupun materil dan adik untuk kasih sayangnya.

2. Ir Supijatno, MSi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan dan saran selama kegiatan magang dan dalam penyusunan skripsi. 3. Dr Ir Ahmad Junaedi, MSc dan Dwi Guntoro, SP, MSi selaku dosen penguji. 4. Dr Ir Darda Effendi selaku dosen pembimbing akademik.

5. Direksi PT Perkebunan Tambi yang berkenan memberikan kesempatan untuk kegiatan magang.

6. Tuyitno, SE selaku pembimbing lapang dan segenap karyawan Unit Perkebunan Tambi yang telah membimbing dan membantu penulis selama kegiatan magang berlangsung.

7. Semua rekan-rekan AGH 42 atas kekompakan dan kebersamaannya.

Bogor, Agustus 2009

(7)

DAFTAR ISI

Metode Pelaksanaan………. 7

Pengamatan dan Pengumpulan Data……… 8

Pengolahan Data………... 9

KEADAAN UMUM Sejarah Perkebunan……….. 10

Letak Administratif………..……… 11

Keadaan Tanah, Topografi, dan Iklim... 11

Luas Areal dan Tata Guna Lahan………... 12

Keadaan Tanaman dan Produksi………..………… 12

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan……….…………... 14

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis………...…………. 18

Aspek Manajerial... 42

PEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Tenaga Petik... 46

(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Luas Pertanaman dan Produksi pada Perkebunan Teh………... 1

2. Volume dan Nilai Ekspor Teh Indonesia Tahun 2003-2007... 2

3. Penggunaan Lahan di UP Tambi Tahun 2009…... 12

4. Produksi dan Produktivitas Teh di UP Tambi Tahun 2004-2008... 13

5. Rencana dan Realisasi Produksi Pucuk Basah di UP Tambi Periode Januari-Mei 2009... 14 6. Jumlah dan Komposisi Karyawan di UP Tambi Tahun 2009... 16

7. Hubungan Antara Luas Areal Petik, Jumlah Pemetik dan Rasio Pemetik………. 30

8. Kapasitas Pemetik Rata-rata di UP Tambi Bulan Januari-Mei Tahun 2009... 31

9. Persentase Analisis Petikan pada Setiap Blok... 34

10. Selisih Timbangan Bobot Pucuk di Kebun dan di Pabrik pada Bulan Januari-Mei 2009... 35

11. Analisis Pucuk Rata-rata Bulan Februari-Mei 2009 di UP Tambi... 37

12. Jumlah Pemetik di UP Tambi... 46

13. Komposisi Pemetik berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan dan Pengalaman... 47

14. Hanca Petik per Hari di UP Tambi... 49

15. Kapasitas Pemetik berdasarkan Usia Pemetik... 50

16. Kapasitas Pemetik berdasarkan Pengalaman Kerja... 51

17. Kapasitas Pemetik berdasarkan Latar Belakang Pendidikan... 51

18. Produksi Pucuk Basah berdasarkan Umur setelah Pangkas Tahun 2008 di UP Tambi... 53

19. Hari Orang Kerja berdasarkan Umur setelah Pangkas Tahun 2008 di UP Tambi... 54

(9)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kegiatan Pengendalian Gulma secara Kimia... 19

2. Kegiatan Pengendalian Gulma secara Manual... 20

3. Kegiatan Pemupukan melalui Tanah... 21

4. Kegiatan Pemupukan melalui Daun... 22

5. Kegiatan Pemangkasan Bersih... 24

6. Lubang Tadah... 25

7. Kegiatan Pembuatan Guludan... 26

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas

di Unit Perkebunan Tambi... 63

2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor dan Pendamping Mandor Besar di Unit Perkebunan Tambi... 65

3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten Kepala Bagian Kebun di Unit Perkebunan Tambi... 67

4. Curah Hujan Unit Perkebunan Tambi Tahun 1999-2008... 69

5. Format Laporan Kegiatan Kepala Blok... 70

6. Format Laporan Kegiatan Mandor Pemeliharaan... 71

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkebunan sebagai bagian agribisnis, memiliki kekhasan yang tidak dimiliki jenis usaha lain. Meski prinsip-prinsip umum manajemen sumber daya manusia (SDM) berlaku pada sektor perkebunan, namun kondisi yang melingkupinya mempengaruhi perilaku, sistem nilai, dan budaya sendiri. Kemampuan memahami karakter SDM, akan membantu mengenal lebih mendalam struktur dan sistem pengelolaan. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai pedoman pembinaan SDM tersebut (Ghani, 2003).

Teh merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai kontribusi penting dalam perdagangan khususnya sebagai sumber devisa non migas dan telah lama dikenal oleh masyarakat dunia. Perkebunan teh menyerap tenaga kerja tertinggi dibandingkan perkebunan lain. Menurut Iskandar (1988), indeks tenaga kerja di perkebunan teh termasuk tinggi yaitu 1.5-2.

Berdasarkan Tabel 1, luas penanaman teh sebagian besar dimiliki oleh perkebunan rakyat yaitu sebesar 61 735 ha atau sebesar 46.58 % dari keseluruhan luas penanaman. Luas penanaman yang dimiliki perkebunan besar negara sebesar 42 747 ha atau 32.25 %. Perkebunan swasta memiliki luas pertanaman yang paling sedikit yaitu 28 049 ha atau sebesar 21.61 % dari seluruh luasan pertanaman.

Tabel 1. Luas Pertanaman dan Produksi pada Perkebunan Teh

Jenis Perkebunan Luas Penanaman (ha)

Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan, 2007

(12)

pertanaman terbesar hanya dapat memproduksi teh 40 929 ton per tahun (produktivitas 0.66 ton/ha/tahun). Perkebunan besar negara dapat memproduksi teh sebesar 68 666 ton per ha (produktivitas 1.61 ton/ha/tahun). Perkebunan swasta yang memiliki luasan terkecil dapat memproduksi 27 653 ton per ha (produktivitas 0.98 ton/ha/tahun) (Direktorat Jendral Perkebunan, 2007).

Perkembangan ekspor teh Indonesia selama kurun waktu 2003-2007 mengalami fruktuasi. Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa volume ekspor teh dan nilai ekspor pada kurun waktu 2003-2005 mengalami kenaikan sedangkan pada kurun waktu 2006-2007 mengalami penurunan. Penurunan volume ekspor disebabkan oleh berkurangnya lahan produksi yang berdampak pada penurunan produksi.

Tabel 2. Volume dan Nilai Ekspor Teh Indonesia Tahun 2003-2007

Tahun Volume Ekspor (ton) Nilai Ekspor (juta US$)

2003 88 176 95

2004 99 576 116

2005 102 284 121

2006 78 219 93

2007 76 347 91

Sumber: BPS (2008)

Usaha perkebunan di Indonesia masih diproduksi secara manual dengan mengandalkan tenaga kerja. Sebagai negara yang memiliki penduduk cukup banyak, kemampuan sektor ini menyerap tenaga kerja masih sangat diharapkan. Pada bidang perkebunan yang padat karya, masalah SDM memiliki porsi perhatiaan besar dibandingkan dengan pengendalian proses (Ghani, 2003).

Render dan Heizer (2001) menyatakan bahwa ada beberapa kunci yang dapat meningkatkan produktivitas total suatu perusahaan, yaitu tenaga kerja, modal, produksi, organisasi, dan pemasaran. Adapun unsur yang paling mampu memberikan keuntungan terbesar adalah tenaga kerja. Salah satu kontribusi penting yang diberikan oleh tenaga kerja adalah tenaganya karena hal ini akan memberikan nilai tambah untuk perusahaan.

(13)

yang heterogen yang dibawa ke dalam organisasi perusahaan. Kualitas dan kuantitas karyawan harus sesuai dengan kebutuhan perusahaan agar efektif dan efisien menunjang tercapainya tujuan (Dessler, 2004).

Untuk memecahkan masalah utama dalam pengusahaan teh, yaitu biaya produksi yang semakin tinggi dan rendahnya produksi, maka diperlukan efisiensi proses produksi. Teknik budidaya dan pengelolaan pemetikan yang tidak tepat dapat menurunkan mutu teh baik secara kualitas maupun kuantitas. Upaya yang dilakukan untuk dapat meningkatkan mutu teh yaitu dengan cara perbaikan sistem pemetikan dan pengelolaan tenaga pemetik yang lebih efisien sehingga dapat mencapai hasil maksimum (Nazaruddin dan Paimin, 1993).

Tujuan

(14)

TINJAUAN PUSTAKA

Teh

Tanaman teh (Camellia sinensis L.) termasuk famili Theaceae. Teh masuk pertama kali ke Indonesia pada tahun 1684, berupa biji teh dari Jepang yang dibawa oleh orang Jerman. Pada tahun 2737 sebelum masehi (SM) teh sudah dikenal di Cina. Bahkan sejak abad ke-4 masehi (M) telah dimanfaatkan sebagai salah satu komponen ramuan obat (Muljana, 1983). Tanaman teh berasal dari daerah subtropis yang terletak pada 250 LU-350 LU dan 950 BT-1050 BT. Daerah ini terletak antara pegunungan di Asia Barat sampai pegunungan di Asia Tenggara (Setyamidjaja, 2000). Tanaman ini dapat tumbuh subur di daerah tropis dan subtropis mulai dari pantai sampai pegunungan dengan menuntut cukup sinar matahari dan hujan sepanjang tahun. Meskipun dapat tumbuh subur di dataran rendah, tanaman teh tidak akan memberikan hasil dengan mutu baik. Semakin tinggi daerah penanaman teh maka semakin tinggi mutunya (Ghani, 2002).

Tanaman teh berbentuk pohon, tingginya bisa mencapai belasan meter, namun tanaman teh di perkebunan selalu dipangkas sampai tinggi 90-120 cm untuk memudahkan pemetikan. Tanaman teh pada umumnya mencapai umur empat tahun untuk dapat dipetik secara terus-menerus dan memberikan hasil daun teh yang cukup besar selama kurang lebih 40 tahun, baru kemudian peremajaan (Ghani, 2002).

(15)

Pemetikan

Teh merupakan tanaman dengan hasil akhir berupa daun dan dipungut dengan cara dipetik. Pemetikan merupakan ujung tombak produksi. Keberhasilan pemetikan merupakan kunci kesuksesan dalam bisnis teh secara keseluruhan (Ghani, 2003).

Setyamidjaja (2000) menyatakan bahwa pemetikan adalah pekerjaan memungut sebagian hasil dari tunas-tunas teh beserta daunnya yang masih muda. Pemetikan harus dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan sistem petikan dan syarat-syarat pengolahan yang berlaku. Menurut Tobroni dan Adimulyo (1983), pemetikan selain bertujuan untuk memetik daun-daun yang cocok diolah juga merupakan usaha untuk membentuk kondisi tanaman agar mampu meningkatkan produksi secara berkesinambungan. Pemetikan merupakan kegiatan rutin yang dilakukan dan memerlukan keterampilan khusus agar didapatkan mutu dan produksi teh tanpa menekan pertumbuhan tanaman. Ghani (2002) menemukan bahwa pemetikan berpengaruh pada kesehatan pohon, kelestariaan produksi, dan mutu teh.

Menurut Sukasman (1989), tanaman teh dibudidayakan untuk menghasilkan pucuk, yaitu daun muda dan tunas apikal. Mutu pucuk teh yang dipetik berhubungan dengan sistem pemetikan yang diterapkan pada suatu perkebunan. Subarna dan Rosyadi (2000) menyatakan bahwa pemetikan pada tanaman teh dapat dilakukan baik secara manual dengan tenaga manusia dan secara mekanis dengan menggunakan gunting petik ataupun mesin petik.

(16)

Ketenagakerjaan

Tenaga kerja sangat menentukan produktivitas suatu produk. Spillane (1992) menyatakan bahwa kurang intensifnya pengawasan pada tahap pemetikan teh akan berdampak pada penurunan mutu komoditas teh. Menurut Stoner (2004) tenaga kerja merupakan faktor yang paling penting dan strategis mengingat peranannya sebagai pelaksana fungsi manajemen terhadap sumber daya lain.

Pekerjaan yang bersifat padat karya membutuhkan perhatian lebih pada pengelolaan tenaga kerja. Pada pengusahaan komoditas, seperti teh, tenaga kerja mengambil hampir setengah dari total biaya produksi. Dengan demikian, pengendalian biaya melalui efisiensi, kontrol mutu, dan peningkatan produktivitas akan nyata pengaruhnya pada biaya pokok produksi, kualitas, dan delivery produk (Ghani, 2003). Perkebunan teh sebagai penyedia lapangan kerja yang luas memerlukan jumlah tenaga kerja yang cukup besar. Tenaga kerja sebagai aspek yang sangat penting dalam sebuah perkebunan memerlukan penanganan yang sangat baik (Gumilar, 2004).

Pemetikan menyerap paling banyak biaya dan tenaga kerja. Ghani (2002) menyatakan tenaga kerja pemetik mengambil porsi 80-90 % tenaga atau 70-80 % dari total tenaga kerja perkebunan teh, sedangkan biaya pemetikan menghabiskan 65-75 % dari total biaya tanaman atau 40-50 % dari total biaya produksi kebun di luar biaya penyusutan aktiva.

Menurut Ghani (2002), pemetik di perkebunan teh untuk satu kemandoran sebanyak 35-40 orang. Gumilar (2004) menyatakan standar kapasitas pemetik di Perkebunan Parakan Salak PTPN VIII adalah sebesar 34 kg/HK. Berdasarkan penelitian Hartopo (2005), standar kapasitas pemetik di PT Tambi Unit perkebunan Bedekah adalah 45 kg/HK.

(17)

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilaksanakan di Unit Perkebunan Tambi, PT Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah. Kegiatan magang dilaksanakan selama 4 bulan mulai dari 12 Februari 2009 sampai 12 Juni 2009.

Metode Pelaksanaan

Metode yang dilaksanakan dalam kegiatan magang ini adalah metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung meliputi bekerja secara aktif dalam kegiatan-kegiatan di kebun dengan melakukan pengamatan langsung keadaan lapangan atau teknis budidaya maupun manajerial, pengumpulan informasi dan data primer. Metode tidak langsung meliputi pengumpulan data sekunder dan studi pustaka.

Data yang dikumpulkan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diambil melalui observasi lapang terhadap pengelolaan kebun dan wawancara serta diskusi dengan karyawan di lapang khususnya mengenai ketenagakerjaan. Pengumpulan data sekunder melalui laporan berkala, arsip kebun, dan data penunjang lainnya. Data sekunder yang diambil adalah data curah hujan, cuaca dan iklim, peta lokasi, luas lahan, produksi dan produktivitas.

(18)

pelaksanaan kerja KHL serta mengisi jurnal harian sebagai mandor/mandor besar yang tercantum pada Lampiran 2. Sebagai pendamping asisten kepala bagian kebun, penulis mempelajari cara-cara mengelola kebun (kegiatan manajerial), membina dan membimbing bawahan. Mahasiswa pun mengisi jurnal harian kegiatan magang sebagai asisten kepala bagian kebun pada Lampiran 3.

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Parameter yang diamati pada kegiatan magang dengan aspek tenaga kerja pemetikan adalah sebagai berikut :

1. Jumlah dan Komposisi Tenaga Kerja

Data yang diambil adalah jumlah tenaga kerja berdasarkan level kerjanya pada tingkat kebun. Pada tingkat pemetik data komposisi tenaga kerja yang akan dicari meliputi jumlah pemetik, jenis kelamin, usia tenaga kerja, latar belakang pendidikan, dan pengalaman kerja.

2. Hanca Petik

Hanca petik adalah luas areal petik yang selesai dipetik dalam satu hari. Data yang akan diambil adalah luasan yang dipetik oleh seorang pemetik per hari. Data pengamatan akan dikumpulkan selama pelaksanaan kegiatan pemetikan.

3. Kapasitas pemetik

Data diperoleh dari data primer yaitu kapasitas pemetik (dalam kg) dalam satu hari. Data ini diperoleh dari keseluruhan tenaga pemetik dalam satu kemandoran. 4. Analisis petikan dan analisis pucuk

Analisis petikan ialah pemisahan pucuk yang didasarkan pada jenis pucuk yaitu petikan halus, medium dan kasar. Analisis pucuk dilakukan dengan mengelompokkan pucuk yang memenuhi syarat (MS) dan yang tidak memenuhi syarat (TMS). Diambil sampel 200 gram dari setiap kemandoran. Data pengamatan akan dikumpulkan selama pelaksanaan kegiatan pemetikan.

5. Produksi setelah pangkas

(19)

6. Sistem Upah dan Premi Pemetikan

Data yang diambil yaitu sistem pengupahan dan premi serta jumlah/besaran upah dan premi berlaku di perkebunan.

Dari data-data di atas pembahasan akan diarahkan kepada perbedaan produktivitas pemetik berdasarkan :

• Usia. Usia dikelompokkan menjadi dua, yaitu usia 15-45 tahun dan pemetik dengan usia ≥ 45 tahun

• Latar belakang pendidikan. Latar belakang pendidikan dikelompokkan menjadi tidak tamat sekolah dasar (TTSD) dan lulusan sekolah dasar (SD)

• Pengalaman kerja. Pengalaman kerja dikelompokkan menjadi pemetik yang bekerja selama ≤ 10 tahun dan > 10 tahun

Selain itu akan dilihat juga penggunaan tenaga kerja berdasarkan umur setelah pangkas yang dihubungkan dengan tingkat produktivitas tenaga kerja.

Pengolahan Data

Data produktivitas pemetik yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji

t-student dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

2

Sp : Simpangan baku gabungan

Nilai berbeda nyata apabila thit>ttabel dan tidak berbeda nyata apabila

thit<ttabel dimana Nilai ttabel diperoleh dari nilai sebaran t pada taraf 5% dan derajat

(20)

KEADAAN UMUM

Sejarah Perkebunan

PT Perkebunan Tambi merupakan perusahaan swasta. Dari pertama kali didirikan, PT Perkebunan Tambi mengalami beberapa perubahan dalam hal kepemilikan. Pada Tahun 1865 perusahaan ini dimiliki oleh pemerintah Hindia Belanda dan disewakan kepada D.Van den Sluijs (kebun Tanjungsari) dan kepada W.D Jong (kebun Tambi dan Bedakah). Tetapi pada bulan Maret tahun 1865, perusahaan ini dibeli dan berpindah kepemilikan kepada Mr.P.Van den Berg, A.W Holle dan Ed.Yacobson yang kemudian dijadikan perusahaan yang bernama

Bangelen Thee en Kina Maattchappij.

Perusahaan ini dikuasai Jepang pada saat PD II dan beberapa kali diubah namanya menjadi SKK (Sai Bai Kigyo Kodan) yang kemudian menjadi SKR (Sai Bai Kigyo Rengokoi) yang berada di Semarang. Tetapi setelah Indonesia merdeka, kebun Tambi, Bedakah dan Tanjungsari diambil alih oleh Pusat Perkebunan Negara (PPN) yang berkantor di Surakarta.

Pada tahun 1949 terjadi KMB di Den Haag yang dilanjutkan dengan acara penyerahan kedaulatan oleh Pemerintah Belanda kepada Pemerintah Indonesia. Hal ini berdampak pada perusahaan yang akhirnya dipindahtangankan kepada

Bangelen Thee en Kina Maattchappij (sebagai pemilik semula). Tetapi pada tahun 1951, para mantan pegawai PPN melanjutkan pengelolaan perusahaan ini karena usaha perkebunan sudah cukup lama tidak dilanjutkan oleh Bangelen Thee en Kina Maattchappij. Pengelolaan kebun ini dilegalkan dengan keluarnya SK Gubernur Jawa Tengah pada tanggal 8 Juni 1952.

PT NV Eks PPN Sindoro Sumbing (yang didirikan oleh mantan pegawai PPN) mengadakan kegiatan jual beli dari Bangelen Thee en Kina Maattchappij

(21)

yang modalnya 50 % dari PT NV Eks PPN Sindoro Sumbing dan 50 % dari Pemerintah Daerah.

PT Perkebunan Tambi memiliki kebun yang berjauhan. Untuk mengatasi biaya transportasi yang besar maka PT Perkebunan Tambi membangun tiga Unit Perkebunan yaitu Unit Perkebunan (UP) Tambi, UP Bedakah dan UP Tanjungsari. Namun pada tahun 1981, UP Tanjungsari sudah tidak melakukan kegiatan pengolahan sendiri dan pucuknya diolah di UP Tambi dan Bedakah. Tiap-tiap Unit Perkebunan ditempatkan kantor perwakilan yang mempunyai hak otonomi untuk mengurus rumah tangga UP sendiri. Untuk memudahkan koordinasi antar Unit Perkebunan dan memudahkan hubungan kerjasama dengan para relasi maka kantor Direksi dibangun di pusat kota Wonosobo, tepatnya di Jalan Tumenggung Jogonegoro nomor 39.

Letak Administratif

Kantor induk Unit Perkebunan Tambi terletak di Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. UP Tambi berada pada ketinggian 1 000–2 100 meter di atas permukaan laut (m dpl). Jarak yang ditempuh untuk mencapai Unit perkebunan ini yaitu ± 16 km dari kota Wonosobo ke arah Utara dan di lereng sebelah barat Gunung Sindoro. Unit Perkebunan Tambi terbagi menjadi empat blok yang letaknya terpisah yaitu :

− Blok Taman terletak di Desa Tambi, Kecamatan Kejajar dengan ketinggian 1 300-1 500 meter dari permukaan laut (m dpl)

− Blok Pemandangan terletak di Desa Sigedang, Kecamatan Kejajar dengan ketinggian 1 500-2 100 m dpl

− Blok Tanah hijau terletak di Desa Jengkol, Kecamatan Garung dengan ketinggian 1 000-1 250 m dpl

− Blok Panama terletak di Desa Tlogo, Kecamatan Garung dengan ketinggian tempat 1 250-1 500 m dpl.

Keadaan Tanah, Topografi, dan Iklim

(22)

0-45 %. Curah hujan selama 10 (sepuluh) tahun terakhir (1998-2008) berkisar antara 2 385-3 187 mm dengan rata-rata 2 929.82 mm per tahun dan hari hujan berkisar 113-215 hari dengan rata-rata 159.1 hari per tahun. Rata-rata bulan kering 2.5 dan rata-rata bulan basah 7.7. Tipe iklim berdasarkan curah hujan menurut Schmidth Ferguson adalah tipe B. Data curah hujan selama sepuluh tahun terakhir dapat dilihat pada Lampiran 4. Suhu udara di UP Tambi berkisar antara 15-23 0 C dengan kelembaban udara 85-90 %.

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

Luas keseluruhan areal Unit Perkebunan Tambi pada tahun 2009 adalah 273.17 ha dengan luas areal Tanaman Menghasilkan 247.55 ha. Tanaman menghasilkan terdiri dari dua areal yaitu Tanaman Tua Menghasilkan (TTM) dan Tanaman Muda Menghasilkan (TMM). Luas areal Tanaman Tua Menghasilkan (TTM) yaitu 71.68 ha dan luas areal Tanaman Muda Menghasilkan (TMM) yaitu 175.87 ha. Sisa areal lahan terbagi untuk agrowisata, emplasment, jalan besar, alur jurang dan lapangan. Data penggunaan lahan Unit Perkebunan Tambi tahun 2009 disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Penggunaan Lahan di UP Tahun 2009

No Uraian Luas Areal (ha)

A. Tanaman Teh

1 Tanaman Tua Menghasilkan (TTM) 71.68 2 Tanaman Muda Menghasilkan (TMM) 175.87

Jumlah A 247.55

Sumber : RKAP Unit Perkebunan Tambi Tahun 2009

Keadaan Tanaman dan Produksi

(23)

Kiara, dan variertas klon lokal yaitu Tambi Merah (TB Merah). Unit Perkebunan Tambi termasuk ke dalam kebun dataran tinggi dengan populasi untuk jenis seedling rata-rata 8 000-10 000 tanaman per hektar dengan jarak tanam 130 cm x 90 cm atau tidak beraturan dan populasi untuk tanaman jenis klonal yaitu 11 000 tanaman per hektar dengan jarak tanam 120 cm x 75 cm.

Produksi pucuk basah Unit Perkebunan Tambi rata-rata selama kurun waktu lima tahun terakhir (2004-2008) mencapai 3 216 384 kg/tahun, produksi teh kering 659 455 kg/tahun dan produktivitasnya 2 972.17 kg/ha/tahun. Jika dibandingkan dengan PT Rumpun Saru Medini, Kendal, Jawa Tengah yang memiliki produktivitas teh kering 1 933 kg/tahun (Martlin, 2005) dan rata-rata produktivitas pekebunan swasta lain yang hanya berproduktivitas 980 kg/ha (Tabel 1) maka PT Perkebunan Tambi memiliki produktivitas yang lebih tinggi. Rincian produksi dan produktivitas teh yang telah dicapai dari tahun 2004-2008 dapat dilihat pada Tabel 4. Jangkauan pemasaran teh yang dihasilkan yaitu 80% untuk ekspor, 15 % untuk memenuhi kebutuhan perusahaan lain dan 5% untuk lokal. Pemasaran untuk ekspor meliputi Amerika Serikat, Kanada, Ukraina, Jerman, Rusia, India dan Jepang.

Tabel 4. Produksi dan Produktivitas Teh di UP Tambi Tahun 2004-2008

Tahun Luas TM

Sumber : Kantor Kebun Unit Perkebunan Tambi 2009

(24)

Tabel 5. Rencana dan Realisasi Produksi Pucuk Basah di UP Tambi Periode Januari-Mei 2009

Blok Produksi Pucuk Basah Pencapaian % Rencana (kg) Realisasi (kg)

Taman 367 000 288 507 78.61 Pemandangan 457 000 395 360 86.51 Tanah Hijau 236 000 206 073 87.32 Panama 423 000 308 343 72.89 Total 1 483 000 1 198 283 80.80

Sumber : Kantor Kebun Unit Perkebunan Tambi 2009

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Struktur Organisasi dan Personalia

Struktur Organisasi di Unit Perkebunan Tambi ditetapkan berdasarkan SK Direksi dengan penetapan jabatan-jabatan dalam setiap organisasi yang disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan perusahaan. Berdasarkan struktur organisasi, UP Tambi dipimpin oleh seorang Pimpinan UP yang diangkat oleh Direksi. Dalam pelaksanaan pekerjaannya, Pimpinan UP Tambi dibantu oleh kepala bagian kantor, kepala bagian kebun dan kepala urusan pabrik. Peraturan hak dan kewajiban karyawan terdapat dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang disepakati oleh pihak Direksi PT Perkebunan Tambi sebagai pihak pengusaha dan Korp Karyawan Tambi (KKT) sebagai wakil pekerja.

Adapun tanggung jawab dan fungsi masing-masing jabatan adalah sebagai berikut :

Pimpinan Unit Perkebunan

(25)

Kepala Bagian Kebun

Kepala Bagian Kebun bertanggung jawab kepada Pimpinan Unit Perkebunan. Dalam struktur organisasi, Kepala Bagiam Kebun membawahi Asisten Kepala Bagian Kebun. Fungsi dari Kepala Bagian Kebun yaitu memimpin, merencanakan, mengatur, mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan tugas bagian kebun Unit Perkebunan termasuk dalam kegiatan kebun lainnya dalam rangka mendukung usaha perusahaan dalam mencapai tujuan secara efisien dan efektif.

Kepala Bagian Pabrik

Kepala Bagian Pabrik bertanggung jawab kepada Pimpinan Unit Perkebunan. Kabag Pabrik membawahi Kepala Urusan Pengolahan, Kepala Seksi Teknik Pabrik dan Pelaksana Administrasi Pabrik. Fungsi Kabag Pabrik yaitu memimpin, merencanakan, mengatur, mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan tugas bagian pabrik termasuk dalam kegiatan dalam kegiatan pengolahan hasil kebun, dan kegiatan pabrik lainnya dalam rangka mendukung usaha perusahaan dalam mencapai tujuan secara efisien dan efektif.

Kepala Bagian Kantor

Kepala Bagian Kantor bertanggung jawab kepada Pimpinan Unit Perkebunan. Kabag Kantor membawahi Kepala Seksi Bendahara, Kepala Seksi Pembukuan, Kepala Seksi Arsip dan Kepala Seksi Keamanan. Kabag Kantor berfungsi memimpin, merencanakan, mengatur, mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan tugas kegiatan kantor Unit Perkebunan termasuk dalam kegiatan kantor lainnya dalam rangka mendukung usaha perusahaan dalam mencapai tujuan secara efisien dan efektif.

(26)

Tabel 6. Jumlah dan Komposisi Karyawan di UP Tambi Tahun 2009

Sumber : RKAP Unit Perkebunan Tambi Tahun 2009

Sistem Pengupahan

Berdasarkan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) pasal 18, gaji karyawan I dan karyawan II ditentukan oleh Direksi dengan mengacu pada Upah Minimum Kota (UMK). Untuk upah minimum karyawan II ditentukan berdasaskan UMK Wonosobo yaitu sebesar Rp 667 000.00/bulan. Sistem pengupahan karyawan borong berdasarkan upah borong per satuan dari setiap jenis pekerjaan yang diborongkan ditentukan dengan cara mengkalibrasi setiap jenis pekerjaan tersebut sehingga pekerja yang prestasinya normal dapat mencapai minimal sama dengan upah minimum karyawan II.

Berdasarkan PKB pasal 19, upah karyawan I dan II dibayarkan satu bulan sekali yaitu pada tanggal 3. Upah karyawan borong dibayarkan setiap sepuluh hari sekali, yaitu pada tanggal 3, 13, dan 23. Selain itu pada setiap awal bulan (biasanya tanggal 3), setiap karyawan I, karyawan II dan karyawan borong tetap, diberikan natura oleh perusahaan berupa teh. Jumlah dan jenis teh dibedakan berdasarkan jabatan masing-masing karyawan.

Kesejahteraan Karyawan

(27)
(28)

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Aspek teknis terbagi menjadi dua kegiatan yaitu aspek teknis kebun dan aspek teknis pabrik/pengolahan teh. Aspek teknis kebun terdiri dari kegiatan pembibitan, pemeliharaan tanaman menghasilkan dan pemetikan. Kegiatan pembibitan dilakukan di Unit Perkebunan Bedakah sedangkan di Unit Perkebunan Tambi saat ini tidak ada pembibitan.

Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan

Sejak tahun 2007, semua tanaman di Unit Perkebunan Tambi sudah termasuk dalam golongan tanaman menghasilkan (TM). Kegiatan pemeliharaan tanaman pun hanya difokuskan pada tanaman menghasilkan dengan tujuan agar tanaman tumbuh optimal dan dapat menghasilkan produksi yang tinggi. Kegiatan pemeliharaan tanaman menghasilkan terdiri dari kegiatan pengendalian gulma, pemupukan baik melalui tanah maupun daun, pengendalian penyakit, pemangkasan, dan konservasi tanah.

Pengendalian Gulma

Gulma adalah semua jenis tanaman yang mengganggu keberadaan pada budidaya tanaman utama. Tujuan pengendalian gulma yaitu untuk menekan pertumbuhan gulma yang menyebabkan kerugian bagi tanaman pokok (tanaman teh). Jenis gulma yang paling dominan tumbuh di Unit Perkebunan Tambi yaitu

Impatiens platypetala (pacar air), Ageratum conyzoides (wedusan/bandotan),

Erechtites valerianifolia (sintrong), Cyperus sp, Borerria alata (kentangan),

Chromolaena odorata (kirinyuh).

(29)

Pengendalian gulma dengan cara kimiawi dilaksanakan untuk seluruh nomor kebun tahun pangkas I-IV. Dalam satu tahun dilakukan dua kali aplikasi yaitu pada bulan Februari-Mei dan September-November. Herbisida yang digunakan yaitu herbisida yang bersifat kontak dan sistemik.

Herbisida kontak yang digunakan berbahan aktif paraquat dengan dosis 1.5 liter/ha. Herbisida kontak ini diaplikasikan pada tanaman dengan tahun pangkas III dan IV yang dilakukan 2 (dua) kali yaitu pada bulan Februari-Mei dan September-Oktober. Herbisida sistemik yang digunakan berbahan aktif glifosat dengan dosis 2 liter/ha. Herbisida sistemik ini diaplikasikan pada tanaman dengan tahun pangkas I dan II yang dilakukan 2 (dua) kali yaitu pada bulan Februari-April dan September-Oktober. Pengendalian dengan menggunakan herbisida sistemik dan kontak dilakukan pada 50 % dari luas total semester I dan 50 % dari luas total semester II.

Penulis melakukan kegiatan pengendalian gulma secara kimia di Blok Taman dan Tanah Hijau. Standar prestasi kerja yang berlaku di perusahaan yaitu 0.7 ha /HK. Prestasi kerja karyawan sebesar 0.78 ha/HK, sedangkan prestasi kerja penulis sebesar 0.4 ha/HK. Kegiatan pengendalian gulma secara kimia dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kegiatan Pengendalian Gulma secara Kimia

(30)

Pengendalian gulma dengan cara manual atau babad dilakukan untuk semua nomor kebun dengan tahun pangkas I-IV. Dalam satu tahun pengendalian gulma ini dilakukan hanya dua kali aplikasi yaitu pada bulan Januari-Maret dan Agustus-Oktober. Kegiatan ini dilakukan pada 50 % dari luas total semester I dan 50 % dari luas total semester II yang berselingan dengan pengendalian kimiawi (chemical weeding).

Penulis melakukan kegiatan pengendalian gulma secara manual di Blok Taman. Standar prestasi kerja yang berlaku di perusahaan yaitu 0.04 ha/HK. Prestasi kerja karyawan sebesar 0.04 ha/HK, sedangkan prestasi kerja penulis sebesar 0.01 ha /HK. Kegiatan pengendalian gulma secara manual dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Kegiatan Pengendalian Gulma secara Manual

Pemupukan

Pemupukan sangat diperlukan oleh tanaman. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan unsur-unsur hara yang diperlukan oleh tanaman dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pemupukan ini harus dilakukan dengan dosis, cara, waktu dan jenis yang tepat.

(31)

Pemupukan melalui tanah dilakukan dua kali aplikasi dalam satu tahun, yaitu pada semester I (Februari-Maret) dan semester II (Oktober-November). Penggunaan N pada kegiatan pemupukan sebesar 8 % dengan jenis pupuk yang digunakan adalah Urea (46 % N), Rock Phospate (30 % P205), KCl (60 % K20),

dan Kiserit (27 % MgO) dengan komposisi 5:1:2:0.5. Aplikasi per hektar untuk tahun pangkas I dan tahun pangkas IV adalah 90 % dan untuk tahun pangkas II dan tahun pangkas III adalah 110 % dari total bahan blok masing-masing.

Kegiatan pemupukan melalui tanah dilakukan dengan cara dibenamkan sekitar tanaman kurang lebih 20-25 cm dari pangkal batang perdu teh dengan kedalaman lubang pupuk 10-15 cm. Penempatan pupuk bergantian pada semester I dan semester II yaitu di depan dan di samping sejajar tanaman.

Penulis melakukan kegiatan pemupukan melalui tanah di Blok Taman, Pemandangan, Tanah Hijau dan Panama. Standar prestasi kerja yang berlaku di perusahaan yaitu 0.12 ha/HK. Prestasi kerja karyawan sebesar 0.086 ha/HK, sedangkan prestasi kerja penulis sebesar 0.025 ha /HK. Kegiatan pemupukan melalui tanah dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Kegiatan Pemupukan melalui Tanah

Pupuk daun yang digunakan adalah ZnS04, ZA, dan KCl. Dosis ZnS04

(32)

Penulis melakukan kegiatan pemupukan melalui daun di Blok Tanah Hijau. Standar prestasi kerja yang berlaku di perusahaan yaitu 1.152 ha/HK. Prestasi kerja karyawan sebesar 1.152 ha/HK, sedangkan prestasi kerja penulis sebesar 0.348 ha /HK. Kegiatan pemupukan melalui daun dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Kegiatan Pemupukan melalui Daun

Pengendalian Penyakit

Keberadaan penyakit tanaman teh sangat merugikan dan jika tidak dikendalikan dapat menurunkan produksi secara ekonomi. Maka dari itu pengendalian penyakit mendapatkan perhatian yang besar. Penyakit yang paling sering dijumpai di Unit Perkebunan Tambi ini yaitu penyakit cacar daun teh (Blister blight). Penurunan produksi yang diakibatkan oleh penyakit ini dapat mencapai 50 %.

(33)

stomata sedikit maka dapat mempertinggi ketahanan terhadap penyakit cacar contohnya pada klon Gambung, Tambi Merah, MPS, Cin 143, dll.

Pengendalian terhadap penyakit cacar daun teh dilakukan melalui dua cara yaitu cara mekanis/kultur teknis dan dengan cara kimiawi. Cara mekanis/kultur teknis dilakukan dengan pengendalian gulma, pemangkasan ranting dan cabang tanaman pelindung yang terlampau rimbun, pengaturan pemangkasan menjelang musim kemarau dan daur petik yang pendek.

Pengendalian secara mekanis dilakukan dengan menggunakan fungisida berbahan aktif tembaga hidroksida dengan dosis 0.2 kg/ha dan penggunaan air sebanyak 150 l/ha. Aplikasi dilakukan pada bulan Januari-April dan September-Desember. Pengendalian penyakit biasanya dilakukan bersamaan dengan pemupukan melalui daun. Alat yang digunakan yaitu mist duster/mist blower

berkapasitas 10-12 l. Penyemprotan dilakukan dengan memperhatikan sudut antara bidang petik tanaman teh dengan mulut semprot, dipertahankan 45 0 agar mist yang dihasilkan dapat mencapai jarak yang optimum dan dapat tersebar rata pada daun teh. Penyemprotan diusahakan tidak melawan arah angin. Penyemprotan dilakukan sehabis melakukan pemetikan dan batas maksimal 6 (enam) hari sebelum pemetikan kembali.

Penulis melakukan kegiatan pengendalian penyakit cacar di Blok Tanah Hijau. Standar prestasi kerja yang berlaku di perusahaan yaitu 1.152 ha/HK. Prestasi kerja karyawan sebesar 1.152 ha/HK, sedangkan prestasi kerja penulis sebesar 0.348 ha /HK.

Pemangkasan

(34)

Kegiatan pemangkasan dilakukan pada seluruh blok. Pada Blok Pemandangan kegiatan pemangkasan ini dilakukan 100 % pada semester I. Untuk Blok Taman, Panama dan Tanah Hijau 60-70 % pada semester I dan 30-40 % pada semester II.

Pelaksanaan pemangkasan di Unit Perkebunan Tambi dilaksanakan dengan cara mengelilingi sisi perdu searah jarum jam (tidak diizinkan setengah-setengah memangkas perdu). Ranting yang berdiameter kurang dari 1 cm dibuang atau diwiwil. Luka pangkas saling berhadapan ke dalam seperti mangkok, bagian tengah lebih rendah daripada tepi dengan luka pangkas membentuk sudut 45 0. Selain itucabang dengan arah melintang dihilangkan juga.

Penulis melakukan kegiatan pemangkasan selama lima hari di Blok Taman, Pemandangan, Tahan Hijau, dan Panama. Standar prestasi yang berlaku pada perusahaan yaitu 0.04 ha/HK. Prestasi karyawan yaitu sebesar 0.056 ha/HK sedangkan prestasi rata-rata mahasiswa yaitu 0.0054 ha/HK. Kegiatan pemangkasan dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Kegiatan Pemangkasan Bersih

Konservasi Tanah

(35)

Lubang Tadah. Kegiatan pembuatan lubang tadah disesuaikan dengan kemiringan/kontur lahan. Semakin miring lahan maka pembuatan lubang tadah semakin banyak. Tujuan dari pembuatan lubang tadah yaitu untuk menahan dan mengurangi laju air yang menyebabkan terkikisnya lapisan tanah (erosi).

Alat yang digunakan untuk membuat lubang tadah yaitu cangkul. Teknik pembuatan lubang tadah yaitu menggali tanah sedalam 25 cm dengan lebar sekitar 20 cm atau selebar cangkul. Panjang dari pembuatan lubang tadah ini menyesuaikan dari panjang barisan tanaman. Pembuatan lubang tadah ini biasanya setiap 8 baris. Tetapi jika lahan semakin miring, pembuatan lubang tadah dapat dibuat setiap 2-4 baris tanaman. Pembuatan lubang tadah ini dilakukan pada semua blok dengan luasan 61.79 ha (pada lahan yang baru selesai dipangkas). Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan pada bulan Februari-Maret dan Oktober-November.

Mahasiswa melakukan kegiatan pembuatan lubang tadah pada Blok Panama. Standar prestasi yang berlaku pada perusahaan yaitu 0.04 ha/HK Prestasi karyawan yaitu sebesar 0.04 ha/HK sedangkan prestasi mahasiswa yaitu 0.01 ha/HK. Gambar lubang tadah dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Lubang Tadah

(36)

dan unsur organik tetap pada lahan tersebut. Ukuran tinggi guludan yaitu sekitar 60 cm.

Mahasiswa melakukan kegiatan pembuatan guludan pada Blok Panama. Standar prestasi yang berlaku pada perusahaan yaitu 0.04 ha/HK. Prestasi karyawan yaitu sebesar 0.04 ha/HK sedangkan prestasi mahasiswa yaitu 0.01 ha/HK. Kegiatan pembuatan guludan dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Kegiatan Pembuatan Guludan

Porokan. Kegiatan porokan dilakukan empat tahun sekali pada lahan yang baru dipangkas. Tujuan dari kegiatan porokan ini adalah untuk menggemburkan tanah. Pembuatan porokan dilakukan di setiap baris tanaman dan sela-sela tanaman. Alat yang digunakan untuk membuat porokan yaitu garpu. Jenis porokan yang dilakukan yaitu porok ungkad. Pelaksanaan porok ungkad yaitu dilakukan dengan cara menancapkan garpu ke tanah, ditekan sampai batas atas garpu lalu mengangkat garpu ke arah atas tapi tidak sampai membalik tanah.

Mahasiswa tidak langsung melakukan kegiatan porokan tetapi hanya ikut mengawasi kegiatan pengawasan (ketika menjadi pendamping kepala blok). Kegiatan pengawasan porokan dilakukan di Blok Pemandangan.

Pohon Pelindung

(37)

penguapan air dari tanah dan daun. Selain itu fungsi pohon pelindung yaitu sebagai penahan angin, mengurangi radiasi sinar ultraviolet dan mengurang erosi.

Pohon pelindung ada dua macam yaitu pohon pelindung permanen dan pohon pelindung sementara. Pohon pelindung permanen diutamakan pada lahan yang masih kosong dan kurang tanaman pelindung. Contoh dari pohon pelindung permanen yaitu mintoa, segon, lamtoro, lamtoro merah, akasia dan saman. Pohon pelindung sementara mempunyai fungsi sebagai pupuk hijau. Penanaman pohon pelindung sementara pada lahan yang baru dilakukan pemangkasan dan pohon pelindung ini dapat dipangkas pada umur 1-2 tahun. Tanaman pelindung sementara yang digunakan di UP Tambi yaitu Crotalaria sp, Sisbania sp dan

Tephrosia sp. Pemeliharaan pohon pelindung dilakukan dengan cara merempel yaitu memotong cabang atau ranting yang berada di atas bidang petik.

Mahasiswa melakukan pemeliharaan pohon pelindung satu kali pada Blok Taman. Standar prestasi yang berlaku pada perusahaan yaitu 600 pohon/HK Prestasi karyawan yaitu sebesar 600 pohon/HK sedangkan prestasi rata-rata mahasiswa yaitu 100 pohon/HK. Mahasiswa tidak langsung melakukan penanaman pohon pelindung tetapi hanya ikut mengawasi saja. Mahasiswa mengawasi penanaman pohon pelindung sementara pada Blok Tanah Hijau.

Pemetikan

Pemetikan yaitu kegiatan pengambilan pucuk yang sudah memenuhi ketentuan atau syarat olah yang berada di atas bidang petik secara berkesinambungan. Tujuan kegiatan pemetikan ini yaitu membentuk kondisi tanaman agar mampu berproduksi tinggi secara berkelanjutan. Prinsip petik adalah produksi diperoleh secara optimal dengan kapasitas petik maksimal tanpa mengabaikan aspek kesehatan tanaman, mutu daun, dan produksi yang berkesinambungan.

Jenis Pemetikan

(38)

setelah pemangkasan. Tujuan pemetikan jendangan ini adalah memperluas bidang petik dan membentuk daun pemeliharaan. Pemetikan jendangan dilakukan jika 70 % areal telah memenuhi syarat untuk dijendang. Indikator yang bisa dijadikan patokan untuk dapat melakukan petik jendangan yaitu apabila pembentukan daun sekunder minimal 3 lembar dan tebal daun pemeliharaan minimal sekitar 15-20 cm dari luka pangkas. Siklus petik yang diterapkan untuk pemetikan jendangan adalah sekitar 6-8 kali pemetikan dengan siklus 6 hari, setelah itu dilanjutkan dengan pemetikan produksi.

Pemetikan produksi yaitu pemetikan yang dilakukan setelah pemetikan jendangan dengan pembentukan bantalan daun yang telah mencukupi sampai tanaman menjelang dipangkas kembali. Tujuan dari pemetikan produksi yaitu menghasilkan pucuk semaksimal mungkin. Berdasarkan rumus petik, petikan yang ditentukan oleh PT Perkebunan Tambi yaitu petikan medium dengan rumus p+2, p+3m, p+3, b+1m, b+2m, b+3m. Berdasarkan alat yang digunakan, pemetikan yang digolongkan menjadi petik tangan (manual) dan petik gunting. Kegiatan pemetikan dengan gunting dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Kegiatan Pemetikan dengan Gunting

Jenis Petikan

(39)

p+3m, p+3, b+1m, dan b+2m. Rumus petikan kasar yaitu p+4, p+5, b+1, b+2, b+3 dan seterusnya.

Standar petikan yang diterapkan oleh Unit Perkebunan Tambi adalah petikan medium. Petikan medium diterapkan oleh perusahaan karena petikan ini menghasilkan kualitas teh yang baik dengan kuantitas yang cukup tinggi. Perusahaan tidak menerapkan petikan halus karena walau kualitas yang dihasilkan sangat baik tetapi kuantitasnya rendah, sedangkan petikan kasar menghasilkan kualitas yang rendah. Kedua petikan tersebut tidak sesuai dengan prinsip perusahaan yang berorientasi bisnis. Persentase yang dikehendaki yaitu 70 % petikan medium, 5 % petikan halus, 15 % petikan kasar dan 10 % lembaran/tangkai (petikan rusak).

Siklus Petik

Siklus petik yaitu jangka waktu dari saat pemetikan ke pemetikan yang berikutnya (jangka waktu antar dua gilir pemetikan) pada suatu areal kebun yang dinyatakan dalam hari. Siklus petik dipengaruhi oleh klon, kesuburan tanah, kesuburan tanaman, iklim, cuaca, umur tanaman setelah pangkas, dan ketinggian tempat. Dari kombinasi faktor-faktor tersebut maka dapat ditentukan siklus petik pada suatu areal kebun.

Siklus petik di Unit Perkebunan Tambi berbeda-beda untuk setiap blok. Blok Taman dan Pemandangan melaksanakan siklus petik 12-15 hari sekali. Hal ini dikarenakan pertumbuhan pucuk pada kedua blok lebih lambat dibandingkan blok lain. Pada blok Pemandangan, siklus petik bisa mencapai 15 hari jika hanca tidak terjangkau. Blok Tanah Hijau dan Panama melaksanakan siklus petik 9-12 hari. Pengaturan siklus petik ditentukan oleh mandor petik.

Hanca Petik

(40)

Tabel 7. Hubungan Antara Luas Areal Petik, Jumlah Pemetik dan Rasio

Sumber : Diolah dari data Kantor Kebun Unit Perkebunan Tambi 2009

Untuk mengetahui luas areal yang dapat diselesaikan Unit Perkebunan Tambi dan hanca pemetik dalam satu hari, maka dapat menggunakan perhitungan sebagai berikut :

Luas areal/hari = Luas Areal Produktif Siklus petik+1

Berdasarkan perhitungan hanca petik di atas, diketahui bahwa hanca petik per hari yang harus diselesaikan Unit Perkebunan Tambi adalah 19.04 ha. Jika dihubungkan dengan jumlah pemetik, maka diketahui bahwa hanca petik per pemetik yaitu seluas 0.085 ha.

Kapasitas Pemetik

(41)

Tabel 8. Kapasitas Pemetik Rata-rata di UP Tambi Bulan Januari-Mei Tahun 2009

Bulan Kapasitas Pemetik (kg/HK) Rata-rata Taman Pemandangan Tanah

Sumber : Kantor Pabrik Unit Perkebunan Tambi 2009

Mahasiswa melakukan kegiatan pemetikan sebanyak 14 (empat belas) kali. Kegiatan sebagai pemetik ini dilakukan di Blok Taman, Pemandangan, Tanah Hijau, dan Panama. Kapasitas petik rata-rata yang diperoleh mahasiswa yaitu 8 kg/HK. Kapasitas petik ini lebih kecil dibandingkan standar kapasitas petik yang berlaku yaitu 55 kg/HK. Hal ini dikarenakan mahasiswa kurang berpengalaman dan belum terampil dalam melakukan kegiatan pemetikan.

Sistem Pemetikan

Sistem pemetikan yang diterapkan di Unit Perkebunan Tambi adalah sistem hanca petik. Sistem hanca petik ini dibagi menjadi sistem hanca petik kelompok dan sistem hanca petik individu. Sistem hanca petik kelompok maksudnya pemetik dibagi-bagi menjadi beberapa kelompok dan setiap kelompok akan dibagi areal petik yang harus diselesaikan. Sistem hanca petik kelompok individu maksudnya sama dengan sistem sawahan kelompok tetapi di dalam kelompok akan dibagi lagi areal petik per individu, sehingga setiap individu mempunyai tanggung jawab areal masing-masing. Sistem hanca petik kelompok dilaksanakan pada Blok Panama, sedangkan sistem hanca petik kelompok individu diterapkan pada Blok Taman, Pemandangan, dan Tanah Hijau.

(42)

hal itu akan merugikan pemetik sendiri. Kerugian dari sistem ini yaitu mandor pemetikan harus lebih teliti dalam pengawasan karena letak areal petik yang diawasi tersebar.

Pelaksanaan Pemetikan

Sebelum melaksanakan kegiatan pemetikan, yang harus dilakukan adalah menyiapkan peralatan pemetikan. Peralatan yang digunakan untuk kegiatan pemetikan yaitu sramben/celemek plastik, sepatu boot, junak/keranjang, waring lembar, waring kantong dan gunting petik. Pada saat pemetikan, pemetik menggendong keranjang berkapasitas 5 kg untuk menyimpan pucuk dan keranjang tidak boleh disimpan di atas perdu teh. Jika keranjang sudah penuh, maka pucuk segera dipindahkan ke waring lembar. Jika pucuk akan dibawa ke pabrik maka pucuk dipindahkan ke waring kantong.

Waktu pelaksanaan kegiatan pemetikan yaitu pukul 06.00-12.00 WIB. Jika pucuk di lapangan sedang tipis maka kegiatan pemetikan dilakukan pada pukul 06.00-10.00 WIB. Jika pucuk di lapangan sedang melimpah maka kegiatan pemetikan dilakukan pukul 06.00-15.00 WIB atau pun bisa lebih tergantung dari kondisi pucuk di lapangan. Setiap kegiatan pemetikan, luas areal yang telah direncanakan untuk dipetik harus benar-benar diselesaikan. Hal ini untuk menghindari pucuk yang terlambat dipetik (kaboler), hanca dan siklus petik yang tidak teratur serta perkembangan hama dan penyakit yang dapat merugikan kualitas pucuk.

(43)

Pada kegiatan pemetikan, pucuk/daun yang dipetik yaitu yang telah manjing dan pucuk burung diatas bidang petik harus bersih. Hal yang dilarang untuk dilakukan ketika sedang melakukan pemetikan yaitu memetik pucuk yang belum manjing dan peko atau burung yang berada di bawah bidang petik (merogoh), menggenggam pucuk dalam kepalan tangan terlalu lama dan menjejalkan pucuk dalam junak/keranjang. Jalannya kegiatan pemetikan harus sesuai dengan kontur barisan tanaman dan dilakukan dari barisan paling bawah/ paling jauh dari tempat penimbangan hasil (TPH).

Analisis Petikan

Analisis petikan adalah mengelompokkan pucuk hasil pemetikan berdasarkan rumus petik sesuai klasifikasi yang ditentukan dan dinyatakan dalam persen (%). Analisis petikan dilakukan di kebun. Tujuan dilakukan analisis petikan yaitu mengetahui keterampilan pemetik, kondisi kebun, peramalan jadwal petik dan mutu hasil akhir.

(44)

Tabel 9. Persentase Analisis Petikan pada Setiap Blok

Sumber : Pengamatan langsung di Lapang

Penimbangan dan Perlakuan Pucuk Basah di Kebun

Penimbangan pucuk basah dilakukan setelah truk pengangkut pucuk yang membawa waring kantong datang. Penimbangan dapat dilakukan 1-2 kali tergantung keadaan pucuk di lapang. Lokasi penimbangan diusahakan sedekat mungkin dengan lokasi pemetikan. Kegiatan penimbangan biasanya dilakukan di brak yaitu tempat khusus penimbangan pucuk di lapangan. Penimbangan dilakukan oleh juru timbang dan pendapatan/kapasitas pemetik ditulis di klat petik oleh mandor pemetikan.

Pucuk dari waring lembar dipindahkan ke waring kantong. Waring kantong diisi maksimal 25 kg karena jika lebih dari itu pucuk menjadi rusak. Setelah diisi, waring kantong diletakkan di tempat teduh untuk menghindari sinar matahari (sambil menunggu giliran ditimbang). Waring kantong yang telah terisi dilarang untuk disiram air, ditumpuk dan diduduki.

Pengangkutan Pucuk ke Pabrik

(45)

ada barang lain atau orang yang berada di atas truk selain petugas yang diperkenankan. Setelah selesai menyusun waring, maka atas truk ditutup terpal untuk menghindari sinar matahari langsung.

Pengolahan Pucuk Teh

Produk yang dihasilkan oleh Unit Perkebunan Tambi adalah teh hitam. Teh hitam diolah melalui fermentasi. Sistem pengolahan yang dilakukan adalah sistem pengolahan teh hitan ortodox rotorvane. Pengolahan teh hitan ortodox rotorvane maksudnya teh hitam diolah melalui proses pelayuan, penggilingan, fermentasi (oksidasi enzimatis), pengeringan, sortasi kering hingga terbentuk teh jadi yang kemudian dapat dilakukan pengepakan.

Penerimaan Pucuk Segar dari Kebun

Sesampainya pucuk di pabrik, maka sesegera mungkin dilakukan penimbangan. Kegiatan penimbangan dilakukan oleh mandor pabrik. Tumpukan waring pada timbangan maksimal 5 waring. Setelah ditimbang waring dibongkar dan dimasukkan segera ke dalam bak pelayuan. Hasil timbangan ditulis pada klat penimbangan kemudian dihitung selisihnya dengan hasil penimbangan di kebun. Hasil penimbangan di pabrik biasanya lebih rendah dibandingkan hasil penimbangan di kebun karena kandungan air dalam pucuk teh menurun akibat proses penguapan selama berada dalam truk. Standar selisih bobot pucuk dari kebun ke pabrik yaitu ± 2 %. Selisih timbangan bobot pucuk di kebun dan di pabrik disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Selisih Timbangan Bobot Pucuk di Kebun dan di Pabrik pada Bulan Januari-Mei 2009

Bulan Bobot Pucuk Selisih

(%) Kebun Pabrik

Januari 172 883 169 541 1.93

Februari 235 320 230 807 1.91

Maret 300 492 294 799 1.89

April 167 634 164 848 1.66

Mei 341 535 338 288 0.95

Jumlah 1 217 864 1 198 283 1.60

(46)

Analisis Pucuk

Analisis pucuk yaitu pemisahan pucuk muda dan tua berdasarkan kriteria memenuhi syarat olah (MS) dan tidak memenuhi syarat olah (TMS) yang dinyatakan dalam persen. Tujuan analisis ini adalah untuk menilai kondisi pucuk daun teh yang akan diolah dan memperkirakan persentase mutu teh yang akan dihasilkan. Selain itu tujuan dari analisis pucuk yaitu menentukan premi pemetik dan menentukan apakah pemetik layak mendapatkan premi atau tidak. Analisis pucuk yang baik dan merupakan syarat pemetik mendapatkan premi yaitu pucuk yang memenuhi syarat olah (MS) > 50 %.

Pengambilan sampel pucuk yang akan dianalisis segera setelah pucuk dari blok kebun dibeber di kotak pelayuan dengan cara mengambil dari sepuluh tempat secara acak dengan cara tangan masuk ke dalam hamparan pucuk dan diangkat dari dalam/bawah ke atas. Sampel yang sudah terambil dicampur secara merata. Dari sampel tersebut, diambil pucuk sebanyak 200 gram untuk dianalisis. Jumlah sampel dihitung dengan kelipatan 500 gram (setiap 500 kilogram pucuk, 1 sampel=200 gram).

Analisis pucuk dilakukan dengan cara menimbang 200 gram pucuk dengan kelipatan 500 kg untuk setiap penimbangan. Pucuk-pucuk tersebut dipisahkan berdasarkan pucuk yang memenuhi syarat olah (MS) (p+1, p+2, p+3, b+1m, b+2m dan b+3m) dengan pucuk yang tidak memenuhi syarat olah (TMS) (b+1, b+2, b+3, lembaran dan tangkai) berdasarkan rumus petik medium dan tanpa melihat kerusakan pucuk. Kegiatan selanjutnya yaitu menimbang bagian pucuk yang memenuhi syarat olah maupun yang tidak memenuhi syarat olah secara terpisah dan dinyatakan dalam persen (%). Pucuk yang terserang penggulung daun dan penggulung pucuk, tidak ikut dianalisis.

(47)

produksi pucuk untuk setiap blok kebun kemudian dibagi jumlah seluruh produksi pucuk Unit Perkebunan Tambi hari ini.

Kegiatan analisis ini dilakukan oleh dua orang tenaga analisis yang terampil. Analisis pucuk pada bulan Februari-Mei 2009 disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Analisis Pucuk Rata-rata Bulan Februari-Mei 2009 di UP Tambi

Blok Februari Maret April Mei MS TMS MS TMS MS TMS MS TMS Taman 53.43 46.57 51.99 48.01 52.47 47.53 51.70 48.3 Pemandangan 48.83 51.17 50.75 49.25 50.31 49.69 53.25 46.75 Tanah Hijau 48.69 51.31 44.89 55.11 50.94 49.06 50.77 49.23

Panama 50.42 49.58 46.42 53.58 51.90 48.10 50.39 49.61 Rata-rata 50.64 49.36 48.45 51.55 51.26 48.74 51.56 48.44

Sumber : Kantor Pabrik Unit Perkebunan Tambi 2009

Pelayuan

Setelah pucuk selesai ditimbang, segera pucuk tersebut dibawa ke tempat pelayuan untuk dilakukan proses selanjutnya. Tujuan dari pelayuan yaitu untuk menguapkan sebagian kandungan air pucuk sehingga daun menjadi lentur, dan lemas serta mudah untuk digiling dan mendapatkan aroma segar pucuk layu. Peralatan yang digunakan yaitu Withering Through (WT) berukuran 24mx1.8mx1m berkapasitas 1300-1500 kg (berjumlah 17 WT), Thermometer dry-wet, mesin pemanas/Heat Excharger (HE), Hot Air Ducting, Fan dan alat kebersihan.

Hal yang pertama dilakukan adalah pembeberan pucuk setelah dari kebun secara merata dengan ketebalan 30 cm-45 cm dan kemudian dialirkan udara segar dengan suhu optimal 27 0 C dan kelembaban 60-75 %. Tujuan dialirkan udara segar yaitu untuk menghilangkan panas dan air pada pucuk dan bau asing.

(48)

menjadi 4 (empat) shift yaitu shift I jam 05.00-13.00 WIB, shift II jam 09.00-17.00 WIB, shift III jam 09.00-17.00-24.00 WIB dan shift IV jam 24.00-07.00 WIB.

Kegiatan yang dilakukan setelah pucuk layu yaitu turun layu. Kriteria pucuk yang akan di turunkan yaitu pucuk daun telah berwarna hijau kekuning-kuningan, tangkai daun bisa dilenturkan tidak patah dan jika dikepal tidak cepat merekah dan mamberi aroma yang khas.

Penggilingan

Proses selanjutnya setelah dilakukan pelayuan yaitu kegiatan penggilingan. Kegitan penggilingan bertujuan untuk pememaran pucuk dan pemerasan cairan sel, pembentukan kenampakan serta membentuk fisik teh menggulung. Kegiatan penggilingan ini berlangsung ± 60 menit sampai sebelum bubuk diangkut ke ruang fermentasi. Alat yang digunakan yaitu Open Top Roller

(OTR), Rotor Vane (RV), Rotary Roll Breaker (RRB), Press Cap Roller (PRC),

Ghoogi, exhaus fan, termometer dry-wet, air humidifier, conveyor, dan alat kebersihan.

Kegiatan yang pertama dilakukan adalah proses penggulungan dengan mesin OTR berkapasitas 350-375 kg. Tujuan dari kegiatan ini adalah menggulung dan memecah sel pada pucuk teh layu. Kegiatan ini berlangsung selama ± 10 menit dengan suhu ruang giling tidak lebih dari 25 0 C (± 21-24 0 C) dan kelembaban pada kisaran 90-95 %. Hasil olahan OTR diangkut ke RV dan PCR.

(49)

Ghoogi ada dua yaitu bubuk IV dan Badag. Hasil dari proses ini dimasukkan ke baki dan disusun di dalam trolly untuk kemudian dimasukkan ke ruang fermetasi.

Oksidasi Enzimatis/Fermentasi

Fermentasi dilakukan setelah proses penggilingan. Tujuan dari proses ini adalah untuk menghasilkan warna, aroma dan rasa teh yang prosesnya dibantu oleh enzim polifenol oxidase. Peralatan yang digunakan untuk kegiatan ini adalah baki, trolly, air humidifier, termometer dan alat kebersihan.

Setelah bubuk teh keluar dari mesin RRB, kemudian disusun dalam baki maka selanjutnya disimpan di ruang fermentasi. Air humidifier dijalankan hingga suhu mencapai ± 21-22 0 C dengan kelembaban lebih dari 90 %. Proses fermentasi memakan waktu 60-70 menit. Bubuk yang telah difermentasi diangkut ke ruang pengeringan.

Pengeringan

Pengeringan dilakukan setelah proses fermentasi. Tujuannya untuk menghentikan aktivitas enzim dan menurunkan kadar air hingga mencapai 3-4 %. Hal ini dilakukan agar teh kering tahan lama dalam penyimpanan. Peralatan yang digunakan yaitu two circuit dryer berkapasitas 250 kg/jam, three circuit dryer

berkapasitas 300 kg/jam, baki, burner, termometer inlet dan outlet, Heat Excharger (HE) dan alat kebersihan.

Kegitan yang pertama dilakukan adalah menyalakan burner 45 menit sebelum kegiatan pengeringan dilakukan, lalu mengatur kecepatan trays 20-25 menit (lamanya pengeringan). Selanjutnya memasukkan bubuk sesuai jadwal ketika suhu inlet telah mencapai 95-100 0 C. Memasukkan bubuk teh ke mesin sebanyak dua baki dan jika habis diisi dua baki lagi dan begitu seterusnya. Bubuk 2 dan bubuk 3 dimasukkan ke mesin two circuit dryer dan bubuk badag dimasukkan ke mesin three circuit dryer. Ketika teh kering keluar suhunya (suhu outlet) 45-50 0 C.

(50)

20-25 menit. Bubuk hasil pengeringan ditransportasikan ke ruang penjenis/sortasi.

Sortasi

Sortasi kering dilakukan setelah proses pengeringan. Kegiatan sortasi bertujuan untuk memisahkan, membersihkan dan memurnikan grade teh dari partikel benda lain. Selain itu sortasi berfungsi untuk menyeragamkan bentuk, ukuran dan warna masing-masing grade, memisahkan teh kering menjadi beberapa grade sesuai dengan standar perdagangan teh dan membersihkan teh dari serat, tangkai, debu dan bahan lain.

Peralatan yang digunakan memiliki fungsi berbeda masing-masing yaitu :

Bubble Tray berfungsi untuk memisahkan partikel yang memanjang dan berbentuk butiran bulat.

Vibro Screen berfungsi untuk meratakan partikel teh.

Vibrek berfungsi untuk mengangkat serat dan partikel yang ringan.

Chota berfungsi untuk memisahkan partikel teh berdasarkan ukuran standar atau sesuai dengan jenisnya.

Crusher berfungsi untuk menggerus partikel teh menjadi lebih kecil ukurannya.

Winnower berfungsi untuk memisahkan teh dari bagian benda asing atau teh kering yang berat dan ringan.

− Alat kebersihan untuk membersihkan teh yang berserakan hasil sortasi.

Jenis teh yang dihasilkan di Unit Perkebunan Tambi terbagi menjadi tiga grade, yaitu :

− Grade I : PS, BPS, BOP, BOPF, PF, DUST, BP, BT, dan BM.

− Grade II : PF II, DUST II, BP II, BT II, BM II.

− Grade III : DUST III, BM III dan BOHEA.

Pengepakan/Pengemasan

(51)

dalam transportasi baik lokal mapun ekspor, efisien dalam penyimpanan di gudang dan sebagai alat promosi. Peralatan yang digunakan yaitu tea bin,

papersack, karung bagor, plastik, kardus kemasan, lem, alas kayu, shrink tunnel

dan itochi.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengemasan yaitu untuk partai besar (ekspor atau lokal), barang harus sama dengan contoh yang telah disepakati dan sesuai dengan jenis teh. Kemasan yang digunakan bebas dari racun dan kedap air serta kadar air tidak lebih dari 6 %. Marking atau label sesuai dengan ketentuan dan memperhatikan instruksi dari pembeli mengenai pengepakan. Selain itu karena teh merupakan produk yang higroskopik (mudah menyerap bau), maka kemasan yang digunakan berlapis-lapis, tidak boleh menyentuh dinding serta diberi alas palet.

Pengujian Mutu Teh

Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui mutu teh yang dihasilkan pada setiap proses. Alat yang digunakan adalah :

− Timbangan dengan standar anak timbangan 2.84 gram dan 5.68 gram

− Ketel biasa/ketel listrik untuk mendidihkan air

− Kompor gas/listrik

− Timer

− Cangkit seduhan dengan tutup (ukuran 140 cc atau 280 cc) terbuat dari porselen berwarna putih

− Mangkok seduhan (bowl) berwarna putih terbuat dari porselen

− Meja analisis

− Alas berwarna putih

− Ember penampungan ludah beroda (spiton)

− Sendok seduhan berwarna putih dari porselen

− Saringan teh mesh 60

− Kain Lap kering

(52)

Cara pengujian yang pertama yaitu mempersiapkan alat dan bahan sesuai kebutuhan. Timbang teh 5.68 gram. Masukkan dalam cangkir lalu seduh, tunggu lima menit, kemudian tuangkan ke dalam mangkok dengan cara disaring dengan saringan teh mesh 60. Kemudian diamati warna air seduhan, diuji rasa dan aromanya, dan diamati juga ampas seduhannya. Setelah itu mengamati kenampakan bentuk dan ukuran di atas alas berwarna putih. Selanjutnya menipiskan tebaran teh untuk lebih mempertajam pengamatan terhadap keragaman.

Aspek Manajerial

Kegiatan yang dilakukan Mahasiswa setelah menjadi KHL, yaitu mengikuti kegiatan manajerial pada tingkatan tertentu. Kegiatan manajerial yang dilakukan adalah pendamping Mandor Pemeliharaan dan Petikan, pendamping Kepala Blok dan pendamping Asisten Kepala/Manajer Kebun. Adapun fungsi, tanggung jawab, wewenang dan tugas pokok masing-masing tahap manajemen adalah sebagai berikut :

Asisten Kepala Bagian Kebun

Asisten kepala bagian kebun (Askabagbun) bertanggung jawab kepada Kepala Bagian Kebun. Askabagbun membawahi Kepala Blok dan Pelaksana Administrasi Kebun. Fungsi Askabagbun adalah membantu Kepala Bagian Kebun dalam merencanakan, mengatur, mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas bagian kebun UP termasuk dalam pengelolaan kebun, lahan dan kegiatan kebun lainnya dalam rangka mendukung usaha perusahaan dalam mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Askabagbun berwenang mengambil keputusan semua hal yang berkaitan dengan kelancaran kegiatan pengelolaan kebun, lahan perkebunan, dan hal lain yang berkaitan dengan tugasnya sebagai pembantu Kepala Bagian Kebun, kecuali hal-hal prinsipil dan dapat mempunyai akibat yang luas harus mendapatkan persetujuan dari Kepala Bagian Kebun.

(53)

kerja, terget kerja, prioritas pekerjaan), mengawasi kelengkapan administrasi dan menjamin kebenaran laporan dibuatnya. Tugas Askabagbun juga menerima, memeriksa, mengkoordinasikan dan menyetujui laporan-laporan dari Kepala Blok dan Pembantu Pelaksana Adminstrasi Kebun antara lain, laporan kegiatan dan rencana petik dan pemeliharaan, laporan anggaran dan realisasi biaya kegiatan blok, laporan kas, bahan, barang, sarana, peralatan kerja, rekapitulasi pekerjaan administrasi kebun, dan laporan-laporan yang lain. Selain itu Askabagbun juga menyiapkan dan melaporkan/mengkonsultasikan kepada Manajer/Kepala Bagian Kebun dalam hal laporan kegiatan dan administrasi kebun dan laporan-laporan umum yang berkaitan dengan tugasnya.

Askabagbun di Unit Perkebunan Tambi berjumlah 1 orang yang baru diangkat pada bulan Mei 2009. Selain tugas-tugas pokok di atas, kegiatan yang dilakukan Askabagbun yaitu melakukan kontrol kebun secara rutin, berdiskusi, bertukar pikiran dan juga memberi saran serta melakukan transfer ilmu kepada bagian-bagian di bawahnya sehingga tujuan dan stabilitas kerja dapat tercapai.

Kepala Blok

Kepala blok bertanggung jawab kepada Asisten Kepala Bagian Kebun. Kepala Blok membawahi Mandor Pemetikan dan Pemeliharaan. Kepala Blok mempunyai fungsi merencanakan, mengatur, mengkoordinasikan, dan mengawasi pelaksanaan kegiatan pembibitan (jika ada), pemeliharaan, pemetikan dan pengelolaan suatu blok, termasuk dalam pengelolaan tenaga kerja, tanaman, lahan, dan kegiatan kebun lainnya, dalam rangka mendukung usaha perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan secara efektif dan efisien. Kepala Blok berwenang mengambil keputusan tentang semua hal yang berkaitan dengan kelancaran kegiatan pengelolaan suatu blok yang menjadi tanggung jawabnya, kecuali hal-hal yang prinsipil dan dapat mempunyai akibat yang luas harus mendapatkan persetujuan dari Askabagbun.

(54)

mengawasi pencapaian target hasil bloknya. Selain itu Kepala Blok mengerjakan laporan kegiatan kebun setiap hari yang dilaporkan kepada Askabagbun yang dengan format laporan pada Lampiran 5.

Kepala blok di Unit Perkebunan Tambi berjumlah 4 (empat) orang yang terdiri dari kepala blok Taman, Tanah Hijau, Pemandangan dan Panama. Kepala Blok melakukan pertemuan rutin dengan Askabagbun seminggu sekali yaitu hari jum’at setelah melakukan kegiatan senam untuk berkonsultasi dan membahas kendala-kendala yang sedang terjadi di blok.

Mandor Pemeliharaan

Mandor pemeliharaan bertanggung jawab kepada Kepala Blok. Mandor Pemeliharaan membawahi buruh/pekerja pemeliharaan. Fungsi dari Mandor Pemeliharaan adalah mengatur, mengkoordinasikan, dan mengawasi pelaksanaan kegitan pemeliharaan kebun, termasuk dalam pengelolaan tenaga kerja, lahan dan kegiatan pemeliharaan lainnya, dalam rangka mendukung usaha perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan secara efektif dan efisien. Mandor Pemeliharaan berwenang mengambil keputusan semua hal yang berkaitan dengan kelancaran kegitan pemeliharaan yang dilakukan dan dalam hal-hal yang prinsipil dan dapat mempunyai akibat yang luas harus mendapatkan persetujuan dari Kepala Blok.

Tugas pokok yang dilakukan Mandor Pemeliharaan yaitu memimpin, mengatur, mengarahkan, mengkoordinasikan, mengawasai tugas/pekerjaan buruh pemeliharaan dalam kegiatan di lapangan dan memberi petujuk dan saran kepada semua buruh di bawahnya. Selain itu tugas pokok yang dilakukan adalah mengawasi peralatan dan fasilitas kerja, pencapaian target hasil kerja dan juga membuat laporan presensi dan lembur, kegiatan pemeliharaan yang dilakukan dan laporan umum lain yang berkaitan dengan tugasnya.

(55)

Mandor Pemetikan

Mandor Pemetikan bertanggung jawab kepada Kepala Blok dan membawahi buruh pemetikan (pemetik). Fungsi Mandor Pemetikan yaitu mengatur, mengkoordinasikan, dan mengawasi pelaksanaan kegiatan pemetikan tanaman, termasuk dalam pengelolaan tenaga kerja, lahan dalam rangka mendukung usaha perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan secara efektif dan efisien. Mandor Pemetikan berwenang mengambil keputusan semua hal yang berkaitan dengan kelancaran kegitan pemetikan yang dilakukan dan dalam hal-hal yang prinsipil dan dapat mempunyai akibat yang luas harus mendapatkan persetujuan dari Kepala Blok.

Tugas pokok yang dilakukan oleh Mandor Pemetikan yaitu merencanakan, mengatur, melaksanakan, mengkoordinasikan, dan mengawasi kegiatan yang berhubungan dengan aktifitas pemetikan tanaman, baik jadwal waktu kerja, pembagian kelompok, sistematika kerja, dan mengawasi pencapaian target. Selain itu tugas pokok Mandor Pemetikan yaitu membuat laporan presensi, kegiatan pemetikan tanaman, administrasi dan permintaan barang, bahan, sarana, peralatan kerja, serta laporan umum yang berkaiatan dengan tugasnya.

Gambar

Tabel 6. Jumlah dan Komposisi Karyawan di UP Tambi Tahun 2009
Gambar 1.  Kegiatan Pengendalian Gulma secara Kimia
Gambar 2.  Kegiatan Pengendalian Gulma secara Manual
Gambar 3.  Kegiatan Pemupukan melalui Tanah
+7

Referensi

Dokumen terkait

The purposes of the study were to find out whether or not the TPRC is effective to teach reading comprehension and to find out whether there is any

Kemampuan pemecahan masalah matematika yang dimaksud dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai kemampuan siswa menggunakan pengetahuan yang sudah dimilikinya

Bedasarkan hasil analisis data asosiasi antara variabel persepsi kualitas dan loyalitas merek pada penelitian ini dapat diketahui bahwa sebagaian besar dari responden

Studi ini menyimpulkan bahwa gizi balita yang ren- dah, pemberian ASI yang tidak eksklusif, dan status ekonomi ibu yang ren- dah merupakan faktor-faktor risiko

Asam urat terbentuk dari hasil metabolisme ikatan yang mengandung nitrogen yang terdapat dalam asam nukleat yang disebut purin. Menurut alasan yang disapat dari penyelidikan

Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa metode yang digunakan oleh perusahaan tersebut dalam hal pengakuan pendapatan dan bebabn menggunakan metode titik

dapat disimpulkan bahwa adanya hamabatan yang besar bagi pendatang baru dan memiliki hubungan yang baik dengan pemasok dapat menjadi peluang bagi UD.Budi Veneer

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan perkembangan moral anak melalui cerita bergambar, dengan memerankan sikap moral yang baik menurut cerita,