PENGELOLAAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (
Camellia
sinensis
(L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN RUMPUN
SARI KEMUNING, PT SUMBER ABADI TIRTA SENTOSA,
KARANGANYAR, JAWA TENGAH
ANISA WINDHITA
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengelolaan Pemetikan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, PT Sumber Abadi Tirta Sentosa, Karanganyar, Jawa Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Anisa Windhita
ABSTRAK
ANISA WINDHITA. Pengelolaan Pemetikan Tanaman Teh (Camellia sinensis
(L.) O Kuntze) di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, PT Sumber Abadi Tirta Sentosa, Karanganyar, Jawa Tengah. Dibimbing oleh SUPIJATNO.
Kegiatan magang dilaksanakan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman teknis dan manajerial tanaman teh serta mempelajari aspek pemetikan. Kegiatan magang dilaksanakan di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Jawa Tengah pada bulan Februari sampai Juni 2014. Metode yang dilaksanakan selama kegiatan magang terbagi atas dua yaitu metode langsung dan tidak langsung. Metode langsung dilakukan secara aktif mengikuti dan mengamati kegiatan teknis di lapangan dan wawancara. Metode tidak langsung dilakukan dengan mengumpulkan laporan manajemen, arsip kebun dan jurnal penelitian teh. Hasil magang menunjukkan bahwa tinggi bidang petik, diameter bidang petik, tebal daun pemeliharaan, kapasitas pemetik, gilir dan hanca petik, dan sarana transportasi telah sesuai standar PPTK Gambung. Analisis petik dan analisis pucuk masih perlu peningkatan agar kuantitas dan kualitas pucuk yang optimal. Pemangkasan mesin lebih efektif daripada pemangkasan manual dinilai dari bobot brangkasan dan manajemen waktu. Produksi dan HOK masih memerlukan jumlah tenaga kerja dalam memenuhi target produksi.
Kata kunci: bobot brangkasan, pemetikan, Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, teh
ABSTRACT
ANISA WINDHITA. Management of Tea (Camellia sinensis (L.) O Kuntze) Plucking at Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, PT Sumber Abadi Tirta Sentosa, Karanganyar, Central Java. Supervised by SUPIJATNO.
Internship activities was conducted in order to improve knowledge, field experience, and to study tea management aspect which is related to tea plucking. Internship activities was conducted at Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Central Java from February until June 2013. Internship was conducted by direct and indirect methods. Direct method was conducted by doing and observing the field activity and interview actively. Indirect method was conducted by collecting management report, company archive and journal of tea research. Results showed that the height and diameter of pluck surface, maintenance foliage, the capacity of plucker, plucking round management and plucking area and transportation were complied to PPTK Gambung standart. The increase in supervision of plucking analysis and shoots analysis were really important to get an optimal quality and quantity of tea shoots. Machine pruning more effective than manual pruning related to weights of pruning and time management. Production and HOK still need more employee to reach production target.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura
ANISA WINDHITA
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2014
PENGELOLAAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (
Camellia
sinensis
(L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN RUMPUN
Judul Skripsi : Pengelolaan Pemetikan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, PT Sumber Abadi Tirta Sentosa, Karanganyar, Jawa Tengah
Nama : Anisa Windhita NIM : A24100129
Disetujui oleh
Dr Ir Supijatno, MSi Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Agus Purwito, MSc.Agr Ketua Departemen
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan berkah dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Kegiatan magang yang dilaksanakan sejak Februari sampai Juni 2013 berjudul Pengelolaan Pemetikan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O.
Kuntze) di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Jawa Tengah.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua, adik dan keluarga yang telah memberikan doa dan dukungannya. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada Dr Ir Supijatno M Si selaku dosen pembimbing skripsi, Dr Ir Ade Wachjar MS dan Dr Ani Kurniawati SP MSi selaku dosen penguji,
Prof Dr Ir M A Chozin MAgr selaku dosen pembimbing akademik, serta Bapak Sandy Soebakir dan Bapak Dwi Koranto sebagai pembimbing selama magang. Penghargaan juga disampaikan kepada Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning yang telah bersedia menerima penulis untuk melaksanakan kegiatan magang. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada teman-teman Edeilweiss AGH 47, Rumah Waras, Sahabat Kepik Detara Foundation dan Twisty atas doa dan kasih sayangnya.
Semoga skripsi ini bermanfaat, amin.
Bogor, September 2014
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN x
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Botani Teh 2
Pemetikan 3
Analisis Hasil Petikan 3
METODE MAGANG 4
Tempat dan Waktu 4
Pelaksanaan 4
Pengamatan dan Pengumpulan Data 5
Pengolahan Data 7
KEADAAN UMUM 8
Sejarah Umum Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning 8
Letak Geografi dan Letak Wilayah Administratif 9
Keadaan Tanah, Topografi dan Iklim 9
Luas Areal dan Tata Guna Lahan 10
Keadaan Tanaman dan Produksi 10
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 11
Sistem Pengupahan 11
Kesejahteraan Karyawan 11
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 12
Aspek Teknis 12
Aspek Manajerial 28
PEMBAHASAN 30
Bidang Petik 30
Bobot Brangkasan Daun Pangkas 31
Analisis Petik dan Analisis Pucuk 32
Gilir Petik 33
Hanca Petik 33
Tenaga dan Kapasitas Pemetik 34
Sarana Transportasi Pucuk 35
Produksi dan HOK Pemetik berdasarkan Umur Pangkas 35
SIMPULAN DAN SARAN 36
Simpulan 36
Saran 36
DAFTAR PUSTAKA 37
DAFTAR TABEL
1 Produksi dan produktivitas teh Unit Perkebunan Rumpun Sari
Kemuning tahun 2009-2013 10
2 Aplikasi fungisida dan insektisida berdasarkan jenis dan tingkat
serangan hama dan penyakit 15
3 Diameter bidang petik berdasarkan umur pangkas di Perkebunan Unit
Perkebunan Rumpun Sari Kemuning 19
7 Gilir petik di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning tahun 2014 21 8 Hanca petik di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning bulan
Januari-Mei 2014 21
9 Kapasitas pemetik di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning bulan
Januari-April 2014 22
10 Kapasitas pemetik berdasarkan usia pemetik di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning bulan Januari-April 2014 22 11 Kapasitas pemetik berdasarkan lama kerja pemetik di Unit
Perkebunan Rumpun Sari Kemuning bulan Januari-April 2014 22 12 Perbandingan jumlah pemetik di lapang dengan perhitungan
berdasarkan hasil perhitungan 23
13 Produksi dan HOK Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning tahun
2013 23
DAFTAR GAMBAR
1 Kegiatan pemupukan melalui tanah (a) dan daun (b) 12 2 Pengendalian gulma secara manual (a) dan kimiawi (b) 13 3 Serangan ulat penggulung pucuk (a), penggulung daun (b), dan
penyakit blister blight (c) 14
4 Kegiatan pemangkasan manual (a) dan pemangkasan mesin (b) 16 5 Alat petik ani-ani (a), waring (b), dan keranjang petik (c) 17 6 Kegiatan timbang di kebun (a) dan timbang di pabrik (b) 18 7 Tinggi bidang petik berdasarkan tahun pangkas di Unit Perkebunan
Rumpun Sari Kemuning pada tahun 2014 18
8 Tebal daun pemeliharaan berdasarkan tahun pangkas di Unit 19 9 Produksi dan HOK Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning pada
tahun 2013 24
10 Proses penghamparan pucuk teh (a) ; proses pelayuan pucuk teh ke dalam mesin (b); dan mesin pelayuan teh Rotary Panner(c) 24
11 Press Roll 25
13 Rotary Dryer (RD) 26
14 Ball Tea 27
15 Meksy Layer (a) dan Middle Ton (b) 27
16 Winnower 28
DAFTAR LAMPIRAN
1 Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas Unit
Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Karanganyar 39
2 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor PT
Rumpun Sari Kemuning I Karanganyar 40
3 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten kebun Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Karanganyar 41 4 Jurnal harian magang sebagai Pendamping Asisten Afdeling Unit
Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Karanganyar 42
5 Peta lokasi Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Karanganyar 43 6 Curah hujan dan hari hujan di Unit Perkebunan Rumpun Sari
Kemuning tahun 2004-2013 44
7 Luas areal dan tata guna lahan Unit Perkebunan Rumpun Sari
Kemuning Karanganyar tahun 2014 45
8 Luas Areal per blok Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning
Karanganyar 46
9 Struktur Organisasi Perusahaan Unit Perkebunan Rumpun Sari
Kemuning Karanganyar 49
10 Jumlah tenaga kerja di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning
Karanganyar bulan Mei 2014 49
11 Produksi Teh Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Tahun
2010-2013 50
12 Rencana dan Realisasi Produksi Unit Perkebunan Rumpun Sari
PENDAHULUAN
antioksidan). Teh merupakan salah satu dari komoditas perkebunan sebagai penyumbang devisa negara dan juga penyerap banyak tenaga kerja. Teh sebagai komoditas penyumbang devisa mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi negara. Indonesia menempati posisi ke sembilan negara eksportir teh dunia dengan nilai ekspor 166 717 (1000 US$) (FAO 2011)Salah satu penyebab menurunnya ekspor teh nasional adalah karena produksi teh yang terus menurun akibat adanya konversi kebun teh. Luas areal perkebunan teh Indonesia tahun 2005 adalah 139 121 ha sedangkan pada tahun 2011 luas perkebunan teh Indonesia menurun menjadi 123 938 ha. Produksi pada tahun 2005 mencapai angka 166 091 ton daun kering sedangkan pada tahun 2011 produksi menurun sampai 150 776 ton daun kering. Produktivitas teh pada tahun 2005 mencapai 1.193 ton ha-1 sedangkan pada tahun 2011 produktivitas 1.216 ton ha-1. Penurunan luasan areal perkebunan teh akan menimbulkan penurunan produksi tanaman teh. Produksi teh dapat mempengaruhi volume ekspor teh. Pada data ekspor impor teh terdapat penurunan volume ekspor teh pada tahun 2005 dari 102 389 ton menjadi 75 450 ton pada tahun 2011. Data impor pada tahun 2005 memiliki volume impor 5 479 ton mengalami kenaikan pada tahun 2011 mencapai 19 812 ton. Data tersebut menunjukkan bahwa produksi dan luasan areal perkebunan teh akan mempengaruhi volume kebutuhan ekspor dan impor perkebunan teh Indonesia (Ditjenbun 2012). Kualitas pucuk teh yang memenuhi kriteria ekspor impor dapat ditentukan oleh budidaya tanaman teh yang baik dan aspek pemetikan pada setiap perkebunan.
Pertanaman teh yang diusahakan di Indonesia dibagi menjadi tiga daerah yaitu dataran rendah sampai 800 m diatas permukaan laut (dpl), dataran sedang 800-1 200 m diatas permukaan laut (dpl), dan dataran tinggi lebih 1 200 m diatas permukaan laut (dpl). Ketinggian tempat tanam dapat mempengaruhi kualitas daun teh, terutama kadar polifenol dan ukuran serat daun.
Syarat tumbuh tanaman teh adalah daerah pegunungan yang berudara sejuk dan terletak pada garis lintang 30° LU-30° LS khatulistiwa. Lingkungan fisik yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman adalah iklim dan tanah. Curah hujan tahunan yang diperlukan adalah 2 000-2 500 mm merata sepanjang tahun, dengan jumlah hujan pada musim kemarau rata-rata tidak kurang dari 100 mm bulan-1. Suhu udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman teh adalah suhu harian yang berkisar antara 13-25° C dan diikuti oleh cahaya matahari yang cerah. Kelembaban relatif untuk siang hari tidak kurang dari 70% (PPTK Gambung 1997). Untuk menunjang pertumbuhan tanaman teh memerlukan tanah yang subur, banyak mengandung bahan organik, tidak bercadas, dan mempunyai derajat keasaman antara 4.5-6.0 (Setyamidjaja 2000).
Kualitas pemetikan teh dipengaruhi oleh waktu pemetikan (Setyamidjaja 2000). Waktu pemetikan dengan gilir dan hanca petik yang tepat akan menghasilkan produksi yang optimal. Sistem pemetikan meliputi gilir petik, hanca petik, kapasitas petik, dan jumlah tenaga petik yang dibutuhkan.
Tujuan
Kegiatan magang secara umum bertujuan untuk memperluas pengetahuan dan pengalaman teknis maupun manajerial tanaman teh. Tujuan khusus dari kegiatan magang adalah mempelajari dan menganalisis aspek pemetikan dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap analisis pemetikan tanaman teh yang diterapkan oleh Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, PT Sumber Abadi Tirta Sentosa, Karanganyar, Jawa Tengah.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Teh
Tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) termasuk ke dalam famili Theaceae, kelas Dicotyledone dan genus Camellia (Eden 1965). Tanaman teh berasal dari daerah antara Tibet dan Tiongkok sebelah selatan. Camellia sinensis
adalah yang pertama ditanam orang Indonesia. Tanaman teh berasal dari daerah subtropis pada 25° LU-35° LS dan 95° BT-105° BT yang terletak di antara pegunungan di Asia Barat sampai pegunungan di Asia Tenggara (Setyamidjaja 2000).
Tanaman teh memiliki akar tunggang yang panjang. Akar cabang tidak banyak dan tidak panjang. Secara umum tanaman teh memiliki sistem perakaran yang dangkal. Batang dan dahan tanaman teh mengayu dan keras. Daun teh adalah daun tunggal berseling. Helai daun berbentuk lanset dengan ujung meruncing dan bertulang menyirip. Bunga teh adalah bunga tunggal yang keluar dari ketiak daun di cabang-cabang dan ujung batang. Bunga teh memiliki kelopak yang terdiri dari 5-6 helai daun kelopak berwarna putih dan berbau harum (Adisewojo 1982)
Tanaman teh mempunyai dua periode pertumbuhan pucuk, yaitu periode peko dan burung. Kedua periode tersebut saling bergantian pertumbuhannya. Perubahan pertumbuhan teh dinamakan flushing (periode peko) untuk pertumbuhan intensif/aktif dan periode dorman (periode burung) untuk pertumbuhan inaktif. Lama masa flushing ke flushing berikutnya ±35 hari. Lamanya stadium peko dan burung setiap tanaman berbeda-beda, bahkan masa bertunas untuk satu tanaman pun berbeda-beda (Setyamidjaja 2000).
Pemetikan
Pemetikan merupakan suatu cara pengambilan daun muda dan tunas yang dilakukan secara terus menerus sesuai dengan persyaratan dalam pengolahan teh. Pemetikan harus dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan sistem petikan dan pengolahan hasil yang berlaku. Pemetikan berfungsi sebagai usaha untuk membentuk kondisi tanaman agar mampu berproduksi tinggi secara berkesinambungan (Setyamidjaja 2000). Kriteria daun yang dipetik adalah daun muda yang masih menggulung disertai bulu-bulu putih halus atau ranting muda. Daun-daun itu masih tipis, lemah dan berwarna hijau muda. Daun-daun teh yang sudah tua umumnya tebal, kaku dan berwarna hijau tua (Adisewojo 1982).
Pucuk yang dipetik merupakan fotosintat tanaman yang berasal dari zat pati. Pemetikan pucuk p+2, p+3 akan lebih kecil kehilangan zat patinya daripada pucuk p+4 atau lebih. Kehilangan zat pati akibat dipetik tidak akan menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu, asalkan daun-daun yang tertinggal pada perdu (maintenance foliage) cukup memadai untuk melakukan fotosintesis. Ketebalan daun pemeliharaan yang efektif melakukan fotosintesis 4-5 lapis dengan ketebalan 15-20 cm. Tebal daun pemeliharaan juga berfungsi menyebarkan hasil fotosintesis ke bagian pucuk tanaman dan akar tanaman (PPTK 2006).
Pemetikan harus memperhatikan gilir petik dan hanca petik karena dapat menentukan produksi dan mutu teh. Gilir petik adalah jangka waktu antara satu pemetikan dengan pemetikan berikutnya pada blok yang sama dinyatakan dalam hari. Kecepatan pertumbuhan pucuk ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain umur pangkas, iklim, ketinggian tempat dan keadaan tanam. Hanca petik adalah luas areal yang pemetikannya harus diselesaikan dalam satu hari oleh pemetik. Pengaturan hanca dan gilir petik harus memperhatikan keseragaman pucuk karena akan berpengaruh pada mutu pucuk yang dipanen. Hanca petik diatur berdasarkan kapasitas rata-rata pemetik, luas areal blok kebun dan daur petik. Semakin pendek gilir petik maka semakin luas hanca petiknya (PPTK 2006).
Analisis Hasil Petikan
Hasil teh diperoleh dari daun muda dan tunas tanaman teh yang telah dipetik. Pucuk teh tersebut harus diperiksa dan dianalisis sebelum teh diolah yang akan menentukan kualitas dan mutu teh. Pemeriksaan pucuk tersebut sering disebut dengan analisis hasil petikan. Analisis hasil petikan terdiri atas dua macam yaitu (1) analisis petik dan (2) analisis pucuk (PPTK 2006)
1. Analisis petik
Analisis petik adalah pemisahan pucuk yang didasarkan pada jenis pucuk atau rumus petik yang dihasilkan dari pemetikan yang telah dilakukan dan dinyatakan dalam persen. Tujuan analisis petik adalah untuk melihat kondisi kesehatan tanaman, menilai ketepatan pelaksanaan pemetikan, menilai sistem pemetikan yang dilakukan, siklus petik dan keterampilan pemetik.
2. Analisis pucuk
persen. Tujuan analisis pucuk yaitu menilai pucuk yang akan diolah, dapat digunakan untuk menentukan harga pucuk (khususnya bagi teh rakyat) dan dapat memperkirakan persentase mutu teh produk yang akan dihasilkan. Kualitas pucuk tanaman teh dipengaruhi oleh kondisi tanaman teh dengan mengamati berbagai aspek morfologi tanaman. Aspek-aspek tanaman yang dapat mempengaruhi pemetikan antara lain:
1. Tinggi bidang petik
Tinggi bidang petik tanaman teh merupakan hal penting dalam menunjang pelaksanaan pemetikan karena mempengaruhi kapasitas pemetik dan pucuk yang dihasilkan. Tinggi bidang petik yang ideal untuk tanaman teh adalah berkisar antara 80-110 cm (Johan dan Dalimoenthe 2009).
2. Tebal daun pemeliharaan
Lapisan daun teh yang telah masak fisiologis dan berada dibawah bidang petik teh yang berfungsi sebagai sebagai daerah fotosintesis dan menyebarkan hasil fotosintesis ke bagian pucuk. Tebal daun pemeliharaan yang efektif untuk melakukan fotosintesis adalah 4-5 lembar daun atau 15-20 cm (Puslitbangbun 2010).
3. Diameter bidang petik
Pertumbuhan tanaman teh akan mempengaruhi lebar diameter bidang petik tanaman teh. Lebar diameter bidang petik tanaman teh akan meningkat sesuai dengan umur pangkas tanaman teh.
METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Kegiatan magang dilaksanakan di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, PT Sumber Abadi Tirta Sentosa, Karanganyar, Jawa Tengah selama empat bulan dari tanggal 10 Februari sampai dengan tanggal 10 Juni 2014.
Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan magang dilaksanakan di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, PT Sumber Abadi Tirta Sentosa, Karanganyar, Jawa Tengah dengan dua metode yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Pelaksanakan metode langsung dengan mengikuti semua kegiatan teknis di kebun meliputi pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM), pemetikan, administrasi dan manajerial. Metode tidak langsung dilaksanakan dengan mengambil data sekunder dari arsip-arsip serta laporan-laporan yang ada di perusahaan.
Bulan pertama dilaksanakan dengan bekerja sebagai karyawan harian lepas (KHL), kemudian pada bulan kedua bekerja sebagai pendamping mandor, pada bulan ketiga dan keempat bekerja sebagai pendamping asisten afdelling. Aspek khusus pelaksanaan magang adalah pengelolaan pemetikan tanaman teh, sehingga pada waktu kerja melakukan pengamatan pemetikan tanaman teh untuk mendapatkan data primer maupun sekunder.
magang adalah kegiatan sebagai karyawan harian lepas (KHL) yang mengerjakan aspek teknis di lapangan. Kegiatan manajerial pada berbagai tingkatan pekerjaan mulai dari sebagai pendamping pembimbing (mandor) hingga sebagai pendamping asisten kebun.
Kegiatan pada bulan pertama bekerja sebagai karyawan harian lepas (KHL) adalah melaksanakan semua kegiatan pemeliharaan tanaman di lapangan (pengendalian gulma, pengendalian hama penyakit, pemupukan, pemangkasan), pemetikan dan pengolahan hasil, membuat laporan harian dan mengisi jurnal harian kegiatan (Lampiran 1).
Kegiatan yang dilakukan pada bulan kedua adalah menjadi pendamping mandor. Pekerjaan yang dilakukan meliputi menghitung jumlah tenaga kerja yang hadir, membantu mengawasi dan mengorganisir kerja karyawan harian di lapangan, membantu membuat laporan harian serta mengisi jurnal kegiatan harian (Lampiran 2).
Kegiatan yang dilakukan pada bulan ketiga adalah sebagai pendamping asisten kebun, yaitu membantu asisten dalam mengawasi kerja mandor dan pekerja, membantu pembuatan laporan bulanan, mengawasi kinerja pembimbing dan membuat jurnal kegiatan harian (Lampiran 3).
Kegiatan yang dilakukan pada bulan keempat adalah sebagai pendamping asisten afdeling. Kegiatan yang dilakukan adalah membantu analisis basah dan analisis kering teh, pengamatan tanaman dan membantu menyusun laporan harian di kantor manajemen (Lampiran 4).
Pengamatan dan Pengumpulan Data
Pengamatan dalam kegiatan magang adalah pemetikan teh secara langsung di lapangan. Pengamatan dilakukan untuk mengumpulkan berbagai data yang dibutuhkan pada aspek pemetikan.
Pengumpulan data diperoleh dari data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan mengikuti kegiatan pemetikan langsung dan wawancara dengan pekerja, sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan-laporan bulanan dan tahunan kebun serta arsip perusahaan. Data sekunder yang diambil dari perusahaan diantaranya data mengenai luas areal perusahaan, topografi, curah hujan lima tahun terakhir, produksi dan produktivitas serta standar perusahaan dan hal-hal lain yang berhubungan dengan aspek pemetikan. Pengamatan data primer yang dibutuhkan sebanyak tiga ulangan dengan lima buah tanaman contoh. Data primer dan data sekunder yang berkaitan dengan aspek pemetikan teh antara lain:
Data Primer
1. Tinggi Bidang Petik
Tinggi bidang petik tanaman teh merupakan hal penting dalam menunjang pelaksanaan kegiatan pemetikan karena mempengaruhi kapasitas pemetik dan pucuk yang dihasilkan. Tinggi bidang petik diukur dari atas permukaan tanah hingga permukaan bidang petik tanaman teh.
2. Diameter Bidang Petik
umur setelah pangkas. Diameter bidang petik tanaman teh diukur garis tengah lingkaran bidang permukaan tanaman teh. Diameter bidang petik diukur dari dua arah yang berbeda, kemudian dirata-ratakan agar hasilnya lebih akurat.
3. Tebal Daun Pemeliharaan
Tebal daun pemeliharaan berfungsi sebagai daerah fotosintesis dan menyebarkan hasil fotosintesis ke bagian pucuk dan akar. Tebal daun pemeliharaan diukur dari mulai tumbuhnya daun pertama hingga permukaan bidang petik.
4. Bobot Brangkasan Daun Pangkas
Pemangkasan dilakukan apabila produksi mengalami penurunan setengah dari produksi tahun sebelumnya. Biomass hasil pangkasan diikat dan dikumpulkan. Brangkasan hasil pangkasan tanaman teh kemudian ditimbang. Biomass hasil pangkasan ini dapat menentukan umur dan intensitas pemangkasan pada tanaman teh.
5. Analisis Petik
Analisis petik merupakan pemisahan pucuk berdasarkan jenis pucuk atau rumus petik. Analisis petik dilakukan dengan tiga kali ulangan dengan mengambil sampel sejumlah 200 g. Masing-masing pemetik diambil segenggam pucuknya untuk kemudian dicampur dan diambil sebanyak 200 g dan dipisahkan sesuai rumus petiknya, kemudian ditimbang dan dinyatakan dalam persen.
Analisis petik dilakukan dilakukan di kebun setelah kegiatan pemetikan berdasarkan ketinggian tempat, gilir petik, tahun setelah pangkas dan jenis klon. Jenis petikan terbagi menjadi :
Petikan halus : p+1, p+2m
Petikan medium : p+2, p+3, p+3m, b+1m, b+2m, b+3m
Petikan kasar : p+4 atau lebih, b+(1-4t)
Petikan rusak : daun lembaran dan tangkai 6. Analisis Pucuk
Analisis pucuk dilakukan dengan memisahkan pucuk berdasarkan bagian muda dan tua yang dinyatakan dalam persen. Pengambilan sampel
yang dilakukan dengan cara yang sama seperti pengambilan sampel analisis petik. Analisis pucuk dilakukan setelah proses analisis petik. Analisis pucuk meliputi:
Pucuk memenuhi syarat (MS) : p+1, p+2, p+3, b+1m, b+2m, b+3m
Pucuk tidak memenuhi syarat (TMS) : p+4, p+5, b+(1 – 5)t 7. Hanca Petik
Hanca petik adalah luas areal yang harus selesai dipetik dalam satu hari. Pengaturan hanca petik setiap blok masing-masing ditentukan oleh pembimbing petik atau asisten kebun. Nilai hanca petik dapat diperoleh menggunakan rumus sebagai berikut:
8. Kapasitas Petik
dengan standar kapasitas pemetik. Kapasitas petik biasanya dilakukan pada pemetikan per hari dalam satu kemandoran. Kapasitas petik diamati selama empat bulan dari bulan Februari sampai Juni 2014.
9. Tenaga Petik
Kebutuhan tenaga petik dihitung langsung berdasarkan banyaknya tenaga pemetik di lapangan kemudian dibandingkan dengan kebutuhan tenaga petik sesuai rumus kebutuhan tenaga petik yaitu :
Data Sekunder 1. Gilir Petik
Gilir petik adalah jangka waktu antara satu pemetikan dengan pemetikan berikutnya pada areal yang sama dinyatakan dalam hari. Pengamatan gilir petik dilakukan berdasarkan pengamatan langsung di lapangan dan dilakukan pada masing-masing blok dengan rata-rata luas 20 hektar, pengamatan hanca petik dihitung berdasarkan rumus yang berlaku kemudian dibandingkan dengan pengamatan langsung di lapangan. Perhitungan gilir petik menggunakan rumus :
2. Sarana Panen dan Transportasi Pucuk
Kegiatan pemetikan merupakan kegiatan utama pada perkebunan teh. Sarana panen dan transportasi ini meliputi proses pengangkutan hasil pucuk setelah dipetik dari kebun menuju ke tempat pengolahan. Berbagai hal yang menunjang kegiatan pemetikan harus diperhatikan agar kegiatan pemetikan dapat berjalan maksimal dan menghasilkan pucuk optimal.
3. Produksi dan HOK berdasarkan Umur Setelah Pangkas
Produksi merupakan hasil suatu komoditas tanaman. Produksi tanaman teh dilakukan dengan pemetikan daun teh secara berkala. Tingkat produksi merupakan salah satu kriteria untuk melakukan pemangkasan. Data produksi dan jumlah HOK yang dihasilkan pada suatu hasil pemanenan atau pemetikan teh dapat diperoleh dari data sekunder perusahaan. Produktivitas berdasarkan umur setelah pangkas didapatkan dari arsip atau laporan tahunan perusahaan.
Pengolahan Data
Nilai berbeda nyata apabila t hitung>t tabel dan tidak berbeda nyata apabila t hitung<t tabel, t tabel diperoleh dari nilai sebaran t pada taraf 5 % dan derajat bebas (n1+n2-2) (Walpole 1992).
KEADAAN UMUM
Sejarah Umum Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning
Perkebunan teh Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dirintis oleh bangsa Belanda pada masa penjajahan dengan nama NV Culture Mascave dengan pusat pengolaan di Belanda. Berdasarkan Undang Undang pemerintah Belanda mengenai Hak Guna Usaha (HGU), Belanda memberikan kepemilikan kepada kakak beradik warga Belanda kebun di Kecamatan Ngargoyoso dengan luas 812.127 ha dan kebun di Kecamatan Jenawi dengan luas 238.828 ha sehingga luas kebun teh total 1 051 ha. Lahan tersebut ditanami kopi dan teh yang pengolahannya diserahkan kepada Firma Watering dan Labor yang berkedudukan di Belanda yang diberi nama Culture Maatschapij Kemuning.
Pada waktu tentara Jepang masuk Indonesia pada tahun 1942, perkebunan teh NV Culture Maatschapij Kemuning pengelolaannya berpindah tangan ke pemerintah Jepang hingga tahun 1945. Selama tiga tahun pemerintah Jepang tidak melanjutkan pengelolaan kebun sehingga banyak tanaman yang tidak terawat. Oleh masyarakat setempat lahan perkebunan teh tersebut ditanami palawija. Pada tahun 1945 setelah Jepang kalah pada Perang Dunia II kemudian Indonesia merdeka, perkebunan teh tersebut dikelola oleh Mangkunegaran Surakarta yang dipimpin oleh Ir Sarsito hingga tahun 1948. Pada tahun 1948-1950 Kebun Kemuning diambil alih oleh pemerintah Indonesia dan hasil produksinya digunakan untuk membiayai perjuangan Indonesia. Pada tanggal 19 Mei 1950 dengan adanya Konverensi Meja Bundar (KMB) akhirnya perkebunan Kemuning diserahkan kembali ke NV Culture Maatschapij Kemuning hingga tanggal 19 Desember 1952. Selanjutnya perusahaan teh diserahkan pada Koperasi Perkebunan Kemuning. Namun koperasi ini hanya bertahan sampai bulan September 1965 dikarenakan pengurusnya banyak terlibat G30/SPKI sehingga sebagian lahan dan kebun teh dikelola oleh KODAM IV Diponegoro.
Pada tanggal 3 November 1971 berdasarkan SK Mendagri No.17/HGU/DA/71 pengolahan kebun teh kemuning diserahkan kepada Yayasan Rumpun Diponegoro dan dibentuk PT Rumpun. Pada tahun 1980 PT Rumpun dipecah menjadi dua bagian yaitu:
Purwokerto, Kebun Carui/Rejodadi di Cilacap, Kebun Samudra di Banyumas, Kebun Cluwak di Pati, dan Kebun Jati Pabengan di Semarang. b. PT Rumpun dengan komoditas teh dan kopi yang terdiri atas tiga kebun yaitu Kebun Medini di Kendal, Kebun Kaligitung di Semarang, dan Kebun Kemuning Karanganyar di Surakarta.
Pada tanggal 1 April 1990 PT Rumpun bekerja sama dengan PT Astra Agro Niaga yang berada di Jakarta. Pada tanggal 1 Mei 2004 Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning menjadi hak perorangan. PT Astra Agro Niaga ingin lebih berkonsentrasi menangani perkebunan kelapa sawit. Oleh karena itu, saham perkebunan non kelapa sawit ditawarkan untuk dijual kepada pihak lain. Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dibeli oleh Bapak Ketut Gede Yudantara yang berasal dari Bali. Kemudian Bapak Ketut Gede Yudantara ini bekerja sama dengan PT Sumber Abadi Tirta Sentosa (SATS). PT Sumber Abadi Tirta Sentosa (PT SATS) merupakan salah satu perusahaan divisi agro dan perkebunan di bawah Yudiko Group yang merupakan perusahaan multinasional. Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning hanya menangani masalah pengolahan produk dan pengiriman produk pada konsumen. Sedangkan PT Sumber Abadi Tirta Sentosa yang menangani masalah manajemen pemasaran, dan hal-hal yang berkaitan dengan keuntungan.
Letak Geografi dan Letak Wilayah Administratif
Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning merupakan satu unit perkebunan besar teh hijau di Kelurahan Kemuning, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten
Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah. Perkebunan teh ini terletak antara 11.1º BT-11.25° BT dan 7.4º LS-7.6º LS dengan ketinggian lahan antara 800-1 540 m diatas permukaan laut (dpl). Batas administratif Perkebunan Teh Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning adalah sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Jenawi; sebelah selatan berbatasan dengan Desa Nggadunga, Kecamatan Ngargoyoso; sebelah timur berbatasan dengan Daerah hutan pinus Wonomarto; sebelah barat berbatasan dengan Kebun Karet PTP XVIII Kebun Batu Jamus. Peta lokasi Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dapat dilihat pada Lampiran 5.
Keadaan Tanah, Topografi dan Iklim
Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning memiliki jenis tanah latosol dengan pH tanah 4.6-5.5 dengan topografi lahan berbukit dan curam dengan tingkat kemiringan 30-40o. Jenis tanah lain yang terddapat di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning antara lain :
a. Laterit, merupakan bahan andesit yang dihembuskan gunung berapi yang letaknya 800 meter di atas permukaan laut (m dpl)
b. Tuff Liparit, adalah tanah berpasir (pasir kasar dan halus) dari bahan yang dihembuskan gunung berapi, letaknya 100-900 meter di atas permukaan laut (m dpl)
c. Andesit tua terdiri atas campuran tanah liat, abu, dan pasir. Letaknya antara 800-900 meter di atas permukaan laut (m dpl)
3 648.15 mm per tahun dan hari hujan rata-rata 152.72 hari hujan dengan jumlah rata-rata 9.09 bulan basah (BB) dan 2.00 bulan kering (BK) (Lampiran 6). Tipe iklim berdasarkan curah hujan menurut Schmidth-Ferguson adalah tipe B.
Suhu harian pada tahun 2013 di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning adalah 21.5º C dengan kelembapan udara (RH) berkisar 68-87% dan intensitas penyinaran 40-55%.
Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Berdasarkan sertifikat Hak Guna Usaha (HGU) Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Ngargoyoso Karanganyar memiliki luas areal 437.82 ha dengan areal tanam 391.97 ha yang kemudian dibagi menjadi dua afdeling, yaitu Afdeling OA dan Afdeling OB. Afdeling OA seluas 222.26 ha dengan areal tanam 214.26 ha terdiri atas 13 blok. Afdeling OB seluas 215.56 ha dengan areal tanam 177.71 ha terdiri atas 15 blok. Luas areal dan tata guna lahan Perkebunan Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning tahun 2014 tercantum pada Lampiran 7 dan Lampiran 8.
Keadaan Tanaman dan Produksi
Perkebunan Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning mempunyai beberapa klon teh yang dibudidayakan antara lain : Klon TRI (Tea Research Institute of Ceylon, Srilangka) 2024, TRI 2025, Gambung (Puslitbun Gambung, Indonesia), dan CIN (Perkebunan Cinyiruan, Indonesia). Tanaman teh di Perkebunan Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning didominasi oleh klon TRI 2025. Jarak tanam yang digunakan di Perkebunan Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning adalah 120 cm x 60 cm dengan populasi rata-rata 11.430 pohon ha-1.
Produksi pucuk teh selama lima tahun terakhir (2009-2013) di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Produksi dan produktivitas teh Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning tahun 2009-2013
a
Sumber : Kantor Kebun dan Pabrik Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning
Produksi teh di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning mencapai angka 3 584 190 kg daun teh basah dan produksi kering mencapai angka 801 981 kg daun teh kering. Produktivitas basah mencapai angka 10 403.78 kg teh basah dan produktivitas kering mencapai 2 327.42 kg ha-1 tahun-1 daun teh kering. Produktivitas teh kering diUnit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning lebih tinggi dibandingkan dengan angka produktivitas nasional yakni 2 011.091 kg ha-1 (Ditjenbun 2012) sehingga Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning memiliki standar peluang tinggi untuk mencapai target tahunan perkebunan teh nasional.
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Organisasi Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dipimpin oleh seorang administratur atau manager yang diangkat oleh direksi PT Sumber Abadi Tirta Sentosa (SATS). Administratur membawahi mandor HPT I, asisten tanaman, kepala sub bagian kantor (kepala tata usaha) dan kepala sub bagian pabrik/teknik. Struktur organisasi Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning ditetapkan berdasarkan SK Direksi. Struktur organisasi Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dapat dilihat pada Lampiran 9.
Tenaga kerja di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning terdiri atas karyawan staf dan non staf. Karyawan staf terdiri atas karyawan staf tetap dan staf bulanan, sedangkan karyawan non staf terdiri atas pekerja borong harian tetap dan pekerja borong harian lepas. Karyawan borong tetap adalah karyawan yang bekerja tetap di perusahaan dan mendapatkan fasilitas jaminan sosial tenaga kerja (jamsostek) dan asuransi kesehatan BPJS serta hadiah hari raya (HHR), sedangkan karyawan borong lepas pekerjaannya tidak terikat dengan perusahaan sehingga tidak mendapatkan asuransi tenaga kerja dan kesehatan.
Jumlah tenaga kerja di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Karanganyar tahun 2014 berjumlah 518 orang (Lampiran 10) dengan luas areal 437.82 ha. Indeks Tenaga Kerja (ITK) yang dapat dicapai adalah 1.18 orang ha-1 sedangkan standar indeks tenaga kerja 1.50-2.00 orang ha-1 (Iskandar 1998).
Sistem Pengupahan
Sistem pengupahan untuk karyawan yang terdiri atas staf, bulok, dan pekerja harian tetap ditetapkan oleh manajemen atas persetujuan direksi. Besarnya upah berdasarkan surat keputusan dari direksi yang disesuaikan dengan jabatan masing-masing dan besarnya disesuaikan dengan UMR (Upah Minimum Regional) Kabupaten Karanganyar sebesar Rp 1 060 000. Sistem pengupahan untuk karyawan harian lepas terdiri dari pekerja harian panen, pekerja harian rawat, pekerja harian EWS (Early Warning System), pekerja harian olah, pekerja harian bongkar muat, dan helper teknik. Upah pekerja panen diberikan dua kali dalam sebulan yaitu pada tanggal 5 dan 20 setiap bulannya. Karyawan mendapatkan upah satu bulan sekali setiap tanggal 1 setiap bulannya.
Kesejahteraan Karyawan
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Pemupukan. Pemupukan yang dilakukan di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning menerapkan dua cara pemupukan yaitu melalui tanah Gambar 1(a) dan daun Gambar 1(b). Pemupukan dilakukan dengan sistem gang per blok. Pemupukan dilaksanakan tiga priode dalam setahun, yaitu pada bulan Februari, Juni, dan Oktober. Pemberian jumlah pupuk didasarkan hasil analisa daun dan tanah yang dilakukan di laboratorium. Dari hasil analisa tersebut dapat diketahui kadar unsur yang terkandung sehingga memudahkan mengetahui apabila terdapat kekurangan suatu unsur.
Gambar 1 Kegiatan pemupukan melalui tanah (a) dan daun (b)
Pemupukan melalui tanah dilakukan untuk tanaman menghasilkan (TM). Pemupukan dilakukan sesuai dengan analisis produksi teh kering dan kondisi tanaman teh di kebun. Pemupukan dilakukan berdasarkan kebutuhan unsur hara pada tanaman pada setiap bloknya. Pupuk yang diberikan melalui akar adalah pupuk Urea dan MOP dengan kandungan unsur N dan K. Dosis pupuk urea pada Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning adalah 102.04 kg ha-1 sedangkan dosis pupuk MOP 30 kg ha-1. Unsur-unsur ini berperan dalam pertumbuhan vegetatif, dalam hal ini pertumbuhan pucuk. Unsur hara yang terkandung dalam pupuk dapat dimanfaatkan dalam waktu singkat karena pupuk tersebut bersifat fast release. Jumlah kebutuhan pupuk masing-masing blok tidak sama. Pada pelaksanaan pemupukan sangat disesuaikan dengan kondisi tanaman. Jenis pupuk daun yang digunakan adalah ZnSO4 dengan dosis 3 kg ha-1. Pupuk daun ini
diberikan untuk menambah unsur hara mikro pada tanaman. Pupuk daun diaplikasikan bersamaan dengan penyemprotan hama dan penyakit. Penyemprotan dilakukan menggunakan alat mistblower dengan kapasitas 14 liter
Pemupukan dilakukan pada pagi hari dimulai pukul 06.00 WIB. Pupuk diangkut oleh truk dari gudang ke areal yang akan dipupuk. Pencampuran pupuk langsung di blok yang akan dipupuk. Tenaga kerja untuk pemupukan dibagi dalam tiga pekerjaan yaitu sebagai pencampur, pelangsir, dan penabur pupuk. Pendistribusian pupuk oleh tenaga pelangsir untuk mempercepat para penabur pupuk agar kegiatan pemupukan berjalan lebih efektif. Pekerja pupuk sebagian besar dilaksanakan oleh tenaga wanita. Alat yang digunakan untuk kegiatan pemupukan antara lain ember, terpal, sekop, dan karung. Prestasi kerja yang diperoleh pada saat pemupukan daun (bersamaan dengan pengendalian hama dan penyakit tanaman) adalah 0.05 ha HK-1, sedangkan prestasi kerja karyawan adalah
0.125 ha HK-1. Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning menerapkan standar kerja untuk pemupukan melalui daun sebesar 0.125 ha HK-1.
Pengendalian Gulma. Jenis gulma yang berada di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Karanganyar antara lain Melastoma malabathricum
(sengganen), Clidemia hirta (harendong), Eupatorium inulifolium (kirinyuh),
Rubus rosaefolius (gucen), Comellina difusa (tali sahit), Mikania micrantha, dan Imperata cylindrica (alang-alang). Tujuan pengendalian gulma adalah menekan pertu/mbuhan gulma sehingga memperoleh laju pertumbuhan vegetatif tanaman teh yang tinggi, produksi pucuk maksimal, dan kerugian yang serendah mungkin. Pengendalian gulma dilakukan dengan dua cara yaitu secara manual (manual weeding) dan kimiawi (chemical weeding) sesuai dengan keadaan gulma di kebun.
Pengendalian gulma secara manual dilakukan setelah pangkasan yang disebut babad bokor dan dongkel anakan kayu (DAK). Babad bokor dilakukan dengan mencabut gulma hingga akarnya. Dongkel anakan kayu (DAK) juga biasanya dilakukan menjelang pemupukan tanah, dilaksanakan 2 kali pada setiap tanaman umur pangkas I-IV. Pengendalian gulma secara manual menggunakan alat bantu seperti sabit. Prestasi kerja saat babad bokor (manual weeding) adalah 0.01 ha HK-1, sedangkan prestasi kerja karyawan saat babad bokor adalah 0.125 ha HK-1. Standar prestasi kerja karyawan pada saat manual weeding adalah 0.125 ha HK-1. Kegiatan pengendalian gulma secara manual (manual weeding) dapat dilihat pada Gambar 2(a) sedangkan pengendalian gulma secara kimiawi (chemical weeding) dapat dilihat pada Gambar 2(b).
Gambar 2 Pengendalian gulma secara manual (a) dan kimiawi (b)
Pengendalian gulma secara kimia dilakukan dengan menggunakan herbisida sistemik dengan bahan aktif Isopropilamina glifosat (Round Up), dengan dosis herbisida Round Up 1.5 l ha-1 dan konsentrasi 4 ml l-1 air. Alat yang digunakan adalah knapsack sprayer dengan kapasitas 15 l. Penyemprotan dilakukan pada saat kondisi cuaca cerah agar penyerapan herbisida ke tanaman tidak terhambat. Hasil penyemprotan akan terlihat 3-5 hari kemudian. Pada pelaksanaan aplikasi juga harus menerapkan empat tepat, yakni tepat waktu, tepat dosis, tepat cara, dan tepat konsentrasi untuk meminimalisir efek negatif bagi lingkungan. Aplikasi dalam satu tahun sebanyak 3 kali semprot dengan campuran hanya 1 jenis herbisida, sedangkan aplikasi chemist dilakukan 4 kali semprot apabila campuran lebih dari 1 jenis herbisida. Jenis herbisida lain yang digunakan adalah Prosat dan
Gramaxon. Dosis yang digunakan masing-masing adalah dosis 2 l ha-1. Prestasi kerja saat melakukan chemical weeding adalah 0.2 ha HK-1, sedangkan prestasi kerja karyawan adalah 0.48 ha HK-1 dan standar kerja yang berlaku adalah 0.5 ha HK-1.
Pengendalian Hama dan Penyakit. Hama utama yang menyerang tanaman teh di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning adalah Empoasca sp., ulat penggulung pucuk (Laspeyresia leucastoma), ulat penggulung daun (Homona cofferia), Thrips sp., Helobelthis antonii dan mite (Scarlet mite; Brevipalpus phoenicis Geijsks).
Gejala serangan yang ditimbulkan wereng hijau (Empoasca sp.) adalah lubang pada daun pemetikan. Wereng hijau menyerang pada musim kemarau. Gejala hama ulat penggulung pucuk (Laspeyresia leucastome) tampak pada pucuk daun menggulung sehingga pertumbuhannya terhambat. Dari sisi luar terlihat benang-benang sementara pada bagian bawah terlihat adanya kepompong. Serangan hama ulat penggulung pucuk biasanya menyerang pada musim hujan. Gejala yang ditimbulkan hama ulat penggulung daun (Homona coffearia) antara lain munculnya bercak noda berwarna cokelat kadang-kadang daun terlihat transparan karena tidak ada epidermisnya. Gejala hama Thrips sp. terdapat bercak noda cokelat yang menyerang daun muda dan daun tua. Gejala yang ditimbulkan oleh hama Helobelthis antonii daun mengkerut karena hama mengisap cairan batang dan daun muda. Serangan biasanya menyerang pada blok dataran tinggi diatas 1 000 m diatas permukaan laut (dpl). Gejala serangga mite (scarlet mite; Brevipalpus phoenicis Geijsks) menimbulkan pohon teh tampak kemerah-merahan, daun tua berguguran, dan produksi pucuk menurun. Hama Scarlet mite
menyerang tanaman teh pada dini hari pukul 04.00-05.00 WIB dengan tanda lubang di permukaan daun sedangkan Scarlet mite merupakan kutu jingga pada musim kemarau.
Penyakit yang sering menyerang tanaman teh yaitu penyakit cacar daun teh (blister blight) yang disebabkan oleh jamur Exobasidium vexans. Penyakit lain yang sering menyerang adalah jamur akar dan jamur merah. Pada jamur akar mempunyai gejala daun rontok sehingga tanaman kering kemudian mati, sedangkan gejala pada jamur merah mempunyai gejala akar yang berwarna merah pada perkebunan ini jarang terserang penyakit jamur merah. Serangan hama dan penyakit dapat dilihat gejala ulat penggulung pucuk Gambar 3(a), hama ulat penggulung daun Gambar 3(b), dan penyakit blister blight Gambar 3(c).
Gambar 3 Serangan ulat penggulung pucuk (a), penggulung daun (b), dan penyakit blister blight (c)
Pengendalian penyakit cacar dapat dilakukan dengan cara mekanis dan sistemik. Cara mekanis dilakukan dengan memetik daun yang terserang sehingga dapat mengurangi sumber penularan baru karena pucuk teh yang terserang telah terpetik. Pengendalian secara sistemik berdasarkan pada tingkat serangan hama dan penyakit melalui sampling EWS (Early Warning System). Pelaksanaan EWS mengambil contoh tiga tanaman secara acak dalam tiap patok, sehingga dalam luas 1 ha terdapat 75 tanaman yang diamati serangannya. Adanya deteksi tersebut
akan diketahui intensitas Serangan (IS) dan Luas Serangan (LS). Perhitungan menggunakan rumus sebagai berikut:
Pendeteksian dilakukan untuk mengetahui intensitas serangan hama dan penyakit pada tanaman teh. Kategori serangan dibedakan menjadi ringan, sedang, dan berat, untuk hama Empoasca sp., Scarlet mite, ulat penggulung pucuk dan
Thrips, dan blister blight. Aplikasi fungisida dan insektisida dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Aplikasi fungisida dan insektisida berdasarkan jenis dan tingkat serangan hama dan penyakit
Hama Penyakit Tingkat Serangan Fungisida Insektisida Dosis (ml ha-1)
Empoasca Ringan < 5% Imidor 188-375
Sedang 5-15% Confidor 94-188
Berat >15% Abuki 75-150
Scarletmite Ringan <10% Kelthane 281-421 Sedang 10-20% Kelthane 455-750
Blister Blight Ringan < 5% Nordox 75-100
Sedang 5-15% Cobox 75-100
Berat >15% Dithane 75-100
Sumber : Data EWS Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning 2014
Konsentrasi Fungisida dan Insektisida dari Tabel 2 diturunkan menjadi 50% konsentrasi dengan melarutkan dalam 375 ml air saat dibawa ke kebun. Dosis Fungisida dan Insektisida dilarutkan dalam 15 l air setiap hektarnya. Prestasi kerja adalah 0.05 ha HK-1. Standar kerja yang berlaku adalah 0.125 ha HK-1, sedangkan prestasi kerja karyawan adalah 0.0125 ha HK-1.
Pemangkasan. Pemangkasan dilakukan dengan metode pemangkasan manual dan pemangkasan mesin. Kegiatan pemangkasan manual dapat dilihat pada Gambar 4(a) sedangkan pemangkasan mesin dapat dilihat pada Gambar 4(b).
Gambar 4 Kegiatan pemangkasan manual (a) dan pemangkasan mesin (b) Arah pemotongan tiap batang atau ranting dari dalam ke luar dengan kemiringan 450 dengan hasil ranting pangkasan seperti mangkok. Bidang pangkas harus sejajar dengan permukaan tanah (kontur tanah). Batang atau ranting sisa pangkasan manual lebih sering diambil penduduk sekitar sebagai bahan kayu bakar, sedangkan pada pangkas mesin hasil pangkasannya dibiarkan di atas bidang pangkas untuk mengurangi penguapan pada luka pangkas karena ranting cenderung pendek. Pemangkasan dipengaruhi oleh keterampilan pemangkas, ketajaman alat yang digunakan, akses kontur tanah dan ketinggian permukaan tanah. Pemangkasan manual dan mesin memiliki standar kerja yang sama. Pada pemangkasan mesin penulis hanya sebagai pengamat. Prestasi kerja yang dicapai oleh karyawan adalah 0.007 ha HK-1, sedangkan standar kerja perusahaan adalah 0.01 ha HK-1.
Pemetikan. Pemetikan yang dilakukan di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning selama masa satu gilir pangkas antara lain pemetikan jendangan, pemetikan produksi dan gendesan. Pemetikan yang dilakukan di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning adalah jendangan dan pemetikan produksi.
Pemetikan jendangan merupakan pemetikan awal yang dilakukan setelah pemangkasan. Pemetikan jendangan dilakukan sekitar tiga bulan setelah dilakukan pemangkasan. Pemetikan ini bertujuan untuk membentuk bidang petik yang lebar dan rata dengan ketebalan lapisan daun pemeliharaan yang cukup sehingga diharapkan akan menghasilkan potensi pucuk yang tinggi. Pemetikan jendangan akan menentukan produksi. Apabila terjadi kesalahan dalam pemetikan jendangan akan berdampak pada kerusakan tanaman yang dapat menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas produksi. Pemetikan dilakukan pada tunas yang memiliki ketinggian lebih dari 15 cm dari luka pangkasan. Alat yang digunakan yaitu salib, ani-ani, keranjang dan waring. Salib atau ani-ani digunakan untuk mengetahui pucuk yang telah siap untuk dipetik serta untuk membantu menyesuaikan bidang petik dengan topografi tanah. Ani-ani digunakan mengurangi kerusakan bidang petik sedangkan keranjang dan waring digunakan untuk menampung hasil pucuk.
Pemetikan produksi merupakan pemetikan setelah jendangan. Pemetikan produksi merupakan pemetikan biasa yang dilakukan terus-menerus dengan gilir petik tertentu sampai dilakukan pemangkasan kembali. Pemetikan dilakukan pada pucuk yang sudah manjing atau memenuhi syarat, termasuk pucuk burung yang berada di atas bidang petik.
Sistem pemetikan. Sistem pemetikan yang berlaku di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning adalah sistem pekerja borongan. Metode pemetikan adalah metode giring per barisan tanaman teh. Pemetik pindah dari barisan satu ke
barisan lainnya yang belum dipetik apabila barisan sebelumnya telah diselesaikan. Kelebihan metode ini untuk mempermudah pengawasan pemetikan. Tenaga pemetik di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning mengenakan celemek dari plastik ataupun kain, caping atau penutup kepala, sarung tangan, sepatu boots. Alat-alat yang digunakan dalam pemetikan antara lain waring, keranjang, tas kain serta ani-ani atau sabit (untuk batang yang keras). Kapasitas keranjang atau tas kain waring sekitar 5-10 kg. Jenis waring yang digunakan ada dua, waring lembaran dan waring karung. Waring merupakan tempat untuk menyimpan hasil petikan yang terbuat dari plastik jala. Waring lembaran merupakan milik pribadi yang memiliki kapasitas 30 kg sebagai tempat menyimpan hasil petikan seperti halnya keranjang namun kapasitasnya lebih besar sedangkan waring karung milik perusahaan yang berguna sebagai wadah pucuk saat pengangkutan pucuk dari kebun ke pabrik. Waring karung memiliki kapasitas 25-30 kg. Kegiatan pemetikan teh dapat dilihat pada alat petik ani-ani Gambar 5(a), waring pada Gambar 5(b), dan keranjang petik pada Gambar 5(c).
Gambar 5 Alat petik ani-ani (a), waring (b), dan keranjang petik (c)
Sistem pengupahan kepada tenaga pemetik di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning berdasarkan pada hasil pucuk basah yang dapat diperoleh tenaga petik dalam satu hari dan dipengaruhi oleh analisis pucuk sebagai premi. Upah diberikan dua kali setiap tanggal 5 dan 20 setiap bulannya. Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning menetapkan upah pucuk yang dipetik Rp 400 kg-1. Upah dasar pemetik berdasarkan premi dari analisis kemudian ditambah hasil petikan pucuk yang telah dilakukan.
Kegiatan pemetikan mulai dilaksanakan pada pukul 06.00-13.00 WIB. Teknis dalam pemetikan adalah dengan memetik semua pucuk yang berada diatas bidang petik tanpa meninggalkan pucuk tanggung. Hal ini bertujuan agar bidang petik rata dan menjadikan tumbuhnya tunas baru yang seragam. Kegiatan penimbangan di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dilakukan di kebun dan di pabrik. Penimbangan pertama dilakukan pukul 09.30 WIB dan penimbangan kedua dilakukan pukul 12.00 WIB. Penimbangan yang dilakukan di kebun dilaksanakan di tempat berkumpul para pemetik dan mandor. Penghitungan dilakukan dengan timbangan gantung yang dibawa oleh supir. Penimbangan dihitung oleh kerani timbang yang kemudian dicatat oleh kerani dan mandor blok terkait. Penimbangan di pabrik dilakukan dengan timbangan dengan skala lebih besar untuk menimbang pucuk setiap truk yang membawa pucuk dari kebun. Kegiatan penimbangan di Kebun dapat dilihat pada Gambar 6(a) dan penimbangan di Pabrik dapat dilihat pada Gambar 6(b).
Gambar 6 Kegiatan timbang di kebun (a) dan timbang di pabrik (b) Tinggi bidang petik
Tinggi bidang petik pada perkebunan Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning tumbuh semakin tinggi seiring dengan bertambahnya umur tanaman (Gambar 7). Umur pangkas I tahun setelah pangkas memiliki tinggi 75.73 cm, umur pangkas II tahun setelah pangkas memiliki tinggi 86.27 cm, umur pangkas III tahun setelah pangkas memiliki tinggi 99.81 cm dan umur pangkas IV tahun setelah pangkas memiliki tinggi 106.06 cm.
0 20 40 60 80 100 120
I II III IV
Tahun pangkas
T
inggi bi
dan
g pet
ik (c
m
)
Gambar 7 Tinggi bidang petik berdasarkan tahun pangkas di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning pada tahun 2014
Diameter bidang petik
Hasil pengamatan diameter bidang petik di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning tercantum pada Tabel 3. Diameter bidang petik umur pangkas I tahun setelah pangkas dengan diameter 84.2 cm, umur pangkas II tahun setelah pangkas dengan diameter 97.5 cm, umur pangkas III tahun setelah pangkas dengan diameter 105.5 cm, serta umur pangkas IV tahun setelah pangkas dengan diameter 130.4 cm. Dari hasil uji t pada pengamatan diameter bidang petik di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning terdapat bahwa data lebar diameter bidang petik tidak memiliki perbedaan nyata berdasarkan umur pangkas. Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan bahwa nilai tidak berbeda nyata.
Tabel 3 Diameter bidang petik berdasarkan umur pangkas di Perkebunan Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning
Blok Diameter bidang petik pada tahun pangkas
I II III IV
Tebal daun pemeliharaan di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8 menunjukkan tebal daun pemeliharaan yang meningkat seiring dengan bertambahnya umur pangkas yaitu umur pangkas I memiliki tebal daun 28.7 cm, umur pangkas II memiliki tebal daun 30.10 cm, umur pangkas III memiliki tebal daun 30.62 cm, serta umur pangkas IV memiliki tebal daun 32.3 cm.
Gambar 8 Tebal daun pemeliharaan berdasarkan tahun pangkas di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning pada tahun 2014
Bobot brangkasan daun pangkas
Tabel 4 Bobot brangkasan daun pangkas di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning pada tahun 2014
Blok Pangkas Pengamatan Bobot brangkasan daun pangkas (kg) Pangkas Manual Pangkas Mesin
Analisis petik dilakukan dengan mengambil hasil petikan secara acak dari seluruh pemetik dan kemandoran. Analisis petik di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 menunjukkan hasil analisis petik dengan petikan halus 1.9±0.37%, petikan medium 51.5±1.30%, petikan kasar 31.43±2.70%, dan petikan rusak 15.16±2.31%.
Tabel 5 Hasil analisis petik di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning bulan April 2014
Ketentuan :
Petikan halus <5%; dan Petikan Medium 50% ( Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning 2014) Keterangan :
Petikan halus = p+1 dan p+2m
Petikan medium = p+2, p+3m, p+3, b+1m, b+2m, dan b+3m
Petikan kasar = p+4 atau lebih, b+1t, b+2t, b+3t, dan b+4t atau lebih Petikan rusak = daun lembaran dan tangkai
Analisis pucuk
Analisis pucuk dilakukan setiap hari dengan mengambil sampel pucuk teh secara acak dari setiap kemandoran. Pucuk yang memenuhi syarat dan pucuk yang tidak memenuhi syarat ditimbang dan dihitung dalam persen. Hasil analisis pucuk bulan Januari-April 2014 dapat dilihat pada Tabel 6. Analisis pucuk pada Tabel 6 menunjukkan rata-rata 31.3% pucuk memenuhi syarat (MS) dan 68.7% pucuk tidak memenuhi syarat (TMS).
Blok mandor Komposisi pucuk (%)
Petikan halus Petikan medium Petikan kasar Petikan rusak
1 1.65 50.50 29.85 18.00
Tabel 6 Hasil analisis pucuk di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning bulan Januari-April 2014
Mandor Januari Februari Maret April Rata-rata MS TMS MS TMS MS TMS MS TMS MS TMS dipanen. Pengamatan gilir petik Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dapat dilihat pada Tabel 7. Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning memiliki rata-rata gilir petik 8.5±3.08 hari.
Tabel 7 Gilir petik di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning tahun 2014 Blok
Standar gilir petik Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning 9-11 hari
Hanca petik
Hanca pemetik setiap blok berbeda karena dipengaruhi oleh kondisi pucuk, jumlah tenaga kerja dan topografi lahan. Penerapan hanca petik yang dilakukan di Kebun Rumpun Sari Kemuning adalah sistem hanca giring. Hanca petik di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dapat dilihat pada Tabel 8.
Kapasitas petik
Kegiatan pemetikan di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning menggunakan tangan manual, ani-ani dan sabit dengan standar kapasitas pemetik (basic yield) sebesar 60 kg/hari. Kapasitas pemetik Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dapat dilihat pada Tabel 9. Kapasitas pemetik pada Unit Perkebunan
Rumpun Sari Kemuning periode bulan Januari sampai April memiliki rata-rata 66.7±1.71 kg setiap pemetik. Standar kapasitas pemetik (basic yield)
Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning adalah 60 kg setiap pemetik.
Tabel 9 Kapasitas pemetik di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning bulan Januari-April 2014
Mandor Januari Februari Maret April Rata-rata ……….(kg pemetik-1)………
Rata-rata 65.31±6.08 66.27±4.76 69.55±5.30 65.74±6.33 66.70±1.71
a
Sumber : Laporan produksi Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning 2014
Setiap pemetik memiliki kapasitas petik tang berbeda. Pengamatan kapasitas petik berdasarkan usia pemetik di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nyata kapasitas pemetik berdasarkan usia pemetik. Data ditunjukkan dengan angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom rata-rata kapasitas pemetik.
Tabel 10 Kapasitas pemetik berdasarkan usia pemetik di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning bulan Januari-April 2014 menunjukkan nilai tidak berbeda nyata berdasarkan uji t-student dengan taraf 5%
Pengamatan kapasitas pemetik dilakukan terhadap pemetik di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning berdasarkan pengalaman bekerja sebagai pemetik. Kapasitas pemetik berdasarkan lama bekerja sebagai pemetik teh dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 menunjukkan bahwa tidak memiliki beda nyata pada kapasitas pemetik berdasarkan lama kerja di perkebunan Rumpun Sari Kemuning. Data ditunjukkan dengan angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom rata-rata kapasitas pemetik.
Tabel 11 Kapasitas pemetik berdasarkan lama kerja pemetik di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning bulan Januari-April 2014
Tenaga petik
Jumlah pemetik teh dengan menggunakan tangan manual atau ani-ani (Gambar 5) serta sabit maka rasio tenaga petik teh dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 menunjukkan jumlah tenaga pemetik dibandingkan dengan kebutuhan tenaga petik menurut rumus kebutuhan tenaga petik. Hasil perhitungan ini dapat digunakan sebagai perbandingan jumlah tenaga petik yang dibutuhkan oleh masing-masing luasan blok sampel.
Produksi dan HOK berdasarkan Umur Setelah Pangkas
Produksi perkebunan teh erat kaitannya dengan jumlah HOK pemetik tanaman teh. Data produksi dan jumlah HOK yang dihasilkan pada suatu hasil pemanenan atau pemetikan dapat diperoleh dari data sekunder kantor kebun maupun pabrik. Data produksi dan HOK dapat dlihat pada Tabel 13. Data pada Tabel 13 menunjukkan bahwa jumlah produksi dan HOK Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dengan membandingkan prestasi tenaga petik dalam satuan kg HOK-1.
Sumber : Data Produksi Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning
Gambar 9 Produksi dan HOK Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning pada tahun 2013
28 30 32 34 36 38
I II III IV
Tahun Pangkas
k
g/
H
O
K
Sumber : Laporan Produksi Kantor dan Kebun Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning
Pengolahan Hasil. Pengolahan teh merupakan proses yang diterapkan pada pucuk teh menjadi jenis teh yang dapat dikonsumsi. Produk teh kering yang dibuat oleh Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning adalah teh hijau. Proses pengolahan pucuk menjadi teh hijau melalui berbagai tahap antara lain pelayuan, penggilingan, pengeringan awal, pengeringan akhir, sortasi, dan pengepakan. Proses pembuatan teh hijau yaitu menghentikan proses oksidasi dengan menggunakan panas.
Pelayuan. Pelayuan merupakan proses awal dalam produksi teh, oleh karena itu pelayuan menjadi kunci utama keberhasilan proses selanjutnya. Proses pelayuan pucuk teh yang dilakukan di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning menggunakan alat yang disebut Rotary Panner (RP). Pucuk basah dilayukan melalui Hong yang berputar secara terus-menerus. Kapasitas mesin pelayuan 350 kg jam-1 pucuk basah per unit. Putaran alat 45 rpm dan suhu yang digunakan 90º C-100º C. Mesin pelayuan yang dimiliki Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning berjumlah dua unit. Kegiatan pelayuan meliputi penghamparan pucuk teh dapat dilihat pada Gambar 10(a); proses pelayuan pucuk teh ke dalam mesin dapat dilihat pada Gambar 10(b); dan mesin pelayuan teh Rotary Panner dapat dilihat pada Gambar 10(c).
Gambar 10 Proses penghamparan pucuk teh (a) ; proses pelayuan pucuk teh ke dalam mesin (b); dan mesin pelayuan teh Rotary Panner(c)
Pucuk dihamparkan sebelum masuk ke dalam mesin pelayuan. Hal ini dilakukan untuk menjaga sirkulasi pucuk teh sebelum diolah. Pucuk masuk ke conveyor melalui tempat pengisian (feed hopper) diratakan dengan leaf spreader
agar pucuk yang masuk mesin tidak menggumpal. Blower dipasang diatas conveyor untuk meniupkan udara ke dalam silinder. Pelayuan pucuk sekitar 5-7 menit. Pucuk yang dihasilkan adalah pucuk layu dengan warna hijau dan lentur atau lemas dengan kadar air ±70%. Aroma teh yang ditimbulkan harum dan tidak ada air yang keluar apabila diremas. Kerataan tingkat layu teh sangat menentukan kualitas teh.
Penggilingan. Pucuk dari Rotary Panner masuk ke dalam Press Roll (PR).
Press Roll (Jackson) adalah alat penggilingan yang berfungsi untuk membentuk daun teh menjadi gulungan gulungan kecil. Proses penggilingan ini akan meyebabkan daun mengeluarkan cairan yang berfungsi sebagai perekat daun yang menggulung. Sebelum masuk ke dalam alat Jackson, pucuk didinginkan dan ditimbang sesuai dengan kapasitas alat. Alat tersebut memiliki kapasitas sebesar 80 kg. Putaran Jackson 25 rpm selama 10-15 menit. Mesin memiliki kapasitas 400 kg jam-1. Mesin Press Roll dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11 Press Roll
Alat penggiling dilengkapi dengan alat pengepres. Pengepres biasanya digunakan bila kondisi pucuk kurang baik misalnya banyak pucuk tua. Fungsi dari jackson adalah untuk mememarkan, menggulung, mengecilkan, dan meratakan daun teh sehingga nantinya akan terbentuk senyawa atau aroma teh dengan mutu baik. Setelah penggilingan, besar kemungkinan pucuk mengalami fermentasi. Oleh karena itu, pucuk harus segera dimasukkan ke alat pengeringan awal begitu proses penggilingan selesai dan tidak didiamkan. Hasil gilingan yang baik adalah daun tidak menjadi bubuk dan tidak ada air yang menetes dari alat. Bentuk gulungan dipengaruhi oleh kualitas bahan baku serta tingkat kelayuan pucuk.
Pengeringan. Pengeringan bertujuan untuk menurunkan kadar air menjadi 3-5% sehingga meningkatkan daya simpan teh dan membantu menyempurnakan bentuk gulungan teh. Pengeringan yang dilakukan di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dilakukan melalui beberapa tahap. Tahapan-tahapan tersebut yaitu, pengeringan awal dengan Endless Chain Presser (ECP), Rotary Dryer dan
Ball Tea.
Endless Chain Presser (ECP) atau Belong atau pengeringan awal merupakan alat untuk mengurangi kadar air pucuk hingga 40-45%. Hasil dari gilingan Press Roll dimasukkan ke dalam ECP dengan menaruh bahan di atas trys-trys yang berjalan. Bahan yang masuk diratakan dengan ketebalan ±4 cm. Alat pengering ini terdiri dari empat tingkatan bak pengering yang berbeda kadar
panasnya, semakin ke bagian bawah, maka panasnya semakin menurun. Pengeringan awal menggunakan suhu 110º C-135º C. Panas yang digunakan adalah uap panas murni. Alat tersebut memiliki kapasitas 300-350 kg per jam. Mesin ECP yang dimiliki Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning berjumlah dua unit. Mesin Endless Chain Presser dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12 Endless Chain Presser (ECP)
Rotary Dryer seperti Gambar 13 merupakan alat pengeringan yang berfungsi sebagai pemanas lanjutan dari bahan yang keluar dari ECP. Bahan yang masuk ke
Rotary Dryer sesuai dengan kapasitas alat yakni 100 kg tiap unit yang setara dengan satu troli. Alat ini menurunkan kadar air teh hingga 30%. Pengeringan dengan Rotary Dryer selama 30-40 menit. Suhu yang digunakan berkisar 70 ºC-85 ºC dengan putaran 25-30 rpm.
Gambar 13 Rotary Dryer (RD)
Ball tea merupakan alat pengeringan akhir dari bahan atau pucuk teh sehingga didapatkan pucuk teh kering dengan kadar air ±3%. Bahan yang dihasilkan dari Rotary Dryer masuk ke Ball Tea sesuai dengan kapasitas alatnya.
Gambar 14 Ball Tea
Sortasi. Sortasi teh kering dilakukan dengan mesin untuk mengelompokkan teh kering menjadi beberapa jenis mutu teh hijau sesuai dengan permintaan pasar. Sortasi yang dilakukan Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning melalui beberapa tahapan. Alat yang digunakan yaitu Meksy Layer, Middle Ton, Winnower, Crusher, dan Stalk Separator. Pengelompokan teh di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning terdiri atas beberapa pengelompokan grade kualitas teh dapat dilihat pada Lampiran 11. Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning menetapkan jenis mutu teh hijau menjadi dua yaitu grade 1 dan grade 2. Grade 1 terdiri dari Peko Super Besar (PSB), Peko Super Kecil (PSK), dan Cun Mee (CM). Grade 2 terdiri dari Lokal 1, Lokal 2, kempring, Tulang, dan Dust.
Meksy Layer merupakan alat pemisah bahan yang mengelompokkan teh kering menjadi beberapa bagian. Mesin ini menggunakan ayakan untuk memisahkan bahan dengan ukuran 10, 8, 6, 4, dan 2 mesh. Alat ini memisahkan bahan menjadi PSB, PSK, Lokal 1, dan dust. Middle Ton merupakan alat sortasi yang berfungsi untuk memisahkan tulang dan menyeragamkan partikel teh. Middle Ton digunakan untuk sortasi PSB dan PSK. Winnower berfungsi untuk memisahkan teh berdasarkan berat jenis. Stalk Separator digunakan untuk memisahkan tulang-tulang kecil, sedangkan Crusher berfungsi untuk memotong teh menjadi jenis yang dibutuhkan. Mesin Meksy Layer dapat dilihat pada Gambar 15(a); Mesin Middle Ton dapat dilihat pada Gambar 15(b). Mesin sortasi Middle Ton dan Winnower dapat dilihat pada Gambar 16.
Gambar 15 Meksy Layer (a) dan Middle Ton (b)