Lentera Vol. 14 No. 9 Juli 2014
30
PENGARUH PENGGUNAAN MODUL MULTIMEDIA
TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA SMA
MUTHMAINNA
Dosen Program Studi Pendidikan Geografi FKIP Universitas Almuslim
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuanuntuk mengatahui pengaruh penggunaan modul multimedia terhadap hasil belajar geografi siswa SMA. Subjek penelitian yakni siswa kelas X SMA Negeri 1 Malang terdiri dari dua kelas yaitu kelas X1 sebagai kelas eksperimen dan kelas X2 sebagai kelas kontrol. Subjek penelitian ditentukan berdasarkan kesamaan nilai rata-rata ujian semester pertama.Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental semu (quasi experiment) dengan instrumen penelitian yang digunakan adalah tes pilhan ganda dengan 48 soal. Teknik analisis yang digunakan adalah ujit-test dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS 16.0 for Windows.Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan modul multimedia tidak berpengaruh terhadap hasil belajar geografi. Siswa yang belajar dengan menggunakan modul multimedia memperoleh hasil belajar yang lebih rendah daripada siswa yang menggunakan buku teks. Berdasarkan hasil uji t diketahui bahwa ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang menggunakan modul multimedia dengan buku teks, nilai p-level adalah 0,00lebih kecil dari signifikansi yaitu 0,05 (p<0,05). Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian ini, maka diberikan saran bagi peneliti dan pengembang selanjutnya supaya dalam mengembangkan modul multimedia harus memperhatikan kaidah-kaidah dan pedoman pengembangan modul yang baik dan benar agar produk yang dihasilkan dapat dimanfaatkan secara baik oleh siswa dan hendaknya melakukan eksperimen lanjutan pada sekolah yang lebih bervariasi dan mengambil lokasi penelitian lebih dari satu dengan sekolah yang berbeda karakteristik.
Kata kunci: Modul Multimedia dan Hasil Belajar. Pendahul uan
Penggunaan modul sebagai bahan ajar di dala m ke las merupakan suatu alternatif untuk pembelajaran yang menitikberatkan pada keaktifan dan ke mandirian bela jar siswa.Berka itandengan modul, Win kell GDOD P 6XWDGML PHQJDWDNDQ EDKZD´ modul dapat digunakan untuk belajar secara mandiri atau individu, karena modul me muat tujuan pe mbela jaran, petunjuk tentang cara belajar, bahan bacaan, lembar kunci jawaban sebagai balikan, dan alat HYDOXDVL EHODMDU´ 'HQJDQ GHPLNLDQ VLVZD dapat menggunakannya setiap waktu dan
tempat sesuai dengan keinginan,
kesempatan, ke ma mpuan, dan kemungkinan untuk maju berkelan jutan dan hasil belajar yang lebih baik.
Modul merupakan salah satu bahan ajar yang dapat diman faatkan untuk me mbantu proses pembelaja ran. Modul adalah a lat atau sarana pembela jaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara
mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai ko mpetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat komp leksitasnya. Pembela jaran dengan menggunakan modul me mberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara mandiri sesuai dengan percepatan pembela jaran masing-masing.
Pada awalnya modul dita mpilkan dala m bentuk cetakan, namun seiring dengan perke mbangan ilmu pengetahuan dan teknologi modul juga dapat dita mpilkan menggunakan ko mputer. Su mber bela jar yang biasanya ditampilkan me lalu i buku teks yang statis dapat dike mbangkan men jadi d ina mis dan intera ktif. Bahan a jar yang berupa modul tertulis akan lebih me mbe rikan nila i tambah apabila digunakan dengan multimed ia. Gabungan modul dengan mult imedia akan meningkatkan semangat siswa untuk belajar mandiri, kele mahan modul tertulis tidak ma mpu untuk mena mpilkan ga mbar bergera k
Lentera Vol. 14 No. 9 Juli 2014
31
seperti video, film, dan la innya dapat dieliminasi dengan adanya mult imedia .
Penggunaan multimed ia sebagai ko mbinasi dari berbagai med ia yang
digunakan sangat tepat dalam
mengako modasi kebutuhan masing-masing siswa dalam menerima pela jaran terutama yang berkaitan dengan gaya belajar siswa. Multimedia dapat me mbawa perubahan GDUL VLWXDVL EHODMD U ´OHDUQLQJ ZLWK HIIRUW´ (belaja r dengan terpaksa) dapat diganti PHQ MDGL ´OHDUQLQJ ZLWK IXQ´ yaitu pembela jaran yang menyenangkan, kreatif, dan tidak me mbosankan. Tway (1995) PHQ\DWDNDQ ´multimedia offers an excelent alternative to traditional teaching by allowing the student to explore and learn at different paces, every student has the oppurtunity to learn at his or her full
potential´ .RPE LQDVL WHNQRORJL PXOWLPHGLD
dengan materi a jar menghasilkan media interaktif yang dapat disampaikan kepada siswa dengan berbagai cara dan untuk pembela jaran yang berbeda yang lebih berpusat kepada mere ka. Berbagai variasi tampilan/visual seperti animasi bergerak, potongan video, reka man audio, paduan warna, dapat dibuat untuk mendapatkan med ia pe mbela jaran yang lebih ba ik lag i.
Keuntungan dari mult imedia ialah menarik, kooperatif, dan dapat digunakan untuk pembelaja ran di luar ke las atau
rumah. Menurut Heinich (1985)
´PX OWLPHG LD MXJD EHUXVDKD PHQVLPX ODVLNDQ secara lebih dekat dengan kondisi pembela jaran yang bersifat dunia nyata,
yang melibatkan banyak indra
(mult isensory), semuanya dala m satu SHQJDODPDQ EHODMDU VHFDUD EHUVDPDDQ´ Modul yang dilengkapi dengan multimedia men jadikannya lebih menarik karena me mbe rika m ta mpilan yang dinamis dengan visualisasi nyata. Penggunaan perangkat lunak mu ltimed ia dala m p roses belajar mengaja r akan meningkatkan efisiensi, me mfasilitasi bela jar a ktif, me mfasilitasi belajar e ksperimental, dan konsisten dengan belajar yang berpusat pada siswa.
Pe mbela jaran dengan penggunaan modul mult imedia lebih efekt if, karena dapat mempermudah siswa dalam bela jar dan guru dalam mengaja r. Penggunaan modul mu ltimed ia dapat meningkatkan
keefe ktifan dala m pe mbela jaran. Pendapat serupa juga didukung dari hasil penelitian Susilowati, dkk (2010) menyatakan bahwa penggunaan modul berbasis e-media lebih efektif dala m penanaman pengetahuan
masyarakat tentang pengelolaan
sampah.Penjelasan me lalu i mult imedia akan lebih mudah dipahami siswa jika dibandingkan dengan belajar dari buku te ks saja; ma mpu menimbulkan rasa senang selama proses pembelajaran berlangsung yang pada akhirnya berdampak pada hasil belajar siswa.
Pe mbela jaran dengan menggunakan modul mult imedia dapat me mpe rmudah siswa untuk mengkaji objek materia l geografi yang terlalu luas untuk dijangkau secara langsung.Bahan ajar ini dapat
me mbe rikan ke mudahan untuk
mengga mbarkan obje k-obje k geografi yang tersedia di ala m dan sulit dijangkau secara langsung. Dengan bahan ajar ini, guru dapat menghadirkan suasana nyata ke dalam kelas. Guru juga dapat mendorong siswa
untuk menarik hubungan antara
pengetahuan dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Modul multimedia yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah modul mult imedia hasil pengembangan Wahyu Widiastuti dengan Kompetensi Dasar me maha mi d ina mika at mosfer dan
pengaruhnya terhadap kehidupan.
Keleb ihan modul mult imedia in i dapat men ingkatkan hasil belaja r siswa, dari hasil uji coba produk diketahui bahwa dengan
menggunakan modul mu ltimedia
pemaha man siswa tentang materi at mosfer lebih baik.Modul mu ltimedia mena mpilkan video, gambar, dan animasi yang men jelaskan konsep atmosfer lebih nyata sehingga siswa dapat memaha mi hal-hal yang sulit men jadi lebih mudah. Keleb ihan lain dari modul in i yaitu siswa dapat belajar secara mandiri dengan mengikuti petunjuk yang ada dan belajar sesuai dengan ke ma mpuannya masing-masing. Spesifikasi modul yang telah dilengkapi dengan apersepsi, petunjuk penggunaan, glosariu m, soal, materi me mudahkan siswa untuk belajar secara mandiri.
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, ma ka rumusan masalah yang dapat
Lentera Vol. 14 No. 9 Juli 2014
32
dike mu kakan dala m penelit ian ini ada lah: apakah penggunaan modul multimedia dapat berpengaruh terhadap hasil bela jar siswa SMA?.
Metode
Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu (quasi
experiment) dengan rancangan penelitian
Non Randomized Control Group,
Pretest-Postest Design (Ary, 2002).Desain
penelitian ini mirip dengan pretest-posttest
dala m true ek speriment dalam kondisi t idak mungkin dila kukan randomisasi. Karena adanya pretest maka dala m desain penelitian ini kesetaraan kelo mpok kontrol dan eksperimen perlu d iperhitungkan sehingga dalam penentuan kedua kelas tersebut didasarkan pada kesamaan nila i ujian semester perta ma. Model rancangan
Non Randomized Control Group,
Pretest-Postest Design seperti di bawah ini.
Tabel 1. Model Rancangan eksperimen quasi Non Randomized Control Group, Pretest Postest Design design Kelo m pok Pretest Perla ku an Postest A O1 X O2 B O1 O2 Sumber: (Ary, 2002) Keterangan:
A = Kelo mpok eksperimen B = Kelo mpok kontrol
O1 = Observasi kelo mpok e ksperimen O2 = Observasi kelo mpok e ksperimen X = Pe mbela jaran menggunakan
modul mu lt imedia
O1 = Observasi kelo mpok kontrol O2 = Observasi kelo mpok kontrol
Secara teorit is Non Randomized
Control Group, Pretest-Postest Design akan
me munculkan berbagai ke mungkinan dengan berbagai ko mbinasi setelah variabel bebas diman ipulasi atau pengontrolan terhadap variabel la innya.
Dala m desain ini, kedua kelo mpok diberi pretest, ke mud ian diberikan perlakuan, dan terakhir diberikan
posttest.Penelitian ini mengungkap
hubungan sebab akibat antara variabel
bebas modul mult imedia terhadap variabel terikat ya kni hasil bela jar siswa.
Subjek dala m dala m penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Malang Tahun Ajaran 2012/2013 yang terdiri dari 9 kelas yaitu kelas X1 sa mpai X9dengan ju mlah keseluruhan siswa yaitu 315 siswa. Dari ke las yang ada akan ditentukan 2 kelas sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Penentuan kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan keadaan yang hampir sama antara kedua kelas ini. Kriteria dala m penentuan sampel adalah ke las yang me miliki nilai hasil ujian se mester satu yang relative sa ma. Setelah dilaku kan observasi awal maka d itentukan kelas X1 dan X2 sebagai subjek penelitian. Kelas X1 sebagai kelas Eksperimen dan X2 sebagai kelas kontrol. Ke las eksperimen pembela jaran dengan menggunakan modul multimedia dan kelas kontrol dengan urutan buku teks.
Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian in i adalah tes hasil belaja r aspek kognitif yang dibuat oleh peneliti dan dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Instrumen tes hasil belajar berbentuk soal objektif pilihan ganda yang berju mlah 38 soal dengan 5 pilihan ja waban. Waktu yang disediakan untuk menja wab soal 45 men it. Teknik penskorannnya ditentukan dengan me mbe ri skor 2,6 untuk jawaban yang benar dan 0 untuk ja waban yang salah.
Analisis data yang digunakan bertujuan untuk me mberikan ma kna terhadap data yang telah diku mpulkan dari sa mpel penelitian dengan menggunakan nila i tes akhir.Analisis statistik deskriptif, mendeskripsikan atau me mberikan gambaran data dalam bentuk tabel, grafik, histogram dari n ila i rata-rata, frekuensi, dan standar deviasi.Untuk me laku kan uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji t dengan taraf signifikan 5% dan perhitungannya dilakukan dengan bantuan
SPSS 16 for windows.
Hasil
Data dari hasil penelitian ya itu skor hasil belaja r siswa kelas kontrol dan eksperimen. Skor hasil be laja r diperoleh dari tes yang diberikan kepada siswa dengan soal berbentuk pilihan ganda yang
Lentera Vol. 14 No. 9 Juli 2014
33
berju mlah 38 soal. Pada awa l penyusunan kisi-kisi ju mlah kesuluruhan soal yaitu 45, namun setelah dilakukan pengujian validitas, re liab ilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran seperti yang terla mpir pada La mp iran 7 dan 8 diperoleh tujuh soal yang tidak valid.
Data untuk uji hipotesisi didapatkan dari perbedaan skor antara pretest dan
posttest yang disebut dengan gain score.
Gain score inilah yang digunakan untuk
menguji perbedaan hasil penelitian dengan menggunakan uji independent sample t-test. Skor rata-rata pretest kelas e kperimen yakni 32 termasuk kategori kurang dengan ju mlah siswa 36 orang. Pada ke las kontrol skor rata-rata pretest yaitu 35 termasuk kategori kurang dengan jumlah siswa 36 orang. Dari rata-rata skor pretest antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol tidak ada perbedaan yang terlalu signifikan antara keduanya. Tidak ada perbedaan yang signifikan skor pretest antara ke las ekperimen dan kontrol dikarenakan kedua kelas tersebut me miliki ke ma mpuan yang hampir sa ma.
Ada perbedaan skor rata-rata hasil
posttest kelas eksperimen dengan kontrol
setelah diberikan perla kuan yang berbeda. Kelas eksperimen dengan menggunakan modul mu ltimedia mendapatkan rata-rata skor posttest lebih rendah dibandingkan dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan modul mult imedia . Skor rata-rata kelas eksperimen yaitu 66 termasuk kategori baik, sedangkan skor rata-rata ke las kontrol yaitu 87,9 dengan kategori sangat baik. Dari hasil in i dapat dilihat perbedaan hasil posstes yang signifikan diantara keduanya yang disebabkan oleh berbagai faktor.
Perbandingan rata-rata skor hasil
pretest dan posttest kelas eksperimen
dengan kelas kontrol dapat dilihat pada grafik 1. Dari grafik terlihat bahwa peningkatan hasil Posttest kelas eksperimen lebih rendah dibandingkan dengan kelas kontrol, sedangkan hasil pretest kedua kelas tersebut tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
Ga mbar 1. Perbandingan Rata-rata Skor
Pretest dengan Postest Kelas
Kontrol dan Eksperimen
Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa penggunaan modul mu ltimed ia tidak berpengaruh terhadap hasil belajar geografi. Dugaan hipotesis dala m penelitian ini ditola k, perta ma perubahan kebiasaan belajar dari teacher
centered menjadi student centered dengan
menggunakan modul mu ltimed ia men jadi kendala bagi siswa dalam mengatur cara belajarnya. Siswa biasanya belajar dengan arahan dan penyampaian materi dari guru, tetapi dengan menggunakan modul siswa dituntut untuk ma mpu bela jar mandiri.
Kedua, siswa mengala mi kesulitan dala m me mpela jari isi modul multimedia atmosfer yang digunakan dalam penelitian ini. Kara kteristik modul yang sukar bagi siswa dengan kema mpuan akade mik sedang menyebabkan mere ka sulit me maha mi materi at mosfer. Kesulitan ini berda mpak terhadap minat baca, mot ivasi, dan ketertarikan siswa terhadap modul yang bermuara pada pencapaian hasil bela jar siswa. Materi yang dianggap paling sulit oleh siswa yakni materi unsur-unsur cuaca dan iklim. Pada soal tes materi tersebut me miliki ko mposisi yang relatif banyak, sehingga sangat me mungkinkan bagi siswa untuk me mpero leh hasil be laja r yang rendah.
Pada pertemuan pertama , siswa mengala mi kendala sela ma pe mbela jaran
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Pretest Postest
Lentera Vol. 14 No. 9 Juli 2014
34
berlangsung.Hal ini disebabkan karena siswa belum pernah belajar dengan menggunakan modul multimedia secara mandiri. Sela ma ini siswa selalu belajar dengan arahan dan penyampaian materi oleh guru, sehingga harus diberikan dorongan belajar yang lebih besar dalam me mpe rla jari modu l.
Sela in itu, ko mputer yang terdapat di laboratoriu m mu ltimedia terhubung dengan jaringan wi-fi. Siswa dapat mengakses
website yang mere ka ingin kan, in i men jadi
hambatan selama me mpe la jari modul karena siswa me mbu ka situs jejaring sosial
dan games online. Siswa merasa bahwa
situs-situs tersebut lebih menarik daripada modul mu lt imedia at mosfer yang sedang me reka pela jari. Sehingga selama pembela jaran guru harus ma mpu mengontrol setiap siswa agar hanya berfokus me mpe laja ri modul, na mun dengan jumlah siswa yang relat if banyak menyebabkan ada beberapa siswa yang terabaikan.
Modul merupakan bahan ajar yang dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh siswa. Artinya, siswa dapat me la kukan keg iatan belajar tanpa kehadiran guru secara langsung. Bela jar sendiri me la lui modul me me rlu kan disiplin yang tinggi (self dicipline).Siswa harus sanggup mengatur wa ktu, me ma ksa diri untuk belajar, dan kuat terhadap gangguan-gangguan lingkungan dan teman-teman berma in. Sela in itu, keb iasaan siswa belajar secara tatap muka di ke las dengan guru cenderung me mbuat me reka menjadi pasif, siswa akan mengala mi kesulitan untuk beralih kepada situasi baru yang sangat berbeda dengan pembelaja ran yang menuntut siswa banyak belajar secara aktif dan mandiri.
Pada saat me mpelaja ri modul mu ltimed ia terlihat antusias dan ketertarikan siswa terhadap modul kurang. Hal in i dapat dilihat dari siswa yang tidak serius me mbaca modul, siswa berbica ra dengan teman sejawat menyebabkan mere ka t idak kosentrasi dala m belaja r, dan ada siswa
yang membuka facebook ketika
pembela jaran berlangsung. Kele mahan
pembela jaran dengan menggunakan
mu ltimed ia yang diaplikasikan oleh siswa
secara langsung adalah timbulnya ketertarikan siswa untuk mengakses program-progra m yang menarik perhatian me reka lebih besar. Hal ini berda mpak terhadap minat siswa dala m me mpela jari modul dan faktor inilah men jadi kendala selama pe mbe laja ran.
Apabila individu me mpunyai minat terhadap suatu objek atau aktivitas, maka ia akan berhubungan secara aktif dengan obyek atau aktivitas yang menarik perhatiannya itu, dan sebaliknya jika individu tidak me mpunyai minat terhadap suatu objek atau akivitas maka ia tidak akan berhubungan secara aktif dengan obyek tersebut (Wahyuningtiyas, 2012). Dari pengamatan selama penelit ian, siswa tidak me miliki minat baca yang baik terhadap modul mu lt imedia tersebut.
Pe mbela jaran dengan menggunakan modul menuntut siswa untuk me miliki minat baca dan motivasi belajar yang tinggi, karena belajar dengan modul merupakan sistem belaja r mandiri yang lebih men itikberatkan pada peran otonomi bela jar siswa. Karena tanpa minat me mbaca yang baik siswa tidak akan bisa mecapai tujuan yang telah ditetapkan. Carnine (da la m Wahyuningtyas, 2012) mengatakan bahwa ´PHQJH PEDQJNDQ PLQDW PH PEDFD VDQJDW penting bagi siswa dala m rangka pengembangan kema mpuan akade mik, keahlian, dan kecerdasan. Tanpa minat baca, keunggulan dala m prestasi sekolah WLGDN DNDQ WHUFDSDL´ 7DQSD PLQDW PH PEDFD yang tinggi dala m me mpe laja ri modul, ma ka hasil be laja r siswa juga tida k akan tercapai seperti yang telah ditentukan.
Be laja r mandiri dengan modul ditentukan oleh kema mpuan belaja r secara efisien. Ke ma mpuan belaja r efisien bergantung pada kecepatan me mbaca dan ke ma mpuan me maha mi isi bacaan.Untuk dapat belajar mandiri dengan menggunakan modul mu lt imedia secara efisien, siswa dituntut harus me miliki inisiatif dan motivasi bela jar yang kuat hal inilah yang kurang dimiliki oleh siswa. Siswa juga dituntut untuk dapat mengatur waktunya dengan efisien, sehingga dapat belajar secara teratur berdasarkan jadwal bela jar yang ditentukan sendiri. Motivasi me miliki
Lentera Vol. 14 No. 9 Juli 2014
35
pembela jaran dengan modul, Ibrah im PHQ\DWDNDQ EDKZD ´PRWLYDVL berpengaruh terhadap pembelaja ran dengan menggunakan modul ka rena motivasi menentukan keberhasilan siswa da la m menguasai materi dan ke inginan untuk PH PEDFD PRGX O´
Motivasi merupakan salah satu faktor yang dianggap penting dalam pencapaian hasil belajar siswa. Motivasi diperlukan untuk menu mbuhkan ke inginan siswa dala m me mpe la jari modul mult imedia yang diberikan oleh guru.Motivasi dan bela jar
me rupakan dua hal yang saling
me mpengaruhi. Sayangnya motivasi tidak selalu timbul, in i terlihat di dala m ke las berku mpul siswa dengan ke ma mpuan yang berbeda-beda maka sebenarnya harus dila kukan pengorganisasian materi pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan me reka untuk meningkat kan motivasi. Seharusnya modul yang disusun harus ma mpu mengorganisir seluruh ke ma mpuan siswa karena itu berpengaruh terhadap keinginan siswa untuk belajar. Modul yang disusun harus didesain secara menarik baik dari segi penulisan, pe milihan ga mbar yang sesuai dengan materi, dan tata letak ga mbar yang tepat sehingga dapat mendorong siswa untuk me mbacanya.
Siswa mengala mi kesulitan dala m me maha mi modul mu ltimedia disebabkan oleh kontens yang terlalu sulit. Ca kupan materi te rla lu tinggi dengan penjabaran yang sangat singkat. Materi yang disajikan seharusnya dimula i dari pengenalan konsep, definisi, contoh, dan latihan.Kalimat da la m setiap tayangan multimedia hanya mena mp ilkan point-point secara umu m tanpa penjelasan lebih lanjut. Wahyuningsih (2012) dala m jurnalnya menyatakan bahwa ´PLQDW EDFD \DQJ UHQGDK PHQ\HEDENDQ keakt ifan dan hasil belajar men jadi rendah dan kerumitan bahan ajar yang disampaikan me mbuat siswa kurang tertarik untuk PH PEDFD EDKDQ DMD U WHUVHEXW´
Penyajian konsep disajikan secara tidak runtun dan sistematis, seperti materi unsur cuaca dan iklim tercantu m pada modul mu ltimed ia I ke mudian dibahas lagi pada modul mult imedia III. Ketertautan antar bab, subbab, dan alinea dalam modul t idak tergambarkan secara jelas. Penyampaian
pesan antara sub bab s atu dengan sub bab lainnya seperti tidak ada keterka itan isi dan mencermin kan keruntutan. Setiap runtutan materi tidak tercantum ka limat penghubung sebagai satu kesatuan yang utuh.
Kele mahan pertama , bahan ajar modul mu ltimed ia yang digunakan dalam penelitian ini masih bergantung pada media atau sumber bela jar la in. Widiastuti (2012) PHQ\DWDNDQ EDKZD ´PRGXO PXOWLPHGLD yang dikembangkan me miliki kele mahan yakni bergantung pada media lain, untuk mena mbah pemaha man tentang materi atmosfer siswa masih harus harus me mbuka web yang terdapat dalam daftar pustaka atau VXPEHU ODLQQ\D´ 6LVZD KDUXV PHQFDUL istilah-istilah dan konsep yang sulit di internet atau dikonsultasikan dengan guru. Dengan demikian modul mu ltimedia atmosfer hasil pengembangan ini t idak sesuai dengan karakteristik modul. Syarat sebuah modul adalah stand alone, modul yang dike mbangkan seharusnya tidak bergantung pada media lain atau tidak harus secara bersamaan digunakan dengan media lain.
Modul mult imedia at mosfer me miliki kele mahan yaitu presentasi hanya dibuat dala m bentuk teks saja, narasi verba l yang diucapkan pada setiap fra me t idak d ibuat, sehingga siswa harus berusaha me maha mi
teks dengan bantuan gambar dan
animasi.Penggunaan multimedia da la m pembela jaran me miliki beberapa kele mahan jika mu lt imedia tersebut berisi banyak teks, karena me mbaca te ks pada layar ko mputer lebih sulit dibandingkan me mbaca pada buku apalagi dengan tipe penulisan yang rapat-rapat. Kele mahan modul yang berisi banyak teks kurang kuat bila d igunakan sebagai media untuk me mberikan motivasi karena me mbaca te ks pada layar ko mputer tidak semudah me mbaca pada buku (Pra mono, 2008).
Kejenuhan mata ketika me mbaca teks yang terlalu banyak menyebabkan siswa tidak mau berla ma -la ma dala m me mpela jari modul.Sela in itu, penggunaan multimedia pada modul me mbutuhkan dukungan perangkat keras komputer sehingga pemanfaatannya tidak fle ksibel seperti buku teks. Hasil penelit ian Ibrahim (2009) bahwa ´GDUL KDVLO DQDOLVLV GDWD PHQXQMXNNDQ
Lentera Vol. 14 No. 9 Juli 2014
36
bahwa rata-rata besar pengaruh
pembela jaran berbantuan komputer tidak VLJQLILNDQ WHUKDGDS KDVLO EHODMD U´ 8QWXN mengatasi kele mahan tersebut, maka dala m
pengembangan modul multimedia
sebaiknya dilengkapi dengan modul tertulis. Ketika pe mbela jaran berlangsung siswa banyak bertanya tentang istilah yang terdapat di dalam modul dan rata-rata video berbahasa Inggris tanpa ada terje mahan seperti video apersepsi modul mu ltimedia III. Siswa yang ke ma mpuan berbahasa inggrisnya kurang akan mengala mi kesulitan untuk me maha mi materi. Menurut Wahyuningsih (2012) penulisan kalimat yang komunikatif pada modul berpengaruh terhadap minat belajar siswa. Ko munikasi antara siswa dengan bahan ajar akan tercapai apabila bahasa yang digunakan dala m modul tersebut bersifat komunikatif (Nurhayati, 2011). Sa lah satu karakteristik modul menurut Dikmen jur (2003) adalah
user friendly artinya bersahabat atau akrab
dengan pemaka inya. Ca ra penyajian modul menggunakan bahasa yang sederhana, mudah dipahami, dan mudah dimengerti, serta menggunakan ejaan bahasa Indonesia yang baik dan benar sehingga menjadi ko munikat if dan akrab bagi siswa.
Isi materi modul mult imed ia ini me rupakan konsep, data, dan prinsip sehingga siswa dituntut untuk bisa me maha mi seluruh materi secara berkesinambungan antara satu konsep dengan konsep yang lainnya. Pra mono (2 PHQ\HEXWNDQ EDKZD ´PXOWLPHGLD yang digunakan dalam pe mbela jaran
mandiri mungkin saja mendukung
pembela jaran di ke las tetapi mungkin saja tidak jika tidak disesuai dengan kebutuhan GDQ NRQGLVL VLVZD´ 6D ODK VDWX SULQVLS modul ya itu disusun dari materi yang mudah untuk me maha mi yang sulit, dari yang konkret untuk me maha mi yang semi konkret dan abstrak.
Modul sebagai bahan belajar sangat dituntut untuk mena mpilkan diri sebagai sumber belaja r yang me menuhi fa ktor-faktor keterpahaman (Understandability),
dapat dipakai (usability), dan keterka itan
(interestability).Teks bacaan modul dapat
dipahami dengan baik oleh siswa, terpakai, koheren, menyatu, dan cukup terstruktur
supaya dapat digunakan. Mayer (2001) PHQ\DWDNDQ EDKZD ´SULQVLS VHEXDK mu ltimed ia yang baik adalah pengaruh desain harus lebih kuat bagi siswa berpengetahuan rendah daripada siswa EHUSHQJDWDKXDQ WLQJJL´ 5DVLRQDOQ\D DODVDQ Mayer menyatakan de mikian adalah siswa berpengetahuan tinggi bisa menggunakan pengetahuan me reka sebelu mnya untuk mengo mpensasi atas kurangnya panduan dala m presentasi sebuah multimed ia, sedangkan siswa berpengetahuan rendah kurang bisa mela kukan pe mrosesan kognitif yang berguna saat presentasinya kurang panduan.
Modul merupakan bahan ajar cetak yang dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri di dala mnya telah dilengkapi petunjuk untuk belajar sendiri, art inya pembaca dapat me la kukan kegiatan bela jar tanpa kehadiran pengajar secara langsung. Bahasa, pola dan sifat kelengkapan lainnya yang terdapat dalam modul diatur sehingga ia seolah-olah me rupakan bahasa pengajar atau bahasa guru yang sedang me mberikan pengajaran pada murid-mu ridnya. Guru tidak secara langsung me mberi pela jaran atau mengajarkan sesuatu kepada para siswa-siswanya dengan tatap muka, tetapi cukup dengan modul-modul in i.
Pe mbela jaran dapat meningkatkan hasil belajar jika isi dan prosedur pembela jaran diorganisasikan menjad i urutan yang berma kna, bahan disajikan dala m bagian-bagian yang bergantung pada kedalaman dan kesulitannya. Menurut Indiyanti, dkk (2010) bDKZD ´PDWHUL \DQJ WHSDW GLVDMLNDQ dala m kegiatan pembela jaran adalah 1) relevan dengan sasaran pembelajaran, 2) tingkat kesukaran sesuai dengan taraf ke ma mpuan siswa, 3) dapat me motivasi siswa, 4) ma mpu mengaktifkan pikiran dan NHJLDWDQ VLVZD´ 6HWHODK GLLdentifikasi modul mu lt imedia yang digunakan dala m penelitian in i me miliki tingkat kesukaran yang tinggi bagi siswa untuk me maha mi materi. Hasil penelitian Nurhayati (2011) EDKZD ´PRGXO \DQJ VXNDU PH PLOLNL WLQJNDW keterbacaan yang rendah, karena siswa tidak me miliki ketertarikan terhadap modul WHUVHEXW´
Dengan adanya bahan ajar
Lentera Vol. 14 No. 9 Juli 2014
37
standar kompetensi atau kompetensi dasar sacara runtut dan sistematis sehingga secara aku mulatif ma mpu menguasai semua ko mpetensi secara utuh dan terpadu. Modul sebagai sebuah bahan ajar pada hakekatnya me rupakan sarana bagi siswa untuk me mpe la jari materi guna mencapai ko mpetensi yang telah ditentukan. Penggabungan modul dengan multimedia seharusnya ma mpu me mberikan ke mudahan bagi siswa untuk me maha mi konsep abstrak dan me mvisualisasikan feno mena yang tidak dapat dijangkau menjadi lebih
nyata.Namun karena kendala dan
kekurangan dala m penggunaan modul mu ltimed ia pada pembela jaran menjad ikan keleb ihan modul menjad i kele mahan yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hasil penelit ian in i didukung dari hasil penelitian Ka rtikaningtyas (2012) bahwa ´WLGDN DGD SHQJDUXK SHQJJXQDDQ PRGXO pembela jaran IPA terhadap hasil bela jar VLVZD 6'´ 'D UL QLODL KDVLOQ\D GLGDSDWNDQ bahwa posttest kelas eksperimen dan ke las kontrol tidak mengala mi perbedaan yang signifikan.
Penyusunan modul yang baik
me mbutuhkan wa ktu dan keahlian tertentu. Sukses atau gagalnya suatu modul bergantung pada penyusunannya. Modul mungkin saja me muat tujuan dan alat u kur yang berarti, akan tetapi pengalaman bela jar yang termuat di dala mnya tidak tertulis dengan baik atau tidak lengkap sehingga menyulitkan siswa dala m me maha mi isi modul. Karena kesulitan dala m me mpela jari modul secara mandiri menyebabkan siswa harus bergantung kepada guru, hal in i tentu saja menyimpang dari ka rakteristik uta ma sistem modul.
Kesimpul an Dan Sar an Kesimpul an
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelit ian dapat disimpulkan bahwa; tidak ada pengaruh penggunaan modul mult imedia terhadap hasil belajar geografi siswa SMA, berdasarkan skor hasil posttest kelas eksperimen lebih rendah dibandingkan ke las kontrol. Hal in i d isebabkan oleh beberapa kekurangan modul multimedia yang
digunakan di dalam penelitian dan kebiasaan belajar siswa yang pasif.
Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian ini ma ka penulis menyampa ikan saran bagi guru yang akan menggunakan dan peneliti yang akan menge mbangkan modul mu ltimed ia sebagai bahan ajar sebagai berikut:
a. Bagi pengembang modul
mu ltimed ia la in, dala m
menge mbangkan modul
mu ltimed ia harus me mperhatikan kaidah-kaidah dan pedoman pengembangan modul yang baik dan benar agar produk yang dihasilkan dapat dimanfaatkan secara baik oleh siswa.
b. Bagi guru yang akan menggunakan modul mu ltimed ia atmosfer harus me min ima lisirkan gangguan dari
lingkungan sekitar guna
pembela jaran dengan modul dapat berjalan dengan baik.
c. Bagi guru yang akan menggunakan modul mu ltimed ia atmosfer harus mengidentifikasi kara kteristik siswa, karena modul ini hanya bisa digunakan pada siswa dengan ke ma mpuan akademik tinggi dan motivasi be laja r tinggi.
d. Bagi pengembang modul
mu ltimed ia lain, uji coba produk
hendaknya dilakukan pada
beberapa sekolah untuk
mendapatkan data dan masukan untuk me mperkaya produk agar lebih berkualitas.
e. Bagi penelit i lainnya, hendaknya me la kukan eksperimen lan jutan pada sekolah yang lebih bervariasi dan mengamb il lokasi penelitian lebih dari satu dengan sekolah yang berbeda karakte ristik.
Daftar Pustaka
Ary, Donal. 2002. An Invitation To Research In Social Education.
Lentera Vol. 14 No. 9 Juli 2014
38
Dikmen jur. 2003. Pedoman Penulisan
Modul. Jakarta; Departe men
Pendidikan Nasional.
Indiyanti, Yunita. Endang Susilowati. 2010.
Pengembangan Modul(Diberikan dalam Pelatihan Pembuatan e-Module Bagi Guru-Guru IPA Biologi SMP se-kota Surak arta
Menuju Open Education
Resources. Tim Pengabdian
Kepada Masyarakat. Le mlit Universitas Sebelas Maret Ibrahim, Nurd in. 2009. Pengaruh
Pembelajaran berbantuan
Komputer Terhadap Hasil
Belajar (Meta Analisis). Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan Vol 15. No 1. Hal 108-125
Ibrahim, Nurd in. 2002. Hubungan Antara Keterbacaan Modul dan Motivasi
Berprestasi Dengan Hasil
Belajar Pelajaran Sejarah. Jurnal
Teknologi dan Ko munikasi Informasi Pendidikan Depdiknas. Kartikaningtyas, Marina. 2012. Pengaruh
Penggunaan Modul
Pembelajaran IPA Terhadap
Hasil belajar Siswa Kelas IV SD
Candigaron Semarang. Tesis.
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
Morrison GR, Ross. SM, Ke mp JE. 2001.
Designing Effective Instruction
(3rd Edition). New York; John &
Son Inc.
Nurhayati, 2011. Tingkat Keterbacaan Modul Bahasa Indonesia SMP Terbuka Melalui Tes Pilhan
Ganda. Tesis. Tidak Diterb itkan.
Universitas Pendidikan
Indonesia.
Ra mansyah, W. 2010.Pengembangan
Multimedia Pembelajaran
Interaktif Berbasis Komputer
Pada Mata Dik lat Dasar-Dasar
Mesin. Tesis tidak
diterbitkan.Ma lang; Program Pascasarjana UM.
Setyowati. Eny. 2011. Pengembangan Modul Multimedia Pengelolaan
Sampah Berwawasan SAINS,
Tek nologi, dan Masyarakat
sebagai Upaya untuk
Meningkatk an Pengetahuan,
Sik ap, dan Perilak u Peserta
Didik. Disertasi Tidak
diterbitkan. Ma lang. Progra m Pascasarjana UM.
Yunus, M. 2007. Strategi Dalam
Penyusunan Modul Pengajaran
Berbasis Multimedia. Makalah
Disajikan Dala m Se minar Penyusunan Pembe laja ran Berbasis Multimed ia Pela ksanaan Progra m Hibah Ko mpetensi A2.
Malang. Jurusan Teknik
Arsitektur Un iversitas Merdeka Malang.
Wahyunungtiyas, Neni. 2012. Hubungan Minat dan Kebiasaan Membaca
dengan Prestasi Belajar
Mahasiswa Pendidik an Geografi.
Tesis. Tidak diterbit kan. Ma lang. Progra m Pascasarjana UM.
Widiastuti, Wahyu. 2012. Pengembangan
Modul Multimedia Atmosfer
Kelas X SMA. Tesis tidak
diterbitkan.Ma lang; Program