• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Respon Tanah Terhadap Gempa Pada Wilayah Kota Makassar Menggunakan Aplikasi EERA Dengan Sumber Gempa Patahan Walanae

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Respon Tanah Terhadap Gempa Pada Wilayah Kota Makassar Menggunakan Aplikasi EERA Dengan Sumber Gempa Patahan Walanae"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

JURNAL TUGAS AKHIR

Analisis Respon Tanah Terhadap Gempa Pada Wilayah Kota

Makassar Menggunakan Aplikasi EERA Dengan Sumber Gempa

Patahan Walanae

Disusun oleh:

HILMAN TAUHIK

D 111 11 131

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

(2)

1 ANALISIS RESPON TANAH TERHADAP GEMPA PADA WILAYAH

KOTA MAKASSAR MENGGUNAKAN APLIKASI EERA DENGAN SUMBER GEMPA PATAHAN WALANAE

A.R.Djamaluddin1,A.Arsyad1,Hilman Tauhik2

ABSTRAK:Model spektrum respons untuk bangunan di Makassar dengan melakukan analisis spesifik lokasi menggunakan pendekatan linear kuadrat dari teknik respon non linier. Tipikal stratigrafi tanah sedimen di Makassar dikumpulkan dan dikategorikan sebagai model 1: tuf pasir pasir di atas pasir 12 m, dan model 2: 10 m Tanah liat diatas tanah liat. DSHA dilakukan dengan mempertimbangkan dua sumber seismik yang mempengaruhi kota, yang melibatkan Fault Walanae Mw 7,53 dengan jarak 89,64 km dan Makassar Thrust Mw 7,46 dengan jarak 149,41 km. Pembacaan spektral dilakukan dimana sejarah waktu aktual yang diperoleh dari gempa keruh dangkal dengan karakteristik seismik serupa disesuaikan dengan spektrum respon target yang diperoleh dari DSHA. Sejarah waktu yang cocok kemudian digunakan sebagai input ground motion dengan target PGA dari 0,253 g ke dalam perkiraan linear ekivalen dari respon non linier dengan menggunakan EERA. Dari data yang diperoleh bahwa tekanan seismik pada tanah lebih berkaitan dengan kedalaman tanah dari pada elastisitas tanah. Sedimen tanah yang lebih dalam, tekanan dan regangan yang lebih besar yang dihasilkan akan disebarkan. Percepatan spektral maksimum model 1 ditemukan pada kisaran 1,24 g pada periode 0,21 s sampai pada periode 0,22 s. Pada model 2 memiliki percepatan spektral lebih kecil dibandingkan dengan Model 1 yaitu 0,63 g pada periode 0,68 s.

Kata Kunci : Respon Spektrum, Patahan Makassar, Patahan Walanae, DSHA, PGA, dan Percepatan Spektral

PENDAHULUAN

Gempa bumi adalah

berguncangnya bumi yang di sebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi. Gempa terjadi akibat pergeseran tiba – tiba dari lapisan tanah di bawah permukaan bumi yang disebabkan oleh pergerakan kerak bumi/lempeng bumi. Ketika pergeseran ini terjadi, timbul getaran yang disebut gelombang seismik yang mengarah ke segala arah di dalam bumi dan menjalar menjauhi fokusnya. Ketika gelombang ini

mencapai permukaan bumi,

getarannya dapat bersifat merusak

atauu tidak. Hal ini sangat tergantung dari kekuatan sumber dan jarak fokus

gempa, disamping itu mutu

bangunan dan mutu tanah dimana bangunan itu berdiri juga sangat mempengaruhi apakah gempa itu bersifat merusak atau tidak.

Dalam melaksanakan

mikrozonasi gempa, beberapa disiplin ilmu harus dikombinasikan secara utuh dengan melakukan beberapa penyelidikan sehingga peta

mikrozonasi akan mencakup

parameter-parameter yang diambil dari hasil riset multi disiplin ilmu tersebut. Dari seluruh aspek yang

(3)

2 dimiliki, penyelidikan kualitas tanah

lebih penting dari yang lainnya, karena gempa merambat melalui tanah menuju permukaan yang didiami manusia.

Wilayah kota Makassar termasuk dalam wilayah gempa bumi zona 4. Kota Makassar juga merupakan pusat perekonomian dan pendidikan di wilayah Sulawesi Selatan. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan kota yang sangat cepat. Semakin banyaknya pembangunan pusat perbelanjaan, dan perhotelan yang

membuat semakin banyaknya

penduduk di Kota Makassar, walaupun secara geografis, wilayah kota Makassar tidak dilalui patahan yang menjadi sumber gempa bumi.

Berdasarkan uraian di atas maka dirasa perlu melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Respon

Tanah Terhadap Gempa Pada

Wilayah Kota Makassar

Menggunakan Aplikasi EERA

Dengan Sumber Gempa Patahan

Walanae” untuk memberikan

kepastian secara ilmiah bahwa kota Makassar masih layak huni dalam jangka panjang ataupun kota Makassar harus di tata ulang sesuai analisis data EERA.

METODOLOGI PENELITIAN Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini menggunakan metode Deterministic Seismic Hazard Analyse (DSHA) menurut Reiter (1990) yaitu :

1. Mengidentifikasi sumber-sumber gempa

Sumber sumber gempa

ditentukan dari daerah sekitar titik tinjau yang dapat memengaruhi titik tinjau. 2. Menentukan jarak sumber

gempa ke titik tinjau

Jarak yang diukur adalah jarak terdekat dari sumber gempa ke titik tinjau

3. Melakukan “Controlling

Earthquake” dengan

persamaan atenuasi

Persamaan atenuasi

digunakan untuk mengetahui pengaruh getaran di batuan dasar dari sumber gempa ke titik tinjau.

4. Menentukan

parameter-parameter ground motion Parameter yang ditentukan berupa percepatan setelah teramplifikasi jenis tanah yang dilalui ke permukaan tanah.

5. Menginput data-data yang diperoleh kedalam program aplikasi EERA. Data- data yang diinput ke dalam program adalah sebagai berikut. • Data gempa Data gempa diperoleh dari BMKG kota Makassar. Data

tersebut berupa titik gempa yang terjadi pada tahun 2015.

(4)

3 Dengan kekuatan gempa yaitu 4,9 SR dengan lokasi : 5.37 LS -118 ,96 BT (di laut , 63 Km Barat Laut Takalar-Sulsel) di kedalaman 10 Km. • Karakteristik tanah Karakteristik tanah pada daerah Mall

Panakukang dan

Gedung UNM

• Rata- Rata dan

Kecepatan

Gelombang Geser Tanah (Vs)

Nilai rata rata kecepatan gelombang geser yang diinput kedalam program yaitu 194,13 m/s. 6. Mengontrol hasil analisa dari

aplikasi EERA Pengumpulan Data

Adapun data-data yang digunakan selama penelitian ini terdiri dari:

1. Data-data kejadian gempa yang terjadi di sekitar Makassar yang dapat dilihat pada Gambar 2.3, data tersebut diperoleh

dari katalog USGS

(United State Geological Survey) yakni 0.066o N - 8.037o S dan 117o E – 123o E untuk perioda 1924 – 2013.

2. Data sejarah gempa di sekitar Makassar dari

BMKG yang dapat

dilihat pada Gambar 2.4. Titik gempa yang terjadi sepanjang tahun 2008 – 2013 di sekitar kota Makassar (2.5 LS -6.5 LS dan 118.5 BT – 120.5 BT) dengan kedalaman 0 - 700 km dan magnituda 3.0 ≤ M ≤ 6.0 3. Data bor atau sondir di beberapa titik di Kota Makassar yang diuji pada tahun 2011 – 2014.

Gambar 3.2 Titik pengambilan data CPT dan SPT

4. Peta Geologi Kota

(5)

4 Gambar 3.3 Peta Geologi

Kota Makassar

5. Sumber-sumber gempa

yang mempengaruhi

kejadian gempa di sekitar Kota Makassar

Gambar 3.4

Patahan-patahan yang

memengaruhi kejadian gempa di sekitar Kota Makassar

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis DSHA untuk Kota Makassar

Magnitudo gempa di sekitar patahan yang mempengaruhi kota Makassar

Mengacu pada peta tektonik dan sesar aktif di Indonesia (Peta Hazard

Gempa di Indonesia, 2010), seperti yang terlihat pada Gambar 3.3 ada 2

pataha n yang memengaruhi gempa di sekitar kota Makassar, yaitu :

a. Walanae (Fault) b. Makassar (Thrust)

Patahan-patahan tersebut dapat menimbulkan

gempa yang memiliki

magnitudo yang berbeda-beda.

Jarak patahan ke kota Makassar

Pada tahap ini, jarak yang digunakan adalah jarak yang terdekat antara sumber gempa dengan titik yang sedang

ditinjau. Magnitud

maksimum dan jarak patahan ke Kota Makassar ini akan digunakan dalam persamaan prediktif empiris pada langkah selanjutnya.

Tabel 4.1 Magnitudo maksimum dan Jarak Sumber ke Titik Tinjau (Peta Hazard Gempa Indonesia 2010 )

Melakukan “Controlling

Earthquake” dengan persamaan atenuasi

Pada tahap ini, dilakukan pemilihan persamaan atenuasi yang akan digunakan dalam menentukan nilai PGA (Peak Ground Acceleration). Untuk patahan yang memengaruhi kota Makassar diambil beberapa

Palu-Koro Poso Matano Lawanopo Walanae Makassar Flores

(6)

5 persamaan atenuasi yakni Joyner dan

Boore (1988), Fukushima dan Tanaka (1990).

Dengan menggunakan persamaan tersebut dan data-data sumber gempa, diperoleh hasil percepatan getaran batuan dasar di Kota Makassar seperti yang dilihat pada Tabel 4.2.

Penentuan parameter ground motion

Dari hasil atenuasi yang terlihat pada Tabel 4.2 dapat diestimasi nilai Peak

Ground Acceleration (PGA)

maksimum di Makassar adalah 0.046

g, sedangkan nilai PGA

minimumnya adalah 0.001 g. Sehingga digunakan 0.046 g sebagai nilai percepatan ground acceleration untuk menentukan nilai Peak Surface Acceleration (PSA) dipermukaan tanah di Kota Makassar. Hasil perhitungan tersebut merupakan percepatan di batuan dasar, belum teramplifikasi karena pengaruh jenis tanah setempat. Untuk mengetahui percepatan di permukaan tanah diperlukan koreksi berdasarkan pengaruh jenis tanah setempat dengan menggunakan persamaan :

PSA = Fa x PGA (4.1) Dimana :

Fa = Faktor Amplifikasi (dapat dilihat pada Tabel 4.3) PGA = Percepatan gempa

maksimum pada

batuan dasar

Tabel 4.3 Faktor Amplifikasi (SNI 1726-2012)

Jenis tanah suatu daerah dapat ditentukan berdasarkan beberapa

(7)

6 pengujian geoteknik, diantaranya

dengan menghitung nilai kecepatan rambat gelombang geser (Vs), nilai hasil test penetrasi standar (N), dan nilai kuat geser niralir (Su). Berdasarkan hasil pengujian tersebut, kemudian dilakukan klasifikasi tanah. Pengklasifikasian tanah tersebut dapat dilakukan berdasarkan SNI 1726-2012 seperti pada Tabel 4.5.

Tabel 4.4 Site Klasifikasi berdasarkan Peraturan Gempa Indonesia (SNI 1726-2012)

Setiap table ini berisi data korelasi VS-N-Stress (atau kedalaman). Persamaan yang disajikan pada kolom keempat setiap tabel telah dimodifikasi untuk menggunakan unit yang konsisten, namun sebaliknya tidak berubah. VS, tegangan efektif situ, dan kedalaman masing-masing disajikan dalam satuan m / detik, kPa, dan m. Salah satu variabel utama dalam SPT

adalah jumlah energi yang

ditransmisikan ke sample, yang bergantung pada jenis tekanan dan mekanisme pelepasan. Rasio energi tekanan didefinisikan sebagai jumlah energi yang ditransmisikan ke sample dibagi dengan energi maksimum

SPT teoritis (350 ft-lbs, atau 140 lbs turun pada ketinggian 30 inci). Dalam upaya untuk meminimalkan variabilitas, nilai SPT N sering diubah menjadi rasio energi referensi seragam.

Ada banyak faktor selain jenis palu yang diizinkan oleh ASTM D 1586-99 dan itu mempengaruhi nilai N. Faktor koreksi telah diusulkan oleh

berbagai penulis untuk

memperhitungkan faktor-faktor seperti panjang dan tipe batang bor, jenis anvil, blow rate, penggunaan liners atau boros cairan dan jenis palu. Nampan pukulan standar N60 dapat dihitung dari Nf yang diukur dari berikut ini (tidak termasuk koreksi overburden) :

N60 = Nf . n1 . n2 . n3 . n4 . n5 . n6 . (4.3)

Dimana :

Nf = Nilai N-SPT

n1 = Faktor koreksi energy n2 = Faktor koreksi panjang batang

n3 = Faktor koreksi liner n4 = Faktor koreksi diameter borehole

n5 = Faktor koreksi anvil n6 = Faktor koreksi frekuensi blow count

Sehingga 60% energi SPT teoritis (N60) memiliki persamaan yang telah dimodifikasi untuk digunakan dengan nilai N60. Persamaan SPT

(8)

7

N60-Stress pada umumnya

memberikan korelasi yang lebih baik

dengan VS berdasarkan

perbandingan koefisien determinasi dari studi yang mencakup persamaan dengan dan tanpa persyaratan tegangan atau kedalaman. Persamaan VS-stress umumnya mengikuti bentuk persamaan:

Vs = 30. N600.215. σ’v0.275 (4.4) Dimana :

Vs = Kecepatan geser gelombang pada tanah

N60 = Rasio energy standar palu 60% σ’v = Tegangan efektif tanah

Klasifikasi jenis tanah berdasarkan nilai kecepatan rambat gelombang geser (Vs) dengan persamaan korelasi. Dari hasil perhitungan nilai percepatan getaran tanah setelah teramplifikasi jenis tanah ( Persamaan 4.3), akan diperoleh nilai sebagai berikut :

Tabel 4.9 Percepatan getaran

dipermukaan tanah setelah

teramplifikasi jenis tanah

Sehingga Peak Surface Acceleration (PSA) untuk wilayah Kota Makassar khususnya Mall Panakukang dan

Gedung UNM berdasarkan

amplifikasi jenis tanahnya diperoleh nilai seperti pada Tabel 4.9. Adapun penyebaran nilai PSA dapat dilihat pada Tabel 4.10 sampai Tabel 4.11.

Tabel 4.10 Rekapitulasi PSA untuk

titik Vs yang menggunakan

persamaan korelasi di Mall Panakukang

Tabel 4.11 Rekapitulasi PSA untuk

titik Vs yang menggunakan

(9)

8 OUTPUT SOFTWARE EERA

Tabel4.12 Tabel Rekapitulasi Hasil Respon Seismik Situs Dari Model

Model 1 = UNM PETTARANI, Model2 = MALL PANAKKUKANG Analisis respon ground spesifik lokasi melalui pendekatan linear ekivalen dari teknik respon nonlinier

telah dilakukan. Hasilnya

menunjukkan bahwa, secara umum, percepatan tanah pada tingkat batuan dasar diperkuat oleh sedimen. Akselerasi tanah meningkat dari 0,253g pada tingkat batuan dasar, ke

percepatan pada kisaran dari 0,255 g sampai 0,289 g, pada tingkat permukaan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.21, percepatan tanah yang tinggi pada tingkat permukaan ditemukan pada Model 2, sedangkan yang rendah pada Model 1. Secara rata-rata, percepatan tanah pada tingkat permukaan untuk ketiga model tersebut adalah 0,272 g. Tabel

4.11 menyajikan sejumlah

karakteristik respon tanah dari model. Faktor amplifikasi tinggi dapat dilihat pada model 2 dengan 2,196, sedangkan faktor amplifikasi rendah ada pada Model 1 dengan 1,661. Strain maksimum pada lapisan lapisan atas selama kejadian seismik berkisar pada 0,0453 % (Model 1) sampai 1,9283 % (Model 2). Selain itu, tekanan maksimum yang disebarkan oleh peristiwa seismik akan dihasilkan pada kisaran 8,65 kPa (Model 1) sampai 24 kPa (Model 2). Hasilnya menyiratkan tekanan seismik pada tanah lebih berkaitan dengan kedalaman tanah dari pada elastisitas tanah. Sedimen tanah yang lebih dalam, tekanan dan regangan yang lebih besar yang dihasilkan akan disebarkan. Spektrum Fourier menunjukkan frekuensi dasar akibat kejadian seismik akan berada pada kisaran

(10)

9 Model 1 : Gedung UNM

Model 2 : Mall Panakukang Gambar 4.23 Percepatan respons ground akibat gelombang seismik.

Analisis spektrum respon di implementasikan dengan rasio redaman kritis sebesar 5%. Hasilnya menunjukkan percepatan spektral yang besar pada permukaan, 0,92 g dengan periode 0,58 detik (Model 1). Semua model memiliki profil percepatan spektral respons yang berbeda (Gambar 4.19 dan 4.20). Model 2memiliki pola karakteristik tanahnya yaitu tanah lunak yang lebih padat. Di sisi lain, Model 1 adalah profil tanah yang lebih lunak. Hal ini menghasilkan spektrum yang lebih luas dengan puncak pada Model 1, yaitu 0,92g pada 0,58 s, sementara Model 2 menunjukkan spektrum yang lebih terfokus dengan puncak 1,18 g pada 0,84 s.

Seiring gelombang seismik bergerak dari batuan dasar ke luar permukaan, ia bergerak melalui material sedimen dengan impedansi kontras seperti yang ditemukan pada Gambar 4.19 (Gedung Panakukang). Impedansi menjadi sangat kontras saat gelombang seismik menyebar dari lapisan tanah liat dengan impedansi rendah ke lapisan pasir berlumpur dengan impedansi tinggi.

Gelombang seismik kemudian

(11)

10 dan lapisan pasir berlumpur, dan

mereka mulai bergema,

menyebabkan puncak percepatan

pada periode 0,68. Namun,

impedansi kontras semacam itu tidak dapat ditemukan pada Gambar 4.20 (Gedung UNM) yang didominasi oleh lapisan tanah liat lunak dengan impedansi rendah. Itulah sebabnya

Model Pada Gedung Mall

Panakukang hanya memiliki

spektrum terfokus dengan satu puncak. Impedansi rendah pada Gedung Mall Panakukang adalah

alasan mengapa percepatan

spektralnya lebih tinggi dari pada Gedung UNM.

KESIMULAN DAN SARAN Kesimpulan

Sesuai hasil analisa data pada bab sebelumnya, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Hasil analisis dari gelombang geser dari

batuan dasar ke permukaan menunjukkan percepatan dipermukaan (Peak Surface Acceleration / PSA) berkisar antara 0,4301 g sampai 0,3036 g atau dengan faktor amplifikasi sekitar 1,7 sampai 1,2. 2. Faktor amplifikasi untuk

tiap kondisi tanah pada daerah tinjaun seperti Mall Panakukang dan

Gedung UNM berbeda disebabkan karna adanya pengaruh dari kecepatan rambat gelombang geser (Vs), dan nilai hasil test penetrasi standar (N) kemudian kedua data ini

digunakan untuk

mengklasifikasikan kelas situs tanah berdasarkan

Peraturan Gempa

Indonesia (SNI 1726-2012). Factor amplifikasi yang di hasilkan itu untuk tanah lunak 1,7 g, tanah sedang 1,4 g, tanah keras 1,2g sesuai dengan aturan SNI 1726-2012. DAFTAR PUSTAKA Anbazhagan, Panjamani. 2011. Introduction to Engineering seismology lecture 12. National Programme on Technology Enhanced Learning (NPTEL). Anbazhagan, Panjamani. 2011.

Seismic Hazard Analyse.

Indian Institute Of Science Bangalore. India.

Bardet, J. P., Ichii, K., & Lin, C. H. 2000. EERA a computer

program for Equivalent-

linear Earthquake site

Response Analyses of layered

(12)

11 Civil Engineering, University

of Southern California.

Ciloty-Brotherhoodz Community. 2012. Lempeng Bumi di Indonesia.

Darjanto, Helmy. 2005. Analisa Resiko Gempa di Pengeboran

Minyak Tiaka Field. Jakarta

Denton, Paul. 2007. Earthquake

Magnitude.British Geological

Survey : Natural Enviroment Research Council (NERC) Dowrick, David J. 2003. Earthquake

Risk Reduction. New Zealand

: Institute of Geological and Nuclear Science Lower Hutt ; Hal.15-24

Fukushima, Y., and T. Tanaka. 1990.

A new attenuation relation

for peak horizontal

acceleration of strong

earthquake ground motion in

Japan, Bull. Seismol. Soc.

Am. 80, 757–783.

Haadymuqtadir. 2014. Zonasi potensi liqufaksi Kota

Makassar Menggunakan

Metode National Center For Earthquake Engineering

Research (NCEER).

Universitas Hasanuddin. Idriss, I. M., & Sun, J. I. 1992. User's

manual for SHAKE91. Davis,

California: Center for Geotechnical Modeling, Department of Civil & Environmental Engineering, University of California. Irsyam, M., Sengara , W., Aldiamar,

F., Triyoso, W., Hilman, D., Kertapati, W., dkk. 2010.

Peta Hazard Gempa

Indonesia 2010. Bandung :

Kementrian Pekerjaan

Umum.

Mallisa, H., Taru’allo, G., Mallisa, Z. 2009. Mikrozonasi Seismic dan Analisis Respon Site

Spesific Kota Palu. Palu :

Staff Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tadulako.

Kramer, Steven L. 1996.

Geotechnical Earthquake

Engineering. USA :

Prentice-Hall Inc.

Kusuma, Lanny D. 2013. Analisis

Respon Spectra Kota

Manado. Jurnal Pascasarjana

S2 Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi, Manado. Setiawan, B. Assessing liquefaction

potential of soils utilising in-situ testing. M.Eng.Sc Thesis. The University of Adelaide South Australia. (2011).

(13)

12 Sadigh, K., C. -Y. Chang, J. A. Egan,

F. Makdisi, and R. R. Youngs. 1997. Attenuation

relationships for shallow

crustal earthquakes based on

California strong motion

data. Seismological Research Letters, 68(1), 180-189 Schnabel, P. B., Lysmer, J., & Seed,

H. B. 1972. A computer

program for earthquake

response analysis of

horizontally layered sites,

Earthqukae Engineering

Research Center EERC

Report 72-12. Berkeley, California: University of California.

Seed, H. B., & Idriss, I. M.1971.

Simplified procedure for

evaluating soil liquefaction potential. Journal of the Soil Mechanics and Foundations Division, ASCE, Vol. 97(No. SM9), 25.

Sukamto, R. 1975.

Reconnaissance Geologic Map of Ujung Pandang Area,

Sulawesi Selatan

(l:250,000): Geological Surve y of Indonesia, Bandung, Java.

Wair, B.R., De-Jong, J. T., Shantz, T. 2012. Guidelines for Estimation of Shear Wave

Velocity Profiles. PEER

Report-Pacific Earthquake Engineering Research Centre. Wells, D.L., Coppersmith, K.J. 1994. New Empirical Relationships among Magnitude, Rupture

Length, Rupture Width,

Rupture Area, and Surface Displacement. Bulletin of the Seismological Society of America, Vol. 84, No. 4, pp. 974-1002.

Gambar

Gambar  3.2  Titik  pengambilan  data  CPT  dan SPT
Gambar 3.3 Peta Geologi
Tabel  4.9  Percepatan  getaran   dipermukaan  tanah  setelah  teramplifikasi jenis tanah

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa dalam pantun yang dinyanyikan pada tembang pengiring Tari Muang Sangkal terdapat makna verbal berupa suatu ungkapan hati

Untuk mengetahui hasil belajar dengan menggunakan permainan kartu kata dalam meningkatkan kemampuan membaca bagi anak TK Aisyiyah Bustanul Athfal 06 Mojosari.

Konseling kelompok merupakan upaya untuk membantu individu agar dapat menjalani perkembangannya dengan lebih lancar, upaya itu bersifat pencegahan serta perbaikan

Oleh karena itu, dalam penelitian ini memasukkan Kinerja Lingkungan dengan indikator Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup PROPER sebagai

kecacatan insang dari 10 pengamatan di lokasi penelitian dari 5% di Cikuluwung 91% di Curug Bitung (Tabel yang terjadi pada insang pada penelitian ini

Dimana masalah penelitian ini beupa desain visualisasi media kampanye anti rokok UMB berbasis cetak media-media tersebut adalah spanduk, banner, mini paper, umbul-umbul,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru belum maksimal melaksanakan tiga tahap kegiatan dalam pembelajaran, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.Guru sudah

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran peresepan obat pada pasien DM dan mengetahui kemungkinan adanya interaksi obat berdasarkan literatur antara obat DM dengan obat