• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Komunikasi diartikan sebagai pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami (KBBI, 2008). Komunikasi membantu manusia untuk berinteraksi saling mengutarakan maksud dan bertukar pendapat, jika seseorang tidak dapat memaknai pesan yang ada dalam komunikasi dapat menimbulkan kesalahpahaman, salah satu kesalahpahaman komunikasi yang bisa terjadi adalah komunikasi di dalam pernikahan. Nikah diterjemahkan sebagai suatu akad yang menghalalkan pergaulan antara seorang laki-laki dan perempuan yang bukan mahram serta menimbulkan hak dan kewajiban antara keduanya (Lamudin, 2016).

Komunikasi yang digunakan pasangan suami istri dalam berinteraksi adalah komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal pada pasangan suami istri memiliki peranan penting untuk menjaga kelangsungan berumah tangga. Joseph A. Devito mengartikan the process of sending and receiving messages between two person, or among a small group of persons, with some effect and some immediate feedback. Komunikasi interpersonal adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang, atau di antara sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa umpan balik seketika (dalam Effendy, 2003). Sedangkan menurut Canggara (2004) Komunikasi interpersonal dapat berlangsung secara tatap muka (face to face communication). Akan tetapi juga bisa dilakukan menggunakan alat bantu seperti telepon, surat, telegram dan lain-lain. Edward

(2)

2 Sapir (dalam canggara, 2004) menyebut hal ini sebagai komunikasi antar individu beralat, sedang komunikasi individu tatap muka disebut komunikasi individu sederhana.

Menurut Suranto (2011) salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah membangun dan memelihara hubungan yang harmonis. Salah satu kebutuhan setiap orang yang paling besar adalah membentuk dan memelihara hubungan baik dengan orang lain. Oleh karena itu setiap orang telah menggunakan banyak waktu komunikasi interpersonal yang diabadikan untuk membangun dan memelihara hubungan sosial dengan orang lain (Suranto, 2011).

Menurut Sugiyo (2005) Ciri-ciri dari komunikasi interpersonal adalah keterbukaan (openness), empati (emphaty), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness) dan kesamaan (equality). Keterbukaan diri (self disclosure) atau yang biasanya disebut juga pengungkapan diri merupakan situasi di masa lalu maupun yang sedang dihadapi. Komunikator bersikap terbuka kepada komunikan dan komunikan terbuka kepada komunikatornya (Supratiknya, 1995 dalam Soyomukti, 2010).

Ketika orang lain mengetahui diri individu maka mereka dapat merespon dengan baik. Jika individu membuka diri maka dapat mengundang orang lain untuk membuka diri juga sehingga diri masing-masing bisa saling mengetahui (De Vito, 2011). Pengungkapan diri dapat memengaruhi apa yang diketahui mengenai diri sendiri dan bagaimana seseorang merasa siapa dirinya (Sidney Jourard, 1971 dalam Bungin, 2006). Pada kajian komunikasi, Pengungkapan diri (self disclosure) menjadi bagian dari komunikasi interpersonal. Salah satu alasan mengapa pengungkapan diri (self disclosure) menjadi penting, karena setiap

(3)

3 manusia memiliki keterbatasan, untuk mengatasi keterbatasan itu perlunya membangun interaksi dengan orang lain (Hanani, 2017).

Menurut Sadarjoen (2005) taraf pengungkapan diri (self disclosure) di antara kedua pasangan adalah faktor yang paling penting dalam kualitas komunikasi kedua pasangan. Pengungkapan harus dilakukan dengan taraf yang sama, bila hanya satu pasangan memberikan informasi personal dan private sementara yang lain tidak memberikannya, interelasi di antara mereka tidak berkembang. Beberapa faktor yang menjadi penghambat pengungkapan diri dalam komunikasi adalah belum adanya keyakinan untuk mengungkapkan diri secara jujur. Hal ini berkaitan dengan penerimaan dan rasa percaya diri dengan segala hal yang ada di dalam diri (Papu, 2002).

Hambatan lain yang terjadi ketika individu melakukan pengungkapan diri adalah rasa tidak aman. Rasa tidak aman muncul dalam perasaan tidak nyaman atau merasa akan ditolak oleh pasangan ketika ingin mengungkapkan diri. Individu mencemaskan isi pesan yang disampaikan dianggap sebagai merendahkan atau menentang lawan bicara (Sadarjoen, 2005). Semakin sering pengungkapan diri antara suami dan istri membuat mereka semakin mengetahui situasi dan kondisi pasangan (Takariawan, 2017).

Berbicara tentang pengungkapan diri, pernikahan tidak langsung terjadi tanpa adanya masa perkenalan di antara kedua belah pihak. Peneliti melihat adanya fenomena pasangan suami-istri yang menikah melalui proses ta’aruf secara islam. Calon pasangan diperkenalkan dalam waktu yang relatif singkat dengan proses ta’aruf sebelum memutuskan berkomitmen dalam pernikahan. Pasangan memilih tidak berpacaran atas pertimbangan keyakinan mereka dalam

(4)

4 agama islam yang menganjurkan pemeluknya untuk menghindari hubungan laki-laki dan perempuan di luar pernikahan.

Islam memiliki etika dalam perkenalan antara pria dan wanita sebelum menuju jenjang pernikahan, dalam hal ini tahapan awal umumnya melalui proses ta’aruf. Setelah bertemu dianjurkan untuk mengenal kepribadian latar belakang sosial, budaya, pendidikan, keluarga, maupun agama kedua calon pasangan. Perkenalan tersebut tetap dilakukan dengan menjaga martabat sebagai manusia yang dimuliakan Allah artinya tidak terjerumus pada perilaku berkhalwat (Tihami, 2009).

Bila di antara kedua calon terdapat kecocokan maka proses ta’aruf bisa diteruskan dengan mengenal keluarga masing-masing misalnya bersilaturahim. Pada masa ta’aruf kedua belah pihak diperbolehkan untuk menanyakan apa saja untuk memantapkan hati sebelum melanjutkan ke jenjang pernikahan. Maka pada proses ini peserta ta’aruf dituntut untuk bisa berkomunikasi dengan membuka diri atau menyampaikan pengungkapan diri kepada orang lain (Widiarti, 2010).

Keunikan pada proses ta’aruf berada pada tahap saling mengenal namun sudah berkomitmen untuk saling terbuka demi membangun sebuah hubungan yang diharapkan menuju ke jenjang pernikahan. Menurut Hurlock (2002) selama awal pernikahan pasangan suami istri terkadang harus melakukan penyesuaian satu sama lain. Pada masa penyesuaian peran sebagai suami istri, awal pernikahan biasanya diawali dengan perubahan seperti sifat atau kebiasaan dalam rumah tangga. Pasangan berusaha beradaptasi dalam kemampuan berkomunikasi, kemampuan berbagi ide dan perasaan serta mengutarakan masalah yang di hadapi untuk membangun tujuan yang ingin di capai dalam pernikahan.

(5)

5 Menurut Tiwin Herman M.Psi (2010), masa-masa rentan pernikahan terjadi pada usia kurang dari 5 tahun. Setiap tahun di Indonesia lebih dari dua juta pasangan menikah. Ada 800 perceraian setiap harinya atau lebih dari 30 kejadian perceraian setiap jam.

Bahkan kementerian agama (Kemenag) RI mencatat, 80% yang bercerai adalah pasangan di bawah 5 tahun usia pernikahannya. Pada tahun 2011 tingkat perceraian di Indonesia meningkat, terdapat 285.184 perkara yang berakhir dengan perceraian di pengadilan Agama seluruh Indonesia (Takariawan, 2017). Salah satu penyebab perceraian adalah komunikasi. Komunikasi antara suami dan istri dapat tersendat atau bahkan terhenti dengan tidak nyaman. Salah satu sebabnya adalah kebiasaan salah satu pihak untuk segera mengoreksi pembicaraan pasangan.

Apalagi ketika hal itu dilakukan dihadapan anak atau orang lain. Tentu membuat pasangan merasa tidak nyaman karena merasa dipermalukan atau disalahkan (Takariawan, 2017). Dengan adanya fenomena di atas pasangan perlu menyadari adanya perbedaan cara berkomunikasi antara suami dan istri, mengetahui hal apa saja yang dapat menghambat pasangan dalam berkomunikasi. Komunikasi yang baik akan membantu pasangan mengungkapkan diri menyelesaikan masalahnya dengan membuat keputusan dan mengungkapkan perasaan secara tepat pula (Judiana, 2011).

Pengungkapan menjadi penting karena dapat menjaga hubungan dengan baik, suatu hal atau kejadian yang dialami oleh pasangan secara terbuka bisa disampaikan. Menurut Cahyadi Takariawan (2017) suami lebih banyak berkomunikasi menggunakan logika, sedangkan istri menangkap pesan dengan

(6)

6 bahasa perasaan. Hal tersebut menjadi alasan bagi peneliti untuk melaksanakan penelitian ini karena setiap pengungkapan yang dilakukan oleh pasangan memiliki cara pengungkapan diri yang berbeda sesuai dengan peran yang dijalani. Berdasarkan penelitian di Amerika menunjukkan adanya permasalahan komunikasi (poor communication) sebanyak 68% permasalahan tertinggi terjadi pada kasus pernikahan, dibandingkan dengan permasalahan lain yang ada di dalam pernikahan.

Dengan adanya proses pengungkapan diri maka meningkatnya diri dan pengetahuan dalam informasi mengenai satu sama lain serta berkontribusi agar mengembangkan hubungan (Greene et al. 2006). Joseph Luft dan Harry Ingham menciptakan sebuah model pengungkapan diri yang mendeskripsikan berbagai jenis pengetahuan yang berhubungan dengan pertumbuhan individu dan perkembangan hubungan (Luft,1969). Mereka menamakannya dengan sebutan teori Johari window yaitu jendela johari yang memiliki empat tipe informasi (Devito, 2011) :

 Daerah Terbuka (open self) berisi tentang seluruh informasi, perilaku, sikap, perasaan, keinginan, motivasi, gagasan, dan sebagainya yang diri sendiri mengetahuinya namun orang lain tidak mengetahui.

 Daerah Buta (blind self) berisi informasi mengenai diri yang diketahui orang lain namun kita sendiri tidak mengetahuinya, terkadang orang sulit mengakui kelemahannya lebih sering menyangkal.

 Daerah Gelap (unknown self) merupakan bagian dari diri yang tidak diketahui oleh diri sendiri maupun oleh orang lain. Informasi yang berada di bawah alam sadar atau sesuatu yang luput dari perhatian.

(7)

7  Daerah Tertutup (hidden self) bagian dari daerah yang diketahui oleh diri sendiri dan tentang orang lain, namun hanya disimpan sendiri. Daerah ini menjadi tempat anda merahasiakan segala sesuatu tentang diri anda sendiri dan tentang orang lain.

Peneliti memilih pasangan yang menikah melalui proses ta’aruf karena orang yang sudah berani untuk ta’aruf, mentalnya telah lebih siap untuk menikah karena tujuan awalnya adalah menikah. Orang yang pacaran belum tentu sudah siap menikah karena tujuan dari pacaran tidak selalu untuk menikah. Seperti diketahui bahwa pacaran tidak ada batas tenggat waktu seperti ta’aruf hal ini memungkinkan masing-masing pribadi lebih terbuka dalam hal informasi lebih detail jika yang berpacaran ada niatan untuk menikah Fillah (2012).

Pada penelitian ini yang menjadi acuan adalah bagaimana pasangan suami istri melakukan pengungkapan diri dengan menyesuaikan perbedaan yang ada pada pasangan hidupnya. Mengingat pasangan yang menikah melalui proses ta’aruf tidak saling mengenal lebih dalam dan luas, hanya informasi tertentu saja yang diterima dan disampaikan. Self disclosure mendorong adanya pengungkapan diri, namun pengungkapan itu ada batasnya, artinya perlu ada pertimbangan lagi apakah menceritakan segala sesuatu tentang diri menghasilkan efek positif atau negatif bagi hubungan dengan orang tersebut (Joseph Luft dalam Julia Wood, 2013).

Pasangan akan mudah mengontrol diri dalam melakukan pengungkapan diri. Terkadang seseorang mengungkapkan seluruh perasaannya guna membuat kondisi diri lebih lega, melakukan pengungkapan diri semacam ini membuat

(8)

8 seseorang mendapat kesempatan untuk mengekspresikan perasaan (Ningsih, 2015).

Artinya ketika melakukan ta’aruf tahap informasi yang diperoleh belum mencapai tahap pengungkapan diri yang mendalam. Sehingga dengan melakukan self disclosure membantu pasangan memiliki kesempatan mengungkapkan diri dengan luas dan dalam serta mengekspresikan perasaan setelah menikah. Dari pemaparan tersebut peneliti tertarik untuk meneliti pengungkapan diri sebagai upaya saling terbuka kepada pasangan yang menikah melalui proses ta’aruf secara islam.

Peneliti melakukan penelitian pada pasangan yang menikah melalui proses ta’aruf untuk mengetahui komunikasi self disclosure yang dilakukan dengan menetapkan judul “SELF DISCLOSURE ANTARA PASANGAN SUAMI-ISTRI (Studi Pada 3 Pasangan Suami-Istri Yang Menikah Melalui Proses Ta’aruf di Malang)”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah self disclosure pasangan suami-istri yang menikah melalui proses ta’aruf?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas penelitian ini bertujuan mengetahui self disclosure pasangan suami istri yang menikah melalui proses ta’aruf.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

(9)

9 a. Secara akademis, menambah pengetahuan dan memperkaya penguasaan dalam bidang komunikasi khususnya mengenai pengungkapan diri (self disclosure) serta komunikasi interpersonal antara pasangan suami istri dalam pernikahan yang dilakukan melalui proses ta’aruf.

b. Penelitian ini mampu menjadi referensi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan sebagai bahan acuan bagi peneliti lainnya yang akan melakukan riset mengenai penelitian, khususnya komunikasi dalam hal self disclosure.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini mampu memberikan informasi dan penjelasan perihal pengungkapan diri (self disclosure) kepada pasangan yang menikah melalui proses ta’aruf dan yang berencana melakukan pernikahan.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pada hasil intrepetasi citra satelit Landsat 8, terdapat beberapa kelas penggunaan lahan yang dominan di wilayah pesisir Selat Madura yaitu : pemukiman,

ke-3 mengalami penurunan. Penurunan nilai DO disebabkan oleh tidak adanya penambahan oksigen.. kedalam air gambut yang diperlakuan. Dari hasil anava menunjukkan pemberian

The goal(s) of the game adalah tujuan dari suatu game dan didefinisikan di peraturan. The termination condition adalah kondisi yang membuat suatu game

Penelitian ini mencoba untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari faktor- faktor fundamental yang bersifat internal yang terdiri dari Current Ratio (CR), Return On Equity (ROE),

Pada tabel.5 memperlihatkan bahwa responden paling banyak adalah mahasiswa aanvullen dengan tingkat kesiapan yang baik dan tidak mengalami kecemasan dalam menghadapi real

Agus Ma’rufi 1992, Analisis Pengaruh Gangguan Gravitasi Benda Ke-Tiga dan Anomali Gravitasi Bumi Pada Gerak Satelit Geosinkron ,Jurusan Astronomi ITB Iman Witjaksono

Fenomena yang banyak serta kongkrit di atas memberikan gambaran yang berarti bagi perkembangan pendidikan di Indonesia umumnya dan daerah kita khususnya, maka untuk mengkaji

Dampak positif dari perkembangan teknologi adalah perkembangan sektor ekonomi, namun perkembangan teknologi juga memiliki dampak negatif yaitu menghasilkan limbah