Bab I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konflik Korea Selatan dengan Korea Utara berawal tanggal 25 Juni 1950, dimana 75000 pasukan Tentara Rakyat Korea Utara memasuki 38th parallel1, melakukan agresi untuk
menguasai daerah itu sebagai langkah utama memperluas teritorialnya ke wilayah Korea Selatan. Invasi ini adalah awal mula pemicu perang dingin antara Korea Utara dan Korea Selatan. Dibulan berikutnya, Juli, Amerika dengan mengatasnamakan Korea Selatan mengirim pasukannya ke parallel 38 untuk menekan Korea Utara agar tidak memperluas teritorinya juga berperang melawan komunisme yang mengakibatkan pertumpahan darah pun terjadi.2
Semenanjung Korea yang menjadi pusat pertempuran disini merupakan bekas pendudukan Jepang selama perang Asia Pasifik terjadi. Setelah pemerintahan Jepang mengakui kekalahan pada perang dunia, Semenanjung Korea dibagi menjadi dua zona pendudukan. Bagian selatan diserahkan kepada pihak sekutu yang diterima oleh pasukan Amerika Serikat, dan bagian utara diterima oleh pasukan Soviet, seperti halnya Jerman. Soviet menjadi pembantu pembentukan rezim komunis di Korea Utara, dan sumber keuangan serta keamanan militer di wilayah selatan mendapat sponsor utama dari pemerintah Amerika Serikat. Tidak jarang banyak pengamat politik yang menyimpulkan bahwa konflik Korea merupakan Perang Proksi dari Blok Barat dan Blok Timur.
Di tahun yang sama, pasukan Korea Utara melancarkan serangan tiba-tiba menuju ibu kota Korea Selatan, Seoul dimana terdapat pasukan Korea Selatan dan sedikit kekuatan kecil Amerika Serikat. Hal ini langsung ditanggapi oleh pemerintah Amerika dengan mendorong resolusi melalui DK PBB untuk membantu Korea Selatan dibidang militer. DK PBB dengan sigap menanggapi dan menerbitkan resolusi DK PBB no. 83. Presiden AS Harry. S. Truman secara cepat mengirim pasukan Angkatan Darat, Laut serta Udara untuk terlibat dalam perang Korea dan merumuskannya sebagai tindakan polisionil.3
1 Merupakan tempat yang disepakati menjadi batas antara Korea Utara yeng berideologi
Komunis dibawah kendali Russia dan Korea Selatan dibawah kendali blok barat (Amerika Serikat). Sekarang berganti menjadi Zona Demilitarisasi Korea.
2 https://www.history.com/topics/korean-war. yang di akses pada tanggal 29 April 2018.
Pukul 20.00
3 http://www.hariansejarah.id/2017/04/sejarah-singkat-perang-korea-1950-1953.html yang
2 Situasi keamanan yang memanas di semenanjung Korea terus terjadi hingga tahun 1953, dimana AS dan Korea Utara menandatangani perjanjian gencatan senjata untuk waktu yang tidak ditentukan yang dimulai dari tanggal 27 Juli 1953 hingga sekarang.
Hingga saat ini pun ketegangan masih bisa dirasakan di Semenanjung Korea dimana terjadi saling kecurigaan antar pemerintah, baik Korea Utara maupun Selatan. Latihan militer gabungan oleh Korea Selatan dianggap sebagai tindakan provokasi oleh pemerintah Korea Utara, begitupun uji coba nuklir menjadi salah satu ketakutan yang dirasakan oleh pemerintah Korea Selatan akan serangan yang mungkin akan ditumbulkan oleh pemerintah Korea Utara. Pulau Yeonpyong contohnya, pulau ini milik Korea selatan yang menjadi medan pertempuran antara Korea Utara dan Korea Selatan karena merupakan perbatasan maritim yang
dipersengketakan
Gambar 1.1. Perbatasan Yeonpyong
oleh kedua pihak. Hingga tahun 1999 dikenal dengan istilah Battle of Yeonpyong, dimana terjadi bentrokan beberapa kapal dari kedua pihak karena dipicu pelanggaran lintas perbatasan dari kapal patrol Korea utara yang menyebabkan setidaknya 20 personil militer Korea utara tewas, lebih dari 50 korban luka dan 8 kapal rusak dan tenggelam dari kedua pihak. Setelah itu terjadi lagi pertemputan di tempat yang sama pada tahun 2002, lagi-lagi pelanggaran batas dilakukan oleh Korea utara yang membuat pasukan patroli Korea selatan memukul mundur kapal tersebut dan pertempuran terjadi menewaskan lebih dari 30 orang di kedua belah negara dan lusinan orang terluka parah. Pada tahun berikutnya banyak juga kejadian yang terjadi dan membuat kedua negara menjadi sangat sensitif satu sama lain, dengan isu pesawat tanpa awak
3 dan juga adu tembak oleh militer yang dikirim Korea Utara guna “membumihanguskan” pulau Yeonpyong pun menjadi santapan yang acapkali terdengar masyarakat internasional.
Namun dari kedua belah pihak pun juga telah mencoba untuk menyelesaikan konflik yang terjadi ini melalui upaya perundingan bilateral antar pihak bersangkutan. Seperti dilansir media Al-Jazeera wilayah Asia pasifik, Korea selatan banyak mengupayakan perdamaian. Pada tanggal 13-15 Juni ditahun 2000 presiden Korea selatan Kim Dae-Jung mendatangi Pyongyang untuk bertemu Kim Jong il untuk merancang deklarasi menuju reunifikasi Korea, momen ini dikenal dengan istilah KTT 2000 inter-Korean Summit yang menjadi titik puncak hubungan di kedua negara. Bahkan Korea selatan tetap mengirimkan bantuan disaat masyarakat dunia tahu mengenai pengembangan nuklir di Korea Utara. Setelah itu di akhir masa jabatan Kim Dae jung, Korea Selatan melakukan pertemuan lagi dengan Korea Utara untuk meningkatkan kesempatan dalam menuntun kepada masa depan yang cerah dengan Korea Utara, pada saat itu merupakan strategi yang cukup efektif dari partai konservatif untuk memenangkan Roh Moo hyun selaku penerus Kim Dae jung. Hingga akhirnya ditahun 2018 terjadi KTT Korean-summit yang didalamnya mengejar perjanjian damai untuk mengakhiri Perang Korea sejak 1950 yang dihentikan oleh gencatan senjata tanpa diketahui kapan berakhir perjanjian itu. Bukan hanya itu, mediasi oleh Negara sekitar di wilayah Asia, maupun melalui perundingan multilateral seperti Six Party Talks. Konferensi PBB.
Semenjak diberlakukannya kebijakan Sunshine4 oleh presiden Kim Dae Jung (1998-2003), diikuti oleh Kebijakan Perdamaian dan Kesejahteraan dari presiden Roh Moo Hyun (2003-2008), peran masyarakat sipil, organisasi organisasi non-pemerintah dalam hubungan antara Selatan-Utara diakui dan turut aktif serta dipromosikan oleh pemerintah. Korea Selatan telah membuktikan bahwa Korean Sharing Movement (KSM) menjadi LSM yang paling berpengaruh serta berbasis luas yang membantu Korea Utara. KSM didirikan pada tahun 1997 oleh individu-individu dan kelompok-kelompok religius dan sekuler terkemuka, banyak diantaranya aktif dalam gerakan demokratisasi dalam memobilisasi masyarakat lainnya untuk mengirim bantuan makanan ke Korea Utara. KSM bercita cita untuk mengurangi penderitaan masyarakat Korea Utara, menunjukkan niat baik Korea Selatan, mengurangi permusuhan serta membangun kepercayaan dan membantu menciptakan dasar bagi rekonsiliasi antara Utara dan Selatan. The Asia Foundation juga turut ikut serta membatu mengatasi masalah yang berada di
4 Merupakan kebijakan luar negeri Korea Selatan terhadap Korea Utara yang diterapkan dari
kepemimpinan Kim Dae Jung 1998. Kebijakan ini menekankan pada kerjasama damai, meningkatkan kerjasama ekonomi dan kemanusiaan serta mengedepankan rekonsiliasi untuk mengarahkan kepada reunifikasi Korea.
4 Korea Utara sama seperti KSM. The Asia Foundation sudah turut aktif pada gerakan perdamaian untuk Semenanjung Korea sejak tahun 1958. Gerakan ini telah menjadi pendukung perkembangan di Semananjug Korea dan mempunyai 18 kantor di Asia, yang juga merupakan pusat kerjasama di regional Asia Timur dalam proyek pengembangan bersama, pelatihan dan pertukaran ilmu pengetahuan.
Bisnis dan perusahaan Multinasional juga menjadi salah satu wujud dukungan untuk menyelesaikan konflik yang terjadi. Hyundai Motor Company telah bekerjasama dalam bidang industri transportasi dengan Korea Utara. Tentunya hal itu menjadi salah satu contoh sekaligus jembatan para pengusaha Korea Selatan untuk mulai berani menanamkan investasinya maupun bekerjasama dengan pemerintahan Korea Utara.
Citizens’ Alliance for North Korean Human Rights (NKHR) merupakan Gerakan masyarakat sipil Korea Selatan yang mendedikasikan sepenuhnya untuk kemajuan hak asasi manusia di Korea Utara. Gerakan ini telah memainkan peran penting untuk membuat isu hak asasi manusia di Korea Utara dikenal secara internasional dengan menyelenggarakan konferensi internasional di seluruh dunia melalui kemitraannya dengan media, pembuat film, seniman dan juga penulis untuk menyebarkan kesadaran mengenai pelanggaran HAM di Korea Utara serta membangun jaringan LSM internasional untuk mempengaruhi dalam pembuatan kebijakan pemerintah dan PBB.
Pada kajian ini penulis mencoba menjelaskan tentang upaya dalam menyelesaikan konflik di Semenanjung Korea melalui diplomasi Multitrack yang diupayakan oleh Korea Selatan dimana terlibat banyak aksi dari berbagai macam aktor untuk mensukseskan kepentingannya yakni menyelesaikan konflik dengan Korea Utara.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana upaya yang dilakukan dalam menyelesaikan konflik di Semenanjung Korea melalui diplomasi multitrack Korea Selatan?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk menganalisis bahwa Mulitrack Diplomacy Korea Selatan menjadi upaya yang ditempuh dalam menyelesaikan konflik Semenanjung Korea.
5
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Praktis
Manfaat Praktis dari penelitian ini adalah diharapkan dapat memperjelas situasi konflik yang terjadi di Korea dan mendiskripsikan upaya-upaya yang telah dilakukan untuk meredakan dan menyelesaikan konflik tersebut dan progres dari tiap upaya yang ditempuh melalui prespektif Korea Selatan.
1.4.2 Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis penelitian diharapkan dapat menjadi referensi pengembangan ilmu Hubungan Internasional terutama mengenai upaya diplomasi yang ditempuh dari konflik yang terjadi di wilayah Semenanjung Korea.
1.5 Batasan Penelitian
Batas dari penelitian ini berfokus pada upaya pemerintah Korea Selatan dalam berdiplomasi menggunakan metode diplomasi Multitrack secara bilateral dan multilateral dengan mengangkat permasalahan dalam forum Internasional, pembuatan kebijakan luar negeri mengenai konflik yang terjadi serta progress yang ditempuh dari setiap upaya yang dilakukan. Serta menjelaskan efektifitas dari setiap upaya yang ditempuh dalam jangka waktu tahun 1998 – 2018 untuk meredam konflik, dimana pada tahun-tahun itulah Korea Selatan dirasa banyak sekali melakukan upaya menyelesaikan konflik di Semenanjung Korea.