• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI RONA AWAL LINGKUNGAN PADA TAHAP PRA- SURVEI TAPAK DI DUA DAERAH INTERES UNTUK PLTN DI PULAU BANGKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI RONA AWAL LINGKUNGAN PADA TAHAP PRA- SURVEI TAPAK DI DUA DAERAH INTERES UNTUK PLTN DI PULAU BANGKA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI RONA AWAL LINGKUNGAN PADA TAHAP

PRA-SURVEI TAPAK DI DUA DAERAH INTERES UNTUK PLTN

DI PULAU BANGKA

Heni Susiati, June Mellawati, Yarianto SBS dan Fepriadi

Pusat Pengembangan Energi Nuklir – BATAN

Jalan Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan12710 Telp.: 021-5204243, Email: heni_susiati@batan.go.id

ABSTRAK

STUDI RONA AWAL LINGKUNGAN PADA TAHAP PRA-SURVEI TAPAK DI DUA DAERAH INTERES UNTUK PLTN DI PULAU BANGKA. Berdasarkan hasil pra-survei tapak,

telah ditentukan dua calon tapak, yakni Teluk Mangris -Tanah Merah yang terletak di Kabupaten Bangka Barat dan Tanjung Krasak-Tanjung Berani terletak di Kabupaten Bangka Selatan. Studi lingkungan selama pra-survei difokuskan pada pengumpulan data sekunder untuk menyusun rona lingkungan dan untuk mengidentifikasi parameter lingkungan yang dianggap akan berpengaruh signifikan terhadap proses penentuan tapak PLTN, khususnya dalam skala regional. Data yang dikumpulkan meliputi: geografi, tata guna lahan dan air, meteorologi, hidrologi, oseanografi (pasang surut, arus), ekologi (flora dan fauna), budaya, bangunan bersejarah, demografi, akses transportasi, jaringan listrik dll. Berdasarkan hasil studi lingkungan pra-survei, secara umum tidak ada kondisi lingkungan yang secara spesifik akan berpengaruh signifikan terhadap kelayakan daerah interes sebagai calon tapak PLTN. Dalam kegiatan selanjutnya akan dilakukan penelitian mendalam dengan pengukuran dan survei lapangan untuk menyusun rona lingkungan serta identifikasi awal prakiraan dampak penting dari pembangunan PLTN.

Kata kunci: pra-survei, lingkungan, tapak PLTN

ABSTRACT

STUDY OF EXISTING ENVIRONMENTAL PROFILE AT PRE-SITE SURVEY STAGE IN TWO INTEREST AREAS AT BANGKA ISLAND. Based on the result of site study (pre-survey),

it had been determinned two interest areas Bangka Island, namely Teluk Manggris-Tanah Merah located in West Bangka Regency and Tanjung Krasak-Tanjung Berani located in South Bangka Regency. Environmental studies during the pre-survey is focused on secondary data collection to compile environmental profile and to identify of environmental parameters considered significant in the influence of the NPP siting process, in the regional scale. The data collected include the following: geography, land and water use, meteorology, hydrology, oceanography (tide, current), ecology (flora and fauna), culture, historical building, demography, transportation access, electricity distribution, etc. Based on the results of environmental studies, generally there are no significant specific environmental conditions that would negatively affect to the continuation of pra-survey studies. In general, there are no specific environmental conditions will significantly influence the feasibility of interest development area as a NPP candidat site. In the next activity will be conducted in-depth research with measurements and field survey to prepare the environmental profile and initial identification of significant impacts forecasting due to NPP.

(2)

1.

PENDAHULUAN

Pulau Bangka merupakan pulau yang sangat potensial untuk tapak PLTN, mengingat kondisi geologi yang cukup stabil dan jauh dari ancaman gunung berapi. Kendala yang ada saat ini adalah PLTN merupakan produsen listrik dengan kapasitas yang cukup besar, sehingga tidak sesuai dengan kebutuhan listrik di Provinsi Bangka Belitung. Namun pemikiran jangka panjang adalah Provinsi Bangka Belitung menjadi lumbung energi masa depan terutama untuk PLTN, dan listriknya dapat dialirkan ke Sumatera dan Jawa. Rencana pembangunan jembatan Selat Sunda diharapkan dapat mendukung hal tersebut.

Pada tahap awal dilakukan kegiatan pra survei tapak untuk mendapatkan daerah interes di Pulau Bangka, dengan melakukan pengumpulan data sekunder dan konfirmasi lapangan. Provinsi Bangka Belitung merupakan provinsi yang belum lama terbentuk namun perkembangan industrinya cukup pesat. Kegiatan industri tersebut sangat membutuhkan energi listrik. Salah satu alternatif energi tersebut adalah energi terbarukan terutama energi nuklir.

Oleh karena itu kegiatan Pra-Survei tapak PLTN untuk mencari lokasi tapak interes yang memenuhi syarat keamanan perlu dilaksanakan. Pusat Pengembangan Energi Nuklir - BATAN mempunyai tugas dalam melakukan inventarisasi tapak untuk PLTN tersebut. Kegiatan studi tapak di Provinsi Bangka Belitung saat ini pada tahap pra survei. Dari hasil tersebut di peroleh 2 daerah interes yang akan ditindaklanjuti pada tahap survei tapak selanjutnya. Sebelum dilaksanakan kegiatan selanjutnya, maka perlu dilakukan pemantauan rona awal daerah interes dan sekitarnya untuk mengetahui adanya perubahan tutupan lahan, rona lingkungan, maupun adanya aktivitas penduduk di daerah interes dan sekitarnya[1]. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI No. 32 tahun 2009 mengenai

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, agar setiap pembangunan selalu memperhatikan kelestarian lingkungan di sekitar proyek, baik sebelum, pada saat, maupun sesudah adanya proyek[2]. Demikian juga dengan dokumen Safety Standards Serries IAEA No.

NS-R-3 tentang Site Evaluation for Nuclear Instalation disebutkan bahwa dalam evaluasi tapak PLTN terkait keselamatan nuklir untuk perlindungan lingkungan dari konsekuensi radiasi akibat lepasan zat radioaktif jika terjadi kecelakaan nuklir maupun pada kondisi operasi normal perlu mendapat perhatian[3].

Inventarisasi sumber daya lingkungan khususnya data geologi, geografi, tata guna lahan dan air, meteorologi, kualitas air, hidrologi, oseanografi, ekologi (flora dan fauna), budaya, demografi, dan kondisi sosial ekonomi di tapak interes PLTN di Bangka Barat dan Bangka Selatan merupakan upaya untuk menghimpun data potensi lingkungan di daerah interes untuk meningkatkan ketersediaan data yang terbaru dan akurat berkaitan dengan potensi sumber daya lingkungan di kabupaten Bangka Barat, untuk melengkapi dan memutakhirkan data dan informasi yang telah ada mengingat hingga saat ini masih sangat terbatas.

2.

METODOLOGI

2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian terletak di Daerah Interes-1: Tanah Merah – Teluk Mangris di Desa Air Putih-Mentok, Kecamatan Mentok, Kabupaten Bangka Barat dan Daerah Interes-2 : Tanjung Batu Berdaun–Tanjung Berani, Desa Sebagin, Kecamatan Simpang Rimba, Bangka Selatan (Gambar 1).

(3)

2.2 Pengumpulan Data

Data sekunder diperoleh dari dinas dan instansi terkait dan data primer diperoleh dari survei dan observasi secara langsung di lapangan.

3.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan penyiapan tapak di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dimulai tahun 2010, yaitu dengan dilakukannya studi pendahuluan PLTN di Babel (Pra-Survei Tapak). Berdasarkan hasil studi pustaka dan konfirmasi lapangan terhadap 10 (sepuluh) lokasi yang ditinjau, telah dipilih 2 (dua) daerah interes, yaitu (Gambar 1)[1]:

- Daerah Interes-1: Tanah Merah – Teluk Mangris di Desa Air Putih-Mentok, Kecamatan Mentok, Kabupaten Bangka Barat.

- Daerah Interes-2 : Tanjung Batu Berdaun – Tanjung Berani, Desa Sebagin, Kecamatan Simpang Rimba, Kabupaten Bangka Selatan. Secara umum pulau Bangka aman dari ancaman geologi, gunung api, gempa bumi, dan tsunami.

Gambar 1. Dua daerah interes di Pulau Bangka[1]

Daerah Interes-1 berada di wilayah Kabupaten Bangka Barat dan Daerah Interes-2 berada di wilayah Bangka Selatan, merupakan dua kabupaten pemekaran di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang disahkan dengan UU RI Nomor 5 Tahun 2003 tanggal 25 Feruari 2003. Menurut Data BPS, luas wilayah daratan Kabupaten Bangka Barat adalah 2,820.61 km2 dan luas laut 1,541.29 km2 terhitung 4 mil dari batas terluar pantai. Berdasarkan

UU RI Nomor 5 Tahun 2003[4]. Batas-batas geografi/administrasi dan kondisi lingkungan di

ke dua daerah interes diuraikan sebagai berikut:

3.1 Daerah Interes-1 (Desa Tanah Merah – Teluk Mangris, Desa Air Putih, Kecamatan Mentok, Kabupaten Bangka Barat)

Daerah Interes-1 terletak di Desa Air Putih – Desa Tanjung, Kecamatan Mentok, Kabupaten Bangka Barat. Secara umum lokasi batas utara Daerah Interes-1 merupakan

Daerah Interes-1

Daerah Interes-2

(4)

daerah hutan lindung pantai yang beberapa tempat dimanfaatkan oleh penduduk sebagai area perkebunan karet, kelapa sawit dan pertambangan timah rakyat (Gambar 2)[1].

3.1.1 Letak dan Kondisi Geografis Kecamatan Mentok

Kecamatan Mentok merupakan bagian dari sub wilayah administrasi Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kabupaten Bangka Barat mempunyai luas wilayah sebesar 2.820,61 km2 atau 282.061 Ha yang terdiri dari lima kecamatan yang

kesemuanya memiliki desa pesisir, yaitu Kecamatan Kelapa (601,17 km2), Tempilang (398,86

km2), Mentok (469,00 km2), Simpang Teritip (626,47 km2), dan Jebus 9730,11 km2). Adapun

batasan wilayah dari Kabupaten Bangka Barat adalah:

 Sebelah utara : Laut Natuna

 Sebelah Timur : Teluk Kelabat, Kecamatan Bakam, Puding Besar, dan Mendo Barat

 Sebelah Selatan : Selat Bangka

 Sebelah Barat : Selat Bangka, Laut Natuna

Gambar 2. Daerah Interes-1, Desa Air Putih – Desa Tanjung, Kecamatan Mentok[1]

Kecamatan Muntok memiliki luas daerah sebesar 469,00 ha dengan tingkat kepadatan penduduk sekitar 39,306 per km2. Jarak antara Daerah Interes-1 dengan Kecamatan Mentok

sebagai ibukota Kabupaten Barat kira-kira 7,8 km[4].

Kondisi topografi daerah interes pada umumnya berupa dataran bergelombang hingga perbukitan berlereng landai (Gambar 3)[5]. Pada daerah interes juga terdapat

beberapa sungai dengan lembah yang tidak terjal dan sebagian besar daerah sempadan sungai tertutup oleh endapan sungai (fluviatil). Pada bagian selatan daerah interes berupa daerah dataran rendah dan di bagian pantai bagian selatan tersusun atas hutan mangroove.

Bukaan tutupan lahan yang terjadi pada daerah interes pada umumnya terjadi akibat adanya kegiatan perkebunan oleh masyarakat dan penambangan timah rakyat. Bukaan lahan yang dilakukan akibat perkebunan umumnya tidak mengubah bentuk topografi, sedangkan pembukaan tutupan lahan oleh kegiatan pertambangan timah rakyat umumnya menyebabkan bukaan yang cukup luas dan perusakan bentuk lahan.

(5)

3.1.2 Keadaan Iklim

Gambaran mengenai iklim daerah interes di Kabupaten Bangka Barat berdasarkan klasifikasi iklim Scmidth-Ferguson termasuk ke dalam iklim tropis tipe A (tropis basah). Menurut data dari Dinas Pertanian Bangka Barat Tahun 2007 yang berasal dari tiga stasiun di Kabupaten Bangka Barat, curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari yaitu sebesar 285,17 mm dengan hari hujan terbanyak terjadi pada bulan November, Desember dan Januari yaitu 17 hari hujan. Curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus yaitu 2,5 mm dengan hari hujan terendah juga terjadi pada bulan Agustus yaitu 1 hari hujan. Jumlah rata-rata curah hujan dari tiga stasiun di Kabupaten Bangka Barat selama 3 tahun (2004-2006) adalah 1,760.64 mm/th dengan jumlah hari hujan rata-rata 116 hari/tahun[4].

Gambar 3. Peta Penggunaan Lahan di Kabupaten Bangka Barat tahun 2007[5]

3.1.3 Kependudukan

Jumlah penduduk kecamatan Mentok, Bangka Barat pada tahun 2009 adalah 39.306 jiwa yang tersebar di 5 kelurahan dengan kepadatan penduduk rata-rata 84 jiwa/km2. Data

luas lahan dan jumlah penduduk di lima kelurahan 469,00 ha. Dari data tersebut terlihat bahwa kepadatan penduduk di Kecamatan Mentok cukup bervariasi. Kepadatan penduduk di Kecamatan Mentok relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan kecamatan lainnya di Kabupaten Bangka Barat. Data ini mengindikasikan bahwa selama ini, Mentok telah berkembang menjasi pusat orientasi kegiatan penduduk baik kegiatan agraris maupun non agraris.

Berdasarkan umur, struktur penduduk Kabupaten Bangka Barat didominasi oleh usia produktif (15-55 tahun). Berdasarkan data kependudukan yang diperoleh dari Kantor Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bangka Barat pada Tahun 2009 usia produktif sebesar 67.16% dari total jumlah penduduk. Besarnya jumlah penduduk pada usia produktif

(6)

ini berimplikasi pada ketersediaan tenaga kerja, yang berarti pula berisiko munculnya pengangguran jika tidak disertai dengan ketersediaan lapangan kerja. Berdasarkan tingkat pendidikan, sebagian besar penduduk Kabupaten Bangka Barat mempunyai tingkat pendidikan rendah. Dari data jumlah penduduk menurut pendidikan Tahun 2009, diketahui bahwa tingkat pendidikan penduduk masih didominasi oleh Sekolah Dasar (lebih dari 50%).

3.1.4 Gambaran Rona Awal di Daerah Interes-1

Bagian utara Daerah Interes-1 secara geologi tersusun oleh granit dari satuan Granit Klabat. Batuan ini tersingkap hingga ke permukaan dan membentuk perbukitan. Sebagian batuan granit telah dimanfaatkan oleh penambang rakyat sebagai bahan quary, dan penambangan dilakukan dengan cara tradisional[6].

Sebaran batuan granit dijumpai hingga melewati batas daerah interes bagian utara, sedangkan pada bagian selatan penyebaran batuan granit dijumpai hingga lebih dari separuh luasan daerah interes. Ke arah selatan penyebaran batuan berupa metabatu lempung dan metabatu pasir yang merupakan anggota Formasi Tanjung Genting.

Pendataan rona awal dimulai dari bagian utara Daerah Interes-1 merupakan daerah pantai yang tersusun atas pasir putih (pasir kuarsa) yang merupakan endapan dari lapukan granit. Pada daerah ini banyak dilakukan penambangan timah rakyat yang bersifat sementara/ berpindah-pindah baik menggunakan mesin pompa yang langsung melakukan sedot pasir pantai ataupun dengan pembuatan galian di daerah dekat pinggir pantai. Sebagian penambang rakyat membuat rumah sementara di daerah ini.

Jalan tanah yang ditemui di Daerah Interes-1 merupakan jalan akses bagi penambang timah rakyat. Di sepanjang jalan dapat diamati bekas lubang tambang timah rakyat yang membentuk kolong. Kegiatan penambangan timah oleh rakyat merupakan kegiatan yang menyebabkan terjadinya bukaan lahan dan perubahan topografi secara intensif.

Tambang timah yang terdapat pada jalan akses ini cukup besar dan dikerjakan oleh berbagai alat berat dengan membentuk kolong-kolong yang cukup besar. Berdasarkan pengamatan awal Daerah Interes-1 Desa Air Putih – Tanjung, Kecamatan Mentok, Kab. Bangka Barat, dapat diketahui bahwa sebagian besar daerah interes tersusun oleh batuan granit terutama di bagian Utara. Sedangkan pada daerah Selatan tersusun oleh batupasir anggota Formasi Tanjung Genting dan pada batas Selatan daerah interes tersusun atas endapan aluvial.

Berdasarkan kedekatan lokasi dengan permukiman penduduk, batas daerah interes bagian Selatan berjarak  1 km dari permukiman penduduk, sedangkan batas daerah interes bagian Utara terletak  1,5 km dari permukiman penduduk.

Berdasarkan jenis penggunaan lahan dan bentuk lahannya, maka sebagian besar daerah interes merupakan dataran bergelombang, dengan topografi daerah Utara lebih tinggi dibandingkan daerah Selatan. Daerah Utara lebih banyak berfungsi sebagai hutan lindung pantai yang berupa semak belukar dan perdu, sedangkan di bagian Selatan terdapat hutan mangrove. Dengan demikian sangat disarankan apabila dikembangkan, maka secara teknis akan lebih mendukung daerah Utara.

Daerah Interes-1 dapat dicapai dari Pangkal Pinang melalui kota Kelapa dengan jalan beraspal sepanjang sekitar 140 km, kemudian dilanjutkan 4 hingga 6 km melalui jalan tidak beraspal, yaitu 3 km hanya dapat dilalui dengan mobil dan sisanya dengan motor atau kendaraan 4 wheel-drive. Jalan tidak beraspal tersebut perlu diperbaiki sebelum aktivitas utama dimulai[6].

Sungai-sungai besar yang terdapat di Kabupaten Bangka Barat adalah Sungai Kampak, Sungai Antan, Sungai Jering dan Sungai Kotawaringin. Sungai-sungai tersebut belum dimanfaatkan untuk pertanian dan perikanan karena nelayan lebih cenderung

(7)

mencari ikan ke laut. Adapun aktifitas sehari-hari penduduk cenderung menggunakan sarana perhubungan darat melalui jalan raya. Di Kabupaten Bangka Barat tidak terdapat danau alam, hanya ada bekas penambangan bijih timah yang luas hingga menjadikannya seperti danau buatan yang disebut kolong[5].

3.2 Daerah Interes-2 ( Desa Sebagin, Kecamatan Simpang Rimba, Kabupaten Bangka Selatan)

Daerah Interes 2 terletak di Desa Sebagin, Kecamatan Simpang Rimba, Bangka Selatan. Secara umum lokasi batas utara Daerah Interes-2 merupakan daerah pantai yang tersusun atas pasir putih (pasir kuarsa) yang merupakan endapan dari lapukan granit dan batupasir F. Tanjung Genting (Gambar 4)[1].

Gambar 4. Peta Lokasi Daerah Interes- 2, Desa Sebagin, Kecamatan Simpang Rimba, Bangka Selatan[1]

3.2.1 Letak dan Kondisi Geografis Kecamatan Simpang Rimba

Kecamatan Simpang Rimba merupakan bagian dari sub wilayah administrasi Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Bangka Selatan mempunyai luas lebih kurang 3.607,08 km2 atau 360.708 ha. Kabupaten Bangka Selatan

terdiri atas 5 kecamatan, 3 kelurahan dan 39 desa definitif dan 6 desa persiapan serta didukung 175 desa. Kabupaten Bangka Selatan dibatasi oleh batas-batas sebagai berikut[7] :

 Utara : Kabupaten Bangka Tengah

 Timur : Selat Gaspar

 Selatan : Selat Bangka

 Barat : Selat Bangka

Kabupaten Bangka Selatan terbagi atas 5 kecamatan yaitu Kecamatan Payung, Kecamatan Simpang Rimba, Kecamatan Toboali, Kecamatan Air Gegas dan Kecamatan Lepar Pongok.

3.2.2 Keadaan Iklim

Kecamatan Simpang Rimba memiliki iklim tropis tipe A yakni setiap tahunnya mengalami bulan basah sebanyak tujuh bulan dan bulan kering selama empat bulan atau

(8)

periode bulan basahnya relatif lebih panjang dari bulan kering, dengan suhu rata-rata antara 23,7°C sampai 31,18°C dan tingkat curah hujan 107,6 hingga 343,7 mm/bulan. Secara umum struktur topografi tanah di Kecamatan Simpang Rimba relatif datar hingga berombak dan bergelombang dengan ketinggian tempat kurang lebih 200 m di atas permukaan laut. Jenis tanah yang terdapat di kecamatan ini umumnya berpasir dengan pH tanah rata-rata di bawah 5. Kondisi alam tersebut sangat mempengaruhi proses budidaya tanaman perkebunan yang ada di daerah ini.

Kabupaten Bangka Selatan mempunyai iklim Tropis Tipe A (tropis basah) dengan variasi hujan antara 23,10 hingga 357,30 mm tiap tahun. Curah hujan terendah terjadi pada bulan September. Curah hujan rata-rata tahunan sekitar 2.000 mm sampai 2.500 mm. Suhu rata-rata daerah Kabupaten Bangka Selatan bervariasi antara 260 hingga 280, sedangkan

kelembaban udara bervariasi antara 75% sampai 88 %. Intensitas penyinaran sinar matahari rata-rata bervariasi antara 3,5 % sampai 7,2 %, dengan tekanan udara 1008,7 hingga 1011,3 MBS.

3.2.3 Kependudukan

Jumlah penduduk Kabupaten Bangka Selatan pada tahun 2009 sebesar 163.200 jiwa, dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 45 orang per km2. Dari seluruh kecamatan,

kepadatan tertinggi terdapat di Kecamatan Tukak Sadai yaitu 81 orang per km2, sedangkan

yang terendah terdapat di Kecamatan Toboali yaitu 38 orang per km2. Jumlah penduduk

laki-laki sebanyak 84.536 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 78.664 jiwa[8].

3.2.4 Gambaran Rona Awal di Daerah Interes-2

Sesuai dengan hasil verifikasi Daerah Interes-2 yang semula terletak antara Tanjung Berdaun (Desa Radjik) hingga Tanjung Berani (Desa Sebagin), diketahui bahwa sebagian daerah merupakan lokasi permukiman penduduk dan lokasi perkebunan baik milik penduduk maupun ijin pengusahaan perkebunan PT. Bangka Malindo Lestari serta sebagian merupakan hutan lindung pantai (Gambar 4)[6].

Kriteria yang dihindari dalam verifikasi ini adalah daerah permukiman (jarak dari penduduk terluar 1,5 km), ladang/ kebun penduduk yang telah panen/ hampir

panen,

serta

area hutan lindung yang pada saat verifikasi berupa hutan rawa bakau. Hasil verifikasi tersebut didapatkan bahwa daerah interes dapat bergeser di daerah Tanjung Berani, Desa Sebagin, dengan luasan 573 ha. Pada daerah interes tersusun atas litologi Metabatupasi yang merupakan anggota Formasi Tanjung Genting.

Air tanah di Desa Sebagin merupakan air tanah dangkal tawar dengan kualitas sangat baik, kedalaman sumur 5 m, MAT 3 m pada musim penghujan naik hingga 2 m, sehingga seluruh penduduk memanfaatkan sumur dangkal sebagai sumber air bersih. Di Kecamatan Simpang Rimba, mempunyai 3 wilayah desa dari 7 desa, yang berada di wilayah pesisir, yaitu Desa Sebagin, Desa Radjik, dan Desa Permis.

Daerah Interes-2 merupakan daerah pantai yang tersusun atas pasir putih (pasir kuarsa) yang merupakan endapan dari lapukan granit dan batupasir F. Tanjung Genting. Pada daerah tidak terdapat penambangan timah rakyat dan hanya merupakan daerah yang pada waktu-waktu tertentu dikunjungi oleh masyarakat yang berwisata. Sedangkan area interes lainnya merupakan daerah ladang/perkebunan penduduk yang berupa perkebunan kelapa sawit dan perkebunan karet.

Di Daerah Interes-2 dijumpai jalan tanah yang merupakan jalan akses bekas penambangan pasir kuarsa yang saat ini digunakan sebagai akses perjalanan wisata. Di sepanjang jalan menuju daerah interes ada beberapa perkebunan penduduk berupa kebun

(9)

karet. Daerah ini juga merupakan bekas kegiatan penambangan timah oleh rakyat merupakan kegiatan yang menyebabkan terjadinya bukaan lahan dan perubahan topografi secara intensif.

Pada daerah ini terdapat singkapan perselingan batupasir dan batulempung yang tersingkap akibat penambangan pasir kuarsa. Penambangan tersebut merencanakan pembuatan jetti untuk pengangkutan tambang pasir kuarsa. Akibat aktivitas pembuatan jetti tersebut, maka dilakukan pembuatan kupasan pada bukit yang terletak di dekat pantai, sehingga tersingkap batupasir sisipan batulempung anggota F. Tanjung Genting secara baik. Sepanjang jalan di Daerah Interes-2 merupakan bekas tambang pasir kuarsa yang membentuk lubang-lubang. Sebagian lubang bekas tambang tersebut dimanfaatkan sebagai kolam ikan, sebagian besar telah di timbun dan ditanami karet dan kelapa sawit.

Di bagian timur daerah ini merupakan area perkebunan miliki PT. Bangka Malindo Lestari dengan luasan  9.000 Ha. Sehingga daerah ini merupakan batas timur Daerah Interes-2.

Berdasarkan pengamatan awal Daerah Interes-2 di Desa Sebagin, Kecamatan Simpang Rimba, Kabupaten Bangka Selatan dapat diketahui bahwa sebagian besar daerah interes tersusun oleh batupasir anggota Formasi Tanjung Genting dan pada batas selatan daerah interes tersusun atas endapan aluvial. Sedangkan berdasarkan kedekatan lokasi dengan permukiman penduduk, batas daerah interes bagian utara terletak  1,5 km dari permukiman penduduk sedangkan bagian selatan berbatasan dengan hutan yang belum dijamah penduduk.

Berdasarkan jenis penggunaan lahan dan bentuk lahannya, maka sebagian besar daerah interes merupakan dataran bergelombang, dengan topografi daerah utara dan timur lebih tinggi dibandingkan daerah selatan. Daerah utara lebih banyak berfungsi sebagai perkebunan penduduk, sedangkan di bagian selatan terdapat hutan mangrove[6].

Sungai-sungai di Bangka Selatan mempunyai hulu di perbukitan dan pegunungan, yang kemudian bermuara di Selat Bangka dan Laut Jawa. Sungai yang terdapat hanya berfungsi sebagai sistim drainage dan tidak dimanfaatkan untuk pertanian dan perikanan. Daerah Bangka Selatan tidak terdapat danau alami, tetapi banyak dijumpai bekas penambangan bijih timah yang luas dan menjadi lubang bekas galian menjadi danau buatan yang disebut sebagai kolong . Daerah rawa-rawa tedapat pada bagian timur dan selatan Kabupaten Bangka Selatan.

3.3 Kondisi Fisik Perairan (Laut) Daerah Interes

Secara umum jika dilihat dari letak Kabupaten Bangka Barat di antara pulau-pulau sekitarnya tampak bahwa perairan laut Kabupaten Bangka Barat terdiri atas perairan yang merupakan selat (antara Sumatera dan Pulau Bangka), perairan laut lepas yang merupakan bagian dari laut Natuna dan perairan teluk (Teluk Kelabat). Perbedaan kondisi ini menyebabkan perbedaan karakteristik masing-masing perairan tersebut.

Perairan selat umumnya dicirikan oleh aliran arus yang kuat dan pola arus menyerupai perairan laut lepas. Kecepatan arusnya sangat dipengaruhi oleh bentuk bentuk geometri selat, musim, topografi perairan dan kondisi batas lainnya. Secara umum sirkulasi pola arus di perairan selat sebagian besar tergantung pada kondisi lokal, walaupun proses fisika oseonografi sudah menjadi hal yang umum. Selat Bangka yang terletak di bagian timur Sumatera merupakan perairan yang dicirikan sebagai perairan sambungan antara estuari lokal dan laut lepas yaitu Laut Jawa.

Hal ini menjadikan bentuk geometri perairan Selat Bangka terkesan unik. Kondisi geografis perairan dapat menyebabkan massa air Selat Bangka menjadi lebih tawar, hal ini kemungkinan disebabkan oleh adanya sejumlah besar masukan air sungai ke perairan ini.

(10)

Disamping itu selat ini areanya cukup panjang dan arus pasutnya juga sangat kuat, seperti halnya di daerah selat pada umumnya. Perairan sebelah utara dan sebagian sebelah barat yang berbatasan langsung dengan Laut Natuna merupakan perairan terbuka. Karakteristik perairannya lebih dipengaruhi oleh perairan Laut Natuna, dimana pola arus lebih dipengaruhi oleh faktor musim.

Suhu perairan sekitar pulau Bangka dari lapisan permukaan hingga lapisan dasar tidak menunjukkan perbedaan yang berarti. Perairan Bangka yang merupakan bagian Laut Natuna memiliki siklus suhu antara musim Barat dan musim Timur, suhu permukaan Musim Barat (Desember – Februari) lebih kecil dan musim Timur (Juli-Agustus). Pada permulaan musim Barat suhu berkisar 27,0oC – 28,5oC dan semakin menurun dengan

berjalannya musim Barat menjadi 28,8o – 30,0o C[9].

Di perairan Bangka, gelombang besar terjadi pada bulan September sampai Maret, dengan ketinggian lebih dari 1 meter dengan periode sekitar 5 sampai 7 detik. Sedangkan gelombang yang tidak terlalu besar terjadi pada bulan April sampai Agustus dengan ketinggian antara 5 sampai 40 cm dengan periode 1-2 detik. Pada Musim Barat Laut tinggi gelombang berkisar antara 0,5-1,5 meter, namun kadang-kadang mencapai tinggi 2 meter terutama pada bulan Januari dan Pebruari di perairan Utara pulau Bangka. Saat musim Tenggara tinggi gelombang berkisar antara 0,5-1,5 meter kadang-kadang mencapai tinggi 2 meter terutama pada bulan Juli – September di perairan Selatan pulau Bangka.

Salah satu kriteria umum terkait dengan ketersediaan pasokan air, maka lokasi PLTN harus terletak di tepi badan air yang cukup besar, seperti laut dengan kualitas air yang memenuhi persyaratan sebagai pasokan air pendingin. Apabila pasokan air yang diperoleh dari laut, maka lokasi daerah interes yang dikehendaki adalah daerah yang dibatasi dari garis pantai ke arah darat maksimum 3,0 km, dengan pertimbangan agar kebutuhan pasokan air pendingin yang berkesinambungan sepanjang tahun dapat terpenuhi. Hasil konfirmasi di lapangan diperoleh data bahwa baik Daerah Interes-1 dan Daerah Interes-2 memungkinkan memperoleh pasokan air sebagai pendingin dari laut yang berjarak kurang 3,0 km dari garis pantai, sehingga Daerah Interes-1 dan Daerah Interes-2 dapat dikategorikan memenuhi sebagai daerah interes menurut aspek ini.

3.4 Ketersediaan Air

Secara umum daerah penyelidikan tidak terdapat kekurangan air untuk minum. Penyadapan air dengan membuat sumur gali telah banyak dilakukan dengan mutu air yang dapat diminum. Selain dari pada itu telah pula direncanakan penyadapan air dari mata air, sehingga pemboran air tanah yang akan dilakukan hanya sebagai penambah kebutuhan air, jika kekurangan air.

Menurut IAEA Safety Series No.50-SG-S5 tentang Nuclear Power Plant Siting menyebutkan bahwa kebutuhan air khusnya air tawar harus cukup untuk instalasi listrik nuklir, hal ini dimaksudkan untuk memenuhi operasional PLTN dan pekerjanya[10].

3.5 Topografi dan Geologi serta Hidrogeologi

Keadaan geologi dan hidrogeologi sangat mempunyai peranan penting dalam terbentuknya potensi air bawah tanah. Proses geologi yang terjadi diantaranya adalah berupa intrusi magma, gerakan tektonik, perlipatan, perlapukan, erosi dan pengendapan. Untuk mengetahui keadaan lapisan pembawa air maka peranan geologi terdapat pada jenis satuan batuan atau formasi geologi. Selain itu kondisi keadaan daur hidrologi perlu dipahami dan ditinjau sehingga keterdapatan air bawah tanah dapat diketahui.

Pulau Bangka dan wilayah sekitarnya berada pada Paparan Sunda atau bagian tepi kerak benua (craton ) Asia. Batuan penyusun daerah Pulau Bangka terdiri atas batuan malih,

(11)

batuan inti benua berupa batuan beku asam yang bersifat granitik. Atas dasar posisi dan waktu terbentuk batuan beku granit merupakan bagian busur magmatik yang terbentuk pada umur Trias hingga Jura (230 sampai 135 juta tahun lalu ). Batuan tertua yang tersingkap di Kabupaten Bangka Selatan termasuk pada Kompleks Malihan Pemali yang mempunyai umur Karbon-Perem. Kompleks Malihan Pemali terdiri atas filit, sekis dan kuarsit. Filit berwarna abu-abu.

Desa Rajik terletak dibagian barat Pulau Bangka. Luas Desa Rajik adalah sekitar 10 ha dengan jumlah penduduk sekitar 7.335 jiwa. Daerah ini terletak pada ketinggian sekitar 5 m sampai 15 m diatas muka laut. Daerah sekitar 1.000 m dari garis pantai merupakan daerah mendatar dan terdapat pemukiman penduduk. Jalan utama melalui desa Rajik dengan arah dari Selatan ke arah timur laut. Pada daerah pantai terdapat dermaga yang dikelola oleh PT. Timah Tbk. Dermaga tersebut terdapat 1 km dari garis pantai.

Daerah Rajik terletak pada batuan penyusun sebagai berikut[11]:

1. Endapan aluvium pantai yang terdiri atas kirikil, pasir, lempung dengan kelulusan rendah. Endapan aluvium tersebar luas di daerah pantai sepanjang 300 m kearah daratan. Endapan pantai terdapat sepanjang pantai di daerah sebelah barat daerah penyelidikan.

2. Granit yang telah melapuk pada bagian dataran dan granit yang masif pada daerah perbukitan bagian tenggara daerah penyelidikan.

Secara geologis pulau Bangka, selain banyak mengandung mineral Timah, juga merupakan daerah yang mengandung bahan radioaktif alamiah deret Uranium (U-238), deret Thorium (Th-232) dan Kalium (K-40). Proses penambangan Timah memberikan dampak positif berupa peningkatan ekonomi masyarakat dan terbukanya lapangan kerja sebagai bagian dari kesejahteraan masyarakat, juga memberikan hasil sampingan berupa slag, monazite, ilmenite, lumpur/tailing dan air tailing yang mengandung bahan radioaktif alamiah dengan konsentrasi yang relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada di tanah. Produk sampingan yang mengandung bahan radioaktif tersebut berpotensi memberikan dampak negatif bagi kesehatan masyarakat dan mencemari lingkungan, terutama dari gas radioaktif Thoron (Th-220) dan Radon (Rn-222) yang terangkut bersama dengan pasir timah, bila tidak dilakukan pengelolaan dengan baik dan benar[11].

3.6 Ekologi, Sosial, Ekonomi dan Budaya

Selain faktor-faktor yang telah diuraikan di diatas, pada umumnya pemilihan tapak untuk PLTN juga menyangkut pertimbangan aspek lingkungan, sosial, ekonomi, politik dan budaya.

Sesuai dengan konsep pembangunan berkelanjutan dan ramah lingkungan, rencana pembangunan PLTN memerlukan daya dukung dan daya tampung lingkungan yang memadai. Kondisi rona awal lingkungan harus diperhatikan sebelum dilaksanakannya konstruksi PLTN. Rona awal lingkungan tersebut meliputi rona awal radioaktivitas (di udara, air, tanah, biota teresterial, biota perairan), kualitas fisik dan kimia udara dan air (baik air permukaan air tanah maupun air laut), tingkat kebisingan, landsekap. Rona hayati menyangkut keanekaragaman hayati dan kelimpahan baik teresterial dan perairan. Spesies endemik dan yang dilindungi akan menjadi perhatian dalam proses studi tapak seawal mungkin (tahap pra survei). Selain itu masalah lingkungan yang berkaitan dengan sosial, ekonomi dan budaya juga perlu diperhatikan, karena pembangunan PLTN nantinya akan berdampak pada komponen tersebut, baik yang bersifat positif maupun negatif.

Kriteria awal yang ditetapkan dalam tahap pra survei ini adalah menghindari daerah yang dijadikan penangkaran atau perlindungan spesies tertentu. Komponen lain belum menjadi kriteria pemilihan daerah interes. Penilaian lebih lanjut mengenai kedua

(12)

karakteristik lingkungan perlu diteliti lebih lanjut menggunakan data primer selama Studi Kelayakan. Berdasarkan kelengkapan data karakteristik lingkungan dan informasi yang tersedia pada teknologi PLTN apa yang digunakan untuk pengembangan, Penilaian Dampak Lingkungan dapat dilanjutkan

4.

KESIMPULAN

Kajian awal rona lingkungan Daerah Interes-1 di Teluk Mangris, Tanah Merah di Kabupaten Bangka Barat, dan Daerah Interes-2 di Tanjung Berani-Tanjung Krasak di Kabupaten Bangka Selatan memberikan hasil bahwa daerah interes tersebut sesuai untuk pengembangan PLTN dan tidak ada komponen lingkungan yang secara signifikan akan mempengaruhi kelayakan tapak. Secara umum, kondisi lingkungan saat ini untuk dua daerah interes masih menunjukkan lingkungan yang baik, Namun demikian, perlu menjadi perhatian karena beberapa daerah terdapat penambangan tanpa memperhatikan dampak lingkungan. Dampak lingkungan dapat dilanjutkan dengan menggunakan data yang tersedia dan data hasil survei dari dua daerah interes dan interaksinya dengan pemilihan teknologi PLTN.

Ucapan Terimakasih

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Kepala Distamben Provinsi Babel, Bapak Kepala Dinas ESDM, Kabupaten Bangka Barat dan Selatan, Kepala BPS Provinsi Babel, Kepala Bappeda Kabupaten Bangka Selatan, dan beberapa staf Distamben Provinsi yang telah membantu dalam pengumpulan data sekunder dan konfirmasi di lapangan. Semoga amal baiknya diterima di sisi Allah SWT. Amin.

DAFTAR PUSTAKA

[1] ___________. Laporan Kegiatan Pra Survei Tapak PLTN di Babel. PPEN, BATAN Jakarta. 2010.

[2] ___________, Bangka Barat Dalam Angka 2010, BPS, Bangka. 2010.

[3]. IAEA. “Site Evaluation for Nuclear Installation”. Safety Standards Series IAEA No. NS-R-3, International Atomic Energy Agency, Wagramer Strasse 5, P.O. Box 100, A-1400 Vienna, Austria. 2003.

[4] ___________. Undang-Undang No.32 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup , KLH, Jakarta. 2009.

[5] AMINI. Analisis Spasial Sumberdaya Pesisir Kabupaten Bangka Barat untuk Pengembangan Budidaya Perikanan, Tesis Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah, Sekolah Pasca Sarjana, IPB, Bogor. 2009.

[6] I GDE SUKADANA, JONI ADAM, T. SAMAWIN, dan KUSNAEDI. Pemantauan Kondisi Awal Topografi, Tataguna Lahan dan Lingkungan Lokasi Daerah Interes Tapak PLTN di Pulau Bangka, PPEN, BATAN, Jakarta. 2010.

[7] ___________. Bangka Selatan Dalam Angka 2010, BPS, Bangka. 2010.

[8] ___________, Kecamatan Simpang Rimba Dalam Angka 2009, BPS, Bangka Selatan. 2009.

[9] FIRMAN AGUS H., Analisis Daerah Penangkapan Ikan Potensial di Perairan Selat Bangka dan Sekitarnya, Tesis Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Sekolah Pasca Sarjana, IPB, Bogor. 2004.

[10] IAEA. Safety Series No. 50-SG-S9, tentang IAEA Safety Guides Site Survey For Nuclear Power Plants-A Safety Guide IAEA, Vienna.1984.

(13)

[11] BAMBANG WAHYUDI. Studi Tingkat Radioaktifitas Lingkungan dan Epidemiologi Lingkungan pada Area Pertambangan Timah Pulau Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Prosiding Seminar Aspek Keselamatan Radiasi dan Lingkungan pada Industri Non-Nuklir, Jakarta, 18 Maret, 2003.

Gambar

Gambar 1.  Dua daerah interes di Pulau Bangka [1]
Gambar 2. Daerah Interes-1, Desa Air Putih – Desa Tanjung, Kecamatan Mentok [1]
Gambar 3. Peta Penggunaan Lahan di Kabupaten Bangka Barat tahun 2007 [5]
Gambar 4. Peta Lokasi Daerah Interes- 2, Desa Sebagin, Kecamatan Simpang Rimba,  Bangka Selatan [1]

Referensi

Dokumen terkait

Dependent Variable: Y R 2 = 0,680 F= 58,339 Sig = 0,000 Berdasarkan tabel 3, hasil uji interaksi antara varibel independen dengan Perbedaan Gender, terlihat bahwa (1)

Batas kadar air yang mengakibatkan perubahan kondisi dan bentuk tanah dikenal pula sebagai batas-batas konsistensi atau batas-batas Atterberg (yang mana diambil dari

Suryanto, Sp.PK., selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah sekaligus penggagas Penelitian Hibah PHK-PKPD tentanJ ³ 8ML GLDJQRVWLN Rapid test Ag TB dibandingkan kombinasi

Jenis lahan berpengaruh positif terhadap perilaku petani terhadap risiko, dengan nilai odds rasio sebesar 7,50 maka dapat dikatakan bahwa petani kubis pada lahan

Masalah yang dihadapi dalam penelitian ini adalah metode pendidikan Montessori juga masih tergolong baru di Indonesia dan harga alat peraga Montessori yang

Subjek  2  sudah  dapat  membedakan  biji  melinjo  yang  tua  dan  yang  muda,  sudah  dapat  menunjukkan  alat  yang  dipergunakan  untuk  membuat  emping 

Dari hasil penelitian yang telah peneliti lakukan maka dapat disimpulkan bahwa proses manajemen layanan pengembangan life skill bagi anak berkebutuhan khusus

Kegiatan pengabdian masyarakat telah dilakukan dilingkungan Kelurahan Bulurokeng dan Kelurahan Untia dengan memberikan training modifikasi alat kaporisasi ( Chlorinator