• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI LAYANAN PENGADUAN PELANGGARAN PERATURAN DAERAH BERBASIS WEB PADA SATPOL PP KOTA TANGERANG SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI LAYANAN PENGADUAN PELANGGARAN PERATURAN DAERAH BERBASIS WEB PADA SATPOL PP KOTA TANGERANG SELATAN"

Copied!
198
0
0

Teks penuh

(1)

i

SKRIPSI

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI LAYANAN PENGADUAN PELANGGARAN PERATURAN DAERAH BERBASIS WEB PADA SATPOL PP KOTA TANGERANG

SELATAN

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sistem Informasi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

ALDINO WIDYA KURNIAWAN 1113093000002

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

ii

SKRIPSI

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI LAYANAN PENGADUAN PELANGGARAN PERATURAN DAERAH BERBASIS WEB PADA SATPOL PP KOTA TANGERANG

SELATAN

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sistem Informasi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

ALDINO WIDYA KURNIAWAN 1113093000002

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)
(4)
(5)
(6)

vi

ABSTRAK

Aldino Widya Kurniawan - 1113093000002, Rancang Bangun Sistem Informasi Layanan Pengaduan Pelanggaran Peraturan Daerah Berbasis Web pada Satpol PP Kota Tangerang Selatan, dibawah bimbingan A’ang Subiyakto, M.Kom., Ph.D, dan Nida’ul Hasanati, S.T., MMSI.

Satpol PP Kota Tangerang Selatan merupakan salah satu instrumen yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah Kota Tangerang Selatan. Satpol PP Kota Tangerang Selatan bertugas menindak pelanggaran Peraturan Daerah yang dilaporkan oleh masyarakat kota Tangerang Selatan. Penindakan pelanggaran Peraturan Daerah sangat penting dalam mewujudkan ketertiban dalam masyarakat dan menjaga ketentraman lingkungan kota Tangerang Selatan. Saat ini prosedur lapor pelanggaran Peraturan Daerah yang berjalan masih manual dan memiliki banyak kelemahan dan kekurangan sehingga menyebabkan kinerja organisasi menjadi terhambat dan belum mampu menunjang segala kebutuhan yang diinginkan organisasi dan masyarakat mulai dari proses input laporan hingga manajemen laporan yang cukup memakan waktu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan merancang suatu sistem informasi pelaporan berbasis web yang dibutuhkan oleh organisasi. Merancang dan mendesain sistem informasi pelaporan menggunakan metode Rapid Application Development (RAD) sebagai metode pengembangan sistem dan Unified Modelling Language (UML) sebagai alat pemodelannya. Fungsi yang dirancang pada sistem ini terdiri dari melaporkan pelanggaran daerah, melakukan pelacakan laporan yang diinput, dan memanajemen laporan yang ada. Dari penelitian ini dihasilkan sebuah aplikasi web Sistem Informasi Layanan Pengaduan Pelanggaran Peraturan Daerah, yang menjadi salah satu solusi bagi permasalahan organisasi tersebut.

Kata Kunci: Pelaporan, Rapid Application Development (RAD), Sistem Informasi, Unified Modelling Language (UML)

V Bab + 123 Halaman + 47 Gambar + 29 Tabel + Daftar Pustaka + Lampiran

(7)

vii KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kepada Allah SWT yang atas rahmat-Nya, yang telah memberi kemudahan dan kelancaran bagi penulis dalam menyelesaikan laporan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan tauladan bagi seluruh umat Islam hingga akhir zaman.

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S-1) pada Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakaarta. Skripsi ini berjudul “Rancang Bangun Sistem Informasi Layanan Pengaduan Pelanggaran Peraturan Daerah Berbasis Web pada Satpol PP Kota Tangerang

Selatan”.

Pada kesempatan kali ini pula, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih penulis kepada pihak-pihak yang telah mendukung dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, rasa terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Lily Surraya Eka Putri, M.Env.Stud selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak A’ang Subiyakto, M.Kom selaku Ketua Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(8)

viii 3. Ibu Nida’ul Hasanati, S.T.MMSI selaku Sekretaris Program Studi Sistem Informasi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak A’ang Subiyakto, M.Kom selaku dosen pembimbing I yang telah mengarahkan penelitian, memberikan ilmu, motivasi, dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Nida’ul Hasanati, S.T.MMSI selaku dosen pembimbing II yang telah mengarahkan penelitian, memberikan ilmu, motivasi, dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Muksin selaku pembimbing lapangan penulis yang telah memberikan arahan, ilmu, semangat dan dukungan kepada penulis. 7. Dosen-dosen Program Studi Sistem Informasi yang telah memberikan

ilmunya selama penulis duduk di bangku perkuliahan.

8. Staff akademik Program Studi Sistem Informasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan banyak bantuan terhadap penyusuan skripsi ini.

9. Kedua orang tua penulis, Bapak Dwijo Siswoyo dan Ibu Nur Khasanah yang selalu memberikan semangat, kasih sayang yang melimpah dan doa yang tiada henti sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 10. Sahabat-sahabat penulis yang selalu menemani selama perkuliahan,

Aditya Teguh, Alvin Handrianto Saputra, Arini Nurillah, Arya Listio Darmaputra, Jia Hatimah, Latifah Nur Kamilah, M. Rayhan Firdausi, M. Ryanda Putra, Mawaddatus Su’udah, Moriza Husna, Nita Alfiani,

(9)

ix Octo Wihardi, Sari Damarwulan, Tyas Rosiana Dewi, dan Zulfah Melinda.

11. Seluruh teman-teman Sistem Informasi 2013 terima kasih untuk kebersamaannya dan kerjasamanya selama ini.

12. Dan seluruh pihak-pihak yang terkait dan banyak berjasa dalam proses penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu namun tidak mengurangi rasa terima kasih sedikitpun dari penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, serta masih banyak kekurangan baik dalam penulisan materi maupun dalam susunan bahasanya. Untuk itu kiranya, pembaca dapat memaklumi atas kekurangan dalam skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jakarta, 9 Agustus 2020

Aldino Widya Kurniawan

(10)

x DAFTAR ISI

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvi

BAB I ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Identifikasi Masalah ... 8 1.3 Rumusan Masalah ... 9 1.4 Batasan Masalah ... 9 1.5 Tujuan Penelitian ... 10 1.6 Manfaat Penelitian ... 11

1.6.1. Manfaat Bagi Penulis ... 11

1.6.2. Bagi Instansi ... 12

1.7 Metodologi Penelitian ... 12

1.7.1 Metode Pengumpulan Data ... 13

1.8 Metodologi Pengembangan Sistem ... 14

1.8.1 Metode Pengembangan Sistem ... 14

1.9 Sistematika Penulisan ... 16

BAB II ... 19

2.1. Definisi Rancang Bangun ... 19

2.2. Konsep Dasar Sistem ... 19

2.2.1 Definisi Sistem ... 19

2.2.2 Karakteristik Sistem ... 20

2.2.3 Klasifikasi sistem ... 22

2.3. Konsep Dasar Informasi ... 23

2.3.1 Definisi Informasi ... 23

2.3.2 Siklus Informasi ... 24

(11)

xi

2.3.4 Kualitas Informasi ... 27

2.4. Konsep Dasar Sistem Informasi ... 29

2.4.1. Definisi Sistem Informasi ... 29

2.4.2. Komponen Sistem Informasi ... 30

2.5. Konsep Dasar Laporan ... 31

2.5.1. DefinisiLaporan ... 31

2.6. Konsep Dasar Peraturan Daerah ... 32

2.7. Konsep Dasar Pelanggaran Peraturan Daerah ... 34

2.8. Rapid Application Development (RAD) ... 35

2.9. Unified Modeling Language (UML) ... 37

2.9.1. Use-Case Diagram ... 38

2.9.2. Activity Diagram ... 40

2.9.3. Sequence Diagram ... 42

2.9.4. Class Diagram ... 43

2.10. Konsep Dasar Website ... 45

2.10.1. DefinisiWebsite ... 45

2.10.2. Jenis-Jenis Website ... 45

2.11. PHP: Hypertext Preprocessor ... 47

2.11.1. Keunggulan PHP ... 48

2.12. Konsep Dasar Framework Codeigniter ... 49

2.12.1. Pengertian Framework ... 49

2.12.2. Konsep Dasar Model View Controller (MVC) ... 50

2.12.3. Pengertian Codeigniter ... 52

2.13. Konsep Dasar Database... 54

2.13.1. Definisi Data ... 54

2.13.2. Pengertian Database ... 55

2.13.3. MySQL ... 56

2.14. Pengujian Sistem ... 57

2.14.1. Pengertian Testing ... 57

2.14.2. White Box Testing ... 57

2.14.3. Black Box Testing ... 59

(12)

xii

3.1. Metode Pengumpulan Data ... 62

3.1.1. Observasi ... 62

3.1.2. Wawancara ... 63

3.1.3. Studi Pustaka ... 64

3.1.4. Studi Literatur Sejenis ... 64

3.2. Metode Pengembangan Sistem ... 70

3.2.1. Tahap Requirement Planning ... 71

a. Desain Proses ... 72 b. Desain Database ... 73 c. Desain Interface ... 74 3.2.2. Tahap Implementation ... 74 3.2.3. Tahap Testing ... 74 3.3. Kerangka Penelitian ... 75 BAB IV ... 77

4.1. Gambaran Umum Satpol PP Kota Tangerang Selatan ... 77

4.2. Fase Requirement Planning ... 80

4.2.1. Analisis Permasalahan ... 80

a. Analisis Sistem Berjalan ... 81

b. Narasi Sistem Berjalan ... 81

c. Identifikasi Masalah Sistem Berjalan ... 82

4.2.2. Analisis Sistem Usulan ... 83

a. Sistem Usulan ... 83

b. Narasi Sistem Usulan ... 83

4.3. Fase Workshop Design ... 84

4.3.1. Desain Proses ... 84

a. Use Case Diagram ... 84

1. Identifikasi Aktor ... 84

2. Identifikasi Use Case ... 85

3. Pemodelan Use Case Diagram ... 86

4. Use Case Narrative ... 87

b. Activity Diagram ... 93

(13)

xiii

a. Class Diagram ... 101

b. Mapping Cardinality ... 102

c. Spesifikasi Database ... 104

d. Sequence Diagram ... 107

4.3.3. Tahap Pengujian Sistem ... 126

a. Black Box Testing ... 126

b. WhiteBox Testing ... 130

BAB V ... 135

5.1. Kesimpulan ... 135

(14)

xiv DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Siklus Rapid Application Development (Kendall, 2010) ... 16

Gambar 2. 1 Karakteristik Sistem (Hutahean, 2015)... 22

Gambar 2. 2 Siklus Informasi (Sutabri, 2012) ... 24

Gambar 2. 3 Fase RAD Martin (Kendall & Kendall, 2003)... 36

Gambar 2. 4 Workshop Desain RAD (Kendall & Kendall, 2003) ... 37

Gambar 3. 1 Kerangka Penelitian ... 75

Gambar 4. 1 Logo Satpol PP ... 77

Gambar 4. 2 Struktur Organisasi Satpol PP Kota Tangerang Selatan ... 79

Gambar 4. 4 Sistem Usulan ... 83

Gambar 4. 5Use Case Diagram Sistem Informasi Layanan Pengaduan Pelanggaran Peraturan Daerah ... 87

Gambar 4. 6 Activity Diagram Lapor ... 94

Gambar 4. 7 Activity Diagram Track Laporan... 95

Gambar 4. 8 Activity Diagram Login Admin ... 96

Gambar 4. 9 Activity Diagram Konfirmasi Status ... 97

Gambar 4. 10 Activity Diagram Manajemen Laporan ... 98

Gambar 4. 11 Activity Diagram KlarifikasiLaporan ... 99

Gambar 4. 12 Activity Diagram SelesaikanLaporan ... 100

Gambar 4. 13 Activity Diagram Logout ... 101

Gambar 4. 14 Class Diagram Sistem Informasi Layanan Pengaduan Pelanggaran Peraturan Daerah ... 102

Gambar 4. 15Mapping Cardinality Sistem Informasi Layanan Pengaduan Pelanggaran Peraturan Daerah ... 103

Gambar 4. 16 Sequence DiagramLapor ... 107

Gambar 4. 17 Sequence Diagram Track Laporan ... 108

Gambar 4. 18 Sequence Diagram Login Admin ... 108

Gambar 4. 19 Sequence DiagramValidasi Laporan ... 109

Gambar 4. 20 Sequence Diagram Manajemen Laporan – Tolak Laporan ... 109

Gambar 4. 21 Sequence Diagram Manajemen Laporan – Cetak Laporan ... 110

Gambar 4. 22 Sequence DiagramKlarifikasi Laporan... 111

Gambar 4. 23 Sequence DiagramKlarifikasi Laporan – Tolak Laporan ... 111

Gambar 4. 24 Sequence DiagramKlarifikasi Laporan – Cetak Laporan ... 112

Gambar 4. 25 Sequence DiagramSelesaikan Laporan... 112

Gambar 4. 26 Sequence DiagramSelesaikan Laporan – Tolak Laporan ... 113

Gambar 4. 27 Sequence DiagramSelesaikan Laporan – Cetak Laporan ... 113

Gambar 4. 28 Sequence Diagram Logout ... 114

Gambar 4. 29 Tampilan Halaman Awal Sistem (Home)... 116

Gambar 4. 30 Tampilan Halaman Lapor ... 117

Gambar 4. 31 Tampilan Halaman Track Laporan ... 118

(15)

xv

Gambar 4. 33 Tampilan Halaman Dashboard Admin ... 119

Gambar 4. 34 Tampilan Halaman Edit Data Pemasok ... 120

Gambar 4. 35 Tampilan Halaman Detail Data Laporan ... 121

Gambar 4. 36 Tampilan Halaman Data Laporan yang Sudah Divalidasi ... 122

Gambar 4. 37 Tampilan Halaman Data Laporan yang Sudah Diklarifikasi ... 123

Gambar 4. 38 Tampilan Halaman Data Laporan yang Sudah Selesai... 124

Gambar 4. 39 Tampilan Halaman Data Laporan yang Ditolak ... 125

Gambar 4. 40 Tampilan Halaman Cetak Laporan ... 126

(16)

xvi DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Simbol-Simbol Use case Diagram (Sugiarti, 2018) ... 38

Tabel 2. 2 Simbol-simbol Activity Diagram (Sugiarti, 2018) ... 41

Tabel 2. 3 Simbol-simbol Sequence Diagram (Sugiarti, 2018)... 43

Tabel 2. 4 Simbol-simbol Class Diagram (Sugiarti, 2018) ... 44

Tabel 3. 1 Tabel Penelitian Sejenis ... 65

Tabel 4. 1 Identifikasi Aktor ... 85

Tabel 4. 2Identifikasi Use Case ... 85

Tabel 4. 3Use Case Narrative Lapor ... 87

Tabel 4. 4Use Case Narrative Track Laporan ... 88

Tabel 4. 5Use Case Narrative Login Admin ... 89

Tabel 4. 6Use Case Narrative Konfirmasi Status ... 90

Tabel 4. 7Use Case Narrative Manajemen Laporan ... 90

Tabel 4. 8Use Case Narrative Klarifikasi Laporan ... 91

Tabel 4. 9Use Case NarrativeSelesaikan Laporan ... 92

Tabel 4. 10Use Case Narrative Logout ... 92

Tabel 4. 11Tabel Laporan... 104

Tabel 4. 12 Tabel File Laporan ... 105

Tabel 4. 13 Tabel Status ... 106

Tabel 4. 14 Tabel Users ... 106

Tabel 4. 15 Pengujian Use Case Login ... 127

Tabel 4. 16 Pengujian Use Case Track Laporan ... 127

Tabel 4. 17 Pengujian Use Case Login Admin ... 127

Tabel 4. 18 Pengujian Use Case Manajemen Data Laporan ... 128

Tabel 4. 19 Pengujian Use CaseKlarifikasiData Laporan ... 128

Tabel 4. 20 Pengujian Use CaseSelesaikanData Laporan ... 129

Tabel 4. 21 Pengujian Use Case Logout ... 130

Tabel 4. 22 Keterangan node pada sistem ... 131

Tabel 4. 23 Independent Path ... 132

(17)
(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sesuai hakikatnya selaku sebuah negara demokrasi, Negara Kesatuan Republik Indonesia menerapkan otonomi daerah. Maknanya, Pemerintah Pusat sebagai pemberi kewenangan tertinggi menyerahkan kedaulatan bagi wilayah-wilayah bawahannya, dalam artian kenegaraan Republik Indonesia: provinsi-provinsi, kabupaten-kabupaten, dan kota-kotanya, untuk mengurusi urusan rumah tangganya dengan bebas sesuai dengan aspirasi masyarakatnya. Otonomi daerah menciptakan kewenangan bagi daerah untuk menghasilkan kebijakan daerah yang melayani, meningkatkan peran serta, memprakarsai, dan memberdayakan masyarakat sehingga dapat mensejahterakan masyarakat.

Untuk mewujudkan otonomi daerah, diperlukan sebuah alat untuk mengontrol masyarakat daerah masing-masing yang diberikan ke pemerintah daerah. Oleh karena itu, dalam aplikasinya, wewenang yang diberikan oleh Pemerintah Pusat dapat dipergunakan Pemerintah Daerah untuk membentuk Peraturan Daerah sebagai sarana untuk mengontrol dan mengarahkan masyarakatnya sesuai dengan aspirasi masyarakat. Sebagai bentuk perundang-undangan yang lebih kuat, Peraturan Daerah menyampaikan aktualisasi pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan karakteristik khas masing-dasing daerah.

(19)

2 Dalam ranah penyelenggaraan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diwakilkan pemimpin daerah beserta Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) merancang Peraturan Daerah sebagai bentuk tugas eksekutifnya.Setelah dibentuk, Peraturan Daerah harus ditegakkan oleh perangkat milik Pemerintah Daerah sebagai bentuk memelihara ketentraman dan ketertiban umum. Salah satuinstrumen milik Pemerintah Daerah adalah Satpol PP, atau singkatan dari Satuan Polisi Pamong Praja. Sesuai fungsinya, Satpol PP merupakan pihak yang melakukan penindakan bila ada pelanggaran Peraturan Daerah yang terjadi. Namun masyarakat sebagai pihak yang dalam kesehariannya dapat memantau apabila terjadi pelanggaran Peraturan Daerah di sekitar mereka kesulitan menghubungi Satpol PP, padahal Satpol PP adalah pihak yang bertanggung jawab menindak pelanggaran Peraturan Daerah yang terjadi di lingkungan masyarakat.

Dewasa ini, perkembangan teknologi yang melesat terlihat signifikan dalam berbagai bidang. Dalam satu dekade terakhir ini, salah satunya sangat terlihat dengan hadirnya berbagai aplikasi yang banyak membantu kegiatan manusia. Banyak kegiatan yang umumnya harus dilakukan secara langsung sekarang dapat dipermudah dengan adanya aplikasi, terutama dengan adanya internet pula semakin mempermudah bagi masayarakat untuk mengakses layanan yang diinginkan meski jarak tidak mendukung.

BPS menyebutkan jumlah masyarakat yg mengakses internet dalam lima tahun terakhir meningkat pesat. Survei Sosial Ekonomi Nasional 2018 memaparkan bahwa 50,92 persen masyarakat di kota dan 26,56 persen masyarakat di desa yang berusiadiatas 5 tahun sudah memakai aksesinternet. Berdasarkan fakta

(20)

3 tersebut, tingkat partisipasi internet masyarakat yang tinggi jelas dapat dimanfaatkan oleh berbagai organisasi demi meringankan kegiatan sehari-hari mereka, salah satunya adalah Satpol PP Kabupaten Tangerang Selatan.

Terdapat 140 pelanggaran sepanjang bulan Januari hingga Februari 2020 dari 12 kali penertiban PKL yang telah dilakukan Satpol PP Kota Tangerang di sejumlah jalan utama Kota Tangerang. Dengan pelanggaran Perda Nomor 8 Tahun 2005 mengenai prostitusi menjadi yang paling sering ditemui. Meskipun tidak ada pekerja seks komersil yang terjaring,selama Januari hingga Februari 2020 telah dilakukan 73 penertiban. Larangan pengedaran dan penjualan minuman beralkohol juga merupakan Perda yang sering ditemui dilanggar. Selama bulan Februari 2020, terdapat 35 pelanggar yang sudah ditertibkan dari sembilan kecamatan yang ditindak, serta menertibkan delapan drum dan 852 botol minuman keras merek Ciu. Namun, selama ini untuk melaporkan pelanggaran-pelanggaran tersebut masyarakat masih harus melaporkan secara langsung ke kepolisian, yang mana terdapat jeda waktu apabila melaporkan secara langsung, dan dapat menggagalkan penindakan pelanggaran yang terjadi.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Lin Jun Wei, Wang Farn, dan Chu Paulyang berjudul “Using Semantic Similarity in Crawling-Based Web Application Testing” menjelaskan bahwa masalah yang sering dihadapi adalah aturan berbasis pencocokan string untuk identifikasi topik masukan banyak digunakan di crawler yang ada. Namun demikian, aturan untuk satu aplikasi web mungkin tidak berfungsi untuk yang lain. Akibatnya, pengguna mungkin harus merekonstruksi atau menyesuaikan aturan untuk baru untuk aplikasi yang

(21)

4 dibangun. Masalah lain dari pendekatan berbasis aturan untuk identifikasi topik masukan adalah sulitnya menentukan topik jika ada banyak kandidat.Penelitian ini dilakukan penelitian dengan melalui pendekatan semantic, berbeda dengan cara lama, testing yang dilakukan dapat mempercepat proses testing dengan memanfaatkan elemen DOM (Document Object Module). Hasil dari penelitannya adalah teknik baru dan bahasa alami untuk mengatasi masalah pendekatan berbasis aturan yang digunakan dalam pengujian aplikasi web berbasis crawling (Lin, Wang, & Chu, 2017).

Penelitian yang di lakukan oleh Fard Amin Milani, Mirzaaghaei Mehdi dan Mesbah Ali dengan judul “Leveraging Existing Tests in Automated Test Generation for Web Applications” mendapati bahwa Pengujian berbasis DOM (Document Object Module) bertujuan untuk membawa aplikasi ke state DOM tertentu melalui serangkaian tindakan, seperti mengisi formulir dan mengklik elemen, dan kemudian memverifikasi keberadaan atau properti (misalnya, teks, visibilitas, struktur) elemen DOM tertentu di state itu. Status DOM pada dasarnya adalah versi abstrak dari pohon DOM dari aplikasi web, yang ditampilkan di browser web saat runtime. Aplikasi Testilizer digunakan dalam membantu proses testing yang dilakukan dalam penelitian ini. Penggunaan aplikasi tersebut (yang berbasiskan DOM pada javascript) mempunyai hasil yang cukup baik yaitu peningkatan sebesar 65% dalam proses testing Input dan Outputnya (Fard, Mirzagheei, & Mesbah, 2014).

Penelitian oleh Biagiola Matteo, Stocco Andrea, Ricca Filippo, dan Tonella Paoloyang berjudul “Diversity-Based Web Test Generation” menjelaskan

(22)

5 bahwa strategi yang berbeda dapat diadopsi untuk menghasilkan kasus pengujian dari model navigasi. Sementara semua pendekatan yang dibahas memberikan jaminan teoritis konvergensi asimtotik ke nilai input yang diinginkan, mereka menunjukkan kinerja waktu eksekusi yang buruk ketika diterapkan ke aplikasi web, dibandingkan, misalnya, dengan aplikasi desktop standar Java. Penggunaan aplikasi DIG (Diversity based Generation) dalam penelitian ini berfokus pada testing DOM (Document Object Module) dengan 3 aspek: pendekatan grafik, pendekatan semantic, dan pendekatan search based. Penelitian yang dilakukakn menunjukkan DIG meningkatkan proses testing sebanyak 23,5% lebih cepat dari cara normal(Biaggiola, Ricca, Stocco, & Tonella, 2019).

Penelitian Mesbah Ali yang berjudul “Software Analysis for the Web: Achievements and prospects” menjelaskan bahwa perubahan baru dalam evolusi web tidak hanya membawa keuntungan tetapi juga datang dengan serangkaian tantangan baru karena sifatnya yang heterogen dan terdistribusi. Tiga bahasa, yaitu JavaScript, CSS, dan HTML/DOM (Document Object Module) berinteraksi di sisi klien secara internal, dan melalui jaringan melalui HTTP dengan setidaknya satu bahasa lain di sisi server (misalnya, JavaScript, PHP, Ruby, Java, dll). Apa yang dapat terlihat adalah aplikasi web yang dibuat dengan model dan teknologi baru tidak didukung oleh alat yang ada (misal, web crawling), teknik (misal, analisis dan pengujian web), dan lingkungan pengembangan (misal, IDE/Integrated Development Enviroment) yang biasanya berkembang lebih lambat. Hasil dari penelitian tersebut berupa pembuatan analisis dan testing yang baik dengan mempertimbangkan proses pengembangan aplikasi dan proses testingnya

(23)

6 dengan analisis kode yang baik, menghindari smelly code, dan membantu programmer dalam mengidentifikasi kesalahan ketiknya (Mesbah, 2016).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Rika Rahmawati yang berjudul “Sistem Pelaporan Kinerja Pegawai Berbasis Web Pada Kementerian Agama Kabupaten Luwu Utara”, Pemaparan kinerja pegawai kantor Kementrian Agama Kabupaten Luwu Utara didapati masih belum terotomasi. Laporan Kinerja Harian (LKH) pemaparannya masih memakai perantara kertas tentu sehingga berdampak secara tidak langsung terhadap penumpukan lembaran laporan kerja di kantor, dan menjadi pangkal masalah penghamburan kertas. Hasil dari penelitiannya berupa Sistem Pelaporan Kinerja Pegawai Berbasis Web Pada Kementrian Agama Kabupaten Luwu Utara yang memangkas penggunaan kertas, dan mengurangi penumpukan dokumen laporan kinerja pegawai di kantor (Rahmawati, 2018).

Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur Hakiki yang berjudul “Rancang Bangun Sistem Pelaporan Data Statistik Desa Pada Kecamatan Pallangga Berbasis Web”, yang juga menghasilkan Sistem Informasi Pelaporan Data Statistik Desa berbasis web pada Kecamatan Pallangga yang diharapkan dapat membantu masalah lamanya waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pencatatan data kependudukan pada wilayah tersebut(Hakiki, 2018).

Berdasarkan beberapa penelitian tersebut, sistem pelaporan data atau dokumen yang baik akan sangat berdampak pada kinerja suatu organisasi. Satpol PP Kota Tangerang selatan merupakan instrumen Pemerintah Daerah Kota Tangerang Selatan yang bertugas menegakkan Peraturan Daerah yang dibuat di

(24)

7 wilayah Kota Tangerang Selatan, beserta menindak lanjuti adanya pelanggaran yang dilaporkan dari masyarakat. Sebagai instrumen Pemerintah Daerah yang bertugas menegakkan Peraturan Daerah, Satpol PP Kota Tangerang Selatan sudah memiliki media untuk berkomunikasi dengan masyarakat melalui pusat informasi di Kantor Satpol PP Kota Tangerang Selatan atau melalui call center yang tersedia di Kantor Satpol PP Kota Tangerang Selatan, namun fakta yang ditemui di lapangan adalah seringkali call center ini sulit atau tidak bisa dihubungi pada waktu-waktu tertentu sehingga dapat disimpulkan bahwa call center yang ada tidak tersedia setiap saat. Pengelolaan laporan pelanggaran Peraturan Daerah pada Satpol PP Kota Tangerang Selatan saat ini masih menggunakan filing kertas formulir laporan yang akan diisi dengan laporan pelanggaran Peraturan Daerah yang masuk, kemudian diarsipkan, dan dipindahkan ke Microsoft Excel untuk disimpan, dan formulir dalam bentuk fisik (kertas) kemudian akan diteruskan kepada satuan yang bertugas di daerah baik diteruskan secara fisik maupun secara informasi untuk dapat dilakukan penindakan.

Namun untuk melakukan pelaporan seperti demikian jelas memakan waktu. Banyak faktor yang membuat masyarakat berat untuk melakukan pelaporan secara langsung, diantaranya apabila tempat tinggal mereka terlalu jauh dengan tempat melapor, sehingga untuk melakukan pelaporan butuh waktu yang lama hanya untuk mencapai tempat melapor. Kemudian faktor waktu juga sangat berperan penting untuk penindakan, karena seringkali apabila penindakan dilakukan terlambat banyak bukti yang sudah hilang, atau bahkan pelanggaran yang

(25)

8 terjadi bisa gagal ditindak sama sekali karena kabar akan terjadinya penindakan sudah tercium.

Melihat keadaan tersebut, adanya sebuah sistem yang dapat membantu mempersingkat waktu bagi masyarakat untuk melakukan laporan ke Satpol PP akan sangat membantu. Apabila proses pelaporan dapat dilakukan secara online, maka pelanggaran yang terjadi jelas dapat ditindak dengan lebih cepat. Masyarakat pun tidak perlu repot-repot mendatangi tempat pelaporan secara langsung, apalagi jika tempat tinggal mereka berjarak jauh dari tempat pelaporan.

Mengingat tujuan yang ingin dicapai adalah untuk memfasilitasi masyarakat dalam melakukan pelaporan pelanggaran Peraturan Daerah kepada Satpol PP kota Tangerang Selatan melalui keberadaaan sistem yang cepat dan dapat diakses dimanapun. Karenanya, masyarakat membutuhkan sistem pelaporan web memudahkan melaporkan pelanggaran Peraturan Daerah di lingkungannya kepada Satpol PP kota Tangerang Selatan. Berlandaskan uraian permasalahan diatas, penulis memutuskan untuk meneliti mengenai perancangan dan pembangunan sistem pelaporan pelanggaran Peraturan Daerah di Satpol PP Kota Tangerang Selatan dengan judul “Rancang Bangun Sistem Informasi Layanan Pengaduan Peraturan Daerah (SILAPPERDA) Berbasis Web pada Satpol PP Kota Tangerang Selatan”.

1.2 Identifikasi Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang dipaparkan, penulis mendapati adanya sejumlah masalah, yaitu:

(26)

9 1. Masyarakat masih melakukan Pelaporan Pelanggaran Peraturan Daerah dengan proses yang masih manual, sehingga masyarakat perlu mendatangi tempat pelaporan secara langsung, dan seringkali menyulitkan bagi masyarakat yang bertempat tinggal jauh dari tempat pelaporan.

2. Seringkali masih terdapat pelanggaran yang tidak ditindak karena sulitnya masyarakat mendatangi tempat pelaporan secara langsung dan banyaknya waktu yang diperlukan untuk melaporkan satu pelanggaran Pelaporan Daerah karena prosesnya yang masih harus dilakukan secara langsung.

3. Masyarakat sulit melaporkan pelanggaran peraturan daerah akibat nomor kontak Kantor Satpol PP Kota Tangerang Selatan yang tidak selalu tersedia setiap saat

1.3 Rumusan Masalah

Selaras dengan identifikasi masalah yang dipaparkan di atas, masalah yang dirumuskan dalam studi yang dilakukan diantaranya adalah:

1. Bagaimana mendesain dan mengembangkan Sistem Informasi Layanan Pengaduan Pelanggaran Peraturan Daerah berbasis web? 2. Bagaimana merancang dan membangun aplikasi yang dapat memudahkan anggota Satpol PP di lapangan dalam menerima alur informasi dari masyarakat tentang pelanggaran Peraturan Daerah?

(27)

10 Supaya penelitian yang penulis lakukan lebih terstruktur dan terarah, penulis memberi batasan-batasan masalah beserta ruang lingkup penelitian sebagai berikut:

1. Sistem informasi yang dikembangkan digunakan untuk melaporkan pelanggaran Peraturan Daerah hanya dalam lingkup wilayah kota Tangerang Selatan sesuai dengan ruang lingkup kerja organisasi Satpol PP Kota Tangerang Selatan

2. Sistem memiliki ruang lingkup pembahasan yang meliputi proses pelaporan pelanggaran peraturan daerah, proses tracking laporan, dan proses manajemen data laporan.

3. Sistem informasi yang dibangun digunakan untuk mengelola dan melaporkan pelanggaran peraturan daerah.

4. Pengembangan sistem memanfaatkan pendekatanRapid Application Development (RAD) dan dibantu Unified Modelling Language (UML) versi 2.5.1 sebagai alat pemodelan sistem. 5. Pembangunan Sistem Informasi Pelaporan Pelanggaran

Peraturan Daerah memanfaatkan bahasa pemrograman PHP versi 7.3 dilengkapiframework CodeIgniter.

6. Penulis menggunakan perangkat lunak pendukung yaitu Microsoft Visio 2013 untuk membuat diagram UML dan merancang desain interface.

(28)

11 Penelitian yang penulis lakukantujuannya terbagi dalam tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum yang dicapai dengan diadakannya penelitian yaitu membuat Sistem Informasi Layanan Pengaduan Pelanggaran Peraturan Daerah berbasis web pada Satpol PP Kota Tangerang Selatan. Adapun tujuan khusus yang ingin diraih peneliti dengan melakukan penelitian ini diantaranya adalah:

1. Mendesain dan mengembangkanSistem Informasi Layanan Pengaduan Pelanggaran Peraturan Daerah yang dapat menunjang aktivitas pelaporan pelanggaran Peraturan Daerah, pelacakan laporan, pengelolaan laporan masuk, serta pengurangan penggunaan kertas.

2. Mempermudah proses pelaporan pelanggaran Peraturan Daerah dan pengelolaan laporan masuk dengan menawarkan sistem yang dapat dilacak sehingga jalannya laporan dari dilaporkan hingga selesai dapat dipantau.

3. Meminimalisir keterlambatan penanganan laporan akibat lambatnya proses pelaporan secara langsung yang membantu proses penindakan pelanggaran Peraturan Daerah di lapangan. 1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1. Manfaat Bagi Penulis

1. Dapat mempergunakan pengetahuan yang didapat selama perkuliahan terutama dalam merancang dan membangun sebuah sistem informasi.

(29)

12 2. Dapat memahami perancangan dan pembangunan sistem informasi berbasis web secara mendalam dan memahami metodologi pengembangan sistem secara lebih mendalam. 3. Teori yang diajarkan dalam perkuliahan dapat dibandingkan

dengan masalah dan keadaan yang sebenarnya di lapangan. 1.6.2. Bagi Instansi

1. Memudahkan perusahaan dalam proses pengelolaan dan penindakan laporan pelanggaran Peraturan Daerah.

2. Masalah yang ada di dalam perusahaan dapat dihindari dengan adanya sistem informasi layanan pengaduan pelanggaran Peraturan Daerah, sehingga organisasi dapat menjalankan operasinalnya dengan lebih baik lagi dan dapat memberikan kepuasan bagi masyarakat.

3. Menyediakan informasi dengan lekas, jitu, dan cermat tentang laporan yang diperlukan baik bagi masyarakat maupun bagi anggota satuan.

(30)

13 1.7.1 Metode Pengumpulan Data

Penulis memakai metode pengumpulan data dalam melakukan penulisan penelitian ini. Adapun metode pengumpulan data yang peneliti pergunakan adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Penulis merangkum data dengan mengamati secara langsung jalannya kegiatan pada Satpol PP Kota Tangerang Selatan untuk mengetahui secara langsung bagaimana sistem yang ada berjalan. 2. Wawancara

Supaya dapat memperoleh gambaran, keterangan, dan penjelasan yang digunakan untuk membantu proses perancangan dan pembangunan sistem, penulis melakukan tanya jawab dengan staff Satpol PP Kota Tangerang Selatan, warga sebagai pelapor, dan dengan anggota satuan sebagai pihak yang melakukan penindakan di lapangan.

3. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan penulis sebagai upaya lanjutan untuk menyempurnakan kurangnya data yang didapat dari wawancara dan pengamatan langsung. Penulis mengumpulkan data dengan mengutip sumber media cetak atau elektronik yang terkait dengan masalah di dalam penelitian.

(31)

14 1.8 Metodologi Pengembangan Sistem

Penulis merancang sistem menggunakan metode pengembangan Rapid Application Development (RAD) dengan pendekatan berorientasi objek.

1.8.1 Metode Pengembangan Sistem

Penulis menggunakan metode berorientasi objek dengan pendekatan Rapid Aplication Development (RAD) dan alat perancangan sistem Unified Modelling Language (UML). RAD merupakan satu pendekatan pengembangan sistem berorientasi objek yang mencakup metode pengembangan serta softwarenya (Kendall & Kendall, Analisis dan Perancangan Sistem, 2010). Tujuan utama RAD adalah untuk memangkas waktu, yang umumnya perlu dilakukan selama berlangsungnya siklus hidup pengembangan sistem konvensional dalam merancang dan menerapkan sebuah sistem informasi. Adapun tahap-tahap pengembangan aplikasi menggunakan metodologi Rapid Application Development (RAD) adalah sebagai berikut (Kendall & Kendall, Analisis dan Perancangan Sistem, 2010):

a. Requirements Planning (Perencanaan Syarat-Syarat)

User dan analissaling bertatap muka dan mengidentifikasi tujuan system serta mengidentifikasi syarat yang diperlukan untuk menghasilkan tujuan yang sudah diidentifikasi tersebut. Tujuan fase ini adalah untuk menyelesaikan masalah di dalam organisasi. Walaupun sebagian dari sistem yang diajukan bisa diarahkan menggunakan teknologi informasi dan sistem, upaya untuk mencapai tujuan perusahaan akan tetap jadi fokus utama.

(32)

15 Fase ini merupakan fase perancangan dan perbaikan, fase ini bisa digambarkan sebagai workshop. Analis dan programmer dapat menyelesaikan pembangunan sistem dan menggambarkan rancangan beserta pola kerja sistem kepada pengguna. Tergantung ukuran aplikasi yang dikembangkan, workshop desain mungkin memakan waktu beberapa hari. Pada tahap ini, tanggapan pengguna terhadap prototype diukur dan dianalisa untuk memperbaiki modul-modul yang dirancang. Menurut Kendall, pengembangan dapat didorong sampai pada tingkat yang sangat cepat melalui usaha kreatif ini apabila seorang pengembang atau pengguna sistem tersebut sudah berpengalaman. (Kendall & Kendall, Analisis dan Perancangan Sistem, 2010)

c. Implementation (Implementasi)

Analis dan pengguna bekerja sama dengan telaten selama kegiatan workshop untuk merancang aspek bisnis perusahaan yang tidak bersifat teknis pada fase ini. Menurut Kendall (2010), ujicoba dilakukan terhadap sistem atau bagian sistem baru, kemudian segera setelah hasil ujicoba sistem disetujui, sistem akan dibangun dan disaring, setelah itu sistem tersebut akan disosialisasikan kepada organisasi.

(33)

16

Gambar 1. 1 Siklus Rapid Application Development (Kendall, 2010)

1.9 Sistematika Penulisan BAB I: Pendahuluan

Bab ini berisi pendahuluan yang merupakanpenjelasan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan dari penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II: Tinjauan Pustaka

Bab ini berisi tinjauan pustaka dimana teori-teori yang diperoleh melalui studi pustaka dari berbagai literatur yang berkaitan dengan masalah penelitian dipaparkan. Pemaparan ini selanjutnya digunakan dalam landasan pembahasan dan pemecahan masalah.

BAB III: Metode Penelitian

Bab ini berisi variabel penelitian dan definisi operasional, metode pengembangan aplikasi, serta sistematika rancangan aplikasi.

(34)

17 BAB IV: Hasil dan Pembahasan

Bab ini berisi deskripsi rancangan Aplikasi Sistem Informasi Layanan Pengaduan Pelanggaran Peraturan Daerah. Pada bab ini akan dijabarkan rancangan aplikasi dari rancangan-rancangan dasar seperti flowchart penggunaan aplikasi hingga rancangan interface aplikasi.

BAB V: Penutup

Pada bab ini dipaparkan kesimpulan-kesimpulan yang didapat dari masalah yang sedang diteliti, serta saran – saran kepada pihak Satpol PP Kota Tangerang Selatan untuk membantu penyempurnaan pengembangan Aplikasi Sistem Informasi Layanan Pengaduan Pelanggaran Daerah berdasarkan penerapan teori yang digunakan.

(35)
(36)

19 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Definisi Rancang Bangun

Perancangan merupakan kumpulan operasi yang menguraikan sebuah sistem untuk diterjemahkan menjadi bahasa pemrograman supayabagaimana implementasi komponen-komponen dalam sistem dapat dideskripsikan dengan rinci (Pressman, 2002). Sedangkan kegiatan pembangunan sistem dapat didefinisikan sebagai sebuah kegiatan untuk membuat sistem baru untuk memperbarui sistem baik secara penuh maupun secara parsial (Pressman, 2002).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rancang bangun adalah kumpulan prosedur yang menguraikan sebuah sistem untuk diterjemahkan ke dalam bahasa pemrograman supaya bagaimana implementasi komponen-komponen dalam sistem dapat dideskripsikan dengan rinci, dengan tujuan membuat sistem baru untuk memperbarui sistem secara penuh maupun secara parsial.

2.2. Konsep Dasar Sistem 2.2.1 Definisi Sistem

Sistem adalah sekumpulan elemen-elemen, komponen-komponen, atau nilai-nilai pengubah yang teratur, saling berhubungan, saling ketergantungan, serta terstruktur. (Sutabri, 2012)

(37)

20 Umumnya, sistem dijabarkan menjadi suatu keutuhan yang merupakan gabungan bagian-bagian yang berkaitan sehingga mempermudah aliran informasi, materi, atau energi dalam menjangkau sasarannya.

2.2.2 Karakteristik Sistem

Pada dasarnya, suatu sistem yang sederhana cukup terdiri dari input, proses, dan output. Namun, untuk dapat dikatakan sebagai sebuah sistem yang layak, sistem dapat memiliki sifat-sifat seperti berikut (Hutahean, 2015):

1. Komponen

Kumpulan komponen yang saling mempengaruhi akan mewujudkan suatu sistem, artinya kerja sama di antara komponen-komponen tersebut membentuk suatu kesatuan. Komponen sistem dapat berupa sub sistem atau bagian-bagian dari suatu sistem.

2. Batasan Sistem (Boundary)

Batasan sistem ialah wilayah pembagi suatu sistem dengan sistem lainnya. Suatu sistem dapat dipandang menjadi satu berkat adanya batasan sistem. Scope suatu sistem juga dapat digambarkan dari batasan sistemnya.

3. Lingkungan Luar Sistem (Environment)

Environment yaitu daerah yang terpisahkan batas sistem,jadi tidak berpengaruh terhadap aktifitas sistem. Ada lingkungan luar sistem yang bermanfaat bagi sistem, namun ada juga lingkungan luar sistem yang membebani sistem.

(38)

21 4. Penghubung Sistem (Interface)

Yang dimaksud dengan interface adalah perantara yang menjembatanisatu subsistem dengan subsistem lainnya. Sumber daya dapat dialirkan dari satu subsistem ke subsistem lain dengan adanya interface. Keluaran (output) dari subsistem juga dapat diubah oleh interface menjadi masukan (input)untuk subsistem lain.

5. Masukkan Sistem (Input)

Energi yang diterima masuk ke dalam sistem disebut juga masukan (input), bisa berupapelestarian (maintenance input), atau signal input. Maintenance input ialah energi ditangkap sistem untuk mempertahankan kelangsungan kerjanya. Sedangkan energi yang nantinya diolah menjadi keluaran (output) merupakan signal input. 6. Keluaran Sistem (Output)

Energi hasil olahan energi masukan sistem (input) adalah keluaran sistem (output). Keluaran sistem (output) selanjutnya dapat digolongkan menjadi yang bermanfaat dan buangan yang kurang bermanfaat.

7. Pengolah Sistem

Pengolah sistem ialah bagian dalam sistem yang mengolah input membentuk hasil yang diharapkan dalam sistem yaitu output.

(39)

22 Sudah pasti suatu sistem ada sasarannya mengapa sistem tersebut dibuat. Tujuan suatu sistem akan sangat mendefinisikan apa saja masukan (input) dari suatu sistem serta apa saja keluaran (output) sistem tersebut.

Gambar 2. 1 Karakteristik Sistem (Hutahean, 2015)

2.2.3 Klasifikasi sistem

Berdasarkan sudut pandangnya, sistem dapat digolongkan sebagai berikut (Hutahean, 2015):

1. Sistem Fisik (Physical System) dan Sistem Abstrak (Abstract System)

Sistem yang tidak terlihat secara fisik dan berupa gagasan atau ide-ide. Sedangkan sistem fisik adalah sistem yang tampak secara fisik. 2. Sistem Buatan Manusia (Human Made System) dan Sistem Alamiah

(40)

23 Sistem alamiah yaitu sistem dimana prosesnya alami dan bukan produk tangan manusia, contohnya sistem perputaran bumi. Sedangkan sistem buatan adalah sistem yang di terdapat terdapat hubungan antara manusia dengan mesin, misalnya sistem informasi. 3. Sistem Probabilistik (Probabilistic System) dan Sistem

Deterministik (Deterministic System)

Sistem deterministik merupakan sistem yang cara kerjanya dapat diduga. Interaksi bagian-bagiannya, maupun outputnya dapat diperkirakan, contohnya komputer. Sedangkan sistem probabilistik merupakan sistem yang mustahil diduga jalannya di masa depan karena mengandung unsur peluang, misalnya sistem masyarakat. 4. Sistem Tertutup (Closed System) dan Sistem Terbuka (Open System)

Sistem terbuka masih terhubung dan menangkap input dari lingkungan luarnya dan menghasilkan output bagi subsistem lainnya. Adapun sistem tertutup tidak terpengaruh dan tidak memiliki hubungan dengan lingkungan luarnya.

2.3. Konsep Dasar Informasi 2.3.1 Definisi Informasi

Informasi merupakan data yang digolongkan, diolah atau ditafsirkan supaya dapat digunakan untuk mengambil keputusan (Sutabri, 2012). Data yang telah diolah atau yang sudah memiliki manfaat adalah sebuah informasi. Informasi bisa dikatakan merupakan data yang telah melalui pengolahan dengan

(41)

24 menggunakan metode tertentu. Dengan menggunakan informasi, penggunanya dapat meningkatkan wawasannya.

2.3.2 Siklus Informasi

Mengolah data menggunakan model proses tertentu akan menghasilkan sebuah informasi (Sutabri, 2012). Setelah data diolah menggunakan model tertentu dan menjadi informasi, informasi tersebut lalu diterima oleh penerima informasi, lalu digunakan oleh penerima informasi dalam membuat keputusan dan mengambil tindakan, setelah tindakan diambil, tindakan yang dilakukan akan melahirkan tindakan lain yang ke depannya menghasilkan data lagi. Data yang dihasilkan nantinya akandigunakan lagi menjadi input, diproses lagi menggunakan suatu model, dan akhirnya menjadi informasi, dan berulang terus, akhirnya terwujudlah siklus. Siklus inilah yang dikenal sebagai siklus informasi atau siklus pengolahan data. Siklus informasi digambarkan seperti berikut:

Gambar 2. 2 Siklus Informasi (Sutabri, 2012)

2.3.3 Nilai Informasi

Nilai sebuah informasi bergantung kepada dua elemen, yaitu keuntungan yang didapat dari informasi tersebut dan besar biaya yang dihabiskanuntuk

(42)

25 memperolehnya (Sutabri, 2012). Apabila manfaat yang didapat dari memperoleh sebuah informasi lebih banyak dibandingkan biaya yang habis dalam memperoleh informasi tersebut, maka informasi tersebut dapat dikatakan memiliki suatu nilai. Meskipun begitu, perlu diperhatikan bahwa dalam suatu sistem informasi, suatu informasi biasanya memiliki sejumlah manfaat, karenanya antara informasi yang diperoleh dan biaya yang dihabiskan untuk mengakuisisinya sukar dikorelasikan, karena pihak yang menggunakan informasi di dalam sebuah organisasi tidak hanya satu. Kebanyakan informasi sulit ditakar manfaatnya dengan uang. Meskipun begitu, nilai keuntungan dari informasi yang diperoleh masih bisa ditaksir dari nilai efektifitasnya. Dalam menganalisis nilai informasi, umumnya akan ada kaitannya dengan cost benefit atau cost effectivess. Nilai informasi berdasarkan pada 10 karakteristik berikut:

1. Mudah Diperoleh

Seberapa mudah dan cepatnya informasi diperoleh diperlihatkan oleh sifat ini. Untuk nilai kecepatannya bisa dihitung dengan jelas, misalnya 1 jam versus 48 jam. Meskipun begitu,seberapa bernilai informasi tersebut bagi pemakainya akan sulit ditaksir.

2. Luas dan Lengkap

Lengkap atau tidaknya isi informasi yang ditunjukkan oleh sifat ini tidak tergantung hanya dari volumenya, namun juga diukur dari keluaran (output) dari informasi tersebut. Sifat sulit dihitung karena sifatnya yang sangat kabur.

(43)

26 3. Ketelitian

Ketelitian informasi berkaitan erat dengan derajat kebabasan dari kesalahan pada keluaran (output) informasi. Dalam data bervolume luas kesalahan yang umum ada terbagi menjadi dua, yaitu salah perhitungan dan salah pencatatan.

4. Kecocokan

Sifat ini mengukur besarnya manfaat output dari informasi terkait dengan harapan pemakai informasi. Informasi yang dihasilkan wajib berkaitan dengan masalah yang dihadapi oleh pemakai informasi. 5. Ketepatan Waktu

Sifat ini erat kaitannya dengan lama waktu tempuh dalam menyampaikan informasi, yang seharusnya lebih singkat dari waktu yang dibutuhkan dalam siklus untuk memperoleh informasi. Mulai dari menangkap masukan input, melakukan processing, hingga melaporkan output kepada para pemakai informasi harus dilakukan tepat waktu. Dalam beberapa situasi, sangat mungkin untuk mengukur ketepatan waktu.

6. Kejelasan

Informasi harusnya bebas dari sebutan-sebutan yang tidak spesifik dan tidak dimengerti oleh penerima informasi.

7. Keluwesan

Sifat ini tidak hanya berkaitan dengan kemampuan suatu informasi untuk digunakan dalam membuat tidak hanya satu keputusan,

(44)

27 namun juga berkaitan dengan kemampuan informasi tersebut untuk digunakan oleh lebih dari satu orang pengambil keputusan. Sifat ini sulit diukur, tapi dalam beberapa situasi, sifat ini dapat ditaksirmenggunakan takaran tertentu.

8. Dapat Dibuktikan

Sifat ini berkaitan dengan sejauh mana sebuah informasi dapat diuji oleh banyak pemakai informasi hingga sebuah kesimpulan yang sama bisa diraih.

9. Tidak Ada Prasangka

Sifat ini berhubungan dengan mendesak atau tidaknyauntuk sebuah informasi diubah untuk mencapai kesimpulan yang sebelumnya sudah diarahkan.

10. Dapat Diukur

Sifat ini menunjukan esensi informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi formal. Meskipun kabar angin, desas-desus, dugaan-dugaan, dan klenik yang beredar di masyarakat sering dinilaijuga sebagai informasi, namun menjadi tidak relevan karena berada di luar lingkup pembahasan.

2.3.4 Kualitas Informasi

Seberapa berkualitas informasi bergantung pada 3 hal. Adapun yang mempengaruhi kualitas informasi diantaranya, keakuratan informasi (accurate), ketepatan waktunya (timelines) dan keterkaitan dengan masalah (relevance) (Sutabri, 2012).

(45)

28 1. Akurat (Accurate)

Hal yang harus diperhatikan dalam melihat sebuah informasi adalah tidak ada kesalahan fakta atau kecondongan pendapat yang terkandung dalam informasi tersebut. Informasi yang akurat yaitu informasi yang menjelaskan maksudnya dengan jelas. Dalam penyampaiannya dari sumber informasi menuju penerima informasi, informasi dapat berubah atau rusak akibat terjadi gangguan (noise), sehingga keakuratan sebuah informasi menjadi sebuah keharusan. 2. Tepat Waktu (Timelines)

Informasi harus sampai ke penerima informasi tepat waktu karena bila informasi tidak mutakhir, maka tidak bernilai lagi. Informasi adalah acuan pengambilan keputusan. Dalam sebuah organisasi, bisa fatal akibatnya bila pengambilan keputusan dilakukan terlambat. Pada saat ini, informasi mahal nilainya, oleh karena itu informasi harus cepat didapat dan cepat dikirim sehingga perlu teknologi untuk memperoleh, memroses, dan mendistribusikannya.

3. Relevan (Relevance)

Harus ada manfaat yang diperoleh penerima ketika memperoleh informasi, tetapi bagi setiap orang, relevansi sebuah informasi berbeda-beda. Misalnya, tentu akan kurang relevan jika menyampaikan informasi mengenai rusaknya mesin cetak kepada resepsionis. Sebaliknya, informasi tersebut akan lebih relevan jika disampaikan kepada teknisi perusahaan.

(46)

29 2.4. Konsep Dasar Sistem Informasi

2.4.1. Definisi Sistem Informasi

Beberapa ahli mengungkapkan pendapatnya akan Sistem Informasi: 1. Sistem informasi merupakan kumpulan dari komponen-komponen

yang mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan menyediakan output dari setiap informasi yang dibutuhkan dalam proses bisnis serta aplikasi yang digunakan melalui perangkat lunak, database dan bahkan proses manual yang terkait(Satzinger, Jackson, & Burd, 2011).

2. Sistem Informasi adalah suatu sekumpulan elemen atau komponen berupa orang, prosedur, database dan alat yang saling terkait untuk memproses, menyimpan serta menghasilkan informasi untuk mencapai suatu tujuan (goal) (Stair & Reynolds, 2012).

3. Sistem Informasi adalah sistem yang di buat secara umum berdasarkan seperangkat komputer dan komponen manual yang dapat dikumpulkan, disimpan dan diolah untuk menyediakan output kepada user (Gelinas & Dull, 2012).

Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa sistem informasi merupakan kumpulan dari komponen-komponen berupa orang, prosedur, database dan alat yang saling terkait untuk memproses, menyimpan serta menghasilkan informasi untuk mencapai suatu tujuan (goal), di buat secara umum berdasarkan seperangkat komputer dan komponen manual yang dapat dikumpulkan, disimpan dan diolah,dan

(47)

30 menyediakan output dari setiap informasi yang dibutuhkan dalam proses bisnis. Di dalamnya berlangsung sebuah proses mengolah data menjadi informasi.

2.4.2. Komponen Sistem Informasi

Penyusun sistem informasi, dikenal juga dengan blok bangunan (building block), dibagi jadi enam blok, yaitu (Jogiyanto, 2005):

a. Blok Masukan (Input Block)

Blok input terdiri dari kumpulan data yang ditangkap dalam system informasi. Blok input bisa bermuatan berbagai dokumen primer.

b. Blok Model (Model Block)

Blok model tersusun atas tahapan-tahapan, logika-logika, serta model matematika yang digunakan sistem untuk mengolah input menjadi suatu informasi.

c. Blok Keluaran (Output Block)

Blok ini dibentuk dari informasi yang diolah dari masukan (input) dari sistem. Informasi yang dihasilkan nantinya akan membentuk kumpulan data yang akan diarsipkan menjadi laporan.

d. Blok Teknologi (Technologi Block)

Berdirinya sebuah sistem informasi utamanya ditunjang oleh blok teknologi. Blok ini terdiri dari beberapa komponen diantaranya, alat masukan data (input device), alat simpan dan akses data (storage

(48)

31 device), alat untuk mengirim keluaran (output device) dan alat untuk menjaga sistem (control device). Sedangkan bagian utama teknologi informasi terdiri dari 3 unsur yaitu, humanware/brainware, software, dan hardware.

e. Blok Basis Data (Database Block)

Database menyimpan sekumpulan data yang saling terhubung satu sama lainnya. Database tersimpan di dalam perangkat keras (hardware), biasanya di dalam komputer,dan untuk mengubah isinya memanfaatkan perangkat lunak (software). Data perlu dicadangkan dan diatur sedemikian rupa di dalam (database) supaya sistem bisa memproduksi informasi bermutu.

f. Blok Kendali (Control Block)

Beberapa bentuk pengendalian perlu dirancang dan diterapkan untuk mencegah terjadinya hal-hal yang dapat merusak sistem akibat kesalahan atau kerusakan dalam penggunaan system di masa depan. 2.5. Konsep Dasar Laporan

2.5.1. DefinisiLaporan

Laporan artinya hal yang dilaporkan, termasuk berita (Wahono, 2007). Laporan umumnya mengacu kepada uraian atau rekaman menyeluruh mengenai hasil pengamatan di lapangan atau menceritakan suatu pengalaman langsung.

Laporan dibagi menjadi dua jenis berdasarkan cara penyampaiannya, yaitu laporan yang disampaikan secara lisan dan tertulis. Laporan yang disampaikan secara lisan contohnya, melalui radio, televisi, dan alat audio visual lainnya.

(49)

32 Sedangkan contoh laporan yang disampaikan secara tertulis diantaranya dalam bentuk makalah, jurnal, dan sebagainya.

Dalam menyusun sebuah kebijakan, laporan merupakan unsur yang sangat penting. Pimpinan organisasi kerap kali tidak dapat mengurus hal-hal yang terjadi pada bawahan organisasi yang dia pimpin secara rinci karena luasnya lingkup organisasi yang dipimpinnya. Namun, pimpinan atas dapat mengetahui secara langsung keadaan sehari-hari unit bawahannya dengan memanfaatkan adanya laporan. Pemimpin organisasi dapat mengambil keputusan dengan cepat dengan memanfaatkan informasi yang disampaikan melalui laporan.

2.6. Konsep Dasar Peraturan Daerah

Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 18 ayat (1) menerangkan, Republik Indonesia dipisahkan menjadi daerah-daerah provinsi, yang didalamnya dipisah lagi menjadi kabupaten dan kota. Terdapat Pemerintah Daerah, yang mengelola setiap provinsi, kabupaten atau kota yang dibawahinya dengan Undang-Undang Pemerintahan Daerah. Pemerintah Pusat memberi mandatke Pemerintah Daerah berupa kebebasan dalam mengurus wilayahnya dalam bentuk Peraturan Daerah. Dalam penyelenggaraannya, Pemerintah Daerah membutuhkan Peraturan Daerah untuk mengendalikan jalannya pemerintahan di daerah yang dibawahinya. Seperti yang dijelaskan dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Peraturan Daerah bealaskan pada Undang-Undang yang dirancang melalui kerjasama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah bersama Kepala Daerah Provinsi atau Kabupaten/Kota.

(50)

33 Namun, sebagai sarana kontrol untuk Peraturan Daerah yang diberikan kepada masing-masing Pemerintahan daerah, dibentuklah Satpol PP. Satpol PP bertugas melakukan penindakan yang bersifat fisik berupa terkait penertiban pelaksanaan peraturan daerah di lapangan. Selain tugas diatas, Satpol PP juga bertugas sebagai pembina, penyuluh dan penyemangat masyarakat supaya dapat secara sadar ikut turut bagian dan bertanggung jawab secara sukarela untuk selalu taat terhadap peraturan daerah yang berlaku sesuai dengan ketentuan yang ada.

Polisi Pamong Praja adalah suatu satuan anggota yang merupakan aparat pemerintah daerah dalam menegakkan Peraturan Daerah dan menyelenggarakan ketertiban umum dan menjaga ketenteraman masyarakat, seperti yang dijelaskan dalam Pasal 1 Angka 9 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 terkait Satuan Polisi Pamong Praja. Pasal 148 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah juga menjelaskan bahwa Polisi Pamong Praja merupakan instrumen daerah yang tugasnya menyokong tugas kepala daerah menjaga ketentraman dan memelihara ketertiban umum serta menyelenggarakan peraturan daerah.

Polisi Pamong Praja memiliki cakupan kewajiban dan kegunaan dalam menjaga ketentraman serta mewujudkan ketertiban umum. Cakupan kewajiban dan kegunaan ini intinya cukup lebar, karenanya aparat diharuskan siap dari segi kuantitas, maupun kualitas individu,mencakup keharusan untuk bertugas secara jujur. Polisi Pamong Praja sebagai institusi pemerintahan sipil harus tampak sebagai pengayom masyarakat yang sanggup menghimpun dan menambah keikutsertaan aktif masyarakat menjaga ketentraman dan mewujudkan ketertiban.

(51)

34 2.7. Konsep Dasar Pelanggaran Peraturan Daerah

Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Peraturan Daerah yang selanjutnya disebut Perda atau yang disebut dengan nama lain adalah Perda Provinsi dan Perda Kabupaten/Kota. Partisipasi Masyarakat adalah peran serta warga masyarakat untuk menyalurkan aspirasi, pemikiran, dan kepentingannya dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

Perda yang dibentuk dengan sanksi pidana di dalamnya, sesungguhnya merupakan faktor pencegah di dalam negara hukum yang demokratis agar warga masyarakat dapat memahami bahwa apabila melanggar Perda sekalipun, dapat terjerat sanksi pidana. Sanksi pidana dalam Perda merupakan sanksi yang ringan, dan secara implisit hakim dapat bahkan wajib memilih bentuk sanksi yang adil bagi masyarakat yang terlibat. Dalam korelasinya dengan tujuan pemberian sanksi pidana dalam perkembangannya, pemberian sanksi pidana adalah untuk memperbaiki kerusakan individu dan sosial yang ditimbulkan dari tindak pidana yang dilakukan (Muladi, 2006).

Penetapan sanksi pidana dalam Perda, secara mendasar sangat dimungkinkan, dan mengacu pada peraturan perundang-undangan tentang pemerintahan daerah. Terakhir, juga dimungkinkan menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014. Sebelum dibentuknya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tersebut, yaitu Undang Nomor 22 Tahun 1999, dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Perda yang didalamnya terdapat sanksi pidana biasanya menyangkut Perda Tentang Kebersihan, Perda Tentang Kebersihan

(52)

35 Umum, Perda Tentang Ijin Mendirikan bangunan, dan terkadang Perda yang Berisi pungutan (pajak).

Penerapan atau implementasi Perda yang berupa pungutan, misalnya PBB, Pajak kendaraan Bermotor, Perizinan, dan Parkir, dapat dilakukan sesuai yang direncanakan. Masyarakat umumnya sadar akan kewajibannya dalam membayar pajak. Begitu juga aparat pemerintah yang bekerjasama dengan pihak bank, selalu siap melayani masyarakat yang siap melakukan pembayaran apabila sudah sesuai dengan persyaratan.

2.8. Rapid Application Development (RAD)

Martin menjelaskan bahwa Rapid Application Development (RAD) merupakan sebuah model tahapan pengembangan perangkat lunak yang karakteristiknya urut dan selaras yang mementingkan untuk melakukan siklus pengembangan yang cepat memanfaatkan pendekatan konstruksi berbasis komponen (Pressman, 2002). Dengan menggunakan metode ini,untuk menyelesaikan suatu sistem yang utuh hanya memerlukan tempo sekitar 60-90 hari apabila kebutuhan untuk membangun sistem sudah dipahami dengan baik. RAD dipecah menjadi empat fase, menurut Martin dalam (Kendall & Kendall, 2003), yaitu:

1. Fase Requirements Planning

Fungsi apa saja yang menjadi fitur diputuskan oleh pengguna tingkat tinggi dalam fase ini.

(53)

36 User menelaah berbagai dimensi rancangan sistem yang bersifat non-teknis dengan bimbingan dari penganalis pada fase ini. Akibat karakteristiknya yang sangat interaktif, fase ini sering dicampur dengan fase konstruksi pada workshop rancangan RAD.

3. Fase Konstruksi

Pengkodean sistem dilakukan berdasarkan rancangan-rancangan sistem yang dibuat dalam fase sebelumnya. Setelah selesai melakukan pengkodean, sistem lalu akan diuji kemampuannya untuk memperoleh pendapat dan masukan dari user tingkat atas. 4. Fase Pelaksanaan

Dalam tahap terakhir ini sistem baru diujicoba, lalu dikenalkan kepada para pengguna.

Gambar 2. 3 Fase RAD Martin (Kendall & Kendall, 2003)

Butler berpendapat bahwa RAD pun memiliki kekurangan seperti model-model proses yang lainnya (Pressman, 2002):

1. RAD memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah yang besar dalam proyek yang berskala besar untuk meciptakan tim RAD yang layak.

(54)

37 2. Pengembang dan pengguna dituntut untuk bertanggung jawab di dalam rangkaian aktifitas yang beruntun yang perlu dilakukan untuk membangun sistem utuh dalam waktu yang singkat. Jika salah satu pihak kurang berkomitmen dalam menjalankan rangkaian aktifitas tersebut, maka proyek RAD akan gagal

Gambar 2. 4 Workshop Desain RAD (Kendall & Kendall, 2003)

2.9. Unified Modeling Language (UML)

Pemodelan merupakan tahapan mendesain software sedemikian rupa sebelum dilakukannya coding. Kita dapat menganalogikan pemodelan perangkat lunak seperti membuat rancangan atau cetak biru (blueprint) sebelum pembangunan gedung dilakukan. Saat ini, scope peranti lunak semakin luas dan oleh karena itu pembuatannya tidak bisa lagi asal-asalan. Semakin kompleks sebuah sistem, maka sistem tersebut akan semakin sulit pula untuk dipahami. Sehingga penting untuk menggunakan teknik pemodelan yang baik dalam merancang sistem yang kompleks.

Unified Modeling Language (UML) adalah salah satu format notasi atau istilah yang para profesional sama-sama gunakan di bidang software dalam

(55)

38 merancang atau membuat model sebuah sistem software (Sugiarti, 2018). Dalam pembuatan sebuah sistem yang berorientasi objek, UML menjadi sebuah alat bantu yang dapat diandalkan karena UML meyuguhkan pemodelan visual yang mampu membuat pengembang merancang purwarupa visinya secara baku. Pemodelan menggunakan UML pada dasarnya berorientasi objek dan berbasis visual. Dengan semakin mantap dan tenarnya teknologi programming, desain, dan analisa berorientasi object, UML menjadi bahasa standar yang resmi.

2.9.1. Use-Case Diagram

Diagram use case adalah sebuah bentuk model yang melukiskan kelakuan (behavior) dari sistem informasi yang dikembangkan (Sugiarti, 2018). Diagram use case menjabarkan hubungan antara satu aktor atau lebih dengan sistem yang dibuat. Lebih sederhana lagi, untuk menemukan fungsi-fungsi yang ada didalam sistem beserta siapa saja yang berhak atas fungsi-fungsi tersebut dapat dilihat dengan menggunakan diagram use case.

Sebuah Usecase harus menjabarkan sebuah pekerjaan yang memberikan manfaat bagi aktor yang melakukannya. Oleh karena itu, sebuah usecase tidak akan menjadi terlalu kecil nilainya, karena apabila demikian usecase tersebut tidak akan memberikan nilai bagi aktor. Usecase pun harus dideskripsikan menggunakan kata kerja, menjelaskan tujuan usecase, menjelaskan nilai yang akan didapat oleh aktor, serta menjelaskan alur alternatifnya. Simbol yang digunakan dalam use case antara lain:

Tabel 2. 1 Simbol-Simbol Use case Diagram (Sugiarti, 2018)

(56)

39 1

Aktor

orang, tahapan, atau sistem lain yang berhubungan dengan sistem informasi yang dibangun di luar sistem

informasi yang

dibangun itu sendiri;

2

Usecase

Merupakan fungsi yang disediakan sistem sebagai unit-unit yang saling bertukar pesan antar unit atau antar aktor; usecase umumnya dispesifikasikan

menggunakan kata kerja di awal frasa namanya.

3

Asosiasi/association

Hubungan antara aktor dan Usecase yang sudah turut serta dalam Usecase atau Usecase

yang berhubungan

(57)

40 4 Extend Relasi Usecase tambahan ke sebuah Usecase yang ditambahkan dapat berdiri sendiri meskipun tanpa adanya Usecase tambahan tersebut; 5 Include Hubungan Usecase tambahan ke sebuah Usecase, dimana

Usecase yang ditambah perlu adanya Usecase

ini untuk dapat

menjalankan fungsinya

2.9.2. Activity Diagram

Diagram aktifitas adalah diagram yang memberikan gambaranarus kerjaatau aktifitas dalam sistem atau business process(Sugiarti, 2018). Yang harus dicermati dalam menggambar diagram aktifitas adalah, tidak menggambarkan aktifitas yang dilakukan oleh actor, melainkan menggambarkan aktifitas sistem. Diagram aktifitas memungkinkan untuk mendukung perilaku paralel. Activity Diagram menggambarkan aliran-aliran activity di dalam sistem, diantaranya menjelaskan bagaimana aliran-aliran activity di dalam sistem berawal, decision

(58)

41 yang mungkin terjadi dalam aliran activity tersebut, dan bagaimana aliran-aliran tersebut berakhir.

Diagram aktifitas adalah diagram keadaan khusus yang state-state di dalamnya banyak berupa aksi dan banyak perpindahan state di dalam activity diagram disebabkan oleh rampungnya state sebelumnya (internal processing). Karenanya, behaviour internal dari suatu sistem dan interaksi antar subsistem tidak digambarkan oleh activity diagram secara persis, tetapi activity diagram lebih menggambarkan secara umum proses-proses dan aliran activity dari tingkatan puncak. Adapun dalam menggambar activity diagram menggunakan simbol-simbol seperti dalam tabel di bawah ini:

Tabel 2. 2 Simbol-simbol Activity Diagram (Sugiarti, 2018)

No. Simbol Nama Deskripsi

1 Status awal

Status awal aktivitas sistem, yang merupakan awal dari activity diagram.

2 Aktivitas

Aktivitas yang dilakukan system dan umumnya dimulai dengan kata kerja.

3 Decision

Asosiasi percabangan jika ada pilihan aktivitas lebih dari satu.

Gambar

Gambar 2. 2 Siklus Informasi (Sutabri, 2012)
Diagram  use  case  adalah  sebuah  bentuk  model  yang  melukiskan  kelakuan  (behavior)  dari  sistem  informasi  yang  dikembangkan  (Sugiarti,  2018)
Diagram  aktifitas  adalah  diagram  yang  memberikan  gambaranarus  kerjaatau aktifitas dalam sistem atau business process(Sugiarti, 2018)
Gambar 3. 1 Kerangka Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Meningkatnya rencana pembelian ini, didorong oleh naiknya perkiraan pendapatan rumahtangga, yang dipengaruhi oleh membaiknya ekspektasi terhadap kondisi makro

Puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Hubungan antara Tingkat Kehadiran Ibu di Kelas Ibu Hamil dengan

Objek jaminan benda tidak bergerak atau hak atas tanah merupakan objek Hak Tanggungan, maka pemberian Hak Tanggungan dilakukan dengan Akta Pemberian Hak Tanggungan

Melihat bukti dari variabel pendukung yaitu bahwa pemberian teh kombucha dalam air minum dengan konsentrasi 40% mampu meningkatkan secara nyata konsumsi air minum dan

Telah dilakukan penelitian tentang penggunaan bakteri dari lumpur aktif untuk menurunkan nilai Chemical Oxygen Demand (COD) limbah cair industri oleokimia di PT. Hasil isolasi

LPM (2007) dalam Mesyuarat Pemantapan Dokumen Pentaksiran Kerja Kursus KHB 2007 menyatakan bahawa PBS adalah proses untuk mendapatkan maklumat diikuti dengan

Laporan Realisasi Anggaran Smt I 2019 versi Permendagri 13 Sekretariat Dinas Kepala Dinas DLH Juni 2019 / Padang √ √.. BENTUK INFORMASI

Laporan