• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAMALAN JUMLAH PENGADAAN DAN PERSEDIAAN BERAS DI PERUM BULOG DIVRE JATIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERAMALAN JUMLAH PENGADAAN DAN PERSEDIAAN BERAS DI PERUM BULOG DIVRE JATIM"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR - SS 145561

PERAMALAN JUMLAH PENGADAAN DAN

PERSEDIAAN BERAS DI PERUM BULOG DIVRE

JATIM

TITIK CAHYA NINGRUM NRP 1313 030 021 Dosen Pembimbing Irhamah, M.Si., Ph.D

PROGRAM STUDI DIPLOMA III JURUSAN STATISTIKA

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember

(2)

TUGAS AKHIR - SS 145561

PERAMALAN JUMLAH PENGADAAN DAN

PERSEDIAAN BERAS DI PERUM BULOG DIVRE

JATIM

TITIK CAHYA NINGRUM NRP 1313 030 021

Dosen Pembimbing Irhamah, M.Si., Ph.D

PROGRAM STUDI DIPLOMA III JURUSAN STATISTIKA

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember

(3)

N JUDUL

FINAL PROJECT - SS 145561

FORECASTING THE NUMBER OF PROCUREMENT

AND SUPPLY OF RICE IN PERUM BULOG DIVRE

JATIM

TITIK CAHYA NINGRUM NRP 1313 030 021

Supervisor

Irhamah, M.Si., Ph.D

DIPLOMA III STUDY PROGRAM DEPARTMENT OF STATISTICS

Faculty of Mathematics and Natural Sciences Institut Teknologi Sepuluh Nopember

(4)
(5)

vii

PERAMALAN JUMLAH PENGADAAN DAN

PERSEDIAAN BERAS

DI PERUM BULOG DIVRE JATIM

Nama Mahasiswa : Titik Cahya Ningrum

NRP : 1313 030 021

Program Studi : Diploma III

Jurusan : Statistika FMIPA ITS Dosen Pembimbing : Irhamah, M.Si., Ph.D

Abstrak

Beras merupakan kebutuhan pokok yang dibutuhkan sebagian besar orang untuk memenuhi asupan energi setiap hari terutama asupan karbohidrat dan dikonsumsi sekitar 78% dari jumlah penduduk Indonesia. Meningkatnya jumlah penduduk mengakibatkan jumlah beras yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan penduduk Indonesia juga semakin besar. Untuk mengantisipasi kekurangan ketersediaan beras perlu dilakukan peramalan jumlah pengadaan beras dan persediaan beras periode bulanan di Perum BULOG Divre Jatim menggunakan metode ARIMA Box-Jenkins. Hasil analisis menunjukkan bahwa model terbaik untuk meramalkan jumlah pengadaan beras dan persediaan beras adalah ARIMA (1,0,1)(1,0,0)12 dan ARIMA (1,1,23)(1,0,0)12.

(6)

viii

(7)

ix

FORECASTING THE NUMBER OF PROCUREMENT

AND SUPPLY OF RICE IN PERUM BULOG DIVRE

JATIM

Student Name : Titik Cahya Ningrum

NRP : 1313 030 021

Programe : Diploma III

Department : Statistics FMIPA ITS Academic Supervisor : Irhamah, M.Si., Ph.D

Abstract

Rice is a basic requirement which is most people required to supply the daily energy especially intake carbohydrate intake, and it is consumed by almost 78% of Indonesia’s population. The increasing number of people resulting the growing amount of rice needed to fulfill the needs of population. To anticipate the lack of rice availability, it is needed to forecast the monthly amount of procurement and supply of rice in BULOG of East Java Regional Division using ARIMA Box-Jenkins method. The analysis showed that the best models to forecast the number of rice procurement and number of rice stock are ARIMA (1,0,1)(1,0,0)12 and ARIMA (1,1,23)(1,0,0)12 respectively.

(8)

x

(9)

xi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan kemudahan, rahmat dan hidayah-Nya. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW atas suri tauladan dalam kehidupan ini sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Peramalan Jumlah Pengadaan dan Persediaan Beras di Perum BULOG Divre Jatim”

Terselesaikannya Tugas Akhir ini tak lepas dari peran serta berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih dengan penuh hormat dan kerendahan hati, kepada:

1. Ibu Irhamah, M.Si., Ph.D selaku dosen pembimbing yang selalu menyempatkan waktunya untuk mendukung dan memberikan masukan serta bimbingan dalam penyusunan laporan Tugas Akhir ini.

2. Bapak R. Mohamad Atok, S.Si., M.Si dan Bapak Dr.rer pol Dedy Dwi Prastyo, S.Si., M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan dan bantuan dalam penyelesian Tugas Akhir ini.

3. Bapak Dr. Suhartono selaku Ketua Jurusan Statistika Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

4. Bapak Dr. Wahyu Wibowo, S.Si, M.Si selaku Ketua Program Studi Diploma III Jurusan Statistika Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

5. Ibu Dr. Ismaini Zain, M.Si selaku dosen wali yang selama perkuliahan sangat membantu penulis.

6. Jurusan Statistika ITS beserta seluruh dosen Statistika ITS yang telah memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat serta segenap karyawan Jurusan Statistika ITS yang melayani mahasiswa dengan sabar.

7. Keluarga besar penulis khususnya Kedua Orang tua yang senantiasa memberikan doa, motivasi, dukungan, kasih sayang, perhatian dan kesabaran yang tiada tara dalam mendidik penulis. Kakak penulis Mbak Rini yang selalu

(10)

xii

8. Perum BULOG Divre Jatim yang telah banyak membantu penulis sebagai sumber data dalam Tugas Akhir ini.

9. Saudara Perantauan Ike, Esti, Mbak Yana, Riskha, Dimas Fashihatin dan Nanin yang telah memberi semangat, bantuan, motivasi dan kasih sayang kepada penulis.

10. Saudara sepembimbing, Erisandy yang saling menyema-ngati, saling membantu dan saling berbagi masukan. 11. Teman-teman seperjuangan yang mengambil Tugas akhir

dengan topik Analisis Time Series yang telah berjuang bersama demi kelancaran dan penyelesaian Tugas Akhir Mifta, Milan, Ardi, Ijah, Irul, Reza, Wiwin, Pungky, Inung dan Anissa.

12. Kawan seperjuangan mahasiswa Angkatan 2013 Jurusan Statistika ITS khususnya prodi Diploma III yang telah memberikan dukungannya kepada penulis.

13. Pihak-pihak yang sudah banyak membantu dalam proses pengerjaan laporan Tugas Akhir ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih dapat dikembangkan lebih jauh lagi, maka dengan segala kerendahan hati kepada semua pihak untuk memberikan kritik dan saran demi adanya perbaikan atas isi dari laporan ini ke depannya. Akhirnya kepada Tuhan Yang Maha Esa, penyusun berserah diri, semoga apa yang telah dilakukan ini mendapat berkah dan ridho-Nya, Amin.

Surabaya, Juni 2016

(11)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

TITLE PAGE ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 3 1.3 Tujuan Penelitian ... 3 1.4 Manfaat Penelitian ... 4 1.5 Batasan Masalah ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Statistika Deskriptif ... 5

2.2 Deret Waktu dan Model Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) ... 5

2.3 Prosedur Peramalan ARIMA ... 7

2.3.1 Identifikasi Model ... 7

2.3.2 Penaksiran dan Uji Signifikasni Parameter ... 9

2.3.3 Pemeriksaan atau Diagnosa Model ... 10

2.4 Pemilihan Model Terbaik ... 12

2.5 Deteksi Outlier ... 13

2.6 Beras ... 14

2.7 Badan Urusan Logistik (BULOG) ... 15

2.8 Pengadaan Beras di BULOG ... 15

2.9 Persediaan Beras di BULOG ... 16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sumber Data ... 19

(12)

xiv

3.4 Diagram Alir ... 20

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Jumlah Pengadaan dan Persediaan Beras ... 23

4.2 Pemodelan Jumlah Pengadaan Beras ... 25

4.2.1 Identifikasi Model Jumlah Pengadaan Beras ... 25

4.2.2 Estimasi Parameter Jumlah Pengadaan Beras ... 30

4.2.3 Pemeriksaan Residual Jumlah Pengadaan Beras ... 31

4.2.4 Pemilihan Model Terbaik Jumlah Pengadaan Beras ... 36

4.3 Pemodelan jumlah Persediaan Beras ... 38

4.3.1 Identifikasi Model Jumlah Persediaan Beras ... 38

4.3.2 Estimasi Parameter Jumlah Persediaan Beras ... 47

4.3.3 Pemeriksaan Residual Jumlah Persediaan Beras ... 48

4.3.4 Pemilihan Model Terbaik Jumlah Persediaan Beras ... 57

4.4 Peramalan Jumlah Pengadaan dan Persediaan Beras ... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 63

5.2 Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 65

(13)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Transformasi Box-Cox ... 7 Tabel 2.2 Kriteria Teoritis Model ARIMA ... 9 Tabel 4.1 Karakteristik Jumlah Pengadaan dan Persediaan

Beras ... 23 Tabel 4.2 Uji Dickey-Fuller Jumlah Pengadaan Beras ... 27 Tabel 4.3 Uji Signifikansi Parameter Model ARIMA

Jumlah Pengadaan Beras ... 30 Tabel 4.4 Pengujian Residual White Noise Jumlah

Pengadaan Beras ... 31 Tabel 4.5 Pengujian Residual Berdistribusi Normal Jumlah

Pengadaan Beras ... 32 Tabel 4.6 Uji Signifikansi Parameter ARIMA

(1,0,1)(1,0,0)12 Jumlah Pengadaan Beras ... 32

Tabel 4.7 Uji Signifikansi Parameter ARIMA

(1,0,1)(0,0,1)12 Jumlah Pengadaan Beras ... 33

Tabel 4.8 Uji Signifikansi Parameter ARIMA

(1,0,1)(1,0,1)12 Jumlah Pengadaan Beras ... 34

Tabel 4.9 Kriteria Kebaikan Model Jumlah Pengadaan Beras ... 37 Tabel 4.10 Uji Dickey-Fuller Jumlah Persediaan Beras ... 41 Tabel 4.11 Uji Dickey-Fuller Jumlah Persediaan Beras

Hasil Differensing ... 42 Tabel 4.12 Uji Signifikansi Parameter Model ARIMA

Jumlah Persediaan Beras ... 47 Tabel 4.13 Pengujian Residual White Noise Jumlah

Persediaan Beras ... 48 Tabel 4.14 Pengujian Residual Berdistribusi Normal

Jumlah Persediaan Beras ... 49 Tabel 4.15 Uji Signifikansi Parameter ARIMA ([1,23],1,0)

Jumlah Persediaan Beras dengan Deteksi

(14)

xvi

dengan Deteksi Outlier ... 51 Tabel 4.17 Uji Signifikansi Parameter ARIMA

(1,1,[23])(0,0,1)12 Jumlah Persediaan Beras

dengan Deteksi Outlier ... 52 Tabel 4.18 Uji Signifikansi Parameter ARIMA

(0,1,[2])(0,1,1)12 Jumlah Persediaan Beras dengan

Deteksi Outlier ... 52 Tabel 4.19 Uji Signifikansi Parameter ARIMA

(1,1,0)(0,1,1)12 Jumlah Persediaan Beras dengan

Deteksi Outlier ... 53 Tabel 4.20 Uji Signifikansi Parameter ARIMA

([2],1,0)(0,1,1)12 Jumlah Persediaan Beras dengan

Deteksi Outlier ... 53 Tabel 4.21 Kriteria Kebaikan Model Jumlah Pengadaan

Beras ... 58 Tabel 4.22 Ramalan Jumlah Pengadaan Beras Tahun 2016 ... 59 Tabel 4.23 Ramalan Jumlah Persediaan Beras Tahun 2016 ... 60

(15)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Diagram Alir ... 20

Gambar 4.1 Box-plot Jumlah Pengadaan Beras ... 24

Gambar 4.2 Box-plot Jumlah Persediaan Beras ... 25

Gambar 4.3 Time Series Plot Jumlah Pengadaan Beras ... 26

Gambar 4.4 Box-Cox Jumlah Pengadaan Beras ... 27

Gambar 4.5 Plot ACF Jumlah Pengadaan Beras ... 28

Gambar 4.6 Plot PACF Jumlah Pengadaan Beras ... 29

Gambar 4.7 Ringkasan Grafis Residual Model ARIMA (1,0,1)(1,0,0)12 (a), (1,0,1)(0,0,1)12 (b) dan ARIMA (1,0,1) (1,0,1)12 ... 36

Gambar 4.8 Perbandingan Data Out Sample dengan Hasil Peramalan Kedua Model... 37

Gambar 4.9 Time Series Plot Jumlah Persediaan Beras ... 39

Gambar 4.10 Box-Cox Jumlah Persediaan Beras ... 39

Gambar 4.11 Plot ACF Jumlah Persediaan Beras ... 40

Gambar 4.12 Time Series Plot Jumlah Persediaan Beras Diffrencing Reguler ... 41

Gambar 4.13 Plot ACF (a) dan PACF (b) Jumlah Persediaan Beras Diffrensing Reguler ... 43

Gambar 4.14 Scatterplot (a), Plot ACF (b) dan PACF (c) Jumlah Persediaan Beras Differencing 12 ... 45

Gambar 4.15 Scatterplot (a), Plot ACF (b) dan PACF (c) Jumlah Persediaan Beras Differencing 1 dan 12 ... 46

Gambar 4.16 Ringkasan Grafis Residual Model ARIMA ([1,23],1,0) (a), ARIMA (1,1,[23])(1,0,0)12 (b), ARIMA (1,1,[23])(1,0,0)12(c), ARIMA (0,1,[2])(0,1,1)12 (d) dan ARIMA ([2],1,0)(0,1,1)12(e) ... 56

Gambar 4.17 Perbandingan Data Out Sample dengan Hasil Peramalan Keenam Model ... 57

(16)

xviii

Pengadaan Beras ... 60 Gambar 4.19 Perbandingan Data Aktual Out Sample dengan

Ramalan Tahun 2015 dan 2106 Data Jumlah Persediaan Beras ... 61

(17)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Jumlah Pengadaan Beras (A) dan

Persediaan Beras (B) di Perum BULOG Divre Jatim ... 67 Lampiran 2. Karakteristik Jumlah Pengadaan dan

Persediaan Beras ... 69 Lampiran 3. Syntax Dickey-Fuller Data Pengadaan Beras

di Perum BULOG Divre Jatim Tahun

2008-2014 ... 69 Lampiran 4. Syntax Dickey-Fuller Data Persediaan Beras

di Perum BULOG Divre Jatim Tahun

2002-2014 ... 70 Lampiran 5. Syntax Dickey-Fuller Data Persediaan Beras

di Perum BULOG Divre Jatim Tahun

2002-2014 Setelah Differencing Reguler ... 71 Lampiran 6. Output Syntax Dickey-Fuller Data Pengadaan

Beras di Perum BULOG Divre Jatim

Tahun 2002-2014 ... 72 Lampiran 7. Output Syntax Dickey-Fuller Data Persediaan

Beras di Perum BULOG Divre Jatim

Tahun 2008-2014 ... 72 Lampiran 8. Output Syntax Dickey-Fuller Data Persediaan

Beras di Perum BULOG Divre Jatim Tahun 2008-2014 Setelah Differencing

Reguler... 73 Lampiran 9. Syntax ARIMA (1,0,1)(1,0,0)12 pada Data

Pengadaan Beras ... 73 Lampiran 10. Syntax ARIMA (1,0,1)(0,0,1)12 pada Data

Pengadaan Beras ... 74 Lampiran 11. Syntax ARIMA (1,0,1)(1,0,1)12 pada Data

Pengadaan Beras ... 75 Lampiran 12. Output ARIMA (1,0,1)(1,0,0)12 pada Data

(18)

xx

Lampiran 14. Output ARIMA (1,0,1)(1,0,1) pada Data Pengadaan Beras ... 80 Lampiran 15. Syntax ARIMA (1,0,1)(1,0,0)12 pada Data

Pengadaan Beras dengan Deteksi Outlier ... 82 Lampiran 16. Syntax ARIMA (1,0,1)(0,0,1)12 pada Data

Pengadaan Beras dengan Deteksi Outlier ... 83 Lampiran 17. Syntax ARIMA (1,0,1)(1,0,1)12 pada Data

Pengadaan Beras dengan Deteksi Outlier ... 84 Lampiran 18. Output ARIMA (1,0,1)(1,0,0)12 pada Data

Pengadaan Beras dengan Deteksi Outlier ... 85 Lampiran 19. Output ARIMA (1,0,1)(0,0,1)12 pada Data

Pengadaan Beras dengan Deteksi Outlier ... 86 Lampiran 20. Output ARIMA (1,0,1)(1,0,1)12 pada Data

Pengadaan Beras dengan Deteksi Outlier ... 87 Lampiran 21. Syntax ARIMA ([1,23],1,0) pada Data

Persediaan Beras ... 88 Lampiran 22. Syntax ARIMA (1,1,23)(1,0,0)12 pada Data

Persediaan Beras ... 89 Lampiran 23. Syntax ARIMA (1,1,23)(0,0,1)12 pada Data

Persediaan Beras ... 90 Lampiran 24. Syntax ARIMA (0,1,2)(0,1,1)12 pada Data

Persediaan Beras ... 91 Lampiran 25. Syntax ARIMA (1,1,0)(0,1,1)12 pada Data

Persediaan Beras ... 92 Lampiran 26. Syntax ARIMA (2,1,0)(0,1,1)12 pada Data

Persediaan Beras ... 93 Lampiran 27. Output ARIMA ([1,23],1,0) pada Data

Persediaan Beras ... 94 Lampiran 28. Output ARIMA (1,1,23)(1,0,0)12 pada Data

Persediaan Beras ... 96 Lampiran 29. Output ARIMA (1,1,23)(0,0,1)12 pada Data

(19)

xxi

Lampiran 30. Output ARIMA (0,1,2)(0,1,1)12 pada Data

Persediaan Beras ... 100 Lampiran 31. Output ARIMA (1,1,0)(0,1,1)12 pada Data

Persediaan Beras ... 102 Lampiran 32. Output ARIMA (2,1,0)(0,1,1)12 pada Data

Persediaan Beras ... 104 Lampiran 33. Syntax ARIMA ([1,23],1,0) pada Data

Persediaan Beras dengan Deteksi Outlier ... 106 Lampiran 34. Syntax ARIMA (1,1,23)(1,0,0)12 pada Data

Persediaan Beras dengan Deteksi Outlier ... 107 Lampiran 35. Syntax ARIMA (1,1,23)(0,0,1)12 pada Data

Persediaan Beras dengan Deteksi Outlier ... 108 Lampiran 36. Syntax ARIMA (0,1,2)(0,1,1)12 pada Data

Persediaan Beras dengan Deteksi Outlier ... 109 Lampiran 37. Syntax ARIMA (1,1,0)(0,1,1)12 pada Data

Persediaan Beras dengan Deteksi Outlier ... 110 Lampiran 38. Syntax ARIMA (2,1,0)(0,1,1)12 pada Data

Persediaan Beras dengan Deteksi Outlier ... 111 Lampiran 39. Output ARIMA ([1,23],1,0) pada Data

Persediaan Beras dengan Deteksi Outlier ... 112 Lampiran 40. Output ARIMA (1,1,23)(1,0,0)12 pada Data

Persediaan Beras dengan Deteksi Outlier ... 113 Lampiran 41. Output ARIMA (1,1,23)(0,0,1)12 pada Data

Persediaan Beras dengan Deteksi Outlier ... 114 Lampiran 42. Output ARIMA (0,1,2)(0,1,1)12 pada Data

Persediaan Beras dengan Deteksi Outlier ... 115 Lampiran 43. Output ARIMA (1,1,0)(0,1,1)12 pada Data

Persediaan Beras dengan Deteksi Outlier ... 116 Lampiran 44. Ouput ARIMA (2,1,0)(0,1,1)12 pada Data

Persediaan Beras dengan Deteksi Outlier ... 118 Lampiran 45. Syntax Peramalan ARIMA (1,0,1)(1,0,0)12

pada Data Pengadaan Beras ... 119 Lampiran 46. Syntax Peramalan ARIMA (1,1,23)(1,0,0)12

(20)

xxii

Lampiran 48. Output Peramalan ARIMA (1,1,23)(1,0,0)

(21)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara kesatuan yang penuh dengan keberagaman. Indonesia terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa dan agama. Oleh karena itu, terdapat banyak perbedaan antar suatu daerah dengan daerah lain. Begitu pula dengan makanan yang dikonsumsi, setiap provinsi di Indonesia memiliki makanan pokok tersendiri. Namun, makanan pokok penduduk Indonesia pada umumnya adalah nasi. Nasi merupakan beras yang direbus dan ditanak (Tajudin, 2011). Beras merupakan kebutuhan pokok yang dibutuhkan sekitar 78% penduduk Indonesia untuk memenuhi asupan energi setiap hari terutama asupan karbohidrat (Prawira, 2013). Beras menjadi kebutuhan pangan yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia karena menurut artikel yang dirilis International Rice Research

Institute (IRRI) tahun 2014 menyatakan bahwa konsumsi beras

Masyarakat Indonesia mencapai 125 Kilogram (Kg) Per Kapita Per Tahun. Dengan jumlah penduduk yang semakin bertambah pada setiap tahunnya, mengakibatkan meningkat pula kebutuhan akan persediaan beras untuk asupan pangan masyarakat Indonesia.

Indonesia adalah salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam. Menurut data yang dirilis oleh IRRI tahun 2007, produksi beras dunia pada Tahun 2007 mencapai 650,193 juta ton. Dari jumlah tersebut 90,77% diantaranya disumbang dari negara-negara di Asia, yaitu Cina yang menyumbang 28,53% menjadi penghasil beras terbesar di Dunia, peringkat kedua yaitu India dengan menyumbang 21,71% dan pada peringkat ketiga adalah negara Indonesia dengan menyumbang sebesar 8,77%. Meski menjadi penghasil beras nomor 3 di Dunia, data Badan Pusat Statistika (BPS) menunjukkan bahwa Indonesia masih melakukan impor beras dari beberapa negara diantaranya adalah Vietnam, Thailand, India dan Pakistan pada tahun 2014 dengan volume berat bersih impor beras sebesar 844.163,7 ton. Banyak faktor yang

(22)

menyebabkan Indonesia harus mengimpor beras, antara lain karena jumlah penduduk Indonesia yang begitu banyak, faktor iklim yang tidak mendukung keberhasilan sektor pertanian dan luas lahan pertanian yang semakin sempit (Rosihan, 2015).

Jumlah konsumsi beras masyarakat Indonesia yang besar diiringi dengan kurangnya ketersediaan beras mengakibatkan perlu dilakukan pengolahan kebutuhan beras agar tidak terjadi kekurangan ketersediaan beras, oleh karena itu di Bentuk Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum BULOG) yang bertanggungjawab pada peningkatan stabilisasi dan pengelolahan persediaan bahan pokok dan pangan. Perum BULOG adalah sebuah lembaga pangan di Indonesia yang menangani tata niaga beras. Bulog dibentuk tanggal 10 Mei 1967 berdasarkan Keputusan Presidium Kabinet Nomor 114/Kep/1967. Di Indonesia, Perum BULOG memiliki Divisi Regional (Divre) sebanyak 26 Lokasi dan memiliki Sub Divisi Regional (Subdivre) sebanyak 101 lokasi. Di Jawa Timur terdapat satu Divre yaitu Perum BULOG Divre Jatim. Sebagai pihak yang mengatur ketercukupan kebutuhan beras, maka dibutuhkan data mengenai jumlah pengadaan beras dan jumlah persediaan beras pada setiap Divre BULOG di Indonesia, yang nantinya digunakan sebagai patokan kebijakan-kebijakan yang harus dilakukan agar kebutuhan beras dapat tetap terpenuhi.

Penelitian sebelumnya yang membahas mengenai peramalan beras pernah dilakukan oleh Hartiningrum (2012) yaitu meramalkan harga beras di Perum BULOG Divre Jatim menggunakan metode ARIMA dan double exponential smoothing.

Double Exponential Smoothing digunakan karena data memiliki

pola tren tetapi tidak seasonal (musiman). Hasil analisis menunjukkan bahwa metode yang terbaik adalah metode ARIMA. Penelitian lain yang juga membahas mengenai peramalan beras pernah dilakukan oleh Islami (2014) yaitu meramalkan harga beras Riil dan Prosuksi beras di Provinsi Jawa Timur menggunakan metode Regresi Time Series dan ARIMA Box-Jenkins. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan diketahui bahwa metode yang sesuai untuk menganalisis data harga beras riil dan produksi

(23)

3

beras adalah metode regresi time series karena mempunyai nilai MSE in dan out sampel lebih kecil dibandingkan metode ARIMA.

Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya dan pentingnya mengetahui jumlah pengadaan beras dan jumlah persediaan beras di Divre BULOG periode selanjutnya yang digunakan sebagai informasi tambahan untuk menetapkan kebijakan-kebijakan yang akan diterapkan di BULOG, oleh karena itu pada penelitian ini penulis akan melakukan peramalan jumlah pengadaan beras dan jumlah persediaan beras di Perum BULOG Divre Jatim menggunakan metode ARIMA Box-Jenkins, dimana diketahui pada penelitian-penelitian sebelumnya metode yang banyak digunakan dan mampu digunakan pada data linier atau yang dapat dilinierkan adalah metode ARIMA Box-Jenkins. Pada penelitian ini juga akan dilakukan analisis karakteristik data untuk mengetahui pola pengadaan beras dan pola persediaan beras, yang digunakan untuk mengetahui kecenderungan dari data pengadaan beras dan data persediaan beras. Karakteristik data yang dimaksud adalah ciri atau khas tertentu yang ada pada data.

1.2 Rumusan Masalah

Pengetahuan mengenai perkiraan jumlah pengadaan beras dan jumlah persediaan beras di Perum BULOG Divre Jatim merupakan suatu hal yang cukup penting untuk menentukan kebijakan-kebijakan yang akan diambil. Sehubungan dengan hal itu maka perlu dilakukan pemodelan jumlah pengadaan dan jumlah persediaan beras serta peramalannya di Perum BULOG Divre Jatim berdasarkan model ARIMA yang terbaik.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan karakteristik data jumlah pengadaan beras

dan jumlah persediaan beras di Perum BULOG Divre Jatim 2. Memperoleh model ARIMA yang sesuai untuk data jumlah

(24)

3. Memperoleh model ARIMA yang sesuai untuk data jumlah persediaan beras di Perum BULOG Divre Jatim

4. Memperoleh hasil peramalan jumlah pengadaan beras dan jumlah persediaan beras di Perum BULOG Divre Jatim untuk 12 bulan ke depan berdasarkan model ARIMA yang terbaik. 1.4 Batasan Masalah

Pada penelitian ini, metode yang digunakan untuk meramalkan jumlah pengadaan dan jumlah persediaan beras adalah metode ARIMA Box-Jenkins. ARIMA Box-Jenkins dipilih karena metode ini mampu digunakan untuk melakukan peramalan pada data linier atau yang dapat dilinierkan.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah diharapkan dapat memberikan tambahan informasi mengenai model ramalan pengadaan beras dan persediaan beras yang bisa digunakan dalam pengambilan kebijakan mengenai pengadaan beras dan persediaan beras di Perum BULOG Divre Jatim selanjutnya.

(25)

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Statistika Deskriptif

Statistika deskriptif adalah metode-metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna (Walpole, 1995). Statistika deskriptif menjadikan semua data untuk mudah dipahami dan dibaca. Statistika deskriptif biasanya digambarkan dalam bentuk tabel, grafik dan diagram. Selain itu, statistika deskriptif menggambarkan perhitungan data kuantitatif seperti nilai rata-rata, nilai median, nilai minimum dan maksimum

Pada Penelitian ini, statistika deskriptif yang digunakan adalah rata-rata, maksimum, standart deviasi dan boxplot. Boxplot juga dikenal sebagai diagram box-and-whisker merupakan suatu box (kotak berbentuk bujur sangkar). Boxplot adalah salah satu cara dalam statistik deskriptif untuk menggambarkan secara grafik dari data numeris melalui lima ukuran antara lain nilai observasi terkecil, kuartil pertama, median, kuartil ketiga dan nilai observasi terbesar (Junaidi, 2010).

2.2 Deret Waktu dan Model Autoregressive Integrated

Mov-ing Average (ARIMA)

Deret waktu adalah serangkaian pengamatan yang diambil berdasarkan urutan waktu. Pengamatan yang digunakan tergantung oleh waktu, sehingga antar pengamatan saling berkorelasi yaitu data kejadian saat ini dengan data dari kejadian sebelumnya. Ana-lisis time series digunakan untuk menduga nilai masa yang akan datang berdasarkan nilai pada masa lalu (Wei, 2006).

Model ARIMA merupakan salah satu model yang digunakan dalam peramalan data time series yang bersifat stasioner maupun non stasioner. Model ARIMA adalah model yang menggabungkan model autoregressive (AR) dengan orde p dan model Moving

Av-erage (MA) dengan orde q serta proses differencing dengan orde d. Penentuan nilai orde p, d, q, P, D, Q dapat dilihat dengan nilai

(26)

Autocorrelation Function (ACF) dan Partial Autocorrelation Function (PACF) (Wei, 2006).

Secara umum model ARIMA (p,d,q) ditulis pada persamaan (2.1) sebagai berikut. 0

( )(1

)

d

( )

p

B

B Z

t q

B a

t

 

(2.1) dimana koefisien dari AR orde p yang telah stasioner adalah:

 

p

p p

B

B

B

B

2

2 1

1

(2.2)

dan koefisien dari MA orde q yang telah stasioner adalah:

 

q

q q

B

B

B

B

2

2 1

1

(2.3)

Jika data time series mengandung pola musiman, maka persamaan model ARIMA

S

Q D

P, , dituliskan pada persamaan (2.4) sebagai berikut.

 

 

t S Q t D S S P BB Z  B a  1 (2.4)

dimana koefisien dari AR orde P adalah:

 

PS P S S S P B   B  B   B  2  2 1 1 (2.5)

dan koefisien dari MA orde Q adalah:

 

QS Q S S S Q B   B  B   B  2  2 1 1 (2.6)

Selain model ARIMA reguler dan metode ARIMA musiman juga terdapat model ARIMA multiplikatif. ARIMA multiplikatif merupakan perkalian dari ARIMA reguler dengan ARIMA musiman. Persamaan model ARIMA multiplikatif sebagai berikut.

 

 

 

 

t S Q q t D S d P S P B BBB ZBB a   1 1  (2.7) keterangan:

 

B p

 : koefisien komponen AR orde

p

 

B

q

 : koefisien komponen MA orde

q

 

S P B

 : koefisien komponen AR musiman

S

orde

P

 

S Q B

 : koefisien komponen MA musiman

S

orde Q

d B  1 : differencing orde

d

S

D B

(27)

7

2.3 Prosedur Metode ARIMA 2.3.1 Identifikasi Model

Tahap identifikasi model meliputi pengecekan stasioneritas data dan penetapan model ARIMA ( p,d,q) sementara yaitu dengan mengamati pola Autocorrelation Function (ACF) dan

Partial Autocorrelation Function (PACF). Selanjutnya akan

dijelaskan sebagai berikut. 2.3.1.1 Kestasioneran Data

Kestasioneran data terdiri dari kestasioneran data dalam

varians dan kestasioneran data dalam mean. Jika data deret waktu

tidak stasioner pada variansnya, maka dapat dilakukan transformasi stabilisasi varians, seperti transformasi kuasa

Box-Cox (Box-Box-Cox power transformation). Secara umum nilai λ dan

transformasi yang digunakan sebagai berikut (Wei, 2006). Tabel 2.1 Transformasi Box - Cox

Estimasi λ Transformasi

-1,0 1/Zt

-0,5 1/

Z

t

0 Ln Zt

0,5

Z

t

1,0 Zt (tidak ada transformasi)

Dikatakan stasioner dalam mean saat ACF menunjukkan pola yang turun cepat. Stasioner dalam mean dapat dilakukan dengan uji Dickey Fuller. Secara umum persamaan dari Uji Dickey Fuller adalah berikut (Gujarati, 2004).

t t t Z Z

1 (2.8) dimana: t Z

= first differencing dari Zt

1

t

Z = Lag 1 dari Zt

= koefisien regresi dari prediktor Zt1 t

(28)

Pengujiannya adalah sebagai berikut. Hipotesis:

H0 :

0(Variabel Z tidak stasioner)

H1 :

0(Variabel Z stasioner) Statistik uji:

 

ˆ ˆ se  

H0 ditolak jika

t

1/2

atau P-value < α

Jika data tidak stasioner pada nilai rata-ratanya, maka dilakukan proses differencing. Cara untuk melakukan differencing data adalah sebagai berikut (Wei, 2006).

1 

t t t

Z

Z

W

(2.9)

2.3.1.2 Autokorelasi Function (ACF) dan Partial Autokorelasi

Function (PACF)

ACF merupakan korelasi antara

Z

t dengan

Z

tk. ACF digunakan untuk mengidentifikasi model peramalan dan melihat kestasioneran data dalam mean. Fungsi autokorelasi dari sampel dapat ditulis sebagai berikut.



          n t t n k t t t k k Z Z Z Z Z Z 1 2 1 ˆ  (2.10)

dimana k=1,2...

Z

nt1

Z

t

/

n

sedangkan PACF adalah korelasi antara

Z

t dan

Z

tksetelah menghilangkan efek variabel

1

t

Z

,

Z

t2,...,

Z

tk1. Koefisien autokorelasi parsial dinotasikan menggunakan

ˆ

kkdengan perhitungan sebagai berikut (Cryer & Chan, 2008).

(29)

9             1 1 1, 1 1 1, ˆ 1 ˆ ˆ ˆ , k j k j j k j k j k j k k k       (2.11) dengan j k k kk j k j k,

ˆ

1,

ˆ

ˆ

1, 

ˆ

(2.12) dimana: j=1,2,...k-1

Dalam penetapan model yang sesuai dilihat dari nilai ACF dan PACF dengan acuan sebagai berikut (Bowerman dan O’Connell, 1993).

Tabel 2.2 Karakteristik Teoritis Model ARIMA

Model Pola ACF Pola PACF

AR(p) Menurun secara

cepat

Terpotong setelah lag ke-p MA(q) Terpotong setelah

lag ke-q

Menurun secara cepat ARMA(p,q) Menurun secara

cepat

Menurun secara cepat AR(p) atau MA(q) Terpotong setelah

lag ke-q

Terpotong setelah lag ke-p Bukan AR(p) atau

MA(q) (white noise)

Tidak ada yang keluar batas

Tidak ada yang keluar batas 2.3.2 Penaksiran dan Uji Signifikansi Parameter

Salah satu metode yang digunakan untuk menaksir parameter adalah conditional least square (CLS). Penaksiran parameter menggunakan metode ini dilakukan dengan cara meminimumkan jumlah kuadrat error (SSE). Berikut adalah model time series (Wei, 2006).

t t

t

Z

e

Z

1

(2.13)

dimana nilai t =1,2,...,n. Nilai taksiran parameter  adalah sebagai berikut.

(30)

   

n t t n t t t

Z

Z

Z

2 2 1 2 1

ˆ

(2.14)

Uji Signifikansi Parameter dilakukan setelah dilakukan identifikasi model. Uji signifikansi parameter dilakukan sebagai syarat model ARIMA yang terbaik. Uji Signifikansi parameter adalah sebagai berikut (Bowerman dan O’Connell, 1993).

H0:

j

0

(parameter model tidak sesuai)

H1:

j

0

(parameter model sesuai)

dimana i merupakan notasi dari parameter

j atau

j Statistik uji: ) ˆ ( ˆ j j SE thitung    (2.15) H0 ditolak apabilat t n np

hitung  /2,  , artinya parameter telah

signifikan dan model dapat digunakan untuk peramalan (Bower-man dan O’Connell, 1993).

2.3.3 Pemeriksaan atau Diagnosa Model

Pemeriksaan atau diagnosa model digunakan untuk mengetahui apakah asumsi residual telah terpenuhi yaitu Asumsi Residual yang White Noise dan Asumsi Residual berdistribusi Normal.

2.3.3.1 Asumsi Residual White Noise

White Noise adalah asumsi yang menunjukkan residual data

sudah tidak mempunyai autokorelasi yang signifikan atau sering disebut random (Wei, 2006).

Hipotesis:

H0:

1

2

K

0

(residual bersifat white noise)

H1: minimal ada satu

k

0

, untuk k 1, 2,...,K(residual tidak

bersifat white noise). Statistik uji:

(31)

11       K k k k n n n Q 1 2 1 ˆ ) ( ) 2 (

(2.16) dimana: n = banyaknya pengamatan k

ˆ = ACF residual pada lag ke-

k

K

= maksimum lag

m =

p q

.

Daerah Kritis: Tolak H0, jika 2

,

>

K m

Q

. 2.4.3.2 Asumsi Residual Berdistribusi Normal

Setelah melakukan pengujian asumsi residual White Noise, selanjutnya melakukan uji asumsi residual berdistribusi normal. Salah satu uji yang digunakan dalam menentukan kenormalan data adalah Kolmogorov Smirnov. Hipotesisnya adalah sebagai berikut (Minitab Inc, 2010).

Hipotesis:

H0: residual data berdistribusi normal

H1: residual data tidak berdistribusi normal

Statistik uji:

 

D D D max , (2.17) dimana:  

i

i

i

n

Z

D

max

/

 

Z i n

D maxi i  1 /  i F

 

X i Z  keterangan: n : jumlah data

 

X

F : fungsi peluang komulatif dari distribusi normal

 i

X

: statistik order ke-i dari sampel random,

1

i

n

Daerah Kritis: Tolak H0 ditolak jika

) , 1 ( n hitung D D .

(32)

2.4 Pemilihan Model Terbaik

Pemilihan model terbaik dari beberapa model terpilih pada data in sample dapat menggunakan Akaike’s Information Criterion (AIC) dan Scwartz’s Bayesian Criterion (SBC). AIC adalah suatu kriteria pemilihan model terbaik yang mempertimbangkan jumlah parameter dalam model, sedangkan SBC adalah pemilihan model terbaik dengan kriteria bayesian Kriteria AIC dan SBC dirumuskan sebagai berikut. M n M AIC ( ) lnˆa22 (2.18)

n

M

n

M

SBC

(

)

ln

ˆ

2

ln

(2.19) dimana

ˆ

a2adalah estimasi maksimum likelihood dari

a2, M adalah banyaknya parameter dalam model, dan n adalah jumlah pengamatan.

Pemilihan data terbaik untuk data out sample menggunakan beberapa kriteria yaitu Root Mean Square Error (RMSE), Mean

Absolute Error (MPE) dan Symmetric Mean Absolute Percentage Error (sMAPE). Berikut adalah persamaan perkiraan error.

 

l

Z

Z

e

t

nl

ˆ

n (2.20)

Kriteria kesalahan peramalan Root Mean Square Error (RMSE)

out sample merupakan salah satu indeks yang dapat digunakan

un-tuk mengevaluasi ketepatan model time series dengan mempertim-bangkan sisa perhitungan ramalan pada data out sample. Nilai RMSE dirumuskan sebagai berikut.

  m t t e m RMSE 1 2 1 (2.21) dimana m merupakan jumlah data out sample. Kriteria kesalahan peramalan yang lain adalah nilai Mean Absolute Error (MEA). MEA merupakan kriteria kesalahan berdasarkan nilai rata-rata absolut error. MEA dirumuskan sebagai berikut (Wei, 2006).

(33)

13

  m l i e m MAE 1 1 (2.22) Kriteria kesalahan selain RMSE dan MEA adalah sMAPE.

Symmetric Mean Absolute Percentage Error (sMAPE) dirumuskan

sebagai berikut.

 

100% ˆ 2 1 1 1   

  m l n l n t l Z Z e m sMAPE (2.23) dimana: l n

Z

= Nilai aktual pada data out sample ke l

 

l

Z

ˆ

n = Nilai dugaan atau peramalan pada data out sample ke l

2.5 Deteksi Outlier

Banyak peristiwa yang mempengaruhi observasi menggunakan deret waktu. Peristiwa tersebut diantaranya liburan, pemogokan, promosi penjualan dan kebijakan pemerintahan. Pengaruh dari peristiwa-peristiwa tersebut adalah terjadinya pengamatan yang tidak konsekuen pada nilainya. Pengamatan tersebut biasa disebut sebagai outlier. Outlier menjadi salah satu masalah yang terdapat dalam analisis data, oleh karena itu diperlukan deteksi outlier dan penghilangan outlier. Terdapat dua model outlier yang biasa dikenal yaitu additive dan innovational. Berikut adalah bentuk model additive outlier (Wei, 2006)

       T t X T t X Z t t t , ,

(2.24) ) (T t t I X

 (2.25)

 

 

BB atIt(T)    (2.26)

(34)

dimana:       T t T t ItT , 0 , 1 ) (

It merupakan nilai dari indikator variabel dimana menjelaskan ada

tidaknya outlier pada waktu ke T. Selanjutnya adalah model

innovational outlier yang didefinisikan sebagai berikut.

) ( ) ( ) ( T t t t I B B X Z      (2.27)

 

 

    (T) t t I a B B   (2.28) Berdasarkan model yang telah didefinisikan diketahui perbedaan dari additive outliers dan innovational outliers. Additive outlier hanya mempengaruhi observasi ke T, ZT sedangkan innovational

outliers mempengaruhi semua observasi ZT, , ZT+1,..., diluar waktu T, melalu sistem yang dijelaskan oleh

   

B / B .Model umum outlier dengan k outlier disajikan sebagai berikut.

   k j t T t j j t v B I X Z 1 ) ( ) (  (2.29) dimana XT

   

B / B

at,

V

j

 

B

1

untuk AO dan

     

B

B

B

V

j

/

pada waktu t=Tj.

2.6 Beras

Beras adalah bagian bulir padi (gabah) yang telah dipisah dari sekam. Sekam (Jawa merang) secara anatomi disebut 'palea' (bagian yang ditutupi) dan 'lemma' (bagian yang menutupi). Pada salah satu tahap pemrosesan hasil panen padi, gabah ditumbuk dengan lesung atau digiling sehingga bagian luarnya (kulit gabah) terlepas dari isinya. Bagian isi inilah, yang berwarna putih, kemerahan, ungu, atau bahkan hitam, yang disebut beras. Beras

(35)

15

umumnya tumbuh sebagai tanaman tahunan. Tanaman padi dapat tumbuh hingga setinggi 1-1,8 m. Daunnya panjang dan ramping dengan panjang 50-100 cm dan lebar 2-2,5 cm. Beras yang dapat dimakan berukuran panjang 5-12 mm dan tebal 2-3 mm (Kuswardani, 2013).

Beras sebagai menu pokok harian yang selalu dikonsumsi oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia ini memiliki kandungan pati yang cukup besar dibandingkan dengan sereal. Selain itu, dalam beras juga mengandung vitamin, protein, mineral, dan air. Beras yang mengandung karbohidrat sangat dibutuhkan untuk seseorang yang memiliki banyak aktivitas karena karbohidrat berguna sebagai pemasok energi untuk tubuh (Ramadhanny, 2015)

2.7 Badan Urusan Logistik (BULOG)

BULOG adalah perusahaan umum milik negara yang berge-rak di bidang logistik pangan. Ruang lingkup bisnis perusahaan meliputi usaha logistic/pergudangan, survei dan pemberantasan hama, penyediaan karung plastik, usaha angkutan, perdagangan komoditi pangan dan usaha eceran.

BULOG merupakan perusahaan yang mengemban tugas pub-lik dari pemerintah. BULOG melakukan kegiatan-kegiatan seperti menjaga harga dasar pembelian untuk gabah, stabilisasi harga khu-susnya harga pokok, menyalurkan beras untuk orang miskin (Raskin) dan pengelolaan stok pangan (BULOG, 2012).

2.8 Pengadaan Beras di BULOG

Pengertian pengadaan adalah kegiatan yang bertujuan untuk menghadirkan barang atau jasa yang dibutuhkan oleh suatu instansi atau perusahaan (Huda, 2015). Sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 7 tahun 2009 tentang Kebijakan Perberasan, tugas publik BULOG pertama adalah melakukan pembelian gabah dan beras dalam negeri pada Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Tugas pengamanan HPP (sebelumnya menggunakan Harga Dasar) terus dilakukan sejak BULOG berdiri tahun 1967 sampai dengan saat ini

(36)

BULOG menjadi seuah Perusahaan Umum. Pembelian gabah dan beras dalam negeri yang disebut sebagai PENGADAAN DALAM NEGERI merupakan satu bukti keberpihakan Pemerintah (Perum BULOG) pada petani produsen melalui jaminan harga dan jaminan pasar atas hasil produksinya (BULOG, 2012).

Pengadaan Gabah dan Beras Dalam Negeri berawal dari produksi petani. Dengan adanya Harga Pembelian Pemerintah (HPP), petani menjadi aman dalam melaksanakan usaha tani padinya. Pengadaan dalam negeri menjadi jaminan harga dan sekaligus jaminan pasar atas hasil produksinya. Dengan “semangat” berproduksinya, produksi padi akan meningkat dan ketersediaan pangan (beras) dalam negeri akan mencukupi. Salah satu pilar ketahanan pangan yaitu ketersediaan (availability) dapat tercapai (BULOG, 2012).

Dari sisi operasional BULOG, terdapat tiga saluran dalam penyerapan produksi petani yaitu Satgas, Unit Pengolahan Gabah dan Beras (UPGB) dan Mitra Kerja. Ketiga saluran tersebut membali gabah langsung pada petani dengan patokan HPP. Umumnya gabah yang dibeli adalah gabah pada kualitas apa adanya (di luar kualitas yang ada dalam Inpres). Sedangkan gabah yang diterima BULOG adalah Gabah Kering Giling (GKG) yaitu gabah dengan kualitas kadar air maksimum 14% dan kadar hampa kotoran maksimum 3%. Kualitas ini cukup tahan disimpan dalam waktu tertentu dan siap digiling untuk menghasilkan beras standar pada saatnya. Dalam Inpres Nomor 7 Tahun 2009, harga GKG di tingkat penggilingan adalah Rp.3.300/kg dan di gudang BULOG Rp.3.345/kg (BULOG, 2012).

2.9 Persediaan Beras di BULOG

Persediaan adalah sejumlah sumber daya yang diperlukan oleh perusahaan baik barang mentah, barang setengah jadi maupun barang jadi yang siap digunakan oleh perusahaan dalam memenuhi kebutuhan pasar yang disimpan dan dirawat oleh perusahaan sebelum barang sampai kepada konsumen (Wijayanti dkk, 2011).

(37)

17

Persediaan mengandung arti sejumlah barang yang tersimpan dalam gudang-gudang yang dikuasai Perum Bulog dan yang berada di atas alat angkutan darat, air atau laut yang sedang dimuat bongkar maupun dalam perjalanan, yang disebabkan karena adanya pergeseran atau perpindahan (muatan) antar daerah maupun antar pulau berdasarkan ketentuan Perum Bulog. Persediaan yang digunakan adalah persediaan operasional (Manual Biro Penyaluran edisi ke IV Bulog dalam Wijayanti dkk, 2011).

(38)
(39)

19

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari Perum BULOG Divre Jatim berupa data pengadaan beras dan data persediaan beras. Data pengadaan beras yang digunakan adalah data pengadaan beras periode bulanan selama 8 tahun yaitu mulai Januari 2008 sampai Desember 2015, sehingga jumlah yang digunakan sebanyak 96 data. Data akan dibagi menjadi data in sample yang berjumlah 84 data dan data out sample yang berjumlah 12 data. Data persediaan beras yang digunakan adalah data persediaan beras periode bulanan selama 14 Tahun yaitu mulai bulan Januari 2002 sampai bulan Desember 2015, sehingga jumlah data yang digunakan sebanyak 168 data. Data akan dibagi menjadi data in sample yang berjumlah 156 data dan data out sample yang berjumlah 12 data.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan untuk meramalkan jumlah pengadaan beras dan jumlah persediaan beras di Perum BULOG Divre Jatim adalah metode ARIMA Box-Jenkins.

3.3 Langkah Analisis

Langkah penelitian terhadap data jumlah pengadaan beras dan jumlah persediaan beras di Perum BULOG Drive Jatim menggunakan model ARIMA Box-Jenkins adalah sebagai berikut. 1. Mengidentifikasi karakteristik data pengadaan beras dan

persediaan beras

2. Membuat time series plot dan ACF data in sample pada data pengadaan beras dan persediaan beras untuk mengetahui pola dari data

3. Mengidentifikasi apakah data telah stationer dalam mean dan

varians. Stasioner dalam varians dilihat dari nilai Rounded value pada Box-cox, jika rounded value sama dengan 1 maka

(40)

data dikatakan stasioner dalam varians dan jika tidak stationer dalam varians, maka perlu dilakukan transformasi. Stasioner dalam mean diidentifikasi dengan uji Dickey- Fuller, jika data tidak stationer dalam mean maka dilakukan diferencing. 4. Melakukan identifikasi model menggunakan plot ACF dan

PACF serta menetapkan model sementara berdasarkan plot ACF dan PACF.

5. Melakukan estimasi parameter dan melakukan pengujian signifikansi parameter.

6. Melakukan pemeriksaan residual yaitu menguji apakah resid-ual telah white noise dan berdistribusi normal. Uji White Noise menggunakan uji Ljung Box sedangkan Uji residual berdistribusi normal menggunakan Kolmogorov Smirnov. 7. Melakukan peramalan dari data in sample pengadaan beras

dan persediaan beras 12 bulan kedepan

8. Memilih model terbaik dengan membandingkan nilai AIC dan SBC untuk data in sample dan nilai RMSE, MAE dan sMAPE untuk data out sample dari masing-masing model.

9. Melakukan peramalan data pengadaan beras dan data persediaan beras 12 bulan kedepan yaitu mulai Januari 2016 sampai Desember 2016 menggunakan model terbaik yang terpilih.

3.4 Diagram Alir

Langkah analisis digambarkan dalam diagram alir penelitian. Adapun gambar diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1 sebagai berikut.

Gambar 3.1 Daigram Alir Penelitian

Mulai

Data

A

(41)

21

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian (Lanjutan) Tidak Ya Tidak Tidak Ya Ya Pemeriksaan Kestasioneran

Stasioner dalam varian menggunakan Box-cox, jika tidak stasioner dalam varians dilakukan trans-formasi. Stasioner dalam

mean menggunakan Uji

Dickey-Fuller, jika tidak stasioner dalam mean dilakukan differencing

Apakah data Stasioner?

Identifikasi berdasarkan ACF dan PACF

Parameter Signifikan? Penetapan Model Sementara

Cek Residual Data

Residual White Noise?

A

Pemilihan Model Terbaik

Peramalan 12 bulan kedepan

Kesimpulan

(42)
(43)

23

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dilakukan analisis mengenai data jumlah pengadaan dan persediaan beras di Perum Bulog Divre Jatim. Analisis yang dilakukan meliputi penyajian karakteristik data, pemodelan jumlah pengadaan dan persediaan beras serta peramalan jumlah pengadaan dan persediaan beras menggunakan metode ARIMA Box-Jenskins.

4.1 Karakteristik Jumlah Pengadaan dan Persediaan Beras Karakteristik data jumlah pengadaan dan persediaan beras yang akan dilakukan meliputi nilai rata-rata, jumlah maksimum, jumlah minimum dan standart deviasi dari data. Selain itu akan dilakukan analisis karakteristik menggunakan box-plot untuk mengetahui persebaran data per bulan. Karakteristik data jumlah pengadaan dan persediaan beras disajikan dalam Tabel 4.1 sebagai berikut.

Tabel 4.1 Karakteristik Data Jumlah Pengadaan dan Persediaan Beras

Variabel N Rata-rata Maksimum Stadev

Pengadaan Beras 96 69033 296401 72159

Persediaan Beras 168 402099 883636 198874 Tabel 4.1 menunjukkan bahwa rata-rata jumlah pengadaan beras selama 96 bulan mulai Januari 2008 sampai Desember 2015 sebesar 69.033 ton per bulan. Pengadaan beras tertinggi sebesar 296.401 ton terdapat pada bulan April tahun 2009 dengan simpangan baku sebesar 72159. Rata-rata jumlah persediaan beras selama 168 bulan mulai Januari 2002 sampai Desember 2015 sebesar 402.099 ton per bulan, dengan jumlah persediaan beras tertinggi terdapat pada bulan Juni 2016 sebesar 883.636 ton dan simpangan baku sebesar 198874.

Selain karakteristik data diatas, akan dilakukan analisis pada karakteristik lain yaitu box-plot. Box-plot digunakan untuk mengetahui pemusatan data jumlah pengadaan dan persediaan

(44)

barang yang meliputi nilai quartil, minimum dan maksimum, serta melihat ada tidaknya data yang outlier atau data yang jauh berbeda dengan data yang lain. Grafik box-plot jumlah pengadaan beras disajikan dalam Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Box-plot Jumlah Pengadaan Beras

Gambar 4.1 menunjukkan bahwa jumlah pengadaan beras pada bulan Januari memiliki jumlah terendah. Diketahui bahwa jumlah pengadaan beras terbesar terdapat pada bulan April yaitu sebesar 296401 ton. Hampir 25% pengadaan beras pada bulan april lebih tinggi dari pengadaan beras dibulan lain. Terdapat beberapa bulan yang dikategorikan sebagai outlier, diantaranya adalah jumlah pengadaan beras bulan Januari tahun 2009, Februari 2009, Agustus 2015 dan Desember 2011 yang merupakan jumlah pengadaan beras terbesar pada setiap bulannya yaitu berturut-turut sebesar 32.491 ton, 51.370 ton, 130.955 ton dan 97.225 ton serta jumlah pengadaan beras bulan Mei dan Juni tahun 2011 yang merupakan jumlah pengadaan beras terkecil disetiap bulannya yaitu sebesar 25.043 ton dan 7.228 ton. Selanjutnya penyajian box-plot pada jumlah persediaan beras. Grafik box-plot jumlah persediaan beras disajikan dalam Gambar 4.2. Des Nop Okt Sep Agt Jul Jun Mei Aprl Mar Feb Jan 300000 250000 200000 150000 100000 50000 0 Bulan Y (t ) 97225 130955 7228 25043 51370 32491

(45)

25

Gambar 4.2 Box-plot Jumlah Persediaan Beras

Gambar 4.2 menunjukkan bahwa jumlah persediaan beras tertinggi terdapat pada bulan Juni dan terendah terdapat pada bulan Agustus. Keragaman jumlah persediaan beras tertinggi terdapat pada bulan Agustus dimana dapat dilihat dari range yang terpanjang dibandingkan bulan lain.

4.2 Pemodelan Jumlah Pengadaan Beras

Pemodelan jumlah pengadaan beras digunakan untuk menentukan model yang terbaik. Model terbaik akan digunakan untuk melakukan peramalan 12 bulan kedepan. Pada analisis ini, semua data terlebih dahulu dibagi menjadi data in sample dan data out sample. Data in sample digunakan untuk meramalkan data out sample. Peramalan data out sample untuk memilih model terbaik dengan membandingkan hasil ramalan data out sample dengan data aktual out sample. Berikut tahapan pemodelan menggunakan ARIMA Box-Jenkins.

4.2.1 Identifikasi Model Jumlah Pengadaan Beras

Tahap identifikasi model jumlah pengadaan beras digunakan untuk mengetahui apakah data jumlah pengadaan beras telah stasioner atau belum. Stasioneritas data dibagi menjadi

Des Nop Okt Sep Agt Jul Jun Mei Aprl Mar Feb Jan 900000 800000 700000 600000 500000 400000 300000 200000 100000 0 Bulan Y (t )

(46)

stasioner dalam varians dan stasioner dalam mean. Pemeriksaan stasioner dalam varians dapat dilakukan menggunakan Box-Cox

Transformation. Pemeriksaan stasioner dalam mean dilakukan

menggunakan plot ACF dan menggunakan uji Dickey-Fuller. Sebelum melakukan pemeriksaan stasioner dalam varians, terlebih dahulu dilihat time series plot dari data jumlah pengadaan beras untuk mengetahui pola dan karakterisik dari data. Time

series plot data in sample jumlah pengadaan beras disajikan

dalam Gambar 4.3 sebagai berikut.

Gambar 4.3 Time series Plot Jumlah Pengadaan Beras

Gambar 4.3 menunjukkan bahwa data jumlah pengadaan beras mulai bulan Januari tahun 2008 sampai bulan Desember tahun 2014 mengalami fluktuasi yang tinggi dan cenderung membentuk pola musiman tertentu. Secara visual dapat dikatakan bahwa data tidak stasioner dalam varians dan mean. Selanjutnya dilakukan identifikasi kestasioneran dalam varians menggunakan

Box-Cox. Indentifikasi menggunakan Box-Cox dilihat dari nilai Rounded Value. Data dikatakan stasioner dalam varians saat rounded value sama dengan 1 atau selang interval dari data

jumlah pengadaan beras melewati angka 1. Grafik Box-Cox

Transformation disajikan dalam Gambar 4.4.

Year Month 2014 2013 2012 2011 2010 2009 2008 Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan 300000 250000 200000 150000 100000 50000 0 Y (t )_ B a ru

(47)

27

Gambar 4.4 Box-Cox Jumlah Pengadaan Beras

Gambar 4.4 menunjukkan bahwa nilai rounded value yang diperoleh dari pemeriksaan box-plot data jumlah pengadaan beras adalah sebesar 0,28 dengan batas bawah dan batas atas berturut-turut sebesar 0,18 dan 0,40. Berdasarkan nilai rounded

value sebesar 0,28 dan selang interval yang tidak melewati nilai

1, maka dapat diidentifikasikan bahwa data jumlah pengadaan beras tidak stasioner dalam varians. Jika data tidak stasioner dalam varians dilakukan transformasi untuk menstasionerkan data dalam varians. Pada tugas akhir ini tidak dilakukan transformasi pada data jumlah pengadaan beras, karena nilai rounded value yang diperoleh tidak umum digunakan dan dikhawatirkan akan menghilangkan informasi yang ada pada data jumlah pengadaan beras. Selanjutnya dilanjutkan pemeriksaan stasioner dalam mean pada data jumlah pengadaan beras. Pemeriksan stasioner dalam varians dilakukan secara visual dan pengujian. Secara visual pemeriksaan stasioner dalam varians dilakukan menggunakan Plot ACF dan dilakukan pengujian Dickey-Fuller untuk memperoleh hasil yang lebih akurat. Plot ACF data pengadaan beras untuk melakukan pemeriksaan secara visual kestasioneran data disajikan pada Gambar 4.5.

3.0 2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 0.0 600000 500000 400000 300000 200000 100000 0 Lambda S tD e v Lower CL Upper CL Limit Estimate 0.28 Lower CL 0.18 Upper CL 0.40 Rounded Value 0.28 (using 95.0% confidence) Lambda

(48)

Gambar 4.5 Plot ACF Jumlah Pengadaan Beras

Berdasarkan Gambar 4.5 diatas dapat diketahui bahwa secara visual data belum stasioner dalam mean, karena dilihat dari plot ACF yang turun cepat setelah lag 1, 11, 12 dan 13. Analisis secara visual, menghasilkan kesimpulan yang tidak pasti oleh karena itu dilakukan uji Dickey-Fuller. Pengujian Dickey-Fuller data jumlah pengadaan beras diperoleh persamaan sebagai berikut. t t t Z Z

1 t t t Z Z  

 0,16014 1 Dengan pengujian sebagai berikut.

H0: data tidak stasioner dalam mean (δ = 0)

H1: data telah stasioner dalam mean (δ ≠ 0)

Taraf Signifikan: α = 0,05

Daerah Penolakan: Tolak H0 jika P-value < α

Tabel 4.2 Uji Dickey-Fuller Jumlah Pengadaan Beras

Data Estimasi S.E t-value p-value

Pengadaan Beras -0,16014 0,06031 -2,66 0,0095 80 70 60 50 40 30 20 10 1 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 -0.2 -0.4 -0.6 -0.8 -1.0 Lag A u to co rr e la ti o n

(49)

29

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa nilai P-value yang diperoleh sebesar 0,0095 sehingga diputuskan tolak H0, karena nilai P-value

kurang dari nilai α yaitu sebesar 0,0095 < 0,05. Artinya data jumlah pengadaan beras telah stasioner dalam mean.

Selanjutnya dilakukan identifikasi orde ARIMA yang dilihat dari lag-lag pada Plot ACF dan PACF. Plot PACF data jumlah pengadaan beras disajikan dalam Gambar 4.6.

Gambar 4.6 Plot PACF Jumlah Pengadaan Beras

Gambar 4.5 merupakan Plot ACF jumlah pengadaan beras yang menunjukkan bahwa terdapat beberapa lag yang keluar dari batas antara lain lag 1, lag 11, lag 12 dan lag 13. Gambar 4.6 menunjukkan Plot PACF dengan beberapa lag keluar dari batas yaitu lag 1, lag 2, Lag 11 dan lag 13. Berdasarkan lag-lag yang keluar dari Plot ACF dan PACF data jumlah pengadaan beras diperoleh model dugaan, model-model ARIMA tersebut adalah ARIMA (1,0,1)(1,0,0)12, ARIMA (1,0,1) (0,0,1)12 dan

ARIMA (1,0,1)(1,0,1)12. 80 70 60 50 40 30 20 10 1 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 -0.2 -0.4 -0.6 -0.8 -1.0 Lag P a rt ia l A u to co rr e la ti o n

(50)

4.2.2 Estimasi Parameter Jumlah Pengadaan Beras

Setelah melakukan identifikasi orde ARIMA, selanjutnya dilakukan estimasi parameter data jumlah pengadaan beras. Estimasi parameter dilakukan untuk mengetahui apakah model dugaan telah signifikan atau tidak. Hasil estimasi parameter dugaan model ARIMA disajikan dalam Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Uji Signifikansi Parameter Model ARIMA Jumlah Pengadaan Beras

Model ARIMA Parameter Estimasi T-value P-value

(1,0,1)(1,0,0)12 0  48326,5 2,20 0,0306 1  0,53716 4,50 <0,0001 1  -0,47285 -3,84 0,0002 12  0,61274 6,29 <0,0001 (1,0,1)(0,0,1)12 0  55505,3 3,18 0,0021 1  0,50300 4,18 <0,0001 1  -0,53271 -4,54 <0,0001 12  -0,45092 -4,21 <0,0001 (1,0,1)(1,0,1)12 0  55111,3 2,37 0,0200 1  0,55188 4,56 <0,0001 1  -0,43021 -3,35 0,0013 12  1,00000 9,97 <0,0001 12  0,61767 3,70 0,0004

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari ketiga model dugaan yang diperoleh dari identifikasi lag-lag pada Plot ACF dan Plot PACF Jumlah Pengadaan Beras, semua model dugaan telah signifikan karena nilai p-value dari setiap parameter pada ketiga model kurang dari 0,05. Model-model yang telah signifikan adalah ARIMA (1,0,1) (1,0,0)12, ARIMA (1,0,1)(0,0,1)12 dan

(51)

31

4.2.3 Pemeriksaan Residual Jumlah Pengadaan Beras

Pemeriksaan residual dilakukan setelah parameter dalam model telah signifikan. Setelah sebelumnya dilakukan uji signifikansi model, selanjutnya dilakukan pemeriksaan residual pada model yan telah signifikan. Terdapat dua pemeriksaan residual jumlah pengadaan beras yaitu residual white noise dan residual berdistribusi normal. Hasil pengujian residual white noise dan residual berdistribusi normal jumlah pengadaan beras disajikan pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Pengujian Residual White noise Jumlah Pengadaan Beras

Model ARIMA Residual White noise Kesimpulan Lag P-value (1,0,1)(1,0,0)12 6 0,2385 White Noise 12 0,7995 18 0,8904 24 0,9486 (1,0,1)(0,0,1)12 6 0,1109 White Noise 12 0,2635 18 0,2781 24 0,0857 (1,0,1)(1,0,1)12 6 0,2119 White Noise 12 0,7485 18 0,9343 24 0,8295

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa tiga model ARIMA yang parameternya signifikan memenuhi asumsi residual white noise. Model ARIMA jumlah pengadaan beras tersebut adalah ARIMA (1,0,1)(1,0,0)12, ARIMA (1,0,1) (0,0,1)12 dan ARIMA

(1,0,1)(1,0,1)12 Setelah dilakukan pemeriksaan pada residual

white noise, selanjutnya dilakukan pemeriksaan residual

berdistribusi normal pada model yang telah white noise. Hasil pengujian residual berdistribusi normal adalah sebagai berikut. H0: Residual berdistribusi normal

(52)

Taraf Signifikan: α=0,05 Daerah Penolakan: Tolak H0 jika P-value < α

Tabel 4.5 Pengujian Residual Berdistribusi Normal Jumlah Pengadaan Beras

Model ARIMA

Residual Berdistribusi

Normal Kesimpulan

KS P-value

(1,0,1)(1,0,0)12 0,144859 <0,0100 Tidak Berdistribusi Normal (1,0,1)(0,0,1)12 0,176111 <0,0100 Tidak Berdistribusi Normal (1,0,1])(1,0,1)12 0,113738 <0,0100 Tidak Berdistribusi Normal

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa pada ketiga model ARIMA yang telah signifikan dan memenuhi asumsi pengujian residual

white noise tidak memenuhi asumsi residual berdistribusi normal.

Hai itu ditunjukkan dari nilai P-value yang diperoleh ketiga model kurang dari α (0,05), sehingga ketiga model dikatakan tidak memenuhi asumsi distribusi normal. Selanjutnya dilakukan deteksi outlier pada ketiga model yaitu ARIMA (1,0,1)(1,0,0)12,

ARIMA (1,0,1) (0,0,1)12 dan ARIMA (1,0,1)(1,0,1)12

Deteksi outlier pada penelitian kali ini menggunakan taraf signifikan sebesar 0,05 dengan maksimum pendeteksian outlier sebesar 20. Hasil dari deteksi outlier adalah sebagai berikut. Tabel 4.6 Uji Signifikansi Parameter ARIMA (1,0,1)(1,0,0)12Jumlah Pengadaan

Beras dengan Deteksi Outlier

Parameter Estimasi T-value P-value Tipe Outlier

0  69966,6 3,18 0,0021 - 1  0,60029 5,45 <0,0001 - 1  -0,61347 -5,69 <0,0001 - 12  0,73479 7,98 <0,0001 - 48  59813,2 4,20 <0,0001 Additive 15  65917,9 4,01 0,0001 Additive 17  -60805,1 -2,59 0,0115 Level Shift 12  -48205,9 -2,97 0,0040 Additive

Gambar

Tabel 2.1  Transformasi Box-Cox .......................................... 7  Tabel 2.2  Kriteria Teoritis Model ARIMA ..........................
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian (Lanjutan) Tidak Ya Tidak Tidak Ya Ya Pemeriksaan Kestasioneran
Tabel 4.1 Karakteristik Data Jumlah Pengadaan dan Persediaan Beras  Variabel  N  Rata-rata  Maksimum  Stadev
Gambar 4.1 Box-plot Jumlah Pengadaan Beras
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yuridis dan empiris, data diperoleh dari hakim dan pegawai di

students’ thoughts is important sin ce it is basic thing that the students must have in writing any kinds of text especially

Keputusan Rapat Komisaris harus diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat, bila musyawarah mufakat tidak tercapai dilakukan pemungutan suara dengan

We observed, that in the European mink Mustela lutreola , the duration of the oestrus period is 1–10 days, wherein oestrus in unmated females may recur two to three times during

4 Ruang Kelas MTsN Caruban Kab. Lutfi Bangun Persada 2 CV. Jati Agung Arsitama 3 CV. Harga Penawaran Perusahaan yang dievaluasi :. No. Hasil Koreksi Aritmatik terhadap

Masukan dari User Keluaran yang diharapkan Keluaran yang dihasilkan Kesimpulan Memilih menu Lemburan, Input.

di Honduras mendapatkan bahwa bayi yang mendapat ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan mempunyai fungsi lokomotor lebih baik, terlihat bahwa lebih cepat merangkak dan

Berdasarkan nilai R 2 pada tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi dapat digunakan untuk melihat pengaruh variabel Gender, Penghargaan