• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hal-hal yang menjadi dasar pada penelitian berupa latar belakang rumusan masalah, tujuan dan sasaran penelitian,manfaat penelitian dan ruang lingkup penelitan dalam Kesiapan Stasiun Tanjung Karang dalam pengembangan konsep TOD.

1.1 Latar Belakang

Perkotaan merupakan suatu kawasan yang paling dinamis dan merupakan sebuah denyut nadi dalam perkembangan suatu wilayah dan memiliki kecenderungan untuk menjadi maju dan besar dengan dukungan wilayah sekitarnya. Menurut UU Penataan ruang No.26 tahun 2007, kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Dengan banyaknya kegiatan yang ada di perkotaan menimbulkan berbagai permasalahan terutama dalam bidang trasnportasi dan lingkungan. Permasalahan transportasi yang sering muncul di perkotaan adalah kepadatan kendaraan yang menimbulkan kemacetan. Meningkatnya jumlah pemakaian kendaraan pribadi dan kapasitas jalan yang tetap, sehingga menyebabkan penumpukkan kendaraan di jalan dan menimbulkan macet. Kemacetan saat ini sudah menjadi permasalahan yang ada di setiap kota di Indonesia, kemacetan dapat memberikan dampak bagi sosial, lingkungan, hingga ekonomi perkotaan. Permasalahan kemacetan tersebut dapat dikurangi dengan cara mengalihkan orientasi penggunaan kendaraan pribadi ke angkutan massal berbasis transit. Namun juga harus didukung dengan pengembangan urban form yang kompak disekitar titik pergantian moda. Pengembangan kawasan yang berorinteasi pada titik transit agar meningkatkan demand angkutan massal berbasis transit tersebut sering dikenal dengan Transit Oriented Development.

Konsep TOD mulai berkembang sejak awal abad ke-20 dengan ciri utama sebagai pembangunan kawasan yang mempunyai struktur berpusat pada fasilitas transit (angkutan umum massal) dengan melakukan pembangunan beragam fungsi guna lahan di dekat stasiun sistem transit baik berupa kereta

(2)

api maupun Bus Rapid Transit (BRT). Konsep ini pada pertengahan 1990-an di rekonstruksi menjadi sebuah teori perencanaan urban oleh Peter Calthrope melalui konsep Urban Smart Growth. Transit Oriented Development (TOD) merupakan sebuah konsep sederhana yang menicptakan simpul yang compact dengan digabungkan dengan pedestrian yang ramah dan nyaman dari stasiun transit yang memprioritaskan berjalan dan bersepeda sebagai moda utama transportasi untuk mobiltias dan mencegah penggunaan kendaraan pribadi. Manfaat konsep pembangunan berbasis TOD menurut Insitut Of Town Planner India dalam buku TOD implikasi dan pertimbangan (2016) bahwa adalah strategi untuk mencegah terjadinya urban sprawl yang terjadi di kota – kota besar serta frekuensi dan kegunaan infrastruktur TOD untuk membuat hubungan pejalan kaki antara transit dan lokasi yang ada disekitar menampilkan perpaduan antara kegunaan dan kepadatan. Secara sederhana, TOD memiliki tiga konsep ‘D’ yaitu density diversity (contoh :kegiatan campuran, kelompok usia ,dan pendapatan) dan design (skala pejalan kaki dan orientasi). Masing – masing dimensi diperlukan untuk membangun keberhasilan dalam pembangunan yang ada di lahan campuran dimana kepadatan merupakan salah satu kriteria yang sangat penting. Selain itu, terdapat kunci komponen agar penerapan konsep TOD dapat berhasil dan berjalan antara lain: pembangunan yang compact, terintegrasinya Non-motorized Transportation (NMT) di lokasi tersebut serta kebijakan terkait lokasi transit yang ditetapkan sebagai pendukung dari konsep TOD. Selain itu, terdapat prinsip TOD yang perlu ada dalam penetapan TOD tersebut yaitu : (1) Terletak di lokasi mix used. (2) Tersedianya stasiun transit multimodal seperti BRT, bus dan lain lain. (3)Compact development merupakan skala TOD mendekati skala pejalan kaki. Keberadaan lingkungan ini didasarkan pada jarak berjalan kaki yang nyaman. (4) Jalan yang saling menghubungkan dengan pusat kegiatan lain. (5) Tersedianya pedestrian pejalan kaki yang nyaman. (6) Tersedianya ruang terbuka dan plaza. (7) Terdapat tempat parkir untuk pesepeda dan. (8) Mengedepankan keselamatan dan keamanan dalam hal pedestrian . Untuk mendukung penerapan konsep TOD membutuhkan simpul transit sebagai pusat dari pengembangan konsep tersebut, salah satu simpul transit adalah stasiun. Stasiun sebagai titik pusat, kemudian dikelilingi oleh lokasi-lokasi tujuan

(3)

beraktivitas, yaitu tempat bekerja, sarana perdagangan dan ruang terbuka publik. Pada lapisan terluar dari kawasan tersebut, menjadi area permukiman. Namun menurut Treausure Regional Planning Council (2012) bahwa salah pertimbangan utama dalam konsep TOD adalah karakter pejalan kaki di area stasiun TOD, akses berjalan dari dan/ke stasiun merupakan faktor utama. Fasilitas yang ada di stasiun TOD antara lain , fasilitas untuk pejalan kaki, jalur sepeda dan tempat parkir khusus peseda.

Selain beberapa fasilitas untuk mendukung konsep TOD, stasiun sebagai pusat simpul transit, stasiun merupakan sebagai salah satu sektor pelayanan publik dalam memberikan kegiatan pelayanan jasa perjalanan transportasi, menurut Undang – Undang nomor 25 tahun 2009 bahwa kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga Negara dan penduduk atas barang, jasa atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Sebagai salah satu penyedia jasa pelayanan transportasi, beberapa pelayanan publik yang di berikan oleh stasiun adalah pelayanan yang diberikan mudah dipahami, kemudahan akses untuk mencapai kegiatan atau lokasi di dalam stasiun atau sekitar, kedisplinan kesopanan dan keramaian petugas memberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah serta memberikan pelayanan dengan ikhlas. Serta kelengkapaan sarana dan prasarana yang ada di stasiun.

Beberapa stasiun yang telah ditetapkan sebagai TOD yang ada di dunia yaitu stasiun Kowloon Barat, stasiun Union dan stasiun Tampines. Stasiun – stasiun tersebut telah menerapkan perencanaan TOD dengan baik. Stasiun – stasiun tersebut menghubungkan beberapa pusat kegiatan yang ada disekitarnya seperti pusat perdagangan , perjalanan serta kegiatan budaya. Stasiun TOD tersebut memiliki rute perjalanan dekat dan jauh bahkan menghubungkan antar negara. Selain itu, stasiun –stasiun tersebut merupakan pusat kegiatan pergantian antar moda. Pergerakan mobilitas yang ada di stasiun – stasiun tersebut sangat mudah di jangkau dengan pusat kegiatan lainnya, dengan didukung fasilitas yang sesuai dengan ketentuan dari penerapan konsep TOD serta lebih banyak mengintegrasikan pejalan kaki daripada menggunakan kendaraan bermotor.

(4)

Selain itu, menurut Insitut Of Town Planner India (2016) stasiun yang telah menerapkan konsep TOD memiliki kuliatas pelayanan yang baik seperti kemudahan akses untuk mencapai suatu kegiatan lain, kelengkapan sarana dan prasarana untuk memudahkan pengguna agar dapat melakukan kegiatan seperti tersedianya pelayanan rute kereta api yang mudah dipahami dan menggunakan teknologi saat ini, fasilitas yang ada di dalam stasiun seperti ruang tunggu, tempat duduk, dan toilet. Fasilitas yang ada di stasiun tersebut bukan hanya dinikmati oleh penumpang yang biasa melanikan juga penumpang dengan berkebutuhan khusus. Serta pelayanan yang diberikan petugas stasiun dapat dipahami dengan baik dan kedisiplinan, kesopanan dan keramaian yakni memberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah.

.

Stasiun Tanjung Karang merupakan salah satu pusat kegiatan simpul angkutan umum masal dan simpul transit yang ada di kota Bandar Lamupung dan juga sabagai tempat pelayanan perjalanan rute kereta api yang menyediakan jasa kereta api penumpang maupun barang. Pelayanan rute perjalanan kereta api yang ada di stasiun Tanjung Karang bukan hanya antara kota melaikan antar provinsi. Dalam kedudukan kelas, stasiun Tanjung Karang merupakan stasiun besar tipe A. Lokasi stasiun Tanjung Karang juga berada di pusat kota dan terletak dikawasan tata guna lahan campuran. Seperti yang ada di RTRW tahun 2011-2030 kota Bandar Lampung. Penerapan pengembangan konsep TOD di kota Bandar Lampung di lakukan di stasiun Tanjung Karang karena telah ada dalam peraturan daerah kota Bandar Lampung yaitu di RTRW bahwa tujuan dalam menerapkan perencanaan konsep TOD adalah untuk mengembangkan pusat kegiatan terpadu yang ada di stasiun tersebut.

Penerapan konsep TOD membutuhkan simpul transit salah satunya yaitu stasiun. Stasiun Tanjung Karang telah ditetapkan sebagai stasiun TOD dalam rencana daerah. Selain mengkaji kriteria penerapan TOD yang telah ditetapkan di berbagai dunia, kawasan stasiun Tanjung Karang telah masuk dalam beberapa kriteria yang telah menjadi penerapan TOD. Namun dalam hal untuk mendukung agar penerepan TOD berjalan dengan lancar, stasiun Tanjung Karang sebagai pusat perpindahan dan pelayanan transportasi, kinerja

(5)

pelayanan yang ada di stasiun Tanjung Karang sebagai salah satu jasa pelayanan publik perlu dikaji agar dapat terintegrasi konsep TOD tersebut merupakan perencaanan yang berpusat pada pemanfaatan kawasan transit transportasi publik.

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan yang terjadi di perkotaan menjadi perhatian penting salah satunya transportasi. Penerapan konsep pengembangan TOD sendiri merupakan sebagai salah satu cara untuk menata kawasan perkotaan secara efesien dan menciptakan perpindahan antar moda transportasi yang memadai. Stasiun memiliki peran dalam melakukan pengembangan konsep TOD karena stasiun berfungsi sebagai simpul transit dalam konsep tersebut. Kriteria ideal stasiun terdapat dua yaitu dari sisi eksternal dan intenal. Untuk sisi eksternal yang dibutuhkan dalam penerapan konsep TOD yaitu Terletak di lokasi mix used. (2) Tersedianya stasiun transit multimodal seperti BRT, bus dan lain lain. (3)Compact development merupakan skala TOD mendekati skala pejalan kaki. Keberadaan lingkungan ini didasarkan pada jarak berjalan kaki yang nyaman. (4) Jalan yang saling menghubungkan dengan pusat kegiatan lain. (5) Tersedianya pedestrian pejalan kaki yang nyaman. (6) Tersedianya ruang terbuka dan plaza. (7) Terdapat tempat parkir untuk pesepeda dan. (8) Mengedepankan keselamatan dan keamanan dalam hal pedestrian. Sedangkan dari sisi internal yaitu kinerja pelayanan yang diberikan. Selain itu, pelayanan yang diberikan oleh stasiun dapat menjadi tambahan untuk mendukung konsep tersebut seperti ketersediaan fasilitas dan kinerja pelayanan untuk mendukung penerapan konsep TOD.

Berdasarkan uraian telah yang telah dijelaskan maka terdapat pertanyaan penelitan untuk diteliti lebih lanjut, yaitu “Bagaimana kinerja pelayanan Stasiun Tanjung Karang sebagai simpul transit dalam mendukung konsep pengembangan kawasan TOD "

1.3 Tujuan dan Sasaran Penelitan

Berdasarkan rumusan masalah yang ada di atas maka penelitan ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat pelayanan dan kinerja stasiun Tanjung

(6)

Karang sebagai kawasan transit dengan rencana pengembangan konsep TOD . Untuk mencapai tujuan tersebut adapun sasaran yang dicapai yaitu:

1. Mengidentifikasi ketersediaan fasilitas pelayanan Stasiun Tanjung Karang Berdasarakan Kelas Stasiun, Standar Pelayanan Minimum no 63 tahun 2019 dan Best Practice

2. Mengidentifikasi kinerja pelayanan Stasiun Tanjung Karang berdasarakan pengguna stasiun

3. Mengidentifikasi kesiapan Stasiun Tanjung Karang berdsarakan tingkat pelayanan dan kinerja sebagai simpul transit yang mendukung konsep pengembangan kawasan Transit Oriented Development

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitan yang dilakukan yaitu memberikan informasi tentang bagaimana upaya peningkatan kinerja pelayanan Stasiun Tanjung Karang dalam mendukung perencanaan pengembangan kawasan TOD. Selain itu sebagai acuan untuk meningkatkan fungsi stasiun tersebut agar dapat mendukung kawasan perkotaan yang lebih baik lagi. Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai masukan untuk pemerintah kota Bandarlampung dalam mengembangkan kawasan stasiun agar dapat berfungsi dengan maksimal.

1.4.1 Manfaat Penelitian Teoritis

Manfaat penelitian untuk Akademis yaitu memberikan pemahaman dan informasi tentang bagaimana kinerja pelayanan umum stasiun serta fasilitas yang tersedia untuk mendukung konsep pengembangan kawasan TOD.

1.4.2 Manfaaat Penelitian Praktis

Manfaat dari penelitian yang dilakukan yaitu memberikan informasi tentang factor yang mempengaruhi kinerja pelayanan stasiun Tanjung Karang dan fasilitas yang ada di stasiun sesuai dengan standar pelayanan minimum yang berlaku. Hal ini dapat menjadi pertimbangan pemerintah dalam mengembangkan dan mendukung staisun Tanjung Karang sebagai konsep pengembangan kawasan TOD.

(7)

1.5 Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam studi ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu ruang lingkup materi dan ruang lingkup wilayah. Ruang lingkup materi adalah penjelasan mengenai materi penelitan yang akan dibahas. Ruang lingkup wilayah yang berisi batasan wilayah studi yang ingin diteliti pada penelitan yang dilakukan.

1.5.1 Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi penelitian disini berfokus pada ketersediaan fasilitas dan kinerja pelayanan Stasiun Tanjung Karang berdasarakan tipe stasiun dalam mendukung perencanaan pengembangan kawasan TOD. Mengetahui standar pelayanan minimal Stasiun Tanjung Karang berdasarkan kelas stasiun.

1.5.2 Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah penelitan disini yaitu berlokasi di kota Bandarlampung di Enggal tepatnya di stasiun dan sekitar kawasan stasiun Tanjung Karang.

(8)

Sumber : Hasil Olahan Arcgis,2020

GAMBAR 1. 1 PETA LOKASI STUDI DAN WILAYAH STASIUN TANJUNG KARANG

1.6 Metodologi Penelitian

1.6.1 Pendekatan Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan deduktif. Menurut W. Gulo (2002) dalam buku berjudul Metodologi Penelitian menyatakan bahwa pendekatan deduktif adalah pendekatan yang ditarik dari teori-teori dengan proporsi tertentu dan kemudian dilakukan pengamatan secara empiris dilapangan. Dalam buku metode penelitian kuantitatif, Sugiyono (2012) mengatakan bahwa metode penelitian kuantitatif merupakan metode penelitian yang berdasarkan pada aliran filsafat positivisme dan digunakan untuk meneliti populasi atau sampel. Metode kuantitatif ini merupakan salah satu jenis penelitian yang sistematis, terencana, serta terstruktur dengan jelas. Data yang diperoleh dalam metode ini yaitu angka-angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran data hingga

(9)

menampilkan isinya. Metode kuantitatif yang digunakan pada penelitan ini untuk mengetahui ketersediaan fasilitas dan kinerja stasiun berdasarkan status yang telah ditetapkan untuk dijadikan sebagai simpul transit dalam konsep pengembangan TOD.

1.6.2 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan suatu metode, cara, atau tahapan secara ilmiah yang digunakan dalam penelitian untuk memenuhi kebutuhan data yang dibutuhkan dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2018). Dalam metode pengumpulan data ini mempertimbangkan dua hal utama untuk memperoleh kualitas data yang baik yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data.

Metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan dua cara, yaitu pngumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder. Pengumpulan data primer melalui observasi lapangan dan penyebaaran kusioner online melalui google drive kepada pengunjung yang menggunakan fasilitas stasiun Tanjung Karang yang diberikan. Sedangkan pengumpulan data sekunder dilakukan melaluli studi literatur dan dan survey instansi terkait dalam penelitian ini.

1. Pengumpulan Data Primer

Menurut Asmaul Husna dan Budi Suryana(2017) bahwa data primer merupakan penjelasan langsung dari seseorang peneliti mengenai kegiatan penelitian yang telah dilakukan. Metode ini bertujuan untuk verifikasi pengamatan secara langsung, dan perolehan informasi tambahan. Bentuk dari data primer pada penetilian ini berupa observasi/pengamatan, dan kuisioner.

1. Observasi merupakan suatu cara mengadakan penilaian dengan jalan mengadakan pengamatan secara langsung dan sistematis. Data-data yang diperoleh dalam observasi itu dicatat dalam suatu catatan observasi. Kegiatan pencatatan dalam hal ini adalah merupakan bagian daripada kegiatan pengamatan (Nurkancana & Sumartana, 1989 dalam Taniredja & Mustafidah, 2011). Observasi atau pengamatan langsung dilapangan untuk melihat langsung kondisi fisik eksisting serta sarana dan prasarana stasiun

(10)

Tanjung Karang sehingga mendapat gambaran secara visual baik dengan media foto maupun gambar

2. Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2018). Metode ini bertujuan untuk verifikasi secara langsung dan mendapatkan informasi penting tentang kinerja pelayanan dan fasilitas yang ada di stasiun Tanjung Karang. Dalam menggunakan teknik pengumpulan data ini, kuesioner harus disusun secara jelas agar responden mampu memberikan informasi dari topik penelitian. Untuk pengmumpulan data kuisioner melalui kuisioner online melalui google drive kepada responden yang menggunakan fasilitas pelayanan stasiun, kemudian dianalisis untuk mengetahui kepuasan responden terhadap fasilitas pelayanan stasiun yang diberikan

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data diperoleh dari sumber sekunder. Sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen (Sugiyono, 2018). Data sekunder dalam penelitian ini digunakan sebagai data tambahan dan data pendukung untuk penelitian. Data sekunder ini merupakan data-data yang telah tersedia dan diperoleh dengan cara membaca ataupun melihat dan mendengarkan (Sarwo, 2006). Metode yang digunakan dalam memperoleh data sekunder yaitu survey instansi dan kajian literatur/dokumen.

.

1. Kajian Literatur/Dokumen

Kajian literatur dilakukan dengan cara mengumpulkan berbagai teori yang berkaitan dengan kualitas pelayanan yang berada di stasiun dan penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan di lokasi tersebut.

(11)

Tabel I. 1 Kebutuhan Data

No Sasaran Data Tahun Jenis

Data Teknik Pengumpulan Data Sumber Data 1. Teridentifikasi Fasilitas Fasilitas pelayanan yang tersedia di stasiun 2019 Primer dan Sekunder Observasi dan Studi literatur Kementrian Perhubungan, Stasiun Tanjung Karang Jumlah penumpang yang menggunakan kereta api per

bulan 2019 Sekunder Survey Instansi PT KAI Divisi Regional IV Tanjung Karang 2. Kinerja Pelayanan stasiun Tanjung Karang berdasarkan pengguna

Bukti fisik 2020 Primer Kuisioner Masyarakat sebagai pengguna

stasiun Kehandalan 2020 Primer Kuisioner Masyarakat

sebagai pengguna

stasiun Tanggap 2020 Primer Kuisioner Masyarakat

sebagai pengguna

stasiun Empati 2020 Primer Kuisioner Masyarakat

sebagai pengguna

stasiun Peduli 2020 Primer Kuisioner Masyarakat

sebagai pengguna

stasiun

Sumber : Peneliti, 2020

1.6.3 Metode Pengambilan Data

Sugiyono (2011), mengemukakan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sedangkan menurut Arikunto (2013), sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Pada penelitian ini, peneliti menghadapi kasus dimana jumlah populasi yang ada sangat banyak dan sulit diketahui atau tidak diketahui jumlah sampelnya. Sehingga peneliti memilih metode pengambilan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode non probability sampling. Menurut Sugiyono(2011:66), metode non probability sampling yaitu teknik yang tidak memberi peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.

Metode non probability sampling dengan menggunakakn teknik incidental sampling. Bertujuan untuk mengetahui kepusaan pengguna dalam pelayanan stasiun yang diberikan. Menurut Sugiyono (2009:6) bahwa sampling insedental adalah teknik penetuan sampel, berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/incidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai

(12)

sempel, bila dipandang orang yang kebetulan ini cocok sebagai sumber data. Perhitungan sampel dilakukan berdasarkan rumus slovin. Berikut merupakan perhitungan dari rumus slovin (Ariola, 2006).

Keterangan

n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

D = Tingkat kesalahan maksimum pengambilan sampel 10% (0,1)

Penentuan jumlah responden pada penelitian ini berdasarkan dengan jumlah rata-rata penumpang/bulan pada tahun 2019 yaitu 98.643 penumpang berdasarkan data PT. KAI. Berdasarkan rata – rata jumlah perbulan yang menggunakan stasiun (N) yaitu 98.643 orang orang dengan tingkat kesalahan maksimum pengambilan sampel (D) sebesar 10%, dari rumus diatas maka jumlah sampel dalam penelitian adalah:

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka dilakukan pembulatan menjadi 100 responden. Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel dilakukan secara online, yaitu dengan cara memperoleh sampel dengan memberikan kuesioner online menggunakan google form. Kuesioner online ini diberikan kepada masyarakat yang pernah menggunakan atau atau memanfaatkan Stasiun Tanjung Karang dengan waktu satu tahun terakhir yaitu tahun 2019.

1.6.4 Metode Analisis Data

Metode analisis data dilakukan untuk menjawab tujuan dan sasaran-sasaran yang telah dirumuskan sebelumnya. Metode analisis yang digunakan

(13)

dalam penelitian ini adalah content analysis, analisis IPA (Importance Performance Analysis) dan analisis deskriptif. Penjelasan masing-masing akan dijelaskan berdasarkan setiap sasaran yang telah dirumuskan sebagai berikut. Sasaran I : Content Analysis

Pada sasaran pertama dalam penelitian ini mengunakan Content Analysis. Analisis isi merupakan suatu metode untuk mempelajari dan menganalisis komunikasi secara sistematik, objektif dan kuantitatif terhadap pesan yang tampak (Berelson & Kerlinger). Menurut Subrayogo (2001), menyatakan analisis isi mencakup prosedur-prosedur khusus untuk pemprosesan dalam data ilmiah dengan tujuan memberikan pengetahuan, membuka wawasan baru, dan menyajikan fakta. Ada dua pendekatan yang sering digunakan yaitu analisis isi kuantitatif (quantitative content analysis) dan analisis isi kualitatif (qualitative content analysis). Penelitian kuantitatif adalah definisi, pengukuran data kuantitatif dan statistik objektif melalui perhitungan ilmiah dari sampel atau populasi yang diminta menjawab atas sejumlah pertanyaan survei untuk menentukan frekuensi dan presentasi tanggapan mereka. Pengambilan datanya disebut penelitian kuantitatif. Analisis ini dilakukan sesuai dengan sasaran pertama yaitu mengidentifikasi tingkat pelayanan stasiun berdasarkan kelas stasiun.

Sasaran II : Analisis IPA (Importance Performance Analysis)

Pada sasaran kedua dalam penelitian ini menggunakan analisis kualiatas Pelayanan dengan menggunakan IPA (Importance Performance Analysis). Analisis ini digunakan untuk mendapatkan informasi tentang tingkat kepuasan pelanggan terhadap suatu pelayanan dengan cara mengukur tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaannya. Tingkat kepentingan dari kualitas pelayanan adalah seberapa penting suatu peubah pelayanan bagi pelanggan terhadap kinerja pelayanan. Scale Likert 5 tingkat digunakan untuk mengukur tingkat kepentingan yaitu sangat penting, penting, cukup penting, kurang penting dan tidak penting. Kelima tingkat tersebut diberi skor sebagai berikut:

(14)

b. Jawaban penting diberi skor 4 c. Jawaban cukup penting diberi skor 3 d. Jawaban kurang penting diberi skor 2 e. Jawaban skor tidak penting diberi skor 1

Tingkat pelaksanaan adalah kinerja aktual dari mutu pelayanan diberikan oleh Stasiun Tanjung Karang, yang dirasakan oleh konsumennya. Scale Likert 5 tingkat digunakan untuk mengukur tingkat pelaksanaan yaitu sangat baik, baik, cukup baik, kurang baik dan tidak baik. Kelima tingkat tersebut diberi skor sebagai berikut

a. Jawaban sangat penting diberi skor 5 b. Jawaban penting diberi skor 4

c. Jabawan cukup penting diberi skor 3 d. Jawaban kurang penting diberi skor 2 e. Jawaban tidak penting diberi skor 1

Dalam analisis data ini terdapat dua buah variabel yang diwakili oleh huruf X dan Y, dimana X adalah tingkat kinerja suatu produk konsumen, smentara Y adalah tingkat kepentingan konsumen.

Tki =

Keterangan:

Tki = Tingkat kesesuaian responden Xi = Skor penilaian kinerja (performance) Yi = Skor penilaian kepentingan pelanggan

Kinerja pelayanan stasiun Tanjung Karang dianggap telah memenuhi kepuasan pelanggan apabila Tki > 100%,sedangkan apabila nilai Tki < 100% maka kinerja pelayanan stasiun Tanjung Karang dianggap belum memenuhi kepuasan pelanggan. Setelah diketahui tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaan setiap peubah untuk seluruh responden, selanjutnya adalah memetakan hasil perhitungan yang telah didapat ke dalam diagram Kartesius. Masing - masing atribut diposisikan dalam sebuah diagram, dimana skor rata-rata penilaian

(15)

terhadap tingkat kinerja (X) menunjukkan posisi suatu atribut pada sumbu X, sementara posisi atribut pada sumbu Y, ditunjukkan oleh skor rata-rata tingkat kepentingan terhadap atribut (Y).

= dan = Keterangan

= Skor rata – rata tingkat pelaksanaan kepuasan ko ata – rata tingkat kepentingan

n = Jumlah responden

Diagram kartesius adalah diagram yang terdiri dari 4 bagian dibatasi oleh dua baris yang berpotongan tegak lurus pada titik X dan Y. Dimana X adalah rata-rata dari bobot tingkat kinerja atribut produk,sedangkan Y adalah rerata tingkat kepentingan seluruh faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan, dapat digambarkan setelah dihitung menggunakan persamaan :

̿= ̿ dan ̿ = ̿ Keterangan

̿ = Rerata dari rata-rata nilai tingkat kinerja dari seluruh atribut ̿ = Rerata dari rata-rata nilai tingkat kepentingan seluruh atribut

K = Banyaknya atribut/faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan

Nilai X dan Y digunakan sebagai koordinat ketika mempromosikan titik-titik dalam diagram kartesius. Penjabaran diagram kartesius dapat dilihat pada gambar 1.2

(16)

GAMBAR 1.2 DIAGRAM KARTESIUS

Analisis tingkat kepentingan dan kepuasan penghuni dapat menghasilkan suatu diagram kartesius yang dapat menunjukkan letak faktor-faktor atau unsur-unsur yang dianggap memengaruhi kepuasan penghuni. Dalam diagram kartesius tersebut faktor-faktor akan dijabarkan dalam empat kuadran. Untuk analisis data dilengkapi pula dengan analisis diagram kartesius, yang bertujuan untuk mengetahui kualitas pelayanan. Analisis ini juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi langkah - langkah perbaikan melalui peningkatan pelayanan pada jasa tersebut. Langkah ini adalah menjabarkan variabel ke dalam diagram kartesius berdasarkan penilaian performance (kinerja) sistem pelayanan dan penilaian harapan. Sebagai sumbu X adalah performance (kinerja) sistem pelayanan dan sumbu Y adalah harapan pelanggan.

Keterangan :

a. Kuadran A (prioritas utama)

Kuadran ini merupakan wilayah yang memuat peubah dengan tingkat kepentingan tinggi, tetapi memiliki tingkat kinerja rendah. Peubah-peubah yang masuk pada kuadran ini harus ditingkatkan kinerjanya. Perusahaan harus secara terus menerus melaksanakan perbaikan.

b. Kuadran B (pertahankan prestasi)

Faktor-faktor yang dianggap penting oleh pelanggan dan faktor-faktor yang dianggap pelanggan telah sesuai dengan apa yang dirasakannya, sehingga tingkat kepuasannya relatif lebih tinggi. Peubah-peubah yang

(17)

masuk pada kuadran ini harus tetap dipertahankan dan harus terus di-kelola dengan baik, hal ini dikarenakan semua peubah ini menjadikan produk atau jasa tersebut unggul dimata pelanggan.

c. Kuadran C (prioritas rendah)

Kuadran ini merupakan wilayah yang memuat peubah dengan tingkat kepentingan dan tingkat kinerja rendah. Peubah-peubah mutu pelayanan yang termasuk dalam kuadran ini dirasakan tidak terlalu penting oleh pelanggan dan pihak perusahaan hanya melaksanakan dengan biasa saja. Pihak perusahaan belum merasa terlalu perlu mengalokasikan biaya dan investasi untuk memperbaiki kinerjanya (prioritas rendah). Namun perusahaaan juga perlu mewaspadai, mencermati, dan mengontrol setiap peubah pada kuadran ini, karena tingkat kepetingan pelanggan dapat berubah seiring meningkatnya kebutuhan.

d. Kuadran D (berlebihan)

Faktor - faktor yang dianggap kurang penting oleh pelanggan dan dirasakan terlalu berlebihan namun dirasa kurang penting. Sehingga dianggap kurang penting namun memuaskan. Adapun variabel dan sub variabel yang digunakan dalam penelitian berdasarkan hasil sintesa variabel adalah sebagai berikut :

A. Sasaran III : Analisis Deskriptif

Pada sasaran ketiga penelitian ini yaitu mengidentifikasi bagaimana kesiapan Stasiun Tanjung untuk mendukung konsep pengembangan kawasan TOD menggunakan metode analisis deskriptif dan pendekatan kuantitatif. Metode ini bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis, faktual, dan akurat berdasarkan fakta-fakta yang telah diteliti dengan cara mengumpulkan data, mengolah, dan menganalisis. Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan hasil dari elaborasi data. Pada sasaran ini akan mengidentifikasi kesiapan stasiun Tanjung Karang berdasarkan tingkat ketersediaan fasiltias pelayanan dan kinerja dalam mendukung konsep pengembangan kawasn TOD. Analisis deskriptif pada penelitian ini digunakan

(18)

untuk mendeskripsikan hasil dari pengumpulan data dan analisis data. Analisis ini akan lebih banyak menjelaskan hasil data yang dielaborasi didapat dari hasil analisis pertama dan kedua.

GAMBAR 1. 3 HUBUNGAN ANTAR SASARAN

1.7 Keaslian Penelitan

Keaslian penelitian ini berdasarkan pada beberapa penelitian sebelumnya yang mempunyai persamaan dalam hal tema kajian, tetapi berbeda dalam hal kriteria variabel penelitian atau metode analisis yang digunakan. Adapun perbedaan antara penelitian yang dilakukan dengan penelitian sebelumnya dapat dilihat dalam tabel brikut :

(19)

19

TABEL I. 2 KEASLIAN PENEITIAN

No

Refrensi Nama Penulis dan Tahun

Penulis Judul Fokus Penelitian Lokasi Studi Metode Penelitian

Keterangan

1. Skripsi Aken Radha

Rurniawan(2018) Kesiapan kawasan Stasiun Tanjung Karamg Dalam Perencanaan Kawasan TOD Mengidentifikasi variabel dan indikator dibutuhkan untuk melihat kesiapan kawasan TOD, Mengidentifikasi potensi dan masalah yang ada di kawasan Stasiun Kereta Api Tanjung Karang yang dapat menjadi strategi untuk kesiapan kawasan TOD. Stasiun Tanjung Karang Analisis Deskriptif,Analisis SWOT,Analisis GAP Terdapat perbedaan fokus penelitan dan analisis

2. Skripsi Moch Rizqi Fauzi(2016) Evaluasi Kinerja Pelayanan Stasiun Kereta Api Purbolinggo Mengetahui kinjerja pelayanan sesuai dengan SPM dan tingkat kepuasan pelanggan berdasarkan tingkat harapan pelayanan dan tingkat kepuasan Stasiun Kereta Api Purbolinggo Analisis Kualitas Pelayanan dan Importance Performance Analysis Terdapat perbedaan lokasi studi

3. Tesis Arischa Oktaviana (2016) Analisa Pelayanan Kereta Api Mendeskripsikan tingkat kepuasaan Stasiun Tanjung Karang Importance Performance Terdapat perbedaan

(20)

No

Refrensi Nama Penulis dan Tahun

Penulis Judul Fokus Penelitian Lokasi Studi Metode Penelitian

Keterangan Penumpang

(LIMEX-Sriwijaya) Tanjung Karang-Palembang dari Sisi kepuasan Pengguna

pengguna jasa transportasi kereta api Lintas Malam Ekpress Sriwijawa, Menganalisis pengaruh kualitas pelayanan terhadap keputusan pembelian jasa transportasi Kereta api Analysis,Indeks Kepuasaan Pelanggan,Uji Chi Square fokus penelitan

Jurnal Septiana Desy Ratnasari(2017) Evaluasi Standar Pelayanan Minimum dan Tingkat Kepuasan Penumpang di Stasiun Kereta Api Jember dengan Penerapan Sistem Boarding Pass evaluasi kinerja untuk menilai pelayanan dan fasilitas stasiun dengan penerapan system boarding pass

Stasiun Jember Importance Performfance Analysis Terdapat perbedaan lokasi penelitan dan fokus penelitan Sumber: Penulis 2019

Berdasarkan tabel diatas, walaupun terdapat beberapa kesamaan dan metode yang digunakan, tetapi perbedaaan dari fokus penelitan, metode yang dipakai, dan output yang dihasilkan. Dengan demikian maka penelitan yang dilakukan peneliti merupakan hasil karya sendiri.

(21)

21 1.8 Kerangka Berpikir

Sumber : Penulis 2019

(22)

1.9 Sistematika Penulisan

Penelitian proposal penelitian ini terbagi atas menjadi lima bagian. Penjelasan dari masing-masing bagian tersebut sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN

Bagian ini menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Penelitan ini juga perlu memberikan manfaat yang dapat diaplikasikan pada kondisi nyatanya hingga ditentukan arahan-arahan penelitan yang dibatasi ruang lingkup penelitan. Kemudian akan dipaparkan sistematika penulisan yang menggambarkan proposal penelitan ini. Selain itu akan dipaparkan juga kerangka berfikir untuk mengetahhui langkah-langkah dalam melakukan penelitan ini

BAB II TINJAUAN LITERATUR

Bagian ini menjelaskan literatur yang digunakan untuk mendukung penelitian. Keterkaitan topik penelitian dengan dokumen-dokumen perencanaan dan pendoman teknis yang berhubungan dengan penelitian akan dipaparkan pada bagian ini. Kemudian pada bagian ini akan dipaparkan hasil dari sintesis literatur untuk menjawab salah satu sasaran dari penelitian.

BAB III GAMBARAN WILAYAH STUDI

Bagian ini akan dipaparkan mengenai kondisi wilayah studi penelitan secara makro hingga mikro yang berkaitan dengan penelitan. Gambaran wilayah studi didasari pada wilayah studi yang telah ditetapkan BAB I yang menjelaskan ruang lingkup wilayah penelitian.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Bagian ini menjelaskan teknik penelitian yang akan dilakukan pada penelitian. Metodologi penelitian yang akan dipaparkan baik dalam jenis dan sumber data, pengambilan data, dan metode analisis yang digunakan.

BAB V KESIMPULAN DAN RANCANGAN PENELITIAN

Bagian ini dipaparkan kesimpulan dari proposal yang diajukan. Untuk mendukung keterlaksanaan penelitian, pada bagian ini akan dipaparkan pula sistematika penulisan proposal penelitian yang akan direncanakan.

Gambar

GAMBAR 1. 1 PETA LOKASI STUDI DAN WILAYAH STASIUN TANJUNG KARANG
Tabel I. 1 Kebutuhan Data
GAMBAR 1.2 DIAGRAM KARTESIUS
GAMBAR 1. 3 HUBUNGAN ANTAR SASARAN
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pembuatan garam rangkap kupri ammonium sulfat heksahidrat dilakukan dengan menambahkan 2,495 gram CuSO4.5H2O dan 1,32 gram ammonium sulfat kemudian dilarutkan dengan 10 mL

Dalam hal penerimaan DHE dengan cara pembayaran Usance L/C, Konsinyasi, Pembayaran Kemudian, dan Collection, yang jatuh temponya melebihi atau sama dengan 3

• Dalam hal Anda menarik seluruh dana pada Nilai Akun yang ada dalam Polis, maka Anda dianggap melakukan penebusan Polis dan Penanggung akan membayarkan Nilai Tebus yang ada

Penelitian ini merupakan serangkaian ha- sil pengamatan burung di wilayah hulu DAS Ci- tandui yang dilakukan pada tanggal 25-29 April 2014 di kawasan hutan Cagar Alam Talaga Bo-

anita usia subur - cakupan yang tinggi untuk semua kelompok sasaran sulit dicapai ;aksinasi rnasai bnntuk - cukup potensial menghambat h-ansmisi - rnenyisakan kelompok

Perairan Teluk Bakau memiliki 14 jenis plankton, dari hasil analisis indeks keanekaragaman, indeks keseragaman dan indeks dominansi menunjukkan bahwa perairan ini

Dari fenomena yang telah di paparkan di atas maka peneliti melihat adanya indikasi bahwa orang tua yang memilliki anak Hemofilia pada awalnya tidak dapat menerima terlihat dari

1. Memasukkan judul buku atau id buku. Menekan tombol “Cari”. Menampilkan informasi buku yang terdiri dari judul buku, penerbit, tahun terbit, pengarang, jumlah halaman,