Gina Mondrida, dkk. ISSN 0216 - 3128
-
77UJI KLINIS KIT RIA MIKROALBUMINURIA
Gina Mondrida, Siti Darwati, Agus Ariyanto, Sri Setiyowati, Puji Widayati, Wening Lestari, Veronica Yulianti
Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka - BATAN
ABSTRAK
UJI KLINIS KIT RIA MIKROALBUMINURIA. Telah dilakukan uji klinis terhadap kit RIA mikroalbuminuria PRR-BATAN dengan pembanding kit RIA RRC dan kit metoda ELISA. Pada penentuan albumin urine terhadap 15 sampel pasien di RS Hasan Sadikin Bandung dengan pembanding kit RIA RRC didapatkan 7 sampe/ di atas nilai konsentrasi normal albumin (>34 jJg/m/). baik dengan kit PRR-BATAN manupun kit RIA RRe. Sedangkan pada penentuan albumin urine terhadap 34 sampel pasien di RS Fatmawati. Jakarta. dengan pembanding kit metoda ELISA. didapatkan 6sampel di atas nilai konsentrasi normal albumin (>34 jJg/ml) baik dengan kit PRR-BATAN maupun dengan kit metoda ELISA. Hal ini menunjukkan bahwa pasien tersebut positif (+)mengidap diabet. Dari hasil penentuan kadar albumin urine terhadap 37 pasien (protein urinenya negatif) di RS Fatmawati dengan kit RIA mikroalbuminuria PRR-BATAN didapatkan: 30 pasien (81%) negatif(-) dan 7 pasien (/9%) positif(+). sedangkan dengan metoda ELISA: 31 pasien (83%) negatif (-) dan 6 pasien (/6%) positif (+). jadi 97% data ELISA mendukung data RIA. Kedua metoda tersebut cukup sebanding dan mempunyai korelasi yang baik. Bila kit RIA mikroalbuminuria PRR-BATAN dibanding dengan kit RIA RRC dan kit metoda ELISA. kit RIA mikroalbuminuria PRR-BATAN memiliki sensitifitas lebih tinggi dari pada kit RIA RRC dan kit metoda EUSA.
Kata kunci : RIA. mikroalbuminuria. normal albumin
ABSTRACT
CLINICAL TRIAL OF MICROALBUMINURIA RIA KIT. Clinical trial of microalbuminuria RIA kit locally in center of Radioisotope & Radiopharmacelllical-BATAN have been performed by comparising with CIAE (China) kit and ELISA method. Determination of 15 samples of patients in Hasan Sadikin Hospital using CIAE kit as gold standard gave 7 samples with high albumin content (>34 jJg/m/). in both CIAE and CRR RIA kit. While the determination of 34 samples in Fatmawati Hospital. Jakarta u~'ing ELlSA method as gold standard showed 6samples with high albumin content (>34jJg/ml). in both CRR RIA kit and EUSA
method. These results represented the patients have diabetes problem. The rest of the samples showed normal albumin value. Clinical trial in 37 patients Fatmawati Hospital showed 30 patients (81%) with protein negative (-) and 7patients (19%) with protein positive (+)assayed by CRR RIA kit. while ELISA method gave 31 patients (83%) with protein negative and 6 patients (/6%) with protein positive. Ninety seven persent of ELISA data supported the data obtained by RIA. Both methods have a good correlation. However. microalbuminuria RIA kit is more sensitive compared to the ELISA method.
Key words: RIA. microalbuminuria. normal albumin
PENDAHULUAN
Perkembangan
Radioimonoassay terutamadalam dalam penentuanpenelitianalbuminuria akhir-akhir ini mendorong penelitian pato fisiologi dan diagnosa klinis mikroalbuminuria berkembang pesat. Oikatakan oleh [2] bahwa adanya mikroalbumin dalam urine memberikan peringatan adanya kondisi penting pada penderita kencing manis (diabetes mellitus) atau pada penderita tekanan darah tinggi. Hal tersebut merefleksikan adanya kerusakan pembuluh
darah dan pragnosa yang pada tahap berikutnya adalah kegagalan ginjal.
Mikroalbuminuria adalah keadaan tisiologis seseorang di mana kadar albumin yang diekskresi ke dalari1 urine masih berada di bawah am bang kadar albuminuria. Pada kondisi tersebut albumin yang diekskresi ke dalam urine berkisar antara 20 -200 ~glmenit atau 30 - 300 mglhari. Konsentrasi di atas nilai tersebut proteinuri dan dinyatakan Nephropathy (gagal ginjal) [3]. Penentuan kadar albumin dalam jumlah mikro (<200 ~glmenit) pada pasien diabetes sangat penting untuk deteksi dini mikroalbumin sebelum menjadi diabetes
Prosiding PPI • PDIPTN 2006
Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BATAN Yogyakarta. 10 Juli 2006
78 ISSN 0216 - 3128 Gina Mondrida, dkk nephrophaty (gagal ginjal), agar dapat dilakukan
pencegahan sebe\umnya [5].
Saat ini penentuan kadar albumin dalam urine dilakukan dengan metoda DIPSTICK atau metoda pengendapan dengan asam [1]. Meskipun demikian, penentuan kadar albumin dengan cara DIPSTICK tidak sensitif, sehingga tidak dapat mendeteksi kadar albumin dalam orde mikrogram
[2].
Teknik RIA merupakan teknik yang cukup sensitif dan spesifik, sehingga dapat digunakan untuk menentukan kadar albumin dalam jumlah mikrogram, umumnya bisa digunakan untuk penentuan kadar mikroalbuminuria [2, 4].
Prinsip metoda RIA untuk penentuan kadar albuminuria dapat dijelaskan sebagai berikut. Oalam suatu campuran yang mengandung albumin bertanda 1251dan albumin dari urine penderita yang ditambahkan ke dalam coated tube HSA (antibodi HSA yang disalut pad a tabung), maka akan terjadi reaksi kompetisi terhadap antibodi tersebut dalam jumlah terbatas. Setelah diinkubasi dalam waktu tertentu, selanjutnya dilakukan pemisahan antara albumin terikat antisera dengan albumin bebas dengan cara dekantasi. Besarnya keradioaktifan fraksi terikat ditentukan dengan pencacah gamma
(y).
Oewasa ini penelitian dan pengembangan kit mikroalbuminuria di Bhabha Atomic Research Centre (BARC), India, yang berhubungan dengan pembuatan dan penggunaannya baru sampai pad a tahap uji klinis di laboratorium, belum sampai dipasarkan, sedangkan di China Atomic Energy (CIAE), China, kit mikroalbuminuria telah luas digunakan dan dipasarkan.
Tujuan dari penelitian ini adalah membuat kit RIA mikroalbuminuria untuk memenuhi kebutuhan domestik, khususnya untuk penentuan albumin kadar rendah di dalam urine. Komponen kit RIA mikroalbuminuria yang dibuat terdiri dari tracer (antigen bertanda radioisotop 1251),antibodi yang dicoated ke dalam tabung dasar bintang, larutan standar HSA dan larutan pencuci. Oalam makalah ini akan dilaporakn hasil uji klinis kit RIA mikroalbuminuria yang dibuat di PRR-BATAN.
TAT A KERJA
BahanBahan dan pereaksi yang digunakan untuk pembuatan urine sintetis antara lain Na2HP04 bebas
air, KH2P04. 7H20, NaCI, NH4CI dan Urea masing-masing dipero\eh dari h-Merck dan PT. Harum Sari. Obat suntik gentamycin sulfat anti septik untuk pengawet (40 flgl2 ml) diperoleh dari PT. Praja Ph. HSA (Albumin serum manusia) yang digunakan sebagai standar albumin adalah buatan Sigma. Oksidator iodogen untuk iodinasi HSA buatan Pierce, sedangkan BSA (albumin serum sapi) dan tris bufer masing-masing diperoleh dari E-Merck. Kloroform untuk melarutkan iodogen, n-butilalkohol, etil alkohol dan NH40H untuk uji kemurnian radiokimia dari E-Merck. Antisera HSA buatan CIAE (China).
PeraIatan
Mini assay y-counter tipe 0-20 buatan USA digunakan untuk pengukuran keradioaktifan, kolom Sephadex 0~25 PD-IO (Pharmacia), Sentrifuga Allega 21 Beckman digunakan untuk pemisahan fraksi 1251_HSAdan 1251bebas.
Pembuatan "Coated Tube" lodogen.
Ke dalam tabung reaksi dilarutkan 2 mg iodogen dalam 2 ml kloroform. Untuk setiap iodinasi diambil 10 11] larutan dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi pendek (volume 2 ml) untuk penandaan. Larutan iodogen di dalam tabung dikeringkan pada suhu 37°C selama 5 - 6 jam di dalam inkubator. Coated tube iodogen ditutup parafiln dan siap digunakan untuk penandaan (disimpan pada suhu 4° C).
Penandaan HSA dengan 125(
Ke dalam coated tube yang telah berisi 10 Ilg iodogen dimasukkan 50 III (100 Ilg) HSA dalam larutan dapar fosfat 0,2 M (I mglO,5 ml), kemudian ditambahkan 1-2 III Na 1251(±250 !lCi). Larutan diaduk dengan vorteks, dan reaksi dibiarkan berlangsung selama 90 detik. Untuk menghentikan reaksi ditambahkan 250 III larutan dapar fosfat 0.2 M, kemudian campuran reaksi dimurnikan menggunakan kolom Sephadex 0-25 (PO-IO) dan dielusi dengan larutan dapar tris 0,1 N pH 7,4. Hasil elusi ditampung dalam tabung reaksi 4 ml, masing-masing sebanyak I ml untuk 12 tabung. Tiap-tiap tabung reaksi kemudian dicacah dengan menggunakan gamma mini assay.
Kemurnian radiokimia hasil penandaan dianalisis dengan kromatografi kertas. menggunakan fasa diam kertas Whatman No. I dan fasa gerak campuran n-butanol, etano] dan NH40H 0, I M dengan perbandingan 3 2: I.
Immunoreaktivitasnya ditentukan dengan protoko/ assay dapat dilihat pad a Tabel I.
Prosiding PPI - PDIPTN 2006
Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BATAN Yogyakarta, 10 Juli 2006
Gilla MOlldrida, dkk. ISSN 0216 - 3128
Tabell. Protokol RIA kit mikroalbuminuria 1151
79
Stan"dar "SASampel NSB 0 2 5 102010015050 Nomor tabung 1,2 3,45,67,8 9,1011,1217,1819,2013,1415,16 Standar (ul) 50 50 50 50 5050505050 Sampel (ul) 50 50
HSA
li'l
(ul)100 100 100 100100100100100100100 200 200 200200200200200200200 Vortex, inkubasi pad a 37°C selama 1 jam atau 2 jam pad a suhu kamarPEG 15% (ul)
1000 1000
1000 1000100010001000100010001000 Sentrifuge pad a 2.500 rpm selama 20 men it, Dekantasi supernatan, Cacah
aquabides). Lalu tabung dikeringkan (disimpan pada suhu 4
0q.
Penentuan standar PRR dengan standar CIAE (China)
Ketepatan kadar standar PRR-BA TAN ditentukan dengan menggunakan standar pembanding (Gold standar) dari CIAE, China. Dalam penentuan ini digunakan tracer dari CIAE (China) dan tracer buatan PRR.
Pengujian dan Validasi mikroalbumkinuria 1151
Pengujian dan validasi terhadap kit dilakukari dengan eara menentukan kesetaraan kadar standar, sensitifitas, akurasi, profil ketelitian, daerah kerja, nilai euplikan kontrol dan % CY "interassay" serta %CY intra assay.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penandaan HSA dengan 1251 yang dilakukan
dalam tiga bentuk pereobaan memberikan efisiensi Sampel yang ditentukan diperoleh dari 15 pasien di RS Hasan Sadikin Bandung dan 37 pasien [protein urinenya negatif (-)] di RS Fatmawati. Kemudian albuminnya ditentukan dengan metoda yang menggunakan kit RIA mikroalbuminuria PRR-BA TAN dan pembanding kit RIA RRC dan kit metoda ELISA. Penentuan albumin urine sebanyak 7 sampel dilakukan juga dengan metoda D1PSTIK dan dengan metoda yang menggunakan kit RIA mikroalbuminuria PRR-BA TAN. Penentuan albumin urine terhadap 34 sampel yang diambil seeara aeak dilakukan pula dengan menggunakan kit RIA mikroalbuminuria PRR-BATAN.
Pcmbuatan Urine Sintetis
Urine sintetis digunakan untuk melarutkan HSA, dalam pembuatan standar HSA, pembuatan standar 0 dan untuk menentukan (%) NSB. Urine sintetis disiapkan sebagai berikut: Ke dalam botol 1 liter dimasukkan berturut-turut 64 g Na2HP04 7H20, 15 g KH2P04, 2,5 g NaCI dan 5 g NH4CI,
kemudian ditambahkan 900 mt aquabides. Campuran tarutan selanjutnya disterilisasi dalam autoclave pad a suhu 120°C selama 30 menit. Setelah dingin larutan hasil sterilisasi dimasukkan ke dalam labu ukur I liter, kemudian ditambahkan 25 g urea dikoeok, dan selanjutnya ditambahkan lagi aquabides sampai larut. Kemudian sebanyak 2 ml gentamyein ditambahkan dan akhimya aquabides ditambahkan sampai volume 1000 ml. Campuran dikoeok perlahan-Iahan dan siap digunakan. Larutan disimpan pad a suhu 0 - 4°C. Pembuatan larutan standar Albumin
Larutan standar disiapkan dengan melarutkan sejumlah tertentu HSA dengan menggunakan pelarut urine sintetis. Konsentrasi Iarutan standar yang dibuat hAdala antara 0
l1g1ml-150 l1g1ml dan diberi label sebagai standar A = 0 l1g!ml, B = 2 l1g!ml, C = 5 l1g1ml, D = 10 l1g!ml, E = 20 l1g!ml, F = 50 l1g!ml, G = 100 l1g1ml,dan H = 150 l1g1ml. Pembuatan standar dilakukan mulai dari standar tertinggi 150 l1g!ml sebagai standar H. Standar yang lebih rendah A, B, C, D, dan E dibuat melalui pengeneeran standar H dalam labu takar 100 ml dengan menggunakan urine sintetis sebagai pengeneer.
Pembuatan "coated tube" antibodi HSA
Antibodi dieneerkan dengan bufer karbonat 0,05 M pH 9,6 sesuai dengan titer optimal, kemudian dimasukkan sebanyak 500 111ke masing-masing tabung star. Diinkubasi semalam pada suhu 4°C, kemudian dieuei dengan 3 x I ml dengan washing solution (0, I% Tween 20 dalam
Penentuan sam pel mikroalbuminuria dengan kit kit RIA RIA
Prosldlng PPI • PDIPTN 2006
Pustek Akselerator dan Proses Bahan· BATAN Yogyakarta, 10 Juli 2006
80
-
ISSN 0216 - 3128 Gina Mondrida, dkkpenandaan masing-masing 97,9 %, 98,4 %, dan 78,2 %dapat dilihat pada Gambar I.
110$11penMdMn 110,0, dengon 125-1
16
Jumbh t~bl.lno
Gambar I. Hasil Penandaan HAS Dengan 1251
Menggunakan Oksidator lodogen.
Hasil penandaan percobaan pertama dan kedua memberikan hasil yang cukup baik, sedangkan penandaan percobaan ketiga menunjukkan terjadinya penurunan efisiensi penandaan. Hal ini disebabkan daya oksidasi dari oksidator iodogen sudah mulai menurun. Karena itu sebaiknya "coated tube" iodogen digunakan maksimum 2 minggu setelah pembuatan, karena daya oksidasinya menurun bila digunakan lebih dari waktu tersebut.
Perbandingan kualitas tracer PRR-BA TAN dengan tracer CIAE menunjukkan bahwa tracer PRR-BATAN memberikan kemumian radiokimia cukup baik sebesar 93,9 % sedangkan tracer CIAE 90,6 % dengan imunoreaktifitas tracer PRR-BATAN 69,7 % dan tracer CIAE 69,7 % (lihat Tabel 2). Dapat dikatakan bahwa tracer yang dibuat PRR memiliki kualitas yang baik.
Tabel 2. Perbandingan kualitas tracer PRR-BA TAN dengan tracer CIAE Perunut Peru nut PRR (Indonesia) CIAE (China) Kemumian radiokimia: 93,9 % Kemumianradiokimia: 90,6 %
Standar CIAE (China)
NSB: 1,53 %NSB: 1,60 % BIT: 69,7% BIT :66,9 % Standar PRR Kemumian nidiokimia: 93,9 % Kemumian radiokimia: 90,6 % (Indonesia) NSB: 1,91% NSB: 1,99% BIT :73,9 % BIT: 70,1 %
Keterangan: NSB
=
%Ikatan tidak spesifi ; BIT=
%Ikatan cacahan standar 01 cacahan totalBegitu juga penguj ian standar PRR-BA TAN dan standar CIAE (China) dengan menggunakan tracer PRR-BA TAN diperoleh keterikatan maksimum (% BIT) untuk standar PRR-BA TAN 73,9
%
sedangkan untuk standar CIAE (China) 69,7 %. Apabila digunakan tracer CIAE (China) maka keterikatan maksimum (% BIT) untuk standar PRR-BA TAN adalah 70, I. Sedangkan untuk standar CIAE 66,9 % (lihat Tabel 2). Dari kedua tracer PRR-BA TAN dan CIAE, standar PRR-BA TAN memberikan % BIT lebih tinggi dar standar CIAE (China). Hal ini menunjukkan bahwa standar PRR-BA TAN memiliki kualitas lebih baik dari pada standar CIAE (China).Uji paralelism standar (lihat Gambar 2) menunjukkan kurva % BIT vs konsentrasi HSA dari standar PRR-BA TAN berhimpit cukup baik, dengan standar CIAE (China). Hal ini menunjukkan bahwa perilaku standar PRR-BA TAN mendekati perilaku standar CIAE (China).
Gambar 3 menunjukkan profit ketelitian kit RIA mikroalbuminuria PRR-BA TAN dengan %
CY
<
5 % serta daerah kerja cukup lebar yaitu 2-70 !-tglm\. Hal ini menunjukkan bahwa presisi standar kit RIA mikroalbuminuria memenuhi persyaratan analisis (CY<
5 %). Rentang konsentrasi (2 - 70 !-tglml) dengan CY<
5 % merupakan parameter yang penting dalam analisa mikro.Dari hasil penentuan nilai 0 dengan 10 replikasi, diperoleh sensitifitas (ED 90, konsentrasi yang memberikan B/BO
=
90%)
yang cukup baik yaitu 0,49 !-tglm\. Diperoleh pula bahwa nilai semua cuplikan kontrol yang mewakili nilai rendah, medium dan tinggi berada pad a daerah rentang nilai yang seharusnya (Iihat Tabel 3).Prosiding PPI • PDIPTN 2006
Pustek Akselerator dan Proses Bahan· BATAN Yogyakarta, 10 Juli 2006
Gina Mondrida, dkk. ISSN 0216 - 3128 81
Gambar 2. Kurva Standar mikroalbuminuria
kit RIA
Table 4. Hasil penentuan albumin urine dengan menggunakan kit RIA mikroalbuminuria PRR-BATAN dan DlPSTIK
Hasil dengan No
Umur/Hasilkit RIA Sam pel
KelaminMikroalbumidengan DlPSTIK nuria PRR (u!!lm I)
I
43d' -
3,1 2 65168,2d'
+
3 44d'-
4,1 4 46156,5d'
+
5 63d'
99,8+
6 32163,3d'
+
7 39d'
78,2+
Gambar 3. Profil Ketelitian (imprecision profile) Kit RIA Mikroalbuminuria Catatan : daerah kerja yang memberikan %CV
<
5% cukup lebar yaitu (2 ->70pg/ml) ,:1
,v" I" i
?) f i 'S I !, I I : t.._._-,--_.,-_._.'-- ..1,--'- ..__... _._.._._..~_._--_.. Lox,,"ons("J1fra)i tll~'m)'Tabel 4 memperlihatkan hasil penentuan albumin urine dengan menggunakan kit RIA mikroalbuminuria PRR-SATAN dan DIPSTIK. Disini terlihat hasil negatif (-) dengan DlPSTIK sudah dapat dideteksi dengan kit RIA mikroalbuminuria PRR-SATAN.
Tabel3.Nilai Cuplikan kontrol menggunakan kit RIA mikroalbuminuria PRR-BATAN Cuplikan kontrol L (Rendah) M (Medium) H (Tim!l!i) " \ \ \ \
,
Nilai J1g/ml 2,04 10,25 17,73 '"', ~.•••'''I.. Rentang nilai cuplikan kontrol <,..;Iml 1,44 - 2,40 7,97 - 13,27 14,67 - 22,45Tabel 5 memperlihatkan hasil penentuan albumin urine dengan menggunakan kit RIA mikroalbuminuria PRR-SA TAN dan kit RIA RRC. Di sini terlihat 7 sampel di atas nilai konsentrasi normal albumin (>34 flg/ml), baik dengan kit PRR-SA TAN maupun kit RIA RRC.
Table 5. Hasil penentuan albumin urine dengan menggunakan kit RIA mikroalbuminuria PRR-BA TAN dan kit RIA RRC
Hasil Hasil dengan No dengan kit RIA Mikroalbumin
Sampel RRC KelaminKit RIA(ull/mnuria PRR
I
-13,04 2 -27,53 3 -5,79 4d'
+
>150 5 Q37,38+
6d'-
3,47 7d'
+
>150 8d'
+
>150 9d'
-
6,25 10 Q+
>150II
d'
+
>150 12 (-20,76 13 (
-23,42 14 (
-20,49 15
d'
+
47,38Gambar 4 memperlihatkan nilai recovery kit RIA mikroalbuminuria yang cukup tinggi yaitu 96 %. Hal ini menunjukkan akurasi analisa masih cukup tinggi.
Penentuan albumin urine terhadap 34 sampel yang diambil secara acak di RS Fatmawati dengan menggunakan kit RIA mikroalbuminuria PRR-SATAN ditunjukkan di Gambar 5. Dari seluruh sampel yang ditentukan diketahui ada 6 sampel diatas nilaikonsentrasi normal albumin (>34
Prosiding PPI • PDlPTN 2006
Pustek'Akselerator dan Proses Bahan - BATAN Yogyakarta, 10 Juli 2006
82 ISSN 0216 - 3128 Gina Mondrida, dkk
ISO
liD
130
120
Gambar
6.Penentuan
Albuminuria
menggunakan
kit
RIA
Mikroalbuminuria
PRR-BA TAN
Dengan Pembanding kit RIA-RRC
.!<itRRC CI<! PRR t.bmorl3lT1ptl 10 30 20 10 110 ~10D
g ~
.
e ~ Q !! TD~ ~
~ ~
SJlglml). Sedangkan pada penentuan albuminurin terhadap 15 sampel di RS Hasan Sadikin Bandung dengan kit mikroalbuminuria PRR-BA TAN dan pembanding kit RIA RRC ditunjukkan di Gambar 6. Dari seluruh sampel yang ditentukan ada 7 sampel di atas nilai konsentrasi normal albumin (>34 Jlglml). Hal ini menunjukkan bahwa pasien tersebut positifmengidap diabet.
Dari hasil penentuan albumin urine terhadap 37 pasien (protein urine negatit) di RS Fatmawati dengan kit RIA mikroalbuminuria PRR-BA TAN didapat hasil sebagai berikut: 30 pasien (81 %) negatif (-) dan 7 pasien (19 %) positif (+) sedangkan dengan ELISA: 31 pasien (83 %) (-) dan 6 pasien (16 %) positif (+), jadi 97 % data ELISA mendukung data RIA [hanya I sampel yang negatif (-) dengan ELISA tetapi positif (+) dengan RIA]. Di sini terlihat kedua metoda cukup sebanding dan mempunyai korelasi yang baik.
KESIMPULAN
Gambar
4.Uji Ketepatan ("Recovery'') kit HAS
PRR
ttud'l:ltllDn •••••• ro.~I1. ••••• cto'I.fII)II lot t, ...•... ~'.:" ~"cO"~. ,..,"'""'"':" .-,-, •.
--'1IIZZ!I1'!,)IU:''1( "'jf~ >:: Rl*
b:.~i
au".)<~~
Gambar
5.Penentuan
Albuminurine
kit
RIA
Mikroaibuminuria PRR
1. Dari hasil pengujian yang dilakukan, dapat dikatakan bahwa kit RIA mikroalbuminuria yang dibuat mempunyai kualitas cukup baik. 2. Dari hasil percobaan validasi menunjukkan
bahwa kit RIA mikroalbuminuria yang dibuat cukup handal karena kit RIA ini cukup sensitif dengan batas deteksi 0,49 Jlglml, ketepatannya cukup tinggi (recovery
=
96 %) dengan ketelitian yang memenuhi persyaratan, di mana % CV intra assay di bawah 10 %. Kit RIA ini mempunyai karakteristik yang baik dimana ikatan tidak spesifiknya kecil (% NSB=
1,38 %) dan mempunyai daerah kerja yang cukup luas (2 - 70 Jlglml). Dari perbandingan dengan kit CIAE (China) menunjukkan kedua kit cukup sebanding dan mempunyai korelasi yang baik.3. Dari hasil penentuan albumin urine terhadap 15 sampel pasien di RS Hasan Sadikin Bandung dengan pembanding kit RIA RRC, didapatkan 7 sampel di atas nilai konsentrasi normal albumin (>34 Jlglml), baik dengan kit PRR-BA TAN maupun dengan kit RIA RRC. 4. Pada penentuan albumin urine terhadap 34
sampel pasien di RS Fatmawati dengan pembanding kit metoda ELISA, didapatkan 6 sampel di atas nilai konsentrasi norma albumin (>34 Jlglml), baik dengan kit PRR-BA TAN maupun dengan kit metoda ELISA.
5. Dari hasil penentuan kadar albumin urine terhadap 37 pasien (protein urinenya negatit) di RS Fatmawati dengan menggunakan kit RIA mikroalbuminuria PRR-BA TAN dan kit
Prosiding PPI - PDIPTN 2006
Pustek Akselerator dan Proses Bahan· BATAN Yogyakarta, 10 Juli 2006
Gina Mondrida, dkk. ISSN 0216-3128 83
metoda ELISA, tcrnyata 97 % data ELISA mendukung data yang didapat dari RIA. Dibanding dengan DIPSTIK, kit RIA mikroalbuminuria lebih sensitif.
DAFT AR PUSTAKA
I. M.G.R. RAJAN, Dr., "Radioimmunoassay kit For Urinary Albumin". For the detection and quantitative determination of microalbuminuria for the used by the IAEA participants of RAS/6/208. Diabetic Nephropathy Thematic Programme on Health Care.
2. G.C. VIBRETI
et al.
"Microalbuminuria as a predictor of clinical diabetic nephropathy" Early detection of patient at risk of developing diabetic nephropathy in insulin-dependent diabetes mellitus. "Lancet: (1982) 1430 - 32. 3. H.H. PARV[NGet al.
"Early detection ofpatient at risk of developing diabetic nephropathy longitudinal study of urinary albumin excretion, Acta Endocrinologica ([ 982) 100, 550.
4. MOGENSEN C. "Microalbumin a predictor of clinical diabetic nephropathy (review). Kidney [nt. 31, (1987) 687-9.
5. MARK E. COOPER, "Pathogenesis, prevention, and treatment of diabetic nephropathy"., The Lancet vol. 352, Jul 18, (1998).
TANYAJAWAB
M. Syaifudin
- Bagaimana hasil penentuan sampel dengan kit RIA mikroalbuminuria dibanding dengan metoda lain?
Gina Mondrida
- Dari hasil penentuan sampel dengan kit RIA mikroalbuminuria PRR-BATAN memberikan hasi/ yang sarna dengan kit RIA RRC (kit komersial).
- Dibanding dengan metoda lain (ELISA) kit RIA mikroalbuminuria PPR-BATAN lebih sensitij. karena untuk sampel yang kadar sangat rendah. dengan metoda lain belum terdeteksi, sedangkan dengan kit RIA PPR-BATAN sudah terbaca.
Pande Made Udiyani
- Apa itu Mikroalbuminuria ?
- Berapa' batas kadar albumin yang amanldiperbolehkan dan apa akibatnya kalau di atas batas ?
Gina Mondrida
- Mikroalbuminuria adalah keadaan jisiologis seseorang dim ana kadar albumin yang diekskresi ke dalam urine masih berada di bawah kadar ambang albuminuria (20 - 200 pglmenit) atau 30 - 300 mglhari.
- Kalau kadar albumin
>
200 pglmenit atau 300 mg/hari akan menyebabkan nephropathy (gagal ginja/), untuk amannya harus sekecil mungkin «< 20 pglmenit) atau 30 mglhari.Widyastuti
- Parameter apa yang menentukan kelayakan suatu kit RIA ?
Gina Mondrida
- Suatu kit RIA layak digunakan kalau memenuhi persyaratan sebagai berikut :
• NSB (Non Spesifik Binding)
<
5%.• Maximum Bounding (% BI7)
>
30%.• Ni/ai cup/ikan kontrol masuk dalam batas range.
• Sensitivitas (BIBo)
>
90%.• Kurva Standar (BIBo) vs konsentrasi masih /inier.
Prosiding PPI - PDIPTN 2006
Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BATAN Yogyakarta, 10 Juli 2006