BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Remaja
1. Defenisi Remaja
Remaja merupakan suatu tahap perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa, yang ditandai oleh perubahan-perubahan fisik umum serta perkembangan koqnitif dan seksual, yang berlangsung antara usia 12-19 tahun (Kartono, 2007). Masa remaja adalah suatu periode kehidupan dimana kapasitas untuk memperoleh dan menggunakan pengetahuan secara efisien mencapai puncaknya (Desmita, 2006). Hal ini adalah karena selama periode remaja ini, proses pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan. Sistem saraf yang berfungsi memproses informasi berkembang dengan cepat.
WHO (dalam Sarwono, 2007) mendefenisikan remaja lebih bersifat
konseptual, ada tiga kriteria yaitu biologis, psikologik, dan sosial ekonomi, dengan batasan usia antara 10-20 tahun, yang secara lengkap defenisi tersebut berbunyi sebagai berikut :
a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda -tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
b. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.
c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.
Kartono (2007) membagi masa remaja menjadi 4 fase yaitu : a. Masa awal pubertas, disebut pula sebagai masa pra pubertas
b. Masa merentang kedua, Fase negative, Trotzalter kedua
c. Masa pubertas sebenarnya mulai usia 14 tahun. Masa pubertas anak wanita umumnya berlangsung lebih awal dari pada anak laki-laki.
d. Fase Adolesensi, mulai usia 17 tahun sampai sekitar 19 – 21 tahun 2. Batasan Usia Remaja
Santrock (1993, dalam Sumiati, et al, 2009) mengemukakan tahapan remaja yang meliputi :
a. Remaja awal (early adolescense) usia antara 10-14 tahun
Masa remaja awal adalah masa yang ditandai dengan berbagai perubahan tubuh yang cepat dan sering mengakibatkan kesulitan dalam menyesuaikan diri, pada saat ini remaja mulai mencari identitas diri.
b. Remaja pertengahan (middle adolescense) usia antara 15-16 tahun
Ditandai dengan bentuk tubuh yang sudah menyerupai orang dewasa. Oleh karena itu remaja sering kali diharapkan dapat berperilaku seperti orang dewasa, meskipun belum siap secara psikis. Pada masa ini sering terjadi
konflik, karena remaja sudah mulai ingin bebas mengikuti teman sebaya. Yang erat kaitannya dengan pencarian identitas,di lain pihak mereka masih
tergantung dengan orang tua.
c. Remaja akhir (late adolescence) usia antara 17-19 tahun
Ditandai dengan pertumbuhan biologis sudah melambat, tetapi masih
berlangsung di tempat-tempat lain. Emosi, minat, konsentrasi dan cara berpikir mulai stabil serta kemampuan untuk menyelesaikan masalah sudah meningkat.
3. Perubahan Fisik pada Masa Remaja.
Perubahan fisik yang terjadi merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja. Sementara itu, perubahan-perubahan psikologi muncul antara lain sebagai akibat dari perubahan-perubahan fisik itu.
Pada anak perempuan perubahan fisik tersebut berupa :
a. Pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi tinggi, anggota-anggota badan menjadi panjang).
b. Tumbuhnya payudara.
c. Tumbuhnya bulu yang halus dan lurus berwarna gelap di kemaluan. d. Bulu kemaluan menjadi keriting.
e. Haid.
f. Tumbuh bulu-bulu ketiak ( Sarwono, 2007 )
B. Menarche
1. Defenisi Menarche
Menarche adalah haid pertama terjadi, yang merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita yang sehat dan tidak hamil (Sibagariang, et al. 2010)
Masa pra-puber dimulai saat usia 10-12 tahun. Sedangkan masa remajanya (saat mencapainya kematangan seksual/kematangan fisik) pada umumnya berlangsung saat usia 11-18 tahun. Secara normal menstruasi berlangsung kurang lebih pada usia 11-16 tahun. Cepat/lambatnya kematangan seksual (menstruasi, kematangan fisik) ini kecuali ditentukan oleh konstituen fisik individual dan juga dipengaruhi oleh faktor ras atau suku bangsa, faktor iklim, lingkungan, dan cara hidup (Kartono, 2007).
Menstruasi adalah suatu peristiwa fisiologik yang dialami oleh wanita normal. Pendarahan yang terjadi waktu menstruasi berasal dari dinding dalam rahim akibat pecahnya pembuluh-pembuluh darah kecil dikarenakan adanya pengaruh perubahan keseimbangan hormon (Kissanti, 2008).
2. Mekanisme Menarche
Menurut Kissanti (2008), proses terjadinya menstruasi pada wanita yaitu : Ketika beranjak ke masa pubertas, maka hipotalamus dan hipofise di otak mulai bekerja mengeluarkan perintah produksi Luitheinizing Hormon Releasing Factor (LH RF) dan Folikel Stimulating Hormon Realising Factor (FSHRF), dengan penghubung system endrokin yaitu pituitary. Hormon yang dari hipotalamus yang berguna untuk merangsang proses menstruasi adalah Gonadotrophine Releasing Hormon (GnRH).
Selama 28 hari kedua hormon ini (LH dan FSH) akan berinteraksi dengan ovarium dan akan mengeluarkan hormon estrogen dan progesteron yaitu hormon yang mengekalkan ciri-ciri serta sifat kewanitaan.
Sehingga dari hormon-hormon itu akan ada sel telur yang matang dan penebalan dinding endometrium. Sel telur yang matang akan masuk ke dalam tuba fallopi. Bila sel telur yang telah matang tersebut tidak dibuahi dalam perjalanan melalui tuba fallopi ke uterus maka sel telur akan hancur dan mati dan tidak tertanam dalam endometrium, sebagai akibatnya dinding endometrium menjadi hancur dan sel-selnya mati, rahim / uterus berkontraksi dan melepaskan lapisan atas endometrium ke dalm serviks dan selanjutnya dikeluarkan melalui vagina sebagai cairan merah bercampur selaput tipis yang disebut menstruasi atau haid (Aulia, 2009).
3. Usia Menarche
Penelitian Ong et al (2006, dalam putri 2009), terdapat 2 faktor yang mempengaruhi usia menarche yaitu :
1. Faktor Endogen (genetik)
yaitu bahwa ada keterkaitan antara umur menarche anak dan umur menarche ibu. Dikatakan pula umur menarche ibu dapat mempengaruhi kecepatan pertumbuhan badan anak sehingga mempengaruhi waktu menarchenya, studi Ersoy, B (2005) mengatakan adanya korelasi antara umur menarche ibu dan umur menarche anak (p < 0.001). sebagai contoh, rata-rata menarche anak terjadi pada umur 12,82 tahun dan umur menarche ibu adalah 13,6 tahun.
2. Faktor Eksogen
diantaranya status gizi, keterpaparan terhadap media orang dewasa baik cetak maupun elektronik, aktifitas olahraga, iklim dan tempat, keadaan geografis, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan dan stimulan psikis.
Penelitian yang dilakukan oleh Tiwari (2005) dikatakan bahwa salah satu alasan mengapa umur menarche diperhitungkan adalah karena terdapatnya hubungan antara umur menarche, umur disaat nikah, dan umur kelahiran bayi pertama. Data yang didapat oleh Tiwari (2005), ditahun 1950-1985 umur menarche rata-rata 13,9 tahun dan menikah umur 17,29 tahun dan melahirkan pertama dengan usia 20,22 tahun. Menurunnya umur menarche bisa berpengaruh terhadap mudanya usia pernikahan dini pada remaja putri (Iskandar, MKMI 1997, dalam Putri, 2009)
Para ahli dari berbagai belahan dunia menunjukkan bahwa usia menarche berbeda di beberapa negara. Hal ini juga disebabkan oleh ras dan genetik. Usia menarche di negara Eropa antara 12,5-13,2 tahun. Di sisi lain, wanita Afrika mengalami menarche di usia antara 13,4-14,9 tahun. Di negara Timur Tengah,
menarche terendah ada di negara Istanbul sekitar 12,3 tahun. Sedangkan di Montreal, Sydney, dan New Zealand sekitar 13 tahun dan menarche terlambat terjadi pada wanita New Guinea yakni 15,5 tahun sampai usia 18 tahun, semua penelitian tersebut didapat dalam periode tahun 1965 – 1985 (Eveleth and Tanner, 1976 and Oduntan, 1976 dalam putri, 2009)
C. Status Gizi Sebagai Salah Satu Faktor yang Mempengaruhi Usia Menarche Gizi berasal dari bahasa Arab “Al Gizaai” yang artinya makanan dan manfaatnya untuk kesehatan. Al Gizaai juga dapat diartikan sari makanan yang bermanfaat untuk kesehatan. Ilmu gizi (Nutrition Science) adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang makanan dalam hubungannya dengan kesehatan optimal (Almatsier, 2004).
Dalam pembahasan tentang status gizi, ada tiga konsep yang harus dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah :
1. Prosedur dari organisasi dalam menggunakan bahan makanan melalui proses pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan metabolisme dan pembuangan untuk pemeliharaan hidup, pertumbuhan, fungsi organ tubuh dan produksi energi, proses ini disebut gizi.
2. Keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara pemasukan zat gizi disatu pihak dan pengeluaran oleh organisme dipihak lain. Keadaan ini disebut nutriture.
3. Tanda-tanda atau penampilan yang diakibatkan oleh nutriture dapat terlihat melalui variabel tertentu. Hal ini disebut sebagai status gizi (nutrional status) (Suhardjo, 2003)
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih (Almatsier, 2004).
Menurut Bagga (2000, dalam Putri, 2009) manyatakan bahwa remaja putri yang mengalami menarche dengan umur lebih awal (9-11 tahun) mempunyai berat badan maksimum adalah 46 kg dibandingkan dengan umur menarche yang ideal (12-14 tahun) yaitu 41 kg. Sedangkan remaja putri yang telat menarchenya (14-15 tahun) mempunyai berat badan sekitar 37 kg. Penelitian yang serupa adalah dengan mengukur tinggi badan yang dilakukan terhadap remaja putri yang mendapat menarche dengan umur lebih awal (9-11 tahun) yaitu 154,84 cm, sedangkan tinggi remaja putri yang mendapat menarche telat adalah 147,89 cm. Penelitian tersebut menyatakan bahwa adanya hubungan kuat antara status gizi terhadap menarche remaja putri. Oleh karena itu, terjadinya menarche juga ditentukan oleh tinggi badan tertentu (BMI/IMT) karena saat tersebut adalah terjadinya kecepatan metabolik kritis.
Pengukuran status gizi secara Antropometri adalah salah satu indikator yang sudah lama digunakan dalam penentuan status gizi yang meliputi berat badan, tinggi badan , dan Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan indikator di dalam mengukur status gizi yang secara tidak langsung dapat menentukan besar komposisi tubuh dengan status gizi tertentu.
a. Berat Badan
Berat badan adalah salah satu ukuran antropometri yang sudah digunakan sejak lama dalam penentuan status gizi khususnya remaja. Ukuran antropometri ini memberikan gambaran tentang massa tubuh seseorang dan dapat dipengaruhi oleh faktor jangka panjang pendek maupun jangka panjang. Sebagai indikator dalam
penelitian status gizi, berat badan biasanya dinyatakan sebagai indeks dengan ukuran antropometri lainnya, misalnya Berat Badan untuk Tinggi (BB/TB) dan Berat Badan Untuk Umur (BB/U) (Waspadji, et al. 2003).
Sebagai ukuran antropometri yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, berat badan seseorang mudah mengalami perubahan, baik mengalami peningkatan maupun penurunan berat badan dapat berpengaruh pada perubahan status gizi dan derajat kesehatan pada remaja, maka pemantauan terhadap berat badan sangat diperlukan (waspadji,et al. 2003). Dalam keadaan normal dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan abnormal, terdapat 2 kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal (Supariasa, 2002)
Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini. Data berat badan biasanya didapatkan melalui penimbangan responden dengan menggunakan timbangan injak digital dengan ketelitian 0,1 kg (Santy, 2006)
b. Tinggi badan
Tinggi badan merupakan ukuran berat badan yang menggambarkan pertumbuhan rangka. Dalam penilaian status gizi, tinggi badan dinyatakan sebagai indeks sama halnya dengan berat badan. Indeks yang digunakan antara lain adalah Tinggi Badan untuk Umur (TB/U). Tinggi badan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain umur, gender, keturunan dan ras (Waspadji, 2003).
Frish and Revelle (1970, dalam putri 2009) dalam penelitiannya menggambarkan ada keterkaitan antara usia menarche remaja putri dengan tinggi
badan. Disimpulkan bahwa kecepatan pertumbuhan tubuh mempengaruhi pubertas dan akhirnya menarche ; remaja putri yang usia pubertasnya lebih cepat maka pertumbuhan tinggi badannya lebih cepat dan sebaliknya. Berdasarkan karakteristik tinggi badan di atas, maka indeks TB/U menggambarkan status gizi di masa lampau hingga kini (Supariasa, 2002).
Beaton dan Bengoa (1973, dalam Supariasa 2002) menyatakan bahwa indeks TB/U disamping memberikan gambaran status gizi masa lampau, juga erat kaitannya dengan status sosial ekonomi keluarga. Data tinggi badan biasanya didapatkan dengan pengukuran menggunakan microtoise pada dinding yang rata dengan ketinggian 2 cm dari lantai (Santy, 2006).
c. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Indeks Massa Tubuh atau Body Mass Index adalah suatu cara penilaian terhadap berat badan. IMT diperoleh dari perbandingan antara berat badan dan tinggi badan atau dirumuskan :
BB (kg) IMT =
TB (m) X TB (m) Keterangan :
IMT : Indeks Massa Tubuh BB : Berat Badan
Supariasa (2002) mengemukakan bahwa dari hasil perhitungan tersebut, akan didapatkan hasil :
Tabel 2.1 Kategori Hasil IMT
Jenis Kategori IMT
Kurus
Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0 Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0-18,5
Normal > 18,5-25,0
Gemuk
Kelebihan berat badan tingkat ringan < 25,0-27,0 Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0
Penggolongan status gizi dengan indeks BB/U, indeks TB/U, IMT yang digunakan berdasarkan WHO (2008) dapat dilihat dalam tabel 2.2 :
Tabel 2.2
Daftar Status Gizi Remaja
Status gizi BB/U TB/U IMT/U
> +3.00 Obesitas Sangat tinggi Obesitas +2.01 - +3.00 Gizi lebih Tinggi Gizi lebih
-2.00 - +2.00 Normal Normal Gizi normal
-3.00 - -2.01 Gizi kurang Pendek Gizi kurang < -3.00 Gizi sangat kurang Sangat Pendek Gizi sangat kurang
BAB III
KERANGKA KONSEP KONSEPTUAL
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan diamati (diukur) melalui penelitian yang dimaksud. Penyusunan kerangka konsep akan membantu peneliti untuk membuat hipotesis, menguji hubungan tertentu, dan membantu peneliti dalam menghubungkan hasil penemuan dengan teori yang hanya dapat diamati atau diukur melalui variabel. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Variabel dependen adalah menarche. Hasil yang diharapkan adalah dengan semakin mendekati rentang normal indeks massa tubuh atau pertumbuhan tubuh seseorang diharapkan usia menarche juga mendekati rentang usia normal.
Variabel Independen Variabel Dependen
Skema 1. kerangka konsep
B. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan indeks massa tubuh (IMT) dengan usia menarche siswi SMP Supriyadi Medan.
Pedoman dalam menerima atau menolak hipotesis yaitu : 1. Ha diterima jika r-hitung > r-tabel, atau nilai p-value < 0,05 2. Ha ditolak jika r-hitung < r-tabel, atau nilai p-value > 0,05
Usia Menarche Indeks Massa Tubuh
C. Defenisi Operasional
Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel diamati/diteliti, perlu sekali variabel-variabel tersebut diberi batasan atau “defenisi operasional”. Defenisi operasional ini juga bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrumen (alat ukur).
No Variabel
Defenisi
Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Skala 1. Independen :
IMT
Perbandingan antara berat badan dan tinggi badan.
- Timbangan berat badan - Pengukur tinggi badan -Pemeriksaan langsung dengan mengukur berat badan dan tinggi badan siswi kemudian dimasukkan kedalam rumus: BB (kg) IMT = TB(m)xTB(m) Skor rata-rata dalam Kg/m² Ratio 2. Dependen : Usia Menarche Umur responden dalam bulan saat mendapatkan menstruasi yang pertama kali.
Kuesioner Wawancara Skor rata-rata dalam bulan
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat korelasi yaitu untuk mengetahui hubungan indeks massa tubuh terhadap usia menarche pada siswi SMP Supriyadi Medan dengan cara pendekatan cross sectional.
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti. Pada penelitian ini populasinya adalah keseluruhan siswi SMP Supriyadi Medan kelas I yang menarche sebanyak 33 orang.
2. Sampel
Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik total sampling yaitu semua populasi dijadikan sebagai sampel yang berjumlah 33 orang.
C. Tempat Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di SMP Supriyadi Medan.
D. Waktu Penelitian
E. Etika penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti mendapatkan izin dari Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Kemudian peneliti mengajukan permohonan izin penelitian dari Kepala Sekolah SMP Supriyadi Medan. Setelah memperoleh persetujuan, peneliti melakukan penelitian dengan pertimbangan etik yaitu : peneliti menjelaskan maksud dan tujuan peneliti serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Jika respon bersedia menjadi partisipan maka responden diharapkan menandatangani lembar persetujuan penelitian atau informed consent. Bila partisipan menolak untuk diwawancarai maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-haknya karena partisipan tersebut sifatnya suka rela dan partisipan mempunyai hak untuk mengundurkan diri dari penelitian. Selanjutnya untuk menjaga kerahasiaan identitas responden pada lembar pengumpulan data yang akan digunakan sehingga kerahasiaan identitas informasi yang diberikan tetap terjaga. Seluruh informasi yang diperoleh tidak akan dipergunakan kecuali untuk meningkatkan kualitas kesehatan dan tetap menjaga kerahasiaan identitas.
F. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data berupa Kuesioner yang dibuat oleh peneliti. Kuesioner yang akan diisi atau ditanya langsung kepada responden yaitu untuk mengetahui usia responden dan menarche responden. Kemudian peneliti menggunakan timbangan berat badan dan pengukur tinggi badan untuk mengetahui indeks massa tubuh responden dengan menggunakan rumus berdasarkan studi literatur yang ada.
G. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut yaitu setelah mendapatkan izin dari Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Kepala Sekolah SMP Supriyadi Medan, peneliti mengadakan pendekatan kepada calon responden untuk mendapatkan persetujuan sebagai sampel peneliti, kemudian peneliti melaksanakan pengumpulan data siswi yang telah mengalami haid di SMP Supriyadi Medan. Selanjutnya peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan dan manfaat penelitian. Kemudian meminta persetujuan dari calon responden untuk menjadi responden dengan menandatangani informed consent, setelah itu peneliti mengisi Kuesioner dengan mewawancarai langsung responden dan kemudian mengukur berat badan dan tinggi badan responden secara bergantian. Kemudian peneliti mengumpulkan seluruh Kuesioner untuk selanjutnya di analisis.
H. Analisis Data 1. Univariat
Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik masing-masing responden, yakni dengan melihat nilai mean, median, nilai minimum dan maksimum dari variabel yang diteliti meliputi : usia, tinggi badan, berat badan, IMT, menarche.
2. Bivariat
Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara indeks massa tubuh dengan menarche. Dalam menganalisa data secara bivariat pengujian data dilakukan dengan mengunakan uji statistik korelasi bivariat Pearson Product Moment untuk mengetahui sejauh mana hubungan indeks massa tubuh terhadap menarche dengan pedoman sebagai berikut :
Korelasi dapat bernilai positif dan negative. Korelasi bernilai positif menunjukkan arah yang sama pada hubungan antar variabel. Artinya, jika variabel 1 besar maka variabel 2 semakin besar pula. Sebaliknya, korelasi bernilai negative menunjukkan arah yang berlawanan. Artinya, jika variabel 1 besar maka variabel 2 menjadi kecil. α signifikansi 95% (α = 0.05).
Pedoman dalam menerima hipotesa :
- jika probabilitas < 0.05, Ho ditolak dan Ha diterima - jika probabilitas > 0.05, Ho diterima dan Ha ditolak.