Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
Implementasi Super Pairwise Alignment pada
Global Sequence Alignment
Oleh: ARFAN PANTUA
1207 100 704
JURUSAN MATEMATIKA
Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
Daftar Isi
Pendahuluan
Dasar Teori
Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem
Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
Pendahuluan
Latar Belakang Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan ManfaatPendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
Latar Belakang
Salah satu pengenalan spesies pada bioinformatika yaitu melalui pensejajaran sekuens (sequence alignment). Solusi untuk pensejajaran sekuens dapat menggunakan program dinamik. Algoritma alignment berbasis program dinamik merupakan suatu algoritma yang seringkali digunakan untuk menyelesaikan permasalahan optimalisasi pada berbagai macam bidang. Beberapa algoritma program dinamik antara lain
Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
Latar Belakang(2)
Berdasarkan hasil penelitian, kedua metode tersebut memiliki beberapa kelemahan salah satunya adalah tingkat kecepatan komputasinya. Dari hasil penelitiannya, ditemukan metode baru yaitu Super Pairwise Alignment. Metode ini menggabungkan metode analisis kombinatorial dan probabilitas. Berdasarkan hasil penelitian ini cukup menarik untuk dikaji lebih jauh dengan tinjauan aspek matematis, biologi maupun dari segi komputasionalnya. Hal ini kemudian menjadi acuan bagi penulis untuk mengkaji lebih dalam metode super pairwise alignment dengan mengambil contoh kasus mutasi struktur sequence DNA dengan menggunakan metode super
Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
Pendahuluan
Latar Belakang Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan ManfaatPendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
Rumusan Masalah
Bagaimana mengimplementasikan metode Super Pairwise Alignment dalam mensejajarkan sekuens
Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
Pendahuluan
Latar Belakang Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan ManfaatPendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
Batasan Masalah
Data yang digunakan adalah data DNA yang diperoleh dari database
Pensejajaran dilakukan terhadap dua buah sekuen Sistem dibuat dengan menggunakan bahasa pemrograman Java
Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
Batasan Masalah
Data yang digunakan adalah data DNA yang diperoleh dari database
Pensejajaran dilakukan terhadap dua buah sekuen
Sistem dibuat dengan menggunakan bahasa pemrograman Java
Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
Batasan Masalah
Data yang digunakan adalah data DNA yang diperoleh dari database
Pensejajaran dilakukan terhadap dua buah sekuen
Sistem dibuat dengan menggunakan bahasa pemrograman Java
Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
Batasan Masalah
Data yang digunakan adalah data DNA yang diperoleh dari database
Pensejajaran dilakukan terhadap dua buah sekuen Sistem dibuat dengan menggunakan bahasa pemrograman Java
Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
Pendahuluan
Latar Belakang Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan ManfaatPendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
Tujuan
Membuat perangkat lunak untuk mensejajarkan sekuen menggunakan metode Super Pairwise Alignment
Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
Pendahuluan
Latar Belakang Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan ManfaatPendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
Manfaat
sebagai dasar untuk menciptakan perangkat lunak seba-gai tools alternatif dalam pensejajaran sekuens disamping tools JEmboss
Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
Daftar Isi
Pendahuluan
Dasar Teori
Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem
Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
Dasar Teori
Sequence Alignment
Super Pairwise Alignment
Peningkatan Algoritma untuk mengestimasi posisi mutasi
Perancangan Sistem dengan Metodologi Berorientasi Objek
Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
Sequence Alignment
Hal yang sangat penting dalam sequence alignment adalah memutuskan pemindahan mutasi. Misalkan A, B adalah dua sequence yang didefinisikan
A= (a1,a2, · ·· ,ana),B= (b1,b2, · · · ,bnb),C= (c1,c2, · · · ,cnc) (1)
Penyisipan symbol ”-” ke dalam A,B bertujuan untuk membentuk dua sekuens baru, yaitu A’ dan B’. Selanjutnya, elemen-elemen dari A dan B menjadi range dari V5= {0,1,2,3,4} = {a,c,g,t, −}dengan V4
adalah himpunan quaternary (himpunan yang terdiri dari 4 elemen) dan V5adalah himpunan yang terdiri dari 5 elemen.
Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
Sequence Alignment
Hal yang sangat penting dalam sequence alignment adalah memutuskan pemindahan mutasi. Misalkan A, B adalah dua sequence yang didefinisikan
A= (a1,a2, · · · ,ana),B= (b1,b2, · · · ,bnb),C= (c1,c2, · · · ,cnc) (1)
Penyisipan symbol ”-” ke dalam A,B bertujuan untuk membentuk dua sekuens baru, yaitu A’ dan B’. Selanjutnya, elemen-elemen dari A dan B menjadi range dari V5= {0,1,2,3,4} = {a,c,g,t, −}dengan V4
adalah himpunan quaternary (himpunan yang terdiri dari 4 elemen) dan V5adalah himpunan yang terdiri dari 5 elemen.
Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
Sequence Alignment
Hal yang sangat penting dalam sequence alignment adalah memutuskan pemindahan mutasi. Misalkan A, B adalah dua sequence yang didefinisikan
A= (a1,a2, · · · ,ana),B= (b1,b2, · · · ,bnb),C= (c1,c2, · · · ,cnc) (1)
Penyisipan symbol ”-” ke dalam A,B bertujuan untuk membentuk dua sekuens baru, yaitu A’ dan B’. Selanjutnya, elemen-elemen dari A dan B menjadi range dari V5= {0,1,2,3,4} = {a,c,g,t, −}dengan V4
adalah himpunan quaternary (himpunan yang terdiri dari 4 elemen) dan V5adalah himpunan yang terdiri dari 5 elemen.
Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
Dasar Teori
Sequence Alignment
Super Pairwise Alignment
Peningkatan Algoritma untuk mengestimasi posisi mutasi
Perancangan Sistem dengan Metodologi Berorientasi Objek
Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
Super Pairwise Alignment
Super Pairwise Alignment
SPA mengkombinasikan estimasi statistik dan analisis kombinatorik yang berhubungan dengan mutasi tipe insersi dan penghapusan antara string. Sekuens DNA atau RNA dapat dianggap independen dan secara identik distribu-si barisan variable random. Berdasarkan model statistik, SPA memprediksi keberadaan insersi maupun penghapus-an dpenghapus-an ppenghapus-anjpenghapus-ang insersi maupun penghapuspenghapus-an tersebut ber-gantung pada similaritas lokal sekuens input
Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
Super Pairwise Alignment
Langkah-langkah SPA
Misalkan (A, B) adalah 2 sekuen yang diketahui. Setiap algoritma memiliki penaksiran nilai parameter pada mode mutasi T. Tanpa terkecuali SPA. Secara spesifik, terlebih dahulu tentukan nilai parameter yang penting, yaitu n, h,
θ, θ0, τ. Disini n dipilih berdasarkan kekonvergenan hukum
perluasan nilai atau teorema limit pusat. Secara khusus, ki-ta tentukan n=20,50,80,100,dsb. θ, θ0dipilih berdasark-an tingkat galat dari mutasi tipe I dberdasark-an tipe II dberdasark-an tingkat galat dari dua variabel bebas yang acak. Dengan
demiki-Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
Langkah I Mengestimasi posisi mutasi pertama i1di T
Tentukan i=j=0 dan hitung w(A,B;i,j,n). Jika
w(A,B;i,j,n) =w≥ θ0,
maka misalkaniˆ1=0. Ini berarti mutasi
shifting terjadi di awal interval [1,n]. Jika tidak dilanjutkan ke langkah ke(2).
Pada langkah ke(1) jika w≤ θ, yang berarti tidak ada mutasi shifting di [1,n],kita letakkan titik awal di depan dan misalkan i=j=n− τ. Selanjutnya, kita hitung w(A,B;i,j,n). Jika
Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
maka misalkan i=j=2(n− τ)dan ulangi langkah (2) hingga w(A,B;i,j,n) > θ. Misalkan, k1adalah bilangan bulat yang
memenuhi
w(A,B;i,j,n) =w≥ θ,
jika i=j =k1(n− τ), dan w(A,B;i,j,n) > θjika
i=j= (k1+1)(n− τ). Kemudian lanjutkan ke langkah 3 atau 4.
Untuk i=j= (k1+1)(n− τ), jika w(A,B;i,j,n) > θ0,
maka tentukanˆi1= (k1+1)(n− τ). Jika tidak demikian,
maka lakukan tahap (4).
Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
hitungiˆ1berdasarkan persamaan
n1=
h w0−w(
3
4−w) (2)
Jika w0≤w ulangi langkah 1-4 untuk nilai h dan n yang cukup besar hingga diperoleh w0>w .
Dengan demikian, melalui langkah-langkah di atas kita dapat mengestimasiiˆ1dan i1.
Langkah II : Estimasi l1berdasarkan estimasiiˆ1dari posisi
mutasi pertama di T. Secara khusus,
w(A,B; ˆi1+l, ˆi1,n),w(A,B; ˆi1, ˆi1+l,n),l=1,2,3, . . .
jika pasangan(ˆi1+l, ˆi1)atau pasangan(ˆi1, ˆi1+l)
memenuhi w≤0.3 atau 0.4, adalah fungsi sliding window yang berhubungan, maka l adalah
Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
Jika w(A,B; ˆi1+l, ˆi1,n) < θ, kita catat bahwalˆ1= −l dan
kita masukkan l simbol maya ke dalam sekuen B mengikuti letakiˆ1, sementara sekuen A dipertahankan
invariant.
Jika w(A,B; ˆi1, ˆi1+l,n) < θ, kita catat bahwalˆ1=l dan
kita masukkan l simbol maya ke dalam sekuen A mengikuti letakiˆ1, sementara sekuen B dipertahankan
invariant.
Melalui penggunaan 2 tahap ini, kita dapat mengestimasi mode mutasi lokal T1= {(i1,l1)}, dan kesejajaran
seragam lokal(C1,D1)yang dijabarkan sebagai berikut:
Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
Jika w(A,B; ˆi1+l, ˆi1,n) < θ, kita catat bahwalˆ1= −l dan
kita masukkan l simbol maya ke dalam sekuen B mengikuti letakiˆ1, sementara sekuen A dipertahankan
invariant.
Jika w(A,B; ˆi1, ˆi1+l,n) < θ, kita catat bahwalˆ1=l dan
kita masukkan l simbol maya ke dalam sekuen A mengikuti letakiˆ1, sementara sekuen B dipertahankan
invariant.
Melalui penggunaan 2 tahap ini, kita dapat mengestimasi mode mutasi lokal T1= {(i1,l1)}, dan kesejajaran
seragam lokal(C1,D1)yang dijabarkan sebagai berikut:
C1= (C1,1,A2,1),D1= (D1,1,B2,1)
Misalkan panjang vektor C1,1dan D1,1adalahiˆ1+ |l1|.
Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
adalah titik awal pada kesejajaran berikutnya.
Langkah III : Setelah mendapatkan estimasi(i1,l1), kita
lanjutkan untuk mengestimasi i2berdasarkan (C1,D1). Kita misalkan i=j=L1dan hitung
w(A,B;i,j,n)dengan mengulangi langkah (I) langkah 1-4 untuk mendapatkan estimasiiˆ2untuk
i2.
Langkah IV : Estimasi l2berdasarkaniˆ1, ˆl1, ˆi2. Disini kita
menghitung
w(C1,D1; ˆi2+l, ˆi2,n),w(C1,D1; ˆi2, ˆi2+l,n),l=1,2,3, . . .
kita ulangi langkah II untuk memperolehlˆ2dan
Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
untuk setiap k=1,2,3, . . .. Proses akan berhenti pada suatu k0sedemikian sehingga Ck0 = (C1,k0,A2,k0)dan
Dk0= (D1,k0,B2,k0)memiliki mutasi pergeseran yang terjadi pada(A2,k0,B2,k0). Misalkan Lk0 menotasikan panjang sekuen C1,k0,D1,k0 dan i=j=Lk0. l yang berkaitan adalah panjang dari mutasi pergeseran jika pasangan( ˆik0+l, ˆik0)atau( ˆik0, ˆik0+l) memenuhi w≤ θdan kemudian w(Ck0,Dk0;i,j,n
0) ≤ θdimana n0panjang terpendek dari A2,k0 dan B2,k0. Langkah terakhir kita samakan panjang A2,k0 dan B2,k0. Dengan kata lain, jika
panjang A2,k0 lebih pendek dari pada B2,k0, masukkan beberapa simbol maya diakhir A2,k0 sehingga panjangnya sama dengan B2,k0.
Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
Dasar Teori
Sequence Alignment Super Pairwise Alignment
Peningkatan Algoritma untuk mengestimasi posisi mutasi
Perancangan Sistem dengan Metodologi Berorientasi Objek
Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
Peningkatan Algoritma untuk mengestimasi
posisi mutasi
Langkah-langkah Regresi Linear
Posisi mutasiˆs∗adalah variable acak, dan jarak antara dua posisi mutasi yang berdekatan ik dan ik+1adalah juga
vari-able acak. Operasi pada (2) tidak memiliki sifat yang dapat menyesuaikan diri. Dengan kata lain, tidak dapat secara otomatis mencari posisi mutasi dengan pemisahan yang berbeda. Untuk menyelesaikan dua masalah tersebut, kita gunakan algoritma pembeda pada analisis regresi sebagai berikut :
Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup Pada langkah ini digunakan wk =n10w(k,n0)untuk
mengestimasi posisi mutasi awal i1di T
Tentukan k=0 dan hitung w(k,n0). Jika
wk ≥ θ0(θ0∈ (0.6,0.8)), maka misalkaniˆ1=0. Jika
tidak lanjutkan ke langkah berikutnya. Jika wk ≤ θ(θ ∈ (0.3,0.5)), lanjutkan untuk
menghitung wk+1untuk setiap k =0,1,2, . . .. Jika
terdapat beberapa k yang berhubungan sedemikian hingga
wk ≤ θ,wk+1< θ,
Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup k1
∑
k=0 (wk− ρ1)2=min ( k 1∑
k=0 (wk− ρ)2, ρ >0 ) (3) maka σ21= 1 k1+1 k1∑
k=0 (wk− ρ1)2 (4)Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
Setelah garis lurusΓ1ditentukan, lanjutkan untuk
menghitung wk,k =k1+1,k1+2,k1+3, . . ., jika
terdapat titik k2,k3sedemikian hingga
θ <wk < θ0 untuk setiap k2<k <k3, θ0<wk untuk setiap k3<k.
kemudian lakukan analisis regresi berdasarkan data: wk,k=k2+1,k2+2, . . . ,k3,k=k3+1,k3+2,k3+3, . . . .
Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
Γ2: y = ρ2x+ ρ02, Γ3: y = ρ3,
secara berurutan, yang memenuhi kondisi :
k3
∑
k=k2 (wk−ρ2k−ρ02) 2 =min ( k 3∑
k=k2 (wk− ρk− ρ0)2, ρ, ρ0>0 ) , (6) n0∑
k=1 (wk3+k− ρ3) 2=min ( n0∑
k=1 (wk3+k− ρ) 2, ρ >0 ) , (7) dimana n0≤n0<na−k3. Kedua persamaan di (6) danPendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
Titik potong dari garis lurusΓ2danΓ3adalah nilaiˆs
yang kita butuhkan. Dengan menggantikan langkah (I) pada algoritma SPA dengan langkah (III) kita peroleh untuk meningkatkan algoritma SPA, yang merupakan algoritma pembeda pada analisis regresi.
Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
Dasar Teori
Sequence Alignment Super Pairwise Alignment
Peningkatan Algoritma untuk mengestimasi posisi mutasi
Perancangan Sistem dengan Metodologi Berorientasi Objek
Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
Bahasa Pemrograman Java
Tujuan pembuatan bahasa pemograman Java adalah un-tuk meningkatkan kemampuan bahasa pemograman C++ yang sebelumnya telah ada sehingga aplikasi-aplikasi (pro-gram komputer) yang dikembangkan dengan bahasa pe-mograman tersebut mampu berjalan di atas berbagai pla-tform perangkat keras dan perangkat lunak (sistem opera-si) yang berbeda .
Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
Unified Modeling Language(UML)
UML (Unified Modeling Language) adalah salah satu perkakas (tool) yang sangat bermanfaat untuk melakukan analisis dan perancangan sistem dalam konteks
pemograman berorientasi objek. Para pakar di bidang perancangan perangkat lunak pada sekitar tahun 1980-1990 mulai bekerja dengan bahasa pemrograman yang berorientasi objek (OOP [Object Oriented
Programming]) seperti C++ dan Java. Dengan demikian, diperlukan metodologi dan tools yang lebih sesuai. Dalam hal ini, UML (Unified Modeling Language) merupakan metodologi yang sering digunakan saat ini untuk mengadaptasi maraknya penggunaan bahasa
Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
Daftar Isi
Pendahuluan Dasar Teori
Analisis dan Perancangan Sistem
Uji Coba Sistem Penutup
Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
Perancangan Sistem
Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
Perancangan Sistem
Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
Daftar Isi
Pendahuluan Dasar Teori
Analisis dan Perancangan Sistem
Uji Coba Sistem
Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
Uji Coba Proses
Data Sekuens
E.co’:ugccuggcggccguagcgcgguggucccaccugaccccaugccgaacucagaagugaaa B.st:ccuagugacaauagcggagaggaaacacccgucccaucccgaacacggaaguuaag
Parameter
Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
Uji Coba Proses
Data Sekuens
E.co’:ugccuggcggccguagcgcgguggucccaccugaccccaugccgaacucagaagugaaa B.st:ccuagugacaauagcggagaggaaacacccgucccaucccgaacacggaaguuaag Parameter
Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup k 2 3 4 5 6 7 8 9 wk 0.333 0.333 0.400 0.467 0.400 0.467 0.400 0.400 k 10 11 12 13 14 15 16 17 wk 0.400 0.467 0.400 0.467 0.467 0.400 0.400 0.400 k 18 19 20 21 22 23 24 25 wk 0.467 0.467 0.400 0.400 0.333 0.400 0.467 0.467 k 26 27 28 29 30 31 32 33 wk 0.467 0.400 0.467 0.533 0.533 0.600 0.677 0.677 k 34 35 36 37 38 39 40 41 wk 0.667 0.733 0.800 0.800 0.800 0.800 0.733 0.733 k 42 43 wk 0.733 0.733
Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
Percobaan Pertama
Data Sekuens
Necator americanus mitochondrion, complete genome
Ancylostoma duodenale mitochondrion, complete genome
Parameter
Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
Percobaan Pertama
Data Sekuens
Necator americanus mitochondrion, complete genome
Ancylostoma duodenale mitochondrion, complete genome
Parameter
Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
Percobaan Pertama
Program Parameter Percobaan
Super Pairwise Alignment n=30 length: 13849
θ =0.4 similarity: 10850 (78.3) % θ0=0.6 gaps: 277 (2.0) %
Jemboss a=10 Died: Sequences too big.
b=0.5
EMBOSS a=10 length: 13987
b=0.5 similarity:11620 (83.1) % gaps: 648 (4.6) %
Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
Percobaan Kedua
Data Sekuens
Human papillomavirus type 129, complete genome Human papillomavirus type 130, complete genome
Parameter
Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
Percobaan Kedua
Data Sekuens
Human papillomavirus type 129, complete genome Human papillomavirus type 130, complete genome Parameter
Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
Percobaan Kedua
Program Parameter Percobaan
Super Pairwise Alignment n=150 length: 7507
θ =0.4 similarity: 3687 (49.1) % θ0=0.6 gaps: 310 (4.13) %
Jemboss a=100 length: 7446
b=10 similarity:3922 (52.7) %
gaps: 285 (3.8) % skor: 2384
Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
Daftar Isi
Pendahuluan Dasar Teori
Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem
Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
Penutup
Kesimpulan
Hasil pensejajaran dengan menggunakan algoritma Super pairwise Alignment, Necator americanus mitochondrion, complete genome dan Ancylostoma duodenale mitochondrion, complete genome diperoleh hasil similaritas sebesar 73.7%. Sedangkan tools JEmboss, yang tidak mampu melakukan proses pensejajaran terhadap pasangan sekuen ini dikarenakan memori yang dibutuhkan terlalu besar. Namun jika dibandingkan dengan Emboss maka hasil pensejajaran mendekati hasil yang diperoleh oleh tools Emboss yaitu 83.1 %. Hal
Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
Penutup
kebutuhan memori lebih rendah dibandingkan tools JEmboss.
Pemilihan parameter dalam pensejajaran
menggunakan metode SPA masih menjadi kendala. Hal ini dapat terlihat dari percobaan yang dilakukan, dimana untuk parameter n=15,θ =0.3, θ0=0.8 memiliki hasil pensejajaran yang berbeda dengan parameter n=30,θ =0.5, θ0=0.6. Sekalipun dalam Tugas Akhir ini metode untuk mengoptimalkan
Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
Penutup
Saran
Ketepatan pemilihan parameter berpengaruh dalam optimalisasi hasil pensejajaran. Pada permasalahan berbeda, user harus menentukan parameter yang tepat dan tentu saja hal pemilihan banyaknya parameter menimbulkan kesulitan dan waktu cukup lama dalam proses pensejajaran. Permasalahan ini dapat diatasi dengan menggunakan modifikasi lokal pada pensejajaran sekuens
Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
Terima Kasih!
Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
TerimaKasih!
Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
TerimaKasih!
Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
TerimaKasih!
Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
TerimaKasih!
Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup
TerimaKasih!