• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI 2. 1 Pengertian Hasil Belajar Belajar Hasil Belajar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI 2. 1 Pengertian Hasil Belajar Belajar Hasil Belajar"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

5 2.1.1 Belajar

Menurut Robert M. Gagne (dalam Suprijono, 2009) mendefinisikan belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan melalui aktifitas. Travers (dalam Suprijono, 2009) belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku. Menurut Cronbach (dalam Suprijono, 2009) mengemukakan “learning Is shown by a change is behavior as a result of experlence” (belajar adalah perubahan perilakju sebagai hasil dari pengalaman). Menurut Harold Spears (dalam Suprijono, 2009) “Learning is observe, to read, to invite, to try something themselves to listen, to follow direction” (dengan kata lain, bahwa belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengarkan dan mengikuti arah tertentu).

Menurut Geoch (dalam Suprijono, 2009) “Learning is change in performance as a result of practice” (Belajar adalah perubahan unjuk kerja sebagai hasil latihan. Menurut Morgan (dalam Suprijono 2009) “Learning is any relatively permanent change in behavior that is a result of past experience” (Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman yang lampau.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh pengalaman melalui aktivitas yang menghasilkan perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan dan bersifat permanen.

2.1.2 Hasil Belajar

Menurut Ahmad Susanto (2013) hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut

(2)

aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Pengertian tentang hasil belajar sebagaimana diuraikan di atas dipertegas lagi oleh Nawami (dalam K.Brahim 2007) yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.

Dari pengertian diatas disimpulkan bahwa hasil belajar adalah sejumlah pengalaman atau akibat yang diperoleh siswa yang mencakup bidang kognitif, bidang afektif dan bidang psikomotor setelah melakukan kegiatan belajar dalam bentuk nilai yang diperoleh melalui tes.

2.1.3 Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam

Sejak peradaban manusia, orang telah berusaha untuk mendapat sesuatu dari alam sekitarnya. Siswa telah mampu membedakan mana hewan atau tumbuhan yang dapat dimakan. Siswa mulai mempergunakan alat untuk memperoleh makanan, mengenai api untuk memasak. Semua itu menandakan bahwa siswa telah memperoleh pengetahuan dari pengamatan.

Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa IPA bermula timbul dari rasa ingin tahu manusia, dari rasa keingintahuan tersebut membuat manusia selalu mengamati terhadap gejala-gejala alam yang ada dan mencoba memahaminya.

Ilmu Pengetahuan Alam, biasanya disingkat IPA, adalah sebuah mata pelajaran yang mempelajari ilmu alam untuk siswa sekolah dasar (SD), dan sekolah menegah tingkat pertama (SMP). Namun berbeda pada istilah yang terdapat di sekolah menengah tingkat atas (SMA) dan perguruan tinggi, kata IPA lebih dikenal sebagai salah satu penjurusan kelas yang secara khusus lebih menginformasikan untuk membahas ilmu-ilmu eksakta.

Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar diharapkan dapat memberi berbagai pengalaman pada siswa dengan cara melakukan berbagai penelusuran ilmiah yang relevan, (Agus. S. Khalimah, 2010). Menurut

(3)

Powler ( Agus. S. Khalimah, 2010) pembelajaran IPA merupakan pengetahuan yang ilmiah, yaitu pengetahuan yang diperoleh secara ilmiah. Dengan demikian pemebelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di kehidupan sehari-hari.

IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasi. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah mata pelajaran yang mempelajari alam dan seluruh isinya, IPA identik dengan kegiatan percobaan yang di dalamnya memuat aspek-aspek perumusan masalah, perumusan hipotesis, merancang percobaan, mengumpulkan data, dan tahap penyimpulan. Dengan mempelajari mata pelajaran IPA ini siswa diharapkan mampu untuk mengenal dan memahami kondisi alam semesta dan isinya secara lebih mendalam, dan siswa juga lebih menjaga kelestarian alam semesta dan isinya.

2.1.4 Tujuan Mata Pelajaran IPA

Menurut Mulyadi (2001) bahwa tujuan mata pelajaran IPA sebagai berikut:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaanNya.

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

(4)

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Kesimpulan dari tujuan diatas adalah bahwa mata pelejaran IPA memperoleh keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaanan mengembangkan pengetahuan, pemahaman konsep-konsep, mengembangkan rasa ingin tahu,sikap positif, mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, serta pelajaran IPA dapat meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam, melestarikan lingkungan dan memperoleh bekal pengetahuan.

2.1.5 Ruang Lingkup Pembelajaran IPA

Menurut Mulyadi (2001) ruang lingkup pembelajaran IPA meliputi: 1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,

tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. 2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan

gas.

3. Energi dan perubahannya, meliputi gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana.

4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

Kesimpulan dari ruang lingkup diatas adalah bahwa pelajaran IPA makhluk hidup dan proses kehidupan dan terdapat benda mati atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya, serta terdapat energi dan perubahan, bumi dan alam semesta.

(5)

2.1.6 Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Pendidikan IPA merupakan salah satu aspek penting yang perlu diajarkan kepada para siswa di sekolah. Ilmu pengetahuan alam itu sendiri berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prisip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitarnya.

2.1.7 Model Pembelajaran

Menurut Agus Suprijono (2009) model pembelajaran ialah pola atau rencana yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas maupun tutorial. Menurut Trianto (2010) model pembelajaran adalah pola yang menggambarkan urutan alur tahap-tahap keseluruhan yang pada umumnya disertai dengan serangkaian kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu kerangka yang digunakan dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Model pembelajaran digunakan oleh guru sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran di kelompok.

2.1.7.1 Model Pembelajaran Make A Match

Menurut Agus Suprijono (2009) model pembelajaran merupakan perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran yang di kelas maupun tutorial. Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi siswa dengan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

(6)

Pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan, langkah-langkah, dan cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran merupakan jabaran dari pendekatan. Pendekatan dapat dijabarkan ke dalam berbagai metode pembelajaran. Dari, metode, teknik pembelajaran diturunkan secara aplikatif, nyata, dan praktis di kelas saat pembelajaran berlangsung. Menurut Trianto (2009) suatu model pembelajaran pola yang menggambarkan urutan alur tahap-tahap keseluruhan yang pada umumnya disertai dengan serangkaian kegiatan pembelajaran.

Menurut Lorna Curran (1994) model pembelajaran Mach A Match adalah mecari pasangan. Model Make A Match merupakan suatu model dimana kegiatan pembelajaran siswa melakukan aktivitas menjodohkan atau mencocokkan baik itu gambar atau kalimat. Namun dilihat dari penggunaannya media gambar lebih merangsang siswa dalam belajar karena dengan gambar siswa mudah untuk mengenal dan memahami bentuk. Model pembelajaran Make A Match merupakan model pembelajaran kelompok yang memiliki dua orang anggota. Masing-masing anggota tidak diketahui sebelumnya tetapi dicari berdasarkan kesamaan pasangan, misalnya pasangan soal dan jawaban. Guru membuat kotak undian, kotak pertama berisi soal mencari siswa yang mendapat jawaban yang cocok, demikian pula sebaliknya. Model ini dapat digunakan untuk membangkitkan aktifitas siswa belajar dan cocok digunakan dalam bentuk permainan.

(7)

2.1.7.2 Tujuan Pembelajaran Make A Match

Menurut Miftahul Huda, M.Pd. (2014 ) tujuan pokok dari Make A Match dalam proses belajar yaitu sebagai berikut:

1. Pendalaman materi 2. Penggalian materi 3. Edutainment

2.1.7.3 Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Make A Match

Menurut Miftahul Huda (2014) memiliki kelebihan dan kelemahan pembelajaran kooperatif Make A Match dalam proses belajar mengajar. Adapun kelebihan dan kelemahan Make A Match adalah:

Kelebihan :

a. Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik.

b. Karena ada unsur permainan, metode ini menyenangkan. c. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang

dipelajari dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. d. Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil

prestasi.

e. Efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar.

Kelemahan :

a. Jika strategi ini tidak dipersiapkan dengan baik, akan banyak waktu yang terbuang..

b. Pada awal-awal penerapan metode, banyak siswa yang akan malu berpasangan dengan lawan jenisnya.

c. Jika guru tidak mengarahkan siswa dengan baik, akan banyak siswa yang kurang memperhatikan pada saat presentasi pasangan.

(8)

d. Guru harus hati-hati dan bijaksana saat memberi hukuman pada siswa yang tidak mendapat pasangan, karena mereka bisa malu. e. Menggunakan metode ini secara terus-menerus akan

menimbulkan kebosanan.

Kesimpulan dari kelebihan dan kekurangan pembelajaran model Make A Match adalah bahwa kelebihannya dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, karena adanya unsur permainan, dan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil dan melatih kedisiplinan. Kelemahannya mengakibatkan waktu yang terbuang banyak, banyak siswa yang akan malu berpasangan dengan teman yang lain, serta banyak siswa yang kurang memperhatikan dan jika menggunkan metode ini secara terus-menerus dapat mengakibatkan kebosanan.

2.1.7.4 Langkah-langkah Model Pembelajaran Make A Match

Menurut Lorna Curran (1994) langkah-langkah model pembelajaran Make A Match dalam proses belajar mengajar yaitu sebagai berikut:

1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok. Sebaiknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.

1. Setiap siswa mendapat satu buah kartu.

2. Tiap siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang.

3. Setiap siswa mencari pasangan mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal maupun jawaban)

4. Setiap siswa dapat mencocokkan hasilnya sebelum batas waktu dianggap menang.

5. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.

(9)

6. Mengambil kesimpulan. 7. Penutup.

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian relevan yang dilakukan oleh Sri Rejeki penerapan model Make A Match pada mata pelajaran IPA untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 2 Sengonwetan semester II tahun ajaran 2009/2010. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V melalui penerapan model Make A Match. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di SDN 2 Sengonwetan Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan Jawa Tengah. Rumusan masalah dari latar belakang di atas adalah “ apakah penerapan model Make A Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V semester II pada pembelajaran IPA di SDN 2 Sengonwetan, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan tahu ajaran 2009/2010”. Model pembelajaran Make A Match dianggap tepat untuk meningkatkan aktifitas siswa karena model ini membuat siswa selalu aktif dalam proses belajar mengajar dan merasa senang. Hasil analisis data dari aktifitas siswa pada kondisi awal hanya 51%, siklus I mencapai pesentase 75%, dan siklus ke II dengan persentase 85%. Peningkatan aktifitas siswa memberi dampak pada peningkatan hasil belajar siswa yaitu pada ulangan harian siswa pada kondisi awal hanya mencapai rata-rata 66, siklus I dengan rata-rata 78, dan siklus ke II mencapai rata-rata 88. Kegiatan mengajar guru juga sangat berperan pada keberhasilan peningkatan aktifitas dan mhasail belajar siswa persentase kegiatan mengajar guru pada siklus I mencapai 86% dan pada siklus II mencapai 92%. Peningkatan aktifitas siswa melalui penerapan model pembelajarn Make A Match akan dapat terlaksana dengan baik jika guru, siswa, dan kepala sekolah mau menerapkan model-model dalam pembelajaran khususnya mata pelajaran IPA.

(10)

2.3 Kerangka Pikir

Berdasarkan beberapa teori mengenai pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan Model Make A Match dengan media gambar, maka terdapat suatu gagasan atau pendapat dari penulis. Gagasan tersebut bila disajikan dalam bagan akan tampak di bawah ini.

Gambar 2.1 Kerangka Pikir 2.4 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah penggunaan Model Make A Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas IV di SD Negeri 2 Genengsari, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan pada mata pelajaran IPA Semester 2 Tahun 2014/2015.

Tindakan

Guru masih menggunakan pembelajaran secara konvensional

Hasil belajar IPA siswa rendah atau kurang dari KKM yang ditentukan Menggunakan Model Pembelajaran Make a Match Kondisi Awal Siklus I menggunakan Model Pembelajaran Make a Match dalam pembelajaran IPA

Siklus II menggunakan Model Pembelajaran Make a Match dalam pembelajaran IPA

Kondisi Akhir Melalui Model Pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 2 Genengsari

Gambar

Gambar 2.1  Kerangka Pikir  2.4  Hipotesis

Referensi

Dokumen terkait

63.000.000,00 APBD awal: akhir: Januari Desember Honorarium Pengelola Keuangan Sanggau (Kab.) Sanggau (Kab.). 3 Rapat-rapat Koordinasi dan Konsultasi Ke

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) media pembelajaran pada materi hidrolisis garam untuk SMA kelas XI semester 2 di SMA Negeri 1 Boyolali dan SMA Negeri 1

The model of corporate governance system in western perspective raises an issue of the design of an efficient corporate governance structure of the Islamic financial

Peran nyata Indonesia pada masa Orde Baru dalam menciptakan perdamaian di kawasan Asia Tenggara yang sesuai dengan tujuan didirikannya

Dengan penelitian deskriptif ini diharapkankesesuaian komponen lembar kerja siswa (LKS) pola 5M bermuatan nilai kreatif dalam pembuatan alat penjernih air dapat digambarkan

Agar sistem proteksi dapat bekerja dalam tiga konfigurasi yang berbeda, yaitu saat hanya terhubung Microgrid saja ( Islanding ), saat terhubung grid saja dan

Untuk itu maka fungsi kelompok tani sebagai wahana belajar, unit produksi, usahatani, usaha bisnis dan wahana kerjasama perlu ditingkatkan kedinamisannya dan

[r]