• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Genetik pada Penurunan Berat Badan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peran Genetik pada Penurunan Berat Badan"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Peran Genetik pada

Penurunan Berat Badan

Nur Asiah

Bagian Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Bandung

Abstrak: Energy expenditure (keluaran energi) dan prevalensi obesitas bervariasi di antara

berbagai ras. Insidens obesitas lebih tinggi pada orang Afrika Amerika dibandingkan dengan orang kulit putih, hal ini disebabkan lebih rendahnya keluaran energi pada orang Afrika Amerika dibandingkan dengan orang kulit putih. Keluaran energi memiliki komponen: resting

metabolic rate (laju metabolisme saat istirahat), energi untuk aktivitas fisik dan efek termik

makanan. Variasi dari ketiga faktor tersebut mempengaruhi terjadinya obesitas. Terdapat gen spesifik yang mempengaruhi keluaran energi dan obesitas. Gen-gen tersebut adalah

uncou-pling protein, suatu keluarga gen transporter membran di bagian dalam mitokondria yang

berperan dalam gradien proton dan pelepasan cadangan energi dalam bentuk panas. Variasi dari gen tersebut berpengaruh terhadap perbedaan keluaran energi dan obesitas pada berbagai ras. Gen ini berperan dalam metabolisme energi. Rendahnya laju metabolisme saat istirahat dan variasi dari uncoupling protein berperan pada terjadinya obesitas.

Kata kunci: Uncoupling protein, energy expenditure (keluaran energi), resting metabolic rate (laju metabolisme saat istirahat), obesitas

(2)

Peran Genetik pada Penurunan Berat Badan Nur Asiah

Nutrition Departement University of Padjadjaran, Bandung

Abstract: Energy expenditure and obesity vary among racial groups.The incidence of obesity is higher in AfricanAmericans than in whites, whereas energy expenditure seems to be lower inAfrican Americans than in whites. Energy expenditure has many components: resting meta-bolic rate, energy for physical activity thermic effect of food (eating increases body tempera-ture). Variations in any of these components might contributeto the development of obesity.The

specific genes influences energy expenditure and obesity. The specific variants of genes con-tribute to measurable racial diferences in energy expenditure and obesity. The genes are uncoupling proteins. the uncoupling proteins(UCPs), a family of inner mitochondrial mem-brane transportersthat dissipate the proton gradient and release stored energyin the form of heat, has opened an exciting area in the searchfor genetic modulators of energy metabolism. The lower of resting metabolic rate and relationship between resting metabolic rate and variation of uncoupling proteins may contribute to obesity.

Keywords: Uncoupling protein, energy expenditure, resting metabolic rate, obesity

Pendahuluan

Insidens obesitas bervariasi pada ras atau suku bangsa tertentu. Suku bangsa atau ras tertentu memiliki kecen-derungan terjadinya obesitas dibandingkan dengan suku bangsa atau ras lainnya. Hal tersebut diduga akibat dari perbedaan energy expenditure (keluaran energi) yang bersifat spesifik pada ras tertentu dan berhubungan dengan genetik. Apakah terdapat gen spesifik yang berperan dalam pengaturan keluaran energi dan proses terjadinya obesitas dan apakah terdapat variasi genetika dalam proses tersebut? Perubahan berat badan merupakan hasil dari ketidak-seimbangan energi yang masuk dengan keluaran energi. Individu dengan keluaran energi yang rendah memiliki keseimbangan energi positif sehingga mudah menderita obesitas. Berbagai penelitian telah membuktikan hubungan yang bermakna antara rendahnya keluaran energi dengan kerentanan terhadap obesitas. Setelah seorang individu berhasil menurunkan berat badannya, seringkali individu tersebut tidak dapat memelihara berat badan idaman yang telah tercapai. Individu itu mengalami peningkatan berat badan kembali yang dikenal dengan sindrom yoyo. Saat terjadi penurunan asupan makanan yang berdampak pada penurunan berat badan, tubuh berusaha melakukan adaptasi dengan membatasi penggunaan energi, metabolisme tubuh menjadi lebih lambat untuk mencegah agar tidak lebih banyak lagi berat badan yang turun, hal itu tercermin dari rendahnya resting metabolic rate (laju metabolisme saat stirahat).

Peneliti-peneliti menduga terdapat hubungan antara genetika dengan terjadinya obesitas karena pada suku

bangsa atau ras tertentu ditemukan prevalensi obesitas yang lebih tinggi dibandingkan suku bangsa atau ras lainnya.

Asupan makanan memiliki kemampuan yang bervariasi dalam meningkatkan atau mengurangi ekspresi gen yang disebut efek nutrigenomik. Efek nutrigenomik menyebabkan respon individu tidak seragam terhadap perubahan diet.1 Efek

penghambatan atau perangsangan dalam bahan makanan mempengaruhi profil DNA seluler (efek nutrigenetik atu nutrigenomik), pembentukan dan pengaturan protein (efek proteomik) dan efektivitas metabolisme intermedier bahan makanan itu terhadap organ target yang spesifik (efek metabolomik).2

Variasi Genetik pada Resting Metabolic Rate

Pada orang sehat, keluaran energi terdiri dari 3 komponen: laju metabolisme saat istirahat, merupakan bagian terbesar dari keluaran energi pada individu dengan posisi duduk sebagai bagian terbesar aktivitas sehari-harinya, meliputi 60-75% dari keluaran energi total, efek termik makanan sebesar 5-10% dari 24 jam keluaran energi dan aktivitas fisik, sekitar 15-30% dari keluaran energi total. Semuanya bervariasi pada berbagai individu.3

Keluaran energi tergantung dari usia, jenis kelamin, komposisi tubuh, hormon-hormon seperti insulin dan katekolamin dan status gizi. Perbedaan di antara individu setelah semua faktor tersebut dikontrol berhubungan dengan variasi genetik.3 Bogardus et al membuktikan pentingnya

faktor genetik. Penelitian tersebut mengukur RMR sebagai bagian dari keluaran energi selama 24 jam pada individu dari

(3)

berbagai keluarga yang berbeda pada suku Pima Indian di Arizona. Individu-individu yang berasal dari keluarga yang sama cenderung memiliki RMR yang sama dibandingkan dengan RMR individu-individu dari keluarga yang berbeda.Variasi keluarga ada yang tergolong metabolisme lambat dan metabolisme tinggi. Sangat jelas terlihat pola genetik dalam keluarga tersebut (familial pattern).4

Komposisi Tubuh Menentukan RMR

Komposisi tubuh terdiri atas massa lemak dan massa bebas lemak. Massa bebas lemak antara lain adalah otot yang memiliki metabolisme lebih aktif dibandingkan dengan massa lemak sehingga orang yang memiliki massa otot lebih banyak akan memiliki RMR yang lebih besar dibandingkan dengan orang yang memiliki massa lemak yang lebih besar meski memiliki indeks massa tubuh yang sama. Seorang individu tergolong obes memiliki massa lemak dan massa bebas lemak lebih besar dibandingkan dengan individu yang tidak tergolong obes. Individu obes memiliki RMR yang lebih besar karena massa bebas lemaknya juga lebih besar dibandingkan yang tidak obes. Individu obes yang menurunkan berat badannya akan mengalami penurunan RMR karena tubuh beradaptasi dengan cara membatasi penggunaan energi agar tidak lebih banyak lagi berat badan yang turun. Individu yang menurunkan berat badannya dari 160% berat badan ideal hingga 100% berat badan ideal akan mengalami penurunan keluaran energi sekitar 120 kJ/hari karena terjadi penurunan RMR.3

Sel Lemak sebagai Organ Endokrin

Sel lemak merupakan organ endokrin yang mense-kresikan beberapa peptida aktif ke dalam sirkulasi, meliputi adipsin, angiotensin II, leptin dan TNF-α. Peptida yang pa-ling banyak diteliti saat ini adalah leptin. Leptin merupakan protein sinyal yang dihasilkan oleh jaringan adiposa, bertugas menginformasikan proses pengaturan di susunan saraf pusat tentang kadar massa lemak tubuh dan membantu pengaturan berat badan Peningkatan kadar leptin akan meningkatkan termogenesis dan menghambat asupan makanan Leptin berperan dalam pengaturan asupan makanan dan keluaran energi. Konsentrasi leptin plasma memiliki korelasi positif dengan kandungan massa lemak tubuh. Jaringan adiposa merupakan sinyal bagi hipotalamus untuk meningkatkan atau menurunkan keluaran energi sesuai dengan jumlah massa lemak dalam tubuh. Pada penderita obesitas berat terjadi penurunan aktivitas leptin atau penurunan aktivitas reseptor leptin. Penderita obesitas memiliki konsentrasi leptin yang tinggi tetapi tidak berfungsi dengan baik dalam pengaturan keluaran energi sehingga disebut sebagai resisten leptin.3

Peran Uncoupling Protein pada Keluaran Energi

Uncoupling protein (UCP) merupakan keluarga dari transporter bagian dalam membran mitokondria yang berperan pada gradien proton, melepaskan cadangan energi

berupa panas dan berpotensi dalam mencegah obesitas. Dalam proses metabolisme energi, UCP memindahkan pro-ton ke dalam matriks mitokondria, menghasilkan panas tanpa mensintesis ATP. Terdapat tiga bentuk UCP yang telah berhasil didentifikasi, yaitu UCP1, UCP2 dan UCP3. UCP1 hanya terdapat pada jaringan adiposa coklat, merupakan gen utama yang berperan dalam pengaturan berat badan manusia. UCP2 terdistribusi secara luas dalam berbagai jaringan tubuh. UCP3 terutama terdapat pada otot skeletal, merupakan tempat termogenesis utama pada manusia, sehingga sering dijadikan target dalam penelitian yang berhubungan dengan pengaturan berat badan. Ekspresi UCP3 diatur oleh hormon tiroid, agonis ß3-adrenergik,leptin dan asupan lemak.5

Kebocoran proton pada mitokondria otot skeletal berperan sebagai penentu terbesar RMR. Suatu penelitian telah dilakukan untuk menentukan adanya kebocoran pro-ton pada gen UCP2 dan UCP3 pada wanita dengan berat badan lebih yang menjalankan diet.6 Sebanyak 1129 wanita

dengan berat badan lebih di Universitas Ottawa menjalankan program penurunan berat badan selama 6 minggu dengan pemberian diet sebesar 900 Kkal. Peserta digolongkan ke dalam 2 golongan sesuai dengan banyaknya berat badan yang turun secara statistik. Peserta yang berhasil menurunkan berat badan pada tingkat tertentu digolongkan ke dalam diet responsif dan peserta yang tidak berhasil menurunkan berat badan pada tingkat tertentu digolongkan sebagai diet resisten. Setelah mengalami fase stabil selama 10 minggu dilakukan biopsi otot dan pengambilan sampel sel darah putih dengan metode polymerase chain reaction (PCR) untuk menentukan adanya kebocoran proton dari gen UCP dan ekspresi mRNA dari gen UCP2 terhadap 10 orang wanita dari setiap kelompok. Wanita yang mengalami penurunan berat badan >43% (diet responsif) memiliki kebocoran proton dan ekspresi mRNA dari gen UCP yang lebih besar dibandingkan dengan wanita yang mengalami penurunan berat badan yang <43% dari berat badan semula (diet resisten). Tidak dtemukan adanya polimorfisme pada gen UCP3 dan ekspresi mRNA pada gen UCP3 tetapi ditemukan adanya kebocoran proton pada gen UCP3. Penelitian tersebut membuktikan respon penurunan berat badan terhadap diet bervariasi antar individu dan terdapat faktor genetik dalam respon penurunan berat badan. Mutasi genetik dan polimorfisme dari gen UCP berperan penting dalam penurunan berat badan penderita obesitas sebagai respon terhadap diet yang bersifat indi-vidual.

Uncoupling Protein sebagai Dasar Molekuler Laju

Metabolisme saat Istirahat pada Ras

Berbagai penelitian telah membuktikan kecenderungan terjadi peningkatan berat badan pada ras tertentu. Wanita Afrika Amerika lebih rentan terhadap obesitas dan hampir separuh dari mereka yang berusia >20 tahun tergolong berat badan lebih. Beberapa laporan menyatakan bahwa wanita Afrika Amerika memiliki keluaran energi harian yang lebih

(4)

A B

A B

rendah dibandingkan dengan wanita kulit putih Amerika. Rendahnya keluaran energi pada wanita Afrika Amerika merupakan manifestasi predisposisi genetik terhadap terjadinya obesitas. Sampai saat ini gen yang bertanggung jawab terhadap perbedaan metabolisme energi pada ras tertentu belum diketahui secara jelas. Penelitian saat ini membuktikan peran UCP sebagai dasar molekuler dari metabolisme energi pada ras tertentu.

Kim et al melakukan penelitian untuk membuktikan bahwa terdapat hubungan antara variasi laju metabolisme saat istirahat terhadap gen UCP.7 Hasil penelitian

mem-buktikan bahwa laju metabolisme saat istirahat lebih rendah pada wanita Afrika Amerika dan berhubungan dengan polimorfisme dari gen UCP.Kimm et al, berusaha meng-identifikasi alel-alel spesifik dari gen-gen spesifik yang mempengaruhi perbedaan laju metabolisme saat istirahat pada berbagai ras yang berbeda. Rendahnya laju metabolisme saat istirahat pada wanita Afrika Amerikadibandingkan denganwanita kulit putih berhubungan dengan polimorfisme genotip dari gen-gen UCP1, UCP2 dan UCP3. Polimorfisme UCP3 ekson 5 berhubungan dengan rendahnya laju metabolisme saat istirahat pada wanita Afrika Amerika dibandingkan dengan wanita kulit putih.7

Hubungan Polimorfisme Gen UCP3 dengan Komposisi Tubuh

Suatu penelitian yang dilakukan oleh HERITAGE Fam-ily menganalisis hubungan antara polimorfisme gen UCP3 terhadap komposisi tubuh subjek penelitian yang melakukan olah raga dan yang tidak melakukan olah raga.8 Terdapat

perbedaan frekuensi genotip dan alel antara subjek berkulit hitam dengan subjek berkulit putih. Penelitian ini juga menemukan hubungan antara polimorfisme gen UCP3 pada Tyr210Tyr dengan indeks massa tubuh, massa lemak dan kadar leptin terhadap subjek kulit putih dan subjek kulit hitam. Perubahan komposisi tubuh pada subjek yang melakukan olah raga memiliki hubungan dengan polimorfisme gen UCP3 dan variasinya berbeda-beda pada subjek kulit putih dibandingkan dengan subjek kulit hitam.8

Variasi genetik gen UCP3 dan fenotip obesitas (indeks massa tubuh, massa lemak, persentase massa lemak, massa bebas lemak) memiliki hubungan pada populasi Kaukasia.9

Peneliti melakukan analisis pada polimorfisme 5 nukleotida tunggal (single nucleotide polymorphism atau SNP), kemudian menganalisis 3 polimorfik yang frekuensinya tinggi di antara gen-gen itu, yaitu -55 C/T(promotor), Tyr99Tyr (ekson 3) dan Tyr210Tyr (ekson 5). Pada suatu lokus telah dianalisis adanya hubungan yang bermakna antara gen -55 C/T dengan indeks massa tubuh. Variasi indeks massa tubuh di antara subjek penelitian dipengaruhi oleh polimorfisme gen UCP3 sebesar 2,29%. Subjek yang membawa alel T terbukti memiliki indeks massa tubuh yang lebih rendah sebesar 3,5% dibandingkan dengan subjek yang tidak membawa alel T.9

Setiap suku bangsa atau ras memiliki frekuensi alel polimorfisme berbeda-beda sehingga keterlibatan alel T dengan obesitas tidak sama pada berbagai suku bangsa.9

Terdapat hubungan antara genotip -55 T/T dengan peningkatan indeks massa tubuh pada subjek Perancis yang tergolong obes berat, tetapi pada subjek Danish Kaukasia hubungan ini tidak ditemukan. Pada wanita Afrika Amerika tidak ditemukan hubungan antara gen -55 C/T dengan laju metabolisme saat istirahat. Tetapi pada subjek wanita Afrika Amerika yang memiliki genotip CC pada gen Tyr210Tyr terdapat hubungan dengan rendahnya laju metabolisme saat istirahat meskipun dengan genotip TT hubungan ini tidak terbukti.9

Resting Metabolik Rate (Laju Metabolisme saat Istirahat)

sebagai Penentu Peningkatan Berat Badan

Usaha memelihara berat badan yang telah turun setelah melakukan diet merupakan kesulitan dari banyak individu, yang berhubungan dengan rendahnya laju metabolisme saat istirahat setelah asupan makanan diturunkan. Memelihara berat badan pada tingkat 10 persen atau lebih di bawah berat badan sebelumnya berhubungan dengan penurunan keluaran energi total sebesar 6±3 Kkal perkilogram massa tubuh bebas lemak per hari pada subjek yang belum pernah menderita obesitas dan sebesar 8±5 Kkal per kilogram per hari pada subjek obes. Memelihara berat badan pada tingkat 10% di atas berat badan biasa berhubungan dengan peningkatan keluaran energi total sebesar 9±7 Kkal per kilo-gram massa tubuh bebas lemak per hari pada subjek yang belum pernah menderita obesitas dan sebesar 8±4Kkal per kilogram per hari pada subjek obes.9

Penutup

Pengaturan berat badan dan respon seorang individu terhadap diet bervariasi dan ditentukan oleh faktor genetik. Suku bangsa atau ras tertentu memiliki kecenderungan terjadinya obesits dibandingkan dengan suku bangsa atau ras lainnya. Terdapat alel-alel spesifik pada gen-gen spesifik yang berperan dalam pengaturan laju metabolisme saat istirahat dan fenotip obesitas (massa lemak, persentase massa lemak tubuh, indeks massa tubuh, dan massa tubuh bebas lemak). Gen uncoupling protein telah berhasil diidentifikasi memiliki peran dalam hal metabolisme energi dan proses terjadinya obesitas. Penderita obesitas yang telah berhasil menurunkan berat badannya harus memperhatikan adanya penurunan laju metabolisme saat istirahat sebagai adaptasi tubuh terhadap penurunan asupan makanan agar berat badannya tidak naik kembali. Penderita obesitas pada suku bangsa tertentu menunjukkan adanya polimorfisme dari gen uncoupling protein. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku, hal ini membuka kesempatan lebih luas sebagai lahan penelitian apakah suku tertentu secara genetik memiliki kecenderungan terjadinya obesitas dibandingkan dengan suku bangsa lainnya.

(5)

Daftar Pustaka

1. Milner JA. Molecular targets for bioactive food components. Supplements: nutrien and gene interaction. J Nutr 2004;132: 2492S-8S.

2. Milner JA. Incorporating basic nutrition science into health in-terventions for cancer prevention. Supplement: international research conference on food, nutrition, and cancer. J Nutr 2003;133:3820S-6S.

3. Pi-Sunyer. Overnutrition and undernutrition as modifiers of metabolic processes in disease states. Am J Clin Nutr 2000; 72(2):533-7.

4. Bogardus C, Lillioja S, Ravussin E, et al. Familial dependence of the resting metabolic rate. N Engl J Med 1986;315:96-100. 5. Liu YJ, Liu PY, Long J, Lu Y, Elze L, Recker RR, Deng HW.

Linkage and association analyses of the UCP3 gene with obesity phenotypes in caucasian families. Physiological Genomics 2005;22:197-203.

6. Harper ME, Dent R, Monemdjou S, Bezaire V, Wyck L, Wells G, et al. Decreased Mitochondrial Proton Leak and Reduced Ex-pression of Uncoupling Protein 3 in Skeletal Muscle of Obese Diet-Resistant Women. Diabetes 2002;51:2459-66.

7. Kimm SYS, Glynn NW, Aston CE, Damcott CM, Poehlman ET, Daniels SR et al. Racial differences in the relation between uncou-pling protein genes and resting energy expenditure. Am J Clin Nutr 2002;75(4):714-9.

8. Lanouette CM, Chagnon YC, Rice T, Perusse L, Muzzin P, Giacobino JP, et al. Uncoupling protein 3 gene is associated with body composition changes with training in HERITAGE study. J Apply Physiol 2002;92:1111-8.

9. Leibel RL, Rosenbaum M, Hirsch J. Changes in energy expendi-ture resulting from altered body weight. N Engl J Med 1995;332:621-8.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis ragam komponen produksi genotipe cabai yang diuji menunjukkan pengaruh nyata untuk peubah panjang buah, diameter buah, bobot per buah, bobot buah

Dengan adanya prinsip kebersamaan dalam Pasal 33 Ayat (4) tersebut, maka asas kekeluargaan dalam Pasal 33 Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

Berdasarkan penelitian mengenai “Nilai Pendidikan Kumpulan Cerpen Teman Duduk Karya Daoed Joesoef: Pendekatan Sosiologi Sastra dan Implementasinya sebagai Bahan

 pekerja bagian gudang (persediaan barang) (persediaan barang). Apabila dalam gudang,. Apabila dalam gudang, suku cadang yang akan digunakan dan sesuai dengan keluhan suku

Pada saat yang sama, terlibat dalam beberapa struktur informal akan memungkinkan HTI untuk mempengaruhi para pemimpin kelompok- kelompok tertentu yang penting

Umur panjang dan hidup sehat digambarkan oleh angka harapan hidup saat lahir (e0) yaitu jumlah tahun yang diharapkan dapat ditempuh oleh bayi yang baru lahir untuk

kayu hutan alam pada areal penyiapan lahan yang diizinkan untuk pembangunan HTI yaitu sesuai dengan izin IUPHHK Hutan Tanaman dan RKUPHHK-HT serta RKTUPHHK-HT

Pada uji hayati formulasi cair jamur entomopatogen, mortalitas serangga inang lebih tinggi dan lebih cepat apabila jamur entomopatogen dalam bentuk formulasi cair bila