• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. ANALISIS KARYA. di kota Surakarta. Penulis tertarik memvisualisasikan tradisi upacara minum teh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV. ANALISIS KARYA. di kota Surakarta. Penulis tertarik memvisualisasikan tradisi upacara minum teh"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

44

masing-masing judul karya. Karya-karya ini terinspirasi dari upacara minum teh Jepang yang sering dijumpai pada festival kebudaya Jepang yang diselenggarakan di kota Surakarta. Penulis tertarik memvisualisasikan tradisi upacara minum teh kedalam seni lukis karena selain menyukai hal-hal yang berbau Jepang, upacara minum teh ini menarik karena tujuan sebenarnya adalah untuk mendapatkan ketenangan jiwa melalui segala rangkaian penyajian teh. Dalam karya ini masih banyak yang belum tersampaikan mengingat untuk menyampaikan sesuatu secara keseluruhan memerlukan pengetahuan yang mendalam dan khusus, karena ilmu tidak ada batasannya. Namun dengan beberapa karya yang ditampilkan, diharapkan pesan-pesan yang terdapat di dalamnya mampu tersampaikan.

Untuk menciptakan suatu karya, tentu melalu berbagai tahapan, begitu juga karya Tugas Akhir ini yang secara umum pembuatan karya tersebut dimulai dengan mewarnai background terlebih dahulu hingga kering dengan menggunakan cat minyak yang dicampur dengan menggunakan thiner A super dan minyak pengencer cat. Thiner disini bermanfaat selain untuk mengencerkan cat juga sebagai bahan campuran untuk mempercepat proses keringnya cat sehingga dalam beberapa hari cat pada background kering dan tidak menggumpal, setelah itu sketsa digambar pada kanvas dengan menggunakan warna serupa dengan warna background namun agak cerah untuk menghindari timbulnya warna kotor. Tahap berikutnya mewarnai hingga detail terlihat. Sebagai finishing setelah

(2)

karya kering dilapisi dengan varnish matt, selanjutnya bingkai pada karya tersebut menyesuaikan warna dominan yang terdapat pada karya. Berikut ini adalah karya-karya beserta deskripsinya:

A. Karya 1

Karya pertama dengan judul “Sadō” ini menggambarkan bahwa upacara minum teh ala Jepang dalam proses penyajiannya sangat hati-hati dan lembut. Dalam karya ini helaian rambut dari Tea Master menggenggam peralatan upacara minum teh dan dari rambut tersebut tumbuh bunga sakura. Rambut dalam karya tersebut menggambarkan kehalusan dan keluwesan Tea Master ketika menyajikan teh untuk tamu, sedangkan sakura yang tumbuh tersebut merupakan simbol keindahan gerakan yang halus dan sabar dari Tea Master ketika meramu teh. Sadō mengajarkan bahwa yang terpenting bukan hanya ketika teh tersebut dihirup, melainkan mengajarkan untuk menikmati tahapan proses penyajian teh. Harmoni, keseimbangan dalam proses penyajian teh haruslah di rawat, ditata, dilatih dengan halus, gemulai dan tidak terburu-buru, hal ini bermakna bahwa seseorang harus melakukan sesuatu secara hati-hati dan sabar termasuk ketika menghadapi berbagai masalah duniawi, semakin tenang dang bersabar maka jalan keluar akan segera terlihat (lihat Gambar 29, halaman 43).

(3)

Gambar 29. Karya ke -1

“Sadō” Cat Minyak Pada Kanvas ukuran 100x90, tahun 2016

B. Karya 2

Karya kedua dengan judul “Tata Krama dalam Sadō” ini menggambarkan sopan santun ketika pelaksanaan Sadō berlangsung, seperti karya pertama, rambut yang menggenggam chawan dan ditumbuhi sakura ini menyimbolkan kehalusan dan keindahan proses penyajian teh, sedangkan rambut yang membentuk chasen mengaduk bubuk teh tersebut menyimbolkan gemulainya Tea Master ketika mengaduk bubuk teh dengan menyesuaikan ritme. Terdapat aturan dalam proses ini, yaitu ketika tamu sedikit maka Tea Master akan mengaduk bubuk teh dengan air secara

(4)

perlahan namun tetap berirama, dan ketika tamu undangan banyak maka Tea Master akan mengaduk lebih cepat dan tetap menyesuaikan irama.

Tata krama lain pada Sadō yang tidak boleh disepelekan adalah ketika memegang chawan atau mangkuk teh, usahakan motif bunga dan sebagainya dihadapkan pada tuan rumah. Ketika Tea Master yang sebagai tuan rumah mengaduk teh, motif pada chawan akan dihadapkan pada tamu, hal ini dilakukan sebagai wujud penghormatan pada tamunya, begitu juga dengan tamu undangan harus mematuhi tata cara tersebut, ketika meminum teh mangkung diputar sebanyak tiga kali dan putaran terakhir diusahakan motif menghadap ke arah tuan rumah, karena jika tidak maka tamu undangan akan dianggap tidak sopan dan tidak menghormati tuan rumah. Itulah mengapa karya kedua ini motif yang terdapat pada chawan dihadapkan kedepan, bertujuan sebagai penghormatan (lihat Gambar 30, halaman 45).

Pada karya ini terdapat potongan ornamen gaya Surakarta, bentuk ornamen tersebut terdapat pada bagian rambut dan pita yang dimunculkan sebagai penyesuaian terhadap bentuk-bentuk lengkungan untuk menambah kesan estetik.

(5)

Gambar 30. Karya ke -2

“Tata Krama dalam Sadō” Cat Minyak Pada Kanvas ukuran 100x90, tahun 2016

C. Karya 3

Karya ketiga dengan judul “Teh Tradisional dan Modern” ini menggambarkan ditengah perkembangan jaman yang begitu canggih, teh sudah diproduksi dan dikemas dalam berbagai bentuk kemasan, namun tidak melunturkan tradisi meminum teh secara tradisional seperti tradisi Sadō. Dalam penyajiannya bentuk yukata bagian bawah dan obi dibuat kaku dan tidak seperti pada umumnya ini merupakan wujud penyesusaian (lihat Gambar 31, halaman 46).

(6)

Gambar 31. Karya ke -3

“Teh Tradisional dan Modern” Cat Minyak Pada Kanvas ukuran 100x90, tahun 2016

D. Karya 4

Karya ke empat dengan judul “Teh untuk Bersantai” ini menggambarkan suasanya santai pada malam hari ditemani teh hangat untuk menghangatkan badan sekaligus teh botol dingin yang menyegarkan badan pada siang hari (lihat Gambar 32, halaman 47). Kebiasaan orang berbeda-beda ketika mengisi waktu luangnya, bagi penulis bersantai ditemani teh dan aktifitas ringan dapat menyegarkan pikiran. Di Jepang menyeduh teh hangat ketika cuaca dingin merupakan pilihan yang tepat. Bagi mereka yang mengikuti klub Sadō di Jepang biasanya waktu bersantai yang dipilih ialah

(7)

melaksanakan upacara minum teh yang tidak begitu formal di luar ruangan pada saat musim semi, meminum teh ditemani pemandangan yang indah ketika sakura berguguran.

Gambar 32. Karya ke -4

“Teh untuk Bersantai”|Cat Minyak Pada Kanvas ukuran 100x90, tahun 2016

E. Karya 5

Karya ke lima dengan judul “Perjalanan Teh” ini memiliki makna tersirat yaitu ketika melakukan upacara minum teh, tahapan yang dilakukan begitu tenang, hening, sangat lembut dan harmonis itu membuat teringat tentang perjalanan hidup, teringat dari mana kita datang dan ke arah mana kita akan pergi, teringat kenangan-kenangan lampau baik yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Dengan berjalannya waktu

(8)

sampai saat ini apa yang telah diperbuat untuk hidupnya, dan perasaan seperti itu terkadang menimbulkan kegelisahan. Inilah yang ingin diungkapkan pada karya tersebut. Antara keheningan murni, ketika mencicipi semangkuk teh, pikiran akan dicurahkan ke dunia luas bebas (lihat Gambar 33).

Gambar 33. Karya ke -5

“Perjalanan Teh” Cat Minyak Pada Kanvas ukuran 100x90, tahun 2016

F. Karya 6

Karya ke enam dengan judul “Keanggunan Sadō” ini menggambarkan keindahan dan keanggunan tradisi Sadō. Rangkaian penyajian teh oleh tuan rumah tersebut dilakukan dengan khidmat dan penuh akan makna, bagi sebagian besar orang tradisi tersebut dianggap anggun, elegan dan berkelas,

(9)

karena prosesnya yang terbilang tidak mudah. Pada karya tersebut terdapat sakura yang tumbuh dengan indahnya pada semangkuk teh hijau kental ini menggambarkan bahwa tradisi Sadō tersebut telah mengakar dan tumbuh menjadi tradisi yang indah dan berkelas. Dalam karya tersebut terdapat kue berwarna merah muda dan dilapisi daun serta dengan isi kacang merah ini merupakan kue yang sengaja disiapkan begitu manis untuk mempersiapkan lidah bagi hidangan teh yang pahit (lihat Gambar 34).

Gambar 34. Karya ke -6

“Keanggunan Sadō”|Cat minyak pada kanvas|100x90|2016

G. Karya 7

Karya ke tujuh dengan judul “Rayuan Teh Kemasan” ini menggambarkan bahwa teh siap saji atau teh dalam kemasan mempermudah kita menikmatinya tanpa harus melakukan tradisi upacara minum teh yang

(10)

pelaksanaannya begitu rumit, hal ini membuat anak muda di Jepang lebih memilih teh siap saji tersebut, namun tidak jarang juga anak muda di Jepang yang menyukai tata krama dan menikmati tahap demi tahap proses pembuatan teh tradisional tersebut (lihat Gamba 35).

Gambar 35. Karya ke -7

“Rayuan teh Kemasan” Cat Minyak Pada Kanvas ukuran 100x90, tahun 2016

H. Karya 8

Karya ke delapan dengan judul “Aroma Teh” ini menggambarkan bahwa meskipun sekarang teh telah diproduksi dan dikemas dalam berbagai bentuk kemasan, aroma wangi yang kental seperti aroma teh tradisional tidak lah tercium dari kemasan teh botol dan kemasan lainnya, hal ini lah yang dirasa kurang bagi penikmat teh, oleh karena itu tidak jarang orang

(11)

lebih suka menikmati teh dengan cara tradisional pada waktu tertentu (lihat Gamba 36).

Gambar 36. Karya ke -8

“Aroma Teh” Cat Minyak Pada Kanvas ukuran 100x90, tahun 2016

I. Karya 9

Karya ke Sembilan dengan judul “Kesejukan Teh” ini menggambarkan bahwa selama proses penyajian teh, kita dibawa ke dalam suasana yang sunyi, hening dan menyatu dengan suara alam, karena tujuan sesungguhnya adalah untuk mendapatkan ketenangan jiwa, kesejukan hati dan pikiran terlepas dari masalah duniawi. Penulis tertarik untuk memvisualisasikan ini karena dirasa dapat mewakili untuk mengutarakan

(12)

manfaat Sadō. Obyek-obyek yang digunakan merupakan pendukung yang diselaraskan sedemikian rupa (lihat Gambar 37).

Gambar 37. Karya ke -9

“Kesejukan Teh” Cat Minyak Pada Kanvas ukuran 100x90, tahun 2016

J. Karya 10

Karya ke sepuluh dengan judul “Mugicha” ini menggambarkan suasana musim panas yang ceria, mugi-cha merupakan teh yang biasa disajikan saat musim panas dan musim dingin di Jepang terbuat dari gandum yang dibakar, saat musim panas mugi-cha akan disajikan dalam keadaan dingin. Sedangkan saat musim dingin disajikan dalam keadaan hangat. Orang Jepang percaya mugi-cha ini mampu menghilangkan stress. Obyek lain

(13)

yang terdapat pada karya ini adalah bunga matahari yang merupakan simbol musim panas di Jepang (lihat Gambar 38).

Gambar 38. Karya ke -10

Gambar

Gambar 29. Karya ke -1
Gambar 30. Karya ke -2
Gambar 31. Karya ke -3
Gambar 32. Karya ke -4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian hipotesis Ha diterima dan menolak Ho karena F hitung > F tabel, artinya anggaran waktu audit, kompleksitas dokumen audit dan pengalaman auditor

Tahun 2013 Anak Agung Gde Aditya dan Ni Gusti Putu Wirawatii melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Suku Bunga SBI Pada Indeks Harga Saham

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia- Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Rekapitulasi Daya

Hasil pengukuran diameter zona hambat kontrol menunjukkan bahwa ciprofloxacin dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram negatif maupun gram positif dan memiliki

Satuan vulkanik merapi terbaru merupakan endapan termuda, satuan ini terdiri dari material-material gunungapi lepas yang tersusun dari campuran abu, pasir, dan

Oleh karena perbedaan pembiayaan dan status kese- hatan (termasuk status gizi balita) antarkabupaten, penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan penda- patan daerah,

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa tingkat akurasi hasil klasifikasi dengan Metode Multi Rough Set meningkat lebih baik dibandingkan

Simpulan dari penelitian ini adalah MSG menyebabkan kerusakan struktur histologi testis dan mengakibatkan sebagian besar tubulus seminiferus berada pada kategori