• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2011"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban yang harus dilaporkan secara berjenjang dan menjadi kewajiban sebuah instansi pengelola anggaran APBN. Hal tersebut sebagai tindak lanjut dari Instruksi Presiden yang tertuang dalam INPRES 7 tahun 1999, bahwa setiap Instansi Negara minimal eselon II wajib menyusun LAKIP. Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura sebagai salah satu unit kerja Eselon II Direktorat Jenderal Hortikultura menyusun LAKIP dengan mengacu kepada PERMENPAN NO. 29 Tahun 2010 tentang pedoman penyusunan penetapan kinerja dan pelaporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.

Industri florikultura telah berkembang cukup pesat dan turut berkontribusi terhadap pembangunan sektor pertanian maupun perekonomian nasional. Seiring dengan berkembangnya informasi dan perkembangan kehidupan masyarakat modern permintaan tanaman florikultura di pasar domestik dan pasar internasional terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir.

Pengembangan Florikultura di Indonesia didukung oleh kondisi iklim dan agroekosistem yang sesuai, ketersediaan sumberdaya genetik yang besar, ketersediaan sumber daya manusia, serta dukungan kebijakan pemerintah. Di sisi lain beberapa permasalahan yang menjadi hambatan dalam pengembangan florikultura antara lain industri perbenihan belum berkembang, hasil pemuliaan masih terbatas, kompetensi sumber daya manusia masih rendah, kelembagaan usaha belum optimal, sistem informasi belum tersedia, lemahnya manajemen rantai pasokan dan sarana pengangkutan (alat pendingin), skala usaha kecil belum memenuhi skala industri, promosi dan edukasi kepada masyarakat kurang.

Dengan memperhatikan berbagai permasalahan tersebut maka diperlukan adanya pemilihan kegiatan yang tepat. Berbagai kendala dan permasalahan yang terkait dalam upaya meningkatkan produksi, produktivitas, dan mutu produk florikultura perlu disikapi dengan pendekatan peningkatan produksi, produktivitas, dan mutu produk tanaman florikultura berkelanjutan yang bertujuan untuk fasilitasi dalam rangka pengutuhan kawasan tanaman florikultura, pengembangan registrasi unit usaha, perbaikan mutu pengelolaan unit usaha, perbaikan mutu pengelolaan pascapanen florikultura, dan peningkatan jumlah kelembagaan usaha tanaman florikultura.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.61/Permentan/OT.140/10/2010, tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, Direktorat Budidaya Tanaman Hias diubah menjadi Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura yang bertugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis

(2)

dan evaluasi di bidang budidaya dan pascapanen tanaman florikultura. Perubahan nama tersebut disertai dengan perubahan struktur dan nama Subdirektorat serta tugas dan fungsinya.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang budidaya dan pascapanen tanaman daun, bunga potong, pot, dan lanskap;

2. Pelaksanaan kebijakan di bidang budidaya dan pascapanen tanaman daun, bunga potong, pot, dan lanskap;

3. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang budidaya dan pascapanen tanaman daun, bunga potong, pot, dan lanskap;

4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang budidaya dan pascapanen tanaman daun, bunga potong, pot, dan lanskap; dan

5. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura. Untuk mendukung tugas dan fungsi tersebut, Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura memiliki 4 (empat) Subdirektorat yaitu Subdirektorat Budidaya Tanaman Daun dan Tanaman Bunga Potong, Subdirektorat Budidaya Tanaman Pot dan Tanaman Lanskap, Subdirektorat Pascapanen Tanaman Daun dan Tanaman Bunga Potong, Subdirektorat Pascapanen Tanaman Pot dan Tanaman Lanskap, dan Subbagian Tata Usaha, serta Kelompok Jabatan Fungsional.

Adapun tugas dan fungsi masing-masing subdirektorat, subbagian tata usaha dan kelompok jabatan fungsional sebagai berikut :

1. Subdirektorat Budidaya Tanaman Daun dan Tanaman Bunga Potong mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang budidaya tanaman daun dan tanaman bunga potong. Dalam melaksanakan tugasnya, Subdirektorat Tanaman Daun dan Tanaman Bunga Potong menyelenggarakan fungsi:

1.1. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang teknologi dan bimbingan usaha budidaya tanaman daun dan bunga potong;

1.2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang teknologi dan bimbingan usaha budidaya tanaman daun dan bunga potong;

1.3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang teknologi dan bimbingan usaha budidaya tanaman daun dan bunga potong; dan

1.4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang teknologi dan bimbingan usaha budidaya tanaman daun dan bunga potong.

(3)

2. Subdirektorat Budidaya Tanaman Pot dan Tanaman Lanskap mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang budidaya tanaman pot dan tanaman lanskap. Dalam melaksanakan tugasnya, Subdirektorat Budidaya Tanaman Pot dan Tanaman Lanskap menyelenggarakan fungsi:

2.1. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang teknologi dan bimbingan usaha budidaya tanaman pot dan lanskap;

2.2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang teknologi dan bimbingan usaha budidaya tanaman pot dan lanskap;

2.3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang teknologi dan bimbingan usaha budidaya tanaman pot dan lanskap; dan 2.4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang teknologi dan

bimbingan usaha budidaya tanaman pot dan lanskap.

3. Subdirektorat Pascapanen Tanaman Daun dan Tanaman Bunga Potong mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, dan serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pascapanen tanaman daun dan tanaman bunga potong. Dalam melaksanakan tugasnya, Subdirektorat Tanaman Daun dan Tanaman Bunga Potong menyelenggarakan fungsi:

3.1. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang teknologi dan sarana pascapanen tanaman daun dan bunga potong;

3.2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang teknologi dan sarana pascapanen tanaman daun dan bunga potong;

3.3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang teknologi dan sarana pascapanen tanaman daun dan bunga potong; dan 3.4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang teknologi dan

sarana pascapanen tanaman daun dan bunga potong.

4. Subdirektorat Pascapanen Tanaman Pot dan Tanaman Lanskap tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pascapanen tanaman pot dan tanaman lanskap. Dalam melaksanakan tugasnya, Subdirektorat Pascapanen Tanaman Pot dan Tanaman Lanskap menyelenggarakan fungsi:

4.1. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang teknologi dan sarana pascapanen tanaman pot dan lanskap;

4.2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang teknologi dan sarana pascapanen tanaman pot dan lanskap;

(4)

4.3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang teknologi dan sarana pascapanen tanaman pot dan lanskap; dan

4.4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang teknologi dan sarana pascapanen tanaman pot dan lanskap.

5. Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, rumah tangga, dan surat-menyurat, serta kearsipan Direktorat Budidaya dan Pascapanen Tanaman Florikultura.

6. Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jenjang jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri atas jabatan fungsional Pengawas Mutu Hasil Pertanian.

Bagan 1. Struktur Organisasi Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura SEKSI TEKNOLOGI SEKSI BIMBINGAN USAHA SEKSI TEKNOLOGI SEKSI BIMBINGAN USAHA SEKSI TEKNOLOGI SEKSI SARANA KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SUBBAGIAN TATA USAHA SUBDIREKTORAT BUDIDAYA TANAMAN DAUN DAN TANAMAN

BUNGA POTONG

SUBDIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN POT DAN TANAMAN LANSKAP SUBDIREKTORAT

BUDIDAYA TANAMAN POT DAN TANAMAN LANSKAP

SUBDIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN

DAUN DAN TANAMAN BUNGA POTONG

DIREKTORAT

BUDIDAYA DAN PASCAPANEN FLORIKULTURA

SEKSI TEKNOLOGI

SEKSI SARANA

(5)

II. RENCANA STRATEGIS, INDIKATOR KINERJA UTAMA, PENETAPAN KINERJA DAN RENCANA KINERJA TAHUNAN

Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura tahun 2010 s.d 2014 adalah dokumen perencanaan yang menggambarkan visi, misi, tujuan, sasaran utama, dan sasaran strategis, arah kebijakan, strategi pencapaian, program dan kegiatan dari Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura dalam lima tahun ke depan yang diarahkan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan selaras dengan Kebijakan Kementerian Pertanian dan Program Direktorat Jenderal Hortikultura.

A. VISI DAN MISI

Dengan memperhatikan prioritas pembangunan nasional dan dinamika lingkungan strategis maka visi Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura adalah

Terwujudnya sistem produksi dan distribusi florikultura industrial yang

efisien, berdaya saing dan berkelanjutan serta menghasilkan produk yang bermutu,

aman bagi konsumen, mencukupi kebutuhan dalam negeri dan ekspor.

Sebagai penjabaran dari visi tersebut, Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura merumuskan misi sebagai berikut:

1. Membina pengembangan usaha tanaman florikultura guna mendukung tercapainya sistem dan usaha agribisnis tanaman florikultura yang berdaya saing, berkelanjutan, efisien berbasis IPTEK dengan menggunakan sumberdaya lokal serta berwawasan lingkungan

2. Mengembangkan sentra dan kawasan agribisnis tanaman florikultura

3. Membina kelembagaan dan manajemen usaha tanaman florikultura yang efektif, efisien, dan profesional

4. Membina penerapan sistem pascapanen, pengolahan dan pemasaran tanaman florikultura

5. Mengembangkan kapasitas institusi dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada

stakeholders

.

B. TUJUAN DAN SASARAN

Tujuan yang ingin dicapai Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura adalah meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu tanaman florikultura; menumbuhkan dan mengembangkan kawasan tanaman florikultura; meningkatkan daya saing produk tanaman florikultura di pasar domestik dan internasional; meningkatkan kualitas SDM, membangun jejaring kerja dan meningkatkan kerjasama antar pelaku usaha, membangun database dan jaringan informasi terpadu, dan memfasilitasi promosi dan mengembangkan akses pasar.

(6)

Sasaran yang hendak dicapai Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura adalah :

1. tersedianya produk tanaman florikultura sesuai dengan standar mutu yang dipersyaratkan pasar domestik dan ekspor,

2. tumbuh dan berkembangnya sentra produksi/kawasan komoditas tanaman florikultura komersial sebagai sumber pertumbuhan perekonomian,

3. mendukung program

Green City

dan terbangunnya Kampung Flori, 4. terbangunnya kelembagaan usaha tanaman florikultura,

5. terbangunnya kerja sama antar pelaku usaha tanaman florikultura melalui pola kemitraan,

6. tersedianya akses informasi, modal dan pasar bagi para pelaku usaha tanaman florikultura,

7. tersedianya iklim usaha yang kondusif bagi pertumbuhan industri tanaman florikultura.

C. ARAH KEBIJAKAN DAN PROGRAM KEGIATAN

Untuk mewujudkan Visi dan Misi Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura, arah kebijakannya mengacu pada arah kebijakan yang diselaraskan dengan tugas pokok dan fungsi Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura yaitu :

1. Peningkatan produksi, produktivitas, dan mutu diarahkan pada komoditas unggulan tanaman hias masif dan tanaman hias orientasi ekspor, melalui penerapan

Good Agricultural Practices

(GAP) yang berbasis penerapan inovasi teknologi, yang mencakup penggunan benih unggul bermutu, penerapan pengelolaan hama terpadu (PHT) dan penanganan pascapanen yang baik dan benar (

Good Handling Practices

/ GHP).

2. Peningkatan kualitas dan kuantitas produk florikultura melalui perbaikan dan pengembangan infrastruktur serta sarana budidaya dan pascapanen florikultura.

3. Pembangunan dan pengutuhan kawasan yang direncanakan terintegrasi dengan instransi terkait dan diarahkan untuk membangun dan memperluas sentra tanaman florikultura dengan memperhatikan potensi pasar baik pasar dalam negeri maupun internasional, kesesuaian lahan dan agroklimat serta didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai.

4. Penataan rantai pasok diarahkan untuk meningkatkan daya saing produk tanaman florikultura melalui peningkatan efisiensi dan efektivitas pasokan dari kebun sampai ke konsumen serta meningkatkan nilai tambah dari setiap pelaku dalam mata rantai pasok sesuai peran dan kegiatan yang dilakukan dengan mengembangkan pola kemitraan dengan champion atau eksportir.

(7)

5. Pengembangan kelembagaan diarahkan kepada pemberdayaan kelembagaan baik kelompok tani, gapoktan, dan asosiasi. Kelembagaan petani yang kokoh akan meningkatkan posisi tawar dalam menjalin kemitraan dan kredibilitas akses terhadap sumber permodalan dari lembaga keuangan.

6. Peningkatan ekspor diarahkan untuk mendorong peningkatan ekspor tanaman florikultura tropis melalui promosi di luar negeri dengan dukungan instansi terkait.

7. Peningkatan koordinasi secara terpadu diarahkan untuk memfasilitasi berbagai stakeholders yang terlibat baik pemerintah maupun non pemerintah, untuk secara bersama-sama dan bersinergi dalam mengembangkan kawasan untuk memenuhi pasar dalam negeri dan luar negeri dengan iklim usaha yang kondusif.

8. Peningkatan promosi atau gerakan dalam rangka meningkatkan pemanfaatan tanaman florikultura oleh masyarakat sejalan dengan issu

global warming

dan

Green City

.

Kegiatan Utama Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura adalah Peningkatan Produksi, Produktivitas, Mutu Tanaman Florikultura Berkelanjutan yang merupakan salah satu penjabaran dari program Direktorat Jenderal Hortikultura. Dalam upaya mencapai kegiatan utama tersebut maka kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mencapai akuntabilitas kinerja Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura adalah sebagai berikut :

1. Penumbuhan dan pengembangan kawasan florikultura melalui pengembangan sentra dan cluster serta integrasi sistem produksi dan sistem pendukung

2. Penumbuhan Kampung Flori dan

Green City

3. Penerapan GAP/SOP dalam budidaya tanaman florikultura dengan pendekatan Sekolah lapang GAP/SOP

4. Penataan manajemen rantai pasokan melalui penataan manajemen usaha dan registrasi kebun

5. Penguatan kelembagaan dengan fasilitasi pembentukan gapoktan/asosiasi 6. Penerapan GHP dalam rangka penerapan pascapanen tanaman florikultura

dengan pendekatan Sekolah Lapang

7. Fasilitasi peningkatan ekspor tanaman florikultura

8. Memfasilitasi wadah dalam rangka menampung aspirasi masyarakat, pelaku usaha dan pakar serta pemerintah dalam bentuk konsorsium. Penyelenggaraan kepemerintahan yang baik

9. Melakukan promosi atau gerakan-gerakan dalam memanfaatkan tanaman florikultura sebagai pencitraan, baik dalam bentuk media cetak, media elektronik maupun pameran di dalam negeri dan luar negeri

(8)

D. INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

Indikator Kinerja Utama (IKU) dari Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura

Sasaran Uraian Sumber Data

Meningkatnya produksi,

produktivitas dan mutu tanaman hias yang berdaya saing dan berkelanjutan.

1. Produksi Tanaman Hias (tangkai/ton/pohon) dan laju pertumbuhan produksi Tanaman Hias.

- Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura - Pusat Data dan Informasi

Pertanian

- Kementerian Perdagangan - Biro Hukum dan Humas - Instansi Terkait

2. Laju pertumbuhan luas panen tanaman hias (%)

- Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura - Pusat Data dan Informasi

Pertanian 3. Laju peningkatan produktivitas

lahan usaha tanaman hias (mengajukan registrasi)

- Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura - Pusat Data dan Informasi

Petanian 4. Laju peningkatan

ketersediaan produk tanaman hias kualitas ekspor (%)

- Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura - Pusat Data dan Informasi

Petanian 5. Jumlah kelembagaan usaha

tanaman hias

(Gapoktan/Asosiasi/Koperasi)

- Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura - Pusat Data dan Informasi

Petanian 6. Jumlah dan jenis pedoman

umum, pedoman teknis, leaflet - Direktorat Budidaya danPascapanen Florikultura 7. Intensitas pembinaan

pengembangan kawasan - Direktorat Budidaya danPascapanen Florikultura 8. Jumlah pertemuan teknis/

workshop/seminar/rapat (internal dan eksternal

- Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura Dalam IKU Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura juga memuat tugas dan fungsi dari dari Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura, sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian No.61/Permentan/OT.140/10/2010, tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian.

E. PENETAPAN KINERJA (PK)

Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura telah menetapkan Penetapan Kinerja Tahun 2011 yang ditandatangani oleh Direktur Budidaya dan Pascapanen Florikultura dan Direktur Jenderal Hortikultura pada bulan Februari

(9)

2011. Indikator keberhasilan pencapaian kinerja merupakan tolak ukur yang akan digunakan dalam melihat keberhasilan pencapaian sasaran. Adapun kinerja yang ditetapkan oleh Direktorat Budidaya Dan Pascapanen Florikultura pada tahun 2011 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2. Penetapan Kinerja (PK) Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura T.A. 2011

Sasaran Strategis

Indikator Kinerja Satuan Target Jumlah Anggaran Meningkatnya produksi, produktivitas dan mutu tanaman florikultura yang berdaya saing dan berkelanjutan

1. Pengutuhan kawasan tanaman florikultura 2. Pengembangan registrasi

unit usaha tanaman florikultura

3. Perbaikan mutu pengelolaan unit usaha tanaman

florikultura

4. Perbaikan mutu pengelolaan pascapanen tanaman florikultura

5. Peningkatan jumlah

kelembagaan usaha tanaman florikultura

6. Peningkatan mutu pembinaan untuk kegiatan pengembangan produksi tanaman florikultura a. Layanan Perkantoran b. Pertemuan/ Sosialisasi/ Identifikasi/ Pembinaan/ Workshop c. Peningkatan Kapabilitas Petugas/ Petani d. Pedoman-pedoman e. Pemasyarakatan/ Promosi f. Pembinaan pengembangan florikultura g. Kendaraan h. Sarana Kantor Kecamatan Lahan usaha Kelompok Unit Lembaga Bulan Kali Orang Buku Kali Kab/Kota Unit Unit 283*) 81 375 169 107 12 102 372 26 82 76 4 13 46,51 M

(10)

III. AKUNTABILITAS KINERJA

A. PENGUKURAN CAPAIAN KINERJA TAHUN 2011

Sebagai suatu proses yang sistematis dan berkesinambungan dalam menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan suatu kegiatan maka perlu dirumuskan suatu parameter sesuai dengan program, kebijakan dan sasaran serta tujuan yang ditetapkan untuk mengimplementasikan visi, misi, dan strategi pembangunan florikultura yang telah ditetapkan Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura. Pengukuran kinerja dimaksudkan untuk menilai pencapaian setiap indikator kinerja sasaran guna memberikan gambaran tentang keberhasilan dan kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran. Pengukuran capaian kinerja Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura dilakukan dengan cara membandingkan antara target indikator kinerja sasaran dengan realisasinya.

Dalam tahun anggaran 2011, Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura telah menetapkan 1 (satu) sasaran strategis yang akan dicapai. Sasaran strategis tersebut selanjutnya diukur dengan 6 (enam) indikator kinerja. Hasil pengukuran capaian sasaran pada formulir Pengukuran Kinerja Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura Tahun Anggaran 2011, diperoleh nilai rata-rata pengukuran kinerja sebesar 88,53 %. Secara rinci nilai rata-rata-rata-rata capaian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.

(11)

Tabel 3. Pengukuran Kinerja Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura TA. 2011

Sasaran Strategis

Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi %

Capaian Meningkatnya produksi, produktivitas dan mutu tanaman florikultura yang berdaya saing dan berkelanjutan

1. Pengutuhan kawasan tanaman florikultura

Kecamatan 283*) 223 78,80

2. Pengembangan registrasi unit usaha tanaman florikultura

Lahan usaha

81 65 80,25

3. Perbaikan mutu pengelolaan unit usaha tanaman florikultura

Kelompok 375 351 93,60

4. Perbaikan mutu pengelolaan pascapanen tanaman florikultura

Unit 169 87 51,48

5. Peningkatan jumlah

kelembagaan usaha tanaman florikultura

Lembaga 107 117 109,35

6. Peningkatan mutu pembinaan untuk kegiatan pengembangan produksi tanaman florikultura a. Layanan Perkantoran b. Pertemuan/ Sosialisasi/ Identifikasi/ Pembinaan/ Workshop c. Peningkatan Kapabilitas Petugas/ Petani d. Pedoman-pedoman e. Pemasyarakatan/ Promosi f. Pembinaan pengembangan florikultura g. Kendaraan h. Sarana Kantor Bulan Kali Orang Buku Kali Kab/Kota Unit Unit 12 102 372 26 82 76 4 13 12 115 161 24 73 76 4 13 100,00 112,75 43,28 92,31 89,02 100,00 100,00 100,00

Rata-rata capaian kinerja 88,53

*) Target kecamatan dikonversikan ke luasan (ha)

Melihat hasil pengukuran pencapaian sasaran strategis pada tabel diatas, secara umum menunjukkan bahwa Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura pada tahun anggaran 2011 telah mampu memenuhi target pencapaian sasarannya sebesar 88,53%. Namun masih terdapat kekurangan dalam pencapaian sasaran tersebut pada indikator perbaikan mutu pengelolaan pascapanen tanaman florikultura (51,48%) dan peningkatan kapabilitas petugas/petani (43,28%). Program kegiatan Tahun Anggaran 2011 merupakan kegiatan pertama yang berbasis kinerja sehingga banyak mengalami hambatan.

Besarnya persentase nilai capaian sasaran tersebut terkait dengan rencana strategis dalam pengembangan florikultura yang melibatkan banyak pihak, antara lain: petani, pengusaha, asosiasi dan petugas pemerintah pusat dan daerah. Sedangkan capaian kinerja kegiatan terkait dengan pelaksanaan kegiatan dari

(12)

Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura baik untuk kegiatan pusat maupun daerah selama tahun 2011.

B. ANALISIS CAPAIAN KINERJA

Untuk mencapai sasaran strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura, diukur dengan 6 (enam) indikator kinerja. Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam tahun anggaran 2011 selanjutnya dijabarkan ke dalam program kegiatan pengembangan florikultura baik untuk kegiatan pusat maupun daerah. Adapun pencapaian indikator kinerja kegiatan untuk mencapai sasaran ini dapat dilihat secara detail pada tabel 3 diatas.

Sasaran strategis ini dicapai melalui 1 (satu) Kegiatan Utama, yaitu Kegiatan Peningkatan produksi, produktivitas, dan mutu tanaman florikultura berkelanjutan, yang dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan, dengan rincian sebagai berikut:

1. Indikator Kinerja Pengutuhan Kawasan Tanaman Florikultura dicapai melalui Kegiatan Utama Peningkatan produksi, produktivitas, dan mutu tanaman florikultura berkelanjutan dengan target outputnya berupa pengembangan kawasan florikultura yang dilaksanakan di 283 kecamatan pada 26 propinsi sentra tanaman hias dalam bentuk bantuan sosial dengan anggaran sebesar Rp 16.226.407.000,-.

Realisasi capaian kinerja pengutuhan kawasan tanaman florikultura adalah sebesar 78,80% atau sebanyak 223 kecamatan. Belum tercapainya capaian kinerja pengutuhan kawasan tanaman florikultura sesuai target yang ditetapkan antara lain karena di beberapa Dinas Pertanian Propinsi/ Kabupaten/Kota terdapat dana yang diblokir untuk pengembangan kawasan, sehingga kegiatan tersebut tidak dapat dilaksanakan 100%.

Pengembangan usaha tanaman hias pada berbagai daerah berkembang cukup pesat. Dengan adanya pengembangan kawasan tanaman hias, pelaku usaha tanaman hias diharapkan bergabung dalam suatu kawasan usaha agribisnis, sehingga kuantitas dan kualitas dari produksinya seragam karena dikelola dalam satu manajemen. Selain itu manfaat yang didapat adalah terbentuknya kawasan florikultura yang menuju skala usaha ekonomis dengan menerapkan rantai pasok yang baik dan teknologi maju berbasis GAP/SOP.

Pada tahun 2011, pengembangan tanaman florikultura dilaksanakan pada 2 (dua) kategori kawasan yaitu Kawasan Pendampingan Intensif Florikultura dan Kawasan Inisiasi Florikultura. Kawasan pendampingan intensif florikultura

(13)

dibangun di 20 kabupaten/kota di 10 propinsi. Sedangkan kawasan inisiasi florikultura dibangun di 25 kabupaten/kota di 15 propinsi sentra florikultura. Kegiatan dalam pengembangan kawasan tanaman florikultura merupakan kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada upaya peningkatan produksi dan produktivitas sehingga dapat mencapai produksi dan produktivitas florikultura sesuai dengan sasaran yang ditetapkan untuk setiap tahun berjalan. Dalam upaya meningkatkan produksi dan produktivitas florikultura dilakukan dengan pendekatan penerapan GAP/SOP dan pemecahan faktor penentu produksi pada komoditas-komoditas yang datanya tercacah di BPS dengan lokus kecamatan. Kegiatan yang dikembangkan merupakan kegiatan yang dapat memperbaiki usaha budidaya dan pascapanen florikultura dengan mencoba memecahkan masalah yang berkaitan dengan budidaya dan pascapanen. Pelaksanaan kegiatan pengembangan kawasan florikultura yang tersebar di 26 propinsi tersebut, baik kawasan intensif maupun inisiasi berbasis GAP/SOP, serta pemecahan faktor penentu produksi, dukungan fasilitasi APBN dialokasikan melalui dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan pada Dinas Pertanian Propinsi/Kabupaten/Kota.

2. Indikator kinerja Pengembangan Registrasi Unit Usaha Tanaman Florikultura dicapai melalui Kegiatan Utama Peningkatan produksi, produktivitas, dan mutu tanaman florikultura berkelanjutan dengan outputnya berupa lahan usaha florikultura yang teregistrasi sebanyak 81 lahan usaha. Anggaran yang tersedia untuk kegiatan registrasi kebun sebesar Rp 1.139.886.000,- .

Registrasi Kebun/ Lahan Usaha merupakan proses pengakuan pada kebun/lahan usaha yang telah menerapkan prinsip-prinsip GAP/SOP, menerapkan PHT dan pencatatan terhadap seluruh kegiatan usaha sehingga dapat dihasilkan produk yang berkualitas dan memperhatikan aspek lingkungan untuk keberlanjutannya. Manfaat registrasi unit usaha tanaman florikultura antara lain dapat menilai tingkat penerapan pelaksanaan GAP/SOP, menyiapkan sistem jaminan mutu, mempermudah telusur balik (

traceability

) serta mendorong percepatan akses pasar. Registrasi tidak hanya tercatat secara manual di daerah, tetapi data registrasi kebun/lahan usaha tersebut harus terintegrasi menjadi satu sistem data nasional.

Kegiatan Pengembangan Registrasi Unit Usaha Tanaman Florikultura ini dibiayai dengan dana APBN yang dialokasikan sebagai dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan pada DIPA Satker Dinas Pertanian yang membidangi pengembangan hortikultura.

Tahun 2011 target pelaksanaan registrasi kebun/lahan usaha tanaman florikultura sebanyak 81 lahan usaha dan terealisasi sebanyak 65 lahan

(14)

usaha, dengan pencapaian sasaran sebesar 80,25%. Capaian kinerja tersebut menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya terealisasi 25% dari target. Masih rendahnya nilai pencapaian sasaran registrasi kebun/lahan usaha florikultura adalah karena pelaksanaan registrasi kebun/lahan usaha ini baru dimulai pada tahun 2010 dan pada umumnya lahan usahanya berskala kecil serta lokasinya terpencar. Untuk itu sosialisasi dan pendampingan yang lebih instensif ke berbagai daerah sentra florikultura akan lebih ditingkatkan lagi, sehingga diharapkan kebun/lahan usaha tanaman hias yang siap diregistrasi akan lebih meningkat jumlahnya.

3. Indikator kinerja Perbaikan Mutu Pengelolaan Unit Usaha Tanaman Florikultura dicapai melalui Kegiatan Utama Peningkatan produksi, produktivitas, dan mutu tanaman florikultura berkelanjutan dengan outputnya berupa Sekolah Lapang GAP/SOP dan Sekolah Lapang GHP di 26 propinsi dan 50 kabupaten/kota dengan anggaran yang tersedia sebesar Rp 5.158.663.000,-.

Upaya menghadapi persaingan perdagangan bebas perlu dilakukan dengan teknik budidaya yang baik dan benar sesuai dengan prinsip-prinsip GAP/SOP dan GHP. Untuk mempercepat penerapan GAP/SOP dan GHP pada lahan usaha/kebun florikultura dilakukan dengan pendekatan Sekolah Lapang (SL) GAP/SOP dan GHP florikultura. SL GAP/SOP dan GHP Florikultura merupakan wahana bagi para petani untuk saling belajar di lapang atau di lahan usaha tani dan saling bertukar pengalaman dan informasi dalam budidaya dan pascapanen florikultura. Dengan kegiatan ini diharapkan petani menjadi paham secara detail dalam mengelola usahanya serta menjadi manager di lahan usahanya sendiri sehingga mampu mengatasi segala permasalahan yang dihadapinya secara mandiri. Tahun 2011 telah difasilitasi SL GAP dan SL GHP untuk tanaman Anggrek, Krisan, Mawar, Sedap Malam, Sansevieria, Heliconia, Leatherleaf, Dracaena, Phylodendron, Raphis, Melati, Anthurium, dan Polyscias.

Pencapaian kinerja perbaikan mutu pengelolaan unit usaha tanaman florikultura melalui pelaksanaan sekolah lapang GAP dan GHP mencapai 93,60% atau 351 kelompok tani dari target 375 kelompok tani. Tercapainya target sasaran indikator tersebut disebabkan karena besarnya minat petugas/petani/pelaku usaha untuk memahami prinsip-prinsip GAP dan GHP Florikultura melalui pelaksanaan sekolah lapang sekaligus penerapannya. Pencapaian ini dapat disimpulkan sangat baik dan upaya ini perlu terus didorong untuk meningkatkan perbaikan mutu pengelolaan unit usaha tanaman florikultura melalui sekolah lapang GAP dan GHP, karena kegiatan ini berdampak positif terhadap produk, produktivitas dan mutu florikultura.

(15)

4. Indikator kinerja Perbaikan Mutu Pengelolaan Pascapanen Tanaman Florikultura dicapai melalui Kegiatan Utama Peningkatan produksi, produktivitas, dan mutu tanaman florikultura berkelanjutan dengan outputnya berupa tersedianya 169 unit bantuan sarana penanganan pascapanen di kabupaten/kota sentra florikultura dengan alokasi anggaran sebesar Rp 2.715.600.000,-.

Mutu produk florikultura sangat terkait dengan aspek penerapan teknologi penanganan pascapanen. Saat ini penanganan pascapanen sebagian besar masih menggunakan sarana teknologi yang sederhana (tradisional). Penanganan pascapanen belum berkembang seperti yang diharapkan karena kemampuan dan pengetahuan petani yang terbatas, kelembagaan pascapanen yang belum berkembang, terbatasnya alat mesin pascapanen di pedesaan, penggunaan alat mesin yang belum optimal, dan belum mantapnya kemitraan usaha antara petani dan konsumen. Lemahnya pembinaan penanganan pascapanen mempunyai andil terhadap rendahnya mutu produk yang dihasilkan yang berakibat langsung terhadap rendahnya daya saing produk di pasaran baik domestik maupun internasional. Oleh karena itu, peningkatan mutu produk florikultura dilakukan melalui peningkatan pembinaan pascapanen dan penguatan sistem standar mutu produk sehingga meningkatkan daya saing di pasar domestik dan internasional.

Selama tahun 2011, pencapaian kinerja kegiatan pengadaan sarana dan prasarana pertanian baru mencapai 87 unit atau 51,48% dari target 169 unit sarana penganganan pascapanen. Bantuan peralatan penganganan pascapanen florikultura dapat berupa meja sortasi, gunting panen, bak pencucian, dll. Rendahnya pencapaian kinerja tersebut disebabkan karena pemahaman tentang penanganan pascapanen florikultura belum optimal, sehingga bantuan dana yang diberikan oleh pemerintah tidak dapat dimanfaatkan secara baik.

5. Indikator kinerja Peningkatan Jumlah Kelembagaan Usaha Tanaman Florikultura dicapai melalui Kegiatan Utama Peningkatan produksi, produktivitas, dan mutu tanaman florikultura berkelanjutan dengan outputnya berupa lembaga usaha yang berkembang sebanyak 107 lembaga dengan alokasi anggaran sebesar Rp 3.397.393.000,-.

Kelembagaan tanaman florikultura baik di pusat maupun di daerah seperti kelompok tani, gapoktan, asosiasi dan koperasi sudah ada namun kelembagaan yang ada belum berkembang seperti yang diharapkan. Keberadaan asosiasi belum banyak dirasakan bagi para anggotanya sehingga fungsi asosiasi masih terbatas ke arah hobies dan belum mengarah ke

(16)

pengembangan bisnis. Dalam upaya mendukung pengembangan industri tanaman florikultura yang tangguh, peran kelembagaan usaha yang ada perlu ditingkatkan dengan mendorong dinamisasi organisasi, sistem kerja, dan memperkuat jejaring kerja.

Kegiatan dalam pengembangan kelembagaan di propinsi/kabupaten/kota terdiri dari pengembangan pemberdayaan kelembagaan usaha dan penataan rantai pasok. Kegiatan pemberdayaan kelembagaan tanaman florikultura adalah kegiatan yang mendukung dan menumbuhkembangkan kelembagaan usaha melalui fasilitasi, koordinasi dan workshop untuk pengukuhan kelembagaan florikultura di propinsi/kabupaten/kota. Kegiatan penataan rantai pasok florikultura terdiri dari identifikasi status rantai pasok, workshop penataan rantai pasok, dan workshop fasilitasi kemitraan.

Pada tahun 2011 telah difasilitasi kelembagaan usaha tanaman florikultura sebanyak 117 lembaga atau sebanyak 109,35% dari target yang ditetapkan yaitu 107 lembaga. Terlampauinya target peningkatan jumlah kelembagaan usaha tersebut karena pelaku usaha tanaman hias mulai mengerti tentang perlunya kelembagaan usaha dalam menjalankan usaha tanaman hiasnya, sehingga pada beberapa daerah dibentuk kelembagaan secara swadaya. Pencapaian ini sangat baik dalam mendukung pengembangan industri florikultura karena dengan meningkatnya jumlah kelembagaan usaha florikultura tersebut, diharapkan dapat meningkatkan kesempatan pelaku usha tanaman hias untuk bermitra dengan perusahaan besar dan mengakses pembiayaan yang lebih baik, sehingga meningkatkan daya saing produk serta posisi tawar dalam perdagangannya.

6. Indikator kinerja Peningkatan Mutu Pembinaan Untuk Kegiatan Pengembangan Produksi Tanaman Florikultura dicapai melalui Kegiatan Utama Peningkatan produksi, produktivitas, dan mutu tanaman florikultura berkelanjutan dengan kegiatan di pusat dan daerah yang outputnya berupa : Layanan Perkantoran (12 bulan), Pertemuan/Sosialisasi/Identifikasi/ Pembinaan/Workshop (102 kali), Peningkatan Kapabilitas Petugas/Petani (372 orang), Pedoman-pedoman (26 buku), Pemasyarakatan/ Promosi (82 kali), Pembinaan pengembangan florikultura (76 kab/kota), Kendaraan (4 unit), Sarana Kantor (13 unit), sebagai berikut:

a. Layanan Perkantoran

Dalam rangka menunjang kegiatan yang ada pada Direktorat Jenderal Hortikultura maka dibutuhkan kelengkapan pendukung dan fasilitas yang memadai dengan kondisi layak agar penyelenggaraan kegiatan berjalan dengan baik dan lancar.

L

ayanan perkantoran ini terbagi menjadi 2

(17)

bentuk yaitu bentuk layanan dengan komponen administrasi kegiatan (contohnya penyusunan ROK, Juklak, Laporan Bulanan, Laporan Tahunan, dll) dan layanan dengan komponen operasional perkantoran (contohnya penyediaan pakaian dinas pegawai, penyediaan obat-obatan, pemeliharaan gedung/kantor, perawatan kendaraan dinas, pemeliharaan peralatan kantor, penyelenggaraan rapat, dll). Layanan Perkantoran di Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura dan Dinas Pertanian Propinsi/Kabupaten/Kota tahun 2011 sudah terealisasi dengan baik sebesar 100,00% dalam 12 bulan dengan alokasi anggaran sebesar Rp 193.000.000,-.

b. Pertemuan/ Sosialisasi/ Identifikasi/ Pembinaan/ Workshop

Pertemuan/ Sosialisasi/ Identifikasi/ Pembinaan/ Workshop dilaksanakan sebagai metode untuk melakukan koordinasi atau meningkatkan sinergi antara pemerintah, pelaku usaha, dan instansi terkait lainnya. Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka pengembangan kawasan, penerapan GAP/SOP, dan pembinaan penerapan pascapanen (GHP). Kegiatan ini dilaksanakan oleh Dinas Pertanian Propinsi/Kabupaten/Kota. Pencapaian indikator sasaran dari pertemuan, sosialisasi, identifikasi, pembinaan dan workshop adalah sebesar 112,75%, dimana target yang ditetapkan sebanyak 102 kali dan terealisasi melebihi target sebanyak 115 kali pertemuan.

c. Peningkatan Kapabilitas Petani/Petugas

Pengembangan industri florikultura membutuhkan kualitas sumberdaya manusia yang memadai. Oleh karena itu upaya peningkatan pengetahuan serta ketrampilan petugas dan petani perlu dilakukan melalui pelatihan, magang, studi banding dll. Dengan meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan petugas dan petani diharapkan pengelolaan usaha semakin berbasis sains dan teknologi yang lebih terarah, sehingga berdampak terhadap peningkatan mutu pembinaan untuk pengembangan florikultura. Meningkatnya kemampuan petugas dan petani tanaman hias, diindikasikan dengan jumlah petugas dan pelaku usaha yang telah difasilitasi melalui workshop, sosialisasi dan akselerasi SL GAP/SOP budidaya florikultura, sehingga dapat membangun kinerja industri florikultura. Anggaran yang tersedia untuk peningkatan kapabilitas petani/petugas di daerah sebesar Rp 1.768.481.000,-. Jumlah petugas dan petani tanaman hias yang meningkat kemampuan dan keterampilannya pada tahun 2011 adalah sebanyak 161 orang, sangat jauh dari target yang diharapkan pada tahun 2011 sebanyak 372 orang.

(18)

Adapun nilai pencapaian dari sasaran indikator peningkatan kapabilitas petani/petugas adalah sebesar 43,28%. Rendahnya pencapaian tersebut disebabkan kesulitan Dinas Pertanian setempat dalam mencari tempat magang karena perjalanan dinas yang dibintang (diblokir).

d. Pedoman-pedoman

Dalam melakukan tugas pokok dan fungsi Direktorat Budidaya dan Pascapanen diperlukan adanya pembuatan kebijakan, norma, standar, kriteria dan prosedur yang disusun dan hasilnya disosialisasikan kepada seluruh pemangku kepentingan. Pedoman-pedoman yang telah disusun oleh Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura pada tahun 2011 terealisasi sebesar 92,31% (24 buku) dari target 26 buku.

Pedoman-pedoman tersebut yang telah disusun antara lain : - Pedoman Identifikasi dan Penataan Distribusi Florikultura - Pedoman Pengelolaan Pascapanen Tanaman Pot dan Lansekap - Pedoman Penanganan Pascapanen Bunga Potong Krisan - Pedoman Pengembangan Kelembagaan

- Pedoman Integrasi Sistem Pengembangan Industri Anggrek

- Pedoman Integrasi Sistem Pengembangan Industri Krisan di Indonesia

- Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura Tahun 2011-2014

- Pedoman Teknis Pengembangan Florikultura Tahun 2012 - Pedoman Faktor Penentu Produksi Florikultura 2011 - Profil Florikultura Indonesia

- Pedoman Penyusunan Rancang Bangun Kawasan Florikultura - Pedoman Green City

- Pedoman Umum Kampung Florikultura

- SOP Budidaya dan Pascapanen Anggrek Phalaenopsis - SOP Budidaya Bunga Potong Anggrek Terestrial - Informasi Teknis Budidaya Daun dan Bunga Potong

- Petunjuk Lapangan SL GAP/SOP Budidaya dan Pascapanen Anggrek Phalaenopsis

- Buku Pintar Florikultura (4 buku) - Rancangan SNI (2 buku)

- Pedoman GHP Florikultura e. Pemasyarakatan/Promosi

Kegiatan pemasyarakatan/promosi merupakan kegiatan untuk pengenalan produk, pencitraan, informasi peluang investasi dan informasi keberadaan

(19)

dan jumlah produk. Meningkatnya pemasyarakatan tanaman hias diindikasikan dengan terlaksananya Pekan Flori dan Flora Nasional (PF2N) 2011 di Sanur, Propinsi Bali, yang diikuti oleh Dinas Pertanian Propinsi dan Kabupaten/Kota sentra florikultura, serta pelaku industri florikultura se-Indonesia. PF2N ini merupakan kegiatan yang sangat efektif dalam meningkatkan pemahaman florikultura nasional. Memasyarakatkan pemahaman tentang florikultura bersamaan dengan buah, sayur dan tanaman obat dalam kegiatan PF2N sebagai wujud sinergi dalam memasyarakatkan hortikultura nasional.

Anggaran yang tersedia untuk pemasyarakatan/promosi florikultura sebesar Rp 2.267.839.000,- dengan pencapaian indikator sasaran pemasyarakatan/promosi sebesar 89,02% yaitu 73 kali dari target 82 kali. Tercapainya sasaran tersebut, terkait dengan partisipasi propinsi dan kabupaten/kota dalam event Pekan Flori dan Flora Nasional 2011 di Bali sebagai

event

untuk mempromosikan potensi produk florikultura dari daerahnya masing-masing. Namun realisasinya tidak mencapai 100% karena ada perjalanan dinas yang dibintang pada beberapa Dinas Pertanian yang berarti dana tidak dapat dicairkan dan tidak dapat direalisasikan.

f. Pembinaan Pengembangan Florikultura

Kegiatan dalam pengembangan kawasan merupakan kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada upaya meningkatkan produksi dan produktivitas sehingga dapat mencapai sasaran-sasaran produksi dan produktivitas florikultura yang telah ditetapkan untuk setiap tahun berjalan. Kegiatan ini dirancang untuk dapat memperbaiki usaha budidaya dan pasca panen florikultura dengan mencoba memecahkan masalah yang berkaitan dengan budidaya dan pasca panen. Pembinaan pengembangan florikultura di kabupaten/kota sudah terealisasi 100% yaitu di 76 kabupaten/kota sentra florikultura dengan alokasi anggaran sebesar Rp 3.322.031.000,-.

g. Kendaraan

Dalam rangka meningkatkan kinerja pegawai Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura diperlukan sarana transportasi yang optimal sehingga kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh pegawai dapat selesai sesuai target dan sasaran. Pada tahun anggaran 2011 dilaksanakan pengadaan kendaraan roda 4 dan roda 2 di Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura yang sudah terealisasi 100% sebanyak 4 (empat)

(20)

unit kendaraan, yaitu 1(satu) unit kendaraan roda 4, 1 (satu) unit rehabilitasi kendaraan roda 4, dan 2 (dua) unit kendaraan roda 2.

h. Sarana Kantor

Dalam rangka meningkatkan kapabilitas pegawai Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura diperlukan peralatan bekerja yang optimal sehingga kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh pegawai dapat selesai sesuai target dan sasaran. Pada tahun anggaran 2011 diadakan 13 (tiga belas) unit sarana alat pengolah data. Sarana alat pengolah data tersebut diperlukan untuk mendukung kinerja pegawai untuk mencapai sasaran sesuai target kinerja institusi.

C. AKUNTABILITAS KEUANGAN

Kegiatan pengembangan florikultura tahun 2011 merupakan kelanjutan pelaksanaan program tahun sebelumnya yang didukung APBN. Pengelolaan keuangan menggunakan sistem

unified budget

melalui mekanisme DIPA yang dikelola SATKER. Perubahan mekanisme penganggaran ini dikuti dengan perubahan dan penyempurnaan peraturan dan prosedur pengelolaan keuangan yang bersamaan dengan pelaksanaan DIPA.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dikelola Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura untuk membiayai sejumlah kegiatan pengembangan florikultura baik di Pusat maupun di Daerah. Jumlah anggaran yang dialokasikan di Pusat untuk TA. 2011 berjumlah Rp 10.320.000.000,- dan setelah mengalami revisi-revisi menjadi Rp 8.868.505.000,-. Adapun realisasi penyerapan dana mencapai sebesar Rp 8.505.733.000,- atau sebesar 95,91% dan tidak jauh berbeda dengan capaian keluaran/fisik kegiatan sebesar 96,90%. Adapun jumlah dana yang tidak dapat diserap sebesar Rp 362.772.000,- atau sebesar 4,09%. Dana yang tidak terserap tersebut selain tidak dapat diimplementasikan karena faktor teknis dan sulit untuk direvisi karena kendala waktu pelaksanaan. Realisasi anggaran pengembangan florikultura tahun 2011 yang dialokasikan di pusat, dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4. Realisasi Anggaran Pengembangan Florikultura Tahun 2011 (Anggaran Pusat) Program Anggaran (Rp) Realisasi Keuangan (%) Realisasi Fisik (%) Pagu DIPA Realisasi

Peningkatan Produksi, Produktivitas, Mutu Tanaman Florikultura Berkelanjutan

(21)

Sedangkan total Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura TA. 2011 yang dikelola Pusat dan Daerah berjumlah Rp 45.959.420.000,- dan setelah mengalami revisi-revisi menjadi Rp 44.994.595.000,-. Anggaran tersebut dialokasikan untuk mendukung pelaksanaan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, Mutu Tanaman Florikultura Berkelanjutan. Realisasi penyerapan anggaran untuk pusat dan daerah mencapai sebesar Rp 26.986.981.841,- atau sebesar 59,98% dan tidak jauh berbeda dengan capaian keluaran/fisik kegiatan sebesar 61,36%. Jumlah dana yang tidak dapat diserap yaitu sebesar Rp 18.007.613.159,- atau sebesar 40,02%. Realisasi anggaran pengembangan florikultura 2011 untuk pusat dan daerah berdasarkan laporan SAI per tanggal 19 Januari 2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5. Realisasi Anggaran Pengembangan Florikultura Tahun 2011

(Anggaran Pusat dan Daerah) Berdasarkan Laporan SAI per tanggal 19 Januari 2012 Program Anggaran (Rp) Realisasi Keuangan (%) Realisasi Fisik (%) Pagu DIPA Realisasi

Peningkatan Produksi, Produktivitas, Mutu Tanaman Florikultura Berkelanjutan 44.994.595.000 26.986.982.000 59,98 61,36

D. PERMASALAHAN DAN TINDAK LANJUT

Pelaksanaan kegiatan pembangunan florikultura merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas ini terlihat dari banyaknya pelaku usaha dan instansi yang terlibat baik tingkat pusat maupun daerah. Dengan kondisi demikian, banyak ditemui permasalahan dalam mewujudkan tujuan dan sasaran pengembangan florikultura yang telah ditetapkan. Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pada Tahun 2011 adalah sebagai berikut:

1. Banyaknya dana perjalanan, pendampingan, dan pembinaan yang dibintang/diblokir

2. Adanya pergantian pejabat (KPA/PPK/Kepala Dinas/Bendahara)

3. Terlambatnya penyelesaian revisi DIPA atau POK, sehingga menghambat pelaksanaan kegiatan

4. Adanya perubahan Calon Petani dan Calon Lokasi (CP/CL), padahal sebelumnya telah dilakukan seleksi CP/CL

(22)

Beberapa kendala tersebut secara aktif telah diupayakan untuk diperbaiki oleh seluruh jajaran Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura. Untuk perbaikan ke depan terdapat beberapa saran antara lain:

1. Koordinasi yang baik dengan KPPN untuk pencairan dana

2. Untuk menghindari seringnya pergantian KPA dan PPK, sebaiknya KPA/PPK tidak harus dijabat oleh seorang Kepala Dinas, tetapi bisa dijabat oleh seorang staf yang telah lulus atau memiliki sertifikat sebagai pejabat pengadaan barang dan jasa.

3. Untuk menghindari adanya revisi POK, maka kegiatan-kegiatan yang sudah direncanakan harus dilaksanakan,

4. Calon Petani dan Calon Lokasi (CPCL) yang dipilih harus mencintai komoditas yang akan dikembangkan. Jika florikultura disepakati untuk dikembangkan di suatu daerah, maka daerah tersebut harus mempunyai potensi untuk pengembangan florikultura dan harus bisa membuat ide-ide baru agar florikultura dapat berkembang dengan baik di daerahnya.

Selain itu disarankan adanya pemberian

punishment

dan

reward

yang jelas dan terukur, baik yang memenuhi target maupun yang tidak memenuhi target, secara tegas dan

fair

dengan tujuan mendidik dan bersaing secara sehat dalam budaya membangun. Baik dinas propinsi maupun kabupaten/kota perlu dibangun struktur organisasi tepat guna yang mengikuti struktur organisasi di Pusat terutama wilayah yang mempunyai potensi untuk pengembangan hortikultura. Dengan struktur organisasi yang berbasis

Link match

antara pusat dan daerah diharapkan program kegiatan yang mempunyai

stressing

tinggi akan tertangani dengan baik, efektif dan efisien sesuai yang diamanahkan dalam program.

Program kegiatan Tahun Anggaran 2011 merupakan kegiatan pertama berbasis kinerja sehingga banyak mengalami hambatan. Pelaksanaan Program yang berbasis kinerja berdampak pada tidak efisien dan efektifnya baik dana maupun waktu pelaksanaan. Oleh karena itu, Program Tahun Anggaran 2012 sudah lebih disempurnakan, sehingga diharapkan tidak ada kesalahan akun atau kesalahan-kesalahan lainnya dan dengan berkurangnya anggaran yang direvisi maka diharapkan pelaksanaan kegiatan lebih lancar.

(23)

IV. PENUTUP

Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura dituntut untuk mampu menjadi penggerak kegiatan usaha florikultura sehingga dapat berperan dalam menggerakkan ekonomi nasional. Dalam melaksanakan tugas dan fungsi, Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura didukung oleh APBN untuk menggerakkan potensi sumberdaya yang ada, dan sebagai bentuk pertanggungjawaban dalam pelaksanaannya disusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura setiap tahun.

LAKIP Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura Tahun 2011 memuat informasi rencana dan realisasi kegiatan pengembangan florikultura yang telah dilaksanakan dengan menetapkan indikator kinerjanya secara tepat. Penjabaran Visi, Misi, Tujuan, Sasaran diharapkan dapat didukung dengan program, dan kegiatan yang dilaksanakan dalam upaya untuk pencapaian sasaran yang diinginkan. Efektivitas pencapaian sasaran pembangunan florikultura perlu dipadukan dengan akuntabilitas penggunaan keuangan, dimana sinergi pengelolaan kegiatan penunjang program harus sedemikian rupa menunjang pencapaian sasaran program.

Dengan tersusunnya LAKIP ini maka dapat diketahui kinerja Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura pada tahun 2011 dan beberapa permasalahan yang dihadapi. Informasi ini diharapkan dapat berguna untuk perbaikan dan penyempurnaan program serta kegiatan pembangunaan industri florikultura, dan dijadikan dasar dalam penganggaran tahun berikutnya. Selanjutnya diharapkan LAKIP ini dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan dan memperbaiki kinerja Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura ke depan.

Gambar

Tabel 1. Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura
Tabel 3. Pengukuran Kinerja Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura TA.
Tabel 4. Realisasi Anggaran Pengembangan Florikultura Tahun 2011 (Anggaran Pusat) Program Anggaran (Rp) Realisasi Keuangan (%) RealisasiFisikPagu DIPARealisasi(%)
Tabel 5. Realisasi Anggaran Pengembangan Florikultura Tahun 2011

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya kegiatan visiting guru ini, diharapkan terutama para Guru PAI dapat ikut berpartisipasi sehingga dapat menularkan keterampilan, pengalaman dan

Sedangkan dalam majalah Der Spiegel (Jerman Barat) Soeharto berkata.”Kira-kira jam 11 malam itu, Kolonel Latief dan komplotannya datang ke Rumah Sakit untuk membunuh saya,

Kegiatan operasional bank Syariah sendiri ditandai dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia pada tahun 1992 sebagai bank umum pertama sesuai Syariah, hadirnya bank Muamalat

Dari data yang ada dilanjutkan dengan perhitungan proporsi metode pengadaan barang, dimana sesuai prinsip pareto bertujuan untuk mengetahui metode mana yang mempunyai

Perilaku guru yang pasif, lesu, dan sukar dikontrol mengakibatkan proses pembelajaran tidak banyak melibatkan siswa dan tidak terdapat interaksi, karena waktu

Bagian sebelumnya memperlihatkan daftar aktivitas perusahaan dan biaya yang terkait serta aktivitas yang bernilai tambah dan tidak bernilai tambah bagi perusahaan, untuk itu,

Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menempatkan siswa

pendapatan hibah yang diakui sebagai penambah SAL yang menjadi hak.. pemerintah dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu4. dibayar kembali.