• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Energi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), energi adalah tenaga atau gaya untuk berbuat sesuatu. Defenisi ini merupakan perumusan yang lebih luas daripada pengertian-pengertian mengenai energi pada umumnya dianut di dunia ilmu pengetahuan. Dalam pengertian sehari-hari energi dapat didefenisikan sebagai kemampuan untuk melakukan sesuatu pekeriaan (Kadir, 1995).

Energi merupakan sektor utama dalam perekonomian Indonesia dewasa ini dan akan mengambil peranan yang lebih besar diwaktu yang akan datang baik dalam rangka penyediaan devisa, penyerapan tenaga kerja, pelestarian sumber daya energi, pembangunan nasional serta pembangunan daerah.

Situasi energi di Indonesia tidak terlepas dari situasi energi dunia. Konsumsi energi dunia yang makin meningkat menimbulkan kesempatan bagi Indonesia untuk mencari sumbcr energi alternatif untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Untuk itu perlu untuk mengidentifikasi sektor mana yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya energi alternatif.

Seperti diketahui Indonesia sangat berkepentingan untuk menggantikan sumber daya energi minyak dengan sumber daya energi lainnya karena minyak merupakan sumber daya energi yang menghasilkan devisa selain gas alam. Oleh karena itu, sektor-sektor perekonomian yang memanfaatkan minyak sedapat mungkin menggantikannya dengan sumber daya lain seperti gas alam, batubara, panas bumi, listrik tenaga air, dan biomassa yang tersedia dalam jumlah besar (Reksohadiprojo, 1988).

(2)

5 2.2 Biomassa

Biomassa didefenisikan sebagai material tanaman, tumbuh-tumbuhan, atau sisa hasil pertanian yang digunakan sebagai bahan bakar atau sumber bahan bakar. Secara umum sumber-sumber biomassa antara lain tongkol jagung, jerami, dan lain sebagainya; material kayu seperti kayu atau kulit kayu, potongan kayu, dan lain sebagainya; sampah kota misalkan sampah kertas dan tanaman sumber energi seperti minyak kedelai, alfalfa, poplars, dan lain sebagainya. Sedangkan menurut Silalahi (2000) biomassa adalah campuran material organik yang kompleks, biasanya terdiri dari karbohidrat, lemak, protein dan beberapa mineral lain yang jumlahnya sedikit seperti sodium, fosfor, kalsium dan besi. Komponen utama tanaman biomassa adalah karbohidrat (berat kering kira-kira sampai 75%), lignin (sampai dengan 25%) dimana dalam beberapa tanaman komposisinya bisa berbeda-beda.

Keuntungan penggunaan biomassa untuk sumber bahan bakar adalah keberlanjutannya, diperkirakan 140 juta ton metrik biomassa digunakan pertahunnya. Keterbatasan dari biomassa adalah banyaknya kendala dalam penggunaan untuk bahan bakar kendaraan bermobil. Biomassa merupakan produk fotosintesis, yakni butir-butir hijau daun yang bekerja sebagai sel surya, menyerap energi matahari yang mengkonversi karbon dioksida dengan air menjadi suatu senyawa karbon, hidrogen dan oksigen. Senyawa ini dapat dipandang sebagai suatu penyerapan energi yang dapat dikonversi menjadi suatu produk lain. Hasil konversi dari senyawa itudapat berbentuk arang atau karbon, alkohol kayu, ter dan lain sebagainya. Potensi biomassa di Indonesia cukup tinggi, tabel 2.1 memberikan suatu ikhtisar dari potensi energi biomassa yang terdapat di Indonesia. Perlu dicatat bahwa jenis energi ini adalah terbarukan, sehingga merupakan suatu produksi yang tiap tahun dapat diperoleh.

(3)

6

Tabel 2.1 Potensi beberapa jenis limbah biomassa di Indonesia No Komoditi/Produk Tipe Limbah Biomassa Potensi Limbah

1 Padi (gabah) Batang padi 5000 kg/ton gabah

2 Beras Sekam padi 380 kg/ton gabah

3 CPO Pelepah daun 24.84 ton/Ha

4 CPO Tandan kosong 200 kg/ton FFB

5 CPO Serat dan cangkang 420 kg/ton CPO

6 CPO Kayu (replanting) 74.5 ton/HA

replanting

7 CPO Lumpur sawit NA

8 Jagung Bonggol jagung NA

9 Ubi Kayu Batang pohon 800 kg/ton ubi kayu

10 Gula tebu Bagas 280 kg/ton gula

11 Kayu Serbuk gergaji NA

12 Kelapa Sabut 280 kg/ton kelapa

13 Kelapa Batok kelapa 150 kg/ton kelapa

14 Karet Kayu (peremajaan) 1500 m3/ Ha

peremajaan

15 Kakao Kulit buah kakao NA

16 Kopi Daging buah dan kulit kopi NA 17 Minyak jarak Kulit/daging buah NA

18 Minyak jarak Cangkang buah NA

19 Minyak jarak Getah NA

20 Minyak jarak Ampas jarak 700 kg/ton biji jarak (sumber : Agustina, 2006)

2.3 Arang

Menurut Sudrajat dan Soleh dalam Triono (2006) arang adalah hasil pembakaran bahan yang mengandung karbon yang berbentuk padat dan berpori. Sebagian besar porinya masih tertutup oleh hidrogen dan senyawa organik lain yang komponennya terdiri dari abu, nitrogen, dan sulfur.

Menurut Hendra (1999) arang mengandung 85-98% karbon. Arang merupakan hasil pembakaran dari bahan-bahan yang mengandung karbon pada suhu 500-600oC dalam keadaan tanpa udara. Bahan-bahan yang menutupi pori-pori dihilangkan akan menyebabkan arang tersebut menjadi arang aktif dengan daya absorbsi yang tinggi. Proses pengaktifan arang bertujuan agar arang mampu menyerap zat warna dan gas secara efektif walaupun dalam jumlah yang kecil (Ketaren dan Djatmiko, 1985).

(4)

7

Hartoyo dan Tjutju (1976) mengelompokan arang berdasarkan penggunaannya sebagai berikut :

1) Keperluan rumah tangga dan bahan bakar khusus seperti binatu, tungku, pembakar, pengeringan daging, ikan, tembakau.

2) Keperluan metalurgi seperti industri aluminium, plat baja, penyepuhan kobalt, tembaga, nikel, besi kasar, serbuk besi, baja, molybedenium, campuran logam khusus, pengecoran dan pertambangan.

3) Dalam industri kimia, arang banyak digunakan untuk karbon aktif, karbon monoksida, elektroda gelas, campuran resin, obat-obatan, makanan ternak, karet, serbuk hitam, karbon bisulfida, katalisator, pupuk, perekat, magnesium, plastik, kalium sianida, natrium sianida, grafit, galvanisasi, dan bahan penyerap dalam silinder.

Ciri-ciri arang yang berkualitas baik menurut Djatmiko (1985). Hendra (1999) dan Wardi (1969) antara lain :

a. Berwarna hitam, kalau dinyalakan apinya berwarna kebiru-biruan. b. Tidak mengotori tangan dan berbau.

c. Dapat menyala terus tanpa dikipas, tidak menghasilkan asap, dan tidak memercik.

d. Tidak cepat habis terbakar dan jika dipukul berdenting seperti logam.

2.4 Karbonisasi

Proses karbonisasi (proses pengarangan), adalah proses mengubah bahan baku asal menjadi karbon bewarna hitam melalui pembakaran dalam ruang tertutup dengan udara terbatas atau seminimal mungkin.

Proses karboniasi atau pengarangan dilakukan dengan memasukkan bahan organik kedalam lubang atau ruangan yang dindingnya tertutup seperti didalam tanah atau tangki yang terbuat dari plat baja dan nyala api dikontrol. Tujuan pengendalian tersebut agar bahan yang dibakar tidak menjadi abu, tetapi menjadi arang yang masih terdapat energi didalamnya sehingga dapat

(5)

8

dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Bahan tersebut masih terdapat sisa energi yang dimanfaatkan untuk keperluan, seperti memasak, memanggang, dan mengeringkan. Bahan organik yang sudah menjadi arang tersbut akan mengeluarkan sedikit asap dibandingkan dibakar langsung menjadi abu. Lamanya proses pengarangan ditentukan oleh jumlah atau volume bahan organik, ukuran parsial bahan, kerapatan bahan, tingkat kekeringan bahan , jumlah oksigen yang masuk dan asap yang keluar dari ruang pembakaran. Sebagai gambaran, arang sekam padi lebih cepat dan lebih mudah dibuat dari pada arang serbuk gergaji sehingga pertukan gas yang terjadi di dalam ruang pembakaran lebih leluasa.

Proses pembakaran dikatakan sempurna jika hasil akhir pembakaran berupa abu berwarna keputihan dan seluruh energi di dalam bahan organik dibebaskan. Namun dalam pengarangan, energi pada bahan akan dibebaskan secara perlahan. Apabila proses pembakaran dihentikan secara tiba - tiba ketika bahan masih membara, bahan tersebut akan menjadi arang yang berwarna kehitaman. Pada bahan masih terdapat sisa energi yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, seperti memasak, memanggang dan mengeringkan. Bahan organik yang sudah menjadi arang tersebut akan mengeluarkan sedikit asap dibandingkan dibakar langsung menjadi abu (Kurniawan dkk, 2008 dikutip oleh Juanedi, 2013).

Prinsip proses karbonisasi adalah pembakaran biomassa tanpa adanya kehadiran oksigen. Sehingga yang terlepas hanya bagian volatile matter, sedangkan karbonnya tetap tinggal di dalamnya. Temperatur karbonisasi akan sangat berpengaruh terhadap arang yang dihasilkan sehingga penentuan temperatur yang tepat akan menentukan kualitas arang. (Pari dkk, 1983 dikutip oleh Junaedi, 2013).

Pelaksanaan karbonisasi meliputi teknik yang paling sederhana hingga yang paling canggih. Tentu saja metode pengarangan yang dipilih disesuaikan

(6)

9

dengan kemampuan dan kondisi keuangan. Berikut dijelaskan beberapa metode karbonisasi (pengarangan) (Sinurat, 2011 dikutip oleh Junaedi, 2013).

a. Pengarangan terbuka

Metode pengarangan terbuka artinya pengarangan tidak di dalam ruangan sebagaimana mestinya. Risiko kegagalannya lebih besar karena udara langsung kontak dengan bahan baku. Metode pengarangan ini paling murah dan paling cepat, tetapi bagian yang menjadi abu juga paling banyak, terutama jika selama proses pengarangan tidak ditunggu dan dijaga. Selain itu bahan baku harus selalu dibolak - balik agar arang yang diperoleh seragam dan merata warnanya.

b. Pengarangan di dalam drum

Drum bekas aspal atau oli yang masih baik bisa digunakan sebagai tempat proses pengarangan. Metode pengarangan di dalam drum cukup praktis karena bahan baku tidak perlu ditunggu terus-menerus sampai menjadi arang.

c. Pengarangan di dalam silo

Sistem pengarangan silo dapat diterapkan untuk produksi arang dalam jumlah banyak. Dinding dalam silo terbuat dari batu bata tahan api. Sementara itu, dinding luarnya disemen dan dipasang besi beton sedikitnya 4 buah tiang yang jaraknya disesuaikan dengan keliling silo. Sebaiknya sisi bawah silo diberi pintu yang berfungsi untuk mempermudah pengeluaran arang yang sudah jadi. Hal yang penting dalam metode ini adalah menyediakan air yang banyak untuk memadamkan bara.

d. Pengarangan semi modern

Metode pengarangan semi modern sumber apinya berasal dari plat yang dipanasi atau batu bara yang dibakar. Akibatnya udara disekeliling bara ikut menjadi panas dan memuai ke seluruh ruangan

(7)

10

pembakaran. Panas yang timbul dihembuskan oleh blower atau kipas angin bertenaga listrik.

e. Pengarangan super cepat

Pengarangan super cepat hanya membutuhkan waktu pengarangan hanya dalam hitungan menit. Metode ini menggunakan penerapan roda berjalan. Bahan baku dalam metode ini bergerak melewati lorong besi yang sangat panas dengan suhu mendekati 70ºC

2.5 Briket Arang

Briket arang adalah gumpalan-gumpalan atau batangan-batangan arang yang terbuat dari bioarang (bahan lunak). Bioarang yang sebenarnya termasuk bahan lunak yang dengan proses tertentu diolah menjadi bahan arang keras dengan bentuk tertentu. Kualitas dari bioarang ini tidak kalah dengan batubara atau bahan bakar jenis arang lainnya (Joseph dan Hislop, 1981).

Pembuatan briket arang dari limbah pertanian dapat dilakukan dengan menambah bahan perekat, dimana bahan baku diarangkan terlebih dahulu kemudian ditumbuk, dicampur perekat, dicetak dengan sistem hidrolik maupun manual dan selanjutnya dikeringkan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hartoyo (1983) menyimpulkan bahwa briket arang yang dihasilkan setaraf dengan arang buatan Inggris dan memenuhi persyaratan yang berlaku di Jepang karena menghasilkan kadar abu dan zat yang mudah menguap (volatile matter) yang rendah serta tinggi kadar karbon terikat (fixed carbon) dan nilai kalor.

Briket arang yang baik diharapkan memiliki kadar karbon yang tinggi. Kadar karbon sangat dipengaruhi oleh kadar zat mudah menguap dan kadar abu. Semakin besar kadar abu akan menyebabkan turunnya kadar karbon briket arang tersebut.

(8)

11 Keunggulan Biobriket :

Biobriket mempunyai keunggulan dibandingan arang biasa antara lain: a. Menghasilkan panas pembakaran yang cukup tinggi

b. Mudah dipakai sebagai bahan bakar

c. Dari bentuk dan ukurannya yang seragam sehingga memudahkan dalam transportasi dan penggunaannya

d. Dapat tampil lebih menarik karena bentuk dapat disesuaikan dengan keinginan

e. Menggunakan bahan baku yang tidak menimbulkan masalah lingkunagn bahkan dapat mengurangi pencemaran lingkungan

f. Memiliki porositas yang lebih besar sehingga memilki karakteristik pembakaran yang lebih baik

g. Porositas dapat diatur untuk memudahkan pembakaran

h. Memiliki komposisi yang seragam sehingga laju pembakaran bisa konstan

i. Biobriket lebih mudah disimpan

Kekurangan Biobriket :

a. Biaya pembuatan biobriket lebih mahal dibandingkan dengan pembuatan arang biasa. Namun hal ini dapat diatasi dengan pembuatan biobriket dalam skala besar sehingga biaya per unit dapat ditekan

b. Cara memulai pembakaran biobriket lebih sulit dibandingkan arang biasa. Namun kesulitan ini dapat diatasi dengan penetesan minyak tanah atau spritus

2.6

Standar Mutu dan Karakteristik Briket.

Standar mutu briket merupakan nilai ataupun ketentuan yang ditetapkan sebagai acuan briket yang ada. Berikut tabel standar mutu briket SNI 01-6235-2000 yang dipakai di Indonesia dan mutu briket dari beberapa negara:

(9)

12

Tabel 2.2 Standar mutu dan karakteristik pembuatan briket

No Parameter Nilai

1 Kadar air max 8%

2 Kadar abu max 8%

3 Volatile matter max 15%

5 Nilai kalor min 5000 kal/gr

6 Karbon min 69 %

Tabel 2.3 Standar mutu briket arang dari beberapa negara Sifat Briket Arang Jepang Inggris Amerika Indonesia

Kandungan air (%) 6 – 8 3.6 6.2 8

Kadar abu (%) 3 – 6 5.9 8.3 8

Kerapatan (g/cm3) 1 – 1.2 0.46 1 -

Kuat tekan (kg/cm2) 60 – 65 12.7 62 -

Nilai kalor (cal/g) 6000 – 7000 7289 6230 5000

Sumber : Pari et al. (1990) dan Hendra (2000)

2.7 Tandan Kosong Kelapa Sawit

Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) merupakan biomassa dengan kandungan terbesar berupa selulosa, disamping hemiselulosa dan lignin dalam jumlah yang lebih kecil. Ketersediaan tandan kosong kelapa sawit cukup signifikan bila ditinjau berdasarkan produksi tandan kosong kelapa sawit terhadap total jumlah tandan buah segar (TBS) yang diproses. Rata - rata produksi tandan kosong kelapa sawit adalah berkisar 22% hingga 24% dari total berat tandan buah segar yang diproses di Pabrik Kelapa Sawit. Sebuah PKS (pabrik kelapa sawit) dengan kapasitas pengolahan 200.000 ton TBS/tahun akan menghasilkan sebanyak 44.000 ton TKKS (kadar air 65%/tahun). Nilai kalor (heating value) TKKS kering adalah 18.8 MJ/kg. TKKS dapat juga dimanfaatkan untk menghasilkan biogas walaupun proses pengolahannya lebih sulit daripada biogas dari limbah cair. TKKS saat ini hanya digunakan sebagai bahan bakar ketel pabrik minyak kelapa sawit, kompos, dan pupuk kalium. Namun pemanfaatan tersebut belum memberikan nilai tambah yang optimal. Menurut hasil penelitian 1 hektar kebun sawit

(10)

13

akan menghasilkan 1.5 ton TKKS kering atau 2.64 ton TKKS (kadar air ±50% / tahun) (Anonim, 2005 dalam Arganda Mulia 2007.).

Saat ini TKKS mulai dimanfaatkan menjadi briket sebagai sumber energi terbarukan. Dengan teknologi yang relatif sederhana, pemanfaatan limbah padat menjadi briket merupakan suatu pilihan yang sangat realistis dan prospektif.

Melihat komponen kimia utama TKKS, kualitas TKKS tidak jauh berbeda kualitas biomassa lainnya, baik dengan limbah pertanian maupun dengan biomassa bukan kayu. Perbandingan komposisi biomassa lainnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.4 Komposisi kimia beberapa biomassa Biomassa Lignoselulosa Selulosa (% berat) Hemiselulosa (% berat) Lignin (% berat) Abu (% berat) TKKS Jerami padi Jerami gandum Ampas tebu Bambu Rumput Esparto Kayu lunak Kayu keras 36 – 42 28 – 36 29 – 35 32 – 44 26 – 43 33 – 38 40 – 45 38 – 49 25 – 27 23 – 28 26 – 32 27 – 32 15 – 26 27 – 32 7 – 14 19 – 26 22 – 25 12 – 16 16 – 21 19 – 24 21 – 31 17 – 19 26 – 34 23 – 30 0,7 – 6 15 – 20 4 – 9 1,5 – 5 1,7 – 5 6 – 8 1 1 Sumber : Myerly dkk., 1981.

2.8 Sabut Kelapa Tua

Thampan (1982) menyatakan bahwa sabut kelapa termasuk kedalam golongan selulosa alam dan mengandung beberapa bagian lain dari selulosa, hemiselulosa, lignin dan unsur lain pembentuk struktur sel lainnya. Sabut merupakan bagian mesokarp (selimut) yang berupa serat-serat kasar kelapa. Bagian yang berserabut ini merupakan kulit dari buah kelapa dan dapat dijadikan sebagai bahan baku aneka industri.

(11)

14

Serat adalah bagian yang berharga dari sabut. Dilihat sifat fisisnya sabut kelapa tua terdiri dari serat kasar dan halus, mutu serat ditentukan oleh warna, mengandung unsur kayu. Produk yang sudah dihasilkan dari bagian buah kelapa yang berserabut ini seperti karpet, keset, sikat, bahan pengisi jok mobil, tali dan lainnya. Dari sabut dapat diperoleh serat matras, serat berbulu, serta sekam atau dedak atau gabus. Serat matras tersebut digunakan untuk sikat pembersih, sapu, keset sedangkan sekam atau gabus digunakan sebagai media tanam dan pupuk kalium. Selain itu karena serat yang mempunyai karakteristik yang khas menjadikan sabut kelapa banyak dijadikan sebagai kerajinan (Samosir,1992). Potensi limbah sabut kelapa pada tahun 2015 yaitu sebesar 35.671 ton/tahun (Badan pusat statistik, 2015).

Tabel 2.4 Komposisi serat bersih sabut kelapa (% berat kering)

Asal Serat Kelarutan air dingin (%) Pektin dan zat terlarut (%) Selulosa (%) Hemiselulosa (%) Lignin (%) Kelapa Tua 5,2 3.0 37,8 0,25 20 Kelapa Muda 6,0 2.7 32.9 0,15 15 Kelapa Sangat Muda 15,5 4,0 36.1 0,25 16 Thampan (1982)

Kandungan zat lignin sangat berpengaruh terhadap kualitas arang. Wardi (1969) menyatakan bahwa arang yang dihasilkan dari bahan yang mengandung banyak lignin maka akan menghasilkan arang yang mempunyai nilai kalor tinggi. Pendapat ini sesuai dengan pernyataan Syachri (1986) bahwa nilai kalor dipengaruhi oleh kandungan zat lignin, sedangkan kandungan zat selulosa tidak berpengaruh terhadap nilai kalor.

(12)

15 2.9 Perekat Briket

Perekat adalah suatu zat atau bahan yang memiliki kemampuan untuk mengikat dua benda melalui ikatan permukaan. Beberapa istilah lain dari perekat yang memiliki kekhususan meliputi glue, mucilage, paste, dan

cement. Glue merupakan perekat yang terbuat dari protein hewani, seperti

kulit, kuku, urat, otot, dan tulang yang digunakan dalam industri pengerjaan kayu. Mucilage adalah perekat yang dipersiapkan dari getah dan air yang diperuntukkan terutama untuk perekat kertas. Paste merupakan perekat pati (starch) yang dibuat melalui pemanasan campuran pati dan air dan dipertahankan berbentuk pasta. Cement adalah istilah yang digunakan untuk perekat yang bahan dasarnya karet dan mengeras melalui pelepasan pelarut. (Ruhendi dkk, 2007).

Sifat alamiah bubuk arang cenderung saling memisah. Dengan bantuan bahan perekat atau lem, butir-butir arang dapat disatukan dan dibentuk sesuai dengan kebutuhan. Namun, permasalahannya terletak pada jenis bahan perekat yang akan dipilih. Penentuan jenis bahan perekat yang digunakan sangat berpengaruh terhadap kualitas briket arang ketika dinyalakan dan dibakar. Faktor harga dan ketersediaannya di pasaran harus dipertimbangkan secara seksama karena setiap bahan perekat memiliki daya lekat yang berbeda-beda karakteristiknya (Sudrajat, 1983).

Menurut Schuchart, dkk (1996), pembuatan briket dengan penggunaan bahan perekat akan lebih baik hasilnya jika dibandingkan tanpa menggunakan bahan perekat. Disamping meningkatkan nilai bakar dari bioarang, kekuatan briket arang dari tekanan luar juga lebih baik (tidak mudah pecah). Arang yang telah halus dicampurkan dengan bahan perekat sampai membentuk semacam adonan yang cukup kering. Bahan perekat ini dimaksudkan agar pengarangan tidak mudah pecah atau rontok ketika dibakar. Pencampuran serbuk arang dengan perekat mempunyai tujuan untuk memberikan lapisan tipis dari perekat pada permukaan partikel arang. Tahapan ini merupakan

(13)

16

tahapan penting untuk menentukan mutu briket yang dihasilkan. Campuran yang dibuat tergantung pada ukuran serbuk arang, jenis perekat, jumlah perekat, dan tekanan pengempaan yang dilakukan (Karch & Boutette 1983, diacu dalam Suryani 1986) dalam Triono (2006). Ada beberapa bahan yang dapat digunakan sebagai perekat yaitu tapioka, tepung gaplek, resin tumbuhan, pupuk hewan, dan ter.

Perekat yang digunakan sebaiknya yang mempunyai bau yang baik bila dibakar, kemampuan merekat yang baik, harganya murah, dan mudah didapat dalam Triono (2006). Triono (2006) juga menyatakan ditinjau dari macam perekat yang digunakan maka produk yang dihasilkan dapat dibedakan antara briket arang yang tidak berasap atau kurang berasap dan yang berasap.

Perekat pati dalam bentuk cair sebagai perekat menghasilkan briket arang bernilai rendah dalam hal kerapatan, keteguhan tekan, kadar abu dan kadar zat menguap. Tetapi akan lebih tinggi dalam hal kadar air, kadar karbon terkait, dan nilai kalornya apabila dibandingkan dengan briket yang menggunakan molase (Tetes tebu) akan menghasilkan briket yang sangat kuat dan baik mutu pembakaranya, akan tetapi asapnya lebih banyak (Sudrajat 1983).

Tabel 2.5 Komposisi tapioka

No Kandungan Unit/100gr Tapioka

1 Kalori (Kal) 363 2 Protein (Gr) 2,2 3 Lemak (Gr) 0,5 4 Karbohidrat (Gr) 88,2 5 Zat Kapur (Mg) 84 6 Phospor (Mg) 125 7 Air (Mg) 13

Gambar

Tabel 2.4 Komposisi kimia beberapa biomassa  Biomassa  Lignoselulosa  Selulosa   (% berat)   Hemiselulosa  (% berat)   Lignin   (% berat)   Abu   (% berat)   TKKS  Jerami padi   Jerami gandum   Ampas tebu   Bambu   Rumput Esparto   Kayu lunak   Kayu keras

Referensi

Dokumen terkait

 Zona panas di masa lampau ditunjukkan oleh anomali Hg tanah berada di sekitar manifestasi batuan teralterasi pada daerah Wirogomo, Gunungapi Kendil, hingga Sepakung yang

Java yang merupakan open standard yang portable telah memberikan dukungan bagi pengembangan aplikasi yang beragam, dari aplikasi enterprise berbasis web

Pada dasarnya sejarah ialah kisah masyarakat manusia atau kisah kebudayaan dunia, yaitu kisah perubahan-perubahan yang terjadi karena kodrat masyarakat itu seperti masa

Dari berbagai alasan yang telah dikemukakan diatasdan berdasarkan dari studi lapangan yang penulis lakukan di TK Islam Al Markaz Al Islami pada anak kelompok A, ternyata bahwa

Selanjutnya temuan data kualitatif menunjukkan bahwa mela- lui permainan tradisional jawa dapat meningkatkan perilaku sosial anak sesuai dengan pendapat yang dike- mukakan

Telekomunikasi Indonesia Regional III Unit Consumer Care, landasan teori, dan penelitian terdahulu maka diperoleh dua variable yang menjadi kajian dalam penelitian ini,

Khususnya pada siswa kelas IV SD Negeri Cikoneng I Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), pada materi

Hasil penelitian yang sudah dideskripsikan pada bab IV membuktikan bahwa pembelajaran melalui pengaruh permainan tradisional sandal bakiak terhadap keterampilan sosial