• Tidak ada hasil yang ditemukan

e-journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "e-journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 )"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PELATIHAN SIDE HOP SPRINT DAN KNEE

TUCK JUMP TERHADAP DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI

I Wayan Patra, I Kt Sudiana, Gede Doddy Tisna Jurusan Ilmu Keolahragaan

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

email:{iwayanpatra@ymail.com.,

Sudiana_67@yahoo.co.id,Doddyikor2008@ya

hoo.com} @undiksha.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui pengaruh pelatihan side hop sprint dan knee tuck

jump terhadap daya ledak otot tungkai. Jenis penelitian ini adalah eksperimen dengan

rancangan the non-randomized control group pretest posttest design. Subjek penelitian ini adalah siswa peserta ektrakurikuler bola voli SMA Negeri 1 Payangan tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 30 orang. Data yang di dapat dianalisis dengan bantuan program SPSS 16.0 yaitu uji F (one way anova) pada taraf signifikansi (α) = 0,05. Hasil analisis data menunjukan adanya perubahan nilai rata-rata pada variabel daya ledak otot tungkai. Pada kelompok perlakuan side hope sprint sebesar 60,20, pada kelompok perlakuan knee tuck

jump sebesar 55,70. Hasil uji one way anova variabel daya ledak otot tungkai antara

kelompok perlakuan dan kelompok kontrol didapat Fhitung sebesar 11,983 dan signifikasi 0,000. Hasil uji one way anova yang didapatkan perbedaan pada kedua kelompok pelatihan tersebut terhadap daya ledak otot tungkai. Dari hasil analisis data dan pembahasan disimpulkan bahwa; (1) pelatihan side hope sprint berpengaruh terhadap daya ledak otot tungkai. (2) terdapat perbedaan pengaruh antara pelatihan side hope sprint dan knee tuck

jump terhadap daya ledak otot tungkai. (3) pelatihan side hope sprint lebih baik dari pada knee tuck jump terhadap daya ledak otot tungkai.

Kata kunci: Pelatihan, daya ledak otot tungkai.

ABSTRACT

This study aimed to know the effect the hope side double leg bound to the of training explosive power of the leg muscles. This type of research is the design of the experiment with a non-randomized control group pretest-posttest design. The subjects participants of extracurricular student volleyball SMA Negeri 1 Payangan academic year 2013/2014, amounting to 30 people. The data analyzed with SPSS 16.0 is the F test (one way ANOVA) at significance level (α) = 0.05. The results of data analysis showed a change in the average value of the variable leg muscle explosive power. In the treatment group side hope sprint of 60.20, in the treatment group was 55.70 knee tuck jump. The results of one way ANOVA test explosive leg muscle power variables between the treatment and control groups obtained F value of 11.983 and significance of 0.000. One way ANOVA test results obtained difference in the two groups of the explosive power training leg muscles. From the analysis of data and discussion is concluded that: (1) training of side hope and a double leg bound effects leg muscle explosive power. (2) there is a difference between the side hope effect of training and a double leg bound to the explosive power of the leg muscles. (3) the side hope sprint training effect better than knee tuck jump to explosive power of the leg muscles.

Keywords: training, explosive power of the leg muscles.

PENDAHULUAN Dalam kehidupan modern manusia

(2)

sebagai ajang pencapaian prestasi maupun sebagai kebutuhan untuk menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat. Olahraga mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Melalui olahraga dapat dibentuk manusia yang sehat jasmani, rohani serta mempunyai kepribadian disiplin, sportifitas yang tinggi sehingga pada akhirnya akan terbentuk manusia yang berkualitas. Pada cabang olahraga tertentu daya ledak (power) sangat diperlukan hampir di setiap cabang olahraga namun para pelatih sering mengabaikan hal ini sehingga prestasi yang dicapai atletnya pun menjadi kurang maksimal Dalam kehidupan modern manusia tidak dapat dipisahkan dari olahraga, baik sebagai ajang pencapaian prestasi maupun sebagai kebutuhan untuk menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat. Olahraga mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Melalui olahraga dapat dibentuk manusia yang sehat jasmani, rohani serta mempunyai kepribadian disiplin, sportifitas yang tinggi sehingga pada akhirnya akan terbentuk manusia yang berkualitas. Pada cabang olahraga tertentu daya ledak (power) sangat diperlukan hampir di setiap cabang olahraga namun para pelatih sering mengabaikan hal ini sehingga prestasi yang dicapai atletnya pun menjadi kurang maksimal

Pelatihan side hop sprint merupakan salah satu bentuk pelatihan plaiometrik yaitu bentuk pelatihan untuk melatih daya ledak dimana latihan ini menggunakan dua buah kerucut. Cara melakukan pelatihan ini yaitu lompat melewati kerucut dengan dua kaki mendarat secara bersamaan, pandangan ke depan dan lengan ditekuk untuk membantu keseimbangan.Lakukan lompatan dengan cepat sehingga gerakan yang dilakukan bersifat ekplosif ini tentunya akan sangat baik untuk perkembangan daya ledak otot tungkai yang hendak dilatih. Di setiap akhir lompatan langsung melakukan sprint ke garis finish sejauh 15 meter.

Daya ledak adalah kemampuan melakukan gerakan secara ekplosif (Sajoto, 1988: 55). Daya ledak adalah hasil perkalian kekuatan maksimal (force) dengan waktu pelaksanaan tersebut.

Sedangkan Harsono (1998) mengatakan bahwa daya ledak adalah kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat. Daya ledak dibagi menjadi empat yaitu 1) daya ledak ekplosif (ekplosif power), 2) daya ledak cepat (speed power), 3) daya ledak kuat (strength power) dan 4) daya ledak tahan lama (endurance power). Daya ledak sangat penting untuk cabang olahraga yang sifatnya ekplosif seperti sprint, lari gawang, nomor-nomor lempar dan lompat dalam atletik.

Pelatihan side hop sprint merupakan salah satu bentuk pelatihan plaiometrik yaitu bentuk pelatihan untuk melatih daya ledak dimana latihan ini menggunakan dua buah kerucut. Cara melakukan pelatihan ini yaitu lompat melewati kerucut dengan dua kaki mendarat secara bersamaan, pandangan ke depan dan lengan ditekuk untuk membantu keseimbangan.Lakukan lompatan dengan cepat sehingga gerakan yang dilakukan bersifat ekplosif ini tentunya akan sangat baik untuk perkembangan daya ledak otot tungkai yang hendak dilatih. Di setiap akhir lompatan langsung melakukan sprint ke garis finish sejauh 15 meter.

Knee tuck jump dalam pelaksanaanya mempunyai aturan sendiri , menurut M. Furqon dan Muchsin Doewes (2002:41), knee tuck jump adalah latihan yang dilakukan pada permukaan yang rata dan berpegas seperti, rumput, matras atau keset. Latihan ini dilakukan dalam suatu rangkaian loncatan eksplisif yang cepat. Otot-otot yang dikembangkan adalah flexsor pinggul dan paha, gastrocnemius, gluteal, quadtriceps dan hamstring. Pelatihan knee tuck jump adalah pelatihan yang digunakan untuk melatih daya ledak otot tungkai. Gerakan pelatihan ini yaitu mulai dengan posisi quarter-squas, kemudian loncatlah ke atas dengan cepat. Gerakan lutut ke atas ke arak dada dan usahakan menyentuh telapak tangan. Setelah mendarat, segeralah mengulang gerakan ini. Dilakukan pada permukaan yang rata dan berpegas seperti rumput.

Berdasarkan hasil observasi awal melalui wawancara dengan guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes) di sekolah SMA

(3)

Negeri 1 Payangan mengenai prestasi di bidang non akademik yaitu olahraga menyatakan bahwa pada tahun 2012 tidak mendapatkan juara pada pertandingan bola voli pada Porsenijar Tingkat Kabupaten jika dilihat dari tahun sebelumya prestasi atlet bola voli dapat dikatakan bahwa sekolah SMA Negeri 1 Payangan memiliki prestasi yang membangakan dengan peraiahan juara I di tingkat Kabupaten. Salah satu penyebab degradasi prestasi ini adalah kondisi fisik atlet terutama daya ledak yang menurun akibat dari program pelatihan yang diberikan cendrung monoton dan tidak sesuai dengan cabang olahraga yang ingin dilatih. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Budhiarta, I Made Danu (2010), tentang pengaruh pelatihan plyometrik loncat bangku terhadap daya ledak otot tungkai mahasiswa jurusan penjaskesrek FOK undiksha Singaraja. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa: pelatihan playometrik loncat bangku dapat meningkatkan daya ledak otot tungkai bawah.

METODE

. Jenis penelitian eksperimental yang digunakan adalah eksperimental semu (quasi experimental), dengan tujuan untuk memperoleh impormasi yang merupakan pemikiran bagi impormasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol atau memanipulasi semua variabel yang relevan (Kanca I Nyoman, 2010: 93).

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah the non-randomized control group pretest posttest design

(Kanca I Nyoman, 2010: 94).Jumlah subjek yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 30 orang Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah vertical jump untuk mengukur daya ledak otot tungkai, yang memiliki tingkat reliabilitas 0,93 dan validitas 0,78 ( Nurhasan, 2000: 130). Petugas yang melaksanakan tes adalah mahasiswa FOK undiksha yang sudah lulus mata kuliah tes dan pengukuran olahraga. Pelatihan plaiometrik side hop sprint dan knee tuck

jump dalam penelitian ini dilaksanakan sebanyak 12 kali pelatihan dengan frekuensi 3 (tiga) kali dalam seminggu sehingga waktu yang diperlukan 4 (empat) minggu. Adapun hari pelaksanaan program pelatihan ini yaitu setiap hari selasa, kamis dan sabtu sore yaitu mulai pukul 15.00-17.00 WITA. Tempat pelaksanaan program pelatihan ini yaitu di lapangan SMA Negeri 1 Payangan. Pada pelatihan ini akan terjadi peningkatan beban latihan secara bertahap (progressive) yaitu intensitasnya akan ditingkatkan setiap minggu sesuai dengan the step type approach system.

1) Uji prasyarat.

Uji prasyarat yang harus dilakukan adalah uji normalitas dan uji homogenitas data.

a) Uji normalitas data

Uji normalitas data dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa subjek berdistribusi normal. Dalam penelitian ini uji normalitas data menggunakan uji lilliefors dengan bantuan statistic product service solution (SPSS) 16.0 pada taraf signifikansi (α) 0,05. Kriteria pengambilan keputusan yaitu jika nilai signifikansi F lebih dari α (0,05), maka subjek berdistribusi normal, sedangkan jika nilai signifikansi F kurang dari α (0,05), maka subjek bukan berdistribusi normal (Santoso, 2011: 192).

b) Uji homogenitas data

Uji homogenitas data dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa dua atau lebih kelompok data dari subjek memiliki variasi yang sama. Uji homogenitas data dalam penelitian ini menggunakan uji levene dengan bantuan komputer program SPSS 16.0 pada taraf signifikansi (α) 0,05 . Kriteria pengambilan keputusan jika nilai signifikansi levene lebih dari α (0,05), maka variasi subjek adalah sama atau homogen, sedangkan jika signifikansi levene kurang dari α (0,05) maka variasi setiap subjek tidak sama atau tidak homogen (Santoso, 2011:193).

2) Uji hipotesis

Uji hipotesis pengaruh pelatihan side hop sprint dan knee tuck jump terhadap daya ledak, menggunakan uji one way anova dengan bantuan komputer program SPSS 16.0 pada taraf signifikasi (α) 0,05. Kriteria pengambilan keputusan jika nilai signifikasi F kurang dari α (0,05), maka terdapat perbedaan yang nyata dari masing-masing

(4)

kelompok. Sedangkan jika nilai signifikasi F lebih dari α (0,05), maka tidak terdapat perbedaan yang nyata dari masing-masing kelompok (Santoso, 2011: 286). Jika terdapat perbedaan dari masing-masing kelompok maka perlu dilakukan uji lanjut atau uji pembanding berganda untuk mengetahui apakah pelatihan side hop sprint atau pelatihan knee tuck jump yang lebih baik pengaruhnya terhadap daya ledak otot tungkai. Dalam penelitian ini, uji pembanding yang digunakan adalah uji least significant difference (LSD) dengan bantuan komputer program SPSS 16.0. Kriteria pengambilan keputusan yaitu jika nilai signifikasi LSD lebih dari α (0,05) maka hipotesis ditolak, sedangkan jika nilai signifikasi LSD kurang dari α (0,05) maka hipotesis diterima.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian daya ledak otot tungkai dengan intrumen vertical jump terdiri dari data pre-test dan post-test. Data pre-test diambil pada awal kegiatan penelitian sebelum subjek penelitian diberikan pelatihan Side Hope Sprint sedangkan data post-test diambil setelah subjek penelitian diberikan pelatihan Side Hope. Pelatihan diberikan sebanyak 12 kali pelatihan. Setiap kelompok terjadi peningkatan nilai rata-rata, rata-rata pre-test daya ledak pada kelompok perlakuan Side Hope Sprint sebesar rata 49,90 dengan nilai tertinggi 59,00 nilai terendah 42,00 dan standar deviasi 6,36 sedangkan data hasil post-test daya ledak otot tungkai pada kelompok perlakuan Side Hope Sprint diperoleh nilai rata-rata 60,20 dengan nilai tertinggi 71,00 nilai terendah 51,00. Sedangkan kelompok perlakuan Knee Tuck Jump diperoleh nilai rata-rata 46,50 dengan nilai tertinggi 59,00 nilai terendah 40,00 dan standar deviasi 5,79 sedangkan data hasil post-test daya ledak otot tungkai

pada kelompok perlakuan Knee Tuck Jump diperoleh nilai rata-rata 55,70 dengan nilai tertinggi 69,00 nilai terendah 48,00 dan standar deviasi 5,79. Dan perlakuan kelompok kontrol diperoleh nilai rata-rata 45,40 dengan nilai tertinggi 55,00 nilai terendah 39,00 dan standar deviasi 5,01 sedangkan data hasil post-test daya ledak otot tungkai pada kelompok kontrol diperoleh nilai rata-rata 46,50 dengan nilai tertinggi 57,00 nilai terendah 39,00 dan standar deviasi 5,01 dari data pre-test dan post-test dapat dilihat tidak ada peningkatan yang singnifikan bahkan ada subjek yang mengalami penurunan daya ledak otot tungka Deskripsi data dari hasil penelitian daya ledak otot tungkai dengan intrumen vertical jump terdiri dari data pre-test dan post-test yang diambil dari subjek penelitian. Data pre-test diambil pada awal kegiatan penelitian sebelum subjek penelitian diberikan pelatihan sedangkan data post-test diambil setelah subjek penelitian diberikan pelatihan. Deskripsi hasil pre-test daya ledak otot tungkai pada kelompok kontrol diperoleh nilai rata-rata 45,40 dengan nilai tertinggi 55,00 nilai terendah 39,00 dan standar deviasi 5,01 sedangkan data hasil post-test daya ledak otot tungkai pada kelompok kontrol diperoleh nilai rata-rata 46,50 dengan nilai tertinggi 57,00 nilai terendah 41,00 dan standar deviasi 5,16 dari data pre-test dan post-test dapat dilihat tidak ada peningkatan yang singnifikan bahkan ada subjek yang mengalami penurunan daya ledak otot tungkai.

(5)

Tabel 1. Data Daya Ledak Otot Tungkai Pada Kelompok Perlakuan Side Hop Sprint

Variabel Data

Kelompok Perlakuan Side Hop Sprint

Pre-test Post-test Gaint score (post-pre) Jumlah subjek 10 10 10 Rata-rata 49,90 60,20 10,30 Median 49,50 2,09 10,00 Modus 42,00 56,00 9,00 Rentang 17,00 20,00 3,00 Nilai tertinggi 59,00 71,00 12,00 Nilai terendah 42,00 51,00 9,00 Standar deviasi 6,36 6,61 1,15 Varian 40,54 43,73 1,34

Tabel 2. Data Daya Ledak Otot Tungkai Pada Kelompok Perlakuan Knee Tuck Jump.

Variabel Data

Kelompok Perlakuan Knee Tuck Jump

Pre-test Post-test Gaint score (post-pre) Jumlah subjek 10 10 10 Rata-rata 46,50 55,70 9,20 Median 45,50 55,00 9,00 Modus 42,00 55,00 9,00 Rentang 19,00 69,00 4,00 Nilai tertinggi 59,00 69,00 11,00 Nilai terendah 40,00 48,00 7,00 Standar deviasi 5,79 2,05 1,31 Varian 33,61 42,23 1,73

Tabel 3. Data Daya Ledak Otot Tungkai Pada Kelompok Kontrol

Variabel Data

Kelompok Kontrol

Pre-test Post-test Gaint score (post-pre) Jumlah subjek 10 10 10 Rata-rata 45,40 46,50 1,10 Median 44,00 45,00 1,50 Modus 43,00 45,00 2,00 Rentang 16,00 17,00 4,00 Nilai tertinggi 55,00 57,00 3,00 Nilai terendah 39,00 40,00 -1,00 Standar deviasi 5,01 5,16 1,28 Varian 25,15 26,72 1,65

(6)

Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Data Daya Ledak Otot

Tungkai (data post

test)

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic Df Sig. 1. Side Hop Sprint

0.217 9 0.200* 0.937 9 0.5

52 2. Knee Tuck Jump

0.159 11 0.200* 0.951 11 0.6 55 3. Kontrol

0.214 10 0.200* 0.939 10 0.5 40

Dari hasil uji normalitas data yang menggunakan uji lilliefors dengan bantuan SPSS 16.0,untuk kelompok pelatihan side hop sprint diperoleh hasil statistik sebesar 0,217 dengan signifikansi 0,200. Sedangkan untuk kelompok pelatihan knee tuck jump diperoleh hasil statistik sebesar 0,159 dengan signifikansi 0,200. Dan pada kelompok kontrol diperoleh hasil statistik sebesar 0,214 dengan signifikansi 0,200. Jika nilai signifikansi yang diperoleh > α, maka subjek berdistribusi normal. Dengan demikian, nilai signifikansi 0,200 > 0,05, sehingga data yang diuji berdistribusi normal. Uji homogenitas data dilakukan

terhadap data post-test dari data daya ledak otot tungkai pada kelompok perlakuan pelatihan side hop sprint, pelatihan knee tuck jump dan kelompok kontrol yang menggunakan uji levene dengan bantuan SPSS 16.0 pada taraf signifikansi (α) 0,05. Kriteria pengambilan keputusan, yaitu jika nilai signifikansi yang diperoleh > , maka variansi setiap subjek sama (homogen). Sedangkan, jika signifikansi yang diperoleh < , maka variansi setiap subjek tidak sama (tidak homogen). Ringkasan hasil uji levene dengan bantuan SPSS 16,0 untuk uji homogenitas data dapat dilihat pada tabel

.

Tabel 5. Hasil Uji Homogenitas Data

Data post-tes

Levene Statistic df1 df2 Sig.

Based on Mean 0.815 2 27 0.453

Based on Median 0.491 2 27 0.617

Based on Median and with

adjusted df 0.491 2 26.007 0.618

Based on trimmed mean 0.797 2 27 0.461

Dari hasil uji homogenitas menggunakan instrumen uji Levene dengan bantuan program SPSS 16,0 diperoleh nilai uji 0.81 dengan signifikansi 0.49. Nilai signifikansi

Levene untuk variabel daya ledak lebih besar dari α = 0,05 (sig > 0,05) sehingga data yang diuji berasal dari data yang homogen

(7)

Hipotesis pelatihan side hop sprint dan knee tuck jump berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak, diuji menggunakan uji anava satu jalur dengan bantuan komputer program SPSS 16,0 pada taraf signifikansi α = 0,05. Hipotesis penelitian

diterima apabila nilai uji anava satu jalur memiliki signifikansi lebih kecil dari α = 0,05 (sig < 0,05). Sedangkan apabila nilai signifikansi hitung lebih besar α (sig > 0,05), maka hipotesis ditolak.

Tabel 6. Hasil Uji Anava Satu Jalur

Tabel 7. Hasil Uji LSD Data Daya Ledak Otot Tungkai

(I) kelompok (J)

kelompok

Mean

Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound Side Hop Sprint Knee Tuck Jump 3.52525 2.80816 .220 -2.2366 9.2871 Kontrol 13.38889* 2.87065 .000 7.4988 19.2790 Knee Tuck Jump Side Hop Sprint -3.52525 2.80816 .220 -9.2871 2.2366 Kontrol 9.86364* 2.72985 .001 4.2625 15.4648 Kontrol Side Hop

Sprint -13.38889* 2.87065 .000 -19.2790 -7.4988 Knee Tuck

Jump -9.86364

* 2.72985 .001 -15.4648 -4.2625

Hasil uji least significant difference (LSD) diperoleh nilai signifikansi untuk kelompok side hop sprint sebesar 0,000, kelompok knee tuck jump sebesar 0,000 dan kelompok kontrol sebesar 0,000. Nilai signifikansi 0,000 < 0,05 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan pada semua kelompok. Selanjutnya, dilihat dari hasil mean difference daya ledak otot tungkai diperoleh perbandingan kelompok pelatihan side hop sprint lebih besar dibandingkan dengan kelompok pelatihan knee tuck jump sebesar 3.52525dan kelompok pelatihan knee tuck jump lebih

besar dibandingkan kelompok kontrol sebesar 13.38889. Hasil mean difference dari kelompok pelatihan sprint side hop lebih kecil dibandingkan kelompok pelatihan knee tuck jump sebesar -3.52525dan kelompok pelatihan side hop sprint lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol sebesar 9.86364. Sedangkan hasil mean difference pada kelompok kontrol lebih kecil dibandingkan kelompok side hop sprint sebesar -13.38889 dan kelompok kontrol lebih kecil dibandingkan kelompok sprint kneetuck jump sebesar -9.86364.

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 935.532 2 467.766 11.983 .001

Within Groups 1053.934 27 39.035

(8)

Jadi, dari hasil uji least significant difference (LSD) daya ledak otot tungkai pelatihan side hop sprint mempunyai pengaruh yang lebih baik terhadap

peningkatan daya ledak otot tungkai dari pada pelatihan knee tuck jump dengan hasil mean difference sebesar 3.52525.

PEMBAHASAN

Hipotesis pelatihan side hop sprint berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai diuji dengan uji one way anova dengan bantuan SPSS 16.0 pada taraf signifikansi (α) 0,05. Kriteria pengambilan keputusannya, yaitu jika nilai signifikansi one way anova lebih kecil α (sig one way anova < 0,05), maka terdapat perbedaan pengaruh dari masing-masing kelompok, sedangkan jika nilai signifikan lebih besar α (sig. one way anova > 0,05), maka tidak terdapat perbedaan yang nyata dari masing-masing kelompok.

Data yang diuji adalah data post-test daya ledak otot tungkai kelompok perlakuan pelatihan side hop sprint dan kelompok kontrol. Hasil uji dapat dilihat pada tabel 4.6. Hasil uji one way anova data daya ledak otot tungkai diperoleh nilai Fhitung sebesar 11,983

dengan nilai signifikansi sebesar 0,001. Nilai signifikansi 0,001 < 0,05, maka terdapat perbedaan pengaruh dari masing-masing kelompok. Nilai signifikansi 0,001 data daya ledak otot tungkai lebih kecil dari nilai α (Sig < 0,05), sehingga hipotesis “pelatihan side hop sprint berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai”, diterima.

Pelatihan Knee Tuck Jump Berpengaruh Terhadap Peningkatan Daya Ledak Otot Tungkai. Hipotesis pelatihan knee tuck jump berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai diuji dengan uji one way anova dengan bantuan SPSS 16,0 pada taraf signifikansi (α) 0,05. Hipotesis penelitian diterima apabila nilai signifikansi one way anova lebih kecil α (sig one way anova < 0,05). Sedangkan apabila nilai signifikan one way anova lebih besar α (sig one way anova > 0,05), maka hipotesis ditolak.

Data yang diuji adalah data post-test kelompok perlakuan pelatihan knee tuck jump dan kelompok kontrol untuk daya

ledak otot tungkai. Hasil uji dapat dilihat pada tabel 4.6. Hasil uji one way anova satu jalur data daya ledak otot tungkai diperoleh nilai Fhitung sebesar 11.983

dengan nilai signifikansi sebesar 0,001. Hipotesis penelitian diterima apabila nilai signifikansi one way anova lebih kecil α (sig one way anova < 0,05). Nilai signifikansi 0,001 data daya ledak otot tungkai lebih kecil dari nilai α (Sig < 0,05), sehingga hipotesis “pelatihan knee tuck jump berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai”, diterima.

Ada Perbedaan Pengaruh Antara Pelatihan Side Hop Sprint dan Knee Tuck Jump Terhadap Peningkatan Daya Ledak Otot Tungkai dimana Pelatihan Side Hop Sprint Lebih Baik daripada Pelatihan Knee Tuck Jump. Hipotesis terdapat perbedaan pengaruh antara pelatihan side hop sprint dan pelatihan knee tuck jump terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai diuji menggunakan uji one way anova dengan bantuan computer program SPSS 16.0 pada taraf signifikansi (α) 0,05. Kriteria pengambilan keputusannya, yaitu jika nilai signifikansi one way anova lebih kecil α (sig one way anova < 0,05), maka terdapat perbedaan pengaruh dari masing-masing kelompok, sedangkan jika nilai signifikan one way anova lebih besar α (sig one way anova > 0,05), maka tidak terdapat perbedaan yang nyata dari masing-masing kelompok.

Data yang diuji adalah data post-test kelompok perlakuan pelatihan side hop sprint, pelatihan knee tuck jump dan kelompok kontrol untuk daya ledak otot tungkai. Hasil uji dapat dilihat pada tabel 4.6.

Hasil uji one way anova satu jalur daya ledak otot tungkai diperoleh nilai Fhitung sebesar 11.983 dengan nilai

(9)

0,001 < 0,05, maka terdapat perbedaan pengaruh dari masing-masing kelompok. Nilai signifikansi Fhitung 0,001 data daya

ledak otot tungkai lebih kecil dari nilai α (sig one way anova < 0,05), sehingga hipotesis “terdapat perbedaan pengaruh antara pelatihan side hop sprint dan pelatihan knee tuck jump terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai”, diterima.

Karena terdapat perbedaan pengaruh antara pelatihan side hop sprint dan pelatihan knee tuck jump terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai, maka dilakukan uji lanjut atau uji pembanding least significant difference (LSD) untuk mengetahui pelatihan mana yang lebih baik pengaruhnya terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai dengan bantuan komputer program SPSS 16.0 pada taraf signifikansi (α) 0,05. Kriteria pengambilan keputusannya, yaitu jika nilai signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan. Sedangkan, jika nilai signifikansi > 0,05, maka Ho diterima yang artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Untuk mengetahui pelatihan mana yang lebih baik pengaruhnya terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai dilakukan dengan cara membedakan nilai terbesar pada mean difference atau perbedaan rata-rata. Sehingga pelatihan yang mendapat nilai terbesar merupakan pelatihan yang lebih baik pengaruhnya terhadap peningkatan.

Hasil uji least significant difference (LSD) diperoleh nilai signifikansi untuk kelompok side hop sprint sebesar 0,000, kelompok knee tuck jump sebesar 0,001 dan kelompok kontrol sebesar 0,001. Nilai signifikansi 0,000 < 0,05 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan pada semua kelompok. Selanjutnya, dilihat dari hasil mean difference daya ledak otot tungkai diperoleh perbandingan kelompok pelatihan side hop sprint lebih besar dibandingkan dengan kelompok pelatihan knee tuck jump sebesar 3.52525dan kelompok pelatihan knee tuck jump lebih besar dibandingkan kelompok kontrol sebesar 13.38889. Hasil mean difference dari kelompok pelatihan sprint side hop lebih kecil dibandingkan kelompok pelatihan hexagonal obstacle sebesar -3.52525dan kelompok pelatihan sprint side hop lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol sebesar 9.86364. Sedangkan hasil mean difference pada kelompok kontrol lebih

kecil dibandingkan kelompok side hop sprint sebesar -13.38889 dan kelompok kontrol lebih kecil dibandingkan kelompok sprint knee tuck jump sebesar -9.86364.

Jadi, dari hasil uji least significant difference (LSD) daya ledak otot tungkai pelatihan side hop sprint mempunyai pengaruh yang lebih baik terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai dari pada pelatihan knee tuck jump dengan hasil mean difference sebesar 3.52525.

Pelatihan Side Hop Sprint Berpengaruh Terhadap Peningkatan Daya Ledak Otot Tungkai Secara teoritis hasil pelatihan side hop sprint berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai dapat dijelaskan sebagai berikut: pelatihan side hop sprint merupakan salah satu model pelatihan plaiometrik yaitu model pelatihan untuk melatih daya ledak otot tungkai. Latihan Plaiometrik berdasarkan tiga kelompok besar yaitu (1) tungkai dan pinggul, (2) togok, (3) dada dan lengan (Furqon & Doewes 2002). Gerakan pada pelatihan side hop sprint bersifat tiba-tiba atau ekplosif ini tentunya sangat baik untuk perkembangan daya ledak otot tungkai yang dilatih. Latihan side hop sprint ini menggunakan 2 buah kerucut dengan tinggi kira-kira 18-26 inci (45-65cm). Secara khusus gerakan ini mengembangkan otot-otot abductor paha, stabilizer lutut dan ankle serta meningkatkan daya ledak samping yang ekplosif di seluruh paha dan pinggul. Latihan ini sangat berguna untuk semua aktivitas yang menggunakan gerakan ke samping (Furqon & Doewes, 2002: 38).

Besar kecilnya daya ledak yang dihasilkan oleh otot tungkai sangat dipengaruhi oleh kontraksi otot itu sendiri. Daya ledak dapat dinyatakan sebagai kekuatan eksplosif yang predominan kontraksi otot cepat dan kuat. Kedua unsur ini saling berpengaruh dan merupakan komponen yang sangat penting untuk melakukan aktivitas pada cabang olahraga yang membutuhkan kemampuan eksplosif ( Sudiana, 2009). Jika pelatihan side hop sprint sering dilakukan maka kontraksi pada otot tungkai juga akan sering terjadi hal ini juga menyebabkan kontraksi otot akan semakin cepat karena pada pelatihan ini terdapat unsur kecepatannya yaitu lari sprint sejauh 15 meter, ini yang memberikan dampak yang sangat baik untuk peningkatan daya ledak otot tungkai. Selain itu untuk

(10)

melakukan gerakan melompat ke samping diperlukan kekuatan untuk mengangkat beban tubuh melewati kerucut dari satu tempat ke tempat yang lain. Dengan adanya unsur kecepatan dan kekuatan pada pelatihan side hop sprint maka prinsip untuk melatih daya ledak sudah terpenuhi sehingga terjadi peningkatan daya ledak otot tungkai.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Budhiarta, I Made Danu (2010), tentang pengaruh pelatihan plyometrik loncat bangku terhadap daya ledak otot tungkai mahasiswa jurusan penjaskesrek FOK undiksha Singaraja. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa: pelatihan playometrik loncat bangku dapat meningkatkan daya ledak otot tungkai bawah.

Pelatihan Knee Tuck Jump Berpengaruh Terhadap Peningkatan Daya Ledak Otot Tungkai. Knee tuck jump dalam pelaksanaanya mempunyai aturan sendiri , menurut M. Furqon dan Muchsin Doewes (2002:41), knee tuck jump adalah latihan yang dilakukan pada permukaan yang rata dan berpegas seperti, rumput, matras atau keset. Latihan ini dilakukan dalam suatu rangkaian loncatan eksplisif yang cepat. Otot-otot yang dikembangkan adalah flexsor pinggul dan paha, gastrocnemius, gluteal, quadtriceps dan hamstring.

a) Petunjuk pelaksanaan knee tuck jump posisi awal : ambil sikap berdiri tegak lurus. Tempatkan kedua telapak tangan menghadap ke bawah setinggi dada. b) Pelaksanaan : mulailah dengan posisi

quarter-squasd, kemudian loncatlah keatas dengan cepat. Gerakan lutut keatas kearah dada dan usahakan menyentuh telapak tangan. Setelah mendarat segeralah mengulangi gerakan ini. Lakukan 2 sampai 4 set, jumblah ulangan 10-20 kali dan waktu istirahat antara 1-2 menit diantara set.

Besar kecilnya daya ledak yang dihasilkan oleh otot tungkai sangat dipengaruhi oleh kontraksi otot itu sendiri. Daya ledak dapat dinyatakan sebagai kekuatan eksplosif yang predominan kontraksi otot cepat dan kuat. Kedua unsur ini saling berpengaruh dan merupakan komponen yang sangat penting untuk melakukan aktivitas pada cabang olahraga yang membutuhkan kemampuan eksplosif ( Sudiana, 2009).

Ada Perbedaan Pengaruh antara Pelatihan Side Hop Sprint dan Knee Tuck Jump Terhadap Peningkatan Daya Ledak Otot Tungkai dimana Pelatihan Side Hop Sprint Lebih Baik daripada Pelatihan Knee Tuck Jump. Secara teoritis hasil penelitian terdapat perbedaan pengaruh antara pelatihan side hop sprint dan pelatihan knee tuck jump terhadap daya ledak otot tungkai dijelaskan sebagai berikut: menurut Sukadiyanto, (2005: 6) mengemukakan bahwa pelatihan adalah penerapan dari suatu rencana untuk meningkatkan kemampuan berolahraga yang berisikan materi teori dan praktek, metode, dan aturan pelaksanaan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang akan dicapai. Pelatihan juga dapat diartikan sebagai suatu gerakan fisik atau aktivitas mental yang dilakukan secara sistematis berulang-ulang (repetitif) dalam jangka waktu (durasi) lama, dengan pembebanan yang meningkat secara progresif dan individual, yang bertujuan untuk memperbaiki sistem serta fungsi fisiologi dan psikologi tubuh agar pada waktu melakukan aktivitas olahraga dapat mencapai penampilan yang optimal (Nala 1998: 1).

Pelatihan knee tuck jump dan pelatihan sprint side hop memiliki mekanisme gerakan yang hampir sama. mulailah dengan posisi quarter-squasd, kemudian loncatlah keatas dengan cepat. Gerakan lutut keatas kearah dada dan usahakan menyentuh telapak tangan. Setelah mendarat segeralah mengulangi gerakan ini. Lakukan 2 sampai 4 set, jumblah ulangan 10-20 kali dan waktu istirahat antara 1-2 menit diantara set.

Sedangkan mekanisme gerakan pelatihan sprint side hop adalah kaki melompat ke samping secara bersama-sama melewati kerucut pertama, kemudian kerucut kedua. Tanpa ragu-ragu berganti meloncat kembali melewati kerucut kedua kemudian kerucut pertama. Lanjutkan gerakan ke depan dan ke belakang ini. Gunakan lengan untuk membantu loncatan dengan posisi ibu jari menunjuk ke atas dan siku ditekuk dengan sudut 90º. Setelah kembali ke posisi awal maka langsung melakukan sprint ke garis finish sejauh 15 meter. Pelatihan Sprint side hop gerakannya hanya ke samping saja sehingga kontraksi otot-otot tungkai ketika bergerak lebih dominan otot-otot untuk pergerakan ke samping tidak ke atas, hal ini mengakibatkan

(11)

adaptasi fisiologis otot lebih kepada pergerakan ke samping saja. Selain itu dengan adanya gerakan sprint pada pelatihan ini maka lebih cenderung untuk perkembangan kecepataan atau speed. Dengan perbedaan mekanisme gerakan di atas, maka pelatihan side hop sprint memiliki pengaruh lebih baik daripada pelatihan knee tuck jump terhadap daya ledak otot tungkai.

Kendala yang dihadapi ketika pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut: Pertama, ada beberapa siswa yang sulit untuk diarahkan jika guru pembina ektrakurikuler tidak ikut mendampingi saat pelatihan berlangsung. Kedua, kadang ada siswa yang datang terlambat sehingga ketika pelatihan sudah mulai masih ada siswa yang melakukan pemanasan. Ketiga, saat pelatihan berlangsung di minggu ke-3 (tiga) antusias siswa untuk mengikuti pelatihan mulai menurun dengan alasan capek dan jenuh karena gerakannya monoton. Keempat, siswa ingin bertukar kelompok karena ingin melakukan pelatihan kelompok lain. Kelima, ketika pelatihan berlangsung siswa ingin bermain sepakbola. Keenam, ketika pelatihan berlangsung siswa sering bercanda akibatnya gerakan yang dilakukan menjadi kurang sempurna. Ketujuh, pernah ada siswa yang sakit sehingga tidak bisa mengikuti pelatihan secara keseluruhan. Kedelapan, kondisi lapangan yang sering kotor walaupun sudah dibersihkan hal ini disebabkan oleh banyak faktor seperti angin, hewan dan pemulung.

Penelitian ini terbatas pada pengaruh pelatihan side hop sprint dan knee tuck jump terhadap daya ledak otot tungkai pada siswa peserta ektrakurikuler bola voli SMA Negeri 1 Payangan tahun pelajaran 2013/2014. Subjek pada penelitian ini memiliki kisaran umur 15-17 tahun. Pelaksanaan penelitian seluruhnya dilakukan pada sore hari, yaitu pada pukul 03.30-04.30 WITA. Intrumen yang digunakan untuk mengukur daya ledak otot tungkai adalah tes vertical jump.

Jadi, dari hasil uji least significant difference (LSD) daya ledak otot tungkai pelatihan side hop sprint mempunyai pengaruh yang lebih baik terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai dari pada pelatihan knee tuck jump dengan hasil mean difference sebesar 3.52525.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian pelatihan side hop sprint dan knee tuck jump terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai pada siswa peserta ektrakurikuler bola voli SMA Negeri 1 Payangan tahun pelajara 2013/2014, dapat diperoleh simpulan sebagai berikut:

1) Pelatihan side hop sprint berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai pada siswa peserta ektrakurikuler bola voli SMA Negeri 1 Payangan tahun pelajaran 2013/2014, dengan nilai Fhitung sebesar 11.983.

2) Pelatihan knee tuck jump berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai pada siswa peserta ektrakurikuler bola voli SMA Negeri 1 Payangan tahun pelajaran 2013/2014, dengan nilai Fhitung sebesar 11.983.

3) Ada perbedaan pengaruh antara pelatihan side hop sprint dan pelatihan knee tuck jump terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai pada siswa peserta ektrakurikuler bola voli SMA Negeri 1 Payangan tahun pelajaran 2013/2014, dimana pelatihan side hop sprint lebih baik daripada knee tuck jump yaitu sebesar 3.52525.

Berdasarkan hasil penelitian ini, hal-hal yang dapat disarankan sebagai berikut: 1) Bagi pelatih olahraga disarankan dapat

menggunakan pelatihan side hop sprint dan knee tuck jump sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan daya ledak otot tungkai.

2) Bagi atlet sebelum melaksanakan program pelatihan side hop sprint dan knee tuck jump perlu memperhatikan set dan repetisi yang pas karena setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda.

3) Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis disarankan untuk penggunakan variabel dan sampel penelitian yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Furqon & Doewes. 2002. Plaiometrik Untuk Meningkatkan Power, Surakarta: Program Study Ilmu Keolahragaan Program pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching, Jakarta:

(12)

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Kanca, I Nyoman. 2010. Metode Penelitian Pengajaran Pendidikan Jasmani Dan Olahraga. Singaraja: Undiksha. Nala, Ngurah 1998. Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Denpasar: UNUD

Nurhasan. 2000. Tes dan Pengukuran Pendidikan Olahraga, Jakarta: Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia.

Sajoto, Muchamad. 1988. Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan.

Sukadiyanto. 2005. Pengantar Teori dan Metodologi Melatih Fisik, Yogyakarta: Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta. Santoso, Singgih. 2011. Mastering SPSS

Versi 19. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Referensi

Dokumen terkait

Penatagunaan Tanah adalah sama dengan pola pengelolaan tata guna tanah yang meliputi penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah yang berwujud konsolidasi pemanfaatan

Surat Keterangan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat SKRDLB adalah Surat ketetapan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah

Rekomendasi diberikan untuk meningkatkan kualitas layanan jasa produk IndiHome, di antaranya adalah perusahaan harus menyediakan tempat pelanggan menyampaikan keluhan,

Model terdiri dari tiga bagian, yaitu pertama anteseden dari kepuasan konsumen, terdiri dari kualitas jasa yang dibagi menjadi kualitas inti (core), kualitas relasional

Untuk menentukan berapa besar tahanan suatu kapal dengan mengunakan metode statistik ini dilakukan dengan cara mengambil contoh dari beberapa kapal pembanding

Kecepatan angin terbesar dari seluruh rekaman adalah 89 knot yang terjadi pada tgl 8 Juni 2007dari arah Utara (1 rekaman), kedua 78 knot dari arah Barat terjadi pada 14 Mei 2006

Namun demikia n dalam penelitian ini, peneliti berusaha fokus untuk meneliti tentang prosedur pelaksanaan Pemilukada beserta penyelesaian sengketa hasil dalam UU