• Tidak ada hasil yang ditemukan

PPGM merupakan proyek yang penting bagi industri minyak dan gas bumi di Indonesia serta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PPGM merupakan proyek yang penting bagi industri minyak dan gas bumi di Indonesia serta"

Copied!
161
0
0

Teks penuh

(1)

Bab-

1

P

ENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

PT. PERTAMINA – EP merencanakan akan mengembangkan lapangan gas yang terletak di Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah. Untuk merealisasikan kegiatan tersebut, dibentuk Pengelola yaitu Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM). Pada saat penyusunan dokumen ini, peran PT PERTAMINA – EP mengalami perubahan sesuai dengan Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, di mana tugas manajemen Kegiatan Minyak dan Gas Bumi Hulu dipindahkan dari PERTAMINA menjadi tugas Badan Pelaksana Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS). Sesuai dengan Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi tersebut PT. PERTAMINA (Persero) membentuk anak perusahaan yaitu PT. PERTAMINA – EP yang khusus menangani dalam Bidang Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. PT. PERTAMINA – EP dibentuk berdasarkan Akta Notaris nomor 4 pada tanggal 13 September 2005.

PPGM merupakan proyek yang penting bagi industri minyak dan gas bumi di Indonesia serta akan berperan penting dalam mempertahankan dan memperkuat posisi Indonesia sebagai negara pengekspor LNG terbesar di dunia. Pembangunan PPGM sangat tepat waktu karena akan meningkatkan kontribusi sektor minyak dan gas bumi dalam menyumbangkan devisa bagi negara dan kemungkinan sebagian untuk substitusi BBM dalam negeri. Proyek LNG ini akan memperkuat produksi LNG Indonesia yang dapat dipasarkan dan akan menjadi pusat ekspor LNG ke empat di Indonesia. PPGM diharapkan akan beroperasi pada tahun 2012.

(2)

Proyek Pengembangan Gas Matindok merupakan kegiatan pembangunan fasilitas yang lengkap mulai dari memproduksi gas bumi dari sumur yang telah dieksplorasi maupun dari rencana sumur pengembangan yang berasal dari 5 lapangan gas bumi, yaitu: lapangan-lapangan gas Donggi, Matindok, Maleo Raja, Sukamaju, dan Minahaki. Kemudian gas tersebut disalurkan melalui pipa menuju kilang LNG, untuk kemudian gas tersebut dipasarkan melalui pelabuhan menggunakan kapal tanker LNG.

Kemampuan produksi gas dari Blok Matindok diperkirakan ± 100 MMSCFD (gross), dengan kandungan kondensat ± 850 bopd, dan air yang terikut diproduksikan diperkirakan maksimum

sebesar 2500 bwpd, dengan prakiraan umur produksi 20 tahun yang didasarkan atas

besarnya cadangan gas yang ada dan hasil kajian keekonomian pengembangan lapangan. Gas yang diproduksi mengandung CO2 ± 2,5%, Total Sulfur ± 3.000 ppm dan kemungkinan juga

mengandung unsur yang lainnya.

1.2. TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1. Tujuan

Tujuan proyek ini adalah memproduksi gas bumi, menyalurkan gas ke kilang LNG, memproses gas menjadi Liquid Natural Gas (LNG), serta mengangkut LNG dan hidrokarbon cair (kondensat) ke pasaran. Dalam upaya untuk mencapai tujuan itu maka PPGM merencanakan akan melakukan kegiatan pengembangan Sumur Gas, pembangunan Block Station (BS) atau Fasilitas Pemrosesan Gas (Gas Processing Facility, disingkat GPF), pemasangan Pipa Penyalur Gas dan pembangunan Fasilitas Kilang LNG, termasuk fasilitas pelabuhan laut khusus. Pelabuhan laut khusus tersebut direncanakan akan dibangun pada dua alternatif lokasi yaitu di daerah Kecamatan Batui dan Kecamatan Kintom Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.

Berikut ini adalah cakupan rencana kegiatan pengembangan Lapangan Gas Matindok.

1. Pemboran 21 sumur yang terdiri dari 17 sumur pengembangan dan 4 sumur kerja ulang (work over) dengan perincian:

No. Lapangan Jenis Kegiatan Pemboran Wilayah

1. Donggi 4 sumur work over4 sumur pengembangan Kecamatan Toili Barat

2. Minahaki 4 sumur pengembangan Kecamatan Toili

3. Sukamaju 2 sumur pengembangan Kecamatan Batui

4. Matindok 4 sumur pengembangan Kecamatan Batui

(3)

2. PembangunanBlock Station (BS) di Donggi, Sukamaju dan Matindok, sedangkan gas yang berasal dari sumur-sumur Matindok, Maleoraja dan Minahaki akan dialirkan melalui

Manifolding Station(MS);

3. Pembangunan fasilitas pemrosesan gas atauGas Processing Facility (GPF) akan ditempat-kan satu area dengan Block Station yang berada di dua lokasi yaitu di Donggi dan Matindok;

4. Pembangunan Kilang LNG dalam hal ini adalah Donggi-Senoro LNG (DSLNG) beserta fasilitas pendukung seperti perkantoran dan pelabuhan khusus akan ditempatkan di dua alternatif lokasi yaitu Uso, Kecamatan Batui atau Padang, Kecamatan Kintom.

5. Pemasangan pipa:

a. Pemasangan pipaflow line berdiameter 4” s/d 6" di darat sepanjang sekitar 35 km dari sumur-sumur ke BS di masing-masing lapangan;

b. Pemasangan pipa gathering line diameter 16” dan 18”, sepanjang 40 km dari BS ke GPF kemudian diteruskan ke fasilitas bersama JOB Pertamina-Medco Tomori Sulawesi di Senoro yang akan melewati beberapa desa di Kecamatan Toili Barat, Toili dan Batui. c. Pemasangan pipatrunk line penyaluran gas berdiameter 32" di darat sepanjang sekitar

23 km dari Fasilitas bersama JOB Pertamina-Medco Tomori Sulawesi di Senoro ke Kilang LNG, yang terletak di Desa Uso Kecamatan Batui atau Desa Padang Kintom, yang akan melewati beberapa desa di Kecamatan Batui dan Kintom

6. Pengangkutan kondensat dengan mobil tangki Kondensat dari Block Station Donggi, Sukamaju dan Matindok ke Tangki Penampung Kondensat JOB Pertamina-Medco Tomori Sulawesi di Bajo.

7. Pembebasan lahan untuk rencana kegiatan pemboran sumur, pemasangan pipa, pembangunan BS, GPF, Kilang LNG, pelabuhan dan pemasangan pipa darat seluruhnya sekitar 595 ha.

1.2.2. Manfaat

Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM) ini sangat bermanfaat secara ekonomi, sosial dan teknologi bagi kepentingan lokal, regional dan nasional. Manfaat PPGM itu antara lain:

1. Tersedianya Gas, Liquid Natural Gas (LNG), hidrokarbon cair (kondensat) dan belerang (sulphur)

2. Peningkatan pendapatan bagi Kabupaten Banggai (tingkat lokal), Provinsi Sulawesi Tengah (tingkat regional) dan tingkat nasional melalui pajak dan royalti dari hasil penjualan LNG, kondensat dan belerang (sulphur).

3. Memberikan peluang kerja dan usaha bagi masyarakat lokal, regional dan nasional 4. Peningkatan kemampuan bangsa dalam penguasaan teknologi produksi gas.

(4)

Selain bermafaat secara ekonomi, sosial dan teknologi, pelaksanaan Proyek Pengembangan Gas Matindok ini diperkirakan akan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap beberapa komponen lingkungan hidup. Oleh karena itu PT. PERTAMINA EP – PPGM bermaksud melaksanakan studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) sebelum dilakukan pembangunan fisik di lapangan. Hal ini sesuai dengan komitmen perusahaan untuk berpartisipasi mewujudkan perlindungan terhadap lingkungan pada setiap kegiatan yang dilakukan. Disamping itu, terkait dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), serta Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 11 Tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL). Hasil studi AMDAL pada dasarnya berupa informasi tentang berbagai komponen kegiatan yang diprakirakan akan menimbulkan dampak besar dan penting yang bersifat positif dan negatif, penilaian kelayakan lingkungan dari rencana kegiatan tersebut dan alternatif rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang akan dilakukan.

(5)

Bab-

2

R

ENCANA

U

SAHA

D

AN/

A

TAU

K

EGIATAN

2.1. IDENTITAS PEMRAKARSA DAN PENYUSUN ANDAL 2.1.1. Pemrakarsa

A. Nama Perusahaan

Nama Perusahaan : PT. PERTAMINA EP - Proyek Pengembangan Gas Matindok Alamat Kantor : Menara Standard Chartered Bank Lantai 21

Jl. Prof. DR Satrio Kav 164. Jakarta Selatan, 12950, Indonesia Telp./ Fax. : (021) 57893688/ (021) 57946223

B. Nama dan Alamat Penanggung Jawab Kegiatan

Nama : M. Indra Kusuma

Jabatan : General Manager Proyek Pengembangan Gas Matindok Alamat Kantor : Menara Standard Chartered Bank Lantai 21

Jl. Prof. DR Satrio Kav 164. Jakarta Selatan, 12950, Indonesia Telp./ Fax. : (021) 57893688/ (021) 57946223

Pemrakarsa kegiatan penyusunan AMDAL ini adalah PT Pertamina EP- PPGM. Rencana kegiatan ini dibagi berdasarkan konsep bisnis Hulu dan Hilir. Sebagai pelaksana kegiatan hulu seperti eksplorasi gas, pemboran sumur pengembangan, konstruksi dan operasi produksi GPF dan penyaluran gas melalui pipa menjadi tanggung jawab Bagian Hulu yang ditangani dan menjadi tanggung jawab sepenuhnya PT Pertamina EP. Sedangkan pelaksanaan kegiatan hilir seperti konstruksi pembangunan kompleks kilang LNG, pelabuhan khusus dan operasional LNG, pelabuhan khusus dan pemeliharaan fasilitas LNG menjadi tanggung jawab Bagian Hilir, yakni PT Donggi-Senoro LNG (PT DSLNG).

(6)

2.1.2. Identitas Penyusun AMDAL A. Nama dan Alamat Instansi

Nama : Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas Gadjah Mada Alamat : Jl. Lingkungan Budaya, Sekip Utara Yogyakarta 55281 E-mail : pplhugm@indosat.net.id

Telp. : (0274) 565722, 902410

Fax. : (0274) 565722

B. Penanggung Jawab Studi

Nama : Dr. Eko Sugiharto

Jabatan : Kepala Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas Gadjah Mada Alamat Jl. Lingkungan Budaya, Sekip Utara Yogyakarta 55281

E-mail : pplhugm@indosat.net.id Telp. : (062-274) 565-722, 902-410

Fax. : (062-274) 565-722

C. Tim Pelaksana Studi AMDAL

Tim pelaksana Studi AMDAL ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu: ketua tim, koordinator bidang fisik kimia beserta beberapa orang anggota, koordinator bidang biologi dengan seorang anggota, koordinator bidang sosial ekonomi dan budaya dengan beberapa orang anggota, koordinator bidang kesehatan masyarakat dengan seorang anggota dan beberapa narasumber. Susunan tim penyusun AMDAL selengkapnya disajikan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Susunan Tim Pelaksana Studi AMDAL

Jabatan Nama Keahlian SertifikatAMDAL

Ketua Drs. Bambang Agus Suripto, M.Sc. Ahli Kepala, Lingkungan

(S2, 10 tahun) A, B

Koordinator Bidang

Geofisik-Kimia Drs. Suprapto Dibyosaputro, M.Sc. Ahli Kepala, Geomorfologi(S2, 10 tahun) A, B Anggota Dr. rer. nat. Nurul Hidayat Aprilita, M.Si. Ahli Kimia (S3, 5 tahun) A

Ir. Wahyu Widodo, M.T. Ahli Transportasi A,B

Koordinator Bidang

Biologi Drs. Bambang Agus Suripto, M.Sc.

Ahli Kepala, Lingkungan

(S2, 10 tahun) A, B Asisten Utiyati, S.Si. Asisten Biologi A, B

Koordinator Bidang

Sos-Ek-Bud Drs. Dahlan H. Hasan, M.Si.

Ahli Kepala, Sos.Ek.Bud

(S2, 10 tahun) A, B Anggota Supriadi, SH., M.Hum. Ahli Sos.Ek.Bud (S2) A, B Asisten Ir. Christina Lilies Sutarminingsih Asisten Sos.Ek.Bud. A, B

Koordinator Bidang

Kes. Mas. Prof. Dr. Sugeng Yuwono Mardihusodo Ahli Kepala, Kes. Mas.(Guru Besar)

Asisten P. Sutrisno, S.Sos. Asisten Kes. Mas. A, B

Pemetaan/GIS Ahsan Nurhadi, S.Si. Pemetaan/GIS A, B

Nara Sumber Ir. Subaryono, MA., Ph.D. GIS

(S3, 15 tahun) Dr. Ir. Subagyo Pramumidjojo Geologi – Kegempaan

(S3, 15 tahun) Ir. Rahman Hidayat, M.Sc.,Ph.D. Hidrooseanografi

(7)

2.2 URAIAN RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

Berikut ini secara keseluruhan diuraikan rencana kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok, baik kegiatan Bagian Hulu maupun kegiatan Bagian Hilir.

A. Luas Tapak Proyek Termasuk Prasarana dan Sarana Lain

No Prasarana Satuan Luas Lahan

1. Sumur pengembangan 17 lokasi, @ 4 Ha 68 Ha

2. Manifold Station(MS) 3 lokasi, @ 1 Ha 3 Ha

3. Block Station(BS) 3 lokasi, @ 10 Ha 30 Ha

4. Jalur pipa ”flow line” 5 lokasi, lebar 8 m,

panjang 35 km 14 Ha

5. Jaur pipa ”trunk line” dari 2 BS  LNG Plant Lebar 20 m, panjang

60 km 120 Ha

6. Kilang LNG (termasuk LNGJetty & MOF) 1 unit 300 Ha 7. Pembuatan jalan baru dan peningkatan

jalan yang sudah ada untuk pemboran sumur-sumur pengembangan

Lebar 6-8 m, panjang

sekitar 15 km 60 Ha

Luas total lahan yang diperlukan 595 Ha

Lahan yang diperlukan untuk 17 alokasi sumur pengembangan adalah 68 ha, pembangunan fasilitas manifold station di 3 (tiga) lokasi adalah 3 x 1 ha per lokasi (3 ha); untuk pembangunan BS di tiga lokasi seluas 30 ha; jalur pipa ”flowline” di lima lokasi tersebut adalah membutuhkan lahan 8 meter lebar x 35 kilometer panjang flowline (14 ha); Kompleks Kilang LNG seluas lebih kurang 300 ha; dan sistem pemipaan gas 20 meter lebar x 60 km panjang pipa (120 ha). Lokasi yang perlu dipersiapkan sebelum pemboran sumur-sumur pengembangan adalah lokasi sumur dan jalan masuk lokasi (pembuatan jalan baru dan peningkatan jalan yang sudah ada) dengan panjang kumulatif dari semua sumur ± 15 km dengan lebar 6 – 8 m (sekitar 60 ha). Jadi luas lahan yang diperlukan untuk tapak proyek sekitar 595 ha. Lahan yang dipergunakan akan menggunakan lahan milik masyarakat dan lainnya. Pelaksanaan pengadaan lahan secara ganti rugi dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

B. Kapasitas Produksi

Rencana kegiatan yang akan dilakukan oleh PT. PERTAMINA EP, Proyek Pengembangan Gas Matindok adalah mulai dari kegiatan pemboran sumur pengembangan maupun pemboranwork over, pembangunan Block Station (BS) dan membangun pipa transmisi gas

(flowline dantrunkline), membangun Kilang LNG (DSLNG) berikut pelabuhan untuk membawa LNG ke luar Kabupaten Banggai.

(8)

Cadangan gas (1P, 2P dan 3P) dari lapangan-lapangan gas di blok Matindok adalah sebagai berikut : Lapangan 1P 2P 3P Donggi 332.76 518.45 718.83 Matindok 135.51 364.47 470.64 Maleo Raja 117.54 148.71 181.54 Minahaki 80.45 128.38 195.74 Sukamaju 32.65 48.73 80.33

Kapasitas produksi gas di Blok Matindok berdasarkan perhitungan cadangan gas yang ada diperkirakan akan sebesar ± 100 MMSCFD (gross), dengan kandungan kondensat ± 850 bopd dan air terproduksi maksimum sebesar ± 2500 bwpd. Umur produksi ± 20 tahun dengan kemampuan produksi plateau sebesar 100 MMSCFD selama 13 tahun yang didasarkan atas besarnya cadangan gas dan hasil kajian ekonomi. Gas yang diproduksi mengandung CO2± 2,5%, kandungan Total Sulfur ± 3.000 ppm dan kemungkinan adanya

unsur lainnya.

Fasilitas produksi gas yang akan dibangun terdiri dari Sumur Gas, Flowline, Manifolding Station, Gathering LinedanBlock Station (BS) berikutProcessing Facility (AGRU-SRU). Pipa transmisi dari BS menuju Kilang LNG direncanakan berukuran Ø 32” sepanjang ± 23 km dengan menggunakan jalur pipa JOB Pertamina – Medco Tomori Sulawesi (yang sudah dilengkapi dengan Dokumen AMDAL tersendiri).

C. Jadwal Kegiatan

Kegiatan pengembangan dibagi kedalam beberapa tahapan, yaitu prakonstruksi, konstruksi, operasi dan pasca operasi.

Tabel 2.2. Umur Kegiatan Pengembangan Lapangan Gas Matindok

Tahap Kegiatan Tahun

2008 2009 2012 2013 2035

1. Prakonstruksi ***********

2. Konstruksi ***********

3. Operasi

a. Pemboran *********** ***********

b. Operasi Produksi Gas ***********

c. Operasi Produksi LNG ***********

(9)

D. Jenis Sumber Energi dan Sumber Air yang Diperlukan di Lokasi Rencana Kegiatan

Jenis sumber energi utama untuk mendukung pengoperasian fasilitas produksi adalah: 1. Bahan bakar gas diperlukan untuk pengoperasian berbagai fasilitas seperti Unit

Pengering Gas, Gas Treating Unit, Unit Pencairan Gas menjadi LNG, Penggerak Kompresor dan Penggerak Generator listrik. Bahan bakar gas akan diambil dari hasil produksi sendiri.

2. Unit generator berbahan bakar minyak, yang disediakan untuk keadaan darurat di masing-masing BS, Kilang LNG dan Pelabuhan Khusus/pelabuhan. Bahan bakar minyak diperoleh dari sumber terdekat di sekitar lokasi proyek.

3. Energi listrik yang berasal dari genset berbahan gas untuk penerangan dan penggerak motor listrik.

Keperluan air cukup besar, untuk pemboran sekitar 420 m3 per sumur, hydrotest saluran

pipa sekitar 20.000 m3 dan kebutuhan air untuk operasi setiap unit BS sekitar 25 m3/hari. Kebutuhan air tawar untuk konstruksi tersebut di atas, akan diambil dari air sungai atau genangan air tawar terdekat.

Kebutuhan air untuk operasional Kilang LNG plant memerlukan air sebesar 75 m3/hari. Untuk keperluan operasional tersebut direncanakan menggunakan air tanah dalam. Kemungkinan lain operasional Kilang LNG akan menggunakan air sungai atau air laut yang telah di desalinasi terlebih dahulu.

(10)
(11)

E. Sosialisasi dan Konsultasi Publik 1) Sosialisasi

Pengumumam rencana kegiatan telah dilakukan melalui media cetak, poster, radio siaran swasta setempat dan spanduk.

2) Konsultasi Publik

Dalam rangka penyusunan Kerangka Acuan (KA) ANDAL, telah dilaksanakan konsultasi publik di 2 (dua) tempat, yaitu pada hari Selasa tanggal 22 Mei 2006 di Kecamatan Batui dan tanggal 23 Mei 2006 di Kecamatan Toili. Pertemuan konsultasi publik di Kecamatan Batui dilaksanakan untuk mendapatkan saran/masukan/tanggapan masyarakat yang bertempat tinggal di Desa Kintom dan Batui, sedangkan yang dilaksanakan di Kecamatan Toili untuk warga masyarakat di Desa Toili dan Toili Barat. Pertemuan ini dihadiri oleh delegasi PT. PERTAMINA-EP, wakil dari Kementrian KLH, dari Ditjen Migas, Pemerintah Kabupaten Banggai, Tim Penyusun Dokumen AMDAL dari PSLH UGM - PPLH UNTAD, serta masyarakat Kecamatan Batui, Toili dan Toili Barat di Kabupaten Banggai.

Berdasarkan pengamatan dan evaluasi terhadap saran, pendapat dan tanggapan dari masyarakat, Pemerintah Daerah dan pihak-pihak terkait dengan rencana kegiatan pengembangan, terdapat beberapa masukan yang perlu menjadi perhatian sebagai berikut:

Pembebasan lahan dan kompensasi tanaman tumbuh Ketenagakerjaan lokal

Program pemberdayaan masyarakat

Keberadaan terumbu karang di lepas pantai Keberadaan Suaka Margasatwa Bakiriang

Semua saran, rekomendasi dan gagasan tersebut menjadi bahan pertimbangan/ masukan bagi Tim Studi dalam penyusunan Dokumen ANDAL, RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Gas Matindok.

F. Kegiatan Pemboran 1. Pemboran Sumur

Secara geologi daerah Blok Matindok dan sekitarnya terletak di Cekungan Banggai yang berada di sebelah selatan dari lengan bagian timur Pulau Sulawesi. Cekungan Banggai merupakan bagian utama dari offshore depression sepanjang pantai sebelah selatan-timur dari bagian tangan sebelah selatan-timur laut Sulawesi yang berbentuk tidak simetris dengan kemiringan sepanjang garis pantai dan berorientasi dengan arah N60ºE. Cekungan ini termasuk pada klasifikasi cekungan transform refted yang merupakan cekungan active margin basin or collision related basin dan mempunyai potensi hidrokarbon di batuan karbonat Formasi Tomori dan Formasi Minahaki.

(12)

2. Pemboran Sumur Pengembangan

Dari hasil beberapa pemboran sumur eksplorasi yang telah dilakukan di Blok Matindok ini terdapat lima buah struktur yang mempunyai kandungan gas, dimana 5 buah struktur tersebut terletak dionshore. Cadangan gas (terambil) yang telah disertifikasi dari kelima struktur tersebut diperkirakan mencapai 699 BSCF gas (P1) dimana cadangan sebesar 666.26 BCF akan disalurkan ke LNG Plant dan cadangan sebesar 32.65 BCF dari lapangan Sukamaju yang akan dikembangkan apabila ijin dari Menteri Kehutanan mengenai alih fungsi sudah dikeluarkan. Gas hasil produksi sumur Sukamaju direncakan untuk memasok gas ke Pembangkit Listrik IPP Banggai.

Berdasarkan analisa Geologi, Geofisika dan Reservoir (GGR) dari kelima struktur tersebut direncanakan untuk melakukan pemboran 17 sumur pengembangan, dengan kemungkinan ada sumur yang kering. Jenis kegiatan pekerjaan sumur meliputi pemboran sumur pengembangan (17 sumur), work over/kerja ulang (4 sumur), stimulasi, perawatan sumur, dan penutupan sumur.

Pelaksanaan pemboran pengembangan di lima lapangan yang ada di PPGM yaitu masing-masing di lapangan Donggi, Minahaki, Sukamaju, Matindok dan Maleoraja mempunyai kedalaman yang berbeda. Target reservoir produksi adalah lapisan Minahaki atas atau biasa disebut lapisan Mio Carbonat, adalah reservoir gas dibatuan karbonat.

3. Sumur Produksi

Setelah pemboran selesai, selanjutnya dilakukan penyelesaian sumur(well completion)

sesuai dengan program yang telah disusun, antara lain dengan pemasanganproduction string, well head and Christmas tree.

4. Pengelolaan serbuk bor dan lumpur bor bekas

Serbuk bor(cutting) hasil pemboran dialirkan ke permukaan dan disaring melalui alat pemisah padatan(shale shaker) yang akan memisahkan serbuk bor dari lumpur bor. Serbuk bor dan lumpur bor bekas ditampung dalam mud pit yang mempunyai kapasitas tampung lebih besar daripada jumlah limbah yang dihasilkan. Konstruksi mud pit dibangun dengan cara penggalian dan pemadatan secara mekanis, diantara mud pit satu dengan yang lain terdapat fasiltas penyaring yang terdiri dari Bak Oil Catcher, Bak Koagulasi dan Water Disposal.

G. Sistem Pemipaan Gas Jalur pipa

Hasil produksi gas dari tiap-tiap sumur dialirkan melalui pipa produksi (flowline) dengan diameter yang sesuai, sebagian besar menggunakan pipa berdiameter 4 inch dan ada sebagian yang menggunakan pipa berdiameter 6 inch. Pipa flowline dimaksud dirancang menggunakan material baja carbon yang didalamnya dilapisi Stainless-Steel agar tahan terhadap gas H2S untuk menuju Blok Station (BS). Lebar lahan yang akan digunakan untuk pipa produksi tersebut sekitar 8 meter dengan panjang kumulatif ± 35 km untuk 21 sumur.

(13)

Disain Pipa

Material yang digunakan untuk flowline mengikuti NACE MR175 (Metals for Sulfide Stress Cracking and Stress Corrosion Cracking Resistence in Sour Oilfield Environments). Material yang dipilih adalah material tahan korosi (316 SS lined steel pipe untuk temperatur < 140oF dan Alloy 825 lined steel pipe untuk temparatur > 140oF).

Disain pipa dan pemasangan pipa akan mengacu pada beberapa standard nasional (Departemen Pertambangan dan Energi tentang Insatalasi Minyak dan Gas Bumi No. 01/P/M/Pertamb/1980; Kep.Men PE No. 300.K/38/M.PE/1997 dan Peraturan Ditjen MIGAS: Standar Pertambangan MIGAS (SPM, 1992) 50.54.0-50.54.1) dan internasional (antara lain API 5 SL – Specification for Line Pipe, API 1104 – Welding of Pipeline and Related facilities, ASME B31.8 – Gas Distrbution and Tranportation Piping System).

Material pipa penyalur (flowline) menggunakan clading pipe CRA, dan isolasinya berupa Wrapping Insulation. Untuk material Pipeline (Trunkline) menggunakan Carbonsteel API 5L, dan isolasinya berupa Manufacture Insulation.

Proteksi Korosi(Corrosion Protection) Pipa

Proteksi korosi luar pipa gas dilakukan dengan sistem proteksi katodik (anoda karbon)

yang diharapkan mampu mengendalikan semua bentuk korosi luar di bawah tanah agar dapat melindungi pipa dari korosi luar. Selain itu pipa dilengkapi dengan pembalut luar pipa yang juga berfungsi melindungi pipa dari korosi luar. Sedangkan proteksi korosi internal dilakukan dengan menginjeksi corrosion inhibitor ke dalam pipa gas secara berkala.

Untuk memudahkan dalam pengukuran potensial dan arus yang mengalir pada pipa, maka dipasangtest boxpada setiap jarak ± 1 km.

H. Block Station(BS)

Gas dari sumur produksi dialirkan ke 3 Stasion Pengumpul (Gathering station/Block Station) yang terletak di masing-masing lapangan (Donggi, Matindok, dan Sukamaju). Sedangkan di lapangan Matindok, Maleoraja dan Minahaki, hanya ada fasilitas Manifold Station (MS). Di dalam BS terdapat Unit separasi, Unit kompresi, Tangki penampung, Unit utilitas dan Unit pengolah limbah (Flaring system dan IPAL). Berikut ini adalah unit-unit operasi yang digunakan untuk pemrosesan gas di BS. Seluruh Blok Station atau Stasiun Pengumpul Gas di Blok Matindok terdiri dari sistem pengumpulan (gathering system) dan sistem separasi gas bumi yang terdiri dari separator dan tangki kondensat. Unit dehidrasi diperlukan untuk mengurangi kandungan air dalam gas bumi agar tercapai spesifikasi gas pipeline yaitu maksimum 7 lb/MMSCF.

(14)

1. Unit Separasi

Hidrokarbon dari sumur produksi mengandung kondensat, air dan gas dimana jumlah terbesar adalah gas. Langkah awal untuk memisahkan kondensat, air dan gas adalah dengan menggunakan separator gas. Di dalam alat tersebut kondensat dan air terpisah dari gas. Kondensat dan air akan mengalir dari bagian bawah separator sedangkan gas akan mengalir dari bagian atasnya. Proses pemisahaan di dalam alat tersebut hanya merupakan proses fisika dan tanpa penambahan bahan kimia.

Kondensat dan air dipisahkan dengan prinsip ketidak-saling-larutan dan perbedaan berat jenis. Kondensat ditampung di tangki penampung, sedangkan air diproses lebih lanjut dalam sistem pengolah air (waste water treatment).

Apabila tekanan gas dari sumur berkurang akibat penurunan tekanan reservoir secara alami, maka akan dilakukan pemasangan kompresor diGathering Station/ Block Station

guna menjaga stabilitas tekanan gas yang masuk keSystem CO2/ H2S Removalmaupun ke konsumen gas tetap stabil. Kondensat ditampung di tangki penampung untuk dikirim ke Kilang LNG di Batui menggunakan mobil tangki.

2. Tangki penampung

Tangki penampung dipakai untuk menampung kondensat yang berasal dari separator, sebelum diangkut ke Batui. Jumlah tangki penampung yang dipakai sebanyak 2 buah dengan kapasitas masing-masing sebesar ± 1300 m3. Kondensat akan diangkut dari

Block Station ke fasilitas JOB di Desa Bajo dengan menggunakanroad tankatau mobil tangki.

3. Kompresor

Kompresor yang akan dipergunakan untuk menjaga tekanan keluar dari Block station tetap sebesar 900 psig. Kompresor ini dipasang di block station. Jumlah kompresor yang ditempatkan di Block Station rata-rata 3 unit per lokasi. Hal ini dikarenakan pada umumnya tekanan gas yang keluar dari sumur akan mengalami penurunan secara alamiah selama proses produksi, sehingga diperlukan tambahan kompresor baru di

Gathering Station/ Block Station. 4. Unit pengolah air

Unit pengolah air atau Unit “Effluent Treatment” atau Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) dipakai untuk mengolah limbah cair yang berasal dari separator dan lain-lain.

I. Unit Proses atau GPF(Gas Processing Facility)

Di lokasi BS terdapat unit proses atau GPF yang meliputi AGRU, SRU, dehydration unit, dew point control.

1. Unit Penghilangan CO2/ H2S (AGRU)

Gas yang mengalir dari Block Station sebelum masuk ke Kilang LNG akan dikurangi kandungan CO2 dan H2S nya dengan proses absorbsi menggunakan larutan MDEA

(Methyl Diethanol Amine)dalam Unit Penghilangan CO2/H2S (Acid Gas Removal Unit = AGRU). Prinsip kerja unit tersebut adalah penyerapan gas CO2 dan H2S di dalam

(15)

absorber dan melepaskannya lagi di dalam menara stripper atau column, sehingga diperoleh sweet gas dengan kandungan CO2 dan H2S yang rendah. Gas dari Block Stationdialirkan melalui pipa ke Acid Gas Removal Unit yang terletak di BS di Donggi dan Matindok.

2. Sulfur Recovery Unit (SRU)

Sulfur recovery dimaksudkan untuk memenuhi ketentuan dan perundangan- undangan lingkungan sesuai dengan nilai ambang batas yang diizinkan pada Kepmen LH No.129 Tahun 2003. Terdapat beberapa proses yang tersedia untuk memproduksi sulfur dari hydrogen sulfide. Beberapa proses didesain dengan maksud untuk memproduksi sulfur dan beberapa proses juga dikembangkan dengan tujuan utama untuk menghilangkan kandungan H2S dari gas bumi dengan produksi sulfur hanya sebagai hasil dari proses

lanjutan yang harus dilakukan.

3. Dehydration Unit(DHU)

Setelah gas keluar dari unit proses, gas tersebut selanjutnya dialirkan ke Dehydration Unit. Dehydration unit berfungsi untuk mengeringkan gas, yaitu untuk menyempurna-kan pengurangan air yang terikut di dalam gas. Proses yang berlangsung di dalamnya adalah proses absorbsi (penyerapan) air dengan menggunakan bahan kimia

triethyleneglycol (TEG), yang mana TEG dapat dipakai lagi setelah dibersihkan dari air secara fisis (close cycle). Hasil dari proses tersebut adalah gas yang sudah memenuhi syarat untuk dikirim ke konsumen.

4. Dew Point Control Unit (DCU)

Setelah gas keluar dari unit dehidrasi, gas masuk ke unit Dew Point Control yaitu unit untuk menjaga suhu embun dari hydrocarbon mencapai maksimum 75oF pada tekanan

750 psig. Guna unit ini adalah untuk menjaga agar cairan tidak timbul selama pengiriman gas akibat turunnya temperatur udara. Prosesnya didasarkan pada JT valve expansion dan pendinginan dengan cara recompression. Proses cara lain dengan menggunakan sistem propane refrigeration juga akan dipertimbangkan pada rekayasa

(engineering) front end engineering design(FEED) tahap berikutnya.

J. Sistem Keselamatan Pengiriman Gas dan Kondensat

Pada waktu pengiriman gas sepenuhnya telah berjalan, sistim operasi tersebut dilengkapi dengan SCADA yang dapat memantau serta melakukan tindakan pengamanan terhadap seluruh kegiatan operasi, termasuk apabila terjadi gangguan operasi lainnya. Apabila terjadi gangguan operasi apapun bentuknya SCADA secara otomatis akan melakukan tindak lanjut sesuai dengan program yang telah dibuat. Tindak lanjutnya bisa langsung menutup aliran gas ke lokasi tertentu (automatic shutdown valve), memberikan tanda bahaya sampai mematikan operasi unit-unit peralatan baik semuanya maupun sebagian, tergantung dari gangguan operasi yang terjadi.

(16)

K. Kilang LNG

Gas yang telah diproses di BS di Donggi dan Matindok serta Senoro yang kandungannya sesuai dengan standar gas yang akan dipasarkan dikirim ke Kilang LNG. Pengiriman gas dari Junction antara pipa dari BS Donggi dan Matindok dilakukan dengan pipa 32” ke Kilang LNG di Batui atau Kintom; atau menggunakan pipa 18” apabila tidak menyatu dengan gas yang mengalir dari Senoro. Secara garis besar fasilitas di kilang LNG akan terdiri dari unit proses, fasilitasoffsite, unit utilitas, unit pengolah limbah, unit pelabuhan dan infrastruktur. Diagram alir Kilang LNG “Donggi-Senoro” disederhanakan seperti pada gambar terlampir.

1. Unit Proses

Unit Proses terdiri dari Fasilitas Penerimaan Gas, Fasilitas Pemurnian Gas dan Fasilitas Pencairan Gas.

a. Fasilitas Penerima Gas

Kapasitas design dari fasilitas ini direncanakan sebesar minimum 335 MMSCFD yang terdiri dari knock out drum, separator dan metering. Dari fasilitas ini gas akan dialirkan ke fasilitas pemurnian gas. Kondensat yang terkumpul dari unit ini akan ditampung sementara dalam tanki kondensat berukuran 100 bbls sebelum diangkut ke Blok Senoro untuk distabilkan ke unit stabilisasi kondensat dari Fasilitas Pencairan Gas Bumi.

b. Fasilitas Pemurnian Gas

Kilang LNG dapat dipastikan akan terdiri dari dua bagian umum: bagian pemurnian gas dan bagian pencairan/liquefaction gas. Bagian pemurnian gas diringkaskan di bawah dan bagian pencairan gas dalam bagian berikutnya. Bagian pemurnian meliputi Unit Pengeringan dan Unit Pembuangan Merkuri (MRU). Pemurnian gas diperlukan untuk menghindari masalah karat dan pembekuan dalam Unit Liquefaction.

c. Fasilitas Pencairan Gas Alam

Tujuan utama dari fasilitias pencairan gas adalah untuk mencairkan gas alam menjadi produk LNG. Sebelumnya dilakukan pemisahan kandungan hydrokarbon berat untuk menghindari terjadinya pembekuan dalam pipa-pipa pencairan gas. Fasilitas tersebut akan meliputi Unit Pendinginan/Pencairan dan Unit Pemecahan

(fractionation). 2. Fasilitas Offsite

Fasilitasoffsiteterdiri dari sistem-sistem berikut: a. Sistem Penyimpanan dan Pemuatan LNG

b. Sistem Pemasukan dan Penyimpanan Bahan Pendingin (refrigerant) c. Sistem Pembakaran Gas Buangan

(17)

3. Fasilitas Kebutuhan Utilitas

Semua utility yang diperlukan untuk menunjang kegiatan kilang akan disediakan sesuai dengan kebutuhan. Kilang LNG akan ditunjang oleh seperangkat sistem utilitas yang terdiri dari antara lain:

a. Sistem Pembangkit Tenaga Listrik b. Sistem Bahan Bakar

c. Sistem Udara Bertekanan Kilang dan Peralatan d. Sistem Nitrogen

e. Sistem Suplai Air

f. Sistem Pencegahan Kebakaran

4. Fasilitas Pelabuhan Khusus (LNG Jetty dan MOF)

Kegiatan pelabuhan laut khusus ini hanya terdiri dari jembatan (trestles), Pelabuhan Khusus utama(jetty head) dan fasilitas-fasilitas tambatan kapal. Pelabuhan khusus LNG Donggi Senoro terdiri dari Pelabuhan Khusus muat LNG dan Pelabuhan Khususmaterial off loading(MOF).

Pelabuhan khusus LNG Donggi Senoro terletak di Desa Uso Kecamatan Batui atau Desa Padang Kecamatan Kintom Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah. Lokasi Pelabuhan khusus LNG ditetapkan berdasarkan pertimbangan teknis dan ekonomis sebagai berikut:

a. Kedalaman laut cukup untuk tanker LNG (15 meter di bawah permukaan surut terendah).

b. Jarak dari lokasi Pelabuhan Khusus ke pantai merupakan jarak terdekat, sehingga biaya konstruksi jembatan ke Pelabuhan Khusus lebih murah.

c. Berdasarkan studi, sedimentasi yang terjadi di sekitar Pelabuhan Khusus cukup rendah sehingga tidak memerlukan pengerukan kolam pelabuhan selama operasi. d. Jarak Pelabuhan Khusus LNG ke kilang LNG merupakan jarak terdekat, sehingga

biaya pemipaan untuk LNG dan utilitas lebih murah.

5. Infrastruktur Kilang a. Infrastruktur In-Plant

Fasilitas infrastruktur in-plant adalah yang bukan merupakan bagian dari sistem pengolahan inti, offsites ataupun utility. Fasilitas infrastruktur in-plant terutama terdiri dari bangunan-bangunan, barak-barak serta pagar.

b. Infrastruktur Umum

Infrastruktur umum meliputi semua fasilitas yang diperlukan untuk menunjang personil dibutuhkan untuk operasi dan perawatan BS dan Kilang LNG. Infrastruktur umum adalah fasilitas-fasilitas yang terdapat di luar kilang.

(18)

2.3. RENCANA KEGIATAN YANG DIDUGA AKAN MENIMBULKAN DAMPAK

Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok PPGM ini terdapat dua kegiatan yang terpisahkan yaitu kegiatan “Bagian Hulu” dan kegiatan “Bagian Hilir”. Kegiatan bagian hulu mencakup kegiatan-kegiatan eksplorasi dan eksploitasi gas sampai batas pada kegiatan pemasangan pipa penyalur gas ke Kilang Gas (LNG), sedangkan kegiatan “bagian hilir” meliputi kegiatan pembangunan dan operasional kilang gas LNG, Pelabuhan Khusus dan sarana serta prasarana pendukungnya. Masing-masing tahapan rencana kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok “bagian hulu” dan kegiatan “bagian hilir” diuraikan sebagai berikut.

2.3.1. Kegiatan Bagian Hulu A. Tahap Prakonstruksi

1. Pembebasan Lahan dan Tanam Tumbuh

Pada lokasi untuk sumur pengembangan, pemasangan pipa dan unit produksi akan dilakukan pembebasan lahan dan tanam tumbuh. Luas lahan yang akan dibebaskan sekitar 295 Ha dengan perincian: 17 lokasi sumur pemboran ± 68 Ha, MS & BS/GPF ± 33 Ha, jalur pipa “flow line” ± 14 Ha, jalur pipa “trunk line” ± 120 Ha dan untuk pembuatan atau peningkatan jalan baru ± 60 Ha. Lahan yang akan digunakan diusahakan bukan lahan pemukiman. Proses pembebasan lahan dan pemberian kompensasi tanam tumbuh akan dilaksanakan melalui panitia sembilan.

2. Penerimaan Tenaga Kerja

Pelaksanaan rekrutmen tenaga kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tenaga kerja untuk pemboran sumur pengembangan diperkirakan ± 118 pekerja dengan berbagai macam keahlian (skill), dengan perincian tenaga skill akan membutuhkan tenaga sebanyak ±108 orang dan tenaga

nonskillsebanyak ± 10 orang.

B. Tahap Konstruksi

1. Mobilisasi dan Demobilisasi Peralatan, Material dan Tanaga Kerja

Kegiatan mobilisasi dan demobilisasi peralatan berat dan material dilaksanakan dengan kendaraan berbadan besar akan menimbulkan dampak peningkatan kebisingan, kadar debu ke lingkungan sekitar, gangguan kelancaran lalulintas setempat dan aktivitas penduduk.

2. Pembukaan dan Pematangan Lahan

a) Penebangan dan pembersihan pohon dan semak belukar pada lokasi tapak proyek b) Perataan dan penimbunan dilakukan untuk pematangan lahan yang akan

digunakan sebagai lokasi tapak sumur, perpipaan dan fasilitas produksi.

c) Pada ROW yang memotong drainase alami dan/atau sungai, akan dipasang gorong-gorong dan jembatan agar tidak menghambat pola aliran air.

(19)

3. Kegiatan KonstruksiBlock Station(BS) dan Fasilitas Produksi Gas GPF

a) Pembangunan fondasi struktur dan perlengkapan untuk fasilitas produksi dan persiapan pemboran

b) Pendirian bangunan-bangunan dan pemasangan peralatan c) PekerjaanPiping System

d) Pekerjaanelectrical dan peralatan (instrument)

4. Pemasangan Pipa Penyalur Gas

Alternatif pemasangan jalur pipa gas (trunkline) dari Block Stasion Donggi ke LNG Plant akan dibuat tiga jalur alternatif berikut ini.

a) Jalur alternatif–1 yaitu pemasangan pipa gas dari BS Donggi melintasi SM Bakiriang berdampingan jalan provinsi, penggelaran pipa ditanam sedalam 2 meter kemudian ditimbun kembali.

b) Jalur alternatif–2 yaitu pemasangan pipa gas melintasi SM Bakiriang dilakukan dengan sistem pemboran horizontal atau Horizontal Directional Drilling (HDD). c) Jalur alternatif–3 yaitu pemasangan pipa gas dari BS Donggi akan dilakukan melalui

dasar laut pantai SM Bakiriang sepanjang sekitar 4 km.

5. Pengelepasan Tenaga Kerja

Pada akhir masa konstruksi, tenaga kerja dilepaskan secara berangsur-angsur sampai dengan berakhirnya kontrak kerja di unit kerja masing-masing. Pelaksanaan penglepasan tenaga kerja sesuai dengan peraturan ketenagakerjaan yang berlaku.

C. Tahap Operasi

1. Penerimaan Tenaga Kerja

Tenaga kerja untuk operasional produksi gas cukup besar, sebagian merupakan tenaga ahli dengan skill yang cukup tinggi sampai sangat tinggi, dan sebagian lainnya bukan tenaga ahli. Jumlah tenaga kerja untuk operasional masing-masing unit BS/GPF sekitar 26 orang dan tenaga kerja untuk penyaluran gas, pengangkutan kondensat dan sulfut sekitar 28 orang.

2. Pemboran Sumur Pengembangan

Sumur-sumur pengembangan di Donggi, Minahaki, Matindok, Sukamaju, dan Maleoraja dibor dengan menggunakanland-rigyang kapasitasnya sesuai dengan kedalaman yang akan dicapai. Peralatan pemboran telah dilengkapi dengan pencegahan semburan liar (blow out preventer), Standard Operation Procedure (SOP), dan penanggulangan keadaan darurat (emergency respon plan). Peralatan berat yang telah selesai digunakan kemudian dimobilisasi dan didemobilisasi dengan kendaraan berat.

(20)

3. Operasi Produksi di Fasilitas Produksi Gas

Seluruh produksi dari sumur-sumur gas dialirkan ke fasilitas produksi gas berupa Block Station,setelah melalui Header Manifold, gas akan masuk ke dalam separator. Dari BS, gas yang sudah mengalami pemisahan pada tahap awal akan dialirkan keCO2and H2S

removal plant atau AGRU (Acid Gas Removal Unit) dan SRU (Sulfur Recovery Unit)

masing-masing untuk menurunkan kadar CO2 dan H2S, selanjutnya gas dikeringkan di Unit TEG dehydratiion (DHU) dan kelembabannya di kontrol menggunakan DEW Point Control (DCU). Gas yang telah memenuhi standar gas sale diukur melalui fasilitas metering dan dialirkan melalui pipa ke Kilang LNG.

4. Penyaluran Gas Melalui Pipa ke LNG Plant

a. Alternatif–1

Pipa gas dari BS ke LNG Plant dibangun oleh Pertamina (PPGM). Pipa 16” dari BS Donggi bergabung dengan pipa 16” dari BS Matindok di junction yang terletak di Desa Nonong. Selanjutnya gas dikirim ke LNG Plant dengan pipa 18”.

b. Alternatif–2

Pipa dari BS ke LNG Plant digabung dengan pipa yang dibangun oleh MEDCO Tomori. Pip 16” dari BS Donggi bergabung di junction MEDCO di Desa Sinorang. Selanjutnya gas dikirim dengan pipa 32” ke LNG Plant. Pipa 16” dari BS Matindok bergabung dengan pipa 32” (trunkline) MEDCO dijunctiondi Desa Nonong.

Produksi gas yang dikirim rata-rata 300 MMSCFD. Pada inletpipa, terdapat custudy meteruntuk mengetahui jumlah gas yang dikirim.

5. Pengangkutan Kondesat dan Sulfur dengan Transportasi Darat

Kegiatan pengangkutan kondensat dan sulfur melalui jalan darat dari fasilitas produksi gas dilakukan dengan menggunakan mobil tanki ke lokasi Tangki Penampung Kondensat dan sulfur milik JOB Pertamina-Medco Tomori Sulawesi di Bajo, Sinorang.

6. Pemeliharaan Fasilitas Produksi

Kegiatan pemeliharaan di fasilitas produksi gas antara lain: perawatan terhadap kompresor, generator, pompa, tangki timbun kondensat, tangki timbunan sulfur, sumur produksi dan pipa. Kegiatan pemeliharaan tersebut bertujuan untuk pembersihan kotoran, perbaikan dan atau penggantian.

D. Tahap Pasca Operasi 1. Penutupan Sumur

Penutupan operasi sumur dilakukan dengan sumbat semen dan bridge plug dipasang sesuai dengan ketentuan dan dilakukan uji tekanan. Laporan peninggalan sumur disampaikan ke BPMIGAS dan Ditjen MIGAS.

(21)

2. Penghentian Operasi Produksi Gas

Penghentian operasi produksi dan penyaluran gas dilakukan dengan pembersihan pipa transmisi dari sisa gas dengan caraflarringsebelum penghentian operasi produksi gas. Sementara itu penutupan operasi BS/GPF dilakukan dengan mengikuti prosedur, untuk menjamin keamanan yang tinggi dan untuk menghindari bahaya semburan liar, tumpahan kondesat, kebakaran dan kecelakaan kerja. Laporan peninggalan sumur, jalur pipa, BS/GPF dan fasilitas lain disampaikan ke Ditjen MIGAS.

3. Pembongkaran dan Demobilisasi Peralatan

Pada saat selesainya masa operasi produksi gas (diperkirakan sekurang-kurangnya 20 tahun), peralatan, jaringan pipa dan fasilitas yang telah dipasang akan dibongkar dan dipindahkan ke tempat yang telah ditentukan. Laporan tentang peninggalan lokasi bekas peralatan, jaringan pipa dan fasilitas lainnya disampaikan kepada BPMIGAS dan Ditjen Migas.

4. Revegetasi

Lahan bekas lokasi pipa dan fasilitas lain yang telah dibongkar diurug kembali, diratakan dan dibersihkan. Kemudian pada lahan tersebut dilakukan revegetasi dengan berbagai vegetasi lokal yang cepat tumbuh sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

5. Penglepasan Tenaga Kerja

Pada akhir operasi produksi gas, tenaga kerja dilepaskan secara berangsur-angsur sampai dengan berakhirnya kontrak kerja di unit kerja masing-masing. Pelaksanaan penglepasan tenaga kerja sesuai dengan peraturan ketenagakerjaan yang berlaku. Adapun ringkasan dari hasil telaahan kaitan antara komponen rencana kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak terhadap komponen lingkungan hidup disajikan pada tabel berikut.

(22)

Tabel 2.3. Ringkasan Kaitan Komponen Rencana Kegiatan “Bagian Hulu” dengan Dampak Lingkungan yang Mungkin Timbul

No Komponen kegiatanyang menimbulkan dampak

Lokasi

Komponen Kegiatan Jenis dampak potensial yangDitimbulkan A. Tahap Prakonstruksi

1. Pembebasan lahan dan

tanam tumbuh Areal untuk sumur pengembangan,fasilitas produksi gas, dan jalur pipa gas

Perubahan, perubahan pola kepemilikan lahan penduduk, fungsi lahan proses sosial, perubahan sikap dan persepsi masyarakat.

2. Penerimaan tenaga kerja

setempat Khususnya Kecamatan Toili Barat,Toili, Batui, Kintom dan Kabupaten Banggai umumnya.

peningkatan pendapatan masyarakat, proses sosial, perubahan sikap dan persepsi, terbuka kesempatan berusaha.

B. Tahap Konstruksi

1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan tenaga kerja

Jalan raya dari dan ke pelabuhan bongkar muat material menuju areal untuk sumur pengembangan fasilitas produksi gas, dan jalur pipa gas.

kebisingan, getaran, peningkatan kadar debu, mempengaruhi transportasi darat: gangguan kelancaran lalulintas, gangguan keselamatan berlalulintas, kerusakan jalan dan jembatan dan perubahan sikap dan persepsi masyarakat. 2. Pembukaan dan

pematangan lahan Sekitarpengembangan, fasilitas produksiareal sumur gas, dan jalur pipa gas.

Perubahan iklim mikro, perubahan bentang lahan, peningkatan debit aliran air permukaan, peningkatan erosi, kebisingan, peningkatan kadar debu, penurunan kualitas sanitasi lingkungan, gangguan pola aliran air irigasi dan sungai yang terpotong jalur pipa gas, gangguan lalulintas jalan yang terpotong jalur pipa, pengurangan penutupan lahan oleh vegetasi, penurunan flora dan satwa liar, perubahan kualitas air tanah dangkal, perubahan sikap dan persepsi masyarakat, terbukanya kesempatan berusaha.

3. Kegiatan konstruksi fasilitas

produksi gas (BS – GPF) SekitarBS-GPF di 2 lokasi (Donggi dansumur pengembangan, Matindok), 1 BS di Sukamaju.

Penurunan kualitas udara, peningkatan kebisingan, penurunan kualitas air permukaan, penurunan debit air sungai sekitar lokasi hydrotest, penurunan biota air tawar, penurunan kualitas sanitasi lingkungan, peningkatan pendapatan masyarakat, perubahan sikap dan persepsi masyarakat, terbukanya peluang berusaha

4.a Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas di darat (Alternatif-1 dan 2)

Sekitar jalur pipa gas di darat: MS di Minahaki – BS/GPF Donggi; BS/GPF Donggi – LNG Plant; BS/GPF Matindok – junction ke pipa 28” yg menuju LNG Plant

Gangguan lalulintas penduduk, kebisingan, peningkatan kadar debu, penurunan kualitas udara, penurunan kualitas air permukaan, penurunan biota air tawar, peningkatan erosi, penurunan debit sungai di sekitar kegiatan hydrotest, gangguan pada sistem irigasi dan drainase, penurunan kualitas sanitasi lingkungan, perubahan sikap dan persepsi masyarakat, terbukanya kesempatan berusaha. 4.b Kegiatan pemasangan pipa

lepas pantai

Sekitar pantai SM Bakiriang. Penurunan kualitas udara lokal, penurunan kualitas air laut, penurunan biota air laut, rusaknya pantai sebagai tempat bertelur burung Maleo, rusaknya terumbu karang, perubahan sikap dan persepsi masyarakat, terbuka kesempatan berusaha.

5. Penglepasan tenaga kerja Areal sumur, BS-GPF, pemasangan

pipa gas Penurunankesempatan berusaha, penurunan pendapatankesempatan kerja, penurunan masyarakat dan sikap dan persepsi negatif masyarakat

(23)

Tabel 2.3. Lanjutan No Komponen kegiatanyang menimbulkan

dampak

Lokasi

Komponen Kegiatan Jenis dampak potensial yangDitimbulkan C. Tahap Operasi

1. Penerimaan tenaga kerja Khususnya Kecamatan Toili Barat, Toili, Batui, Kintom dan Kabupaten Banggai umumnya.

peningkatan pendapatan masyarakat, per-tumbuhan ekonomi lokal, gangguan proses sosial, perubahan sikap dan persepsi, terbukanya kesempatan berusaha

2. Kegiatan pemboran sumur

pengembangan Sekitarpengembanganlokasidi Donggi,sumur Minahaki, Matindok, Sukamaju dan Maleoraja

Penurunan kualitas udara lokal, penurunan kualitas air permukaan, penurunan biota air tawar, perubahan sikap dan persepsi masyarakat, terbuka kesempatan berusaha 3 Operasi produksi gas di

BS-GPF

Sekitar 2 lokasi BS-GPF di Donggi dan Matindok

Perubahan iklim mikro, penurunan kualitas air permukaan, penurunan vegetasi dan komunitas satwa liar, penurunan kualitas udara, kebisingan, penurunan tingkat kesehatan masyarakat, pendapatan masyarakat, terbukanya kesem-patan berusaha, gangguan proses sosial, pelapisan sosial, perubahan sikap dan persepsi masyarakat

4. Penyaluran gas melalui

pipa Sekitar jalur pipa gas Perubahan sikap dan persepsi masyarakat 5. Pengangkutan kondensat

dan sulfur dengan transportasi darat

Sepanjang jalan raya dari BS-GPF Matindok dan Donggi ke Tangki Penampung di Bajo

Mempengaruhi transportasi darat yaitu: kelancaran lalulintas, keselamatan lalulintas, kerusakan jalan dan jembatan

6. Pemeliharaan fasilitas

produksi Sekitar sumur pengembangan, 2BS-GPF di Donggi dan Matindok dan BS di Sukamaju

Penurunan kualitas air permukaan, perubahan sikap dan persepsi masyarakat

D. Tahap Pasca Operasi

1. Penutupan Sumur Lokasi sumur pengembangan –– 2. Penghentian operasi

produksi gas

Sekitar BS-GPF di Donggi dan Matindok

Penurunan kebisingan, peningkatan kualitas udara, peningkatan kualitas air permukaan, penurunan kepadatan lalulintas, perubahan sikap dan persepsi masyarakat

3. Pembongkaran dan

demobilisasi peralatan Di tapak BS-GPF dan jalan raya disekitar lokasi yang dilalui pengangkutan perlatan tersebut

Gangguan pada transportasi darat yaitu: keselamatan dan kelancaran lalulintas di jalan raya dan peningkatan resiko kerusakan jalan raya dan jembatan, perubahan sikap dan persepsi masyarakat

4. Revegetasi Lokasi bekas tapak sumur, BS-GPF

dan jalur pipa. Peningkatan penutupan lahan oleh vegetasi,peningkatan populasi satwa liar 5. Penglepasan tenaga kerja Khususnya Kecamatan Toili Barat,

Toili, Batui, Kintom dan Kabupaten Banggai umumnya

Peningkatan pengangguran, penurunan pendapatan masyarakat, penurunan kesempatan berusaha, perubahan sikap dan persepsi masyarakat

(24)

2.3.2. Kegiatan Bagian Hilir A. Tahap Prakonstruksi

1. Pembebasan Lahan dan Tanam Tumbuh

Pada lokasi untuk pembangunan kilang LNG dan Pelabuhan Khusus serta fasilitas lainnya akan dilakukan pembebasan lahan dan tanam tumbuh. Lahan yang akan digunakan diusahakan bukan lahan permukiman. Luas lahan yang akan dibebaskan meliputi untuk kilang LNG ± 300 Ha termasuk lahan untuk pelabuhan/Pelabuhan Khusus beserta fasilitas pendukungnya. Proses pembebasan lahan dan pemberian kompensasi tanam tumbuh akan dilaksanakan melalui panitia sembilan.

2. Penerimaan Tenaga Kerja

Tenaga kerja untuk pembangunan kilang LNG dan Pelabuhan Khusus serta fasilitas lainnya diperkirakan membutuhkan ± 3000 pekerja dengan berbagai macam keahlian (skill), dengan perincian tenaga skill sebanyak ± 1015 orang dan tenaga

unskillsebanyak ± 1950 orang.

B. Tahap Konstruksi

1. Mobilisasi dan Demobilisasi Peralatan, Material dan Tenaga Kerja

Kegiatan pengangkutan alat dan bahan serta tenaga kerja untuk pembangunan kilang LNG dan fasilitas Pelabuhan Khusus akan menggunakan jasa angkutan laut dan darat ke lokasi rencana kegiatan pembangunan kilang LNG.

2. Pembukaan dan Pematangan Lahan

Kegiatan pembukaan dan pematangan lahan mencakup:

a) Penebangan dan pembersihan pohon dan semak belukar pada lokasi tapak proyek. b) Perataan dan penimbunan pada lokasi tapak kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan

fasilitas pendukungnya.

3. Konstruksi Kompleks Kilang LNG dan Pelabuhan Khusus

a) Pembangunancampkonstruksi

b) Pengembangan daerahlaydownkontruksi dan jalan akses sementara

c) Aktivitas konstruksi sipil (pekerjaan tanah, jalan, saluran pembuangan, fondasi dan gedung)

d) Pemasangan baja struktural e) Pemasangan tangki LNG f) Fabrikasi dan instalasi pipa. g) Instalasi peralatan

h) Instalasijunction box, circuitdan kabel listrik/instrumen i) Pendirian gedung CPP

j) Pendirian gedung kilang

k) Uji coba mekanis sistim peralatan/pemipaan

l) Pendirian bangunan fasilitas terkait Kilang LNG seperti Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnya

(25)

4. Penglepasan Tenaga Kerja

Pada alkhir periode pembangunan kilang LNG dan fasilitas Pelabuhan Khusus, banyak tenaga kerja dilepaskan secara berangsur-angsur sampai dengan berakhirnya kontrak kerja di unit kerja masing-masing. Pelaksanaan penglepasan tenaga kerja sesuai dengan peraturan ketenagakerjaan yang berlaku.

C. Tahap Operasi

1. Penerimaan Tenaga Kerja

Jumlah personil yang dibutuhkan untuk mengoperasikan kegiatan satutrain awal kilang LNG dan fasilitas darat terkait diperkirakan 300 personil yang meliputi tenaga skill seperti operator kilang ± 35 orang, petugas keamanan ± 45 orang dan tenaga nonskill diantaranya cleaning service ± 200 orang. Pelaksanaan penerimaan tenaga kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Operasional Kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas Pendukungnya

Operasional Kilang LNG terdiri dari satutrain dengan kapasitas produksi sebesar 2 juta metrik ton LNG per tahun, membutuhkan gas sebesar lebih kurang 335 MMSCFD, yang pada awalnya akan didapatkan dari dua lapangan gas yaitu Matindok dan Senoro.

3. Pemeliharaan Fasilitas Produksi

Kegiatan pemeliharaan di fasilitas produksi gas antara lain: perawatan terhadap unit proses (fasilitas penerima gas, fasilitas pemurnian gas, fasilitas pencairan gas alam), fasilitas offsite dan fasilitas kebutuhan utilitas yang meliputi sistem pembangkit tenaga listrik, distribusi bahan bakar, sistem udara bertekanan kilang dan peralatan, sistem nitrogen, sistem suplai air dan sistem pencegahan kebakaran. Kegiatan pemeliharaan tersebut dilakukan secara rutin/berkala dan bertujuan untuk pembersihan kotoran, perbaikan dan atau penggantian.

D. Tahap Pasca Operasi

1. Penghentian Operasi Kilang LNG

Setelah operasional produksi gas dari BS/GPF berhenti, maka akan diikuti penghentian operasional kilang LNG. Penghentian operasional kilang LNG dilakukan dengan mengikuti prosedur untuk menjamin keamanan yang tinggi diantaranya untuk menghindari bahaya semburan liar, kebakaran dan kecelakaan kerja. Laporan peninggalan Kilang LNG serta fasilitas lain disampaikan ke Ditjen MIGAS.

2. Pembongkaran dan Demobilisasi Peralatan Kilang dan Pelabuhan Khusus

Pada saat selesainya masa operasi kilang LNG (diperkirakan sekurang-kurangnya 20 tahun), peralatan dan fasilitas yang telah dipasang akan dibongkar dan dipindahkan ke tempat yang telah ditentukan. Laporan tentang peninggalan lokasi bekas kilang LNG dan fasilitas lainnya disampaikan kepada Ditjen Migas.

3. Revegetasi

Lahan bekas lokasi kilang LNG dan fasilitas lainnya yang telah dibongkar, dibersihkan dan kemudian dilakukan revegetasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Revegetasi dilakukan dengan menanam berbagai vegetasi lokal yang mudah tumbuh.

(26)

4. Penglepasan Tenaga Kerja

Pada akhir operasi kilang LNG dan fasilitas lainnya, tenaga kerja dilepaskan secara berangsur-angsur sampai dengan berakhirnya kontrak kerja di unit kerja masing-masing. Pelaksanaan penglepasan tenaga kerja sesuai dengan peraturan ketenagakerjaan yang berlaku.

Adapun ringkasan hasil telaahan kaitan antara komponen rencana kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak terhadap komponen lingkungan hidup disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2.4. Ringkasan Kaitan Komponen Rencana Kegiatan “Bagian Hilir” dengan Dampak Lingkungan yang Mungkin Timbul

No Komponen kegiatan yang

menimbulkan dampak Lokasi Komponen Kegiatan Jenis dampak potensial yang Ditimbulkan A. Tahap Prakonstruksi

a. Pembebasan lahan dan tanam

tumbuh Areal untuk tapak lokasi kilangLNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnya

Perubahan pola kepemilikan lahan penduduk, gangguan proses sosial, perubahan fungsi lahan, perubahan sikap dan persepsi masyarakat 2. Penerimaan tenaga kerja Khususnya Kecamatan Batui,

Kintom dan Kabupaten Banggai umumnya

peningkatan pendapatan masyarakat, proses sosial, perubahan sikap dan persepsi, terbuka kesempatan berusaha

B. Tahap Konstruksi

1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan tenaga kerja

Jalan raya dari dan ke pelabuhan bongkar muat material menuju areal kilang LNG dan Pelabuhan Khusus

Kebisingan, getaran, peningkatan kadar debu, mempengaruhi transportasi darat: kelancaran dan keselamatan lalulintas, menimbulkan kerusakan jalan raya, meningkatkan resiko kecelakaan lalulintas, perubahan sikap dan persepsi masyarakat

2. Pembukaan dan pematangan

lahan Sekitar areal lokasi pembangunankilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnya

Perubahan iklim mikro, peningkatan debit aliran air permukaan, peningkatan erosi, kebisingan, peningkatan kadar debu, penurunan kualitas sanitasi lingkungan, pengurangan penutupan lahan oleh vegetasi, penurunan flora dan satwa liar, perubahan sikap dan persepsi masyarakat, terbukanya kesempatan berusaha, penurunan kualitas air laut, penurunan komunitas biota air laut.

3. Konstruksi kompleks Kilang LNG dan Pelabuhan Khusus

Area lokasi Kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnya :

Alternatif-1 : Desa Uso, Batui Alternatif-2 : Desa Padang, Kintom

Penurunan kualitas udara, peningkatan kadar debu, kebisingan, meningkatkan erosi, peningkatan pendapatan masyarakat, munculnya pelapisan sosial, perubahan sikap dan persepsi masyarakat, terbukanya peluang berusaha, penurunan kualitas air laut, penurunan biota air laut, penurunan kualitas sanitasi lingkungan dan tingkat kesehatan masyarakat

4. Penglepasan tenaga kerja Khususnya Kecamatan Batui, Kintom dan Kabupaten Banggai umumnya

Peningkatan pengangguran, penurunan pendapatan masyarakat, penurunan kesempatan berusaha, perubahan sikap dan persepsi masyarakat

(27)

Tabel 2.4. Lanjutan

No Komponen kegiatan yangmenimbulkan dampak Lokasi Komponen Kegiatan Jenis dampak potensial yang Ditimbulkan C. Tahap Operasi

1. Penerimaan tenaga kerja Khususnya Kecamatan Batui, Kintom dan Kabupaten Banggai umumnya

Peningkatan pendapatan masyarakat, gangguan proses sosial, perubahan sikap dan persepsi, terbukanya kesempatan berusaha

2. Operasional Kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukung

Sekitar lokasi Kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnya

Perubahan iklim mikro, penurunan kualitas air permukaan, penurunan kualitas udara, kebisingan, gangguan keselamatan pelayaran, penurunan sanitasi lingkungan, pendapatan masyarakat, terbukanya lesempatan berusaha, gangguan kesehatan masyarakat, proses sosial, pelapisan sosial, perubahan sikap dan persepsi masyarakat, penurunan kualitas air laut, penurunan biota air laut

3. Pemeliharaan fasilitas produksi Area lokasi kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnya

Penurunan kualitas air permukaan, penurunan kualitas air luat, penurunan biota air tawar dan air laut, peningkatan pendapatan masyarakat

D. Tahap Pasca Operasi

1. Penghentian operasi Kilang LNG

Lokasi Kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukung

Penurunan kebisingan, peningkatan kualitas udara, peningkatan kualitas air permukaan, peningkatan kualitas air laut, penurunan gangguan keselamatan pelayaran, perubahan sikap dan persepsi masyarakat

2. Pembongkaran dan demo-bilisasi peralatan (kilang LNG dan Pelabuhan Khusus)

Di tapak Kilang LNG, Pelabuhan

Khusus dan fasilitas pendukung Gangguankelancaran dan keselamatan lalulintas jalan rayapada transportasi darat yaitu: dan peningkatan resiko kerusakan jalan raya, perubahan sikap dan persepsi masyarakat, penurunan kualitas sanitasi lingkungan

3. Revegetasi Di tapak Kilang LNG serta Pelabuhan Khusus dan sekitarnya di Butui.

Peningkatan penutupan lahan oleh vegetasi, peningkatan populasi satwa liar

3. Penglepasan tenaga kerja Khususnya Kecamatan Batui, Kintom dan Kabupaten Banggai umumnya

Peningkatan pengangguran, penurunan pendapatan masyarakat, penurunan kesempatan berusaha, perubahan sikap dan persepsi masyarakat

(28)

2.4. ALTERNATIF-ALTERNATIF YANG DIKAJI DALAM ANDAL A. Alternatif JalurTrunklineDari BS-GPF Donggi ke LNG Plant

1. Jalur alternatif–1 yaitu pemasangan pipa trunkline dari BS-GPF Donggi melintasi SM Bakiriang berdampingan jalan provinsi, penggelaran pipa ditanam sedalam 2 meter kemudian ditimbun kembali.

2. Jalur alternatif–2 yaitu pemasangan pipa melintasi SM Bakiriang dilakukan dengan sistem pemboran horizontal atau Horizontal Directional Drilling (HDD). Pipa dimasukkan ke dalam tanah dengan dibor secara horizontal sebelum masuk SM Bakiriang. Oleh karena lahan SM Bakiriang yang akan dilalui sepanjang 3 km maka di setiap jarak ± 1 km akan ada lahan yang dipakai untuk penyambungan dan pemboran. Diperlukan lahan ± 2 ha untuk area kerja drilling pada segmen berikutnya dan penyambungan pipa.

3. Jalur alternatif–3 yaitu pemasangan trunkline dari BS-GPF Donggi akan dilakukan melalui pantai SM Bakiriang sepanjang sekitar 4 km. Ditinjau dari sisi tingkat kesulitan teknis pemasangan dan biaya perawatan, jalur alternatif–3 relatif lebih mahal. Pada jalur alternatif-3 ini, tipe ekosistem pesisir adalah ekosistem mangrove, dan daerah pantai ini juga digunakan oleh burung Maleo untuk bertelur. Di samping itu terdapat terumbu karang di sekitar lokasi jalur alternatif-3.

Upaya ini dimaksudkan untuk meminimalkan dampak yang akan timbul di kawasan SM Bakiriang. Selain itu juga sebagai antisipasi terhadap SK Men.Hut No. 641/Kpts/ II/1997 tentangPerubahan Pasal 8 dan 18 SK Menhut No. 41/ Kpts/II/1996 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan yang menyatakanbahwa dengan alasan apapun bagi lahan Suaka Margasatwa (SM) tidak dapat digunakan untuk kegiatan lain di lokasi tersebut, meskipun realitanya kondisi hutan di SM Bakiriang sekarang ini sudah banyak perambah liar.

B. Alternatif lokasi LNG Plant dan Pelabuhan Khusus

Terdapat dua kemungkinan lokasi LNG Plant dan Pelabuhan Khusus yaitu di Desa Uso (Kecamatan Batui) dan Desa Padang (Kecamatan Kintom). Oleh karena itu dalam kajian AMDAL ini dua rencana lokasi tersebut akan menjadi kajian alternatif.

2.5. KETERKAITAN RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN DENGAN KEGIATAN LAIN SEKITARNYA

Areal rencana kegiatan secara administratif termasuk dalam 4 (empat) wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Toili Barat, Toili, Batui dan Kintom. Beberapa kegiatan lain yang telah ada di sekitar rencana lokasi proyek yang berpotensi menimbulkan dampak pada rencana kegiatan proyek atau sebaliknya, rencana kegiatan Pengembangan Gas Matindok berpotensi menimbulkan dampak pada kegiatan lain yang telah ada yang relevan adalah sebagai berikut.

(29)

a. Pertambangan

Eksplorasi Migas

JOB Pertamina–Medco E&P Tomori Sulawesi di Senoro dan sekitarnya telah melakukan kegiatan eksplorasi migas, telah melakukan pemboran beberapa sumur. Oleh karena lokasi kegiatannya berhimpitan, jenis kegiatannya sejenis dan pengelolannya dilakukan juga oleh Pertamina, maka pemrakarsa akan melakukan koordinasi dan kerja sama saling mengun-tungkan antara JOB Medco E&P Tomori Sulawesi dengan Pertamina-PPGM dalam melaksanakan kegiatan migas di wilayah tersebut. Kegiatan ini potensial menyebabkan turunnya kualitas udara, meningkatkan kebisingan, turunnya kualitas air permukaan, berkurangnya keanekaragaman flora-fauna, namun pada sisi yang lain, kegiatan ini berperan positif dalam meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar melalui berbagai kegiatan yang dapat diraih oleh penduduk lokal. Kedua kegiatan ini akan dapat memberikan kumulatif dampak yang lebih besar terhadap kondisi lingkungan disekitarnya.

Eksplorasi Nikel

Kegiatan pertambangan lain di sekitar lokasi kegiatan PPGM adalah nikel yang sejak 2 tahun lalu hingga saat ini masih dalam tahap eksplorasi. Lokasi pertambangan nikel tersebar di 10 namun diantara lokasi-lokasi tersebut yang masuk dalam lingkup wilayah studi adalah pertambangan nikel di Desa Batui, Tirtakencana dan Kamiwangi. Kegiatan ini potensial menimbulkan dampak negatif yaitu terjadinya erosi, sedimentasi, turunnya kualitas air permukaan dan berkurangnya keanekaragaman flora-fauna. Dampak positif yang akan muncul adalah terbukanya kesempatan kerja, kesempatan berusaha dan adanya kenaikan pendapatan masyarakat yang nantinya bersama-sama PPGM diharapkan secara signifikan akan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya.

b. Perkebunan

Areal kerja perkebunan yang sebagian tanahnya akan terkena rencana pengembangan Lapangan Gas Matindok, termasuk jaringan pipa transmisi merupakan lahan perkebunan kelapa sawit yang dikelola oleh unit pengolahan milik PT Kirana Luwuk Sejati. Kegiatan perkebunan ini telah berdampak terhadap terjadinya perubahan penggunaan/pemanfaatan lahan yang sebelumnya merupakan kawasan hutan. Dampak yang lain adalah berkurangnya keanekaragaman flora-fauna, peningkatan erosi, disamping adanya peningkatan pendapatan masyarakat yang terlibat didalamnya. Dengan adanya kegiatan Pengembangan Gas Matindok, bila tidak ada upaya pengelolaan yang baik, kondisi lingkungan di sekitar kawasan perkebunan dapat semakin turun kualitasnya.

c. Pertanian

Kegiatan pertanian di sekitar lokasi Pengembangan Gas Matindok, khususnya lokasi sumur-sumur pengembangan adalah areal padi sawah yang diusahakan sangat intensif yaitu 3 kali

(30)

setahun. Daerah ini merupakan kawasan lumbung padi untuk Kabupaten Banggai dengan tingkat pendapatan/kesejahteraan masyarakat cukup baik. Namun selain itu terdapat beberapa dampak negatif dari kegiatan pertanian ini, antara lain cenderung meningkatnya penggunaan berbagai bahan agrokimia seperti pupuk dan pestisida yang pada akhirnya dapat berdampak negatif terhadap manusia dan lingkungan di sekitarnya. Oleh karena itu berbagai upaya penyadaran perlu dilakukan agar penggunaan bahan agrokimia tidak terus meningkat.

Kegiatan pemasangan jalur pipa gas yang memotong sistem irigasi persawahan baik teknis maupun non teknis di wilayah Kecamatan Toili Barat, Toili dan Batui berpotensi akan menimbulkan dampak negatif berupa perubahan sikap dan persepsi masyarakat terhadap Pertamina-PPGM.

d. Tambak udang

Di kawasan Kecamatan Batui terdapat usaha budidaya tambak udang yang cukup intensif. Kegiatan ini berperan dalam memberikan kontribusi penurunan kualitas air dan lahan di sekitarnya sebagai akibat digunakannya berbagai pakan udang dan beraneka macam zat pengatur tumbuh untuk merangsang perkembangan udang secara intensif.

Dengan adanya kegiatan Pengembangan Gas Matindok yang diantaranya potensial menurunkan kualitas air, dikhawatirkan kegiatan budidaya tambak udang ini akan dapat terkena dampaknya mengingat udang sangat peka terhadap perubahan kondisi lingkungan di sekitarnya. Oleh sebab itu perlu adanya upaya pengelolaan sebaik-baiknya agar kegiatan pengembangan gas ini seminimal mungkin berdampak terhadap lingkungan disekitarnya.

e. Suaka Margasatwa Bakiriang

Jalur pipa akan melewati kawasan Suaka Margasatwa Bakiriang (SMB). Walaupun kondisi di kawasan Suaka sudah diusahakan oleh penduduk untuk bercocok tanam bahkan telah dijadikan perkebunan kelapa sawit, namun secara de jure kawasan tersebut masih merupakan kawasan konservasi, maka Pertamina-PPGM perlu mengkoordinasikan pemanfaatan sebagian lahan SMB dengan Menteri Kehutanan dan Perkebunan di tingkat pusat.

Kegiatan Pengembangan Lapangan Gas Matindok sekecil apapun akan dapat berdampak negatif terhadap semakin turunnya keanekaragaman flora dan fauna didalamnya.

(31)
(32)

Bab-

3

R

ONA

L

INGKUNGAN

H

IDUP

3.1. GEOFISIK KIMIA 3.1.1. Iklim

Menurut klasifikasi ikllim Schmidt dan Ferguson, daerah Banggai bertipe iklim B, dengan nisbah rata-rata jumlah bulan kering dan rata-rata jumlah bulan basah (Q) adalah 5, atau termasuk wilayah cukup basah. Data curah hujan stasiun meterologi bandar Udara Bubung Luwuk menunjukkan bahwa musim hujan berlangsung dari bulan Maret sampai Juli dengan jumlah curah hujan berkisar dari 115 mm pada bulan Mei sampai 169 pada bulan Juli. Musim kemarau berlangsung dari bulan Agustus sampai Februari, dengan curah hujan berkisar dari 41 mm pada bulan Oktober sampai 85 mm pada bulan Desember. Hujan rata-rata tahunan daerah penelitian adalah sebesar 1856,6 mm/tahun.

3.1.2. Kualitas Udara dan Kebisingan a. Kualitas udara

Untuk dapat mengetahui kualitas udara di wilayah studi diperlukan penelitian tentang Kandungan SO2, CO, NO2, Oksidan (O3), debu TSP dan PM10, relatif baik karena kadarnya

jauh di bawah baku mutu yang ditetapkan.

b. Kebisingan

Lokasi pengukuran kebisingan dilakukan pada jarak 25 meter dari permukiman terdekat. Kondisi kebisingan di wilayah studi relatif baik (skala 4) dan sangat baik (skala 5).

(33)

3.1.3. Fisiografi dan Geologi

Fisiografi daerah penelitian merupakan daerah dataran pantai yang memanjang dari Batui di barat daya sampai dengan Kanohan di timur laut, dengan lebar dataran pantai antara 100 meter sampai dengan 1000 meter, terutama pada Tanjung Maoloh dan Tanjung Mondono, dan dengan Selat Peleng di timur serta daerah perbukitan yang sejajar dengan garis pantai di barat dengan ketinggian antara 50 – 450 meter. Kelerengan daerah ini berkisar antara 5o di daerah datar sampai dengan 40o di daerah perbukitan.

Stratigrafi daerah penelitian, terdiri atas (dari yang berumur tua ke yang berumur muda): Formasi Nambo (Jnm), Formasi Salodik (Tems), Formasi Poh (Tomp), Formasi Bongka (Tmpb), Formasi Kintom (Tmpk), Satuan Terumbu Koral (Ql), dan Satuan Aluvium (Qa).

Struktur geologi daerah penelitian ditandai dengan pengangkatan akibat tumbukan antara Pulau Sulawesi dengan kontinen mikro Banggai-Sula dari sebelah timur. Struktur geologi yang berada di lengan timur Pulau Sulawesi terutama sesar naik, sesar dan perlipatan yang sejajar dengan arah pantai di samping terdapat beberapa sesar geser yang menyilang terhadap garis pantai. Secara garis besar, sesar-sesar ataupun perlipatan tersebut akan tampak jelas pada Formasi Bongka atau formasi-formasi yang lebih tua tetapi tidak begitu tampak pada Satuan Terumbu Koral ataupun Satuan Aluvium yang berumur Kuarter.

Kegempaan dan KemungkinanTsunami

Seperti di wilayah Indonesia yang lain dan dari peta kegempaan (seismicity) sejak tahun 1900, wilayah Sulawesi terdapat jalur kegempaan yang cukup padat terutama di sepanjang jalur sesar Palu-Koro, sesar Matano, tetapi boleh dikatakan tidak terdapat pada daerah Batui ke timur laut. Mungkin di daerah tersebut pernah terjadi gempabumi dengan magnitudo < 5 skala Richter mengingat di daerah tersebut dijumpai sesar-sesar minor.

Tsunami bisa terjadi jika terdapat gempabumi dangkal (pada kedalaman antara 0-33 km) di dasar laut dengan magnitudo > 6,5 skala Richter dan mekanisme fokalnya menunjukkan telah terjadi sesar naik ataupun turun. Jika sudut kemiringan sesar naik ataupun turun kecil, maka kemungkinan tsunami terjadi juga semakin kecil, karena efek perubahan volume air laut juga semakin kecil. Mengingat gempabumi yang terjadi bermagnitudo < 5 skala Richter, maka kemungkinan terjaditsunami kecil, walaupun daerah tersebut termasuk daerah rawan tsunami (Badan Geologi, 2007).

3.1.4. Hidrologi

Pada wilayah studi terdapat beberapa sungai besar yang mengalir sepanjang tahun berurutan dari barat daya ke timur laut yaitu S. Toili, S. Sinorang, S. Kayowa/Matindok, S. Bakung, S. Batui, S. Omolu, S. Tangkiang dan S. Kintom.

(34)

Sedikit dijumpai rawa permanen kecuali rawa belakang (back swamp) di Suaka Margasatwa Bakiriang. Sistem drainase dan jaringan irigasi persawahan di Kecamatan batui dan Toili teratur dan tertata dengan baik, bahkan jaringan atau saluran-saluran irigai tersier dibangun sesuai dengan aturan irigasi teknis dan setengah teknis.

1. Kualitas Air

a. Kualitas airtanah

Kualitas airtanah (air sumur) yang dipakai penduduk di sekitar lokasi rencana kegiatan kualitasnya baik yang ditandai dengan tidak adanya parameter kualitas air yang melebihi ambang batas baku mutu yang disyaratkan.

b. Kualitas air laut

Kualtias air laut di beberapa lokasi sekitar rencana kegiatan mempunyai kualitas yang relatif baik, namun beberapa parameter melebihi ambang batas baku mutu yaitu sulfide, cadmium, tembaga dan timbal.

c. Kualitas air sungai

Kualitas air sungai di sekitar rencana kegiatan relatif masih baik, hanya parameter minyak dan lemak yang kadarnya melebihi baku mutu.

2. Kuantitas Air

a. Kuantitas/debit air sungai

Sifat semua aliran sungai tersebut tersebut adalah permanent dengan debit harian yang tinggi.

b. Debit aliran permukaan

Debit aliran air permukaan di wilayah studi adalah 22,8134 m3/detik. c. Kuantitas air tanah

Keberadaan air tanah suatu daerah sangat dipengaruhi oleh curah hujan dan karakteristik formasi geologi daerah yang bersangkutan. Daerah penelitian tersusun dari beberapa formasi batuan, yaitu: Formasi Batuan Volkanik Tua, Volkanik Recent, Batu Gamping dan Sedimen Napal. Formasi-formasi tersebut mempunyai kemampuan untuk imbuh air tanah dari hujan yang terjadi dengan kecepatan yang berbeda. Potensi air tanah dalam tahunan adalah sebesar 387 x 106m3/tahun atau 1,06 x 106/hari. 3.1.5. Kondisi Hidro-Oseanografi

a. Bathimetri

Kedalaman perairan di sekitar lokasi rencana kegiatan adalah 20 m dicapai pada jarak kurang lebih 50 m hingga 100 m dari garis pantai. Jarak 100 m dari garis pantai kedalaman laut relatif curam dengan kedalaman mencapai 100 m. Topografi garis pantai sepanjang lokasi studi secara umum landai.

Gambar

Tabel 2.4. Lanjutan No Komponen kegiatan yang
Tabel 4.1. Ringkasan Jenis-jenis Dampak Hipotetis Rencana Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok Di Bagian Hulu
Gambar 4.3. Kerangka Proses Pelingkupan Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok Bagian Hilir di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah
Tabel 4.2. Ringkasan Jenis-jenis Dampak Hipotetis Rencana Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok Di Bagian Hilir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Uraian Unit : Meliputi pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan serta sikap dalam menentukan jenis kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak dari rencana usaha

Pada saat Peraturan Badan ini mulai berlaku, Peraturan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi Nomor 5 Tahun 2016 tentang Harga Jual Gas Bumi melalui Pipa

Peraturan Pemerintah ini mengatur mengenai Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, yang antara lain meliputi pengaturan mengenai penyelenggaraan Kegiatan Usaha Hulu termasuk

Uraian Unit : Meliputi pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan serta sikap dalam menentukan jenis kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak dari rencana usaha

Uraian Unit : Meliputi pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan serta sikap dalam menentukan jenis kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak dari rencana usaha

Arti keberadaan suatu usaha atau proyek akan mempengaruhi kegiatan-kegiatan yang berada di sekitar rencana lokasi, baik dampak rencana kegiatan-kegiatan yang berada

Perlakuan Akuntansi terhadap Jenis Beban dan Harga Perolehan ATP Kegiatan pengolahan meliputi semua kegiatan dalam rangka proses pengolahan minyak mentah dan gas bumi menjadi

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi Nomor 22/P/BPH MIGAS/VII/2011 tentang Penetapan Harga Gas Bumi Untuk Rumah Tangga dan