• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PARAMETER PERFORMANSI TRAFIK MULTIBAND CELL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III PARAMETER PERFORMANSI TRAFIK MULTIBAND CELL"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

3.1. Sistem MBC

Setelah band frekuensi BCCH telah diidentifikasi, perlu untuk memilih apakah ini harus di subcell UL atau subcell OL. BCCH dapat ditempatkan di subcell OL. Jika begitu, karena terus menerus cakupan yang diperlukan untuk frekuensi BCCH, yang OL / UL struktur subcell tidak perlu memiliki salah satu dari pathloss di waktu kriteria sebelumnya diterapkan. Ketika sebuah MS bergerak keluar dari daerah cakupan subcell OL, itu akan diserahkan ke sel lain. Namun, jika ada kebutuhan untuk menggunakan kembali frekuensi yang lebih ketat untuk band frekuensi BCCH, lalu lintas bicara bisa dibatasi ke suatu daerah yang lebih kecil dari cakupan sel. BCCH dikonfigurasi di OL, Jika tidak, akan diizinkan hanya di UL subcell oleh administrasi channel dan dalam waktu yang sama hanya di band frekuensi BCCH (OL) oleh multiband cell. Salah satu contoh MBC yang telah diaplikasikan adalah di site 1412 Pluit.

Pada site 1412 Pluit, aplikasi MBC melibatkan RBS 2206-UL sebagai MASTER dan RBS 2216-OL sebagai SLAVE-1

Setting RBS 2206 - MASTER

Pergunakan OMT untuk akses ke IDB via DXU Start Software OMT, kemudian Connect

Menu Configuration, pilih Read IDB. Tunggu sampai IDB RBS muncul Menu Configuration, pilih Display kemudian Information

(2)

Pada window Display Information,pilih RBS kemudian Run.Tutup window Transmitter Chain Delay digunakan untuk perhitungan nilai TF Compensation untuk SLAVE RBS

(3)

Gambar 3.2 Kotak Dialog Display RBS Info

Setting RBS 2216 – SLAVE

1. Setting dan Perhitungan Delay :

Pada menu RBS 2000, pilih Disconnect – Local Mode Status IDB bisa baru atau menggunakan yang eksisting Menu Configuration – Define – Delay

Pada window Define Delay, pilih ESB kemudian Run Pada window Define ESB Delay List, pilih Add

Pada window Define ESB Delay, masukkan TG Instance dimana nilainya adalah TG MASTER (RBS) dalam TG Cluster (default 0)

Note:

Nilai TG Instance menggunakan nilai TG Master sebagaimana yang sudah di-defined via BSC.

(4)

Pada window Define ESB Delay, masukkan nilai ESB Delay setelah TG instance untuk mengganti nilai default (automatically measured value) Pilih OK untuk konfirmasi

Pada window Define ESB Delay List , klik OK untuk set konfigurasi Tutup window Define Delay

(5)

Gambar 3.4 Kotak Dialog Define ESB Delay List

(6)

Gambar 3.6 Instalasi Kabel ESB

Perhitungan ESB termasuk : - Internal ESB

- Eksternal ESB

Dan di-Define hanya untuk Kabinet RBS SLAVE

Rumus yang digunakan sebgai berikut :

Total ESB delay = 4554 + (Sum of Internal and External ESB)

Jadi dari gambar diatas, untuk Perhitungan delay sebagai berikut :

SLAVE-1 Total ESB delay = 4554 + ( Sum of Master + Slave-1 ESB ) = 4554 + ( cable E + F + G )

(7)

Pilih Configuration – Define – TF Compensation. Window Define TF Compensation akan muncul

Pilih Master RBS sebagai penanda RBS yang digunakan – RBS2000 untuk seri 22x6

Masukan nilai Master Information Chain Delay (M) – dari data awal RBS MASTER

Masukkan nilai Master-Slave ESB Dleay – dari perhitungan ESB Klik Apply untuk konfirmasi

Nilai TF Compensation Recommendation akan muncul secara otomatis. Masukkan nilai yang dihasilkan ke boks NEW VALUE secara manual. Nilai TF Compensation Recommendation biasanya digunakan sebagai acuan.

Klik OK untuk konfirmasi.

Note :

Pilih Reset untuk mengembalikan ke nilai awal/default. Pilih Cancel jika membatalkan perubahan

(8)

Gambar 3.7 Tampilan OMT Kotak Dialog Define TF Compensation

3. Setting TF Holdover Mode

Pilih Configuration – Define – TF Holdover Mode. Window Define TF Holdover Mode akan muncul Pilih Intra Cell

(9)

Gambar 3.8 Tampilan OMT Kotak Dialog Define TF Holdover Mode

4. Installing IDB

DXU harus dalam kondisi Local Mode The DXU must be in Local mode to accept a new or modified IDB.

Pada menu RBS 2000, pilih Connect.

Pada menu Configuration, pilih Install IDB dan tunggu sampai proses selesai

KONFIRMASI KE BSC, SITE SUDAH SIAP DI-INTEGRASIKAN SEBAGAI MBC

3.2. Pengukuran Performansi Trafik

Pengukuran performansi trafik merupakan pengukuran terhadap kejadian – kejadian yang menjadi indikator performansi pada multiband cell (BSS) dalam hirarki sistem GSM. Data hasil pengukuran tersebut dikumpulkan oleh Base Station Controller (BSC).

(10)

Adapun yang menjadi parameter pengukur performansi trafik antara lain adalah sebagai berikut

- Answer Seizure Ratio ( ASR ) / TCH Success Ratio

- Pengukuran Tingkat Terputusnya Panggilan (Dropped Call Ratio) - Persentase Occupancy

- Handover

3.2.1 Answer Seizure Ratio ( ASR ) / TCH Success Ratio

Answer seizure ratio ( ASR ) / TCH Success Ratio adalah perbandingan antara panggilan berhasil dengan panggilan seluruhnya. ASR yang baik adalah ASR dengan yang tinggi.

ASR = Jumlah Call Success x 100 %...(3.1) Jumlah Call Attemp

Jumlah tolak ukur yang digunakan untuk ASR ( Answer Seizure Ratio ) adalah :

a. Jika ASR > 93 %, maka baik

b. Jika 90% ≤ ASR ≤ 93 %, maka normal

(11)

Pada kondisi normal, sebuah panggilan diakhiri oleh pengguna dengan menekan tombol ‘selesai’ (end key) pada telepon genggam, yang akan menghasilkan pesan clear request yang dikirimkan ke MSC. Dengan terkirimnya pesan clear request ke MSC, maka semua jalur transmisi untuk percakapan tersebut akan dikosongkan, dan penggunaan kanal radio antara MS dan BTS akan dibebaskan.

Apabila BSC mengirimkan clear request ke MSC pada saat terjadi hubungan antara MS dan BTS, dan hubungan tersebut terjadi pada Traffic Channel (TCH), maka BSC akan mencatat sebagai pertambahan jumlah kegagalan hubungan TCH (TCH dropped) pada sel. Namun apabila hubungan terjadi pada SDCCH, maka BSC akan mencatat sebagai pertambahan jumlah kegagalan hubungan SDCCH (SDCCH dropped) pada sel.

Untuk periode pengukuran tertentu, maka dapat dikalkulasi rasio kegagalan hubungan TCH sebagai berikut :

Drop Call Ratio = Drop Call x 100%

TCH success …….……..….(3.2)

Jumlah tolak ukur yang digunakan Drop Call Ratio adalah :

a. Jika Drop Call Ratio < 1% maka, kualitas hubungan baik

b. Jika 1% ≤ Drop Call Ratio ≤ 2% maka, kualitas hubungan normal c. Jika > 2 % maka, kualitas hubungan buruk

(12)

3.2.3 Persentase Occupancy

Setiap daerah memiliki tingkat kepadatan trafik yang berbeda – beda. Pada daeah perkotaan, biasanya memiliki tingkat kepadatan trafik yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lain. Jadi occupancy disini dapat diartikan sebagai kepadatan trafik. Pertambahan tingkat kepadatan trafik itu juga dapat mempengaruhi peningkatan occupancy pada jaringan tersebut. Peningkatan occupancy tersebut dapat dihitung melalui persamaan berikut :

% Occupancy = A(Erlang) x 100%...(3.3) N (Channel Equipment)

Dimana : % occupancy = Persentase kepadatan saluran Erlang = Intensitas trafik ( Erlang )

Channel equipment = Jumlah kanal yang tersedia ( kanal )

Jumlah tolak ukur yang digunakan OCC ( Occupancy ) adalah : a. Jika OCC > 70 % maka, beban trafik disirkit tinggi

b.Jika 30 % ≤ OCC ≤ 70 % maka, beban trafik pada sirkit dalam keadaan normal atau efisien

c. Jika < 30 % maka, beban trafik disirkit rendah

Jika tingkat occupancy meningkat setiap hari maka operator pengendali jaringan akan melakukan evaluasi terhadap kapasitas saluran dan dapat melakukan penambahan jumlah kanal pada jaringan sehingga akan memperkecil occupancy

(13)

Handover adalah proses pengalihan kanal trafik dari satu sel ke sel lainnya secara otomatis pada MS yang sedang digunakan untuk berkomunikasi (dedicated mode) tanpa terjadi pemutusan hubungan (drop call) .

Gambar 3.9 Konsep Dasar Handover

Dengan mengatur proses handover secara optimal dapat memberikan dampak yang besar bagi sistem selular. Hal ini karena apabila MS berkomunikasi dengan sel yang tidak tepat, maka MS akan mendapatkan kualitas hubungan yang buruk .

3.3. Proses Pengumpulan Hasil Pengukuran Performansi

Proses pengumpulan data sebagai hasil pengukuran performansi dijelaskan sebagai berikut : BTS BSC IOG-11 OSS 1 2 3 4

(14)

1. Setiap peristiwa pensinyalan dicatat oleh BSC

2. Hasil pencatatan tersebut dikirim setiap 15 menit ke IOG-11 3. IOG-11 merubahnya dalam bentuk laporan (report).

4. Report dikirim ke OSS, untuk kemudian terbentuk suatu system managemen laporan.

3.4. Performansi Jaringan Radio

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa kegunaan pengukuran performansi jaringan radio adalah untuk membuat laporan tentang kondisi jaringan secara umum. Ketika parameter – parameter performansi jaringan tersebut menunjukkan nilai yang kurang baik, maka tentunya diperlukan optimasi terhadap jaringan tersebut. Pengukuran serta perhitungan performansi jaringan ini juga bertujuan untuk mendapatkan nilai performansi sesuai dengan standart KPI (Key Performance Indicator) di PT. XL Axiata yang nantinya diharapkan mendapatkan nilai performansi normal jika dibandingkan yang sebelumnya memiliki nilai performansi yang kurang baik.

Tabel 3.1. berikut menampilkan standart KPI (Key Performance Indicator) di PT. XL Axiata serta indikator performansi jaringan beserta ketentuan nilai indikator performansi tersebut.

Tabel 3.1 Standart KPI (Key Performance Indicator)

Parameter

TCH Success Ratio( % )

Drop Call rate ( % ) Handover Success Rate ( % ) Occupancy ( % ) BAIK > 93.0 < 1.0 > 97.0 < 70.0 NORMAL 90.0 - 93.0 1.0 - 2.0 90.0 - 97.0 30.0 – 70.0 BURUK < 90.0 > 2.0 < 90.0 > 30.0

Gambar

Gambar 3.1  Tampilan OMT kotak dialog Display Information
Gambar 3.2  Kotak Dialog Display RBS Info
Gambar 3.3  Tampilan OMT Kotak Dialog Define Delay
Gambar 3.4  Kotak Dialog Define ESB Delay List
+6

Referensi

Dokumen terkait

(1) Hasil uji tipe emisi kendaraan bermotor tipe baru yang dilakukan oleh instansi yang bertanggung jawab di bidang lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

Dengan ini saya persembahkan skripsi ini untuk kedua orang tua saya, Muhammad Syarifuddin dan Aminah yang sudah berjuang membesarkan saya dari kecil hingga

Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya

Perangkat yang dikembangkan pada penelitian ini yaitu RPP, buku petunjuk guru, buku siswa, lembar aktivitas siswa (LAS) serta tes kemampuan pemecahan masalah dan

Kasus yang dapat dijadikan contoh adalah sekitar kawasan stasiun Depok Baru yang mulai tumbuh penggunaan lahan sebagai lahan perumahan, pertokoan, perkantoran dan

KELIMA : Masyarakat yang berdomisili/bertempat tinggal dan/atau melakukan aktivitas di wilayah Kabupaten Bogor wajib mematuhi ketentuan pelaksanaan pembatasan sosial

Pada proses perancangan data dianalisis menghasilkan sintesis gagasan awal tentang konteks objek pada Kampung Jogoyudan dengan menggunakan solusi Kampung Vertikal dengan

Dari penjabaran di atas, yang dimaksud dengan “Perencanaan Hotel Resort di Kawasan Wisata Pantai Menganti, Kebumendengan Penekanan Desain Green Arsitektur” adalah