• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1436H/2015 M

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1436H/2015 M"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Jurusan

Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

EKA SARI 105 190 1244 11

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1436H/2015 M

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

bawah ini, menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penulis/peneliti sendiri, jika kemudian hari terbukti bahwa iya merupakan duplikat, tiruan, plagiat dibuat atau dibantu secara langsung orang lain baik keseluruhan, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum. Makassar, 06 Juni 2015 Peneliti EKA SARI iii

(8)

Assalamu’ Alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan hidayah, inayah serta berkah-Nya atas selesainya skripsi ini.

Sholawat serta salam smoga Allah SWT, melimpahkan rahmatnya kepada Nabi Muhammad saw, keluarga, sahabat serta kita semua ummatnya sampai akhir zaman.

Dalam penyelesaian skripsi ini penulis telah banyak mendapatkan bantuan baik dari dukungan, motivasi, bimbingan, kritik, dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis banyak mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kepada kedua Orangtua-Ku yang tercinta, Bapak Kamaruddin dan Ibunda tercinta Rosmiar yang telah mengasuh dan memberikan dukungan baik moral maupun materil sejak kecil sampai sekarang 2. Bapak DR.H. Irwan Akib, M.Pd, Rektor Universitas Muhammadiyah

Makassar yang telah memberikan bantuan dalam pengembangan kemampuan dan keterampilan kepemimpinan kepada penulis. 3. Bapak Drs. H. Mawardi Pewangi, M. Pd.I, Dekan Fakultas Agama

Islam beserta seluruh staf yang telah mengembangkan Fakultas.

(9)

5. Ibu Amirah Mawardi, S.Ag.,M.Si, dosen pembimbing I dan Ibu Dra.Mustahidang Usman, M.Si, pembimbing II yang telah banyak mencurahkan perhatian dan bimbinganya dengan penuh kesabaran dan ketelatenan dalam penyelesaian penulisan dan penyusunan Skripsi ini.

6. Bapak / Ibu para dosen yang telah mentransfer ilmunya kepada penulis yang penuh manfaat dan berkah, semoga amal jariahnya selalu mengalir.

Penulis juga menyadari bahwa penulisan skripsi ini, masih ada kekurangan dan kesalahan baik dari segi penulisan, ejaan, bahan rujukan serta lainya. Untuk itu saran dan kritikan dari berbagai pihak penulis sangat harapkan demi perbaikan-perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya besar harapan penulis smoga skripsi ini dapat berguna bagi penulis sendiri serta dapat memberikan sumbangan pemikiran dan wawasan bagi semua pihak yang membaca. Amin.

Makassar, 06 Juni 2015 M

Peneliti

(10)

Usman, M.Si).

Skripsi ini merupakan hasil penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kompetensi kepribadian guru Pendidikan Agama Islam yang berada di SDN 193 Tettikenrarae Kecamatan Marioriwawo Kab.Soppeng, untuk mengetahui suasana pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang berada di SDN 193 Tettikenrarae Kecamatan Marioriwawo Kab.Soppeng, dan untuk mengetahui adanya pengaruh kompetensi kepribadian guru Pendididkan Agama Islam dalam menciptakan suasana pembelajaran yang efektif di SDN 193 Tettikenrarae Kecamatan Marioriwawo Kab.Soppeng.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survey dan merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa dan guru Pendidikan Agama Islam 1 orang. Adapun teknik yang digunakan adalah teknik penarikan sampel secara Purposive

Sampling yakni sampel diambil secara langsung yaitu kelas VI yang

berjumlah 24 siswa dan sampel pada guru dikhususkan kepada proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam sehingga langsung kepada guru yang mengajar Pendidikan Agama Islam. Selanjutnya data yang dikumpulkan di lapangan diolah dengan analisis deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi kepribadian guru Pendidikan Agama Islam di SDN 193 Tettikenrarae dikategorikan sebagai guru yang cukup berkompeten dibuktikan dengan hasil presentase dari hasil angket dan wawancara yang dibagikan mencapai 64,8 % kompetensi kepribadian yang dimiliki oleh guru PAI, sedangkan 34,2 % belum maksimal karena sarana dan prasarana belum memadai, sehingga menghasilkan suasana pembelajaran yang cukup efektif. Adapun pengaruh kompetensi kepribadian guru Pendidikan Agama Islam dalam menciptakan suasana pembelajaran yang efektif di SDN 193 Tettikenrarae adalah sangat berpengaruh, hal ini dikarenakan di dalam kompetensi kepribadian guru Pendidikan Agama Islam terdapat beberapa hal yang sangat mendorong terciptanya suasana pembelajaran yang efektif, terutama sikap dan perilaku guru tersebut.

(11)

viii

PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI...iii

PENGESAHAN SKRIPSI ...iv

PRAKATA………...v

ABSTRAK………...……….vii

DAFTAR ISI...viii

DAFTAR TABEL………..x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………..1

B. Rumusan Masalah………3

C. Tujuan Penelitian………..4

D. Manfaat Penelitian………5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian kompetensi guru Pendidikan Agama Islam…………...6

1. Pengertian kompetensi………...6

2. Jenis-jenis kompetensi guru………...7

3. Kompetensi kepribadian guru………..……….11

4. Pendidikan Agama Islam………...22

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam………..22

b. Dasar Pendidikan Agama Islam………...23

c. Tujuan Pendidikan Agama Islam di SD/MI………….……...24

d. Prinsip-prinsip pembelajaran PAI……….……...27

B. Pembelajaran yang efektif...28

1. Pengertian pembelajaran... 28

(12)

ix

B. Lokasi dan Objek Penelitian………37

C. Variabel Penelitian………38

D. Definisi Operasional Variabel...38

E. Populasi dan Sampel……….. 39

F. Instrumen Penelitian……….………42

G. Teknik Pengumpulan Data………. 44

H. Teknik Analisis Data……… 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Gambaran Umum SDN 193 Tettikenrarae Kec.Marioriwawo Kab.Soppeng……….46

B. Kompetensi Kepribadian Guru PAI di SDN 193 Tettikenrarae Kec.Marioriwawo Kab.Soppeng....……… 52

C. Suasana pembelajaran PAI di SDN 193 Tettikenrarae Kec.Marioriwawo Kab.Soppeng…..……….. 59

D. Pengaruh Kompetensi Kepribadian Guru PAI dalam menciptakan suasana pembelajaran yang efektif di SDN 193 Tettikenrarae Kec.Marioriwawo Kab.Soppeng……….63 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan…………...……….………69 B. Saran………...……….…………..70 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

(13)

Tabel 2 : Keadaan Sampel………...42 Tabel 3 : Data Masa Jabatan Kepala Sekolah...46 Tabel 4 : Keadaan Guru SDN 193 Tettikenrarae Kec.Marioriwawo

Kab.Soppeng………...48 Tabel 5 : Keadaan Siswa SDN 193 Tettikenrarae Kec.Marioriwawo

Kab.Soppeng………..…………....51 Tabel 6 : Keadaan Sarana dan Prasarana SDN 193 Tettikenrarae

Kec.Marioriwawo Kab.Soppeng……….………...52 Tabel 7 : Daftar Distribusi Frekuensi Tanggapan Responden

tentang Guru PAI Memberikan Motivasi pada Siswa.……….54 Tabel 8 : Daftar Distrbusi Frekuensi Tanggapan Responden

tentang Guru PAI tepat waktu dalam mengajar……….…...55 Tabel 9 : Daftar Distribusi Frekuensi Tanggapan Responden

terhadap Guru PAI Suka Tersenyum pada Siswa…………...56 Tabel 10 : Daftar Distribusi Frekuensi Tanggapan Responden

tentang Guru PAI Berpakaian Indah dan Rapi……….…57 Tabel 11 : Daftar Distribusi Frekuensi Tanggapan Responden

tentang Memahami apa yang diajarkan oleh Guru PAI….…58 Tabel 12 : Daftar Distribusi Frekuensi Tanggapan Responden

tentang Guru PAI yang Sering Menyapa Siswa...61 Tabel 13 : Daftar Distribusi Frekuensi Tanggapan Responden tentang siswa

yang senang pada pelajaran PAI………...…62

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kompetensi pada dasarnya merupakan deskripsi tentang apa yang dapat dilakukan seseorang dalam bekerja, serta apa wujud dari pekerjaan tersebut yang dapat dilihat. Untuk dapat melakukan suatu pekerjaan, seseorang harus memilki kemampuan dalam bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan yang relevan dengan bidang pekerjaannya.

Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

Kompetensi kepribadian merupakan satu diantara empat macam kompetensi yang harus dimiliki seorang guru dalam menjalankan tugas sebagai pendidik profesional. Hal ini sesuai dengan amanat Undang-undang RI nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Peraturan Pemerintah RI nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Peraturan Pemerintah RI nomor 74 tahun 2008 tentang Guru.

Seorang Guru harus memiliki profesi tertentu untuk selalu mencintai dan menghargai tugas dan bertanggung jawab atas profesinya, sebagai Guru profesional, ia harus memiliki kepribadian dan budi pekertiyang mulia, sehingga ia dapat mendorong para siswa untuk jadi panutan bagi siswa.

(15)

Sebagai seorang pendidik, khususnya Guru Pendidikan Agama Islam, tidak hanya dituntut untuk mampu menekankan akhlak yang baik terhadap siswa,namun Guru juga harus memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan teknik mengajar dan menguasai bahan. Guru sebagai pendidik dituntut penekanan yang menyangkut pengembangan kepribadian dan pembentukan nilai-nilai pada siswa. Hal ini terutama terletak pada aspek sebagai pembimbing, pada saat Guru memberikan bantuan terhadap permasalahan yang dihadapi siswa.

Untuk menunaikan tugas dengan baik, Guru harus bertindak sebagai tenaga pengajar yang efektif.Sehingga Guru harus memiliki kompetensi kepribadian.Penguasaan atas bahan dan cara-cara mengajar.Ini karena pekerjaan Guru bukan hanya mengajar, tetapi juga mendidik dalam upaya mengembangkan seluruh aspek kepribadian anak didik.

Dalam rangka mewujudkan amanat tersebut, banyak sekali upaya yang telah dilakukan pemerintah, baik melalui pelatihan, workshop, maupun pemberdayaan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP). Namun demikian, berbagai upaya tersebut kurang dapat menyentuh terhadap peningkatan kompetensi kepribadian Guru, hal ini dapat dibuktikan dengan masih maraknya tindak kriminal yang dilakukan oleh beberapa oknum Guru di Indonesia, seperti tindakan asusila yang dilakukan Guru terhadap siswa.

Dengan demikian, keseluruhan Guru di Indonesia belum sepenuhnya memiliki kompetensi yang dipersyaratkan, terutama kompetensi

(16)

kepribadian, dengan kata lain terjadi kesenjangan antara harapan dengan kenyataan. Sementara itu, dalam kegiatan pembelajaran yang penting adalah bagaimana menciptakan kondisi atau suatu proses yang mengarahkan siswa melakukan aktivitas belajar. Dengan demikian, Guru memiliki peranan penting dalam menciptakan suasana pembelajaran yang efektif, karena pada dasarnya tampilan kepribadian Guru akan lebih banyak mempengaruhi minat dan antusiasme anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul“Pengaruh Kompetensi Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam dalam menciptakan suasana pembelajaran yang efektif di SDN 193Tettikenrarae Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng ”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan problem pokok yang disebutkan dalam judul ini yakni Pengaruh Kompetensi Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam dalam menciptakan suasana pembelajaran yang efektif di SDN 193Tettikenrarae, maka penulis mengangkat permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana kompetensi kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam di SDN 193Tettikenrarae Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng ?

(17)

2. Bagaimana suasana pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN 193 Tettikenrarae Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng ?

3. Bagaimana pengaruh kompetensi kepribadianGuru Pendidikan Agama Islam dalam menciptakan suasana pembelajaran yang efektif di SDN 193 Tettikenrarae Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penulis dapat menyimpulkan tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kompetensi kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam yang berada di SDN 193 Tettikenrarae Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng.

2. Untuk mengetahui suasana pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang berada di SDN 193 Tettikenrarae Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng.

3. Untuk mengetahui adanya pengaruh kompetensi kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam dalam menciptakansuasana pembelajaran yang efektif di SDN 193Tettikenrarae Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng.

(18)

D. Manfaat/ Kegunaan Penelitian

Manfaat/kegunaan penelitian dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bentuk pengembangan dan memperluas cakrawala berpikir ilmiah bagi penulis dalam penelitian untuk menyusun karyailmiah dalam bentuk skripsi.

2. Dapat dijadikan sebagai bahan referensi buat peneliti selanjutnya yang ingin dan bermaksud mengadakan penelitian yang sesuai dengan judul proposal penelitian ini untuk dijadikan sebagai bahan perbandingan.

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kompetensi Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian kompetensi

Kompetensi merupakan deskripsi tentang apa yang dapat dilakukan seseorang dalam bekerja, serta apa wujud dari pekerjaan tersebut yang dapat terlihat. Untuk dapat melakukan suatu pekerjaan, seseorang harus memiliki kemampuan dalam bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan yang relevan dengan bidang pekerjaannya.

Menurut McLeod (1990), dalam buku Suyanto (2013: 1). Kompetensi juga diartikan sebagai kemampuan atau kecakapan.

Kompetensi sebagai perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Kompetensi guru sendiri merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban secara bertanggung jawab dan layak di mata pemangku kepentingan.

Sesuai dengan UUGuru dan Dosen No. 14 tahun 2005 Bab I Pasal1 ayat 10 tentang Kompetensi (2008:3).

Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayatidan dikuasai oleh guru atau dosen dengan melaksanakan tugas keprofesionalan.

Kompetensi adalah suatu tugas yang memadai atau memiliki pengetahuan keterampilan dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan seseorang.Kompetensi Guru adalah suatu kemampuan wewenang yang

(20)

tidak dapat dipisahkan dari perilaku pendidikan sehingga dituntut kompetensi seorang guru.

Kompetensi merupakan suatu keahlian yg bersifat profesional dan memerlukan beberapa bidang ilmu yang sengaja dipelajari dan mengembangkan profesional tersebut.

Seorang Guru dikatakan berkompetensi di bidang tertentu apabila menguasai kecakapan kerja atau mempunyai keahlian yang selaras dengan tuntunan kerja yg bersangkutan.Kompetensi Guru di Indonesia telah di kembangkan oleh proyek pembinaan Guru (P3G) Departemen Pendidikan Nasional dengan sepuluh jenis kompetensi.

Dari beberapa pengertian kompetensi di atas, dapat dipahami bahwa kompetensi Guru merupakan suatu kemampuan, wewenang yang tidak bisa di pisahkan dari perilaku pendidikan, sehingga dituntut kompetensi seorang Guru.

2. Jenis - jenis Kompetensi Guru

Jenis - jenis Kompetensi Guru, menurut Undang-Undang Guru dan Dosen:

Kompetensi Guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi: Kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

a. Kompetensi Pedagogik adalah kemampuan mengelolapembelajaran peserta didik. Kompetensi ini terdiri dari lima subkompetensi, yaitu:

(21)

memahami peserta didik secara mendalam; merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran; melaksanakan pembelajaran; merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran; dan mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya.

Subkompetensi memahami peserta didik secara mendalam memiliki indikator esensial: memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif; memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian; dan mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik. Subkompetensi merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: memahami landasan kependidikan; menerapkan teori belajar dan pembelajaran; menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar.

Subkompetensi merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran memiliki indikator esensial: merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode; menganalisi hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery learning). Subkompetensi mengembangkan peserta didik

(22)

untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya, memiliki indikator esensial: memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik; dan memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi nonakademik.

b. Kompetensi Kepribadian adalah kemampuan seorang Guru dalam bersikap dan berperilaku. Seorang guru harus memiliki kepribadian yangmantap dan stabil, dewasa, arif, berwibawa, dan berakhlak mulia. Subkompetensi kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma hukum; bertindak sesuai dengan norma sosial; bangga sebagai guru; dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.

Subkompetensi kepribadian yang dewasa memiliki indikator esensial: menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru. Subkompetensi kepribadian yang arif memiliki indikator esensial: menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.

Subkompetensi kepribadian yang berwibawa memiliki indikator esensial: memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani. Subkompetensi akhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki indikator esensial: bertindak sesuai

(23)

dengan norma religius (iman dan takwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.

c. Kompetensi sosial adalah kemampuan Guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secaraefektif dan efisien dengan peserta didik. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/ wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Guru yang secara sosial bisa berinteraksi dengan baik kepada siswanya akan menjadi pengelola kelas yang baik selama transformasi pembelajaran.

d. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Kompetensi ini terdiri dari dua ranah subkompetensi. Pertama, subkompetensi menguasai subtansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi memiliki indikator esensial: memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar; memahami hubungan konsep antarmata pelajaran yang terkait; dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, subkompetensi menguasai struktur dan metode keilmuan, memiliki indikator esensial: menguasai

(24)

langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan/materi bidang studi.

Keseluruhan kompetensi guru dalam praktiknya merupakan satu kesatuan yang utuh. Pemilihan menjadi empat bagian (kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional) semata-mata agar mudah memahaminya. Beberapa ahli mengatakan istilah kompetensi profesional sebenarnya merupakan “payung” karena telah mencakup semua kompetensi lainnya, sedangkan penguasaan materi ajar secara luas dan mendalam lebih tepat disebut dengan penguasaan sumber bahan ajar atau sering disebut bidang studi keahlian.

Dengan demikian kompetensi menjadi suatu hal yang penting bagi keberhasilan pendidikan, dimana guru sebagai salah satu bagian penting dari pendidikan itu sendiri diharuskan memiliki kompetensi dan mengembangkan kompetensi yang dimiliki. Pengembangan kompetensi guru, antara lain bisa diperoleh melalui keikutsertaan dalam penataran, dan belajar dari pengalaman mengajar.

3. Kompetensi Kepribadian Guru

Untuk menjadi Guru, seseorang harus memiliki kepribadian yang kuat dan terpuji. Kepribadian yang harus ada pada diri guru adalah kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa.

(25)

Menurut Undang–Undang Guru dan DosenUU RI No. 14 tahun 2005 Bab I Pasal 1 ayat 1 tentang Guru adalah:

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Secara umum, kepribadian dapat diartikan sebagai keseluruhan kualitas perilaku individu yang merupakan cirinya yang khas dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Kepribadian Guru akan menentukan bagi keberkesanan Guru dalam melaksanakan tugasnya. Kepribadian Guru, terlebih Guru Pendidikan Agama Islam, tidak hanya menjadi dasar bagi Guru untuk berperilaku, tetapi juga akan menjadi model keteladanan bagi para siswanya dalam perkembangannya. Oleh karena itu, kepribadian guru perlu dibina dan dikembangkan dengan sebaik-baiknya. Guru-guru, terlebih Guru Pendidikan Agama Islam, diharapkan mampu menunjukkan kualitas ciri-ciri kepribadian yang baik, seperti jujur, terbuka, penyayang, penolong, penyabar, kooperatif, mandiri, dan sebagainya.

Sosok kepribadian Guru yang ideal menurut Islam telah ditunjukkan pada keguruan Rasulullah Saw. yang bersumber dari Al-qur‟an. Tentang kepribadian Rasulullah Saw.ini, Al-qur‟an surah Al-Ahzab (33): 21 menegaskan:

(26)





































Terjemahannya:

Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Departemen Agama RI, 2002:420).

Hadits Hudzaifah Ibnu Yaman riwayat at-Turmudzy, tentang perlunya prinsip kepribadian dalam kehidupan.

اَّنَس ْحَأ ُساَّنلا َنَس ْحَا ْنِإ َن ْوُل ْوُقَت ًةَعَّمِا ا ْوُن ْوُكَت َلا م ص ِالله ُل ْوُسَر َلاَق َلاَق َةَفْيْذُخ ْنَع

اَنْمَلَظ ا ْوُمَلَظ ْنِا َو

ا ْوُمِل ْظُت َلاَف ا ْوُءَاَسَا ْنِا َو ا ْوُن ِس ْحُت ْنَأ ُساَّنلا َنَس ْحَا ْنِإ ْمُكَسُفْنَا ا ْوُنِّط َو ْنِكَل َو

)ىدمرتلا هور(

Artinya:

Hudzaifah berkata, bahwasanya Rasulullah SAW pernah bersabda: “Janganlah kalian menjadi tidak berpendirian, kalian berkata, “Jika manusia berbuat baik, kamipun berbuat baik, dan jika manusia berbuat dholim, kamipun berbuat dholim; akan tetapi tetaplah pada pendirian kalian. Jika orang-orang berbuat kebaikan, berbuat baiklah kalian, dan jika orang-orang berbuat kejahatan, janganlah kalian berbuat kejahatan”. (H.R. Turmudzi)

Ada 2 hal yang perlu digaris bawahi dalam hadits tersebut, yaitu: 1. Larangan bagi umat Islam untuk ikut-ikutan, artinya manusia muslim

dilarang bersifat seperti bunglon yang pandai berubah warna dalam setiap situasi.

(27)

2. Perintah Nabi kepada umat Islam agar mempunyai pendirian (prinsip). Pendirian yang dimaksud adalah pendirian yang dibangun atas dasar tauhid, yang pada gilirannya akan menciptakan manusia yang berpribadi, tidak mudah goyah dan tidak mudah pula terpengaruh.

Sebagai Guru Pendidikan Agama Islam, sudah sewajarnya apabila keguruan Rasulullah Saw.diimplementasikan dalam praktik pembelajaran.

Hal ini sejalan dengan UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, yang menetapkan bahwa salah satu kompetensi yang wajib dimiliki oleh guru ialah kompetensi kepribadian. Kompetensi kepribadian guru merupakan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, berakhlak mulia dan berwibawa, dan dapat menjadi teladan bagi siswa. Secara rinci, subkompetensi kepribadian terdiri atas:

a. Kepribadian yang mantap dan stabil, dengan indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma hukum; bertindak sesuai dengan norma sosial; bangga sebagai guru yang profesional; dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma yang berlaku dalam kehidupan. b. Kepribadian yang dewasa,dengan indikator esensial: menampilkan

kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja yang tinggi.

(28)

c. Kepribadian yang arif, dengan indikator esensial: menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan siswa, sekolah, dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.

d. Akhlak mulia dan dapat menjadi teladan, dengan indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma agama, iman dan takwa, jujur, ikhlas, suka menolong, dan memiliki perilaku yang pantas diteladani siswa. e. Kepribadian yang berwibawa, dengan indikator esensial: memiliki

perilaku yang berpengaruh positif terhadap proses dan hasil belajar siswa, perilaku yang disegani dan berakhlak mulia yang bertindak sesuai dengan norma agama (iman dan takwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan perilaku yang diteladani siswa.

Kepribadian Guru mempunyai pengaruh langsung dan kumulatif terhadap hidup dan kebiasaan-kebiasaan belajar siswa. Sejumlah percobaan dan hasil-hasil observasi menguatkan kenyataan bahwa banyak sekali yang dipelajari oleh siswa dari gurunya. Siswa akan menyerap sikap-sikap, merefleksikan perasaan-perasaan, menyerap keyakinan-keyakinan, meniru tingkah laku, dan mengutip pernyataan-pernyataan gurunya.

Pengalaman menunjukkan bahwa masalah-masalah sepertimotivasi, disiplin, tingkah laku sosial, prestasi, dan hasrat belajar yang terus-menerus pada diri siswa yang bersumber dari kepribadian guru.

Menurut Allport dalam buku Suyanto (2013:16). Kepribadian Guru sangat berpengaruh terhadap siswa, maka Guru perlu memiliki ciri sebagai

(29)

orang yang berkepribadian matang dan sehat. Beberapa ciri-ciri orang yang mempunyai kepribadian matang adalah:

a. Extension of the sense of self. Meningkatkan kesadaran diri dan melihat sisi lebih dan kurang dari diri;

b. Warm relatedness to other.Mampu menjalin relasi yang hangat dengan orang lain. Allport membedakannya menjadi intimacy(keintiman) dan

compassion(kecintaan). Keintiman merupakan kemampuan orang

mencintai keluarga atau teman. Sedangkan kecintaan merupakan kemampuan orang untuk mencintai keluarga, teman, dan orang lain. Guru yang memiliki ciri ini biasanya mempunyai banyak relasi, tidak hanya sebatas relasi sekolah, tetapi juga relasi di lingkungan sosial; c. Self acceptance. Memiliki kemampuan untuk mengontrol emosi dan

mampu menjauhi sikap berlebihan. Biasanya, guru yang memiliki ciri ini mempunyai toleransi tinggi terhadap frustasi dan mau menerima apa yang ada dalam dirinya;

d. Realistic perception of reality. Memiliki persepsi yang realistis terhadap kenyataan. Guru yang memiliki ciri ini berorientasi pada persoalan riil yang dihadapi, bukan hanya pada diri sendiri;

e. Self objectification. Memiliki pemahaman akan diri sendiri. Guru dengan ciri ini biasanya mengetahui kemampuan dan keterbatasan dirinya. Selain itu dia juga memiliki sense of humor(rasa humor). Ketika dia

(30)

mempunyai masalah, maka dia mampu memecahkan masalah yang pelik tersebut dengan cara yang sederhana diselingi unsur humor; f. Unifying philosophy of life (filsafat hidup yang mempersatukan). Memiliki

pedoman hidup untuk menyatukan nilai-nilai yang kuat dalam kehidupan. Guru dengan ciri ini biasanya memiliki kematangan dalam membangun pemahaman tentang tujuan hidup.

Menurut Elizabeth B.Hurlock dalam buku Suyanto (2013: 17-18).Selain berkepribadian matang, guru juga perlu memiliki kepribadian yang sehat. Karakterisik yang mencerminkan kepribadian yang sehat adalah sebagai berikut:

a. Mampu menilai diri secara realistis. Individu yang kepribadiannya sehat mampu menilai dirinya sebagaimana adanya, baik menyangkut kelebihan (kecerdasan dan keterampilan) maupun kekurangannya (postur tubuh, wajah, keutuhan dan kesehatan);

b. Mampu menilai situasi secara realistis. Individu seperti ini dapatmenghadapi kondisi kehidupan yang dialaminya secara realistis dan mau menerimanya secara wajar. Dia juga tidak mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai suatu yang harus sempurna;

c. Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistis. Individu yang dapat menilai prestasi yang diperolehnya secara realistis dan mereaksinya secara rasional akan memperoleh kesuksesan dalam hidup. Dia tidak turut menjadi orang sombong. Demikian halnya, apabila

(31)

mengalami kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustasi, tetapi tetap dengan sikap optimis;

d. Menerima tanggung jawab. Individu yang sehat adalah individu yang bertanggung jawab. Orang yang memiliki karakter seperti ini biasanya mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya;

e. Kemandirian. Individu yang memiliki sifat mandiri, baik menyangkut cara dia berpikir dan bertindak. Selain itu, dia juga mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di lingkungannya;

f. Dapat mengontrol emosi. Individu seperti ini biasanya merasa nyaman dengan emosinya. Dia dapat menghadapi frustasi, depresi, atau stres secara positif atau konstruktif, tidak destruktif (merusak);

g. Berorientasi tujuan. Setiap orang mempunyai tujuan yang ingin dicapainya. Namun, dalam merumuskan tujuan itu ada yang realistis dan ada yang tidak realistis. Individu yang sehat kepribadiannya dapat merumuskan tujuannya berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional);

h. Berorientasi keluar. Individu yang sehat memiliki orientasi keluar dari dirinya. Orang seperti ini biasanya respek dan empati terhadap orang lain, mempunyai kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah lingkungannya, dan bersifat fleksibel dalam berpikir. Barret Leonard

(32)

mengemukakan sifat-sifat individu yang berorientasi ke luar, yaitu: (1) menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya sendiri, (2) merasa nyaman dan terbuka terhadap orang lain, (3) tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk menjadi korban orang lain dan tidak mengorbankan orang lain karena kekecewaan dirinya;

i. Diterima secara sosial. Individu yang dinilai positif oleh orang lain. Dia juga mau berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial dan memiliki sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain;

j. Memiliki filsafat hidup. Dia mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang berakar dari keyakinan agama yang dianutnya;

k. Berbahagia. Individu yang sehat, situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan. Kebahagiaan ini didukung oleh faktor-faktor pencapaianprestasi, penerimaan dari orang lain, dan perasaan dicintai atau disayangi orang lain.

Dalam konteks kepribadian guru, paparan tersebut diatas mengisyaratkan bahwa guru harus memiliki kemampuan untuk menilai diri sendiri sehingga dia dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan dirinya. Guru juga harus mampu mengendalikan diri dan memecahkan berbagai permasalahan, baik yang berkaitan dengan dirinya maupun dengan siswa. Selain itu, guru juga harus bisa menerima masukan untuk perbaikan pembelajaran serta mengembangkan kemampuan guru melalui pembelajaran yang terus-menerus.

(33)

Pelaksanaan tugas sebagai guru harus didukung oleh suatu perasaan bangga akan tugas yang dipercayakan kepadanya untuk mempersiapkan kualitas generasi masa depan bangsa. Walaupun berat tantangan dan rintangan yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas, guru harus tetap tegar dalam melaksanakan tugas sebagai seorang pendidik. Pendidikan adalah proses yang direncanakan agar semua berkembang. Guru sebagai pendidik harus dapat mempengaruhi ke arah proses itu sesuai dengan tata nilai yang dianggap baik dan berlaku dalam masyarakat. Tata nilai termasuk norma, moral, etika, dan ilmu pengetahuan, mempengaruhi perilaku etik peserta didik sebagai pribadi dan sebagai anggota masyarakat. Penerapan disiplin yang baik dalam proses pendidikan akan menghasilkan sikap mental, watak dan kepribadian peserta didik yang kuat. Guru dituntut harus mampu membelajarkan peserta didiknya tentang disiplin diri, belajar membaca, mencintai buku, menghargai waktu, belajar bagaimana cara belajar, mematuhi aturan/tata tertib, dan belajar bagaimana harus berbuat. Semuanya itu akan berhasil apabila guru juga disiplin dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Guru harus mempunyai kemampuan yang berkaitan dengan kemantapan dan integritas kepribadian seorang guru. Aspek-aspek yang diamati adalah:

a. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional indonesia.

(34)

b. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.

c. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa.

d. Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.

e. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

Dengan demikian, kompetensi kepribadian menjadi salah satu hal yang penting bagi keberhasilan pendidikan, dimana guru sebagai salah satu bagian penting dari pendidikan itu sendiri diharuskan memiliki kompetensi kepribadian dan mengembangkan kompetensi yang dimiliki. Pengembangan kompetensi guru, antara lain bisa diperoleh melalui keikutsertaan dalam penataran, belajar dari pengalaman mengajar dan lain sebagainya yang terkait dengan peningkatan kinerja guru sebagai pendidik.

Berdasarkan defenisi tersebut diatas, maka kompetensi kepribadian guru dengan keberadaannya sangat berperan dalam berbagai aspek kemampuan guru untuk mencapai tujuan pendidikan itu sendiri, terutama dalam hal menciptakan suasana pembelajaran yang efektif, khususnya di SDN 193 Tettikenrarae Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng.

(35)

4. Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam (PAI)

Sebelum membahas pengertian Pendidikan Agama Islam, penulis akan terlebih dahulu mengemukakan arti pendidikan pada umumnya. Istilah pendidikan berasal dari kata didik dengan memberinya awalan "pe" dan akhiran "kan"mengandung arti perbuatan (hal, cara dan sebagainya). Istilah pendidikan ini semulaberasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogie, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan education yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab istilah inisering diterjemahkan dengan tarbiyah, yang berarti pendidikan.

Misnawati (2013: 30). Menurut Hasan Langgulung (1987:3), berpendapat bahwa :

Pendidikan dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu sudut pandang individu dan sudut pandang masyarakat. Dari sudut pandang

pertama, Pendidikan adalah usaha sadar yang sistematis dalam

mengembangkan seluruh potensi (fitrah) yang ada dalam diri manusia untuk menjadi manusia seutuhnya (insan kamil). Sedangkan menurut pandangan kedua, Pendidikan adalah usaha untuk mewariskan nilai-nilai budaya oleh genarasi tua kepada generasi muda, agar nilai-nilai budaya tersebut terus hidup dan berlanjut di masyarakat.

(36)

Menurut Zakiyah Daradjat (1992:86) :

Pendidikan Agama Islam adalah: pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran Agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat kelak. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah suatu proses bimbingan jasmani dan rohani yang berlandaskan ajaran Islam dan dilakukan dengan kesadaran untuk mengembangkan potensi anak menuju perkembangan yang maksimal, sehingga terbentuk kepribadian yang memiliki nilai-nilai Islam.

Pendidikan yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah Pendidikan Agama Islam. Adapun kata Islam dalam istilah pendidikan Islam menunjukkan sikap pendidikan tertentu yaitu pendidikan yang memiliki warna-warna Islam.

b. Dasar Pendidikan Agama Islam

Dasar Pendidikan Islam merupakan landasan operasional dijadikan untuk merealisasikan dasar ideal/sumber Pendidikan Islam. Menurut Hasan Langgulung, dasar operasional Pendidikan Islam terdapat 6 macam, yaitu historis, sosiologis, ekonomi, politik dan administrasi, psikologis dan filosofis, yang mana keenam macam dasar itu berpusat pada dasar filosofi.

(37)

Penentuan dasar tersebut agaknya sekuler, selain tidak memasukkan dasar religius, juga menjadikan filsafat sebagai induk segala dasar.

Dalam islam, dasar operasional segala sesuatu adalah agama, sebab agama menjadi framen bagi setiap aktifitas yang bernuansa keislaman. Dengan agama maka semua aktifitas kependidikan menjadi bermakna, mewarnai dasar lain dan bernilai ubudiyah. Oleh karena itu dasar operasional pendidikan yang enam di atas perlu ditambahkan dasar yang ke 7 yaitu agama, Pendidikan Islam itu sendiri dapat didasarkan pada Q.s An-Nahl (16) : 125 berikut :















































Terjemahnya:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmahdan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Departemen Agama RI, 2002: 282).

Hikmah dalam ayat membedakan antara yang hak dan yang batil. c. Tujuan Pendidikan Agama Islam di SD/MI

Pendidikan Agama Islam di SD/MI bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik

(38)

tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Berbicara Pendidikan Agama Islam, baik makna maupun tujuannya haruslah mengacu kepada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial dan moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini juga dalam rangka menuai keberhasilan hidup di dunia bagi anak didik yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan di akhirat kelak.

Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mencapai suatu tujuan, tujuan pendidikan akan menentukan kearah mana peserta didik akan dibawa.Tujuan pendidikan juga dapat membentuk perkembangan anak untuk mencapai tingkat kedewasaan, baik biologis maupun pedagogis.

Pendidikan Agama Islam di sekolah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melaui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga mejadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Tujuan merupakan standar usaha yang dapat ditentukan, serta mengarahkan usaha yang akan dilalui dan merupakan titik pangkal untuk

(39)

mencapai tujuan-tujuan yang lain. Di samping itu, tujuan dapat membatasi ruang gerak usaha, agar kegiatan dapat terfokus pada apa yang dicita-citaka, dan yang terpenting lagi adalah dapat memberi penilaian atau evaluasi pada usaha-usaha pendidikan.

Misnawati (2013: 32). Menurut Iman Al-Ghazali (1987:10) berpendapat bahwa :

Tujuan Pendidikan Islam yang paling utama ialah “beribadah dan taqarrub kepada Allah, dan kesempurnaan insani yang tujuannya kebahagiaan dunia akhirat.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam adalah membimbing dan membentuk manusia menjadi hamba Allah yang saleh, teguh imannya, taat beribadah dan berakhlak terpuji.

Tujuan Pendidikan Agama Islam adalah berkisar kepada pembinaan pribadi muslim yang terpadu pada perkembangan dari segi spiritual, jasmani, emosi, intelektual dan sosial. Atau lebih jelas lagi, ia berkisar pada pembinaan warga Negara muslim yang baik, yang percaya pada Tuhan dan agamanya, berpegang teguh pada ajaran agamanya, berakhlak mulia, sehat jasmani dan rohani.

Dengan demikian tujuan Pendidikan merupakan pengamalan nilai-nilai Islami yang hendak diwujudkan dalam pribadi muslim melalui proses akhir yang dapat membuat peserta didik memiliki kepribadian Islami yang beriman, bertakwa dan berilmu pengetahuan.

(40)

d. Prinsip-prinsip Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Adapun prinsip-prinsip yang menjadi dasar penting dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, yakni:

1. Pentingnya menjaga motivasi belajar dan kebutuhan, minat dan keinginannya pada proses pembelajaran, sehingga pelajar lebih ingin belajar dan lebih aktif serta senang dan tenang.

2. Menjaga tujuan pelajar dan menolongnya untuk mengembangkan tujuan-tujuan tersebut. Guru mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk menolong muridnya dalam menentukan tujuan belajarnya serta membimbingnya dalam proses pengajaran agar pelajar akan merasa senang dengan proses pembelajaran.

3. Memelihara kematangan yang dicapai oleh pelajar dan kesediaannya untuk belajar. Guru dalam hal ini dituntut untuk bercakap atau berbicara dengan para siswanya dengan memperhatikan tingkat kematangan dan kemampuan akalnya.

4. Menjaga atau memelihara perbedaan perorangan diantara para pelajar/siswa. Hendaknya seorang Guru Pendidikan Agama Islam dapat mengetahui bahwa siswa pada umumnya memiliki kelainan/ kelemahan dan kelebihan.

5. Pendidik harus mempersiapkan peluang partisipasi yang praktikal; yakni seorang pendidik muslim harus mengetahui pentingnya motivasi, kematangan, dan kesiapan yang sesuai dengan tujuan.

(41)

B. Pembelajaran yang Efektif 1. Pengertian pembelajaran

Pembelajaran adalah proses pengorganisasian kegiatan belajar. Dengan kata lain pembelajaran merupakan upaya penciptaan kondisi yang kondusif, yaitu membangkitkan kegiatan belajar efektif dikalangan para siswa. Perlu disadari, keberhasilan proses pembelajaran tidak ditentukan oleh metode atau prosedur yang digunakan, bukan kolot atau modernnya pembelajaran, bukan pula konvensional atau progresifnya pengajaran. Semuanya penting tetapi tidak menjadi pertimbangan akhir, karena hanya berkaitan dengan “alat” bukan “tujuan”.Syarat utama pembelajaran adalah „hasil”, dan hasil hanyalah sebuah akibat dari “prosesnya”. Proses inilah yang menentukan hasil.

Belajar adalah proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu, proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu yang dipelajari.

Upaya guru untuk membangkitkan yang berarti menyebabkan atau mendorong seorang (siswa) belajar, menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadi proses belajar. Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut), ditambah dengan

(42)

awalan “pe” dan akhiran “an” menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar sehingga anak didik mau belajar.

Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal.

Istilah-istilah pembelajaran sama dengan instruction atau pembelajaran.Menurut Undang-Undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 20 tentang pembelajar adalah:

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidikan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Belajar adalah kewajiban dan kebutuhan manusia untuk dapat maju dari berkembang. Mengenai perintah belajar ini dapat kita lihat dalam QS.al-Alaq (96):1-5 berikut.



















































Terjemahnya :

1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam

5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Departemen Agama RI, 2002:598).

(43)

Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa allah swt telah memerintahkan kepada manusia untuk belajar. Dari proses belajar tersebut manusia akan mengetahui banyak hal.

Menurut Tohirin (2011:8)

Belajar adalah suatu proses yang secara keseluruhan,sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dalam lingkungan. Pembelajaran adalah suatu upaya membelajarkan atau mengarahkan aktifitas siswa ke arah aktifitas belajar. Di dalam proses pembelajaran, terkandung dua aktifitas sekaligus yaitu aktifitas mengajar (guru) dan aktifitas belajar (siswa), dari kata dasar belajar tersebut dapat dipahami.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat di tarik kesimpulan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana pada perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relevan lama dan karena adanya usaha.

2. Pembelajaran yang efektif

Suasana pembelajaran yang efektif, pada dasarnya sangat erat kaitannya dengan proses pembelajaran yang berjalan dengan efektif pula. Suasana pembelajaran yang efektif, hanya akan tercapai apabila proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru berjalan lancar.

Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi antara guru dan siswa. Proses komunikasi yang mungkin terjadi selama proses pembelajaran adalah: komunikasi searah, komunikasi dua arah (dwiarah),

(44)

dan komunikasi banyak arah (multiarah). Meskipun pilihan komunikasi dalam proses pembelajaran beragam, namun pada kenyataannya usaha mentransfer pengetahuan, pengalaman, dan gagasan guru kepada siswa atau dari siswa kepada siswa yang lain tidak mudah. Kelancaran interaksi antara guru dan siswa sangat bergantung pada sejauh mana kedua belah pihak mampu membangun komunikasi yang efektif.

Pada hakikatnya proses pembelajaran yang efektif terjadi jika guru dapat mengubah kemampuan dan persepsi siswa dari yang sulit mempelajari sesuatu menjadi mudah mempelajarinya. Lebih jauh mereka menjelaskan bahwa proses belajar-mengajar yang efektif sangat bergantung pada pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran untuk dapat memaksimalkan pembelajaran.

Pembelajaran yang efektif juga memerlukan efisiensi.Mendefinisikan efisiensi sebagai kemampuan untuk menunjukkan sesuatu dengan sedikit usaha, biaya, dan pengeluaran untuk mencapai hasil yang maksimal. Efisiensi mencakup penggunaan waktu dan sumber daya secara efektif untuk menyelesaikan tugas tertentu.

Dari penjelasan diatas, ada dua hal utama yang diperlukan untuk mencapai pembelajaran yang efektif. Pertama, harus ada kegiatan analisis kebutuhan belajar siswa. Kebutuhan siswa adalah bagaimana menganalisis hubungan antara kemampuan dan harapan siswa dari proses pembelajarannya. Kedua, harus ada gambaran seperti apa sistem ujian

(45)

yang dipakai. Dengan demikian, pembelajaran yang efektif harus mempunyai syarat kesesuaian antara kebutuhan belajar siswa dengan sistem ujian.

C. Pengaruh Kompetensi Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam dalam menciptakan suasana pembelajaran yang efektif

Proses pembelajaran berlangsung melalui interaksi antara guru dan peserta didik (siswa) dalam situasi pengajaran yang bersifat edukatif. Melalui proses pembelajaran, siswa akan berkembang kearah pembentukan manusia sebagaimana tersirat dalam tujuan pendidikan. Supaya pembelajaran dapat berlangsung secara efektif, dengan kemampuan kompetensi kepribadian guru mampu mewujudkan proses pembelajaran dalam suasana kondusif. Proses pembelajaran yang efektif dapat terwujud apabila pendidik mampu menjadi seorang guru yang kreatif dan profesional seperti berikut:

1. Di dalam interaksi belajar mengajar dibutuhkan kedisiplinan. Disiplin dalam interaksi belajar-mengajar ini diartikan sebagai suatu pola tingkah laku yang diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati oleh semua pihak dengan secara sadar, baik pihak guru maupun siswa. Mekanisme konkret dari ketaatan pada ketentuan atau tata tertib itu akan terlihat dari pelaksanaan prosedur. Jadi langkah-langkah yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang sudah digariskan.

(46)

Penyimpangan dari prosedur, berarti suatu indikator pelanggaran disiplin.

2. Peranan Guru sebagai motivator penting artinya dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa. Guru harus merangsang dan memberi dorongan serta reinforcement untuk mendimanisasikan potensi siswa, menumbuhkan aktivitas dan daya cipta, sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar-mengajar. Peranan guru sebagai motivator ini sangat penting dalam interaksi belajar-mengajar, karena menyangkut esensi pekerjaan mendidik yang membutuhkan kemahiran sosial, menyangkut performance dalam arti personalisasi dan sosialisasi diri.

3. Guru sebagai inisiator, guru dalam hal ini sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar. Sudah barang tentu ide-ide merupakan ide-ide kreatif yang dapat dicontoh oleh anak didiknya.

4. Guru harus responsif. Tanggapan siswa terhadap interaksi belajar-mengajar yang sedang berlangsung dapat berkembang dalam tiga kemungkinan yaitu menerima, acuh tak acuh dan menolak. Kedua yang terakhir sama buruknya terhadap proses dan hasil belajar, meskipun sebabnya mungkin berasal dari guru sendiri. Guru yang cakap dan bijaksana akan mampu membawa sebagian besar siswanya untuk menerima interaksi dengan senang dan penuh perhatian.

(47)

5. Respek. Komunikasi harus diawali dengan rasa saling menghargai. Adanya penghargaan biasanya akan menimbulkan kesan serupa dari si penerima pesan. Guru akan sukses berkomunikasi dengan peserta didik bila ia melakukannya dengan penuh respek. Apabila ini dilakukan maka peserta didik pun akan melakukan hal yang sama ketika berkomunikasi dengan guru.

6. Guru harus empati. Empati adalah kemapuan untuk menempatkan diri kita pada situasi dan kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Syarat utama dari sikap empati adalah kemampuan untuk mendengar dan mengerti orang lain, sebelum didengar dan dimengerti orang lain.

Guru yang baik tidak akan menuntut peserta didiknya untuk mengerti keinginannya, tetapi ia akan berusaha memahami peserta didiknya terlebih dulu. Ia akan membuka dialog dengan mereka, juga mendengar keluhan dan harapan mereka. Di sini berarti seorang guru tidak hanya melibatkan komponen indrawinya saja, tetapi melibatkan pula mata hati dan perasaannya dalam memahami berbagai perihal yang ada pada peserta didiknya.

7. Audible berarti “dapat didengarkan” atau bisa dimengerti dengan baik. Sebuah pesan harus dapat disampaikan dengan cara atau sikap yang bisa diterima oleh si penerima pesan. Raut muka yang cerah, bahasa tubuh yang baik, kata-kata yang sopan, atau cara menunjuk, termasuk ke dalam komunikasi yang audible.

(48)

8. Pesan yang disampaikan harus jelas maknanya dan tidak menimbulkan banyak pemahaman, selain harus terbuka dan transparan. Ketika berkomunikasi dengan peserta didik, seorang guru harus berusaha agar pesan yang disampaikan bisa jelas maknanya. Salah satu caranya adalah berbicara sesuai bahasa yang mereka pahami.

9. Guru harus rendah hati. Sikap rendah hati mengandung makna saling menghargai, tidak memandang rendah, lemah lembut, sopan, dan penuh pengendalian diri.

10. Guru harus senantiasa menebarkan senyum kepada anak didiknya. Jika guru memberikan senyum kepada anak didik, maka mereka akan memberikan seribu kali cintanya, sebagai imbalan atas senyum itu. Senyum yang tulus dari seorang guru, akan tersimpan indah dlam memori dan pikiran dan relung hati terdalam anak didik. Senyum yang diberikan guru itu, bagi anak didik akan menjadi semacam vitamin yang mampu membangun dan melejitkan potensi mereka.

11. Guru yang humoris. Kebanyakan anak didik itu menyukai guru pintar yang punya selera humor. Humoris bagian dari kecerdasan, guru yang humoris umumnya cerdas dan fleksibel, mudah senyum, tidak cemberut dan performance selalu gembira, termasuk terampil mengelola busana dirinya. Itulah sebabnya ia digandrungi anak didik.

Proses pembelajaran di kelas pada hakikatnya juga merupakan proses komunikasi antara guru dan siswa dan antarsiswa. Oleh sebab itu,

(49)

subjek yang terlibat dalam proses itu harus siap untuk saling menerima kondisi pribadi masing-masing agar terjadi sistem komunikasi yang terbuka, dari pribadi yang juga terbuka.Karena keberhasilan hubungan antarmanusia dalam konteks pembelajaran sangat bergantung pada pribadi-pribadi yang melakukannya.

Dari uraian diatas jelas bahwa kerja sama antara pihak sekolah dan orangtua siswa harus dibangun dengan baik. Oleh karena itu, untuk mendukung keberhasilan siswa, dibutuhkan suatu forum ataupun sarana yang dapat dengan mudah mempertemukan kedua belah pihak.

Pada hakikatnya lingkungan memengaruhi kemampuan konsentrasi siswa untuk belajar. Jika siswa dapat memaksimalkan konsentrasinya, maka mereka mampu menggunakan kemampuannya untuk menyerap materi ajar dengan baik. Siswa akan dapat memaksimalkan kemampuan konsentrasinya jika mereka mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh terhadap konsentrasi. Melalui cara ini, maka siswa telah menghemat energi belajarnya.

Oleh karena itu, jika guru telah mengetahui faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi konsentrasi belajar, maka guru wajib memaksimalkan lingkungan tersebut demi terbentuknya konsentrasi belajar siswa yang efektif dan kondusif.

(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif yaitu untuk menggambarkan pengaruh kompetensi kepribadian guru Pendidikan Agama Islam dalam menciptakan suasana pembelajaran yang efektif di SDN 193 Tettikenrarae Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng.

B. Lokasi dan Objek Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di SDN 193 Tettikenrarae Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng dengan pokok pikiran sebagai berikut :

1. SDN 193 Tettikenrarae Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng merupakan salah satu lokasi penelitian tentang pengaruh kompetensi kepribadian guru Pendidikan Agama Islam dalam menciptakan suasana pembelajaran yang efektif.

2. SDN 193 Tettikenrarae Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng adalah sekolah yang memungkinkan memberikan ruang gerak kepada peneliti melakukan eksploitasi data. Sebab lokasi penelitian tersebut merupakan lokasi dimana peneliti pernah sekolah, sehingga mempermudah peneliti mengenal karakter responden.

(51)

Sedangkan Objek dari penelitian ini yaitu Guru Pendidikan Agama Islam dan seluruh siswa SDN 193 Tettikenrarae Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng.

C. Variabel Penelitian

“Variabel adalah gejala yang bervariasi yang menjadi objek penelitian” (Arikunto 2010:159).Jadi variabel dalam penelitian ini adalah Pengaruh Kompetensi kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menciptakan suasana Pembelajaran yang Efektif.

Pada penelitian ini menggunakan 2 variabel yakni variabel bebas dan variabel terikat;

1. Variabel bebas dari penelitian ini adalah kompetensi kepribadian guru Pendidikan Agama Islam.

2. Variabel terikat dari penelitian ini adalah menciptakan suasana pembelajaran yang efektif di SDN 193 Tettikenrarae Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng.

D. Defenisi operasional variabel

Untuk memudahkan mengetahui secara jelas makna yang terkandung dalam judul “Pengaruh kompetensi kepribadian guru Pendidikan Agama Islam dalam menciptakan suasana pembelajaran yang efektif di SDN 193 Tettikenrarae Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng”.

(52)

1. Kompetensi kepribadian guru Pendidikan Agama Islam merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang di kaji dan di ajarkan di sekolah-sekolah umum maupun di Madrasah untuk menyelenggarakan pendidikan dan yang terpenting adalah kompetensi kepribadian itu sendiri, dimana jabatan ini memerlukan suatu landasan kode etik professional karena berhubungan langsung dengan manusia yang belajar kompetensi kepribadian bagi guru merupakan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, berakhlak mulia dan berwibawa, dan dapat menjadi teladan bagi siswa.

2. Menciptakan proses pembelajaran yang efektif adalah suatu upaya membelajarkan atau mengarahkan aktifitas siswa kearah aktifitas belajar yang baik, nyaman, serta kondusif. Sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

E. Populasi dan sampel 1. Populasi

Suharsimi Arikunto, (2010:173). Menyatakan bahwa, populasi adalah keseluruhan objek analisis penelitian. Karena populasi merupakan objek penelitian yang merupakan sumber pengambilan dan pengumpulan data oleh peneliti yang kemudian akan diolah dan dianalisis.

(53)

Sugiono, (2006:90). Menyatakan bahwa, populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Dari pengertian diatas, penulis menarik kesimpulan bahwa populasi adalah sekumpulan individu atau kelompok yang menjadi sumber data dan informasi yang dibutuhkan dalam suatu penelitian.

Sehubungan dengan itu, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SDN 193 Tettikenrarae Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng dengan jumlah 139 orang dan gurunya 1 orang.Selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel I :

Keadaan populasi penelitian di SDN 193 Tettikenrare Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng

No Objek Penelitian Jenis kelamin Jumlah Laki-laki Perempuan 1. Kelas I 15 11 26 2. Kelas II 10 7 17 3. Kelas III 21 11 32 4. Kelas IV 10 14 24 5. Kelas V 6 10 16 6. Kelas VI 14 10 24 7. Guru 1 - 1 Jumlah total 77 63 140

Sumber data: Kantor tata usaha SDN 193 Tettikenrarae kecamatan Marioriwawo kabupaten Soppeng,2015.

(54)

2. Sampel

“Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti” (Suharsimi Arikunto, 2010:174).Sedangkan menurut Sugiyono, sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pada dasarnya penentuan sampel dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi atau keterangan-keterangan mengenai hal yang akan diteliti dengan cara meneliti sebagian populasi yang telah dipilih dan dianggap dapat mewakili semua populasi yang ada.

Suharsimi Arikunto dalam bukunya Prosedur Penelitian menjelaskan, berdasarkan penetapan jika subyeknya berjumlah atau lebih dari 100 orang maka di ambil antara 10-15 % atau 20-25 %. Tetapi apabila populasi kurang dari 100, maka diambil keseluruhannya.

Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI dengan tehnik penarikan sampel secara provosif sampling yakni sampel diambil secara langsung yaitu kelas VI dengan pokok pikiran sebagai berikut:

a. Kelas VI adalah cluster yang memiliki kematangan yang memilki kematangan dalam memahami suatu konsep dasar. Sehingga dengan demikian dapat membantu peneliti dalam pengumpulan data yang berhubungan dengan permasalahan

(55)

b. Kelas VI adalah cluster yang telah dapat melakukan komunikasi 2 arah, karena telah memiliki intelegensi yang leguistik yang akan membantu peneliti mempermudah melakukan komunikasi.

Sampel pada guru karena penelitian ini dikhususkan kepada proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam sehingga langsung kepada guru yang mengajar Pendidikan Agama Islam.

Untuk lebih jelasnya sampel penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel II :

Keadaan sampel penelitian di SDN 193 Tettikenrarae Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng

No Objek Penelitian Sampel

1. Kelas VI 24 siswa

2. Guru 1 Guru PAI

Total sampel 25

Sumber data : Kantor tata usaha SDN 193 Tettikenrarae kecamatan Marioriwawo kabupaten Soppeng, 2015.

F. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.Instrumen penelitian merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam penelitian karena

(56)

berfungsi sebagai alat atau sarana pengumpulan data. Dengan demikian, instrumen harus relevan dengan masalah dan aspek yang akan diteliti, agar memperoleh data yang akurat.

Instrumen penelitian data pada penelitian ini dilakukan melalui wawancara, observasi, dokumentasi, angket.

1. Pedoman Wawancara atau interview

Arikunto mengemukakan bahwa, “wawancara atau kuesioner lisan adalah sebuah dialog yang dilakukan pewawancara untuk memperoleh informasi dari informan.

2. Pedoman Observasi

Observasi adalah mengumpulkan data-data bahkan dengan jalan pengamatan langsung ke lapangan dan pencatatan secara sistemik fenomena-fenomena yang diselidiki. Dalam hal ini yang diobservasi adalah cara guru dalam menciptakan suasana pembelajaran yang efektif di SDN 193 Tettikenrarae Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng.

3. Catatan Dokumentasi

Instrumen ini merupakan salah satu alat yang di pergunakan untuk mengumpulkan data-data melalui catatan-catatan (data-data), dokumen, arsip, dan sebagian yang dapat memberikan data yang di perlukan oleh peneliti.

(57)

4. Angket

Angket merupakan suatu tehnik atau cara pengumpulan data secara tidak langsung (penelitian tidak langsung bertanggung jawab dengan responden) dengan instrumennya juga disebut angket berisi sejumlah pertanyaan yang harus dijawab atau direspon oleh responden.

G. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang akurat dalam penulisan ini, penulis menggunakan cara sebagai berikut:

1. Wawancara dilakukan dengan bentuk komunikasi verbal semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi.

2. Observasi dengan pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki.

3. Dokumentasi, dengan teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.

4. Angket dengan menyodorkan daftar pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh data dari responden.

H. Teknik Analisis Data

Untuk mengolah data yang telah terkumpul dari hasil penelitian makapenulis menggunakan beberapa tekhnik sebagai berikut:

(58)

Tekhnik analisis data yang digunakan penulis dalam penulisan iniadalah teknik analisis deskriptif kuantitatif, digunakan untuk menganalisis data yang bersifat non eksperimen dan data dari hasil sebaran angket di analisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Tabulasi frekuensi berdasarkan hasil penelitian

2. Menentukan presentasi hasil penelitian dengan rumus sebagaiberikut

Ket:

f= Frekuensi hasil penelitian

N = Jumlah Sampel P = Angka Presentase

Gambar

Tabel 2    :  Keadaan Sampel………………………………………………...42  Tabel 3    :  Data Masa Jabatan Kepala Sekolah......................................46  Tabel 4    :  Keadaan Guru SDN 193 Tettikenrarae Kec.Marioriwawo
Tabel IV
Tabel VI
Tabel VII
+5

Referensi

Dokumen terkait

Hasil tersebut menunjukkan bahwa adanya pengaruh antara konsentrasi deterjen dengan kelimpahan fitoplankton menunjukkan korelasi yang erat sekali (r) 0,963. Kata Kunci

Penelitian ini berfokus pada strategi cyber public relations yang dilakukan Bidang Humas Polda Jawa Timur dalam menanggulangi Ujaran Kebencian (Hate Speech) di media

Fasilitas penunjang yang disediakan dalam perancangan ini adalah pusat informasi dan perpustakaan kecil yang menyediakan informasi tentang pendidikan kehamilan serta

Pembuatan Website ini menggunakan teknologi PHP Hypertext Preprocessor bersama sama dengan HTML yang mana saat ini pemakai halaman Web yang dinamis semakin diperlukan untuk

Nabi SAW bertanya kepada masyarakat suku Bani Amr, “Aktivitas khusus apa yang kalian lakukan yang mana Allah SWT mencintai dan sebagai konsekwensi menyebut kalian sebagai

Data penelitian menunjukkan bahwa tingkat pemahaman guru sekolah dasar se Pekanbaru tentang implementasi kurikulum 2013 termasuk ke dalam kategori cukup dengan

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini,

Opsi Kebijakan yang dihasilkan untuk pelaksanaan surveilans IMS adalah: 1) Fokus upaya pencegahan dan mengatasi penyebaran penyakit IMS diperluas bukan hanya pada kelompok