• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VIII PENGEMBANGAN WILAYAH PAPUA TAHUN 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB VIII PENGEMBANGAN WILAYAH PAPUA TAHUN 2011"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VIII

PENGEMBANGAN WILAYAH PAPUA TAHUN 2011

8.1. Kondisi Wilayah Papua Saat Ini

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat secara tahunan (yoy) pada triwulan IV-2009 yang diprakirakan lebih rendah (mengalami perlambatan) dibandingkan laju pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya. Perlambatan ekonomi yang diperkirakan terjadi di Provinsi Papua, yakni perlambatan pada sektor utama yang memiliki kontribusi dominan pada perekonomian Provinsi Papua yaitu sektor pertambangan dan Penggalian. Sementara dari sisi permintaan, perlambatan pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua diprakirakan diakibatkan oleh perlambatan yang terjadi pada hampir seluruh komponen yaitu komponen konsumsi rumah tangga, komponen konsumsi swasta nirlaba, komponen konsumsi pemerintah dan komponen ekspor yang mengalami pertumbuhan negatif (kontraksi).

TABEL 8.1

PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH PAPUA TAHUN 2004—2008 ATAS DASAR HARGA KONSTAN TAHUN 2000 (DALAM PERSEN)

Provinsi 2008 2009 2009(P1) 2010(P2) 1* 2* 3* 4P Papua Barat 7.3 7.2 7.7 6.3 4.1 6.3 Papua (0.9) 36.4 36.6 19.9 (2.7) 20.8

Sumber: BPS Daerah (diolah) * Angka sementara

(P) Angka perkiraan Bank Indonesia

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua secara tahunan (yoy) pada triwulan IV-2009 diprakirakan mengalami pertumbuhan negatif (kontraksi) sebesar 0,01%, lebih rendah (tumbuh melambat) bila dibandingkan laju pertumbuhan tahunan triwulan III-2009 yang diprakirakan mencapai 19,90%. Sementara Perkembangan ekonomi Provinsi Papua Barat yang tercermin oleh pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh Provinsi Papua Barat secara tahunan (yoy) pada triwulan IV-2009 diprakirakan mencapai 4,08%, lebih rendah (tumbuh melambat) bila dibandingkan laju pertumbuhan tahunan triwulan III-2009 yang mencapai 6,33%. Secara keseluruhan pada tahun 2009, pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua sebesar 20,8 persen, sementara Provinsi Papua Barat tumbuh sebesar 6,3 persen. Perekonomian Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat secara tahunan diprakirakan akan tumbuh positif

(2)

pad ak ko per sek pen Ba ma ko ko ko ko den pen ko dap KO Pap ter ten tug da triwula an dipenga ntribusi da rtumbuhan ktor pertan nerbangan arat. Sedan asih akan nsumsi pe Berdas ntribusi p ntribusi se ntribusi se ngan kon ngangkuta ntribusi ti pat dilihat ONTRIBU D pua Di Pr rus bertam naga penyu gas pendam an I-2010. aruhi oleh ari hasil pr n ekonomi nian serta s n baru oleh ngkan dari dikontrib merintah s sarkan dat paling bes ebesar 72 ektor terha ntributor an dan kom iap sektor pada Gam USI TIAP S DI WILA rovinsi Pap mbah di be uluh lapan mpingan, Pertumbu sektor per roduksi ko i Provinsi sektor pen h maskapa i sisi perm busikan o seiring den ta tahun 2 ar terhada persen ter adap pertum tertinggi munikasi 1 bagi pertu mbar 8.1 se SEKTOR AYAH PAP pua terdap eberapa ka ngan, baik terbatasny uhan ekon rtambangan onsentrat te Papua Ba ngangkutan ai penerba mintaan, pe leh komp ngan telah 2009, sekt ap pereko rhadap per mbuhan di bersumbe 9 persen d umbuhan ebagai beri GAM R TERHAD PUA (ADH pat potensi abupaten. P k dari segi ya sarana p nomi Papu n dan peng embaga PT arat pada t n dan komu angan Lion erekonomi ponen kon dimulainy tor pertam nomian d rtumbuhan i Papua Ba er dari dan bangun perekonom kut. MBAR 8.1 DAP RAT HK TAHU Papua pengolaha Permasala jumlah m produksi t a dari sisi ggalian ser T. Freeport triwulan I unikasi sei n Air (Wi ian Papua nsumsi ru ya anggaran mbangan d di wilayah n tahun 20 arat memil sektor in nan sebesa mian wilay TA-RATA UN 2000) Barat an kakao d han yang maupun mu terutama p i penawara rta sektor p t Indonesia -2010 aka iring deng ings Air) Barat pad umah tang n baru. dan pengg h Papua, y 009. Berbe liki kompo ndustri pe ar 18 perse yah Papua PERTUM TAHUN 2 dengan lua dihadapi utu, untuk pestisida, t an terutam pertanian, a. Sementa an didomin gan dibuka di Wilaya da triwulan gga, inves galian mem yakni mem eda halnya osisi yang engolahan en. Secara a pada tah MBUHAN 2009 as penanam adalah ter melakuka erbatasnya ma masih terutama ara untuk nasi oleh nya jalur ah Papua n I-2010 stasi dan mberikan mberikan a dengan beragam (24%), lengkap, hun 2009 N PDRB man yang rbatasnya an tugas-a sumber

(3)

dana pengembangan kakao, rendahnya nilai tambah, dan rendahnya proses pengolahan. Di Provinsi Papua juga terdapat potensi pengolahan kopi. Permasalahan yang dihadapi hampir sama dengan pengolahan kakao, yaitu terbatasnya tenaga penyuluh lapangan, baik dalam aspek jumlah maupun mutu, untuk melakukan tugas-tugas pendampingan, rendahnya nilai tambah produksi biji kopi kering, terbatasnya sarana produksi, rendahnya proses pengolahan dan pengeringan biji kopi dan belum tertatanya kelembagaan di tingkat petani plasma.

Di Provinsi Papua Barat terdapat potensi pengolahan hasil laut yang berpeluang untuk dikembangkan. Hasil ikan laut utama mencakup udang, kepiting, rajungan, cumi-cumi, sotong yang dipasarkan dalam bentuk segar atau dikeringkan melalui proses penggaraman, pengasapan, pembekuan, pengalengan, dan proses lain. Permasalahan yang dihadapi adalah rendahnya kualitas ikan sebagai akibat kurangnya infrastruktur, rendahnya produktivitas sebagai akibat rendahnya teknologi pengolahan yang digunakan, terbatasnya pemasaran hasil pengolahan, kurangnya diversifikasi produk-produk hasil laut, kurang kondusifnya iklim usaha, rendahnya investasi pengolahan hasil laut, kurangnya sumber daya manusia dalam penangkapan dan pengolahan hasil laut, masih sederhananya sarana dan prasarana pendukung penangkapan dan pengolahan, serta belum adanya kemitraan antara masyarakat petani nelayan dan industri pengolahan.

Dalam kurun lima tahun terakhir, PDRB per kapita wilayah Papua terus meningkat. Pendapatan per kapita di Provinsi Papua relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan Papua Barat (Tabel 8.2).

TABEL 8.2

PDRB PER KAPITA DENGAN MIGAS WILAYAH PAPUA TAHUN 2004-2008 ATAS DASAR HARGA KONSTAN TAHUN 2000 (DALAM RIBU RUPIAH)

Tahun Papua Barat Papua

2004 7,735 8,690

2005 7,712 11,479

2006 7,903 9,318

2007 8,288 9,526

2008 8,725 9,198

Sumber : Badan Pusat Statistik

Jumlah penduduk wilayah Papua hanya berjumlah sekitar 2,8 juta jiwa atau 1,2 persen dari total penduduk nasional. Wilayah Papua memiliki tingkat kepadatan penduduk paling rendah, di antara wilayah lain di Indonesia, yaitu hanya sebesar 7 jiwa per km2. Angka rata-rata anggota rumah tangga yang kecil menunjukkan kesiapan untuk melakukan modernisasi kehidupan. Konsentrasi penduduk tersebar di perdesaan dan pedalaman tetapi

(4)

proporsi penduduk di perkotaan terus meningkat dari tahun ke tahun. Pergeseran kepadatan penduduk dari desa ke kota tersebut mengindikasikan tingginya tingkat urbanisasi di Papua. Dalam perkembangannya, jumlah penduduk lokal di wilayah Papua relatif besar, tetapi proporsi penduduk pendatang terus meningkat.

Jumlah penganggur di Provinsi Papua relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan pengangguran di Provinsi Papua Barat (Gambar 8.2). Jumlah penganggur di Provinsi Papua cenderung menurun dalam periode 2006—2008. Jumlah pengangguran terbuka di Provinsi Papua Barat adalah sebesar 26 ribu orang, sedangkan pengangguran di Provinsi Papua sebesar 47 ribu orang.

GAMBAR 8.2

JUMLAH PENGANGGURAN WILAYAH PAPUA TAHUN 2006—2008

Sumber : Badan Pusat Statistik (diolah)

Tingginya persentase kemiskinan dan masih sulitnya akses terhadap pelayanan kesehatan dan pendidikan merupakan permasalahan utama yang terjadi di sebagian besar wilayah Papua. Pada tahun 2009, persentase penduduk miskin di Provinsi Papua Barat adalah 35,7 persen dan Provinsi Papua 37,5 persen. Data kemiskinan antarprovinsi menunjukkan dominasi penyebaran di perdesaan, baik berdasarkan jumlah maupun persentase penduduk miskin. Di Provinsi Papua, jumlah dan persentase penduduk miskin, baik di kota maupun di desa cenderung menurun dalam periode 2000—2008. Walaupun persentase penduduk miskin di perdesaan cenderung menurun, persentase tersebut masih jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan di perkotaan. Demikian pula dengan di Provinsi

0 10 20 30 40 50 60 Papua Barat Papua  2006 2007 2008 Ribu Orang

(5)

Pa den pen ter IPM I UH Ba ter apua Barat, ngan di ndapatan d PERS Kuali rcermin da M di Provi INDEKS P Dalam HH pada ta arat adalah rgolong tin , persentas perdesaan di wilayah SENTASE Tahu 2007 200 2009 Sumber : B itas sumbe alam Indek insi Papua PEMBAN Sum m aspek ke ahun 2008 h 67,90 tah nggi. Persa se pendudu n. Hal in perdesaan E KEMISK un 7 8 9 Badan Pusat er daya ma ks Pemban a sebesar 64 NGUNAN mber : Badan esehatan a 8 di Provin hun (Gam alinan yang uk miskin ni menunj n dengan w TA KINAN W Papua 39 35 35 t Statistik anusia wila ngunan Ma 4,0 dan Pr GAM MANUSI Pusat Statis angka umu nsi Papua a mbar 8.4). g dibantu t di perkota ukkan ad wilayah per ABEL 8.3 WILAYAH Barat 9,3 5,1 5,7 ayah Papua anusia (IPM rovinsi Pap MBAR 8.3 IA WILAY stik (diolah) ur harapan adalah 68, Di wilaya tenaga me aan jauh le danya ket rkotaan sec H PAPUA a cenderun M) di wila pua Barat s 3 YAH PAP hidup (UH 10 tahun, ah Papua a edis masih ebih tinggi timpangan cara umum TAHUN 2 Papua 40,8 37,1 37,5 ng masih re ayah Papua sebesar 67, PUA TAH HH) tergolo sedangkan angka kem tergolong i jika diban dalam d m. 2007—200 endah seba a. Pada tah ,95 (Gamb HUN 2007— ong rendah n di Provin matian bay rendah. P ndingkan distribusi 09 agaimana hun 2008 bar 8.3). —2008 h. Angka nsi Papua yi (AKB) Penduduk

(6)

yan ber dir Ke seb me ber Pa (20 tah tar An sek Pa Pro me pem ng mempu robat jalan rinya send elayakan r bagian bes enyebabka rakibat ban apua merup 005) menja hun 2003 m UM Su Dalam rget wajib ngka rata-r kolah di Pr apua, tetapi ovinsi Pap eninggalka mekaran b unyai kelu n ke fasilit diri. Masala rumah tin sar rumah an asap pe nyaknya p pakan yang adi 3.000 j menjadi 4. MUR HAR umber : Bad m aspek p belajar 9 rata lama s rovinsi Pap i, layanan pua tidak an tugas baru. han terhad tas keseha ah penyed nggal yang h tinggal p ekat dari p penduduk y g tertinggi jiwa (2007 114 kasus RAPAN HI

dan Pusat Sta

endidikan tahun dan sekolah di pua Barat kelas untu merata d karena m dap kondis atan sediki diaan akses g memenu penduduk perapian d yang terke i di Indone 7). Kasus A tahun 200 GAM IDUP WIL atistik (diola di wilayah n belum s Provinsi P adalah 7,6 uk SLTP d dan sebagi menjadi an si kesehata it lebih kec s pendudu uhi kelaya tidak mem dari dalam ena penyak esia. Jumla AIDS/HIV 8. MBAR 8.4 LAYAH P h) h Papua, r semua pen Papua adal 67 tahun. L dan SLTA ian besar nggota leg an semakin cil daripad uk terhadap akan keseh miliki sirk m rumah m kit paru-pa ah penderit V meningk 4 PAPUA TA rata-rata la nduduk usi ah 6,52 tah Layanan SD A tidak men berkonsen gislatif at n meningk da yang be p air bersih hatan mas kulasi udar menggangg aru. Pender ta meningk kat tajam d AHUN 20 ama sekola ia sekolah hun dan an D sudah m ncukupi. P ntrasi di k tau ekseku kat. Pendud erupaya m h belum m sih sediki ra yang ba gu pernapa rita AIDS kat dari 1. dari 554 ka 007—2008 ah belum m h dapat ber ngka rata-r mencukupi Penyebaran kota dan utif untuk duk yang mengobati memadai. it karena aik yang asan dan di Pulau 070 jiwa asus baru 8 mencapai rsekolah. rata lama di Pulau n guru di sebagian k daerah

(7)

sum per wi neg yan ter peg dal kh sis lai tah de Ke da lin dar eko hab kaw ini RATA Wilay mber day rtambanga layah. Wi gara tetan ng sangat rbesar adal gunungan, lam satu k husus sesua Kond stem kelist n Sistem J hun 2007 u sa berlistr ebutuhan t erah dan p Peng ndung dan ri total lua onomis da bitatnya. D wasan bud i sejalan d -RATA L Sum yah Papua ya alam s an yang da ilayah Pap ngga Papua t komplek lah membe , dan wila kesatuan t ai dengan k disi ketena trikan wila Jayapura, B untuk Prov rik untuk tenaga list pertumbuha gunaan ka kawasan b as kawasan an lingkun Dari luas di daya (5 engan kon LAMA SEK mber : Badan a merupak sangat be apat dikelo pua terletak a Nugini. ks terutam erikan perh ayah datar tata ruang kondisi geo agalistrikan ayah Papu Biak, Soro vinsi Papu Provinsi trik akan an pendud awasan hu budi daya. n nasional ngan yang total kaw 8 persen) nsep tata ru GAM KOLAH W n Pusat Stati kan salah s esar di se ola secara k di posis Pengemba ma akibat hatian yang ran, serta wilayah. ografis dan n di Provin a yang ter ong, Merau ua dan Prov Papua da terus men duk. utan pada Luas wilay . Hal ini m tinggi dipa asan hutan dan seleb uang wilay MBAR 8.5 WILAYA istik (diolah) satu pulau ektor peri optimal ba si paling ti angan wila keterting g sama ter sekaligus Program n karateris nsi Papua d rdiri atas b uke, Mano vinsi Papu an Provin ningkat sej dasarnya yah kawas menunjukk andang da n tersebut ihnya dipe yah yang m 5 H PAPUA ) u terbesar ikanan, p agi kesejah imur dan ayah Papu ggalan dan rhadap selu membang pembangu tik masyar dan Provin beberapa s okwari, dan ua Barat ad nsi Papua jalan deng terbagi m san di Pula kan Pulau ari nilai hu , proporsi eruntukkan menyataka A TAHUN di Indones erkebunan hteraan rak berbatasan ua mengha n keteriso uruh wilay gun keterk unan harus rakat Papu nsi Papua B sistem yan n Timika. dalah 32,0 Barat ad gan perkem menjadi du au Papua le Papua me utan dan ke terbesar n bagi kaw an bahwa k N 2007—20 sia dengan n, kehutan kyat dan k n langsung dapi perm olasian. T yah pesisir, kaitan anta s dirancan ua. Barat masu ng terisolas Rasio elek 05 persen d dalah 30,2 mbangan ua, yaitu ebih dari 4 emiliki keu ekayaan al digunakan wasan lind kawasan b 008 n potensi nan, dan kemajuan g dengan masalahan antangan , wilayah arwilayah ng secara uk dalam si, antara ktrifikasi dan rasio 2 persen. ekonomi kawasan 41 juta ha unggulan lam serta n sebagai dung. Hal budi daya

(8)

seharusnya lebih luas jika dibandingkan dengan kawasan lindung meskipun tidak berarti bahwa kawasan lindung dapat semakin menurun mengingat fungsinya yang penting dalam sistem ekologi. Provinsi Papua memiliki luas wilayah lebih besar (77 persen) jika dibandingkan dengan Provinsi Papua Barat (23 persen). Dari sekitar 31,8 juta hektar luas kawasan di Papua, 44 persen digunakan sebagai kawasan lindung dan 56 persen lainnya adalah kawasan budi daya. Demikian pula dengan Provinsi Papua Barat yang mempunyai kawasan budi daya sekitar dua kali lipat kawasan hutan lindung.

Sebagai pulau tropis yang terbesar di dunia, Pulau Papua memiliki keragaman dan keunikan ekosistem yang mengagumkan, termasuk glasier dan ekosistem alpine, hutan berkabut, hutan hujan dataran rendah, padang rumput, hutan Mangrove, terumbu karang dan hamparan rumput laut. Banyak spesies memiliki status endemik atau secara alamiah tidak dapat ditemukan di tempat lain. Secara keseluruhan, Pulau Papua memiliki sedikitnya 500.000 jenis flora dan fauna. Dari jumlah tersebut, diduga sekitar 20.000 sampai 25.000 jenis tanaman hidup di wilayah Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. Di Pulau Papua, lebih dari 90 persen luas wilayah kawasan lindung dan budi daya diperuntukkan bagi hutan. Dalam hal ini, Provinsi Papua Barat menyediakan 94 persen (9 juta ha) dari luas wilayah (9,7 juta ha) untuk hutan dan Papua Barat menyediakan 91 persen (29 juta) dari 29 juta ha bagi hutan lindung dan budi daya.

Permasalahan lain yang menonjol ialah menyangkut pelaksanaan otonomi daerah seperti inkonsistensi produk peraturan daerah, pemekaran wilayah administrasi, dan pemilihan kepala daerah secara langsung dan pelaksanaan otonomi khusus. Isu pemekaran wilayah dan pilkada tersebut memiliki dampak yang cukup panjang karena dapat menimbulkan konflik yang mengganggu keamanan, termasuk di antaranya konflik batas antarwilayah administrasi.

GAMBAR 8.6

PETA KAWASAN PERBATASAN DI WILAYAH PAPUA

Sumber : Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal (diolah)

SARMI ASMAT MAPPI MERAUKE MIMIKA WAROPEN NABIRE PANIAI BOVEN DIGOEL YAHUKIMO JAYAWIJAYA JAYAPURA KEEROM PUNCAK JAYA TOLIKARA

BIAK NUMFOR YAPEN WAROPEN SUPIORI KOTA JAYAPURA KAIMANA FAKFAK SORONG TELUK BINTUNI MANOKWARI SORONG SELATAN TELUK WONDAMA RAJA A MPAT KOTA SORONG PEGUNUNGAN BINTANG

(9)

Wilayah Papua memiliki kawasan perbatasan, baik berupa perbatasan laut maupun perbatasan darat (Gambar 8.6). Di kawasan perbatasan terjadi migrasi penduduk secara tradisional berkaitan dengan ikatan kekerabatan yang sudah lama terjalin. Kondisi tersebut dapat menyebabkan wilayah perbatasan berpotensi pula menjadi jalan bagi penurunan keamanan dalam negeri. Sementara itu, belum ada sarana dan prasarana fasilitas bea cukai, imigrasi, karantina, dan keamanan di perbatasan yang memadai sesuai dengan standar pelayanan publik dalam upaya pengawasan kawasan perbatasan secara intensif.

8.2. Arah Kebijakan Pengembangan Wilayah

Pengembangan wilayah Pulau Papua sebagai salah satu pulau terbesar di Indonesia dengan posisi paling timur dan berbatasan langsung dengan negara tetangga Papua Nugini memiliki tantangan yang lebih sulit jika dibanding dengan wilayah lainnya. Pengembangan wilayah Papua menghadapi permasalahan yang sangat kompleks terutama akibat ketertinggalan dan keterisolasian. Pengembangan wilayah Papua juga memiliki tantangan yang lebih sulit jika dibandingkan dengan wilayah lain. Tantangan terbesar adalah memberikan perhatian yang sama terhadap seluruh wilayah pesisir, wilayah pegunungan, dan wilayah dataran, serta sekaligus membangun keterkaitan antarwilayah dalam satu kesatuan tata ruang wilayah.

Wilayah Papua merupakan salah satu pulau terbesar di Indonesia dengan potensi sumber daya alam sangat besar di sektor perikanan, perkebunan, kehutanan, dan pertambangan yang dapat dikelola secara optimal bagi kesejahteraan rakyat dan kemajuan wilayah. Pembangunan wilayah Papua diarahkan untuk untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia; produktivitas dan nilai tambah perkebunan, peternakan dan perikanan dengan memperhatikan keterkaitan wilayah-wilayah pulau. Oleh karena itu, arah kebijakan dan strategi pengembangan Wilayah Papua di tahun 2011 tentu membutuhkan upaya-upaya sinergi pusat dan daerah serta antardaerah maupun upaya-upaya reformasi birokrasi untuk mendukung pembangunannya.

Dalam mendukung upaya-upaya penguatan sinergi pusat-daerah dan antar daerah, serta dengan memperhatikan karakteristik Wilayah Papua secara keseluruhan, maka pembangunan Wilayah Papua tahun 2011 diarahkan untuk: peningkatan kualitas sumber daya manusia yang akan dilakukan melalaui strategi: meningkatkan akses pelayanan pendidikan dan keterampilan kerja, serta meningkatkan akses pelayanan kesehatan. Selain itu dalam upaya mengoptimalisasikan sumber daya yang dimiliki oleh Wilayah Papua, maka pembangunan Wilayah Papua tahun 2011 diarahkan untuk pengembangan sektor dan komoditas unggulan yang dilakukan dengan strategi: mengembangkan sentra produksi pertanian, perikanan laut, mengembangkan industri pengolahan perikanan laut, serta mengembangkan potensi wisata bahari Raja Ampat dan wisata budaya. Sementara itu, didalam upaya mendukung pemantapan tata kelola di Wilayah Papua, maka pembangunan Wilayah Papua diarahkan untuk peningkatan kesadaran dan penghormatan terhadap hak asasi manusia yang dilakukan dengan strategi: memperkuat kelembagaan pemerintahan di tingkat lokal; menghormati dan memperkuat lembaga adat; serta meningkatkan kerja sama antara kepolisian dan pemuka adat dalam penanganan konflik.

Disamping itu, pembangunan Wilayah Papua juga tetap diarahkan untuk pengembangan wilayah perbatasan dengan memadukan peningkatan kesejahteraan dan

(10)

keamanan; penguatan ekonomi daerah; peningkatan kesejahteraan rumah tangga miskin khususnya di perdesaan; peningkatan kualitas sumber daya manusia; pengendalian HIV/AIDS; peningkatan ketahan pangan; pelestarian dan pemanfaatan keragaman hayati; mempertahankan kawasan lindung untuk mewujudkan Papua sebagai paru-paru dunia, serta peningkatan kewaspadaan dini terhadap potensi bencana alam.

8.3. Tujuan dan Sasaran

Berdasarkan arahan pengembangan wilayah Papua, tujuan pembangunan wilayah Papua untuk pada tahun 2011 adalah untuk:

1. meningkatkan standar hidup masyarakat di wilayah Papua;

2. meningkatkan aksesibilitas masyarakat wilayah Papua terhadap pelayanan publik dasar;

3. mewujudkan keseimbangan pembangunan wilayah Papua dan Papua Barat; 4. mewujudkan ketahanan dan kemandirian pangan;

5. melakukan transformasi struktural perekonomian di wilayah Papua yang didasarkan pada potensi dan keunggulan daerah;

6. meningkatkan sinergi dalam pengelolaan sumber daya hutan dan tambang dengan memperhatikan keseimbangan antara kepentingan dan hak ulayat, perlindungan masyarakat adat, dan pengembangan usaha;

7. meningkatkan jumlah dan mutu sistem jaringan prasarana dasar (jalan, pelabuhan, lapangan udara, telekomunikasi, listrik dan telepon) yang menjangkau daerah-daerah tertinggal di wilayah Papua;

8. mengoptimalkan pelaksanaan otonomi khusus untuk kesejahteraan masyarakat dan kemajuan wilayah Papua.

Sesuai dengan tujuan pengembangan wilayah Pulau Papua, sasaran yang dicapai dalam rangka pengembangan wilayah Papua pada tahun 2011 adalah sebagai berikut.

1. Meningkatnya standar hidup masyarakat Papua ditunjukkan dengan membaiknya berbagai indikator pembangunan, yaitu pertumbuhan ekonomi, kemiskinan, pengangguran, angka kematian bayi, angka harapan hidup, serta pendapatan per kapita;

2. meningkatnya standar layanan jasa pendidikan di Papua; 3. meningkatnya standar layanan jasa kesehatan di Papua;

4. tercapainya tingkat produksi pangan dengan tingkat ketersediaan minimal 90 persen dari kebutuhan domestik untuk pengamanan kemandirian pangan di Papua;

5. meningkatnya peran sektor pertanian, perkebunan, dan pariwisata dalam perekonomian wilayah Papua;

6. meningkatnya peran masyarakat dalam pengelolaan sumber daya tambang dan hutan ;

7. berkembangnya jumlah dan mutu sistem jaringan prasarana dasar yang menjangkau daerah-daerah tertinggal di wilayah Papua;

(11)

8. meningkatnya mutu pengelolaan otonomi khusus dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kemajuan wilayah Papua.

TABEL 8.4

SASARAN PERTUMBUHAN EKONOMI, KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN DI WILAYAH PAPUA TAHUN 2011

PROVINSI Pertumbuhan Ekonomi (%)1) Kemiskinan (%)2) Pengangguran (%) 3) Papua Barat 6,40 - 7,00 31,19 - 30,37 6,68 - 7,33 Papua 5,53 - 6,03 33,50 - 33,05 3,45 - 3,95

Sumber : Perhitungan Bappenas;BPS; Susenas;

*Keterangan: 1) Pertumbuhan Ekonomi: persentase laju perubahan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

2)

Kemiskinan: persentase jumlah penduduk miskin terhadap total jumlah penduduk.

3)

Pengangguran: persentase jumlah pengangguran terbuka terhadap total angkatan kerja.

TABEL 8.5

SASARAN ANGKA KEMATIAN BAYI, ANGKA HARAPAN HIDUP, DAN RATA-RATA LAMA SEKOLAH DI WILAYAH PAPUA TAHUN 2011

PROVINSI Angka Kematian Bayi1) Rata-Rata Lama Sekolah2) Angka Harapan Hidup3) Papua Barat 28,5 8,3 70,1 Papua 27,8 6,9 70,3

Sumber : Perhitungan Bappenas;BPS; Susenas;

*Keterangan: 1) Angka Kematian Bayi: jumlah bayi yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun per 1000 kelahiran hidup.

2)

Rata-rata Lama Sekolah: rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk berusia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani.

3)

Angka Harapan Hidup: perkiraan lama hidup rata-rata penduduk.

8.4. Strategi Pengembangan Wilayah

Untuk mencapai arah kebijakan, serta tujuan dan sasaran pengembangan Wilayah Papua, serta dengan mempertimbangkan titik berat pembangunan pada tahun 2011 yaitu pelaksanaan sinergi pusat dan daerah serta pemantapan tata kelola, maka beberapa strategi pengembangan Wilayah Papua tahun 2011, dijabarkan sebagai berikut:

(1) Dalam mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka strategi pengembangan yang perlu dilakukan yaitu: a. meningkatkan akses pelayanan pendidikan dan keterampilan kerja; b. meningkatkan akses pelayanan kesehatan.

(12)

(2) Dalam mendukung pengembangan sektor dan komoditas unggulan, maka strategi pengembangan yang perlu dilakukan yaitu: a. mengembangkan sentra produksi pertanian (Papua); b. mengembangkan sentra produksi perikanan laut (Papua Barat); c. mengembangkan industri pengolahan perikanan laut (Papua Barat); d. mengembangkan potensi wisata bahari Raja Ampat dan wisata budaya.

(3) Dalam mendukung peningkatan kesadaran dan penghormatan terhadap hak asasi manusia, maka strategi pengembangan yang perlu dilakukan yaitu: a. memperkuat kelembagaan pemerintahan di tingkat lokal; b. menghormati dan memperkuat lembaga adat; c. meningkatkan kerja sama antara kepolisian dan pemuka adat dalam penanganan konflik.

Disisi lain arah pembangunan Wilayah Papua tahun 2011 menjadi bagian integral dalam pengembangan Wilayah Papua tahun 2010-2014, sehingga seluruh kegiatan pembangunan perlu dilakukan secara sinergis dengan memperhatikan berbagai strategi pengembangan Wilayah Papua secara keseluruhan. Dengan demikian, pembangunan Wilayah Papua akan tetap mempertimbangkan arah kebijakan Wilayah Papua tahun 2010-2014 yaitu:

(1) Pengembangan wilayah perbatasan dengan memadukan peningkatan kesejahteraan dan keamanan dilakukan dengan strategi pengembangan sebagai berikut: a. menciptakan kepastian hukum internasional atas pemanfaatan SDA pada landas kontinen dan Zona Ekonomi Ekslusif; b. mengelola kawasan perbatasan darat dengan memadukan pendekatan keamanan dan kesejahteraan.

(2) Penguatan ekonomi daerah dilakukan dengan strategi pengembangan sebagai berikut: a. meningkatkan kualitas proses legislasi; b. meningkatkan penegakan hukum, HAM serta transparansi, dan akuntabilitas kebijakan publik; c. meningkatkan kualitas pelayanan publik.

(3) Peningkatan kesejahteraan rumah tangga miskin khususnya di perdesaan dilakukan dengan strategi pengembangan sebagai berikut: a. meningkatkan kapasitas penduduk perdesaan dan rumah tangga miskin, baik secara individual maupun berkelompok; b. memperluas kesempatan dan peluang pengembangan ekonomi lokal; c. meningkatkan cakupan dan sebaran program penanggulangan kemiskinan.

(4) Pengendalian HIV/AIDS, dilakukan dengan strategi pengembangan sebagai berikut: meningkatkan upaya pencegahan penularan HIV/AIDS.

(5) Peningkatan ketahan pangan di tingkat wilayah dilakukan dengan strategi pengembangan sebagai berikut: a. meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman pangan; b. memperkuat interaksi perdagangan antarwilayah; c. melaksanakan diversifikasi pangan.

(6) Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup melalui strategi: a. mempertahankan kawasan lindung sekurang-kurangnya 50 persen dari luas Wilayah Papua; b. meminimalkan potensi kejadian bencana dan kerugian akibat bencana dalam pengembangan kegiatan budidaya; dan c. menjaga pemanfaatan lingkungan hidup sesuai daya dukung lingkungannya.

Referensi

Dokumen terkait

pemilihan studi kasus di Kabupaten Semarang adalah karena lokasinya yang mudah dituju dan banyak terdapat perkebunan kopi rakyat sehingga perlu dilakukan analisis

Dari penelitian ini di dapatkan hasil bahwa Total Quality Management ditinjau dari aspek kepuasan pelanggan, pemberdayaan karyawan, manajemen berdasarkan fakta dan

Jumlah Stok, Ukuran, Bahan, Foto Produk & Harga ada pada laman produknya.. Harga nett & belum termasuk

Berdasarkan adanya prasyarat yang harus dipenuhi oleh calon penerima beasiswa, maka proses penilaian yang dilakukan dengan banyak kriteria tersebut akan lebih efektif dan efisien

Hasil foto SEM pada Gambar 4.13 menunjukkan bahwa membran selulosa diasetat dari serat daun nanas dengan komposisi 1% dan waktu penguapan 30 detik merupakan

Apabila briket arang dari serbuk gergajian ini dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif baik sebagai pengganti minyak tanah maupun kayu bakar maka akan dapat terselamatkan

Hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa dalam melakukan pembagian tanaman kepada masyarakat ada dari kantor ketahanan pangan dengan skala gizi yang baik